ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), DEBT EQUITY

advertisement
ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), DEBT EQUITY
RATIO (DER), PRICE EARNING RATIO (PER), EARNING GROWTH
RATIO (EGR), DAN RETURN ON ASSETS (ROA)
TERHADAP FINANCIAL LEVERAGE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI)
Oleh:
Disusun Oleh:
ANGGI SAPUTRA
NIM: 206081003938
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010M/1431H
i
ii
iii
iv
ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), DEBT EQUITY
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama
: Anggi Saputra
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 25 April 1988
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Salak 5 No. 42 Rt 03/04 Buaran Pondok
Benda Pamulang-Tangerang Selatan
Telp
: 081315359386/02191042808
Email
: [email protected]
PENDIDIKAN
Tahun 1993-1994
: TK Muslim Asia Afrika
Tahun 1994-2000
: SDN Pondok Benda II
Tahun 2000-2003
: SLTP Al-Amanah Cisauk
Tahun 2003-2006
: SMUN I Pondok Aren
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun 2003-2005
: Sekretaris Ikatan Remaja Masjid Al-Falah
Tahun 2005-2007
: Wakil Ketua Ikatan Remaja Masjid Al-Falah
Tahun 2007-2008
: Seksi Pendidikan dan Dakwah Ikatan Remaja
Masjid Al-Falah
v
ABSTRACT
The purpose of this research is to analysis the effect of Return On Equity
(ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth
Ratio (EGR), and Return On Assets (ROA) on Financial Leverage. Which use
multiple regressions for saw effect of Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio
(DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), and Return On
Assets (ROA) to Financial Leverage. According analyze was found that Financial
Leverage with simultaneous was impacted to Return On Equity (ROE), Debt
Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR),
and Return On Assets (ROA) with significance 0.000 and in other wise partially
was found evidence that Return On Equity (ROE) with significance 0.000, Debt
Equity Ratio (DER) with significance 0.000 and Return On Assets with
significance 0.000 which impacted the Financial Leverage.
Keyword : Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning
Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), and Return On Assets
(ROA) to Financial Leverage.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Return On Equity
(ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth
Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA) terhadap Financial Leverage. Metode
Statistik yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Dari hasil regresi
linear berganda tersebut di lanjutkan dengan pengujian asumsi klasik regresi
berganda yaitu uji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas dan
heterokedastisitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama
(simultan) variabel Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price
Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap Financial Leverage dengan signifikansi 0,000
sedangkan secara parsial hanya variabel Return On Equity (ROE) dengan
signifikansi 0,000, Debt Equity Ratio (DER) dengan signifikasi 0,000 dan Return
On Asset (ROA) dengan signifikansi 0,000 yang berpengaruh signifikan terhadap
Financial Leverage.
Kata Kunci : Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning
Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets
(ROA), Financial Leverage.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.WB
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan ni’mat iman, ni’mat islam serta ni’mat sehat wal’afiat sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada baginda alam junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. Beliau adalah penutup para nabi, rasul yang amanah
serta bagi para keluarga, sahabat dan kita semua sebagai pengikutnya, dengan
harapan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk meraih gelar
Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta . dengan judul skripsi “Analisis
pengaruh Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning
Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA)
terhadap Financial Leverage (studi empiris pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia)”.
Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu dari
banyaknya ni’mat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Atas segala do’a,
motivasi, serta arahan dari berbagai pihak merupakan modal utama bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Yuyut Suraniyanto dan Mama Sarnah yang
telah memberikan motivasi dan do’a dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih atas segala do’a –do’a yang selalu kalian panjatkan untukku dengan
tiada henti dan semua dukungan baik moril maupun materil. Kalian adalah
viii
kebanggaanku dan anugerah terindah yang telah Allah berikan untukku.
Dikesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tak
terhingga karena kalian telah membesarkanku dengan cinta dan kasih sayang
hingga menjadi seperti ini, yang tidak akan pernah tergantikan dengan apapun
dibandingkan dengan semua pengorbanan yang telah kalian berikan untukku.
Karya kecil ini aku persembahkan untuk kalian yang kucintai dan kusayangi,
semoga Allah SWT selalu melindungi, melimpahkan rahmat-NYA serta
meninggikan derajat kalian. Amiin.
2. Adik-adikku tersayang Dian, Dewo, Eko, dan Ilham yang selalu mendoakan
dan memotivasi bagi penulis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga
dapat terselesaikan “terus semangat untuk belajar ya??? agar jadi orang sukses
dan menjadi kebanggaan keluarga).
3. Bapak. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Indoyama Nasarudin, SE., MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
7. Seluruh Dosen yang telah mengajarkanku selama ini, semoga ilmu yang telah
kalian berikan menjadi ilmu yang bermanfaat untukku khususnya dan
umumnya orang lain.
8. Seluruh staf karyawan dan karyawati Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis
“Mba Ani, Mpo Heny, Mas Ajis, Mas Heri, Mas Alfred, Pak Sukmadi dan
lain-lain, makasih ya untuk semuanya”.
9. Untuk sahabat-sahabatku anak-anak manajemen B “Yadi dan Rosim (ayo
terus semangat coy biar cepet wisuda), Ali (semangat com jangan nongkrong
mulu lu), Kiki (ki tunda dulu band lu biar cepet wisuda), Kipli dan Faisal
ix
(akhirnya kita lulus kompre bareng coy), Prima n Ade (ayo terus semangat lu)
, Alamsyah, Tutu, Alan (lan cepet wisuda lu,tika dah minta dilamar tuch),
Umar, Bukhori, Apung, Renal, Febrian, Muzakir, Ririn, Nurul, Rika,
Purwanti, Lia, Rheina, Luthfi” makasih untuk motivasi dan do’anya, semoga
akan selalu terkenang perjuangan kita sampai kapanpun dan persahabatan kita
akan selalu terjalin dengan baik.
10. Untuk teman-temanku “Ale (ayo le cepet kelarin skripsinya pelatnas cipayung
dah nunggu tuch hehe..), Toto, Ari, Iskak, Bagas, Sigit, Andri, Muslim,
Chandra Devi (makasih ya dah bantuin ngajarin persiapan kompre sama
skripsi),
Dede,
Lina,
Ria,
Khania”
makasih
ya
untuk
semuanya.
Oia….Makasih juga buat Khoir (yang udah mw bantuin gw SPSS), Osin
(akhirnya gw lulus kompre sin..makasih ya dah ngasih tau persiapan kompre),
Mute, Ibol yang telah banyak memotivasi dan membantu sampe skripsi gw
kelar.
11. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua pihak yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu karena dengan segala keterbatasan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
Akhinya dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan skripsi
ini kepada semua pihak yang berkepentingan, dengan harapan semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi semuanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta,
Agustus 2010
Anggi Saputra
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI.......................................... iii
LEMBAR PENGUJIAN KOMPREHENSIF .............................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Financial Leverage ................................................ 13
B. Pengertian Return On Equity (ROE)........................................ 17
C. Hubungan antara Financial Leverage dengan Return On Equity 19
D. Pengertian Debt Equity Ratio (DER) ...................................... 20
E. Pengertian Price Earning Ratio (PER) .................................... 22
F. Hubungan antara PER dengan Leverage ................................. 25
G. Pengertian Earning Growth Ratio (EGR) ................................ 25
xi
H. Hubungan antara Financial Leverage dengan EGR ................. 27
I. Pengertian Return On Assets (ROA) ....................................... 27
J. Hubungan antara Financial Leverage dengan ROA................. 28
K. Penelitian Sebelumnya ............................................................. 29
L. Kerangka Pemikiran................................................................. 31
M. Hipotesis................................................................................... 33
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 35
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 35
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 35
D. Metode Analisis ....................................................................... 36
E. Operasional Variabel Penelitian............................................... 43
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 47
B. Sejarah Objek Penelitian .......................................................... 59
C. Hasil Dan Pembahasan............................................................. 61
1. Deskripsi Data.................................................................... 61
2. Pengujian Asumsi Klasik ................................................... 70
3. Uji Signifikansi .................................................................. 74
4. Analisis Regresi Linear Berganda...................................... 77
D. Interpretasi ............................................................................... 79
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan .............................................................................. 81
B. Saran Dan Implikasi................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 84
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
32
4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
51
4.2
Pengujian Normalitas Data
70
4.3
Uji Heteroskedastisitas
73
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
4.1
Perusahaan Objek Penelitian
60
4.2
Data Return On Equity
61
4.3
Data Debt Equity Ratio
63
4.4
Data Price Earning Ratio
64
4.5
Data Earning Growth Ratio
65
4.6
Data Return On Asset
66
4.7
Data Financial Leverage
67
4.8
Deskripsi Data
69
4.9
Hasil Pengujian Multikolinearitas
71
4.10
Hasil Pengujian Autokorelasi
72
4.11
Hasil Pengujian Uji t
74
4.12
Hasil Pengujian Uji f
76
4.13
Hasil Pengujian Adjusted R Square
77
4.14
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
77
xiv
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Keterangan
Halaman
Daftar Nama Perusahaan Yang Tercatat Dalam
86
Perusahaan Manufaktur Periode 2005-2009
2
Data Return On Equity Perusahaan Manufaktur
87
3
Data Debt Equity Ratio Perusahaan Manufaktur
88
4
Data Price Earning Ratio Perusahaan Manufaktur
89
5
Data Earning Growth Ratio Perusahaan Manufaktur
90
6
Data Return On Asset Perusahaan Manufaktur
91
7
Data Financial Leverage
92
8
Hasil Output Regresi Linear Berganda
93
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan dituntut untuk melakukan pengelolaan yang tepat terhadap
fungsi-fungsi penting yang ada di dalam perusahaan dan kemampuan untuk
melakukan penyesuaian terhadap keadaan yang terjadi demi memperoleh
keunggulan dalam persaingan yang dihadapi di era globalisasi. Salah satu
fungsi terpenting dalam perusahaan adalah manajemen keuangan. Dalam
manajemen keuangan, salah satu unsur yang harus diperhatikan adalah
mengenai seberapa besar kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dana yang
akan
digunakan
untuk
melaksanakan
kegiatan
operasional
dan
mengembangkan usahanya.
Bagi
perusahaan
yang
ingin
masuk
ke
pasar
modal
perlu
memperhatikan syarat-syarat yang dikeluarkan oleh Bapepam sebagai
regulator pasar modal. Selain itu, perusahaan juga harus mampu meningkatkan
nilai perusahaan sehingga terjadi peningkatan penjualan sahamnya di pasar
modal. Jika diasumsikan investor adalah seorang yang rasional, maka investor
tersebut pasti akan sangat memperhatikan aspek fundamental untuk menilai
ekspektasi imbal hasil yang akan diperolehnya.
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi
investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan
tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis
1
lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan (Penman, 1991). (Horigan, 1965)
dalam (Tuasikal, 2001) menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk
memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan
perusahaan saat ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi
investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang.
Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut
faktor fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis
fundamental. Bagi perusahaan-perusahaan yang go public diharuskan
menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan Ketua
Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ).
Pengujian-pengujian yang dilakukan pada pasar modal di Indonesia
banyak diilhami oleh penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan di negara
lain, seperti O’Connor (1973) yang memelopori studi mengenai hubungan
antara rasio keuangan berguna bagi investor (pemegang saham biasa) untuk
mengambil keputusan. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa analisis
kekuatan dari variasi model ratio dengan rate of return menunjukkan adanya
keragaman akan manfaat rasio keuangan bagi investor pemegang saham biasa.
Ou & Penman (89) meneliti manfaat laporan keuangan dalam memprediksi
return saham. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa informasi akuntansi
mengandung informasi fundamental yang tidak tercermin dalam harga saham.
Gupa dan Heufner (1972) melanjutkan bahwa rasio-rasio keuangan tertentu
memiliki manfaat atau arti yang berbeda ketika diasosiasikan dengan
karakteristik industri tertentu yang berbeda. Mirip dengan pernyataan Gupa dan
2
Heufner adalah apa yang dikemukakan oleh Foster (1986). Ia mengemukakan
bahwa rasio tertentu antara industri yang satu dengan lainnya memiliki
perbedaan yang signifikan.
Investor perlu memiliki tolak ukur agar dapat mengetahui apakah jika ia
melakukan investasi pada suatu perusahaan ia akan mendapatkan gain
(keuntungan) apabila sahamnya dijual. Investor dapat menggunakan tingkat
imbal hasil sebagai tolak ukur untuk melihat ekspektasi hasil suatu saham.
Riset mengenai kegunaan informasi akuntansi (laporan keuangan)
dalam hubungannya dengan return dan harga saham di Bursa Efek Jakarta
telah banyak dilakukan, antara lain sebagai berikut, Machfoedz (1994)
menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba
perusahaan pada masa depan pada 89 perusahaan pemanufakturan yang
terdaftar di BEJ dari tahun 1989-1993. Asyik (1999) menemukan bahwa rasio
neraca dan laba rugi memiliki hubungan yang lebih kuat dengan return saham
dibandingkan dengan rasio arus kas. Kennedy JSP (2003), meneliti pengaruh
ROA, ROE, earnings per share, profit margin, asset turnover, rasio leverage,
dan debt to equity ratio terhadap return saham. Triyono dan Jogiyanto (2000)
meneliti hubungan kandungan informasi arus kas, komponen arus kas, dan
laba akuntansi dengan harga saham atau return saham. Tuasikal (2001)
menguji manfaat informasi akuntansi dalam memprediksi return saham. Mirip
dengan Tuasikal sebelumnya Parawiyati et. al., (2000) meneliti penggunaan
informasi keuangan untuk memprediksi keuntungan investasi bagi investor di
pasar modal. Hasil Pengujiannya menunjukkan bahwa variabel informasi
3
keuangan tersebut berpengaruh signifikan sebagai prediktor laba dan arus kas
untuk satu, dua, dan empat tahun ke depan. Selain itu, Natarsyah S. (2002)
menganalisis pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik
terhadap harga saham. Penelitiannya merupakan studi terhadap 16 industri
barang konsumsi yang go public di pasar modal dalam periode 8 tahun
(1990—1997) dengan mengasumsikan bahwa harga saham merupakan fungsi
dari ROA, ROE, beta, book value, debt/equity dan required rate of return.
Setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis diperoleh hasil bahwa faktor
fundamental seperti return on assets, dividend payout ratio, debt to equity
ratio, book value equity per share, dan indeks beta berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan.
Modal menjadi salah satu aspek penting dalam perusahaan karena baik
dalam pembukaan bisnis maupun pengembangannya, modal sangatlah
diperlukan. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan seberapa banyak
modal yang diperlukan untuk membiayai bisnisnya. Semakin berkembangnya
suatu perusahaan maka semakin besar dana yang di butuhkan untuk
pembiayaan kegiatan yang di butuhkan. Salah satu alternatif untuk membiayai
kegiatan perusahaan adalah dengan melalui modal pinjaman atau menggunakan
financial leverage.
Pasar modal merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan di
samping lembaga keuangan dan lembaga pembiayaan lain. Peranannya sangat
penting dalam menjembatani hubungan antara penyedia dana investor dan
pengguna dana emiten atau perusahaan go public. Investor yang akan
4
menanamkan uangnya di bursa, akan selalu melihat dan menilai saham mana
yang nilainya stabil dan bahkan ada kecenderungan naik. Investor juga
berkepentingan atas informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja
keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana
yang diinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai tambah di masa
mendatang dalam bentuk dividen dan atau capital gain.
Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak terhadap
total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak
dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi
ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri
untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Return On Equity (ROE)
digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
(shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan.
Return On Equity (ROE) adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang di miliki, sehingga
retun on equity ini ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri.
(Sutrisno, 2000:197).
Menurut Lukman Syamsuddin (2001:54), DER adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang dengan
jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Berdasarkan
pendapat di atas, pengertian DER dalam penelitian ini adalah rasio yang
membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas pemilik. DER
5
mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian
tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi
likuiditas, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan pemegang
saham. Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur
permodalan perusahaan dapat dianggap sebagai katalisator, membantu
memastikan bahwa terdapat asset yang memadai untuk menutup klaim pihak
lain. Rasio yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif
lebih besar ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya, sehingga
meningkatkan risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup
secara penuh bilamana terjadi likuidasi.
Financial leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa jauh aktiva perusahaan di biayai dengan hutang (Husnan 1994).
Apabila perusahaan mempunyai hutang semakin banyak maka semakin besar
beban bunga dan angsuran pokok pinjaman yang harus di bayar. Bambang
Riyanto (1992) mendefinisikan leverage sebagai penggunaan aktiva atau dana
dimana untuk penggunaannya perusahaan harus membayar biaya tetap. Maka
dapat disimpulkan bahwa semakin besar tingkat financial leverage perusahaan,
semakin tinggi pula resiko finansialnya.
Adanya pembiayaan yang menggunakan hutang tersebut maka
perusahaan akan mempunyai beban berupa bunga sehingga semakin besar
hutang yang diambil, serta dapat menyebabkan beban financial atau biaya yang
semakin tinggi. Hal ini berarti akan meningkatkan ketidakpastian hasil
pengembalian bersih yang akan diterima pemegang saham. Jika ternyata
6
perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari pada beban
tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan bagi
pemegang saham.
Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. (Riyanto,
1995:331).
Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis perusahaan, serta
pembagian resiko usaha antara pemilik perusahaan dan para pemberi pinjaman
atau kreditur. Sebagian pos utang jangka pendek, menengah dan panjang
menanggung biaya bunga. Contoh utang dengan beban bunga adalah kredit
dari bank dan lembaga keuangan yang lain. Semakin kecil jumlah pinjaman
berbunga semakin kecil pula beban bunga kredit yang ditanggung perusahaan.
Dengan demikian dipandang dari segi beban bunga, perusahaan tersebut lebih
efisien operasi bisnisnya. Apabila beban biaya operasional yang lain wajar,
dengan beban bunga pinjaman kecil diharapkan profitabilitas perusahaan
meningkat. (Sutojo dan Kleinsteuber, 2004:37).
Menurut Bambang Riyanto (1992) bila perusahaan menghasilkan
pendapatan yang tinggi dari pada beban tetapnya, maka financial leverage
dapat meningkatkan return on equity (ROE), debt equity ratio (DER), price
earning ratio (PER), earning growth ratio (EGR), dan return on assets (ROA).
Peningkatan kelima rasio tersebut akan menyebabkan kenaikan tingkat
kepercayaan pemegang saham atas laba yang akan diperoleh juga semakin
meningkat. Perusahaan menggunakan financial leverage berharap agar dapat
7
meningkatkan return on equity (ROE), debt equity ratio (DER), price earning
ratio (PER), earning growth ratio (EGR), return on assets (ROA), hal ini
tejadi bila penggunaan dana dengan beban itu menghasilkan efek yang
menguntungkan bagi pemegang saham biasa. Semakin besar return on equity
(ROE), debt equity ratio (DER), price earning ratio (PER), earning growth
ratio (EGR), dan return on assets (ROA) berarti semakin besar kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemiliknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Buchary Jahya (2002) mengenai analisis
risk and return pada BUMN sektor industri jasa telekomunikasi di Jakarta (PT.
Telkomsel dan PT. Indosat) penelitian ini menggunakan regresi berganda
menggunakan variabel dependen financial leverage dan variabel independent
return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA).
Hasil penelitian pada PT. Telkomsel menunjukkan bahwa secara parsial
maupun simultan return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return
on assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial leverage.
Sedangkan pada PT. Indosat secara parsial dan simultan return on equity
(ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA) berpengaruh
signifikan terhadap financial leverage.
Penelitian yang di lakukan oleh Sofiani (2000) mengenai pengaruh
struktur modal terhadap nilai perusahaan menunjukan bahwa tingkat leverage
atau struktur modal perusahaan mengatakan bahwa tingkat leverage suatu
perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan nilai perusahaan yang di
wakili oleh tingkat pengembalian atas saham. Hal ini membawa konsekuensi
8
bahwa pembahasan mengenai tingkat leverage menjadi lebih penting bagi
suatu perusahaan karena salah satu tujuan perusahaan adalah meningkatkan
atau mempertahankan kemakmuran pemegang saham yang tecermin pada nilai
perusahaan atau nilai saham perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan harus
mengetahui dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
leverage perusahaan, manajer akan dapat mengelola tingkat leverage yang
dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Sabar Warsini (1994), Aldler H.Manurung
(1994) menggunakan model regresi whitbeck dan kisor dengan mengambil
kasus pada perusahaan tekstil yang go public. Hasil penelitiannya menyebutkan
financial leverage dan return on equity memiliki hubungan yang positif,
sedangkan pertumbuhan laba perusahaan memiliki hubungan yang negatif
terhadap financial leverage.
Penelitian yang dilakukan oleh Ali K. Ozdagli (2009) menyajikan suatu
model
dinamis
perusahaan
dengan
kontrak
hutang
bebas
risiko,
investasi ireversibilitas, dan biaya restrukturisasi hutang. Model ini cocok
untuk beberapa fakta perusahaan dan harga aset keuangan : Pertama, leverage
konstan berbeda dengan pasar buku portofolio, sedangkan leverage pasar
berbeda
secara
signifikan. Kedua,
perubahan
pasar
leverage terutama
disebabkan oleh perubahan harga saham bukan oleh perubahan hutang. Ketiga,
ketika model dikalibrasi agar sesuai dengan distribusi penampang rasio buku
ke pasar, hal ini menjelaskan perbedaan kembali di perusahaan yang
berbeda. Model ini juga menunjukkan bahwa investasi ireversibilitas saja tidak
9
dapat menghasilkan pola cross-sectional diamati dalam return saham
dan bahwa leverage adalah sumber utama dari nilai premi.
Penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Jiang (2001) menyatakan
bahwa perusahaan besar cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak
daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu, kemungkinan kegagalan dalam
menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan
sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan suatu
perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih
mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan
mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh
pinjaman atau dana eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan
positif antara ukuran perusahaan dengan leverage.
Mengingat keputusan pendanaan merupakan keputusan penting yang
secara langsung akan menentukan kemampuan perusahaan untuk dapat terus
bertahan hidup dan berkembang, serta berdasarkan beberapa penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan, maka berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, disini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul “ Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt Equity
Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR),
dan Return On Assets (ROA) terhadap Financial Leverage pada
Perusahaan Manufaktur”. Objek yang diteliti adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2005-2009.
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah di jelaskan di atas,
maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
a. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE, DER, PER,
EGR, ROA terhadap financial leverage baik secara simultan maupun
secara parsial?
b. Dari variabel independent baik secara simultan maupun secara parsial
manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap financial
leverage?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat di buat beberapa
tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis pengaruh antara ROE, DER, PER, EGR, ROA
terhadap
financial leverage baik secara simultan maupun secara
parsial.
b. Untuk menganalisis variabel independent baik secara simultan
maupun secara parsial manakah yang mempunyai pengaruh paling
dominan terhadap financial leverage
11
2. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan yang harus diambil oleh perusahaan. Dengan ini diharapkan
perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan investor.
b. Bagi Investor
Penelitian dapat menjadi informasi tentang bentuk atau tingkat
efisiensi finansial perusahaan sehingga dapat membantu investor
dalam membuat kebijakan investasinya.
c. Bagi Penulis
Agar dapat memperluas pengetahuan mengenai pengaruh antar
variabel penelitian yaitu return on equity, debt equity ratio, price
earning ratio, earning growth ratio, dan return on assets.
d. Bagi Akademik (ilmu pengetahuan)
Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai contoh studi
kasus nyata dalam perkuliahan disamping digunakan sebagai koleksi
hasil penelitian diperpustakaan
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Financial Leverage
Financial Leverage adalah penggunaan modal pinjaman di samping
modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar beban tetap berupa
bunga. Dengan menggunakan sumber dana yang memiliki beban tetap
diharapkan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari
pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia
bagi pemegang saham. (Agus Sartono, 1997).
Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang
untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage
berarti menggunakan modal sendiri 100%. Penggunaan hutang itu sendiri bagi
perusahaan mengandung tiga dimensi, yaitu (1) pemberi kredit akan
menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan , (2) dengan
menggunakan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan
meningkat, (3) dengan menggunakan hutang maka pemilik akan memperoleh
dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan. (Agus Sartono, 1997).
Menurut Agus Sartono Financial leverage menunjukkan proporsi
penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Financial leverage
menurut Beaver, Kettler dan Scholes (2004) adalah nilai buku hutang jangka
panjang total dibagi dengan aktiva total. Pada dasarnya perusahaan yang
1
13
menggunakan financial leverage tujuannya agar keuntungan yang di peroleh
lebih besar dari biaya tetapnya. Jika perusahaan ternyata mendapatkan
keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya, maka akibatnya dividen
yang akan di terima pemegang saham akan semakin kecil. Leverage di
definisikan sebagai pengunaan aktiva atau dana di mana untuk penggunaannya
perusahaan harus membayar biaya tetap. Leverage menguntungkan (favorable
financial leverage) kalau pendapatan yang di terima dari penggunaan dana
tersebut lebih besar dari biaya beban tetapnya. Sedangkan financial merugikan
(unfavorable financial leverage) apabila perusahaan tidak dapat memperoleh
pendapatan sebanyak beban tetap yang harus di bayar. Dari uraian di atas
dapat dikatakan bahwa semakin besar tingkat financial leverage perusahaan,
makin tinggi resiko finansialnya.
Semakin tinggi proporsi debt relatif terhadap ekuitas meningkatkan
risiko perusahaan. Sebagaimana rasio lainnya faktor industri dan ekonomi
sangat mempengaruhi, baik tingkat debt maupun sifat debt (jatuh tempo dan
tingkat bunga tetap dan variabel). Misalnya industri dengan modal yang
intensif cenderung untuk menggunakan tingkat debt yang tinggi untuk
mendanai property, plan, and equipment-nya. Debt untuk mendanai kegiatan
semacam itu harus bersifat jangka panjang agar sesuai dengan jangka waktu
asset yang diperoleh. Debt ratio ditunjukkan dengan perbandingan debt to
total capital, debt to equity.
Hal ini dapat mengakibatkan prospek perusahaan menurun, prospek
perusahaan mempengaruhi harga saham, apabila prospek di perkirakan
14
meningkat atau menurun, maka harga saham akan naik atau turun. (Suad
Husnan, 1998).
Meek, Robert dan Gray (1995) dalam Nugraheni dkk (2002)
menyatakan semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, semakin besar pula
agency cost. Dengan kata lain untuk memenuhi kebutuhan kreditur jangka
panjang perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas.
Financial leverage menunjukkan penggunaan hutang dalam membiayai
perusahaan yang dapat mengakibatkan timbulnya resiko keuangan, semakin
besar biaya tetap finansial yang di tambahkan pada biaya tetap operasi
(operating fixed cost). Penambahan fixed cost yang lebih besar akan
mengurangi keuntungan bersih pemegang saham biasa, dan pengurangan
keuntungan ini berarti resiko bagi para pemegang saham biasa.
Walaupun penggunaan financial leverage memiliki resiko yang cukup
besar, perusahaan tetap cenderung memilih financial leverage yang tinggi.
