Wealth Management Newsletter - Juni 2014

advertisement
Market Perspective // 1
Wealth Management Newsletter - Juni 2014
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
2 // Market Perspective
GREETINGS
Nasabah yang terhormat,
Tanpa terasa pemilu presiden sudah dekat dan dukungan terhadap dua calon
presiden Indonesia semakin kuat.
Dalam edisi ini kami akan mengulas bagaimana dua koalisi politik besar
akan memberikan pengaruh pada para investor untuk cenderung memonitor
perkembangan dinamika politik serta data ekonomi Indonesia.
Terbentuknya dua koalisi besar merupakan hal yang positif karena Pilpres pada
tanggal 9 Juli nanti dapat berlangsung satu putaran saja. Semakin cepat kepastian
politik tercipta, semakin baik juga iklim investasi di Indonesia.
Sebagai penutup, saya ucapkan terimakasih untuk kesetiaan Anda yang telah
menjadi Nasabah Commonwealth Bank. Kami senantiasa berharap agar kami
dapat membantu Anda menjadi rekan dalam pengelolaan keuangan dan investasi
Anda.
Salam Hangat,
Ian Whithead
Director of Retail and Business Banking
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
Market Perspective // 1
GLOBAL OUTLOOK
IMF
Pertumbuhan ekonomi global tahun 2014 akan lebih baik dari 2013
I
nternational Monetary Fund (IMF) memproyeksi pertumbuhan ekonomi global akan meningkat 3.6% untuk tahun 2014,
dari 3% di tahun 2013. Meskipun dibayangi perlambatan ekonomi China, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi
negara berkembang akan meningkat dari level 4,7% di 2013 menjadi 5,1% di tahun ini.
2014 GDP Forecast and effects of a plausible downside scenario
Sumber: IMF
Amerika Serikat
kuartal ke dua yang lebih menjanjikan
Meskipun pertumbuhan ekonomi AS di Q1-2014 hanya tumbuh 0,1%
dan lebih buruk dari estimasi awal pemerintah, namun pertumbuhan
ekonomi di kuartal kedua diproyeksi akan lebih baik.
Pada kongres awal Mei lalu, Ketua Bank Sentral AS Janet Yellen
menyatakan cukup positif akan prospek ekonomi AS karena pelemahan
pertumbuhan ekonomi sebesar 1% pada Q1-2014 merupakan dampak
sementara dari musim dingin yang ekstrim. Beberapa perbaikan mulai
terlihat dari data yang dilaporkan akhir-akhir ini, antara lain: tunjangan
pengangguran mulai turun ke level 300,000 (terendah selama 7 tahun
terakhir), belanja konsumen pada Q1-2014 tumbuh sehat sebesar
3,1% YoY, produksi industri dan eskpor juga memberikan signal akan
pertumbuhan di kuartal ke dua. Namun ada juga hal yang dikuatirkan
Yellen, yaitu: pelemahan sektor perumahan AS dan belanja alat-alat
bisnis untuk korporasi akhir-akhir ini.
Perekonomian AS diperkirakan dapat tumbuh sekitar 3,8% YoY, dan
bertahan di atas level 3% pada Semester 2 ke depan. Untuk mendukung
pencapaian ini, Yellen memberikan sinyal untuk mempertahankan tingkat
suku bunga acuan di level yang rendah, khususnya jika pemulihan
sektor tenaga kerja di bulan April tidak meningkat dari level saat ini (di
mana penambahan pekerja telah mencapai titik tertinggi dalam 2 tahun
terakhir).
Dengan sinyal bahwa tingkat suku bunga dapat dipertahankan rendah
sampai tahun 2015, maka pasar obligasi AS mengalami kenaikan di
mana tingkat imbal hasil Obligasi pemerintah (UST) turun ke level 2,47%
di bulan Mei 2014. Penurunan tingkat imbal UST juga mengindikasikan
optimisme pelaku pasar bahwa tingkat suku bunga AS tidak akan
dinaikkan dengan cepat apabila sektor tenaga kerja masih lemah karena
akan menekan permintaan konsumsi domestik. Sementara pasar
saham AS cenderung stabil meskipun mencapai level tertinggi baru di
pertengahan bulan Mei lalu.
Seperti kita ketahui bahwa tingkat imbal hasil UST sempat meningkat ke
level 3% pada akhir tahun lalu, setelah Bank Sentral AS mengumumkan
QE tapering di tahun 2014. Meskipun Bank Sentral AS masih meneruskan
QE tapering tahun ini, namun kondisi negara Eropa dan Jepang yang
masih melonggarkan kebijakan moneternya menyebabkan kenaikan
tingkat imbal hasil AS tahun ini akan lebih terbatas. Apabila Bank Sentral
AS memutuskan untuk meningkatkan suku bunga AS tahun depan,
maka hal tersebut merupakan indikasi pertumbuhan ekonomi yang lebih
sehat sehingga akan direspon positif oleh pasar.
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
2 // Market Perspective
Eropa
Tantangan atasi deflasi masih berlanjut
Saat ini pelaku pasar sedang menanti upaya Bank Sentral Eropa (ECB)
dalam menghadapi tantangan deflasi di negara-negara Eropa. Tingkat
inflasi negara zona Eropa di bulan Mei turun dari 0.7% YoY ke 0.5% YoY
akibat harga komoditas dan makanan yang turun, serta penyesuaian
tingkat pendapatan yang terjadi di beberapa negara yang mengalami
krisis. Menguatnya mata uang Euro juga memberikan dampak negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi pada Q1-2014 yang hanya tumbuh
sebesar 0.2% QoQ.
A Worrisome Trend
An extended bout of low inflation in the Euro Zone - including
outright deflation in a small number of countries like Greece may pose a threat to economic recovery.
GERMANY
+4%
FRANCE
ITALY
Menuju tingkat pertumbuhan yang lebih stabil
ireland
+2
+1
0
-1
‘12
‘13
‘14
‘12
‘13
‘14
‘12
‘13
‘14
‘12
‘13
‘14
-3
spain
portugal
greece
+3
+2
+1
0
‘12
‘13
‘14
‘12
‘13
‘14
‘12
‘13
Banyak berita negatif yang mendorong investor untuk bersikap
skeptis mengenai China. Beberapa data yang dilaporkan baru-baru ini
menunjukkan beberapa tantangan yang masih dihadapi China seperti
terlalu banyak berinvestasi di sektor tertentu, menurunnya produksi
industri dan meningkatnya Non Performing Loan (NPL) dari industri
perbankan. Di sisi lain, perlambatan ekonomi mungkin merupakan
sesuatu hal yang diperlukan sebagai proses dari implementasi beberapa
langkah reformasi.
