Teknis Bd KomPros

advertisement
KAKAO
PENDAHULUAN
Tanaman kakao (Theobroma cacao, L.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa
negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu
anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan,
yang secara sistematika mempunyai urutan taksa sebagai berikut :

Divisio
: Spermatophyta

Subdivisio
: Angiospermae

Kelas
: Dicotyledoneae

Ordo
: Malvales

Familia
: Sterculiaceae

Genus
: Theobroma

Spesies
: Theobroma cacao, L.
Pada daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan
hujan tropis di Amerika Selatan (purseglove, 1968), tumbuhnya selalu terlindung
pohon besar lain (Sunaryo, 1978). Selanjutnya menyebarkan dengan penyebaran
geografis abtara 20 LU – 20 LS, dengan batas penyebaran yang memberikan
keuntungan antara 10 LS dan 10 LU (Sunaryo dan Situniorang, 1978). Daerah
hutan hujan tropis merupakan daerah dengan sifat ekologi yang paling cocok
untuk tanaman kakao (Purseglove, 1968).
Indonesia merupakan jajaran dudus kepulauan Nusantara yang terletak di
sepanjang khatulistiwa, dengan letak geografis antara 6 LU – 11 LS dan 95 BT –
141 BT, secara geografis merupakan daerah tropis yang mempunyai potensi baik
untuk pengembangan kakao. Namun demikian oleh transaksi antara tanaman itu
dengan
lingkungannya.
Produksi
potensial
tanaman
ditentukan
oleh
sifat
genetiknya, sedangkan produksi aktual di lapangan ditentukan oleh lingkungan
tempat tumbuhnya. Pangudiyatno (1983) menyebutkan bahwa kondisi yang sesuai
untuk suatu jenis tanaman tertentu, akan memberikan kenampakan pertumbuhan
yang jagur dan sehat, dengan perkembangan akar yang baik dan kuat sehingga
tanaman akan memberikan produksi yang tinggi. Oleh karena itu untuk
pengembangan kakao, terlebih dahulu perlu dilakukan pemilihan dan penilaian
kesesuaian lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya, dan diikuti teknik
budidaya yang tepat sehingga tanaman kakao dapat memberikan produksi yang
tinggi sesuai dengan yang diharap.
Sebagai tanaman yang di daerah asalnya tumbuh ternaungi pohon-pohon
besar dan dalam budidayanya memerlukan naungan, maka tahap awal penting dalam
budidaya kakao adalah persiapan naungan. Dikatakan oleh Alvim (1977) bahwa
tidak mungkin untuk mulai menanan kakao di lapangan tanpa menaungi tanaman
muda 2-3 tahun pertama. Selain naungan harus disiapkan dengan baik, penanaman
bibit kakao juga harus dilakukan dengan benar karena bibit kakao sangat peka
terhadap gangguan akar, sehingga pada saat penanaman harus dijaga agar akar
bibit tidak terganggu atau tidak mengalami kerusakan.
Tanaman kakao merupakan tanaman tahunan yang apabila dipelihara dengan
baik akan dapat berproduksi baik sampai umur yang panjang (lebih 30 tahun).
Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan menghindari kegagalan dalam jangka
panjang, maka beberapa tahap awal penting perlu diperhatikan antara lain
persyaratan tumbuh, kesesuaian lahan, persiapan lahan, dan penanamannya
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan.
PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN KAKAO
FAKTOR IKLIM
Iklim
merupakan
salah
satu
faktor
yang
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman. Seperti telah disebutkan bahwa pada daerah
asalnya, tanaman kakao merupakan tanaman kecil yang tumbuh di bagian bawah
hutan hujan tropis. Habitatnya merupakan daerah yang panas dan lembab. Oleh
karena itu banyak faktor iklim yang berpengaruh pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kakao, antara lain faktor temperatur, curah hujan, angin, kelembaban,
dan cahaya.
Temperatur
Temperatur merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap proses
fisiologi tanaman kakao, sehingga temperatur berpengaruh terhadap penyebaran
kakao secara geografis.