(Weston Brigham, 1993:299). karena berarti :
a. Jika pengusaha menginvestasikan sebagian kecil saja dari keseluruhan
dana yang di butuhkan perusahaan, maka resiko perusahaan di tanggung
kreditur.
b. Dengan menambah pendanaan yang berasal dari hutang pemegang saham
dapat mengontrol perusahaan dengan jumlah investasi yang lebih kecil.
c. Jika perusahaan dapat menghasilkan keuntungan atas penggunaan hutang
yang di bebani bunga pengembalian atas modal (ROE) dapat bertambah
atau meningkat.
15
Pernyataan di atas menunjukkan perusahaan yang menggunakan
financial leverage yang lebih tinggi berarti tambahan dana untuk investasi,
maka perusahaan berharap dapat meningkatkan earning per share (EPS)
perusahaan tersebut. Peningkatan earning per share (EPS) tidak telepas dari
kaitannya dengan volume penjualan perusahaan.
Penggunaan financial leverage pada suatu perusahaan dikatakan
menguntungkan apabila pendapatan yang di terima dari penggunaan dana
melalui hutang tersebut mengalami peningkatan dari pada beban tetap
penggunaan hutang tersebut. Financial leverage merupakan suatu cara
pembiayaan perusahaan dengan menggunakan hutang yang tujuannya untuk
dapat meningkatkan pengembalian atas modal.
Perusahaan pada umumnya menggunakan hutang untuk memperoleh
dana bagi perusahaan sehingga setiap periode harus menanggung pembayaran
bunga yang tidak mempermasalahkan bagaimana keadaan perusahaan apakah
sedang memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian.
Menurut Bambang Riyanto (1992) semakin besar penggunaan hutang
yang dilakukan perusahaan, yang juga akan meningkatkan jumlah beban
bunga berarti semakin besar pula resiko bagi tingkat biaya-biaya tetap
finansial (financial fixed cost) yang akan di tambahkan pada biaya tetap
operasi akan mengurangi keuntungan bersih pemegang saham biasa dan
pengurangan keuntungan ini berarti resiko bagi mereka.
16
B. Pengertian Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak terhadap
total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak
dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi
ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri
untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Return On Equity (ROE)
digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
(shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan.
Return On Equity (ROE) adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang di miliki, sehingga
retun on equity ini ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri.
(Sutrisno, 2000:197).
Return On Equity (ROE) adalah mengukur kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi
hutang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. (Agus Sartono,
1998:90).
Menurut Drs. Lukman Syamsudin, M.A (2000) Return On Equity
(ROE) adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi
para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang
saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
17
Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang di
peroleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
Menurut Bringham dan Ehnhardt (2002) return on equity (ROE) di
definisikan sebagai berikut: “Tingkat pengembalian atas investasi bagi
pemegang saham biasa”.
Return On Equity (ROE) atau sering disebut rentabilitas modal sendiri
menurut Bambang Rianto (1995:44) adalah perbandingan antara jumlah laba
yang tersedia bagi pemilik modal sendiri bagi disatu pihak dengan jumlah
modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak. Laba yang
dipehitungkan untuk mengukur ROE adalah laba yang tersedia bagi pemegang
saham perusahaan.
Pemilik sebagai orang yang sangat bertanggung jawab terhadap
keberadaan perusahaan tentunya menginginkan rentabilitas yang tinggi. Untuk
itu maka pemilihan untuk sumber-sumber pembelanjaan yang dilakukan
hendaknya dapat mempertinggi rentabilitas modal sendiri. Tiga komponen
utama dari return on equity adalah asset turnover, return on sales, dan
financial leverage. (Syaiful M.Ruky, 1992:82).
Suad Husnan (1998:293) juga lebih mempertegas lagi bahwa return on
equity (ROE) adalah laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali tersebut
bisa menghasilkan tingkat keuntungan.
Menurut M.Fakhruddin dan M.Sopian Hadianto return on equity (ROE)
adalah mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi
pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga di pengaruhi oleh besar kecilnya
18
hutang perusahaan, apabila proporsi hutang semakin besar maka rasio ini juga
akan semakin besar.
ROE atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur
laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri yang menunjukkan efisiensi
penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya
posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. (Kasmir,
et.al., 2003:207).
Sehingga berdasarkan penjelasan sebelumnya yang dimaksud dengan
Return
On
Equity
(ROE)
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
mengembalikan return yang diharapkan.
C. Hubungan antara financial leverage dengan return on equity (ROE)
Hubungan antara financial leverage dengan return on equity (ROE)
menurut Bambang Riyanto (1992): “Besarnya rentabilitas modal sendiri selain
di pengaruhi oleh rentabilitas ekonomi, juga dipengaruhi oleh rasio hutang”.
Pengaruh rasio hutang (financial leverage) terhadap rentabilitas modal
sendiri (ROE) dapat positif, negatif ataupun tidak ada pengaruh sama sekali.
Kontribusi dari financial leverage terhadap return on equity (ROE) adalah
positif jika hanya penggunaan dana dengan beban tetap tersebut dapat
memberikan pendapatan atau hasil yang lebih besar rasio hutang
mengakibatkan semakin besarnya rentabilitas modal sendiri.
19
D. Pengertian Debt Equity Ratio (DER)
DER merupakan rasio yang digunakan untuk melihat struktur keuangan
perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas
pemilik. (Simamora, 2000:533).
Menurut Lukman Syamsuddin (2001:54), DER adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang dengan
jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Berdasarkan
pendapat di atas, pengertian DER dalam penelitian ini adalah rasio yang
membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas pemilik. DER
mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian
tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi
likuiditas, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan pemegang saham.
Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan
perusahaan dapat dianggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa
terdapat asset yang memadai untuk menutup klaim pihak lain. Rasio yang
tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar
ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya, sehingga meningkatkan
risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh
bilamana terjadi likuidasi. Dalam mengukur risiko, perhatian kreditor jangka
panjang terutama difokuskan pada prospek laba dan perkiraan arus kas.
Meskipun demikian mereka tetap memperhatikan keseimbangan antara
proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan pemilik perusahaan.
Keseimbangan proporsi tersebut diukur dengan rasio debt to equity. Rasio ini
20
juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu hutang.
(Dwi Prastowo, 2002:84). Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih
menyukai angka DER yang kecil. Semakin kecil angka rasio ini, berarti
semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan dan
semakin besar penyangga risiko kreditor. Jika DER semakin meningkat maka
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin memburuk, selain itu semakin
tinggi DER menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh
pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin
meningkat. Dengan meningkatnya DER maka beban perusahaan kepada pihak
luar (kreditur) juga semakin meningkat sehingga harapan tingkat kembalian
(return) para pemegang saham semakin kecil. (Farchan dan Sunarto, 2002:72).
Menggambarkan Perbandingan antara total hutang dan ekuitas.
Semakin besar DER, menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak
memanfaatkan hutang-hutang relatiif terhadap ekuitas. Rasio ini menunjukkan
Perbandingan anatara hutang dan modal sendiri.
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang yang diberikan oleh
para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan. (Suad Husnan, 1997:561).
21
E. Pengertian Price Earning Ratio (PER)
Salah satu rasio yang banyak digunakan oleh investor untuk
pengambilan keputusan investasi saham adalah Price Earning Ratio (PER).
PER merupakan rasio antara harga per lembar saham dengan laba bersih per
sahamnya (EPS). PER juga menunjukkan indikasi tentang adanya masa depan
perusahaan. Menurut Sartono (1996:106), para pelaku pasar modal lebih
menaruh perhatian terhadap Price Earning Ratio (PER) yang dapat diartikan
sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan
perusahaan. PER memiliki beberapa atribut menarik yaitu memberikan standar
yang baik dalam membandingkan harga saham untuk laba per lembar saham
yang berbeda dan kemudahan dalam membuat perkiraan yang digunakan
sebagai input pada P/E rasio model, serta memudahkan atau membantu
judgement dalam menganalisis. Oleh karena model PER lebih sering
digunakan dalam penilaian saham, maka menentukan faktor-faktor apakah
yang mempengaruhi PER dengan mengetahui seberapa jauh faktor-faktor
tersebut mempengaruhi PER adalah sangat penting.
Price Earning Ratio umumnya digunakan sebagai indikator dari nilai
relative berbagai saham biasa. PER dapat memberikan pandangan yang salah
mengenai nilai relative yang disebabkan oleh tehnik dan definisi akuntansi
yang berbeda yang digunakan berbagai perusahaan. Pemegang saham biasa
mengkhawatirkan kinerja perusahaan dimasa depan. Sementara PER
didasarkan pada kinerja perusahaan dimasa depan. Ini merupakan alasan
mengapa perkiraan laba dimasa depan terkadang digunakan dalam
22
menghitung rasio ini. PER hanya menyediakan indikasi kasar dari hasil
investasi relative, dan harus digunakan dengan sangat berhati-hati. Namun,
PER ini rutin menyediakan indikasi mengenai harapan pasar jika laba
disesuaikan dengan benar pada saat perhitungan rasio dilakukan. Semakin
tinggi tingkat pertumbuhan yang diharapkan dan semakin rendah tingkat
perubahan laba, maka akan semakin tinggi PER yang dimiliki. (Frank j,
Fabozzi, 2000 dalam Riskawati, 2005). Menurut Jogiyanto (1998:82) PER
menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earning. Jadi rasio ini
menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap
kelipatan dari earning.
Sedangkan Sutrisno (2000:268) menjelaskan bahwa PER yaitu rasio
yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan
dengan keuntungan yang akan di peroleh para pemegang saham.
Mohammad Usman (2001:83) menyatakan bahwa sebagai alternatif lain
selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai
fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba
perusahaan (earning) Salah satu pendekatan yang populer untuk mengestimasi
nilai intrinsik adalah pendekatan PER.
Menurut Gruber (1995) pendekatan PER merupakan model penilaian
saham yang paling praktis sehingga banyak digunakan oleh para pemodal dan
analisis saham. Pendekatan ini juga paling sering di gunakan oleh penjamin
emisi (underwriter) untuk menentukan harga saham perdana. (Suad Husnan,
1993). Selain itu PER mempunyai arti yang cukup penting dalam penilaian
23
saham karena mencerminkan salah satu indikator perusahaan tentang pada
masa mendatang, pada perusahaan yang mempunyai PER tinggi resiko yang
rendah serta pertumbuhan yang tinggi, sehingga pemodal bersedia membeli
saham perusahaan dengan harga tinggi dan berharap akan mendapat aliran kas
mendatang lebih tinggi. (Stanley, 1987).
Selanjutnya Abdul Halim (1995:15) menjelaskan bahwa dalam
beberapa hal, rasio ini lebih menarik di bandingkan model dividen. Pertama,
PER memberikan sesuatu standar yang tepat untuk membandingkan dengan
harga dari saham-saham yang memiliki tingkat pendapatan per lembar saham
yang berbeda. Kedua, model ini lebih mudah di gunakan dari pada model
dividen terutama bagi saham dari perusahaan-perusahaan yang tidak membagi
dividen sekarang ini. Ketiga, estimasi input ini di gunakan pada model PER
lebih mudah di gunakan dari pada estimasi input pada model.
Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya
pertumbuhan dividen akan meningkatkan Price Earning Ratio. (Suad Husnan,
2001:342). Berdasarkan pengertian sebelumnya, maka dapat di simpulkan
bahwa PER adalah perbandingan antara harga saham (P= Price) dan laba per
saham (E= Earning), Price/Earning= R(Ratio), PER terdiri dari tiga variabel
dalam kaitan pembentukan harga saham, variabel P (Price) tergantung pada
variabel E (Earning) dan R (Ratio), jika E dan R di ketahui maka P dapat
dihitung.
Berguna untuk menerangkan perbandingan harga pasar dari setiap
lembar saham terhadap Earning per share ( EPS ).
24
F. Hubungan antara PER terhadap Leverage
Hansen and Crutcley (1990) menyatakan bahwa rata-rata harga saham
terpengaruh saat perusahaan mengumumkan penerbitan surat-surat berharga
yang baru. Terdapat bukti yang mengidentifikasikan bahwa terjadi penurunan
harga saham secara signifikan selama pengumuman dari pembelanjaan modal
yang baru atau hutang yang dapat dipertukarkan. Penawaran hutang secara
terbuka atau saham preferen menghasilkan reaksi harga saham yang negatif
tetapi signifikan.
Sementara
itu,
Miller
and
Rocks
(1985)
menyarankan
agar
pembelanjaan baru (new financing) sebaiknya lebih rendah dibanding laba
yang diharapkan (expected earning), sehingga berlawanan dengan efek
pengumuman deviden. Pengeluaran modal baru akan menggambarkan
kenaikan pembiayaan eksternal, yang berarti menurunkan efek perubahan
deviden. Variabel pembelanjaan modal baru didefinisikan sebagai persentase
perubahan nilai per lembar saham biasa dengan rasio hutang terhadap modal
(debt/equity ratio) sebagai ukuran leverage.
G. Pengertian Earning Growth Ratio (EGR)
Earning growth ratio (EGR) mencerminkan pertumbuhan laba per
lembar saham setiap periode t. penggunaan data historis tingkat pertumbuhan
laba per lembar saham dapat digunakan untuk memprediksi tingkat
25
pertumbuhan dimasa yang akan datang. Perhitungan earning growth ratio
(EGR) menurut Mohammad Usman 2001 menggunakan fomula sederhana:
Dimana :
EGR
= Tingkat Pertumbuhan Laba
EPSt
= Pendapatan perlembar saham pada tahun t
EPSt-
= Pendapatan perlembar saham pada tahun t-1
Earning Per Share (EPS) adalah pebandingan pendapatan bersih
dengan jumlah saham yang dikeluarkan. Earning Per Share (EPS)
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan
kepada pemegang sahamnya, semakin besar keberhasilan usaha yang
dilakukannya. Earning Per Share juga digunakan untuk mengukur pendapatan
yang dapat dinikmati pemegang saham setelah dikurangi pajak.