Pemerintahan China di bawah pimpinan President Xi Jinping mungkin
dapat menjadi salah satu pemerintah yang paling pro perubahan sejak
pimpinan Deng Xiao ping, yang sebelumnya mendorong China untuk
mengimplementasikan agenda reformasi dan mendorong China menjadi
ekonomi yang lebih terbuka. President Xi Jinping berupaya untuk
menambah kekompetitifan ekonominya dengan mendorong ekonomi
China lebih terbuka lagi, dan agenda reformasinya juga dinilai positif
karena didukung oleh keinginannya untuk mengurangi korupsi.
-2
+4%
Secara keseluruhan, kondisi rendahnya tingkat imbal hasil dan inflasi di
negara eropa disebabkan dampak dari upaya perbaikan negara-negara
eropa yang krisis dengan program austerity yang ketat. Pertumbuhan
ekonomi Zona Eropa yang lemah pada kuartal 1 menunjukkan proses
pemulihan masih berjalan perlahan.
CHINA
euro zone
+3
6 tahun terakhir pada Q1-14 lalu. Kemudian Italia yang sedang dalam
proses untuk keluar dari resesi dibawah pimpinan Perdana Menteri
Matteo Renzi yang masih muda dan pro reformasi. Hal lain yang positif
adalah berita negara Portugal yang pada tanggal 4 Mei lalu mulai keluar
dari program bailout yang berlangsung selama 3 tahun terakhir, dan
negara Yunani yang sukses melelang obligasi tenor 5 tahun senilai €3
milyar untuk pertama kalinya sejak memasuki program bailout pada 4
tahun yang lalu.
‘14
-1
Walaupun adanya potensi fluktuasi yang disebabkan oleh berbagai
rencana reformasinya, China mungkin akan lebih dapat menjaga
tingkat pertumbuhan yang lebih stabil dalam tahun-tahun mendatang.
Pertumbuhan ekonomi ini dinilai akan datang dari pertumbuhan
pendapatan masyarakat, yang kemudian akan menjadi motor untuk
pertumbuhan konsumsi domestik. Proses urbanisasi di China juga
menunjukkan perlunya pertumbuhan investasi untuk terus berlanjut.
-2
-3
Inflation
Annual rate of change in prices, monthly, January 2012 through April 2014,
except for the Euro Zone, which is through May.
Sumber: Eurostat
Meskipun demikian beberapa negara eropa mulai menunjukkan tandatanda perbaikan yang diukur dari peningkatan belanja masyarakat dan
aktivitas industri. Baru-baru ini Organization for Economic Co-operation
and Development meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi
Inggris ke level 3,2%, setelah mempertimbangkan perbaikan di sektor
manufaktur. Demikian pula dengan Menteri Ekonomi Jerman yang
meningkatkan proyeksi pertumbuhan negaranya ke level 1,8% untuk
tahun ini.
Terpilihnya Perdana Menteri Perancis yang baru, Manual Valls, yang
dinilai market-friendly dan memiliki berbagai kebijakan seperti penurunan
belanja pemerintah dan keringanan untuk sektor bisnis, memberikan
harapan ekonomi Perancis juga dapat tumbuh lebih baik kedepannya.
Spanyol juga mulai mencatat pertumbuhan kuartalan tercepat selama
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
NEGARA BERKEMBANG
Kembali ke faktor fundamental
Setelah mengalami pelemahan di awal tahun, mata uang dan pasar
obligasi di Asia dan Latin Amerika sudah lebih stabil dalam beberapa
bulan terakhir ini. Kekhawatiran pelaku pasar terhadap dampak
perlambatan ekonomi China dan krisis likuditas Global terhadap negaranegara berkembang tampaknya sudah mulai mereda.
Pelaku pasar menilai bahwa dampak dari QE tapering AS dapat
diseimbangkan dengan jumlah QE dari Bank of Japan sebesar (USD 700
milyar per tahun atau sekitar US$58,3 miliar per bulan). Selain itu pelaku
pasar juga menyadari bahwa negara berkembang tidak dapat dilihat
sebagai satu kelas aset yang sama, karena mempunyai perbedaan baik
dari sisi fundamental maupun kebijakan pemerintahnya.
Persepsi ini telah menimbulkan perbedaan diantara kinerja negara
berkembang dengan fundamental yang lebih kuat dan yang lebih lemah.
Misalnya, adanya kenaikan pada mata uang Korea Selatan dan Mexico,
tetapi penurunan peringkat untuk obligasi pemerintah Brazil, Venezuela
dan Argentina.
Market Perspective // 3
analisa valas
D
i tengah ketidakpastian dari The Fed dalam rencananya untuk menaikan suku bunga, dan rencana ECB untuk
menurunkan suku bunga sampai ke angka negatif, para pelaku pasar masih melakukan aksi wait and see. Hal ini
tercermin dari tingkat fluktuasi yang rendah pada bulan Mei 2014. Rencana dari ECB untuk merubah kebijakan
moneter demi meningkatkan inflasi di Zona Eropa, diperkirakan akan meningkatkan fluktuasi valas pada bulan Juni.
Rupiah diperkirakan masih akan terus melakukan penyesuaian dengan fundamental ekonomi Indonesia yang sedang berjalan.
Memburuknya data-data ekonomi di Indonesia berpotensi memberikan dampak negatif pada pergerakan IDR terhadap mata
uang lainnya. Pemilu yang akan dilakukan pada bulan juli diharapkan mampu menarik kembali investor asing dan memberikan
dampak positif untuk IDR terhadap mata uang lainnya.
