PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan zaman

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan zaman yang begitu cepat telah meningkatkan taraf dan
gaya hidup masyarakat. Banyak kebutuhan yang perlu dipenuhi seperti kebutuhan
primer, sekunder dan tersier. Kebutuhan tersier yang kini merupakan bagian
penting dari kebutuhan masyarakat contohnya hobi. Hobi yang sedang tranding
topic di kalangan masyarakat adalah memelihara hewan kesayangan, misalnya
anjing.
Anjing sebagai hewan kesayangan merupakan binatang yang memiliki
karakteristik yang lucu, cerdas, patuh, tingkat ketangkasan yang dapat dilatih dan
setia terhadap tuannya. Tingkah laku, tingkat kecerdasan dan ketangkasan ini
yang membuat masyarakat senang memelihara anjing.
Populasi anjing setiap tahun semakin meningkat. Peningkatan populasi
tersebut diikuti dengan meningkatnya penyakit pada anjing terutama penyakitpenyakit yang dapat menular ke manusia. Penyakit yang bersifat menular ini perlu
perhatian khusus. Penanganan sangat dibutuhkan supaya tidak membahayakan
kehidupan masyarakat sekitar, oleh karena itu setiap pemilik anjing wajib
memperhatikan kesehatan anjing peliharaannya. Program kesehatan pada anjing
perlu dilaksanakan secara teratur dan benar.
Vaksinasi, merupakan salah satu program kesehatan pada anjing. Tujuan
vaksinasi adalah untuk memperoleh tingkat kekebalan tubuh supaya tidak menjadi
sakit oleh agen-agen penyakit tertentu. Vaksin sangat diperlukan untuk menjaga
kekebalan tubuh terhadap penyakit seperti canine distemper, parvovirus,
leptospirosis, hepatitis dan rabies. Bila penyakit terlanjur menyerang pada anjing
akan sulit disembuhkan (Riady, 2005).
Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta yang beralamat di Jl.
Pamularsih No. 55 Klaseman Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta
merupakan salah satu klinik hewan di Yogyakarta yang memberikan layanan
vaksinasi untuk hewan kesayangan, termasuk anjing dan kucing.
Tujuan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui manajemen
vaksinasi pada pasien anjing di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta.
Manfaat
Karya tulis ini diharapkan bermanfaat untuk ilmu pengetahuan khususnya
manajemen vaksinasi yang dapat dijadikan acuan untuk pelaksanaan vaksinasi
pada anjing.
TINJAUAN PUSTAKA
Anjing
Anjing adalah binatang liar yang hidup berburu dengan cara berkelompok
pada zaman prasejarah. Manusia pada saat itu juga hidup dari hasil buruan. Dalam
hal perburuan, manusia memanfaatkan anjing sebagai teman berburu. Hubungan
keduanya menjadi langgeng karena ada hubungan saling menguntungkan
misalnya, kelebihan penciuman, anjing dimanfaatkan manusia untuk mencari
mangsa atau hewan terluka akibat senjata. Sementara keuntungan yang diperoleh
anjing diantaranya mendapatkan cukup makanan, kehangatan, tempat tinggal, dan
kasih sayang. Anjing tidak hanya sebagai binatang kesayangan atau penjaga
rumah yang andal, tetapi dapat juga dipertontonkan melalui kontes kejuaraan (dog
show). Dalam hal ini anjing dipertandingkan mulai dari sosok fisik, temperamen
atau watak hingga kesehatannya (Riady, 2005).
Menurut Untung, (1999) anjing bersifat karnivora (pemakan daging).
Anjing termasuk dalam keluarga Canidae, dan memiliki hubungan kekerabatan
dengan serigala, rubah, serta rakun. Anjing selain dapat berlari cepat juga
memiliki indera penciuman yang tajam.
Jenis-jenis Anjing dan Fungsinya
Penggolongan anjing kini menjadi penting, hal ini dikarenakan sekarang
ada sekitar 400 jenis anjing. Penggolongan jenis-jenis anjing ini sudah dibuat oleh
FCI (Federation Cynologique Internationale) yang bertempat di Brussels
(Untung, 1999). Menurut Untung, (2005) pada dasarnya semua jenis anjing
mempunyai multifungsi. Pemilihan jenis anjing memang sangat diperlukan, agar
dapat diketahui potensi dari setiap anjing tersebut.