Earning Per Share (EPS) menurut Drs. Syamsudin (2002) adalah pada
umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon
pemegang saham sangat tertarik akan earning per share (EPS), karena hal ini
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham
biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang
besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu
perusahaan.
Earning Per Share (EPS) juga menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya. Semakin
26
tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada
pemegang sahamnya mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang
dilakukannya.
Sehingga berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan
yang dimaksud dengan earning growth ratio (EGR) adalah tingkat
pertumbuhan earning per share (EPS) Dari waktu ke waktu diperoleh dengan
cara membandingkan earning per share (EPS) pada periode sebelumnya.
H. Hubungan antara financial leverage dan earning growth ratio (EGR)
Perubahan di dalam penggunaan hutang akan menyebabkan perubahan
pada laba bersih per saham (EPS dan harga sahamnya). Penggunaan financial
leverage dapat mempengaruhi dan meningkatkan earning growth ratio (EGR),
sebaliknya bagi perusahaan yang tidak mampu menanggung beban tetap lebih
aman apabila menggunakan modal sendiri ini dimaksudkan agar tidak
mengganggu posisi keuangan perusahaan.
Dengan demikian hubungan financial leverage dengan earning growth
ratio adalah positif yang berarti dengan adanya hutang membuat pemegang
saham tidak perlu menambah modalnya.
Peningkatan penggunaan financial leverage terus dinaikkan sampai
batas tertentu akan menyebabkan laba per lembar saham (EPS) menurun, yang
disebabkan meningkatnya beban tetap yang harus dibayar.
I. Pengertian Return On Assets (ROA)
Menurut M. Fakhrudddin dan M. Sopian Hadianto menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
27
Profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan baik dalam
menghasilkan keuntungan pada periode tertentu. Rentabilitas ekonomi yang
bisa disebut juga dengan rentabilitas aktiva (ROA).
Return On Assets (ROA) adalah merupakan perbandingan antara laba
setelah pajak dengan total aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Menurut Weston dan Copeland (1992) bahwa produktivitas aktiva
keseluruhan dinyatakan sebagai tingkat pengembalian atas modal aktiva (rate
earned on total assets), yang disebut juga tingkat pengembalian atas investasi
(return on investment) atau tingkat poduktifitas aktiva (assets productivity
rate).
Semakin besar nilai return on assets (ROA) menunjukkan bahwa bank
semakin poduktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat atau rendahnya
earning power ini adalah:
1. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net
sales yang dinyatakan dengan persentase.
2. Turn over operating assets atau tingkat perputaran aktiva yaitu kecepatan
berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu, yang diperoleh
dari perbandingan antara net sales dengan operating assets.
J. Hubungan antara financial leverage dengan return on assets (ROA)
Financial leverage adalah penggunaan modal pinjaman disamping
modal sendiri dan di harapkan akan memberikan tambahan keuntungan yang
lebih besar. Sedangkan return on assets (ROA) adalah perbandingan antara
28
laba setelah pajak dengan total aktiva. Berarti Hubungan antara financial
leverage dengan return on assets (ROA) adalah positif yang berarti dengan
adanya hutang maka akan meningkatkan profitabilitas atau return on assets
(ROA).
K. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Buchary Jahya (2002) mengenai analisis
risk and return pada BUMN sektor industri jasa telekomunikasi di Jakarta
(PT. Telkomsel dan PT. Indosat) penelitian ini menggunakan regresi berganda
menggunakan variabel dependen financial leverage dan variabel independent
return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA).
Hasil penelitian pada PT. Telkomsel menunjukkan bahwa secara parsial
maupun simultan return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return
on assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial leverage.
Sedangkan pada PT. Indosat secara parsial dan simultan return on equity
(ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA) berpengaruh
signifikan terhadap financial leverage.
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Sofiani (2000) mengenai
pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan menunjukan bahwa tingkat
leverage atau struktur modal perusahaan mengatakan bahwa tingkat leverage
suatu perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan nilai perusahaan
yang di wakili oleh tingkat pengembalian atas saham. Hal ini membawa
konsekuensi bahwa pembahasan mengenai tingkat leverage menjadi lebih
penting bagi suatu perusahaan karena salah satu tujuan perusahaan adalah
29
meningkatkan atau mempertahankan kemakmuran pemegang saham yang
tecermin pada nilai perusahaan atau nilai saham perusahaan. Oleh sebab itu
perusahaan harus mengetahui dan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat leverage perusahaan, manajer akan dapat mengelola
tingkat leverage yang dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Sabar Warsini (1994), Aldler H.Manurung
(1994) menggunakan model regresi whitbeck dan kisor dengan mengambil
kasus pada perusahaan tekstil yang go public. Hasil penelitiannya
menyebutkan financial leverage dan return on equity memiliki hubungan yang
positif, sedangkan pertumbuhan laba perusahaan memiliki hubungan yang
negatif terhadap financial leverage.
Penelitian yang dilakukan oleh Ali K. Ozdagli (2009) menyajikan suatu
model
dinamis
perusahaan
dengan
kontrak
utang
bebas
risiko,
investasi ireversibilitas, dan biaya restrukturisasi hutang. Model ini cocok
untuk beberapa fakta perusahaan dan harga aset keuangan : Pertama, leverage
konstan berbeda dengan pasar buku portofolio, sedangkan leverage pasar
berbeda
secara
disebabkan
signifikan. Kedua,
oleh
perubahan
perubahan
harga
saham
pasar
bukan
leverage terutama
oleh
perubahan
hutang. Ketiga, ketika model dikalibrasi agar sesuai dengan distribusi
penampang rasio buku ke pasar, hal ini menjelaskan perbedaan kembali di
perusahaan
yang
berbeda. Model
ini
juga
menunjukkan
bahwa
investasi ireversibilitas saja tidak dapat menghasilkan pola cross-sectional
30
diamati dalam return saham dan bahwa leverage adalah sumber utama dari
nilai premi.
Penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Jiang (2001) menyatakan
bahwa perusahaan besar cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih
banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu, kemungkinan kegagalan
dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran
perusahaan
sering
dijadikan
indikator
bagi
kemungkinan
terjadinya
kebangkrutan suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar
dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal
ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk
memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage.
L. Kerangka Pemikiran
Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yang
berpengaruh terhadap Financial Leverage adalah Return On Equity (ROE),
Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio
(EGR), dan Return On Assets (ROA). Atas dasar tersebut maka pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap Financial Leverage dapat di lihat
sebagai berikut:
31
X1
ROE
X2
DER
X3
Y
PER
FINANCIAL LEVERAGE
X4
EGR
X5
ROA
Keterangan :
X1 = Return On Equity (variabel bebas)
X2 = Debt Equity Ratio (variabel bebas)
X3 = Price Earning Ratio (variabel bebas)
X4 = Earning Growth Ratio (variabel bebas)
X5 = Return On Assets (variabel bebas)
Y = Financial Leverage (variabel terikat)
32
M. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan penelitian, maka dapatlah dibuat hipotesishipotesis sebagai berikut :
1. H0 : b1 = 0
tidak terdapat pengaruh yang signifikan return on equity
terhadap financial leverage
Ha : b1 ≠ 0
terdapat pengaruh yang signifikan return on equity terhadap
financial leverage
2. H0 : b2 = 0
tidak terdapat pengaruh yang signifikan debt equity ratio
terhadap financial leverage
Ha : b2 ≠ 0
terdapat pengaruh yang signifikan debt equity ratio
terhadap financial leverage
3. H0 : b3 = 0
tidak terdapat pengaruh yang signifikan price earning ratio
terhadap financial leverage
Ha : b3 ≠ 0
terdapat pengaruh yang signifikan price earning ratio
terhadap financial leverage
4. H0
:
b4 = 0
tidak terdapat pengaruh yang signifikan earning growth
ratio terhadap financial leverage
Ha : b4 ≠ 0
terdapat pengaruh yang signifikan earning growth ratio
terhadap financial leverage
5. H0 : b5 = 0
tidak terdapat pengaruh yang signifikan return on assets
terhadap financial leverage
Ha : b5 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan return on assets terhadap
financial leverage
33
6. H0 : b1, b2, b3, b4, b5 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
return on equity, debt equity ratio, price
earning ratio, earning growth ratio, dan
return on assets dianalisis secara simultan
terhadap financial leverage.
Ha : b1, b2, b3, b4, b5 ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara
return on equity, debt equity ratio, price
earning ratio, earning growth ratio, dan
return on assets dianalisis secara simultan
terhadap financial leverage.
34
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini membahas pengaruh
variabel bebas yang terdiri dari return on equity (ROE), debt equity ratio
(DER), price earning ratio (PER), earning growth ratio (EGR), dan return on
assets (ROA) terhadap variabel terikat yaitu financial leverage.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini mengambil populasi perusahaan yang masuk kategori
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengambilan populasi
perusahaan yang terdaftar di BEI dikarenakan pertimbangan kemudahan akses
data dan informasi, serta biaya dan waktu penelitian. Sedangkan sampel yang
diambil adalah perusahaan manufaktur pada tahun 2005-2009. Metode
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling, karena sampel diambil berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu. (Nur Indriyanto dan Bambang Supomo, 2002). Penulis
menggunakan data perubahan yang termasuk ke dalam perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendukung penelitian yang dilakukan maka diperlukan data
yang berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang bukan di
35
1
usahakan sendiri oleh peneliti namun di peroleh dari pihak lain dalam bentuk
data jadi yang berhubungan dengan penelitian ini atau disebut dengan studi
kepustakaan yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumendokumen. (Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2003).
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa :
1. Library research
Yaitu berasal dari buku-buku kuliah dan jurnal-jurnal atau artikel-artikel
yang berkaitan dengan masalah skripsi ini.
2. Field research
Untuk memperoleh data maka peneliti mengadakan penelitian ke BEI guna
memperoleh data yang diperlukan.
D. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan teknik analisis yang bersifat kuantitatif.
Adapun rumus untuk menghitung variabel-variabel yang diteliti adalah
sebagai berikut:
1. Return On Equity (ROE)
Menurut Drs. Lukman Syamsudin, M.A (2000) Return On Equity
(ROE) adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia
bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun
pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau
penghasilan yang di peroleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
36
ROE atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri yang
menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini
semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian
pula sebaliknya. (Kasmir, et.al., 2003:207).
2. Debt Equity Ratio (DER)
Menggambarkan Perbandingan antara total hutang dan ekuitas.
Semakin besar DER, menunjukkan struktur permodalan usaha lebih
banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Rasio ini
menunjukkan Perbandingan anatara hutang dan modal sendiri.
3. Price Earning Ratio (PER)
Sutrisno (2000:268) menjelaskan bahwa PER yaitu rasio yang
mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan
dengan keuntungan yang akan di peroleh para pemegang saham.
Mohammad Usman (2001:83) menyatakan bahwa sebagai alternatif
lain selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung
nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan
nilai laba perusahaan (earning). Salah satu pendekatan yang populer untuk
mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER.
37
Berguna untuk menerangkan perbandingan harga pasar dari setiap
lembar saham terhadap Earning per share ( EPS ).
4. Earning Growth Ratio (EGR)
Earning growth ratio (EGR) mencerminkan pertumbuhan laba per
lembar saham setiap periode t. penggunaan data historis tingkat
pertumbuhan laba perlembar saham dapat digunakan untuk memprediksi
tingkat pertumbuhan dimasa yang akan datang. Perhitungan earning
growth ratio (EGR) menurut Mohammad Usman 2001 menggunakan
fomula sederhana:
5. Return On Asset (ROA)
Return On Assets (ROA) adalah merupakan perbandingan antara laba
setelah pajak dengan total aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
laba.
6. Financial Leverage
Financial Leverage adalah penggunaan modal pinjaman di samping
modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar beban tetap
38
berupa bunga. Dengan menggunakan sumber dana yang memiliki beban
tetap diharapkan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar
dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham. (Agus Sartono, 1997).
7. Merumuskan Persamaan Regresi
Analisis regresi linear berganda adalah analisis yang berhubungan
dengan ketergantungan antara variabel independent terhadap variabel
dependen.
Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+b5X5…bnXn + e
Notasi :
Y
= Financial Leverage
a
= Konstanta
b1,b2,b3…bn
= Koefisien Regresi
X1
= Return On Equity (ROE)
X2
= Debt Equity Ratio (DER)
X3
= Price Earning Ratio (PER)
X4
= Earning Growth Ratio (EGR)
X5
= Return On Assets (ROA)
e
= Error Term
39
8. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis berganda terhadap data yang diperoleh
dalam
penelitian,
terlebih
dahulu
dilakukan
pengujian
terhadap
persyaratan-persyaratan klasik regresi berganda.
a. Normalitas
Uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi, variabel
dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model yang baik adalah distribusi normal atau
mendekati normal.
Menurut Singgih Santoso (2000:214), ada beberapa cara mendeteksi
normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah :
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
b. Multikolinearitas
Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan
adanya
korelasi
antara
variabel
bebas
(variabel
independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas. Jika bebas saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah
40
variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama
dengan nol.
Menurut Singgih Santoso (2000:203) untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan
melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Suatu
model regresi yang bebas dari multikolinieritas adalah mempunyai
nilai VIF berkisar pada angka 1 dan mempunyai nilai tolerance
mendekati 1.
c. Heteroskedastitas
Heteroskedastitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan
kepengamatan lain. Jika variasi residual dari satu persamaan
kepersamaan lain tetap, maka disebut homokedastitas. Model regresi
yang baik yang homokedastitas atau tidak terjadi heteroskedastitas.
Menurut Singgih Santoso (2000:208) ada beberapa cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada
atau tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di studentized, rinciannya sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.
