BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pasir Besi Pasir besi merupakan sumber daya alam yang banyak terdapat di Indonesia. Pasir besi banyak ditemukan di pantai selatan pulau Jawa dan salah satunya di daerah Kulon Progo. Pasir besi dapat dimanfaatkan dalam industri baja karena pasir besi banyak mengandung besi (Fe) sebagai bahan baku pembuatan baja. Pasir besi juga banyak mengandung mineral-mineral magnetik seperti magnetit (Fe3O4), hematit (α – Fe2O3), dan maghemit (ɣ - Fe2O3) sehingga pasir besi dapat digunakan di dalam industri lain. Magnetit dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tinta kering / toner yang biasa digunakan di dalam mesin fotokopi dan printer laser. Maghemit adalah bahan utama pembuatan pita kaset. Ketiga mineral tersebut juga dapat digunakan dalam industri pembuatan magnet permanen (Yulianto, 2002). II.2 Metode Pembuatan Material Katoda II.2.1 Solid state synthesis Solid state synthesis adalah percobaan atau penelitian yang digunakan untuk memproduksi struktur kimia dengan reaksi yang dilakukan pada kondisi ekstrim, seperti suhu tinggi dan tekanan, tanpa pelarut. Metode ini umumnya digunakan untuk produksi massal, struktur lanjut, seperti keramik khusus, kilap kristal dan piezoelectrics. Keunggulan metode ini adalah bahan yang dibutuhkan sedikit dan reaksinya mudah. Akan tetapi metode ini memiliki kelemahan, yaitu suhu pemanasan sangat tinggi dan sulit untuk mengatur homogenitas. Pada penelitian ini dengan menggunakan metode solid state bahan-bahan yang digunakan disentesis pada kondisi suhu tinggi selama beberapa jam sehingga terbentuk LiFePO4 sebagai bahan pembuatan baterai lithium. II.2.2 Metode Kopresipitasi Sintesis kopresipitasi adalah metode kopresipitasi menggunakan precursor sebagai zat yang akan diendapkan. Pada metode ini, reaktan dalam bentuk garam yang dilarutkan di air dan dicampurkan secara bersama-sama. Kemudian terjadi pengendapan dari logam-logamnya, lalu disaring dan dikalsinasi. Hal ini karena prekursor bersifat membantu dalam pengendapan secara bersama. Metode ini mempunyai kelemahan, yaitu kelarutan dari sampel yang ada harus sama agar sama-sama mengendap. Akan tetapi, kelebihan dari metode kopresipitasi ini adalah suhu kalsinasi bisa lebih rendah. Selain itu, penambahan defek (reagen yang terdekomposisi sebelum atau selama reaksi, contohnya: nitrat → O2 + NOX) dapat meningkatkan laju difusi dan luas permukaan dari padatan yang dihasilkan mempunyai homogenitas yang tinggi. Pada penelitian ini metode kopresipitasi ditujukan untuk memperkecil ukuran partikel pasir besi dengan pencucian HCl dan NH4OH sebelum direaksikan dengan berbagai bahan pada suhu tinggi selama beberapa jam untuk menghasilkan LiFePO4 sebagai bahan pembuatan baterai lithium. II.3 Material Katoda Secara umum, material katoda ini berfungsi sebagai sumber ion lithium penghantar arus yang dapat berpindah dari katoda ke anoda dan sebaliknya, sehingga sangat menentukan performa dari baterai lithium itu sendiri. Jumlah ion yang dilepaskan material katoda saat charging dan jumlah ion yang kembali pada saat discharging menghasilkan densitas energi dan densitas power baterai. Semakin banyak lithium dari katoda menuju anoda maka densitas energi sel baterai semakin besar dan semakin banyak lithium yang kembali ke katoda dari anoda maka densitas powernya semakin besar (Triwibowo, 2011). Di antara begitu banyak bahan katoda yang diteliti, LiFePO4 dengan struktur olivin dianggap sebagai calon yang sangat baik untuk bahan material katoda baterai lithium ion karena memiliki kapasitas teoritis yang tinggi (170 mAh/g), stabilitas termal, murah dan ramah lingkungan (Gao, 2011). Namun kelemahan dari material ini adalah konduktifitas listrik rendah yaitu berorde 10-9 S/cm dan difusi lithium ion yang lamban. Dua kelemahan tersebut membatasi aplikasi LiFePO4 sebagai material katoda. Difusi ion lithium yang rendah dapat diatasi dengan menurunkan dimensi partikel sampai skala nanometer. Untuk mengatasi konduktifitas listrik yang rendah dapat diatasi juga dengan conductive agent seperti penambahan karbon dan polimer yang dapat meningkatkan performance LiFePO4 .(Anies, 2011). Keunggulan dari material katoda LiFePO4 telah menarik perhatian sebagai katoda baru bahan elektroda yang menjanjikan untuk baterai lithium-ion, sedangkan kelemahan dari bahan ini rendahnya konduktivitas elektronik intrinsik LiFePO4 dan koefisien difusi yang rendah dari Li+. LiFePO4 dengan konduktivitas listrik sekitar 10-9-10-11 S cm-1 dan koefisien difusi kimia yang ditemukan berada dikisaran 10-11-10-13 cm2 s-1 tergantung pada konsentrasi Li+ dan metode karakteristik yang digunakan (Wang, 2006 ). II.4 Baterai Lithium ion Sebuah baterai lithium ion pada dasarnya terdiri dari lima komponen yaitu katoda, anoda, separator, collector dan elektrolit. Katoda secara umum dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu (1) lithium berbasis oksida logam, seperti LiCoO2, (2) transisi logam fosfat, seperti Li3V2(PO4)3 dan LiFePO4 dan (3) spinel seperti LiMn2O4(Wang, 2006). Dalam kondisi charge dan discharge baterai ion lithium bekerja menurut fenomena interkalasi, yaitu proses pelepasan ion lithium dari tempatnya di struktur kristal suatu bahan elektroda dan pemasukan ion lithium pada tempat di struktur kristal bahan elektroda yang lain (Prihandoko, 2010). Proses interkalasi pada baterai lithium ion pada saat charge dan discharge dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar II.1. Proses perpindahan ion lithium dari katoda ke anoda Kemampuan kapasitas energi yang tersimpan dalam baterai lithium tergantung pada beberapa banyak ion lithium yang dapat disimpan dalam struktur bahan elektrodanya dan berapa banyak yang dapat digerakkan dalam proses charging dan discharging, karena jumlah arus elektron yang tersimpan dan tersalurkan sebanding dengan jumlah ion lithium yang bergerak (Linden, 2002). Pada saat charging, material katoda akan terionisasi dan menghasilkan ion lithium bermuatan positif dan berpindah kedalam elektrolit menuju material anoda, sementara elektron yang diberikan akan dilepaskan bergerak melalui rangkaian luar menuju elektroda negatif (anoda). Ion lithium ini akan masuk ke dalam material anoda melalui mekanisme interkalasi.