Anjing dikelompokkan berdasarkan fungsinya seperti Toy, Guard Dog,
Utility dan lain-lain. Toy adalah jenis anjing yang difungsikan sebagai teman
bermain. Anjing yang termasuk kelompok ini antara lain Cihuahua, Pug, dan
Poodle. Guard Dog merupakan anjing penjaga yang bersifat galak, tampang
menyeramkan dan bersahabat dengan tuannya, contohnya Rootweiler. Kelompok
Utility mempunyai ciri khas yaitu kecerdasan yang relatif tinggi sehingga mudah
dilatih. Kelompok Utility seperti Dalmation dan Chow chow (Prajanto dan
Andoko, 2004). Jenis-jenis anjing berdasarkan fungsinya tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis anjing berdasarkan fungsinya
Teman bermain
Penjaga
Pemburu
Bichon frise
Border collie
Boston terrier
Charles spaniel
Cihuahua
Chinese crested dog
Chow chow
Cocker spaniel
Collie
Daschund
Dalmatian
Fox terrier
Golden retriever
Lhasa apso
Miniatur pinscher
Pekingese
Pinscher
Samoyed
Schnauzer
Maltese
Airedale terrier
Afgan hound
Basenji
Border collie
Boxer
Bulldog
Bullmastiff
Bull terrier
Chow chow
Collie
Doberman
Fox
German shepherd
French bulldog
Great dane
Greyhound
Irish setter
Labrador retriever
Mastiff
Rottweiler
Newfounland
Basenji
Basset hound
Beagle
Beauceron
Bedington terrier
Belgian shepherd
Boreder terrier
Borzoi
Bullmastiff
Dachsund
Deerhound
Foxhound
Fox terrier
Gordon setter
Irish setter
Rottweiler
Saluki
(Untung, 2005)
Program Kesehatan
Anjing yang menyenangkan dan aman bagi pemiliknya adalah anjing yang
sehat. Mendapatkan anjing yang sehat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
memerlukan ketekunan dan dana relatif besar. Merawat kesehatan anjing hampir
sama dengan merawat kesehatan anak. Dana yang relatif besar tersebut diperlukan
untuk jasa dokter hewan, vaksinasi, dan pembelian obat-obatan (Prajanto dan
Andoko, 2004).
Kegiatan Rutin
Menjaga
kesehatan
anjing adalah
kegiatan
yang secara
teratur
dilaksanakan agar anjing selalu dalam keadaan sehat. Rutin dalam hal ini bisa
bersifat harian, mingguan atau bulanan (Prajanto dan Andoko, 2004).
Menurut Riady, (2005) ada beberapa hal penting yang perlu diketahui
pemilik dalam pemeriksaan kesehatan hewan. Pemeriksaan kesehatan dapat
dilakukan dengan pemeriksaan rutin. Pemeriksaan kondisi tubuh anjing secara
detail meliputi mata, telinga, kaki, dan mulut. Adapun langkah mudah mengetahui
kesehatan anjing yaitu dengan cara memeriksa tingkah lakunya. Anjing yang
merespon kedatangan pemilik dengan menggonggong, pertanda anjing masih
sehat. Anjing yang tampak lesu dan cenderung berbaring di sudut ruangan,
pertanda anjing sakit. Perlakuan kunjungan ke dokter hewan perlu dilakukan
secara berkala. Kunjungan ke dokter hewan langganan tidak hanya untuk
pemeriksaan rutin, tetapi juga untuk vaksinasi.
1. Olahraga
Seperti halnya manusia, olahraga sangat penting bagi anjing agar tubuh
tetap sehat, kuat, dan tidak mudah terserang penyakit, terutama bagi anjing yang
menghabiskan hari – hari dikandang yang relatif sempit dibandingkan dengan
ruang gerak manusia yang sangat luas. Olahraga bagi manusia banyak pilihannya,
bagi anjing olahraga cukup dengan jalan-jalan dan berlari (Prajanto dan Andoko,
2004).
2. Mandi dan Menyisir Rambut
Mandi dan penyisiran rambut yang dilakukan secara teratur dapat
menghilangkan kutu dan juga rambut-rambut yang sudah waktunya rontok.
Frekuensinya tidak tentu sebab setiap anjing menjadi kotor dalam selang waktu
berbeda, tergantung jenis, aktivitas, dan cuaca. Anjing yang memang perlu
dimandikan dapat terlihat dari kondisi rambutnya yang jelek, kotor, dan berkutu
(Untung, 2005).
3. Membersihkan Telinga dan Mata
a. Telinga
Menurut Riady, (2005), pemeriksaan telinga anjing harus dilakukan
secara rutin untuk mengurangi menumpuknya kotoran. Telinga bagian
dalam, terutama dekat lubang telinga sering terdapat kotoran yang terbentuk
dari kumpulan debu (Prajanto dan Andoko, 2004).