41
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah
angka
0
pada
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
d. Uji autokolerasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi berganda ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
kolerasi, maka dinamakan ada penyakit autokolerasi. Tentu saja model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokolerasi.
Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan membandingkan nilai DurbinWatson hitung dengan kriteria kondisi autokorelasi. Adapun kriteria
untuk mengetahui apakah dalam suatu bentuk regresi terdapat kondisi
autokorelasi adalah :
1. 1.65 < DW < 2.35 kesimpulannya tidak terjadi kondisi autokorelasi
2. 1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 kesimpulannya tidak
dapat disimpulkan (inconclusive)
3. DW < 1.21 atau DW > 2.79 kesimpulannya terjadi autokorelasi.
9. Uji Simultan ( uji F )
Uji Simultan ( uji F ) dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil
model regresi yang disajikan yang menunjukkan pengaruh variabel bebas
(variabel independent ) terhadap variabel terikat (variabel dependent )
secara bersama-sama.
42
10. Uji Parsial (uji t )
Uji parsial dimaksudkan untuk menguji parameter b atau digunakan
untuk melihat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent
secara individual (parsial).
E. Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya,
variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel tidak
bebas) pada penelitian ini adalah :
1. Return On Equity (ROE)
Menurut Drs. Lukman Syamsudin, M.A (2000) Return On Equity
(ROE) adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia
bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun
pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau
penghasilan yang di peroleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak
terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal
pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh
perusahaan.
Semakin
tinggi
ROE
menunjukkan
semakin
efisien
perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau
keuntungan bersih. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur
tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
43
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’
equity) yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Debt Equity Ratio (DER)
DER merupakan rasio yang digunakan untuk melihat struktur
keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan
jumlah ekuitas pemilik. (Simamora, 2000:533).
Menggambarkan Perbandingan antara total hutang dan ekuitas.
Semakin besar DER, menunjukkan struktur permodalan usaha lebih
banyak memanfaatkan hutang-hutang relatiif terhadap ekuitas. Rasio ini
menunjukkan Perbandingan anatara hutang dan modal sendiri.
3. Price Earning Ratio (PER)
Mohammad Usman (2001:83) menyatakan bahwa sebagai alternatif
lain selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung
nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan
nilai laba perusahaan (earning). Salah satu pendekatan yang populer untuk
mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER.
44
Berguna untuk menerangkan perbandingan harga pasar dari setiap
lembar saham terhadap Earning per share ( EPS ).
4. Earning Growth Ratio (EGR)
Earning Growth Ratio (EGR) mencerminkan pertumbuhan laba per
lembar saham setiap periode t. penggunaan data historis tingkat
pertumbuhan laba per lembar saham dapat digunakan untuk memprediksi
tingkat pertumbuhan dimasa yang akan datang. Perhitungan earning
growth ratio (EGR) menurut Mohammad Usman 2001 menggunakan
fomula sederhana:
5. Return On Asset (ROA)
Return On Assets (ROA) adalah merupakan perbandingan antara laba
setelah pajak dengan total aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
laba.
6. Financial Leverage
Financial Leverage adalah penggunaan modal pinjaman di samping
modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar beban tetap
45
berupa bunga. Dengan menggunakan sumber dana yang memiliki beban
tetap diharapkan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar
dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham. (Agus Sartono, 1997).
46
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan
dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan,
bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan
II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah
Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa
efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal
pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan
pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia
dapat dilihat sebagai berikut:
471
a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di
Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II
f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat
Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata)
dan
Djojohadikusumo).
Menteri
Instrumen
keuangan
yang
(Prof.DR.
Sumitro
diperdagangkan
Obligasi
Pemerintah RI (1950)
g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin
tidak aktif.
h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT
Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
48
j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),
sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar
modal.
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek
Surabaya.
p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
49
r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai
diberlakukan mulai Januari 1996.
s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(remote trading).
v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) paling lambat 30
November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007. di mana
Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.
Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan RUPS (Rapat Umum
Penegang Saham) pada tanggal 30 Oktober 2007 untuk pembahasan
rencana merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa tersebut
masih menunggu persetujuan dari Dephukham. Sebab badan hukum dan
nama keduanya berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjalani
beberapa proses, maka sekarang namanya telah menjadi Bursa Efek
Indonesia. Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia, posisi-posisi masih
50
ditempati oleh direksi-direksi kedua bursa. Direksi tersebut akan
melanjutkan tugas sampai RUPS 2009 dilakukan.
3. Struktur Pasar Modal Indonesia
Menteri Keuangan
BAPEPAM
Bursa Efek
Lembaga Keuangan Dan
Penjamin
Lembaga Penyimpanan Dan
Penyelesaian
Perusahaan Efek
Lembaga
Penunjang
Profesi
Penunjang
• Penjamin
Emisi Efek
• Perantara
Pedagang Efek
• Manajer
Investasi
• Penasehat
Investasi
• Biro Adm
Efek
• Custodian
• Wali Amanat
• Penanggung
• Akuntan
• Konsultan
Hukum
• Penilai
• Notaris
Pemodal
Emiten
• Domestik
• Asing
• Perusahaan
Publik
• Reksa Dana
Gambar 4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
4. Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia
Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas,
Bursa Efek Indonesia melibatkan benyak lembaga masing-masing pihak
mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang
kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek
Indonesia adalah :
51
a. Perusahaan yang go publik (Emiten)
Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah
melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan
dana guna membelanjai operasi rencana investasi.
b. Perusahaan Efek
Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk
beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang
efek, manager investasi atau penasehat investasi.
c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan
Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan
penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek
serta penitipan harta untuk pihak lain.
d. Perusahaan Reksa dana
Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi,
investasi kembali (reinvestasi).
e. Lembaga Penunjang
Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali
amanat atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan
harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam
penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa
mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust
agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan
seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penaggung (gurator)
52
adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga
emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji.
Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula
berperan penting dalam regristrasi saham, setelah scripless berperan
memelihara investasi hingga memantau peroleh deviden investor,
penawaran perdana (IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini
pencatatan semua daham investor beralih ke Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI).
f. Profesi Penunjang
Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai
(appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang
memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan
(auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran
laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat
yang berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan
dalam Staad Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatab notaris.
Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran
dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain.
Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani
laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang
disusun berdasarkan pemerikasaan menurut keahlian penilai. Konsultan
hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama
konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari
53
segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha
dan lain-lain.
g. Pemodal (Investor)
Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan
modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan.
h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan
lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas
dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan
efisien dengan maksud untuk melinduingi kepentingan para
pemodal dan masyarakat.
2) Mengawasi
settlement
perusahaan
dan
dan
memonitor
pertukaran
lembaga-lembaga
sekuritas
dan
para
sekuritas,
penyimpanan
pialang,
clearing,
reksa
berbagai
dana,
lembaga
pendukung pasar modal dan para profesional.
3) Untuk memberikan rekomendasi tentangt pasar modal kepada
Menteri Keuangan.
Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan
karena kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan
dengannya diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu
54
peraturan mulai oleh badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara
konsisten.
5. Mekanisme Perdagangan
a. Sistem Perdagangan Bursa Efek Indonesia
Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai
perdagangan di Indonesia Stock Exchange Building, Jl. Jenderal
Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190, hingga saat ini, instrumeninstrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
saham, bukti right, warant, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22
Mei 1995. sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah
menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern yaitu
Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan kegiatan
administratif dan manajemen Bursa Efek Indonesia terpusat di lantai
empat gedung yang sama.
b. Sistem pasar : digerakkan oleh Order dan Lelang Terbuka
Bursa Efek Indonesia menganut sistem order – driven market
atau pasar yang digerakkan oleh order-order dari pialang dengan
sistem lelang secara terus-menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak
melakukan
transaksi
harus
menghubungi
perusahaan
pialang.
Perusahaan pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas
perintah atau permintaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan
pialang melakukan jual efek untuk dan atas nama perusahaan itu
sendiri sebagai bagian dari investasi portofolio.
55
Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan
memasuki semua order yang diterima ke terminal masing-masing di
lantai bursa. Orang-orang yang bertindak di perusahaan pialang
tersebut disebut Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE). Dengan
menggunakan Jakarta Automated Trading
(JATS), order-order
tersebut diolah oleh komputer yang akan melakukan matcing dengan
mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan
demikian sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia adalah sistem
lelang secara terbuka yang berlangsung terus menerus selama jam
bursa. Hingga saat ini, seluruh order dari perusahaan pialang memang
harus dimasukkan ke dalam sistem melalui terminal yang ada di lantai
bursa. Bursa Efek Indonesia telah menerapkan akses jarak jauh atau
remote trading access untuk Jakarta Automated Trading System
(JATS) sehingga seluruh perusahaan pialang bisa langsung melakukan
perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan dari luar Jakarta.
1) Penyelesaian Transaksi
Transaksi di Bursa Efek Indonesia secara umum bukan
transaksi yang bersifat tunai. Bursa menentukan apabila transaksi
dilakukan hari ini, maka penterahan saham dan pembayaran harus
diselesaikan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI)
dan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari bursa
ke lima (T+4) setelah terjadinya transaksi. Penyelesaian untuk
transasksi obligasi dilakukan antara anggota bursa yang melakukan
56
transaksi. Sementara itu, penyelesaian untuk transaksi right
dilakukan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI)
dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
2) Sistem Otomasi Perdagangan
Otomasi sistem perdagangan atau Jakarta Automated
Trading System (JATS) dimulai tanggal 22 Mei 1995. awalnya,
Bursa Efek Jakarta menyediakan 444 unit trader work sistem di
lantai perdagangan bursa. Pada bulan Mei 2000, Bursa Efek
Indonesia melakukan perluasan lantai dengan 360 terminal di lantai
5 gedung bursa, perluasan ini dilakuakn untuk sementara.
Terminal-terminal yang dinamakan Trader Work System atau
booth dihubungkan dengan mesin utama perdagangkan (Trading
Engine) melalui jakarta Stock Exchange Network.
Pada tahap poertama, implementasi Jakarta Automated
Trading System (JATS) lebih dipusatkan pada sistem konversi dari
manual ke sistem komputerisasi. Pengembangan implementasi
Jakarta Automated Trading System (JATS) terdiri dari beberapa
tahap, antara lain :
a) Implementasi perdagangan tanpa warant (scriless trading) yang
terintegrasi dengan sistem kliring dan penjaminan (clearing
and guarante system) PT. Kliring dan Penjaminan Indonesia.
b) Berkenaan dengan peningkatan transaksi, perluasan lantai
perdagangan dengan kapasitas 804 booth dilakukan untuk
57
mengantisipasi kebutuhan anggota bursa terhadap fasilitas
perdagangan pada pertengahan tahun 2000.
c) Pengembangan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading). Dengan menggunakan fasilitas ini anggota bursa
dapat secara langsung mengakses Jakarta Automated Trading
System (JATS) dari kantornya, kantor pusat maupun kantor
cabang.
3) Biaya Transaksi
Untuk membeli atau menjual saham, investor diwajibkan
membayar biaya transaksi kepada perusahaan pialang berdasarkan
kesepakatan. Dalam peraturan Bursa Efek Indonesia, biaya komisi
setinggi-tingginya 1 % dari total nilai transaksi (beli atau jual).
Sementara itu, pialang diwajibkan membayar biaya transaksi
sebesar 0,04 % dari total nilai transaksi di bursa.
Perusahaan pilang diwajibkan membayar biaya-biaya
sebagai berikut :
a) Untuk transaksi saham dan right dikenakan sebesar 0,04 % dari
kumulatif nilai transaksi setiap bulan dan 0,01 % dari biaya
tersebut oleh PT. Kliring Penjamin efek (KPEI) dan sisanya
0,015 % untuk biaya operasional bursa dan 0,006 % untuk PT.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
b) Untuk transaksi obligasi atas unjuk tidak dikenakan biaya
transaksi.
58
c) Untuk transaksi warant dikenakan biaya sebesar 0,02 % dari
nilai transaksi dimana 0,005 % untuk dana jaminan dan kliring
di PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia. 0,0045 % untuk biaya
penyelesaian dan kliring di Kliring Penjamin Efek Indonesia,
dan sisasnya untuk biaya operasional bursa 0,0075 % dan untuk
Kustodian Sentral efek Indonesia 0,003 %.
d) Untuk anggota bursa yang tidak melakukan transaksi sama
sekali, wajib membayar biaya administratif kepada bursa
sebesar Rp 250.000 per bulan (untuk anggota aktif).
Pengenaan komisi dan biaya-biaya transaksi ini belum termasuk
Pajak Penambahan nilai (PPn) sebesar 10%. Pajak transaksi penjualan
saham ditetapkan sebesar 0,1 % dari kumulatif nilai transaksi penjualan
(khusus untuk saham).
B. Sejarah Objek Penelitian
1. Sejarah Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang bergerak bidang
pengolahan suatu produk yang mengolah dari barang mentah menjadi
barang jadi. Di Indonesia perusahaan manufaktur dapat berkembang pesat,
hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari periode ke periode semakin banyak, walaupun ada beberapa
perusahaan yang pernah mengalami defisiensi modal untuk sementara
karena imbas dari krisis ekonomi.
59
Tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat
dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya menguntungkan baik di masa
sekarang maupun yang akan datang. Di sisi lain didasarkan atas prediksi
bahwa perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang sangat
dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari sehingga sangat kecil kemungkinan
untuk rugi (ICMD,2000). Adapun yang termasuk ke dalam perusahaan yang
terdaftar di bei yang masuk kategori perusahaan manufaktur, adalah:
2. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian
Tabel 4.1
Perusahaan Objek Penelitian
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama Perusahaan
Kode Saham
PT.Aqua Golden Missisippi TBK
AQUA
PT.Astra Graphia TBK.