Temperatur rendah dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kakao. Pada temperatur di bawah 25,5 C pembentukan bunga terhambat
dan pertumbuhan berkurang (smyth, 1966). Kerusakan tanaman terjadi adabila
keadaan beku, seperti disebutkan Alvirn (1977) bahwa akibat temperatur turun
sampai -3 C akan terjadi gejala daun gosong terbakar dan semua bunga gugur.
Temperatur yang tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlebihan.
Pada temperatur lebih tinggi dari 28 C, dengan fluktuasi harian lebih dari 9 C,
akan terjadi ledakan tunas atau flush yang berlebihan (Smith, 1966). Demikian
pula disebutkan oleh Alvim (1977) bahwa jarak antara dua flush berkurang jika
temperatur meningkat. Pada temperatur 74 F (23,7 C) flush terjadi setiap 95
hari; sedangkan pada temperatur 80-86 F (26,5 – 30 C) flush terjadi setiap 36
sampai 20 hari.
Batas bawah temperatur membatasi penyebaran kakao antara 20 LU – 20
LS, batasan tersebut juga membatasi penyebaran kakao menurut tinggi tempat.
Sunaryo (1976) menyebutkan bahwa walaupun di Costa Rica dan Venezuela
tanaman kakao Criollo dapat tumbuh pada ketinggian 1000 m, namun kebanyakan
tanaman kakao dijumpai pada ketinggian tempat kurang dari 600 m dpl.
Curah Hujan
Curah hujan dan distribusinya merupakan faktor penting dalam budidaya
kakao. Tanaman kakao memerlukan curah hujan tahunan yang lebih besar dari
evapotranspirasinya atau memerlukan curah hujan yang cukup dan terdistribusi
merata (Alvim, 1977). Lebih lanjut disebutkan bahwa curah hujan yang diperlukan
tanaman kakao bervariasi antara 1500 – 2500 mm/th.
Pada daerah dengan curah hujan kurang dari 1200 mm/th tanaman kakao
hanya akan berhasil apabila ada irigasi, karena evapotranspirasi lebih besar
daripada curah lainnya (Wood, 1975). Sedangkan pada daerah dengan curah hujan
lebih besar 2500 – 3000 mm/th hasilnya dapat menurun karena serangan hama
dan penyakit (Alvim 1977), pencucian dan pelindihan hara yang berlebih (Wood,
1975), dan erosi yang besar (Beers, 1950)
Kelembaban Udara
Tanaman kakao mempunyai lingkungan dengan kelembaban yang tinggi,
Dierendonck (1959) mengatakan bahwa kelembaban yang tinggi dan konstan di
atas 80% merupakan mikrolimat hutan tropis dan dapat menjamin keseimbangan
metabolisme tanaman, karena kelembaban yang tinggi akan mengimbangi
evapotranspirasi. Pada tanah yang mempunyai kandungan air cukup, tanaman dapat
memelihara keseimbangan air pada kondisi kelembaban air, Smyth 1966)
menyebutkan bahwa jika tanah mampu menyediakan air penurunan kelembaban
sampai 40 – 50% pada tengah hari tidak merugikan tanaman.
Keadaan dengan kelembaban yang tinggi dapat mengurangi evantranspirasi
dan mengkompensasi curah hujan yang rendah (Murray, 1955). Namun perlu
diingat bahwa keadaan dengan kelembaban tinggi yang terus menerus juga
memungkinkan terjadinya serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur.
Angin
Angin merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao.
Murray (1955) menyebutkan bahwa angin yang bertiup keras dapat merusak
tanaman kakao melalui 2 jalan yaitu :
 Secara langsung dapat merobek dan merusak daun, terutama daun muda yang
baru dikembang dari flush.
 Secara langsung meningkatkan kehilangan iar dari tanaman melalui transpirasi,
yang akhirnya menyebabkan defoliasi atau gugur daun.
Lama dan intensitas angin dapat menjadi pembatas dalam budidaya kakao,
pada daerah yang sering dilalui angin yang bertiup keras, tanaman kakao tidak
dapat tumbuh baik tanpa adanya tanaman pematah angin atau “ mind breaker”
(Alvim, 1977)
Cahaya
Cahaya merupakan faktor penting yang berhubungan dengan pertumbuhan
dan produksi tanaman kakao. Sebagai tanaman yang pada daerah asalnya tumbuh
terlindung pohon besar, dalam budidayanya tanaman kakao memerlukan naungan.
Alvim (1977) menyebutkan bahwa tidak mungkin untuk mulai menanam kakao di