Pembersihan dapat
dilakukan dengan menggunakan bola kapas yang dibasahi dengan air
hangat. Jangan membersihkan telinga dengan bahan berminyak karena
residu minyak memyebabkan kotoran lengket (Riady, 2005).
b. Mata
Mata juga memerlukan perhatian khusus. Udara dan lingkungan
terbuka sering menerbangkan partikel kecil. Partikel itu nantinya dapat
berubah menjadi kotoran yang mengumpul di ujung mata. Mata perlu
dibersihkan dengan cara, kotoran di sudut mata diangkat menggunakan kain
atau kapas steril (Riady, 2005).
4. Memotong Kuku
Kuku anjing memang tidak seperti kuku manusia yang terus memanjang,
tetapi jika dibiarkan akan terlalu panjang, bisa merusak karpet dan melukai
pemiliknya. Memotong kuku anjing memerlukan alat pemotong kuku khusus
untuk anjing yang bisa dibeli di petshop dengan ukuran yang beragam (Prajanto
dan Andoko, 2004). Menurut Riady, (2005) sebaiknya memotong kuku dibiasakan
sejak kecil. Pemotongan yang mulai dilakukan saat anjing sudah dewasa dapat
berakibat buruk karena anjing cenderung menolak dan selalu menarik kaki
sehingga menyulitkan pemotongan kuku.
Vaksinasi
Vaksinasi merupakan hal terpenting yang harus dilakukan. Vaksinasi
anjing sama pentingnya dengan imunisasi pada manusia. Fungsinya membuat
anjing kebal terhadap penyakit-penyakit tertentu, terutama penyakit berbahaya
yang sulit disembuhkan (Prajanto dan Andoko, 2004). Menurut Untung, (2005)
vaksinasi ini dapat merangsang terbentuknya kekebalan terhadap penyakit. Pada
saat akan divaksin, kondisi tubuh anjing harus benar-benar sehat agar tujuan
vaksinasi tercapai. Menurut Case, (1999) vaksin diberikan dengan tujuan untuk
melindungi anjing dari penyakit menular tertentu, dimana vaksin terdiri dari agen
infeksi lemah yang memiliki tingkat atau efek yang diinginkan untuk merangsang
respon imun yang dapat memberikan perlindungan lengkap atau parsial dari
penyakit.
Memberikan vaksinasi menurut program yang baik maka kemungkinan
hewan kesayangan terinfeksi oleh penyakit akan berkurang. Pemeliharaan yang
baik maka kesehatan anjing tersebut akan lebih terjamin lagi. Semua ras anjing
pada dasarnya harus divaksinasi terhadap berbagai penyakit, termasuk anjing
blasteran atau campuran. Anggapan anjing blasteran tidak memerlukan vaksinasi
sebenarnya kurang tepat karena penyakit tetap dapat menyerang semua ras anjing
tanpa pengecualian. Bahkan beberapa penyakit tersebut berakibat fatal terhadap
anjing (Riady, 2005).
Anjing yang baru dibeli sebaiknya tidak langsung divaksinasi, tetapi
diadaptasikan dahulu di rumah selama satu minggu. Selama masa ini diperhatikan
dengan ketat perawatan dan kebersihannya. Vaksinasi hanya dapat diberikan pada
anjing sehat dan sebaiknya anjing terlebih dahulu diberikan obat pencegah
cacingan sebelum divaksinasi (Riady, 2005).
Antibodi akan tercapai maksimal setelah 14 hari setelah vaksinasi
diberikan.
Anjing
yang
baru
divaksin
harus
benar-benar
diperhatikan
pemeliharaannnya. Anjing tidak boleh dimandikan atau diberi obat oles dengan
bahan yang bersifat mematikan virus. Pasalnya, obat tersebut akan menyebabkan
inefektivitas kerja vaksin dan bila memang harus dimandikan atau dibersihkan,
anjing dimandikan kering dengan penggunaan sampo kering (dry shampoo) yang
menyerupai bedak (Riady, 2005).
Anjing yang baru divaksinasi harus dihindarkan kontak dengan anjing
sakit atau belum jelas status kesehatannya, terutama dua minggu setelah vaksinasi.
Anjing usai vaksinasi sebaiknya ditempatkan pada lingkungan yang terhindar dari
terpaan angin secara langsung, cuaca dingin atau hujan agar tidak menyebabkan
penurunan stamina anjing. Anjing sebaiknya tidak langsung dipindahkan ke
lingkungan baru atau menempuh perjalanan yang jauh (Riady, 2005).