ASGR
PT.Delta Djakarta TBK
DLTA
PT.Duta Pertiwi Nusantara Tbk
DPNS
PT.Dynaplast Tbk
DYNA
PT.Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
HMSP
PT.Fast Food Indonesia Tbk
FAST
PT.Gudang Garam Tbk
GGRM
PT.Goodyear Indonesia Tbk
GDYR
PT.Intan Wujaya Internasional Tbk
INCI
PT.Pan Brother Tex Tbk
PBRX
PT.Semen Gresik Tbk
SMGR
PT.Unilever Indonesia Tbk
UNVR
PT.Selamat Sampoerna Tbk
SMSM
PT.Mustika Ratu Tbk
MRAT
60
C. Hasil Dan Pembahasan
1. Deskriptif Data
Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan
Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat
perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang
diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan
dalam model analisis Regresi Berganda, yaitu variabel Y (Financial
Leverage), variabel X1 Return On Equity, X2 DER, X3 PER, X4 Earning
Growth Ratio Dan X5 Return on Asset sebagai variabel bebas. Penjelasan
lengkap masing-masing variabel adalah:
a. Return On Equity
Tabel 4.2
Return On Equity
EMITEN
2005
2006
2007
2008
2009
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
22,54
19,20
19,47
7,57
10,03
81,40
25,36
17,84
27,57
13,87
4,51
1,03
93,87
33,30
18,89
30,34
14,53
(6,53)
4,21
66,29
38,20
20,29
25,21
22,53
1,59
2,07
72,03
34,80
17,06
18,01
19,80
3,32
20,20
60,48
32,37
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
20,67
(2,90)
10,47
13,40
32,93
94,98
12,19
13,03
(3,29)
12,83
33,77
104,06
15,62
20,42
2,12
20,76
38,63
104,80
17,12
2,23
2,79
(41,72)
44,48
111,23
20,95
35,05
0,99
25,59
36,07
85,98
SMSM
MRAT
23,00
6,45
28,57
8,28
27,55
4,41
23,35
5,14
19,81
4,02
61
Berdasarkan hasil perhitungan Return On Equity masing-masing
perusahaan pada Tabel 4.2, Pada Tahun 2005, Return On Equity, tertinggi
dimiliki oleh PT.Unilever Indonesia Tbk sebesar 94,98 dan terendah
dipegang oleh PT. Mustika Ratu Indonesia Tbk sebesar 6,45. Pada Tahun
2006, Return On Equity, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia
Tbk sebesar 104,06
dan terendah dipegang oleh PT. Dynaplast Tbk
sebesar 1,03. Pada Tahun 2007, Return On Equity, tertinggi dimiliki oleh
PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 104,80 dan terendah dipegang oleh
PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar 2,12. Pada Tahun 2008, Return
On Equit, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar
111,23
dan terendah dipegang oleh PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk
sebesar 1,59. Dan pada Tahun 2009, Return On Equity, tertinggi dimiliki
oleh PT. Unilever indonesia Tbk sebesar 85,98 dan terendah dipegang oleh
PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar 0,99.
62
b. Debt Equity Ratio
Tabel 4.3
Debt Equity Ratio
EMITEN
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
2005
2006
0,78
0,82
0,32
0,28
1,57
1,55
0,66
0,69
0,68
0,12
2,56
0,61
0,76
0,59
0,17
2007
0,77
0,98
0,31
0,20
1,71
1,21
0,68
0,65
0,62
0,13
3,73
0,35
0,95
0,71
0,19
2008
0,74
0,99
0,29
0,29
1,63
0,94
0,67
0,69
0,94
0,15
4,85
0,27
0,98
0,61
0,14
2009
0,71
1,53
0,34
0,38
1,79
1,00
0,63
0,55
2,45
0,10
8,69
0,30
1,10
0,53
0,10
0,74
1,17
0,30
0,30
1,46
0,88
0,65
0,52
1,63
0,09
5,29
0,26
0,92
0,57
0,11
Berdasarkan hasil perhitungan Debt To Equity Ratio masingmasing perusahaan pada Tabel 4.3, Pada Tahun 2005, Debt to Equity
Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 2,56 dan
terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar 0,12.
Pada Tahun 2006, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan
Brother Tex Tbk sebesar 3,73 dan terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya
International Tbk sebesar 0,13. Pada Tahun 2007, Debt to Equity Ratio,
tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 4,85 dan terendah
dipegang oleh PT. Mustika Ratu Tbk sebesar 0,14. Pada Tahun 2008, Debt
to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar
8,69 dan terendah dipegang oleh PT. Mustika Ratu sebesar 0,10. Dan pada
Tahun 2009, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother
63
Tex Tbk Tbk sebesar 5,29dan terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya
International Tbk Indonesia Tbk sebesar 0,09.
c. Price Earning Ratio
Tabel 4.4
Price Earning Ratio
EMITEN
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
2005
29,64
7,40
8,43
19,48
(37,70)
12,04
11,78
19,47
10,65
5,70
17,36
16,62
29,25
7,18
17,29
2006
24,47
11,04
6,07
34,78
23,22
15,66
12,27
10,07
12,57
(9,58)
4,09
19,59
24,51
6,56
13,34
2007
20,30
4,32
3,82
(58,73)
14,44
9,11
11,04
4,35
252,45
18,58
(1,32)
9,81
24,72
6,59
13,58
2008
31,28
6,35
9,71
24,63
3,57
9,27
12,57
12,56
3,12
4,64
1,34
13,95
27,75
6,87
15,06
2009
31,28
7,05
10,97
28,97
3,83
12,03
13,29
13,99
3,12
15,27
1,38
14,78
28,38
7,73
11,79
Berdasarkan hasil perhitungan Price Earning Ratio masing-masing
perusahaan pada Tabel 4.4, Pada Tahun 2005, Price Earning Ratio,
tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Missisipi Tbk sebesar 29,64 dan
terendah dipegang oleh PT. Dynaplast Tbk sebesar -37,70. Pada Tahun
2006, Price Earning Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Dynaplast Tbk
sebesar 34,78 dan terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International
Tbk sebesar -9,58. Pada Tahun 2007, Price Earning Ratio, tertinggi
dimiliki oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk sebesar 252,45 dan terendah
dipegang oleh PT. Dynaplast Tbk sebesar -58,73. Pada Tahun 2008, Price
Earning Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar
64
27,75 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 1,34.
Dan pada Tahun 2009, Price Earning Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT.
Aqua Golden Missisipi Tbk sebesar 31,28 dan terendah dipegang oleh PT.
Pan Btother Tex Tbk sebesar 1,38. Pertumbuhan yang tinggi (high
Growth) biasanya mempunyai PER yang besar, perusahaan dengan
pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya memiliki PER yang
rendah. Semakin besar PER memungkinkan harga pasar dari setiap lembar
saham akan semakin baik, demikian pula sebaliknya.
d. Earning Growth Ratio
EMITEN 2005
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
Tabel 4.5
Earning Growth Ratio
2006
2007
2008
-0,15
-0,24
0,08965 0,540763
0,395287 -0,23262
0,127361 -0,43436
0,441876 -1,32402
0,021148 0,481488
0,011036 0,669296
0,688821 -0,46666
-2,06821 -4,50337
0,023665 -1,39941
0,044244 -0,05404
0,13048 0,266926
0,016968 0,195137
0,031032 0,197939
0,081255 0,221869
0,349187
0,297087
0,093484
-1,29304
-1,11593
0,026493
0,487634
0,432387
0,669486
-1,83575
1,527879
-0,86296
0,141205
0,048212
-0,35308
0,24918
-0,13305
0,769559
-1,48884
-0,49187
0,074839
0,221647
0,302651
-0,98084
-0,11231
-2,67456
0,421388
0,22529
-0,00734
0,068913
2009
-0,06169
-0,24563
-0,08484
1,28125
0,34
-0,05314
0,105554
0,316369
0,181222
-0,58566
-1,81451
-0,04569
-0,05353
-0,09289
-0,11671
Berdasarkan hasil perhitungan Earning Growth Ratio masingmasing perusahaan pada Tabel 4.5, Pada Tahun 2005, Earning Growth
Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk sebesar 0,688 dan
terendah dipegang oleh PT. Goodyear indonesia Tbk sebesar -2,06. Pada
Tahun 2006, Earning Growth Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Fast Food
65
Tbk sebesar 0,6692 dan terendah dipegang oleh PT.Goodyear Indonesia
Tbk sebesar -4,503. Pada Tahun 2007, Earning Growth Ratio, tertinggi
dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 1,53 dan terendah dipegang
oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar -1,83. Pada Tahun 2008,
Earning Growth Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Delta Djakarta Tbk
sebesar 0,75 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar
-2,67. Dan pada Tahun 2009, Earning Growth Ratio, tertinggi dimiliki
oleh PT. Dynaplast Indonesia Tbk sebesar 1,28 dan terendah dipegang
oleh PT. Pan Btother Tex Tbk sebesar -1,81.
e. Return On Asset
Tabel 4.6
Return on Asset
EMITEN
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
2005
12,51
10,54
14,70
5,54
3,62
31,21
15,31
12,25
(1,73)
9,38
3,78
20,25
53,73
12,99
5,49
2006
10,03
13,95
10,52
3,50
0,35
42,22
19,85
7,38
8,06
(2,90)
2,47
24,77
53,28
15,06
6,96
2007
10,75
15,26
11,25
(4,83)
1,46
34,09
22,90
9,21
10,55
1,84
3,55
30,07
52,90
15,39
3,88
2008
11,76
9,98
16,86
1,11
0,67
35,93
21,40
11,03
0,65
2,54
(4,30)
33,85
53,01
14,70
4,66
2009
9,72
8,31
15,10
2,47
7,36
32,00
19,59
13,73
13,33
0,91
4,07
28,32
44,64
12,11
3,62
Berdasarkan hasil perhitungan Return On Asset masing-masing
perusahaan pada Tabel 4.6, Pada Tahun 2005, Return On Asset, tertinggi
dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,73 dan terendah
66
dipegang oleh PT. Goodyear indonesia Tbk sebesar -1,73. Pada Tahun
2006, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk
sebesar 53,28 dan terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International
Tbk sebesar -2,90. Pada Tahun 2007, Return On Asset, tertinggi dimiliki
oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 52,90 dan terendah dipegang
oleh PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk sebesar -4,83. Pada Tahun 2008,
Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk
sebesar 53,01 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk
sebesar -4,30. Dan pada Tahun 2009, Return On Asset, tertinggi dimiliki
oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 44,64 dan terendah dipegang
oleh PT. Inti wijaya International Tbk sebesar 0,91.
f. Financial Leverage
EMITEN 2005
Tabel 4.7
Financial Leverage
2006
2007
2008
2009
AQUA
0,433021 0,431185 0,423516 0,411032 0,422189
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
0,450899
0,243426
0,205396
0,567195
0,595985
0,396134
0,406786
0,404357
0,104508
0,7223
0,375582
0,431608
0,193155
0,148452
0,493956
0,238873
0,158217
0,582956
0,542907
0,404004
0,393798
0,381703
0,118942
0,796559
0,255488
0,486248
0,042372
0,158969
0,497122
0,221916
0,217214
0,565869
0,485595
0,400535
0,409104
0,483277
0,131625
0,828447
0,210874
0,49486
0,044039
0,120456
0,604216
0,24963
0,262919
0,581295
0,501034
0,385104
0,355323
0,709753
0,090404
0,896453
0,22911
0,522376
0,043303
0,094061
0,53869
0,227595
0,219959
0,53318
0,467184
0,394973
0,341931
0,619548
0,081494
0,840649
0,205157
0,480008
0,03666
0,099672
67
Berdasarkan hasil perhitungan Financial leverage masing-masing
perusahaan pada Tabel 4.7, Pada Tahun 2005, Financial leverage,
tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 0,7223 dan
terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar 0,1045.
Pada Tahun 2006, Financial leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan
Brother Tex Tbk sebesar 0,796 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat
Sampoerna Tbk sebesar 0,042. Pada Tahun 2007, Financial leverage,
tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 0,83 dan terendah
dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk sebesar 0,044. Pada Tahun
2008, Financial leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk
sebesar 0,828 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk
sebesar 0,0440. Dan pada Tahun 2009, Financial leverage, tertinggi
dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 0,84 dan terendah dipegang
oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk sebesar 0,0366.
Setelah
melakukan
pengolahan
data
maka
penulis
dapat
menjelaskan mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam model yang
digunakan dalam penelitian ini, sepeti terlihat dalam tabel :
68
Tabel 4.8
Tabel Deskripsi Data
Descriptive Statistics Mengenai Return On Equity, Debt Equity Ratio, Price Earning Ratio,
Earning Growth Ratio, Return On Asset Terhadap Financial Leverage
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Return On Equity
75
-41.72
111.23
25.7211
28.29998
Debt Equity Ratio
75
.09
8.69
.9949
1.29936
Price Earning Ratio
75
-58.73
252.45
14.7045
30.84158
Earning Growth Ratio
75
-4.50
1.53
-.1676
.88061
Return On Asset
75
-4.83
53.73
14.2996
14.12890
Financial Leverage
75
.04
.90
.3753
.20653
Valid N (listwise)
75
Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa variabel dependent yaitu
Financial Leverage (Y) dengan jumlah data sebanyak 75 memiliki nilai
terkecil (min) sebesar 0.04 dan nilai terbesar (Max) sebesar 0.90 dan nilai
rata-rata 0.3753 dan trandar deviasinya 0.20653.