USD/IDR
GBP/USD
Persepsi pasar dan selera risiko para pelaku
pasar yang masih cenderung sideways
tercermin dari pergerakan GBP yang
stabil terhadap mata uang lainnya. GBP
cenderung bergerak stabil dalam rentang
1,6650 – 1,6850 pada bulan Mei 2014. Datadata ekonomi di Inggris menunjukan adanya
pertumbuhan yang konsisten dan sesuai
dengan harapan para pelaku pasar. GDP
q/q bertumbuh stabil di 0,8%, penjualan
retail naik di atas prediksi ekonom dari 0,1%
ke 1,3%. Kenaikan tersebut bisa menjadi
salah satu katalis dalam kenaikan inflasi dan
dilanjutkan dengan kenaikan suku bunga.
Menjelang pemilihan umum presiden
Indonesia, situasi politik memberikan
dampak yang cukup besar dalam pergerakan
Rupiah terhadap mata uang lainnya. USD/
IDR melemah sebesar 3,0% pada bulan
Mei 2014. Data-data terbaru ekonomi
Indonesia di warnai dengan notasi yang
negatif seperti melebarnya kembali neraca
perdagangan Indonesia ke US$1,9 miliar
dan defisitnya neraca berjalan Indonesia
yang mendekati angka 3,0%. Hal ini juga
memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam pergerakan IDR.
Diperkirakan USD/IDR akan bergerak
dengan rentang 11,650 – 12,000 dengan
kecenderungan naik pada bulan Juni 2014.
AUD/USD
Diperkirakan GBP/USD akan bergerak
dengan rentang 1,6650 – 1,6850 dengan
kecenderungan naik pada bulan Juni 2014.
EUR/USD
Dollar Australia bergerak stabil pada
bulan Mei 2014 dengan rentang harga
0,9203 – 0,9409. Beberapa data ekonomi
Australia yang dirilis pada bulan Mei 2014
masih belum sesuai dengan harapan para
ekonom. Meskipun GDP q/q Australia naik
lebih daripada prediksi para ekonom namun
penyerapan tenaga kerja pada bulan Mei
masih di bawah prediksi para ekonom. Hal
ini berdampak pada stagnannya pergerakan
AUD pada bulan Mei 2014
DIperkirakan AUD/USD akan bergerak
dengan rentang 0,9080 – 0,9450 dengan
kecenderungan naik pada bulan Juni 2014.
JPY/USD
Masih diwarnai dengan rendahnya tingkat
inflasi di Zona Eropa, ECB kembali
berencana untuk melakukan pelonggaran
kebijakan moneter meskipun suku bunga
EUR pada saat ini sudah pada batas yang
sangat rendah (0,25%). Tanggal 5 Juni 2014
akan diumumkan keputusan ECB mengenai
hal tersebut. Apabila ECB memutuskan
untuk kembali melakukan pelonggaran
kebijakan dengan menurunkan suku bunga,
maka suku bunga simpanan EUR akan
menjadi negatif dan EUR akan cenderung
melemah terhadap mata uang lainnya.
DIperkirakan EUR/USD akan bergerak
dengan rentang 1,3380 – 1,3680 dengan
kecenderungan turun pada bulan Juni 2014.
Inflasi Jepang mencapai level tertinggi dalam
10 tahun terakhir. Tanggal 30 Mei 2014
kemarin dirilis data National CPI Jepang
yang mencapai angka 3,4%. Kenaikan inflasi
tersebut dinilai sudah sesuai dengan strategi
yang diterapkan oleh pemerintah Jepang.
Namun di lain sisi, neraca perdagangan
Jepang yang defisit, masih menjadi salah
satu topik utama di Jepang. Diperkirakan
BOJ masih akan memberikan stimulus guna
meningkatkan ekspor dan memperbaiki
neraca perdagangan
Diperkirakan USD/JPY akan bergerak
dengan rentang 101,50 – 103,20 dengan
kecenderungan naik.
Recommendation
USD/IDR
EUR/USD
GBP/USDAUD/USD
USD/JPY
Expected buying level
11.550 - 11.600
1.3320 - 1.3380
1.6575 - 1.6625
0.9080 - 0.9120
Expected selling level
12.000 - 12.150
1.3680 - 1.3800 1.6775 - 1.6825
0.9350 - 0.9410 101.30 - 101.75
103.20 - 103.80
Long profit taking @
12.000 and above
1.3530 and above
1.6700 and above
0.9320 and above
102.80 and above
Short profit taking @
11.600 and below
1.3450 and below
1.6625 and below
0.9150 and below
102.50 and below
Long cut loss @
11.400 - 11.450
1.3250 - 1.3280
1.6475 - 1.6525
0.8980 - 0.9020
100.30 - 100.75
Short cut loss @
12.220 - 12.300
1.3850 - 1.3900
1.6900 - 1.6935
0.9500 - 0.9550
104.25 - 104.75
Entry Point
Profit Taking
Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
4 // Market Perspective
COMMINSIGHT
EQUITY MARKET REVIEW – MEI 2014
P
enantian investor untuk IHSG kembali menyentuh angka 5,000 akhirnya tercapai. Di bulan Mei 2014, IHSG berhasil
mencapai level penutupan tertinggi di level 5,031 sebelum akhirnya ditutup di level 4,893.908 dengan kenaikan sebesar
1,11%. Indeks LQ45 naik sebesar 1,18%. Kinerja positif ini berawal dari antisipasi investor terhadap pengumuman
capres dan cawapres pasca dirilisnya hasil hitung pemilu legislatif yang resmi pada tanggal 12 Mei. Namun kemudian
bursa saham mengalami koreksi yang cukup besar pada hari terakhir perdagangan di bulan Mei akibat proses rebalancing
kuartalan indeks MSCI Asia Pacific. Investor asing kembali melakukan akumulasi pada pasar saham Indonesia dengan
pembelian bersih sebesar US$746,4 juta, sehingga total mencapai US$3,645.5 juta selama tahun berjalan.
Hasil pemilu legislatif yang resmi dilaporkan tidak berbeda jauh dari
hasil hitung cepat, di mana semua partai perlu membentuk koalisi untuk
mengajukan calon presiden dan wakilnya. Pada akhirnya terbentuklah
dua koalisi politik besar dengan dua pasangan calon presiden dan
wakilnya, yaitu Jokowi – Jusuf Kalla dan Prabowo – Hatta Rajasa.