lapangan tanpa menaungi tanaman muda 2-3 tahun pertama. Kenyataan ini menjadi
petunjuk
bahwa
tanaman
kakao
suka
naungan
terutama
pada
awal
perkembangannya.
Pada kondisi persyaratan lain pada keadaan terpenuhi dilaporkan bahwa
pembongkaran naungan dan penggunaan pupuk dapat meningkatkan produksi kakao.
Namun dikatakan oleh Alvim (1977), bahwa meningkatnya produksi kakao karena
pembongkaran naungan biasanya tidak langgeng, karena segera diikuti dengan
menurunya keadaan kesehatan tanaman dengan gejala defoliasi dan dieback
setelah 3-4 tahun kemudian.
Masalah cahaya tampaknya tidak terlepas dengan masalah naungan,
sehingga dapat dikatakan bahwa naungan tetap diperlukan dalam budidaya kakao,
karena tanaman penaung juga berfungsi sebagai penyangga lingkungan, yaitu
berfungsi untuk mengatur cahaya, menjaga temperatur dan kelembaban, serta
mengurangi evaporasi dari tanah. Macam dan jenis tanaman penaung yang
digunakan dapat disesuai dengan situasi, kondisi dan kegunaanya.
FAKTOR TANAH
Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, asalkan tanah
tersebut mempunyai sifat fisika dan kimia tanah yang baik. Oleh karena itu,
faktor tanah yang perlu diperhatikan adalah sifat fisika dan sifat kimia tanahnya.
Sifat Fisika Tanah
Tanah yang ideal untuk tanaman kakao adalah yang mempunyai daya
menahan air dengan baik, serta mempunyai drainase dan aerasi tanah yang baik,
sehingga tidak membatasi pertumbuhan tanaman.
Tanaman kakao menghendaki tanah dengan solum tanah yang dalam, yang
memberikan ruang perakaran yang cukup, dan ditetapkan kedalaman solum tanah
tidak kurang dari 1,50 m (Smyth, 1966). Walaupun hampir 80% akar tanaman
kakao terletak pada kedalaman 20-30 cm, lapisan tanah yang dapat ditembus akar
tunggang harus cukup dalam. Karena apabila terjadi akar tunggang kerdil atau
akar tunggang bengkok, tanaman tidak berumur panjang dan produksinya cepat
menurun (Darmawijaya, 1973)
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah geluh lempungan (Clay
loam), karena ada tekstur tanah yang demikian pasir, debu, dan lempung akan
membentuk agregat yang mantap, yang mempunyai daya menahan air yang tinggi,
tetapi juga dapat dilalui peredaran udara dengan baik (Darmawijaya, 1973). Pada
tanah yang tekstumnya sangat berat pertumbuhan akar terhambat karena aerasi
tanah jelek. Sedangkan tanah pasir memberi peluang yang baik untuk penestrasi
akar ke dalam tanah, tetapi mempunyai daya menahan air yang jelek, dan hanya
dapat disarankan untuk tanaman kakao apabila curah hujannya tinggi dan
terdistribusi merata (Alvim, 1977).
Sifat Kimia Tanah
Tanaman kakao juga memerlukan tahan dengan sifat kimia tanah yang baik,
yaitu yang mengandung bahan organik tinggi, Phnya sekitar netral dan kaya akan
unsur hara (Beers, 1950).
Bahan organik sangat diperlukan untuk tanaman kakao (Saleh, 1979), antara
lain karena dapat berperan untuk menahan air, memperbaiki struktur tanah, dan
sebagai sumber unsur hara. Untuk tanaman kakao kandungan bahan organik pada
lapisan tanah 0-15 cm tidak boleh kurang dari 3% (Smyth, 1966). Disebutkan
bahwa ada hubungan positif antara kandungan bahan organik tanah dan produksii
kakao meningkat secara linier apabila kandungan bahan organik meningkat dari 36%.
Kemasaman (pH) tanah merupakan faktor paling penting dan merupakan
indikator ketersediaan unsur hara dalam tanah (Smyth 1966). Pada pH > 8
(alkalis) menyebabkan khlorosis karena Fe, Mn, Zn, Cu tidak dapat diserap oleh
akar tanaman kakao, sebaliknya pada pH < 4 (masam) terjadi keracunan karena Fe,
Mn, Zn, Cu tersedia dalam jumlah yang berlebihan (Saleh, 1979). Tanaman kakao
dapat tumbuh pada pH 4 – 8, tetapi yang baik adalah sekitar pH 6,0 – 7,0.
Disamping bahan organik dan pH, Smyth (1966) memberi batasan sifat
kimia untuk tanaman kakao sebagai berikut :

