II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Mobile

advertisement
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Mobile Broadband
Internet broadband adalah istilah generik yang digunakan untuk
berbagai jenis koneksi internet dengan menggunakan teknologi broadband.
Pengertian broadband dalam arti harfiah, berarti jangkauan frekuensi yang
luas yang digunakan untuk mengirim dan menerima data2
2.2. Pemasaran
2.2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses dimana perusahaan menciptakan
nilai bagi pelanggan dan memebangun hubungan yang kuat dengan
pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai
imbalannya (Kotler dan Amstrong, 2008). Menurut Kasali dalam
Morissan 2010, pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut suatu
sikap mental, suatu cara berpikir yang membimbing Anda melakukan
sesuatu yang tidak selalu menjual benda tetapi juga menjual gagasan –
gagasan, karier, tempat (pariwisata, rumah, lokasi industri), undang –
undang jasa (pengangkutan, penerbangan, pemotongan rambut,
kesehatan), hiburan (pertunjukan, pertandingan – pertandingan), dan
kegiatan – kegiatan nirlaba seperti yayasan – yayasan sosial dan
keagamaan. Sedangkan menurut Asosiasi Pemasaran Amerika dalam
Kotler dan Keller 2009, pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan
seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan
menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan
pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para
pemilik sahamnya.
2.2.2
Strategi Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2008), strategi pemasaran adalah
logika pemasaran dimana peusahaan berharap untuk menciptakan nilai
pelanggan dan mencapai hubungan yang menguntungkan. Perusahaan
2. http://www.jaringankomputer.org/internet-broadband-pengertian-dan-jenis-jeniskoneksi-internet-broadband/ [12 maret 2012]
9
memutuskan pelangga mana yang akan dilayaninya (segmentasi dan
penetapan target) dan bagaimana cara perusahaan melayaninya
(diferensiasi dan positioning). Perusahaan mengenali keseluruhan pasar,
lalu membaginya menjadi segmen – segmen yang lebih kecil, memilih
segmen yang paling menjanjikan, dan memusatkan perhatian pada
pelayanan dan pemuasan pelanggan dalam segmen ini.
1.
Segmentasi pasar
Segmentasi pasar adalah proses pembagian pasar menjadi
kelompok pembeli berbeda yang menurut kebutuhan, karakteristik,
atau perilaku berbeda, yang mungkin memerlukan produk atau
program pemasaran terpisah.
2.
Penetapan target pasar
Penetapan target pasar adalah suatu kegiatan melibatkan evaluasi
setiap daya tarik segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen
yang akan dimasuki. Perusahaan harus menargetkan daya tarik
segmen dimana perusahaan dapat menghasilkan nilai pelanggan
terbesar dan memeprtahankannya sepanjang waktu.
3.
Positioning
Positioning adalah pengaturan suatu produk untuk menduduki
tempat yang jelas, berbeda, dan diinginkan, relatif terhadap produk
pesaing dalam pikiran konsumen sasaran.
2.3. Komunikasi Pemasaran Terintegrasi
Menurut Morissan (2010) komunikasi pemasaran terintegrasi adalah upaya
untuk menjadikan seluruh kegiatan pemasaran dan promosi perusahaan dapat
menghasilkan citra atau image yang bersifat satu dan konsisten bagi
konsumen. Upaya ini menuntut agar setiap pesan yang keluar harus berasal
dari sumber yang sama seningga segala informasi yang diumumkan
perusahaan memiliki kesamaan tema serta positioning yang sama di mata
konsumen. Sedangkan menurut Kotler, et al dalam Tjiptono (2008),
komunikasi pemasaran terintegrasi adalah konsep yang melandasi upaya
perusahaan untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan secara cermat
berbagai saluran komunikasinya dalam rangka menyampaikan pesan yang
10
jelas, konsisten, dan persuasif mengenai organisasi dan produknya.Kotler, et
al dalam Tjiptono (2008), menyebutkan terdapat lima jenis bauran
komunikasi pemasaran, yaitu :
1. Periklanan (Advertising)
Dapat dilakukan melalui berbagai macam media utama (seperti surat
kabar, TV, radio, majalah, dan internet) dan media alternatif (diantaranya
movie advertising, product placements, specialty advertising dan in-flight
advertising).
2. Promosi Penjualan (Sales promotion)
Menggunakan sejumlah alat (diantaranya diskon, kontes, kupon, premium,
produk sampel, free trials, undian, dan lain – lain) untuk menawarkan tiga
manfaat pokok yaitu, komunikasi,insentif, dan invitasi.
3. Hubungan Masyarakat dan Publisitas (Public Relations)
Bentuk komunikasi yang bertujuan menjalin relasi baik dengan berbagai
stakeholder perusahaan melalui publisitas positif, citra korporasi yang
bagus, dan penanganan rumor, peristiwa, dan cerita negatif.
4. Penjualan Personal (Personal Selling)
Komunikasi pemasaran ini sangat efektif dalam tahap pembentukan
preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli.
5. Pemasaran Langsung dan Online (Direct and online marketing)
Elemen ini mencakup beraneka ragam bentuk, seperti direct print and
reproduction (contohnya, CD-ROM), direct-response TV & radio
(pemasaran interaktif menggunakan FTA-TV, Pay-TV, narrowcast TV and
radio, TV interaktif dan radio interaktif), telemarketing, telesales,
electronic, dispensing and kiosks, direct selling, e-commerce, dan
direct&online database.