Untuk data variabel independen Return On Equity (X1) dengan
jumlah data sebanyak 75 memiliki nilai terkecil (min) sebesar -41.72 dan
nilai terbesar (Max) sebesar 111.23 dan nilai rata-rata 25.7211 dan standar
deviasinya 28.29998. Variabel Debt Equity Ratio (X2) dengan jumlah data
sebanyak 75 memiliki nilai minimum sebesar 0.09 dan terbesar (max)
sebesar 8.69 nilai rata-ratanya sebesar 0.9949 dan standar deviasinya
1.29936. Variabel Price Earning Ratio (X3) dengan jumlah data sebanyak
75 memiliki nilai minimum sebesar -58.73 dan terbesar 252.45 (max)
sebesar nilai rata-ratanya sebesar 14.7045 dan standar deviasinya 30.84158.
Variabel Earning Growth Ratio (X4) dengan jumlah data sebanyak 75
memiliki nilai minimum sebesar -4.50 dan terbesar 1.53 (max) sebesar nilai
69
rata-ratanya sebesar -0.1676 dan standar deviasinya 0.88061. Variabel
Return On Asset (X5) dengan jumlah data sebanyak 75 memiliki nilai
minimum sebesar -4.83 dan terbesar 53.73 (max) sebesar nilai rata-ratanya
sebesar 14.2996 dan standar deviasinya 14.12890.
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data
normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahui model regresi variabel dependen, variabel
independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak.
Gambar 4.2
Pengujian Normalitas Data
70
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa data penelitian memiliki
penyebaran dan distribusi yang normal karena data memusat pada nilai
rata-rata dan median atau nilai plot PP terletak digaris diagonal, maka
dapat dikatakan bahwa distribusi data return saham adalah normal.
b. Uji Multikolinieritas
Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus
terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan korelasi
antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan
melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di bawah 10,
hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
Return On Equity
.276
2.175
Debt Equity Ratio
.917
1.090
Price Earning Ratio
.968
1.034
Earning Growth Ratio
.832
1.203
Return On Asset
.556
3.124
a. Dependent Variable: Financial Leverage
(Sumber data diolah)
Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala
multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan
melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka
71
data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena
data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih besar dari 10, keadaan
seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.
c. Uji Autokolerasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam
penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW).
Pada tabel 4.7 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 1.555 nilai
ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai
signifikansi 5%, jumlah sample (n) 75 dan jumlah variabel independen (k)
adalah 5. Maka dari tabel didapat nilai du = 1.370 dan 4 – du = 4 – 1.370 =
2.63. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1.370 < 1.555 < 2,63 maka dapat
disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif.
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Autokolerasi
Model Summaryb
Change Statistics
Std. Error
R
Model
1
R
.854a
Adjusted
Square R Square
.729
.710
of the
R Square
Estimate
Change
.11127
.729
F Change
37.190
df1 df2
5
69
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
.000
1.555
a. Predictors: (Constant), Return On Asset, Price Earning Ratio, Debt Equity Ratio, Earning Growth
Ratio, Return On Equity
b. Dependent Variable: Financial Leverage
72
d. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak
equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas
dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik pada
sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji
regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter plot diagram.
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan
demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada
gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
73
3. Uji Signifikansi
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
yang terdiri dari dari Return On Equity, Debt Equity Ratio, Price Earning
Ratio, Earning Growth Ratio dan Return On Assets terhadap Financial
Leverage di Bursa Efek Indonesia secara parsial.
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Uji t
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.217
.024
Return On Equity
.008
.002
Debt Equity Ratio
.124
Price Earning Ratio
Collinearity Statistics
t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
9.197
.000
1.095
4.817
.000
.276
2.175
.010
.778
11.896
.000
.917
1.090
.001
.000
.077
1.209
.231
.968
1.034
Earning Growth Ratio
.001
.016
.005
.075
.940
.832
1.203
Return On Asset
.012
.003
.851
3.750
.000
.556
3.124
a. Dependent Variable: Financial Leverage
(Sumber : Data diolah)
Variabel Return On Equity, dengan nilai t hitung sebesar 4.817 >
2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0.000 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti Return On
Equity berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Financial
leverage.
Variabel Debt Equity Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 11.896
> 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat
74
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti Debt equity
Ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Financial leverage.
Variabel Price Earning Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 1.209
< 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.231 > 0,05), maka dapat
disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti Price Earning Ratio
tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Financial leverage.
Variabel Earning Growth Ratio, dengan nilai t hitung sebesar
0.075 < 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.940 > 0,05), maka
dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti Price Earning
Growth Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
Financial leverage.
Variabel Return On Asset, dengan nilai t hitung sebesar 3.750
>
2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0.000 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti Return On
Asset berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Financial leverage.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
yang terdiri dari Return On Equity, Debt Equty Ratio, Price Earning
Ratio, Earning Growth Ratio, dan Return On Asset terhadap Financial
Leverage secara simultan atau serentak.
75
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Uji F
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
2.302
5
.460
.854
69
.012
3.156
74
F
Sig.
37.190
.000a
a. Predictors: (Constant), Return On Asset, Price Earning Ratio, Debt Equity Ratio, Earning
Growth Ratio, Return On Equity
b. Dependent Variable: Financial Leverage
(Sumber : Data diolah)
Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat
nilai F hitung sebesar 37.190 dengan signifikan 0,000. Dengan mencari
pada table F, diperoleh nilai F tabel 2.37. Dengan kondisi dimana F
hitung lebih besar daripada F tabel dan nilai signifikan lebih kecil dari
alpha (0,05), maka dapat diambil kesimpulan adalah H0 ditolak dan H1
diterima
yang
berarti
variabel-variabel
independen
berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Financial Leverage.
c. Koefisien Determinasi (R Square)
Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien
2
2
determinasi (R ). Dari koefisien determinasi (R ) dapat diketahui derajat
ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya
variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai
2
(R ) = 0,727 yaitu persentase pengaruh variabel Return On Equity, Debt
76
Equity Ratio, Price Earning Ratio, Earning Growth Ratio dan Return
On Assets terhadap Financial Leverage sebesar 72,9%.
Tabel 4.13
Hasil Pengujian Adj R Square
Model Summaryb
Model
R
.854a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.729
.710
Durbin-Watson
.11127
1.555
a. Predictors: (Constant), Return On Asset, Price Earning Ratio, Debt Equity Ratio, Earning
Growth Ratio, Return On Equity
b. Dependent Variable: Financial Leverage
(Sumber : Data diolah)
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Return On Equity,
Debt Equty Ratio, Price Earning Ratio, Earning Growth Ratio, dan Return
On Asset terhadap Financial Leverage di BEI Badalah sebagai berikut:
Tabel 4.14
Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.217
.024
Return On Equity
.008
.002
Debt Equity Ratio
.124
Price Earning Ratio
T
Beta
Sig.
9.197
.000
1.095
4.817
.000
.010
.778
11.896
.000
.001
.000
.077
1.209
.231
Earning Growth Ratio
.001
.016
.005
.075
.940
Return On Asset
.012
.003
.851
3.750
.000
a. Dependent Variable: Financial Leverage
(Sumber : Data diolah)
77
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh Return On Equity, Debt Equty Ratio, Price Earning
Ratio, Earning Growth Ratio, dan Return On Asset terhadap Financial
Leverage sebagai berikut:
Y = 0.217 + 0.008 x1 + 0.124 x2 + 0.012 x5 + ei
Keterangan :
Y = Financial Leverage
a
= konstanta
x1 = Return On Equity
x2 = Debt Equity Ratio
x5 = Return on Asset
ei = error term
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat
diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 0.217 menunjukkan bahwa
jika variabel Return On Equity, Debt Equity Ratio, Price Earning Ratio,
Earning Growth Ratio, dan Return On Asset bernilai nol maka nilai
Financial Leverage adalah 21.7%. Sedangkan variabel Return On Equity
sebesar 0.008 menunjukkan bahwa jika variabel Return On Equity
meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan Financial Leverage sebesar
0.008 satuan, Variabel Debt Equity Ratio sebesar 0.124 menunjukkan
bahwa jika variabel Debt Equity Ratio meningkat 1 satuan maka akan
meningkatkan Financial Leverage sebesar 0.124 satuan, Dan variabel
Return On Asset sebesar 0.012 menunjukkan bahwa jika variabel Return On
78
Asset meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan Financial Leverage
sebesar 0.012 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
D. Interpretasi
Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang paling berpengaruh
dan signifikan adalah Return On Equity, Debt Equity Ratio dan Return On
Asset,dengan nilai signifikansi dibawah 0,05 Return On Equity dengan nilai
signifikasi 0,000 < 0,05, Debt Equity Ratio dengan nilai signifikansi 0,000 <
0,05 dan Return On Asset dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabar Warsini (1994), Aldler
H.Manurung (1994) menggunakan model regresi whitbeck dan kisor dengan
mengambil kasus pada perusahaan tekstil yang go public. Hasil penelitiannya
menyebutkan financial leverage dan return on equity memiliki hubungan yang
positif, sedangkan pertumbuhan laba perusahaan memiliki hubungan yang
negatif terhadap financial leverage.
Lain halnya dengan Penelitian yang dilakukan oleh Buchary Jahya
(2002) mengenai analisis risk and return pada BUMN sektor industri jasa
telekomunikasi di Jakarta (PT. Telkomsel dan PT. Indosat) penelitian ini
menggunakan regresi berganda menggunakan variabel dependen financial
leverage dan variabel independent return on equity (ROE), earning per share
(EPS), dan return on assets (ROA). Hasil penelitian pada PT. Telkomsel
menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan return on equity (ROE),
earning per share (EPS), dan return on assets (ROA) tidak berpengaruh
signifikan terhadap financial leverage.
79
Dalam hal ini perbedaan antara hasil pengujian sebelumnya dengan
pengujian ini dikarenakan adanya perbedaan waktu penelitian, sektor yang
diteliti, dan merubah variabel bebas menjadi Return On Equity, Debt Equity
Ratio, Price Earning Ratio, Earning Growth Ratio, Return On Asset karena
pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel terikat dengan return.
Sehingga adanya perbedaan hasil analisis.
Menurut Weston dan Copeland (1992) bahwa produktivitas aktiva
keseluruhan dinyatakan sebagai tingkat pengembalian atas modal aktiva (rate
earned on total assets), yang disebut juga tingkat pengembalian atas investasi
(return on investment) atau tingkat poduktifitas aktiva (assets productivity
rate). Berarti Hubungan antara financial leverage dengan return on assets
(ROA) adalah positif yang berarti dengan adanya hutang maka akan
meningkatkan profitabilitas atau return on assets (ROA). Teori yang
diungkapkan di atas sama dengan penelitian ini, dimana ROA mempengaruhi
financial leverage dan berbanding positif.
Sedangkan untuk return saham, bila dikaitkan dengan variabel yang
berpengaruh dan signifikan yaitu Return On Equity, Debt Equity Ratio dan
Return On Asset merupakan variabel yang mempengaruhi Financial leverage
dan Financial Leverage adalah salah satu patokan dari para pemegang saham
untuk menanamkan modalnya dalam berinvestasi, sehingga akan mendapat
keuntungan yang lebih baik lagi. Return On Equity, Debt Equity Ratio dan
Return On Asset menjadi suatu patokan yang dapat mempengaruhi naik
turunnya Financial Leverage.
80
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil Uji regresi ditemukan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap Financial Leverage adalah Return On Equity, Debt Equity Ratio,
dan Return On Asset sedangkan Price Earning Ratio dan Earning Growth
Ratio, tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Leverage.
2. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Financial Leverage
adalah Return On Equity.
3. Nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R Square) sebesar
0.729. Hal ini berarti 72.9 % dari Financial Leverage dapat dijelaskan oleh
variabel independen (Return On Equity, Debt Equity Ratio, Price Earning
Ratio, Earning Growth Ratio, dan Return On Asset).
B. Saran Dan Implikasi
Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan peneliti, penelitian
ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang
perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian-penelitian berikutnya,
beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian yang lebih baik lagi,
adapun sarannya sebagai berikut :
811
1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebagai sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar
yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia.
2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data.
3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi Financial Leverage
sehingga dapat menjadi luas penelitian
4. Mencari teori yang relevan dengan keadaan sekarang.
Implikasi :
Laporan keuangan merupakan acuan atau patokan bagi para investor,
karena laporan keuangan menggambarkan kondisi ekonomi suatu perusahaan,
sehingga para investor tidak salah dalam melakukan investasi di suatu
perusahaan, yang akan meningkatkan keuntungan bagi investor. Maka perlu
adanya penelitian-penelitian yang lainnya yang dapat meningkatkan
keakuratan dalam melakukan investasi.
Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang
dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu:
1. Implikasi Bagi Investor
Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur
ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan
diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena investor menghadapi
kesempatan investasi yang berisiko maka pilihan investasi tidak dapat
hanya mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan saja tetapi investor
harus bersedia menanggung risiko atas investasinya. Oleh karena itu
82
dalam melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan
secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam
pengambilan
keputusan
investasi
yang
dilakukannya,
sehingga
menghasilkan keuntungan yang lebih baik lagi dan untuk mengetahui
perubahan-perubahan sehingga tidak salah dalam melakukan investasi.
2. Implikasi Bagi Perusahaan
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan
pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang
berhubungan dengan investasi.
3. Implikasi Bagi Akademis
Penilaian analisis Pengaruh Return On Equity, Debt Equity Ratio,
Price Earning Ratio, Earning Growth Ratio, dan Return On Asset yang
mempengaruhi
Financial
Leverage
dapat
dijadikan
tambahan
pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Abubakar. “Analisis Pengaruh Rasio Leverage, Rasio Likuiditas, Rasio
Profitabilitas, Porsi Saham Publik, dan Umur Perusahaan Terhadap
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Trisakti, JIPAK vol. 1 no. 2, Juli 2006: 119-133.
Chen and Jiang,”Faktor-Faktor Penentu Yang Mempengaruhi Struktur Modal
pada Perusahaan Belanda”, Jurnal Akuntansi dan Ekonomi. 2001.