Kapasitas basa tertukar di permukaan tanah tidak kurang dari 12 me/100 gr
tanah dan di lapis bawah tidak kurang dari 5 me/100 gr tanah.

Kandungan bahan organik pada lapisan 0-15 cm tidak kurang dari 3,0%

Kejenuhan basa pada horison di bawah permukaan, tidak boleh kurang dari
3,5%

Kandungan hara yang dapat dipertukarkan pada lapisan 0 – 15 cm cukup, yaitu :
-
Ca tidak kurang dari 8,0 me/100 gr tanah
-
Mg tidak kurang dari 2,0 me/100 gr tanah
-
K tidak kurang dari 0,24 me/100 gr tanah
PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN
Penilaian lahan, didasarkan pada tolok ukur iklim dan lahan. Penentuan klas
lahan ditentukan oleh faktor yang mempunyai level paling rendah. Klasifikasi lahan
dapat dikatagorikan menjadi 2 katagori utama yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai
(N).
Berdasarkan tingkat kesesuaiannya, lahan yang sesuai untuk kakao dapat
dibedakan menjadi : lahan yang mempunyai tingkat kesesuaian klas S1 (sesuai), S2
(cukup sesuai), atau minimal S3 (kurang sesuai atau marginal). Makin rendah klas
lahan, produktifitas yang dapat diharapkan makin rendah atau kebutuhan masukan
(input) yang diperlukan untuk mengatasi faktor kendala masih besar.
Klasifikasi penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman kakao dengan
berdasarkan data-data keadaan iklim dan tanahnya dilakukan sesuai tabel
berikut :
PERSIAPAN LAHAN/NAUNGAN
PEMBUKAAN LAHAN
Pembukaan lahan selektif, areal kebun kelapa
Pembukaan dan persiapan lahan pada areal kebun kelapa dilakukan dengan
membersihkan perdu, tanaman tidak produktif selain kelapa, dan gulma dilakukan
secara manual atau kimiawi. Kayu-kayu hasil pembersihan ditumpuk di pinggir
jalan. Pembersihan dan pemupukan kayu sebaiknya telah selesai dilaksanakan 2
bulan sebelum tanam naungan. Pada waktu pembersihan lahan tersebut juga perlu
pembuatan jalan-jalan dan saluran drainase.
Populasi tanaman kelapa dalam (tall) yang optimum sebagai penaung kakao
adalah 80-100 pohon/ha. Apabila terlalu jarang maka ditempat-tempat tertentu
yang masih kosong dapat ditanami penaung (stek glirisidae atau lamtoro).
Sebaliknya
apabila
terlalu
rapat
maka
apabila
memungkinkan
dilakukan
penjarangan. Tetapi apabila kurang memungkinkan dalam pemeliharaan tanaman
perlu selalu dilakukan pengurangan pelepah tua. Jumlah pelepah kelapa minimal 18
pelepah/pohon adalah cukup untuk mendukung produksi yang tinggi.
Pembukaan lahan selektif, areal kebun aneka tanaman
Untuk areal kebun aneka tanaman, pertama-tama dilakukan pemberian
tanda pada tanaman yang dipilih sebagai penaung kakao. Sebaiknya dipilih yang
mempunyai nilai ekonomis, tajuklah dapat diatur (tahan dipangkas), dan sebaiknya
dapat meneruskan cahaya diffus. Jarak antara tanaman sebaiknya diusahakan
sesuai dengan keperluan naungan untuk tanakan kakao yaitu sekitar
6 x 6 m atau
8 x 8 m.
Selanjutnya dilakukan pemotongan perdu dan semua tanaman yang tidak
terpilih. Kayu-kayu hasil pembersihan diusahakan ditumpuk dipinggir jalan
(Kebun), dan dilakukan pembersihan gulma secara manual atau kimiawi.