2.4. Periklanan
2.4.1 Pengertian Iklan
Menurut Alexander dalam Morissan 2010, iklan adalah setiap
bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk,
servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui. Adapun
maksud „dibayar‟ pada definisi tersebut menunjukkan fakta bahwa
11
ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli.
Maksud kata „nonpersonal‟ berarti suatu iklan melibatkan media massa
(TV, radio, majalah, koran)yang dapat mengirimkan pesan kepada
sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan.
Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan
bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix).
Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan
suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media.
Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa,
iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli (Kasali,
2007).
2.4.2
Tujuan Iklan
Menurut Kasali (2007), tujuan dari iklan yaitu :
1. Sebagai alat bagi komunikasi dan koordinasi.
Tujuan memberikan tuntunan bagi pihak – pihak yang terlibat,
yakni pengiklan (klien), account executive dari pihak biro, dan tim
kreatif untuk saling berkomunikasi. Tujuan juga membantu
koordinasi bagi setiap kelompok kerja, seperti suatu tim yang
terdiri dari copywriter, spesialis radio, pembeli media, dan
spesialis riset.
2. Memberikan kriteria dalam pengambilan keputusan.
Jika ada dua alternatif dalam kampanye iklan, salah satu
daripadanya harus dipilih. Berbeda dengan keputusan yang
dilakukan berdasarkan selera eksekutif (atau istrinya), mereka
semua harus kembali pada tujuan dan memutuskan mana yang
lebih cocok.
3. Sebagai alat bagi evaluasi.
Tujuan juga digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap hasil
suatu kampanye periklanan. Oleh karena itu timbul kebutuhn
untuk mengaitkan beberapa ukuran seperti pangsa pasar atau
kesadaran merek dengan tujuan kampanye periklanan.
12
2.4.3 Manfaat Iklan
Menurut Kasali (2007), manfaat iklan yang terbesar adalah
membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen kepada
khalayak ramai. Iklan menjangkau berbagai daerah yang sulit
dijangkau secara fisik oleh produsen melalui siaran televisi atau radio.
Sekalipun memerlukan biaya yang secara nominal besar sekali
jumlahnya, bagi produser yang dapat memanfaatkan kreativitas dalam
dunia iklan, strategi iklan yang tepat dapat menjadi murah. Ada
beberapa manfaat iklan bagi pembangunan masyarakat dan ekonomi,
yaitu :
1. Iklan memperluas alternatif bagi konsumen. Dengan adanya iklan,
konsumendapat mengetahui adanya berbagai produk, yang pada
gilirannya menimbulkan adanya pemilihan.
2. Iklan
membantu
produsen
menimbulkan
kepercayaan
bagi
konsumennya. Sering dikatakan “tak kenal maka tak sayang”. Iklan
– iklan yang secara gagah tampil di hadapan masyarakat dengan
ukuran besar dan logo yang cantik menimbulkan kepercayaan yang
tinggi bahwa perusahaan yang membuatnya bonafid dan produknya
bermutu.
3. Iklan membuat orang kenal, ingat, dan percaya
2.4.4
Efektifitas Periklanan
Periklanan yang efektif adalah periklanan yang berhasil mencapai
tujuannya. Menurut Shimp (2003), pada taraf minimum iklan yang
baik (atau efektif) memuaskan beberapa pertimbangan berikut ini :
1. Iklan harus memperpanjang suatu strategi pemasaran. Iklan bisa
jadi efektif hanya bila cocok dengan elemen lain dari strategi
komunikasi
pemasaran
yang
diarahkan
dengan
baik
dan
terintegrasi.
2.Periklanan yang efektif harus menyertakan sudut pandang
konsumen. Para konsumen membeli manfaat-manfaat produk,
bukan atribut/lambangnya. Oleh karena itu, ilan harus dinyatakan
dengan cara yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan,
13
keinginannya, serta apa yang dinilai oleh konsumen daripada si
pemasar
3. Periklanan yang efektif harus persuasif. Persuasi biasanya terjadi
ketika produk yang diklankan dapat meberikan keuntungan
tambahan bagi konsumen.
4. Iklan harus menemukan cara yang unik untuk menerobos
kerumunan iklan. Pada pengiklanan secara kontinyu berkompetisi
dengan para pesaingnya dalam menarik perhatian konsumen.
5. Iklan yang baik tidak pernah menjanjikan lebih dari apa yang bisa
diberikan. Intinya adalah menerangkan dengan apa adanya, baik
dalam pengertian etika serta dalam pengertian bisnis yang cerdas.
6. Iklan yang baik mencegah ide kreatif dari strategi yang berlebihan.
Tujuan iklan adalah mempersuasi dan mempengaruhi; tujuannya
bukan membagus-baguskan yang bagus dan melucu-lucukan yang
lucu.