Pergerakan IHSG kemudian terkonsolidasi di rentang 4,900-5,000, yang
mengambarkan keragu-raguan investor untuk mengakumulasi secara
agresif dan cenderung memonitor perkembangan dinamika politik serta
data-data ekonomi Indonesia. Investor juga mempertimbangan valuasi
IHSG dari angka P/E positive yang mencapai 16,7x di akhir bulan Mei
dan telah berekspansi 12,65% tahun ini. Pergerakan mata uang IDR juga
tidak kalah fluktuatif dan sempat mencapai level terendah di 11,342,
kemudian terus melemah di bulan Mei ini mendekati level 11,639 per
tanggal 28 Mei 2014.
Catatan dari pergerakan harian IHSG di bulan Mei
JCI Index
Period 30 Range 20
1D
3D
1M
6M
JCI Index -Last Price
Close on 04/28 ------
High on 05/19 09:25
Average
Low on 04/29 08:55
95) Save As
08:55
16:15
YTD
5Y
1Y
96) Actions
97) Edit
11)Compare
Movg.
Bar
Max
4934.484
4818.758
5091.317
4910.351
4800.007
98) Table
Bar Chart
No Lower Chart
30 Min
Event
Security/Study
Pengumuman
JK sebagai
cawapres Jokowi
5100
Golkar berkoalisi
dengan Gerindra
5050
5000
Hasil Pemilu
Legislatif
4950
Rebalancing
MSCI Asia
Pacific Index
Bargain
Hunting
02
05
06
07
08
09
12
13
14 16
May 2014
19
20
21
22
(%) US$ returner
Country
Indonesia
Phillipines
Egypt
Turkey
India
Peru
Brazil
Thailand
South Africa
Colombia
Czech Republic
Taiwan
Korea
EM
Malaysia
World
Poland
Chile
Mexico
Greece
Hungary
China
Russia
YTD
27
19
16
15
15
11
9
8
8
6
4
4
3
2
1
1
0
0
(2)
(4)
(5)
(6)
(13)
1 YR
(16)
(10)
35
(29)
5
(5)
(9)
(21)
7
(6)
7
5
14
(2)
(3)
11
9
(21)
(6)
15
(16)
(3)
(9)
3 YR (CAGR)
(8)
62
29
(9)
(7)
(14)
(31)
4
1
(4)
(37)
(5)
3
(3)
9
26
(21)
(35)
11
(48)
(45)
(12)
(30)
Sumber: MSCI, Bloomberg 15 May 2014. Fragile Live in Italics
** Sejak tahun 2013 lalu, Indonesia juga dikelompokan sebagai salah satu negara Fragile Five bersama
dengan Brasil, India, Afrika Selatan dan Turkey. Kelima negara ini dinilai rentan terhadap capital outflow
karena mempunyai defisit neraca transaksi berjalan dan bergantung pada Hot Money.
4850
23
26
29
30
Sumber: Bloomberg
Faktor katalis dan risiko
yang perlu dipertimbangkan investor
Sepanjang tahun 2014, kinerja IHSG telah melonjak 17,72% atau
25,5% dalam mata uang dollar yang didukung oleh beberapa faktor
yang membuat persepsi risk-reward terhadap Indonesia menjadi lebih
seimbang, antara lain: membaiknya defisit neraca transaksi berjalan
(CAD) sebesar 188 bps dari 3Q-13 ke 1Q-14, penguatan rupiah
terhadap dolar dari 12,171 diakhir bulan Desember 2013 ke level
11,600, menurunnya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah US tenor
10 sebesar 40 bps dari tingkat tertinggi 3%, serta ekspektasi akan
implementasi reformasi ekonomi yang lebih cepat jika hasil pemilu
presiden berjalan lancar. Investor asing yang di tahun lalu meninggalkan
bursa negara berkembang terlihat mulai kembali berkembali karena
persepsi risiko terhadap negara berkembang termasuk Indonesia sudah
mulai menurun. Tahun 2014 merupakan tahun yang menarik di mana
terdapat selisih yang lebar diantara kinerja bursa saham global. Kinerja
indeks negara berkembang, terutama negara yang disebut Fragile Five,
lebih baik dari performa indeks MSCI World karena risiko berinvestasi
di negara berkembang ternyata tidak sebesar yang dikuatirkan pelaku
pasar diakhir tahun 2013 lalu.
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
The majority of EMs outperforming
4900
4893.91
4800
29
30
Apr 2014
Persepsi risiko negara berkembang yang menurun
Prospek pertumbuhan kinerja IHSG kedepannya masih positif karena
didukung oleh berbagai katalis positif:
• Aliran dana investor asing diekspektasi masih dapat mendukung
kenaikan IHSG karena dana asing yang keluar di tahun 2013 belum
sepenuhnya kembali.
• Ekspektasinya perbaikan defisit neraca pembayaran (CAD) dan
pembiayaan fiskal. CAD untuk tahun 2014 diekspektasi akan
berkisar sekitar -2,7% dari GDP dibandingkan -3,3% pada tahun 2013.
• Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mulai meningkat setelah
mencapai level terendah di 1Q-14.
• Kenaikan laba emiten setelah laporan kinerja 1Q-14 yang cukup
baik dalam kondisi suku bunga yang relatif tinggi dan rupiah yang lemah.
• Prospek pemerintah baru yang reformatif dan menurunkan ketidak pastian politik. Jika berkaca pada pemilu di negara regional lainnya,
seperti Filipina dan India, bursa Indonesia juga masih berpotensi
naik mendekati atau setelah pemilu pada saat janji-janji reformasi
mulai diimplementasikan.
Namun di satu sisi, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan risiko
terhadap volatilitas IHSG dalam jangka pendek, antara lain:
• Ekspektasi meningkatnya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah US
tenor 10 tahun dengan semakin dekatnya akhir dari QE dan
pertumbuhan ekonomi US yang lebih cepat.
• Melebarnya defisit neraca transaksi berjalan untuk 2 kuartal ke
depan dari 2% GDP selama Q1-14.
• Potensi pelemahan Rupiah pada kuartal dua ini karena faktor
musiman dari pembayaran dividen dan repatriasi yang meningkat kan permintaan USD.