PEMBUATAN LUBANG TANAM
Untuk memberikan media pertumbuhan yang baik untuk bibit kakao yang
akan ditanam, pada calon tempat tanaman kakao akan ditanam perlu dibuat lubang
tanam dengan ukuran yang cukup.
Jarak tanam kakao 3 X 3 m atau 4 X 2 m, sedangkan ukuran lubang yang
umum dipergunakan
adalah 60 X 60 X 60 cm. Lubang tanam dibuat 6 bulan
sebelum tanam. Kedalam lubang dapat dimasukan pupuk hijau atau pupuk kandang.
Dengan pembuatan lubang tanam ini, diusahakan agar batu-batu, padas, dan sisasisa akar tidak dimasukan kembali kedalam lubang tanam.
PENCEGAHAN EROSI
Untuk lahan yang kemiringannya lebih dari 15% perlu dilakukan pencegahan,
dengan membuat teras atau rorak.
Teras
Beberapa jenis teras dapat dibuat, diantaranya teras bangku, teras gulud,
dan teras individu.
Teras
bangku
berfungsi
untuk
memperpendek
panjang
lereng,
memperlambat laju aliran air permukaan, meningkatkan laju infiltrasi air ke dalam
tanah, serta mempermudah pengolahan tanah. Teras bangku dapat dibuat untuk
tanah yang jeluknya dapal
Teras gulud berupa guludan yang dilengkapi saluran pembuangan air dan
dibuat memotong lereng. Teras gulud sesuai untuk lahan yang jeluk tanahnya
dangkal dan kemiringannya kurang dari 15%.
Teras individu adalah perataan tanah di sekitar pokok tanaman. Biasanya
garis tengahnya 1-1,5 m.
Rorak
Rorak dibuat setelah bibit ditanam di kebun, diutamakan pada lahan yang
miring. Dibuat sejajar garis kontur, ukuran panjang x lebar x dalam sekitar 100 x
30 x 30 cm. Ke dalam rorak dapat diisikan bahan organik (daun hasil pangkasan
penaung maupun kakao). Bila sudah penuh, rorak ditutup tanah, dan dibuat rorak
baru.
PERSIAPAN POHON PENAUNG
Tanaman penaung tetap maupun tanaman penaung sementara harus sudah
ditanam setahun sebelum tanaman kakao di tanam, sehingga pada saat bibit kakao
ditanam tanaman penaung sudah tumbuh baik dan siap berfungsi sebagai penaung
kakao.
Untuk
tanaman
penaung
sementara
biasanya
digunakan
Moghania
macrophylla, sedangkan untuk tanaman penaung tetap yang biasa digunakan adalah
tanaman Gamal (Gliricidia sp) atau Lamtoro (Leucaena sp). Sebagai penaung kakao
dapat pula digunakan produktif seperti tanaman Pisang, Kelapa, dan sebagainya.
Moghania macrophylla
Tanaman penaung sementara Moghania macrophylla ditanam satu tahun
sebelumnya, dengan menggunakan benih sekitar 20-30 kg/ha, dan ditanam sebagai
barisan arah utara-selatan, dengan jarak antar baris sesuai dengan jarak tanam
kakao misalnya 3 m.
Selanjutnya tanaman Moghania dapat dipotong pada ketinggian 10 cm dari
permukaan tanah, biasanya pemotongan tersebut dilakukan satu tahun sekali, pada
awal musim hujan. Tanaman penaung sementara pada saatnya didongkel
seluruhnya, yaitu pada saat tanaman kakao berumur 4 tahun atau apabila tajuknya
sudah saling menutup.
Gamal (Gliricidia sp) atau Lamtoro (Leucaena sp)
Tanaman penaung tetap yang biasa digunakan adalah tanaman Gamal terlalu
berat, terutama pada musim hujan. Tingkat penaungan yang baik untuk kakao