2.5.Televisi Sebagai Salah Satu Media Periklanan
Salah satu media penyiaran yang banyak digunakan dalam periklanan
adalah televisi. Televisi memiliki posisi penting bagi pemasar karena media
ini banyak menyajikan program popular yang disukai banyak orang. Audiensi
dapat menghabiskan waktu beberapa jam dalam sehari untuk menonton
televisi. Media ini juga menjadi sumber informasi dan hiburan utama
masyarakat. Menurut Morissan (2010), media televisi memiliki berbagai
kelebihan dibandingkan dengan jenis media lainnya yang mencakup daya
jangkau luas, selektivas dan fleksibilitas, fokus perhatian, kreativitas dan
efek, prestise, serta waktu tertentu. Namun televisi juga memiliki kelemahan
yaitu biaya mahal, informasi terbatas, selektivas terbatas, penghindaran, dan
tempat terbatas.
2.6. Definisi Konsumen
Menurut Sumarwan (2003), istilah konsumen sering diartikan sebagi dua
jenis konsumen, yaitu ; konsumen individu dan konsumen organisasi.
Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri.
14
Konsumen individu mungkin juga membeli barang dan jasa untuk hadiah
teman, saudara, atau orang lain. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli
kemudian digunakan langsung oleh individu dan sering disebut sebagai
“pemakai akhir” atau “konsumen akhir”. Jenis kedua adalah konsumen
organisasi, semua jenis organisasi harus membeli produk peralatan dan jasa –
jasa lainnya untuk menjalankan kegiatan organisasinya. Demikian juga
perusahaan jasa seperti perusahaan asuransi harus membeli alat tulis,
komputer, kendaraan untuk bisa menghasilkan jasa yang akan dijualnya.
2.7. Perilaku Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan 2003, istilah perilaku
konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk
dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
Sedangkan istilah yang lain menyebutkan bahwa perilaku konsumen adalah
semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan
tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan,
menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal – hal atau kegiatan
mengevaluasi.
2.8. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Keputusan
pembelian yang didahului dengan
niat membeli dari
konsumen sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagian adalah faktorfaktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harusbenar-benar
diperhitungkan. Terdapat tiga faktor utama yangmempengaruhi perilaku
konsumen, yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses
psikologi (Engel, 1994).
1. Faktor pengaruh lingkungan
Pengaruh lingkungan yang mempengaruhi perilakukonsumen
menurut Engel (1994) adalah budaya, kelas sosial,pengaruh pribadi,
keluarga, dan situasi. Budaya melengkapi manusia dengan rasa identitas
danpengertian
akan
masyarakat.Pengaruh
perilaku
budaya
yang
terhadap
dapat
diterima
perilaku
di
dalam
konsumen
adalah
15
mempengaruhi struktur konsumsi, mempengaruhi bagaimanaindividu
mengambil keputusan, sebagai variabel utama dalam penciptaan dan
komunikasi makna di dalam produk. Kelas social mengacu pada
pengelompokan orang berdasarkan posisi ekonomi mereka dalam pasar.
Pengaruh
dalampengambilan
pribadi
kerap
keputusan
memainkan
konsumen,
peranan
khususnya
penting
bila
ada
tingkatketerlibatan yang tinggi dan risiko yang dirasakan dari produk
ataujasa memiliki visibilitas publik. Pentingnya pengaruh keluarga dalam
perilaku konsumen disebabkan oleh dua alasan. Pertama, banyak produk
yang dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit
keluarga,contohnya adalah rumah. Kedua, bahkan ketika pembelian dibuat
oleh individu, keputusan pembelian individu bersangkutan
mungkin
sangat dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya. Pengaruh situasi
dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor khusus untuk
waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen
dan karakteristik objek.
2. Faktor perbedaan individu
Perbedaan yang ada pada setiap individu menyebabkanberbedanya
setiap perilaku pada masing-masing konsumen. Menurut Engel (1994)
terdapat lima atribut penting yang menyebabkan konsumen berbeda dalam
perilaku, yaitu sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan,
pengetahuan, sikap sertakepribadian, gaya hidup dan demografi.
Sumber daya konsumen terdiri atas waktu, uang, dan perhatian
(penerimaan informasi dan kemampuan pengolahan). Ketiga sumber daya
ini menjadi dasar dalam setiap situasi
pengambilan keputusan.
Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki menjadi pertimbangan utama
dalam pengambilan keputusan pembelian.
Perilaku yang termotivasi disebabkan oleh pengaktifan kebutuhan
atau
pengenalan
kebutuhan.
Kebutuhan
diaktifkan
ketika
ada
ketidakcocokan (gap) antara kondisi yang diinginkandengan kondisi
aktual. Keterlibatan merupakan refleksi dari motivasi yang kuat dalam
16
bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan dari suatu produk atau jasa
dalam konteks tertentu.
Pengetahuan konsumen mencakup informasi, sepertiketersediaan
produk, dimana dan kapan harus membeli produk, danbagaimana cara
menggunakan produk. Sikap diekspresikan ketika seseorang suka atau
tidak suka terhadap suatu objek. Kepribadian pada perilaku konsumen
didefinisikan sebagairespon konsisten terhadap stimulasi lingkungan.
Gaya hidupmerupakan pola yang digunakan orang untuk menghabiskan
sumber daya yang dimilikinya. Demografi mendeskripsikan pasar
konsumen dalam usia,pendapatan, pengeluaran dan pendidikan.