Market Perspective // 5
• Jika permintaan konsumsi domestik atau investasi masih terus
meningkat, maka pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang
berimbas pada perlambatan laju pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
Pembelian asing di pasar saham Indonesia masih
lebih kecil dibandingkan India dalam persentase
kapitalisasi pasar
Persepsi risk-reward untuk Indonesia dari negatif
menjadi lebih seimbang
3.0
2.5
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
Foreign net buying - there is room for positive surprise
1-Mar-14
1-May-14
1-Nov-13
1-Jan-14
1-Jul-13
1-Sep-13
1-Mar-13
1-May-13
1-Nov-12
1-Jan-13
1-Jul-12
1-Sep-12
1-May-12
1-Jan-12
1-Mar-12
1-Nov-11
Indonesia
India
Sumber: Indonesia Stock Exchange, India Stock Exchange, Credit Suisse Research
12450
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
May-14
Sumber: Bloomberg, J.P. Morgan, 12 May 2014. Note: MSCI Indonesia and GBI EM Indonesia broad (local currency) rebased to 100 on 27 December 2013
Awal QE tapering di tahun 2014 ini yang ditakutkan akan menghentikan
aliran dana modal ke negara berkembang juga tidak terealisasi.
Sementara meredanya ketegangan di Ukraina, dan ekspektasi
pelonggaran kebijakan dari ECB, serta berkurangnya kekuatiran kondisi
kredit di China telah menurunkan tingkat fluktuasi pasar dan mendorong
kembalinya minat terhadap aset negera berkembang. YTD, Bursa
saham, mata uang rupiah dan harga obligasi di Indonesia meningkat
dengan menurunnya risiko pendanaan CAD.
Data menurunnya biaya pendanaan korporasi dan pemerintah negara
berkembang dapat dilihat dari turunnya Corporate Emerging Market
Bond Index (CEMBI) and Emerging Market Bond Index (EMBI) dari tingkat
tertinggi masing-masing di 6,1% dan 6,3% pada tanggal 5 September
2013 lalu ke level 5,3% dan 5,27%. Dua indeks ini merupakan tolok
ukur untuk obligasi korporasi dan pemerintah negara berkembang yang
diterbitkan dalam mata uang USD. Penurunan indeks menunjukkan
penurunan biaya pendanaan.
Biaya pendanaan Negara Berkembang menurun
EMs’ declining funding costs
7
6.5
1-Jul-11
12250
95
Dec-13
1-Sep-11
100
1-May-11
12050
1-Jan-11
105
1-Mar-11
11850
1-Nov-10
11650
110
1-Jul-10
11450
115
1-Sep-10
11250
120
Watch the gap!
1-May-10
GBI EM Indonesia
1-Jan-10
125
MSCI
IDR/USD (RHS, inverted)
1-Mar-10
Indonesia - performance of equity, bond and currency
EMBI
CEMBI
6
5
4.5
Jul-13
Sep-13 Nov -13 Jan-14
Sampai pada akhir bulan Mei ini, sebanyak 447 dari 477 perusahaan
yang terdaftar pada IHSG sudah melaporkan laba untuk kuartal
pertama tahun 2014. Apabila investor melihat pada laporan pendapatan
emiten di Q1-14, pertumbuhan pendapatan emiten sendiri mengalami
pertumbuhan cukup baik untuk semua sektor kecuali sektor konsumer
dan utilities.
Pertumbuhan pendapatan emiten (sektor)
dan perhitungan estimasi analis di Q1 2014
Earnings Analysis
Source
Equity Index
Name
JCI
JAKARTA COMPOSITE INDEX
Industry (ICB)
Reported
11) All Securities
12)> Oil & Gas
13)> Basic Materials
14)> Industrials
15)> Consumer Goods
16)> Health Care
17)> Consumer Services
18)> Telecommunications
19)> Utilities
20)> Financials
21)> Technology
447 / 477
8/4
66 / 74
72 / 76
86 / 91
12 / 13
54 / 57
8/9
1/2
123 / 123
13 / 15
Range Current Season
Periodicity Quarter
Range CQ1 Ending: Feb 16, 2014 - May 15, 2014
Sales Surprise
Earnings Surprise
72.12%
113.11%
179.68%
19.49%
-13.17%
4140.91%
-71.40%
41.47%
-66.67%
4.80%
29.00%
12.57%
90.00%
1422.62%
-0.45%
1.90%
0.78%
NM
23.33%
2.98%
43.51%
Sumber: Bloomberg, 28 Mei 2014
5.5
4
Jan-13 Mar-13 May-13
Pertumbuhan laba emiten berpotensi direvisi naik
Mar-14
May-14
Setelah estimasi laba emiten diturunkan selama satu tahun terakhir, Credit
Suisse memproyeksikan dampak low base effect dapat mendorong
estimasi pertumbuhan laba emiten Indonesia tahun ini hingga mencapai
level 20%. Sehingga, EPS growth Indonesia diestimasi menduduki posisi
ke-2 setelah Korea dan pertumbuhannya ke-5 tercepat dibandingkan 25
pasar saham negara berkembang lainnya.
Sumber: Bloomberg
Posisi asing masih underweight Indonesia
Meskipun investor asing sudah merespon positif proses perbaikan
makroekonomi Indonesia yang masih berlanjut di tahun 2014 ini, namun
data perputaran dana investasi global menunjukkan alokasi untuk
Indonesia sebenarnya masih Underweight dalam portofolio global jika
dibandingkan alokasi Indonesia pada MSCI Benchmark index. Hal ini
memberikan potensi masuknya dana asing untuk kembali mendorong
kenaikan IHSG seperti yang terjadi pada indeks India.
Estimasi pertumbuhan laba emiten tahun ini
meningkat
Indonesia earnings revisions vs YoY performance
20%
300%
10%
200%
0%
100%
-10%
-0%
-20%
-100%
-30%
Ja
n
Ja 96
n
97
Ja
n
Ja 98
n
99
Ja
n
Ja 00
n
01
Ja
n
Ja 02
n
03
Ja
n
Ja 04
n
05
Ja
n
Ja 06
n
07
Ja
n
Ja 08
n
09
Ja
n
Ja 10
n
11
Ja
n
12
Ja
n
Ja 13
n
14
Menurunnya faktor risiko juga ditunjukkan dari meningkatnya cadangan
devisa negara berkembang dan semakin kecilnya peluang bank sentral
negara berkembang untuk meningkatkan suku bunganya. Semua faktorfaktor di atas menjadi katalis positif untuk mendukung perbaikan persepsi
investor global terhadap negara-negara berkembang, menurunkan risk
premium, dan meningkatkan EPS growth di tahun 2015.