Fakhruddin Muhammad, Hadianto Sopian Muhammad,”Perangkat dan Model
Analisis Investasi di Pasar Modal” Buku Satu, Penerbit PT, ELEK
MEDIA KOMPUTINDO, Kelompok Gramedia-Jakarta.
Ghozali, Imam.”Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang 2005
Halim, Abdul,” Manajemen Keuangan”, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1993.
Hamid, Abdul.”Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Hartono, “SPSS 16”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008
Husnan, Suad dan Pudji astuti, Enny, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”,
UPPAMPYKPN, Yogyakarta, 2002.
Husnan, Suad, “ Dasar-dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas “, Edisi
ketiga, Yogyakarta, UPPAMYPKN,1998.
Jahja, Buchary, “Analisis Risk and Return pada BUMN Sektor Industri Jasa
Telekomunikasi di Jakarta”, oleh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas
Trisakti, Media Riset Bisnis dan Manajemen vol. 2 no.2. 2002.
Jogiyanto, “ Teori Portofolio & Analisis Investasi “, Edisi Ketiga, Cetakan
Pertama, BPFE UGM, Yogyakarta, 2003.
Kasmir,”Manajemen Perbankan”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Ozdagli, K. Ali,”Financial Leverage, Corporate Investment, and Stock Returns”,
Federal Reserve Bank of Boston, 2009.
Prastowo, Dwi “Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio dan Debt
Equity Ratio Terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
84
Riyanto, Bambang, ”Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Yayasan Badan
Penebit Gajah Mada. Yogyakarta 1992.
Rodoni, Ahmad dan Ali HT, Herni. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2010.
Santoso, Singgih,”Buku Latihan SPSS Statistik Versi 10,6”, PT. Elex Media
Komputer: Jakarta, 2003.
Sartono,” Pengaruh Sales, Total Assets, Return On Equity, Devidend Payout
Ratio, Debt Equity Ratio, Earning Growth, Standar Deviasi Earning
Growth dan Return On Assets Terhadap Price Earning Ratio” Layanan
Referensi Jurnal-Skripsi Ekonomi, 1993.
Sartono, R. Agus,”Manajemen Keuangan Edisi Ketiga”,BPFE Yogyakarta, 1997.
Sartono, R. Agus,”Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, BPFE Yogyakarta,
2001.
Suryaputri, Rossje dan Christina Dwi Astuti, “Pengaruh Faktor Leverage,
Dividen Payout, Size, Earning Growth and Country Risk Terhadap Price
Earning Ratio”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti,
Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi vol. 3 no. 1, April 2003:
1-23.
Syamsudin, Lukman,”Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi dalam
: Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan”, (edisi baru)
Cetakan 7. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada 2002.
Tandelilin, Eduardus, ”Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio”, PT.BPFE,
Yogyakarta, 2001
Ulupui, I G.K.A,”Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan
Profitabilitas Terhadap Return Saham”, Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.
Usman, Muhammad “Pengaruh Dividen Payout Ratio, Return On Equity dan
Earning Growth Rate pada Perusahaan Perbankan”, Jurnal Ekonomi 1
September 2001.
Weston, J. Fred dan Bringham, Eugene. F, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan
“, Penerbit : Erlangga, Jakarta, 1993.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland,”Manajemen Keuangan”, Binarupa
Aksara, Jakarta, 1995.
85
Regression
Descriptive Statistics
Mean
Financial Leverage
Std. Deviation
N
.3753
.20653
75
Return On Equity
25.7211
28.29998
75
Debt Equity Ratio
.9949
1.29936
75
14.7045
30.84158
75
-.1676
.88061
75
14.2996
14.12890
75
Price Earning Ratio
Earning Growth Ratio
Return On Asset
Residuals Statisticsa
Minimum
Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
.1893
1.0237
.3753
.17638
75
-.30721
.17949
.00000
.10744
75
Std. Predicted Value
-1.054
3.676
.000
1.000
75
Std. Residual
-2.761
1.613
.000
.966
75
Residual
a. Dependent Variable: Financial Leverage
93
Correlations
Pearson Correlation
Financial Leverage
94
Debt Equity
Price Earning
Earning
Return On
Leverage
Equity
Ratio
Ratio
Growth Ratio
Asset
.182
.765
.032
-.074
.079
Return On Equity
.182
1.000
-.137
.113
.342
.960
Debt Equity Ratio
.765
-.137
1.000
-.082
-.242
-.171
Price Earning Ratio
.032
.113
-.082
1.000
.156
.123
-.074
.342
-.242
.156
1.000
.326
.079
.960
-.171
.123
.326
1.000
.
.059
.000
.391
.264
.250
Return On Equity
.059
.
.120
.167
.001
.000
Debt Equity Ratio
.000
.120
.
.241
.018
.072
Price Earning Ratio
.391
.167
.241
.
.091
.146
Earning Growth Ratio
.264
.001
.018
.091
.
.002
Return On Asset
.250
.000
.072
.146
.002
.
Financial Leverage
75
75
75
75
75
75
Return On Equity
75
75
75
75
75
75
Debt Equity Ratio
75
75
75
75
75
75
Price Earning Ratio
75
75
75
75
75
75
Earning Growth Ratio
75
75
75
75
75
75
Return On Asset
75
75
75
75
75
75
Return On Asset
N
Return On
1.000
Earning Growth Ratio
Sig. (1-tailed)
Financial
Financial Leverage
Model Summaryb
Std. Error of the
Model
R
R Square
.854a
1
Adjusted R Square
.729
Durbin-Watson
Estimate
.710
.11127
1.555
a. Predictors: (Constant), Return On Asset, Price Earning Ratio, Debt Equity Ratio, Earning
Growth Ratio, Return On Equity
b. Dependent Variable: Financial Leverage
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
2.302
5
.460
.854
69
.012
3.156
74
F
37.190
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), Return On Asset, Price Earning Ratio, Debt Equity Ratio, Earning Growth Ratio,
Return On Equity
b. Dependent Variable: Financial Leverage
95
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.217
.024
Return On Equity
.008
.002
Debt Equity Ratio
.124
Price Earning Ratio
Collinearity Statistics
t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
9.197
.000
1.095
4.817
.000
.276
2.175
.010
.778
11.896
.000
.917
1.090
.001
.000
.077
1.209
.231
.968
1.034
Earning Growth Ratio
.001
.016
.005
.075
.940
.832
1.203
Return On Asset
.012
.003
.851
3.750
.000
.556
3.124
a. Dependent Variable: Financial Leverage
96
Coefficients
Charts
97
98
99
LAMPIRAN 1
DAFTAR NAMA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DALAM
PERUSAHAAN MANUFAKTUR PERIODE 2005-2009
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama Perusahaan
Kode Saham
PT.Aqua Golden Missisippi TBK
AQUA
PT.Astra Graphia TBK.
ASGR
PT.Delta Djakarta TBK
DLTA
PT.Duta Pertiwi Nusantara Tbk
DPNS
PT.Dynaplast Tbk
DYNA
PT.Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
HMSP
PT.Fast Food Indonesia Tbk
FAST
PT.Gudang Garam Tbk
GGRM
PT.Goodyear Indonesia Tbk
GDYR
PT.Intan Wujaya Internasional Tbk
INCI
PT.Pan Brother Tex Tbk
PBRX
PT.Semen Gresik Tbk
SMGR
PT.Unilever Indonesia Tbk
UNVR
PT.Selamat Sampoerna Tbk
SMSM
PT.Mustika Ratu Tbk
MRAT
86
LAMPIRAN 2
DATA ROE (Return On Equity)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
EMITEN
2005
2006
2007
2008
2009
AQUA
22,54
17,84
18,89
20,29
17,06
ASGR
19,20
27,57
30,34
25,21
18,01
DLTA
19,47
13,87
14,53
22,53
19,80
DPNS
7,57
4,51
(6,53)
1,59
3,32
DYNA
10,03
1,03
4,21
2,07
20,20
HMSP
81,40
93,87
66,29
72,03
60,48
FAST
25,36
33,30
38,20
34,80
32,37
GGRM
20,67
12,19
15,62
17,12
20,95
GDYR
(2,90)
13,03
20,42
2,23
35,05
INCI
10,47
(3,29)
2,12
2,79
0,99
PBRX
13,40
12,83
20,76
(41,72)
25,59
SMGR
32,93
33,77
38,63
44,48
36,07
UNVR
94,98
104,06
104,80
111,23
85,98
SMSM
23,00
28,57
27,55
23,35
19,81
MRAT
6,45
8,28
4,41
5,14
4,02
87
LAMPIRAN 3
DATA DER (Debt Equity Ratio)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
EMITEN
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
2005
0,78
0,82
0,32
0,28
1,57
1,55
0,66
0,69
0,68
0,12
2,56
0,61
0,76
0,59
0,17
2006
0,77
0,98
0,31
0,20
1,71
1,21
0,68
0,65
0,62
0,13
3,73
0,35
0,95
0,71
0,19
2007
0,74
0,99
0,29
0,29
1,63
0,94
0,67
0,69
0,94
0,15
4,85
0,27
0,98
0,61
0,14
2008
0,71
1,53
0,34
0,38
1,79
1,00
0,63
0,55
2,45
0,10
8,69
0,30
1,10
0,53
0,10
2009
0,74
1,17
0,30
0,30
1,46
0,88
0,65
0,52
1,63
0,09
5,29
0,26
0,92
0,57
0,11
88
LAMPIRAN 4
DATA PER (Price Earning Ratio)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
EMITEN
2005
2006
2007
2008
2009
AQUA
29,64
24,47
20,30
31,28
31,28
ASGR
7,40
11,04
4,32
6,35
7,05
DLTA
8,43
6,07
3,82
9,71
10,97
DPNS
19,48
34,78
(58,73)
24,63
28,97
DYNA
(37,70)
23,22
14,44
3,57
3,83
HMSP
12,04
15,66
9,11
9,27
12,03
FAST
11,78
12,27
11,04
12,57
13,29
GGRM
19,47
10,07
4,35
12,56
13,99
GDYR
10,65
12,57
252,45
3,12
3,12
INCI
5,70
(9,58)
18,58
4,64
15,27
PBRX
17,36
4,09
(1,32)
1,34
1,38
SMGR
16,62
19,59
9,81
13,95
14,78
UNVR
29,25
24,51
24,72
27,75
28,38
SMSM
7,18
6,56
6,59
6,87
7,73
MRAT
17,29
13,34
13,58
15,06
11,79
89
LAMPIRAN 5
DATA EGR (Earning Growth Ratio)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
EMITEN
2005
2006
2007
2008
2009
AQUA
-0,15
-0,24
0,349187
0,24918
-0,06169
ASGR
0,08965
0,540763
0,297087
-0,13305
-0,24563
DLTA
0,395287
-0,23262
0,093484
0,769559
-0,08484
DPNS
0,127361
-0,43436
-1,29304
-1,48884
1,28125
DYNA
0,441876
-1,32402
-1,11593
-0,49187
0,34
HMSP
0,021148
0,481488
0,026493
0,074839
-0,05314
FAST
0,011036
0,669296
0,487634
0,221647
0,105554
GGRM
0,688821
-0,46666
0,432387
0,302651
0,316369
GDYR
-2,06821
-4,50337
0,669486
-0,98084
0,181222
INCI
0,023665
-1,39941
-1,83575
-0,11231
-0,58566
PBRX
0,044244
-0,05404
1,527879
-2,67456
-1,81451
SMGR
0,13048
0,266926
-0,86296
0,421388
-0,04569
UNVR
0,016968
0,195137
0,141205
0,22529
-0,05353
SMSM
0,031032
0,197939
0,048212
-0,00734
-0,09289
MRAT
0,081255
0,221869
-0,35308
0,068913
-0,11671
90
LAMPIRAN 6
DATA ROA (Return On Asset)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
EMITEN
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
2005
12,51
10,54
14,70
5,54
3,62
31,21
15,31
12,25
(1,73)
9,38
3,78
20,25
53,73
12,99
5,49
2006
10,03
13,95
10,52
3,50
0,35
42,22
19,85
7,38
8,06
(2,90)
2,47
24,77
53,28
15,06
6,96
2007
10,75
15,26
11,25
(4,83)
1,46
34,09
22,90
9,21
10,55
1,84
3,55
30,07
52,90
15,39
3,88
2008
11,76
9,98
16,86
1,11
0,67
35,93
21,40
11,03
0,65
2,54
(4,30)
33,85
53,01
14,70
4,66
2009
9,72
8,31
15,10
2,47
7,36
32,00
19,59
13,73
13,33
0,91
4,07
28,32
44,64
12,11
3,62
91
LAMPIRAN 7
DATA FINANCIAL LEVERAGE
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
EMITEN
AQUA
2005
0,433021
2006
0,431185
2007
0,423516
2008
0,411032
2009
0,422189
ASGR
0,450899
0,493956
0,497122
0,604216
0,53869
DLTA
0,243426
0,238873
0,221916
0,24963
0,227595
DPNS
0,205396
0,158217
0,217214
0,262919
0,219959
DYNA
0,567195
0,582956
0,565869
0,581295
0,53318
HMSP
0,595985
0,542907
0,485595
0,501034
0,467184
FAST
0,396134
0,404004
0,400535
0,385104
0,394973
GGRM
0,406786
0,393798
0,409104
0,355323
0,341931
GDYR
0,404357
0,381703
0,483277
0,709753
0,619548
INCI
0,104508
0,118942
0,131625
0,090404
0,081494
PBRX
0,7223
0,796559
0,828447
0,896453
0,840649
SMGR
0,375582
0,255488
0,210874
0,22911
0,205157
UNVR
0,431608
0,486248
0,49486
0,522376
0,480008
SMSM
0,193155
0,042372
0,044039
0,043303
0,03666
MRAT
0,148452
0,158969
0,120456
0,094061
0,099672
92
Download