3. Faktor proses psikologis
Terdapat tiga proses psikologis sentral menurut Engel (1994) yang
membentuk
semua aspek motivasi
dan perilakukonsumen,
yaitu
pemrosesan informasi, pembelajaran danperubahan sikap dan perilaku.
Pemrosesan
informasi
mengacu
pada
proses
penerimaanstimulus,
ditafsirkan, disimpan dalam ingatan dan kemudian diambil kembali.
William McGiure dalam Engel (1994) mengembangkan proses ini dalam
lima tahap, yaitu pemaparanyang merupakan pencapaian kedekatan
terhadap stimulus sehingga muncul peluang diaktifkannya satu atau lebih
dari kelima inderamanusia, perhatian adalah alokasi kapasitas pemrosesan
untuk stimulus yang baru masuk, pemahaman adalah
ataustimulus,
penerimaan
stimulusmempengaruhi
adalah
pengetahuan
tingkat
dan
atau
tafsiran
sejauh
sikap
mana
seseorang,
terakhirretensi yang merupakan pemindahan tafsiran stimulus ke dalam
ingatan
jangka
panjang.
Pembelajaran
adalah
proses
dimana
pengalamanmenyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, atau
perilaku.Mempengaruhi sikap dan mengetahui perilaku konsumen
adalahsalah satu dari tugas yang paling mendasar tetapi sangat menantang
bagi perusahaan.
2.9. Proses Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian terhadap suatu produk atau jasa sangat erat
kaitannya dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen sendiri merupakan
17
tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam memperoleh,
menggunakan, dan menentukan produk dan jasa, termasuk proses
pengambilan keputusan yang mendahului dang mengikuti tindakan-tindakan
tersebut (Engel et al dalam Tjiptono, 2008). Menurut Kotler (2005), yang
dimaksud dengan keputusan pembelian adalah suatu proses penyelesaian
masalah yang terdiri dari menganalisa atau pengenalan kebutuhan dan
keinginan, pencarian informasi, penilaian sumber- sumber seleksi terhadap
alternatif pembelian, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian.
Berdasarkan pengertian keputusan pembelian di atas dapat disimpulkan
bahwa keputusan pembelian adalah perilaku pembelian seseorang dalam
menentukan suatu pilihan produk untuk mencapai kepuasan sesuai kebutuhan
dan keinginan konsumen yang meliputi pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi terhadap alternatif pembelian, keputusan pembelian, dan
perilaku setelah pembelian.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), proses pengambilan keputusan
pembelian suatu produk dapat digambarkan dalam bentuk proses kegiatan
pembelian dengan tahapan sebagai berikut:
Pengenalan
kebutuhan
Pencarian
informasi
Pengevaluasian
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku
setelah
pembelian
Gambar 2. Proses pengambilan keputusan pembelian
(Kotler dan Amstrong, 2008)
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses membeli dimulai dengan pengenalan kebutuhan dimana pembeli
mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan
antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkan.
18
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi atau
mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang
memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan
membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen bisa menyimpan kebutuhan
itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang
berhubungan dengan kebutuhan. Konsumen yang tergerak oleh stimulus
akan berusaha mencari lebih banyak informasi yang terlibat dalam
pencarian akan kebutuhan. Sumber informasi konsumen terdiri atas empat
kelompok, yaitu:
a. Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber komersial meliputi iklan, tenaga penjual, wiraniaga, situs
web, pedagang perantara, kemasan.
c. Sumber
publik
meliputi
media
massa,
organisasi
ranting
konsumen, pencarian internet.
d. Sumber
pengalaman
meliputi
penanganan,
pemeriksaan,
penggunaan produk.
3. Pengevaluasian Alternatif
Tahap ketiga dari proses keputusan membeli adalah evaluasi alternatif
yaitu cara konsumen memproses informasi untuk mengevaluasi merek
alternatif yang menghasilkan berbagai pilihan merek. Bagaimana
konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung
pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik.
4. Keputusan Pembelian
Di tahap pengevaluasian, konsumen menyusun tperingkatmerek dan
membentuk kecendrungan (niat) pembelian. Keputusan pembelian
konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor
yang muncul di antar kecendrungan pembelian dan keputusan pembelian.
Faktor pertama adalah sikap orang lain dan faktor kedua adalah faktor
situasi yang tak terduga. Konsumen mungkin membentuk kecendrungan
pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan, harga, dan manfaat
produk yang diharapkan.
19
5. Perilaku setelah pembelian
Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut
hingga periode pasca pembelian. Setelah pembelian produk terjadi,
konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.
Kepuasa atau ketidakpuasan pembeli dengan produk akan mempengaruhi
tingkah laku berikutnya.
Konsumen yang merasa puas akan memperlihatkanpeluang membeli
yang lebih tinggi dalam kesempatanberikutnya. Konsumen yang merasa puas
akan cenderungmengatakan sesuatu yang serba baik tentang produk
yangbersangkutan kepada orang lain. Apabila konsumen dalam melakukan
pembelian tidak merasa puas dengan produk yangtelah dibelinya ada dua
kemungkinan yang akan dilakukanoleh konsumen. Pertama, dengan
meninggalkan atau konsumentidak mau melakukan pembelian ulang. Kedua,
ia
akan
mencariinformasi
tambahan
mengenai
produk
yang
telah
dibelinyauntuk menguatkan pendiriannya mengapa ia memilih produk itu
sehingga ketidakpuasan tersebut dapat dikurangi.