Indonesia breadth in eranings revisions
IndonesiaYoY performancs (RHS)
Sumber: I/B/E/S, MSCI, Credit Suisse Research
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
6 // Market Perspective
EPS Growth Indonesia kedua yang tertinggi di Asia
Choice of party may not reflect choice of president
Indonesia second highest EPS growth in Asia
22.2
21.7
20.4
24.5
16.8
(0.7)
(0.3)
(5.2)
16.3
13.1
(3.9)
8.8
9.9 8.0
(4.8)
China
Malaysia
Taiwan
Thailand
Phillipines
India
Indonesia
(16.7)
South Korea
%
30
25
20
25
5
0
-5
-10
-15
-20
Pilihan Partai Tidak Selalu Sama dengan Anggotanya
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
76%
72%
38%
24%
19%
16%
Jokowi
PDIP
Prabowo
Golkar
Gerindra
Sumber: Indikator Politik Indonesia
13E
14E
Sumber: Credit Suisse HOLT®, Cresit Suisse Research
Prospek pemerintah baru yang reformatif
Terbentuknya dua koalisi besar merupakan hal yang positif karena
Pilpres pada tanggal 9 Juli nanti dapat berlangsung satu putaran saja
dengan dua pasangan capres dan cawapres. Semakin cepat kepastian
politik tercipta, semakin baik juga untuk menciptakan kondisi yang
kondusif untuk investasi. Awalnya pelaku pasar sempat pesimis dengan
perbanding koalisi partai PDIP yang hanya mempunyai kursi parlemen
sebesar 37%, lebih kecil dari kelompok Prabowo 52,1%.
Sedangkan sisanya sebesar 10,9% dipegang oleh partai Demokrat
yang memilih untuk tidak akan berkoalisi untuk pemilu pilpres ini.
Namun jika berkaca pada pemilu tahun 2004 (di mana pasangan
SBY-Kalla memenangkan pemilu walaupun hanya mempunyai 10%
dari kursi parlemen), maka dapat disimpulkan bahwa besarnya koalisi
partai tidak menentukan kemenangan pilpres karena masyarakat akan
memilih berdasarkan sosok calon presidennya, bukan partainya ataupun
besarnya koalisi partai yang dimiliki.
Koalisi partai diperkirakan juga masih dapat berubah setelah pilpres usai
sehingga koalisi yang terjadi saat ini belum tentu akan mengambarkan
kondisi pemerintahan yang pasti kedepannya. Hal ini juga berkaca pada
pemilu di tahun 2004 lalu, di mana Golkar yang sebelumnya menjadi
partai oposisi mengubah dukungannya ke SBY-JK yang memenangkan
pemilu presiden di bawah partai Demokrat.
Dampak pemilu di Filipina dan India
terhadap pasar sahamnya
Jika berkaca pada election rally yang terjadi di negara-negara tetangga,
maka IHSG masih memiliki potensi upside menjelang pemilu presiden
dan pada saat projek reformasi diimplementasikan. Jika kita melihat
contoh terpilihnya Presiden Noynoy Aquiono dari Filipina (yang berhasil
menekan korupsi dan mendorong pembangunan infrastruktur) maka
selama periode nominasi dan pemilihan Presiden, pergerakan bursa
Filipina melewati tiga fase: (1) periode euphoria dengan menurunnya
risk premium (2) fase stagnan dengan antusiasme yang menurun (3)
kenaikan bursa saham setelah rencana reformasi dilaksanakan. Di fase
terakhir, risk premium turun 100 bps ke 4,5%.
Grafik turunnnya risk premium
selama periode pemilihan presiden di Filipina
Pembentukan koalisi partai
Coalition groupings before july 9, presidential election
19.5%
6.3%
8.4%
2.9%
36.9%
Team Prabowo - Hatta Rajasa
8.0
Nomination of Aquino
and Jokowi as
presedential candidates
7.5
7.0
6.5
5.0
4.5
6.0
13.0%
8.8%
7.0%
7.1%
16.3%
52.2%
4.0
5.5
Uncertainly on elections & reforms
5.0
4.5
4.0
Euphoria on run up to nominations
Philippines Market Implied Discount Rate (LHS)
Undecided
Start of implementation of reforms
3.5
3.0
Indonesia Market Implied Discount Rate (RHS)
Sumber: Credit Suisse HOLT®
Demokrat
Total
10.9%
10.9%
Total
100%
Sumber: Citi Research, Election Commission of Indonesia; data as of 20 May 2014
Hal menarik lainnya yang terjadi adalah keputusan koalisi suatu partai
tidak sepenuhnya didukung oleh seluruh anggotanya. Hanya partai
PDIP dan Gerindra yang mempunyai mayoritas anggota yang setia yaitu
77% dari anggota PDIP memilih Jokowi dan 73% dari anggota Gerindra
memilih Prabowo. Sedangkan anggota partai Golkar masih cukup
banyak yang memilih Jokowi.
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
5.5
Philippines presidential
election (May 2010)
T+9
T+10
T+11
T+12
T+13
T+14
T+15
T+16
Gerindra
PAN
PPP
PKS
Golkar
Total
Could a reform agenda leads to decline in Indonesia risk premium
as it did for Philippines (T is the time of the nominatin)
T-8
T-7
T-6
T-5
T-4
T-3
T-2
T-1
T
T+1
T+2
T+3
T+4
T+5
T+6
T+7
T+8
PDI-P
Nasdem
PKB
Hanura
Total
Parliamentary Seats
T-12
T-11
T-10
T-9
Team Jokowi - Jusuf Kalla
Untuk Indonesia sendiri diperkirakan sedang melewati fase ke dua yang
serupa, di mana saat ini para investor sedang memantau pelaksanaan
dari rencana reformasi. Tahun ini India juga menggelar pemilu presiden,
dimana proses pemilu di India berjalan 2 bulan lebih dahulu dibandingkan
Indonesia.