adalah apabila sekitar 70-80% intensitas cahaya matahari dapat diteruskan oleh
tajuk pohon penaung. Apabila tanaman kelapa sudah terlalu tinggi (umur lebih dari
40 tahun), maka perlu tambahan tanaman penaung lainnya, seperti Lamtoro atau
Gliricidia yang ditanam pada diagonal tanaman kelapa.
PENANAMAN BIBIT KAKAO
Bibit kakao dapat ditanam apabila kondisi lapangan telah siap, pohon
penaung telah berfungsi dengan baik, dengan kriteria intensitas cahaya yang
diteruskan penaung sekitar 30-50% cahaya matahari langsung.
Untuk penanaman dalam jumlah besar (massal) perlu disiapkan jumlah
tenaga kerja yang mendasar pada luas areal, prestasi kerja dan waktu yang
tersedia. Misalnya untuk luas areal 100 ha, dengan jumlah bibit yang akan ditanam
110.000 bibit, dengan asumsi (Prestasi kerja per orang 50 bibit per hari dan
waktu yang tersedia untuk tanam 25 hari), berarti perlu disediakan tenaga kerja
per hari = 110.000 / (50x25) = 88 orang.
Untuk penanaman antara lain diperlukan alat-alat seperti cangkul, pisau
besar yang tajam, keranjang (atau alat angkut lain) untuk mengangkut dan
mengecer bibit. Pada waktu mengangkut, mengecer, dan menanam bibit,
diusahakan tanah dalam kantong plastik (polybag) tidak pecah atau rusak.
Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang telah disiapkan dan
dilaksanakan dengan hati-hati, dijaga agar akar tidak mengalami gangguan yang
berat, dengan tahapan dan cara sebagai berikut :
-
Bagian bawah kantong plastik sekitar 1-2 cm dipotong.
-
Kantong plastik dimasukkan dalam lubang yang telah dibuat seukuran dengan
volume tanah dalam kantong plastik, samping-sampingnya diisi tanah sampai
kantong plastik berdiri tegak.
-
Salah satu sisi kantong plastik disayat dari bawah ke atas, tanah dipadatkan
dengan tanah.
-
Kantong plastik ditarik keatas, kemudian tanah dipadatkan dengan kaki.
Pada waktu memadatkan tanah disekitar bibit dengan kaki, diusahakan
tanah yang berasal dari kantong plastik tidak rusak. Bibit yang sudah diangkut
dan diecer sebaiknya selesai ditanam pada hari yang sama. Bibit yang mati atau
kerdil, segera disulam yang dapat dilakukan sampai umur 1 tahun. Piringan bibit
kakao muda perlu dibersihkan dari gulma yang antara lain dapat dilakukan dengan
pemberian mulsa.
PENUTUP
Sebagai
tanaman
yang
apabila
dibudidayakan
dengan
baik
dapat
memberikan hasil yang tinggi dalam jangka panjang, maka pemilihan lahan yang
sesuai dan persiapan lahan/naungan yang baik merupakan tahap awal penting
dalam budidaya kakao.
Persiapan lahan, penyiapan bibit, dan saat tanam harus dilakukan dengan
perencanaan yang baik, sehingga pada saat tanam yaitu pada awal musim hujan
bibit telah siap dan tanaman penaung di lapangan juga harus siap berfungsi
sebagai penaung.
Selanjutnya dengan penggunaan bibit unggul yang disiapkan dan ditanam
dengan cara yang benar pada saat yang tepat, maka akan diperoleh pertumbuhan
tanaman kakao muda yang optimum, dan dengan budidaya yang benar maka
tanaman kakao akan dapat memberikan hasil yang tinggi sesuai dengan yang
diharapkan.
Download