2.10. Karakteristik Konsumen
Karakteristik konsumen sangat berpengaruh terhadap proseskeputusan
pembelian. Ada bermacam – macam karakteristik konsumen. Menurut
Sumarwan (2003), karakteristik konsumen dibagi menjadi :
1. Karakteristik Demografi dan Subbudaya Konsumen
a) Usia
Konsumen yang memiliki usia yang berbeda akan mengkonsumsi
produk dan jasa
yang berbeda.
Perbedaan usia
juga
akan
mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaanterhadap merek.
b) Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang
saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan
yang dilakukan seoran gkonsumen. Konsumen yang memiliki
pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi,
pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam memilih produk dan
merek.
20
c) Lokasi Geografik
Dimana konsumen tinggal akan memepengaruhi polakonsumsinya.
2. Karakteristik Ekonomi Konsumen
a) Pendapatan
Pendapatan adalah sumber daya material yang sangat penting bagi
konsumen. Karena dengan pendapatan itulah, konsumen bisa
membiayai kegiatan konsumsinya.
b) Pengeluaran
Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhioleh cara
bagaimana membelanjakan atau mengeluarkan danayang tersedia,
kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan apakah perlu
melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.
c) Kredit dan kartu kredit
Kredit dan kartu kredit merupakan sumber dayaekonomi konsumen
lainnya/ konsumen yang memperoleh kredit akan punya peluang untuk
meningkatkan konsumsi berbagai produk dan jasa.
3. Karakteristik Kelas Sosial Konsumen
a. Status pekerjaan
b. Pemilikan harta benda
c. Variabel interaksi
d. Variabel politik
2.11. ConsumerDecision Model
Consumer Decision Model (CDM) merupakan salah satu model yang
dapat menganalisis efektivitas sebuah iklan terhadap pembelian. Menurut
Howard dalam Durianto,dkk (2003) CDM adalah suatu model dengan enam
variabel yang saling berhubungan yaitu: Pesan Iklan (F, finding
information), Pengenalan Merek (B, brand recognition), Kepercayaan
Konsumen (C, confidence), Sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I,
intention) dan Pembelian Nyata (P, purchase).CDM merupakan proses
pembedaan dan pengelompokkan bentuk-bentuk pikiran konsumen,
sebagaimana terlihat pada Gambar 3.
21
C
F
B
I
P
A
Gambar 3. Consumer Decision Model (Durianto, 2003)
Alur model tersebut berawal dari penerimaan informasi atau pesan iklan
(F) oleh konsumen. Informasi yang diterima dapat menyebabkan tiga
kemungkinan pengaruh yang dimulai dari pengenalan merek oleh konsumen
(B), tingkat kepercayaan (C), atau dari informasi itu yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen menunjukkan kesesuaian yang akan
membentuk sikap (A). Kemudian dari pengenalan merek (B) selanjutnya
dievaluasi apakah pengenalan tersebut sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan konsumen dimana kesesuaian tersebut akan membentuk sikap
(A), dan menambah tingkat kepercayaan (C). Pengenalan merek mempunyai
sumbangan berupa penguatan terhadap sikap dan keyakinan konsumen
terhadap merek yang ditawarkan yang pada akhirnya kesemuanya mampu
menimbulkan niat beli (I) dari konsumen. Hal ini tentu saja akan mampu
mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian yang nyata (P).
1. Pesan Iklan (Information)
Pesan iklan yang ideal menurut Kotler dalam Durianto,dkk (2003),
harus
mampu
menarik
perhatian
(attention),
mempertahankan
ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan
menggerakkan tindakan (action). Pesan dalam iklan seharusnya dapat
menyatakan sesuatu yang dibutuhkan dan penting dalam suatu produk,
menginformasikan sesuatu yang dibutuhkan dan penting dalam suatu
produk, menginformasikan sesuatu yang eksklusif yang tidak ada pada
22
produk lain sejenis, dapat dipercaya, dan dapat dibuktikan. Menurut
Howard dalam Durianto (2003), pesan iklan dalam CDM merupakan
variabel penentu dari I P C A F B keenam variabel. CDM
menunjukkan bahwa pesan iklan dapat menyebabkan calon pembeli
mengenal suatu merek, mengevaluasi merek-merek yang dibutuhkan
calon pembeli, menentukan sikap dan mengukur seberapa besar
kepuasan konsumen terhadap suatu merek serta atribut-atribut lainnya
dari suatu produk.
2. Pengenalan Merek (Brand Recognition)
Pengenalan merek sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh
mana pembeli mengetahui ciri-ciri suatu merek. Pengenalan ini
memungkinkan terbentuknya sikap terhadap merek atau meningkatkan
keyakinan konsumen pada suatu merek. Dalam hal ini, pengenalan
merek merupakan pengenalan atribut merek secara fisik, seperti warna,
ukuran, dan bentuk, sehingga kemasan dan desain produk sangat
penting.