Mempelajari pergerakan pasar saham India menjelang pemilu, akan
memberikan investor gambaran bahwa fase konsolidasi pasar saham
Indonesia saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk akumulasi.
Hal ini dikarenakan adanya kesamaan antara Narendra Modi dan Jokowi,
sebagai sama-sama calon favorit pasar.
Market Perspective // 7
Dalam 1 bulan terakhir sebelum pemilu, pasar saham India naik 4%
setelah probabilitas kemenangan Modi sebagai calon favorit pelaku
pasar semakin tinggi. Hal yang sama terjadi dengan hasil survei yang
menunjukkan tingkat elektibilitas Jokowi meningkat atau jika Jokowi
memenangkan pilpres, maka pasar bereaksi positif.
Kesamaan pergerakan pasar saham India
dan Indonesia
Room for an election surprise rally?
India’s exit polls
India’s election code of
conduct gets into effect
30-Apr-14
14-May-14
16-Apr-14
02-Apr-14
05-Mar-14
19-Feb-14
22-Jan-14
05-Feb-14
08-Jan-14
11-Dec-13
25-Dec-13
27-Nov-13
30-Oct-13
13-Nov-13
16-Oct-13
02-Oct-13
18-Sep-13
04-Sep-13
Indonesia • Lag 2M
19-Mar-14
Exit polls of Indonesian
parliamentary election
Jokowi nominated as
presidential candidate
21-Aug-13
140
135
130
125
120
115
110
105
100
95
90
India
Sumber: Bloomberg, Credit Suisse Research
Beberapa agenda yang di miliki Narendra Modi, sebagai kandidat
Perdana Menteri Partai Bharatiya Janata, dan rencana reformasi
Jokowi melalui koalisi PDIP juga mempunyai berbagai kesamaan.
Pembangunan Infrastruktur merupakan prioritas, dan dua ekonomi ini
menghadapi juga tantangan yang serupa jika masalah infrastuktur tidak
diselesaikan. Selain itu, kedua calon pemimpin ini juga akan fokus untuk
memperbaikan sektor energi, edukasi, dan disiplin fiskal.
Sentimen positif pelaku pasar mendekati pemilu mungkin dapat
memberikan kontribusi yang positif untuk IHSG dalam jangka pendek,
akan tetapi ekspektasi pemulihan laba emiten lah yang akan dapat
mendorong kenaikan IHSG untuk jangka yang lebih panjang. Pada
pertengahan bulan Mei, pasar saham India telah mencapai titik dimana
jumlah revisi kenaikan laba emiten lebih besar dibandingkan revisi
penurunan laba emiten. Hal ini biasanya positif karena investor mulai
membagi fokusnya dari perkembangan ekonomi ke emiten. Di Indonesia,
jumlah laba emiten yang direvisi turun masih lebih besar dari jumlah laba
yang direvisi naik. Akan tetapi selisihnya sudah berkurang signifikan
dalam 6 bulan terakhir.
Selama tahun berjalan, momentum dari euphoria politik mendorong
kenaikan bursa saham India lebih cepat sehingga meninggalkan kinerja
bursa Indonesia. Mempertimbangkan agenda reformasi pemerintahan
yang baru, tren pertumbuhan laba emiten, dan masih banyaknya aliran
dana investasi yang belum masuk kembali ke Indonesia, maka potensi
untuk kinerja bursa Indonesia mengejar ketinggalannya dari bursa India
masih terbuka pada saat mendekati pemilu ataupun setelah pemilu
BOND MARKET REVIEW – MEI 2014
A
liran dana asing masih menjadi faktor utama yang mendorong tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia (SBN)
ke level yang lebih rendah. Menurut data dari DMO per tanggal 23 Mei 2014, kepemilikan asing pada SBN masih terus
meningkat ke level Rp394,5 triliun atau 35,8%, sedikit lebih rendah dari tingkat tertinggi 36,04% yang dicapai pada
tanggal 12 September 2011 lalu. Selama tahun berjalan, aliran dana asing terus masuk karena beberapa faktor seperti
tingkat suku bunga global yang rendah, menguatnya Rupiah terhadap USD, dan ekspektasi akan adanya penurunan suku
bunga dengan tren inflasi yang menurun tahun ini.
Kepemilikan investor asing pada obligasi
pemerintah Indonesia terus meningkat
Foreign ownership in the government bonds continued rising
to Rp394.5 Tn or 35.8% of total outstanding
Net Buy (Sells)
2011 2012 2013 Jan Feb Mar
Jan-May
2014
Banks (excl reserve repo)
BI (incl reserve repo)
Mutual Fund
Insurance
Foreign
Pension Fund
Securities
Others
(5.1)
42.8
(3.9)
13.8
27.6
(2.4)
9.6
10.9
18.7
(3.9)
13.3
47.7
(0.7)
0.2
10.5
5.6 6.0
0.5 0.1
1.0 0.7
2.2 4.4
15.6 16.1
(0.3) (0.6)
(0.0) 0.1
17.1 (9.7)
(6.8)
0.3
0.9
4.3
17.5
(0.0)
(2.0)
4.8
5.3
3.3
20.5
70.7
(0.4)
0.0
4.7
Total
82.4
96.7 175.0 17.5 18.3 41.7 17.1
14.2
108.8
8.1
(0.2)
8.0
3.4
Average Yield SUN
Bond Price Return
6.1
9.2
42.1 3.6 (3.0)
35.1 3.8 0.8
(0.7) 1.0 (0.4)
23.2 3.4 6.0
53.3 4.8 16.5
5.9 0.5 (0.1)
0.6 (0.0) (0.1)
15.5 0.3 (1.3)
Apr 23-May
5.5
8.6 9.0
1.9 (23.1) (2.8)
8.5
3.2
8.1
3.0
8.0
0.2
Sumber: DMO and Mandiri Sekuritas Estimate
Namun ada beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi pergerakan
harga obligasi di bulan Juni ini:
• Investor asing sudah menyerap 65% dari total lelang obligasi
pemerintah tahun ini sehingga daya serap asing kedepannya akan
lebih terbatas.
