ABSTRACT There is so much issue are talking about disabilities has been much discussed in Indonesia, but in fact the discrimination experienced by people with disabilities are still going on. One of the case of discrimination experienced by person with disabilities is when they participate in the selection test of Civil State Apparatus (ASN). This situation makes one of the Non Govermental Organization (NGO) Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB) perform some steps of strategies to fight for the rights person of disabilities, so that the discrimination experienced by person with disabilities in the process of the selection in ASN test never happen again. This research is sought to identify about how the strategy and measures undertaken by SIGAB in the fight for rights of people with disabilities, is associated with case of discrimination against persons with disabilities in the selection of ASN test in Yogyakarta. The result of this research note that in the fight for rights people with disabilities are discriminated against in the selection test of ASN, SIGAB heavily on the strategy of building networks that the create. In addition, critical engagement strategy was also carried out by SIGAB by doing activities, such as formal and non formal discussion, correspondent with the government, a peaceful protest at the government office, and media control. While the result so far they get from a series of movements that they have done, only a copy of the letter issued by the State Personnel Agency (BKN) to the implementation of the National Selection Committee (PANSELNAS) regarding demands that they convey and letters issued by containing Menkokesra the government's promise to pay more attention to the rights of persons with disabilities in selection tests ASN. Regardless of the results based on the rules, the results of the vii strategy undertaken by SIGAB can also be seen in the form of the creation of a network that includes a group containing members SIGAB and other organizations that merged into a single entity, as well as activists involved active persons with disabilities as well as disability itself in policy formulation and decision making by the government. In the end it can be deduced that in the fight for rights of people with disabilities are discriminated against in the selection tests ASN , SIGAB undertake such a strategy to build a network with other organizations , and critical engagement strategy , which contains therein formal and informal discussions , correspondence with the government , protest in government offices , as well as media control . Keywords : social movements , strategies , disabled viii ABSTRAKSI Isu-isu yang berbicara mengenai difabel telah banyak dibahas di Indonesia, namun pada kenyataannya diskriminasi yang dialami oleh para penyandang difabel masih banyak terjadi. Salah satu kasus diskriminasi yang dialami oleh penyandang difabel adalah manakala mereka ikut serta didalam tes seleksi Aparatur Sipil Negara (ASN). Hal ini membuat salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB) melakukan beberapa langkah strategi guna memperjuangkan hak-hak penyandang difabel, agar diskriminasi yang dialami oleh penyandang difabel dalam proses tes seleksi ASN tidak terjadi kembali. Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi mengenai bagaimana strategio dan langkahlangkah yang dilakukan oleh SIGAB dalam memperjuangkan hak penyandang difabel, terkait dengan kasus diskriminasi terhadap para penyandang difabel dalam mengikuti tes seleksi ASN di Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dalam memperjuangkan hak penyandang difabel yang terdiskriminasi dalam tes seleksi ASN, SIGAB sangat mengandalkan strategi membangun jejaring yang mereka ciptakan. Selain itu, strategi keterlibatan kritis juga dilakukan oleh SIGAB dengan melakukan kegiatankegiatan, seperti diskusi formal dan informal, korespondensi dengan pihak pemerintah, aksi damai di kantor pemerintahan, serta pengendalian media. Sementara mengenai hasil yang sejauh ini mereka dapatkan dari serangkaian gerakan yang telah mereka lakukan, hanya berupa surat tembusan yang dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) kepada Panitia Pelaksanaan Seleksi Nasional (PANSELNAS) mengenai tuntutan yang mereka sampaikan serta surat yang dikeluarkan oleh Menkokesra yang berisikan mengenai janji pemerintah untuk lebih ix memperhatikan hak-hak para penyandang difabel dalam tes seleksi ASN. Terlepas dari hasil yang berpatokan pada peraturan, hasil dari strategi yang dilakukan oleh SIGAB juga dapat dilihat dalam bentuk terciptanya sebuah jaringan yang didalamnya berisikan anggota SIGAB serta kelompok organisasi lainnya yang bergabung menjadi satu kesatuan, serta terlibat aktifnya para aktivis disabilitas dan juga penyandang difabel itu sendiri dalam perumusan kebijakan serta pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah. Pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam memperjuangkan hak penyandang difabel yang terdiskriminasi dalam tes seleksi ASN, SIGAB melakukan strategi berupa membangun jejaring dengan organisasi lainnya, serta strategi keterlibatan kritis, yang didalamnya berisikan kegiatan diskusi formal dan informal, korespondensi dengan pihak pemerintah, aksi damai di kantor pemerintahan, serta pengendalian media. Kata kunci: gerakan sosial, strategi, difabel x