3. Sikap Konsumen (Attitude)
Sikap konsumen adalah faktor penting yang mempengaruhi
keputusan konsumen. Sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai
dan tidak sukai. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan respon
evaluatif. Respon hanya akan dapat timbul jika individu dihadapkan
pada suatu rangsangan yang menghendaki adanya reaksi individu.
Respon evaluative merupakan bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap yang muncul yang didasari proses evaluasi dalam diri individu
yang member kesimpulan terhadap rangsangan dalam bentuk nilai baik
dan buruk, menyenangkan dan tidak menyenangkan, positif dan
negatif, yang kemudian akan menjadi potensi dan reaksi terhadap suatu
objek. Sikap juga dapat diartikan sebagai evaluasi terhadap rangsangan
yang ada. Rangsangan tersebut dapat berupa pesan iklan yang
ditampilkan
melalui
menciptakan sikap
iklan
televisi.
Kemampuan
iklan
untuk
yang mendukung terhadap produk sering
tergantung pada sikap konsumen. Iklan yang diminati secara
23
menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap
produk. Iklan yang tidak diminaati dapat mengurangi minat pembelian
produk.
4. Kepercayaan Konsumen (Confidence)
Menurut
Durianto
(2003),
kepercayaan
konsumen
adalahbagaimana pembeli dapat yakin akan keputusan mereka
terhadap suatumerek, apakah produk tersebut dapat memuaskan
kebutuhan konsumenatau tidak. Kepercayaan konsumen dapat
meningkat
jika calon pembelisudah mendapatkan keterangan yang
jelas yang didapat konsumen dari pesan iklan (informasi) yang
ditayangkan
televisi
secara
berulang-ulang,brosur,
pemasaran
langsung, dan lainnya.
5. Niat Beli (Intention)
Niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
rencana konsumen
untuk membeli produk tertentu, serta berapa
banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Niat beli
merupakan
pernyataan
rencanapembelian
mental
sejumlah
konsumen
produk
yang
dengan
merefleksikan
merek
tertentu.
Pengetahuan akanniat beli sangat diperlukan para pemasar untuk
mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk
memprediksi perilakukonsumen di masa mendatang.
6. Pembelian Nyata (Purchase)
Pembelian nyata merupakan saat konsumen membayar atau
membuat surat hutang dalam jumlah tertentu untuk membeli suatu
produk pada waktu tertentu. Pembelian nyata muncul karena
konsumen sudah mempunyai niat untuk membeli suatu produk.
Pembelian nyata merupakan sasaran akhir CDM, baik untuk konsumen
yang baru pertama kali membeli ataupun untuk konsumen yang
melakukan
pembelian
ulang.
Berdasarkan
pendekatan
CDM,pengukuran efektivitas iklan digunakan untuk mengetahui
pengaruhvariabel F (pesan iklan), B (pengenalan merek), C
(keyakinankonsumen), I (niat beli) dan A (sikap konsumen) terhadap
24
pembeliannyata (P) suatu merek atau produk dan juga untuk mencari
informasi,apakah terdapat variabel antara dan variabel bukan antara
dari B (pengenalan merek), C (keyakinan konsumen), I (niat beli) dan
A (sikapkonsumen) yang dapat mempengaruhi F (pesan iklan)
terhadap P (pembelian nyata).
2.12. Impulse buying
Menurut Sumarwan (2002), jenis pembelian konsumen terbagi
menjadi tiga macam yaitu pembelian yang terencana sebelumnya,
pembelian yang separuh terencana dan pembelian yang tidak terencana.
Pembelian yang terencana sepenuhnya dalah jika konsumen telah
menentukan pilihan produk dan merek jauh sebelum pembelian dilakukan.
Ketika konsumen sudah mengetahui produk yang ingin dibeli dan keputusan
merek yang akan dibeli diputuskan pada saat di dalam toko, pembelian bisa
digolongkan dalam pembelian yang separuh terencana.
Beberapa konsumen sering kali membeli produk atau jasa tanpa
direncanakan terlebih dahulu. Hal ini dapat disebabkan oleh penataan
display atau pemotongan harga. Display atau peragaan tersebut telah
membangkitkan kebutuhan konsumen, sehingga konsumen merasakan
kebutuhan
yang
mendesak
untuk
membeli
produk
yang
sedang
dipromosikan tersebut. Keputusan pembelian seperti ini disebut sebagai
pembelian impulsif (impulse purchasing/impulse buying) (Sumarwan,
2002).
Berdasarkan penelitian Rook dalam Engel (2002), pembelian berdasar
impulse tidak didasarkan pada pemecahan masalah konsumen dan paling
baik dipandang dari perspektif hedonik atau pengalaman. Pembelian
berdasar impulse mungkin memiliki satu atau lebih karakteristik sebagai
berikut :
1. Spontanitas. Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi
konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respon terhadap
stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan.
2. Dorongan untuk membeli dengan segera. Ada motivasi untuk
mengesampingkan yang lain dan bertindak dengan seketika.
25
3. Kesenangan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli sering
disertai dengan emosi.
4. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi
begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.
2.13. Structural Equation Modelling (SEM)
2.13.1 Definisi Structural Equation Modelling (SEM)
SEM merupakan suatu teknik statistika yang mampu
menganalisis hubungan peubah laten, peubah indikator dan
kesalahan pengukuran secara langsung. Disamping hubungan
kausal searah, metode SEM memungkinkan untuk menganalisi
hubungan dua arah (Ghozali et al,2005).