•
•
•
•
•
Dari sisi permintaan dari investor domestik, terutama perbankan,
kondisinya masih tertekan karena likuiditas yang ketat dan tingkat
imbal hasil belum cukup menarik bagi investor lokal.
Dari segi proyeksi suku bunga global, konsensus berekspektasi
tingkat imbal hasil UST akan terus meningkat mendekati 3% dengan
semakin dekatnya akhir dari QE tapering serta membaiknya
ekonomi AS.
Rupiah diperkirakan tertekan oleh faktor musiman repatriasi dividen
di bulan Juni serta ketidakpastian politik.
Tingkat inflasi dibulan Mei stabil walaupun adanya kenaikan tarif
listrik di bulan Mei. Mendekati pertengahan tahun, liburan sekolah,
lebaran dan pemilu presiden, tingkat inflasi diekspektasi akan
meningkat.
Dari sisi suplai obligasi pemerintah akan meningkat, karena
pemerintah akan menambah target lelang obligasi pemerintah
tahun ini sebesar IDR69 triliun untuk membiayain defisit APBN yang
melebar dari 1,7% dari GDP menjadi 2,5% dari GDP. Akibatnya
jumlah penawaran obligasi pemerintah di tahun 2014 ini diekspektasi naik dari target awal Rp363,8 triliun menjadi Rp432,8 triliun.
Pemerintah juga berencana untuk menawarkan obligasi pemerintah
dalam berbagai mata uang asing pada semester 2-2014 dengan
target sebesar US$4,24 miliar. Obligasi yang akan ditawarkan
adalah Euro Bond, Global Sukuk, Samurai Bond dan Obligasi Ritel
Domestik dalam mata uang dolar.
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
8 // Market Perspective
Dengan pertimbangan bahwa investor asing sudah melakukan pembelian
cukup besar tahun ini dan permintaan investor lokal masih akan tertahan
oleh akses kepada tingkat deposito yang relatif masih tinggi, terlihat
bahwa potensi kenaikan harga obligasi FR sudah lebih terbatas.
Obligasi Pemerintah Indonesia USD (INDON) mencatat kinerja yang
cukup baik dalam kondisi fluktuasi dan tingkat imbal hasil UST yang
rendah. Tetapi beberapa faktor risiko yang didiskusikan diatas sepertinya
belum dipertimbangkan oleh investor. CDS tenor 5 tahun Indonesia yang
menurun ke level sama seperti dibulan Mei 2013 di mana kekuatiran
tentang QE tapering dan dampaknya terhadap negara berkembang
memanas Investor asing juga kerap membandingkan Indonesia dengan
Filipina, di mana jika spread CDS Indonesia dibandingkan dengan CDS
Filipina untuk tenor 5 tahun juga menyempit. Lalu, dengan pertimbangan
QE tapering akan selesai pada bulan Oktober 2014 ini dan kemudian di
tahun depan akan diikuti oleh kenaikan suku bunga, maka kemungkinan
besar tingkat imbal hasil dari obligasi pemerintah AS akan meningkat.
Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia (USD) juga diekspektasi
akan meningkat mengikuti UST.
Dengan pertimbangan di atas, investor obligasi dapat mengambil
posisi yang lebih defensif dengan menurunkan durasi pada
portofolio obligasinya.
Indon-Philip 5y CDS spread is tight vs peak
Indon CDS valuation looks expensive
Z-score
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
-2.0
Jan-12
bp
Z-score
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
140
Indon CDS
Indon Sovn z-score
120
100
80
60
z-score from 2013 (RHS)
40
Mar-12
Sep-12
Jan-13
Mar-13
Sep-13
Jan-14
Mar-14
20
Jan-13
Indon - Phili 5Y CDS
May-13
Mar-13
Jan-14
May-14
Sumber: BNP Paribas
Sumber: BNP Paribas, Bloomberg
Portfolio IDR JUNE 2014*
Konsep Portofolio
Pilihan Reksa DanaAlokasi pada portofolio
Core PortfolioEastspring Investment Alpha Navigator Fund
50%
First State Indoequity Dividend Yield
Shroder 90 Equity Plus
BNP Paribas Infrastruktur Plus Batavia Dana Saham Optimal
20%
Growth Portfolio
Fixed Income Medium to Long duration
First State Indonesia Bond Fund
FR71/FR58/FR65
15%
Fixed Income Short duration
Danareksa Melati Platinum Rupiah
Schroder Dana Andalan 2
15%
Portfolio USD JUNE 2014*
Konsep Portofolio
Pilihan Reksa DanaAlokasi pada portofolio
Core Portfolio
Manulife Greater Indonesia Fund
70%
Fixed Income Long duration
Indon 35/38/42/43
10%
Fixed Income Medium duration Indon 21/22
20%
*Subject to disclaimer
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
-1.5
-2.0
Market Perspective // 9
Disclaimers
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth
(PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum
oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama
disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu
ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan
tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang
tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian
kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan
peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas
dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan
tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan
kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa
informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan
atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat
maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat
dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktuwaktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang
diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau
terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian
atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan
prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi
dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak
mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan
dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin
kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam
produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk
investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan
dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada
di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun,
ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian
dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada
efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan
terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli
dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website
kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen
keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 62,21 7917 6000 atau email kami
di [email protected].
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
10 // Market Perspective
Commonwealth Bank of Australia (CBA) Group adalah bank terbesar di Australia dengan reputasi internasional,
rating AA yang hanya dimiliki oleh 16 bank di dunia dan juga salah satu dari 12 bank teraman di dunia versi majalah
Global Finance. CBA sudah beroperasi hampir satu abad lamanya, melayani lebih dari 10 juta nasabah di Australia,
Selandia Baru, Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan wilayah Asia Pasifik seperti Cina dan Vietnam. CBA Group di
Australia kini telah memiliki 1.010 kantor cabang dengan didukung oleh 45.000 orang karyawan dan menawarkan
beragam produk perbankan, investasi, asuransi, pialang dan jasa keuangan lainnya.
Di Indonesia, kehadiran CBA Group diwakili oleh tiga perusahaan. Commonwealth Bank di sektor perbankan,
Commonwealth Life di bidang asuransi, dan First State Investments Indonesia di bidang manajemen investasi.
Wealth Management Newsletter // Edisi Juni 2014
Download