Konstruk laten adalah variabel-variabel yang tidak dapat
diobservasi, sehingga tidak dapat diukur secara langsung.
Pengamatan pada variabel laten melalui efek pada variabel-variabel
terobservasi. Variabel terobservasi adalah indikator-indikator yang
dapat diukur (Ghozali et al,2005).
Dalam model SEM, konstruk laten berdasarkan fungsinya
dibagi menjadi dua, yaitu: variabel eksogen dan variabel endogen.
Variabel eksogen adalah suatu variabel yang tidak dapat
dipengaruhi oleh variabel lain (atau disebut variabel independen
didalam model regresi). Sedangkan variabel endogen adalah
variabel yang dapat dipengaruhi variabel lain. Dalam model SEM,
variabel endogen dapat berperan menjadi variabel independen
apabila variabel tersebut dapat mempengaruhi variabel lain
(Ghozali et al,2005).
Menurut Ghozali (2005), proses Structural Equation
Modelling mencakup beberapa langkah yang harus dilakukan,
yaitu:
a. Konseptual Model
Tahap ini berhubungan dengan pengembangan hipotesis
(berdasarkan teori-teori) sebagai dasar dalam menghubungkan
26
variabel laten dengan variabel laten lainnya, dan juga dengan
indikator-indikatornya.
b. Penyusunan Diagram Alur
Tahap ini memudahkan dalam proses menvisualisasikan
hipotesis yang telah kita ajukan dalam konseptualisasi model
di atas.
c. Spesifikasi Model
Spesifikasi model yaitu untuk menggambarkan sifat dan
jumlah parameter yang diestimasi. Spesifikasi model berkaitan
dengan pembentukan awal persamaan struktur sebelum
dilakukan estimasi. Model awal ini dilakukan berdasarkan
suatu teori atau penelitian sebelumnya.
d. Identifikasi Model
Informasi yang diperoleh dari data diuji untuk menentukan
apakah cukup untuk mengestimasi parameter dalam model.
Nilai yang unik harus diperoleh untuk seluruh parameter dari
data yang telah diperoleh sebelumnya.
e. Estimasi Parameter
Berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk menghasilkan
nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu model
estimasi yang tersedia. Pemilihan metode estimasi yang
digunakan seringkali ditentukan berdasarkan karakteristik dari
variabel-variabel yang dianalisis.
f. Penilaian Model Fit
Berkaitan dengan uji kecocokan antara model dengan data.
Beberapa kriteria ukuran kecocokan atau Goodness Of Fit
(GOF) dapat digunakan untuk melaksanakan langkah ini.
g. Modifikasi Model
Setelah melakukan penilaian model fit, maka model penelitian
diuji untuk menentukan apakah modifikasi model diperlukan
karena tidak fitnya hasil yang diperoleh tahap pada tahap
27
sebelumnya. Semua modifikasi harus berdasarkan teori yang
mendukung.
h. Validasi Silang Model
Tahap ini menguji fit tidaknya model terhadap suatu data baru.
Validasi silang ini penting apabila terdapat modifikasi yang
substansial yang dilakukan terhadap model asli yang dilakukan
pada langkah sebelumnya.
Secara teknis SEM dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu
SEM berbasis kovarian yang diwakili oleh LISREL dan SEM
variance atau sering disebut Component Based SEM yang
mempergunakan software SmartPLS dan PLS Graph. Covariance
Based SEM lebih bertujuan memberikan pernyataan tentang
hubungan kausalitas atau memberikan deskripsi mekanisme
hubungan kausalitas (sebab – akibat). Sedangkan Component
Based SEM dengan PLS bertujuan mencari hubungan liniear
prediktif antar variabel (Ghozali, 2008). Pada tabel 2 dibawah,
menunjukkan perbedaan Covariance Based SEM dengan Variance
Based dengan PLS.
Tabel 2. Perbedaan Covariance Based SEM (CBSEM) dengan
Component Based SEM (PLS)
No.
Kriteria
PLS
CBSEM
1.
2.
Tujuan
Pendekatan
Berorientasi
Berorientasi
prediksi
pendugaan parameter
Berbasis
varian Berbasis
(ragam)
3.
(peragam)
Estimasi
Konsisten
sebagai Konsinten
parameter
indikator
dan
sample
size
meningkat
(consistency
large)
at
covarian
28
Lanjutan Tabel 2.
No.
4.
Kriteria
Asumsi
PLS
CBSEM
Spesifikasi
Multivariate
normal
prediktor
distribution,
(nonparametric)
independence
observation
(parametric)
5.
6.
Skore
Variabel Secara eksplisit di indeterminate
Laten
estimasi
Hubungan
Dapat dalam bentuk Hanya
epistemic antara reflective
variabel
dengan
maupun reflective indikator
laten formative indikator
dan indikatornya
7.
Implikasi
Optimal
untuk Optimal
ketepatan prediksi
8.
untuk
ketepatan parameter
Kompleksitas
Kompleksitas besar Kompleksitas
model
(100 konstruk dan sampai
1000 indikator)
(kurang
kecil
menengah
dari
100
indikator)
9.
Besar sample
Kekuatan
analisis Kekuatan
didasarkan
porsi
pada didasarkan
dari
pada
model model
spesifik
yang
memiliki minimal
jumlah
prediktor direkomendasikan
terbesar.
berkisar
Minimal
sampai 800.
direkomendasikan
berkisar
dari
30
sampai 100 kasus.
Sumber : Ghozali (2008)
analisis
dari
200
29
2.13.2 Bentuk Structural Equation Modelling (SEM) dengan Partial
Least Squares (PLS)
PLS pertama kali dikembangkan oleh Herman Wold (1996)
sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang
menggunakan
konstruk
laten
dengan
multiple
indikator.
Pendekatan PLS adalah distribution free (tidak mengasumsikan
data berdistribusi tertentu, dapat berupa nominal, kategori, ordinal,
interval, dan rasio). PLS merupakan metode analisis powerfull
karena tidak didasarkan banyak asumsi, jumlah sampel kecil dan
residul
distribusi.
Walaupun
PLS
dapat
digunakan
untuk
mengkonfirmasi teori, tetapi PLS juga dapat digunakan untuk
menjelaskan ada tidaknya hubungan antara variabel laten.
Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri
dari 3 (tiga) set hubungan, yaitu :
1. Inner Model (Inner relation, structural model dan substantive
theory)
Inner Model mespesifikasikan hubungan antar variabel
laten berdasarkan pada teori . Model struktural dievaluasi
dengan melihat nilai R-Square untuk konstruk laten dependen,
Stone Geisser Q-square test untuk predictive relevance dan uji
t, serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural.
Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai
pengaruh variabel laten independen terhadap variabel laten
dependen.
2. Outer Model (Outer relation atau Measurement Model)
Outer Model menspesifikasikan hubungan antar variabel
laten dengan indikator. Outer Model terdiri dari 2 (dua) macam
mode, yaitu mode reflective (mode A) dan mode formative
(mode B). Mode reflektif merupakan relasi dari peubah laten
ke peubah indikator atau “effect”. Sedangkan mode formative
merupakan relasi dari perubah indikator membentuk peubah
laten “causal”.
30
3. Weight Relation
Inner dan Outer model memberikan spesifikasi yang diikuti
dalam estimasi algoritma PLS.
2.14. Penelitian Terdahulu
Arca (2011), dalam penelitiannya tentang analisis efektivitas iklan televisi
es krim magnum dan faktor yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan pembelian es krim berdasarkan karakteristik pengeluaran oleh
mahasiswa program diploma IPB, berdasarkan hasil analisis Consumer
Decision Model diketahui bahwa pesan es krim Wall‟s Magnum berpengaruh
langsung terhadap variabel – variabel yang diukur pada Consumer Decision
Model dari variabel pesan iklan (F) sampai dengan variabel pembelian nyata
(P). Pada kelompok konsumen dengan pengeluaran sebesar Rp. 0 hingga Rp.
599.999, pesan iklan es krim Wall‟s Magnum efektif sampai dengan variabel
pembelian nyata. Sedangkan pada kelompok konsumen dengan pengeluaran
sebesar Rp. 600.000 hingga Rp. 2.500.000, pesan iklan es krim Wall‟s
Magnum akan efektif dalam mempengaruhi kepercayaan konsumen untuk
membeli es krim Wall‟s Magnum apabila pesan iklannya lebih menonjolkan
pada pengenalan
merek Magnum. Berdasarkan hasil analisis korelasi
kanonik didapatkan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
pembelian konsumen pada kelompok konsumen dengan pengeluaran sebesar
Rp. 0 hingga Rp. 599.999 adalah faktor ukuran kemasan, manfaat
mengkonsumsi, pengetahuan atribut, kepribadian dan gaya hidup. Pada
kelompok konsumen dengan pengeluaran sebesar Rp. 600.000 hingga Rp.
2.500.000 faktor yang mempengaruhi adalah ukuran kemasan, harga,
pengetahuan atribut, dan gaya hidup.
Husna (2011), dalam penelitiannya tentang analisis efektivitas iklan
televisi Mizone dalam pengambilan keputusan pembelian minuman isotonic
oleh mahasiswa strata – 1 Institut Pertanian Bogor, berdasarkan hasil analisis
Consumer Decision Model diketahui bahwa pesan iklan yang ingin
disampaikan oleh produsen minuman isotonic Mizone melalui iklan televisi
versi “City” efektif dalam mempengaruhi kepercayaan konsumen dan sikap
konsumen sehingga menimbulkan niat beli konsumen untuk melakukan
31
pembelian nyata terhadap produk Mizone. Pengenalan merek Mizone melalui
iklan televisi tidak efektif mempengaruhi kepercayaan konsumen dan sikap
konsumen sehingga tidak dapat menimbulkan niat beli apalagi pembelian
nyata konsumen terhadap produk Mizone. Hasil analisis berdasarkan korelasi
kanonik menghasilkan tiga faktor yang berpengaruh pada pembelian nyata
konsumen terhadap minuman isotonik, yaitu faktor merek (-0,703), media
informasi (0,521) dan gaya hidup (0,521).
Download