Meskipun dalam hal ini vaksin tidak 100 persen melindungi, namun
penggunaan dan pelaksanaan program vaksinasi untuk anjing telah berperan
penting dalam mencegah wabah penyakit, terutama jenis penyakit menular yang
dapat mengancam kehidupan anjing dan masyarakat (Case, 1999).
Tipe Vaksin
Menurut Fenner dkk., (1995) terdapat dua strategi utama pembuatan
vaksin virus, satu dengan menggunakan virus hidup dan yang satunya lagi dengan
menggunakan virus tidak aktif atau subunit virion (Tabel 2 dan Tabel 3).
1. Vaksin Virus Hidup
Bila dapat dikembangkan dengan aman, vaksin virus-hidup yang terdiri
dari mutan teratenuasi barangkali merupakan yang terbaik dari semua vaksin.
Beberapa jenis vaksin secara dramatis berhasil menekan berjangkitnya penyakit
penting pada hewan dan manusia. Sebagian besar vaksin virus-hidup diinjeksikan
di bawah kulit (subkutan) atau pada otot (intramuskuluer), tetapi beberapa
diberikan lewat mulut (per oral) dan sejumlah kecil lewat erosol atau pada unggas
dalam air minumnya. Virus vaksin bereplikasi dalam penerima, menimbulkan
respon imun jangka lama, tetapi tidak menyebaban penyakit (Fenner dkk., 1995).
Tabel 2. Strategi Kontemporer dan Percobaan Dalam Memproduksi Vaksin Virus-Hidup
Kategori
Virus tipeliar
Strategi Reproduksi
Jalur tidak alami
Inang tidak alami
Saat dalam tahun tidak alami
Contoha
Orf (C)
Adenovirus (C) (Vaksin
Manusia)
Penyakit Merek (C)
Artretis Kuda (C)
Virus
Varian yang timbul secara alami
Penyakit Marek (C)
tertenuasi
Mencret virus sapi (C)
Vaccinia (C) (vaksin manusia
Adaptasi terhadap inang tidak alami Rabies (C)
Melalui penyepihan kewan
Demam kuning (C) (vaksin
manusia)
Melalui penyepihan biakan sel
Rabies (C)
Rinderpes (C)
Penyakit Newcastle (C)
Bronkitis menular (C)
Penggabungan kembali gen
Demam Rift Valley (X)
Mutagenesis (sensitive-temperatur,
Rotavirus (X)
adaptasi dingin)
Influenza (C) (vaksin manusia)
Influenza (C) (vaksin manusia)
Sinsitium pernapasan (X)
Mutagenesis terarah-tempat
Pseudorabies (C)
Poliovirus (X) (vaksin
manusia)
Vektor virus Ekspresi gen heterologous (vaksin
Vaccinia:rabies (C, X)
bervektor/ vector hidup)
Vaccinia:rinderpes (C, X)
Cacar raccon:rabies (X)
Adenovirus:rabies(X)
Vektornya adalah virus
rhinotrakeitis sapi menular)
Vektor
Ekspresi gen heterologous (vaksin
Salmonella:rotavisur (X)
Bakteri
bervektor/ vector hidup
Salmonella:rabies (X)
a
(C), Vaksin kontemporer, diijinkan dan digunakan di beberapa Negara; (X), vaksin
percobaan, sedang dikembangkan atau diujicobakan (Fenner dkk., 1995).
Tabel 3. Strategi Kontemporer dan Percobaan dalam Memproduksi Virus Tidak Aktif
danVaksin Subunit
Kategori
Strategi Reproduksi
Virus
Biakan sel
keseluruhan
Jaringan Hewan (otak mencit)
Subunit virus
Subunit yang timbul secara alami
Virus dipisahkan-detergen
Protein virus
Ekspresi DNA rekombinan
pada bakteri
pada khamir
Contoha
Rabies (C)
Penyakit mulut dan kuku (C)
Ensefalitis Jepang (C)
Rabies (C)
Ensefalitis Jepang (C)
Hepatitis B (C) (vaksin
manusia contoh satu-satunya)
Influenza (C)
Sampar unggas (X)
Penyakit mulut dan kuku (X)
Hepatitis B (vaksin manusia
contoh satu-satunya)
pada sel mamalia
Hepatitis B (X) (vaksin
manusia)
Rabies (X)
pada biakkan sel serangga atau
Virus defisiensi imun manusia
jaringan serangga
(X)
pada virus heterolog (vaksin
Influenza unggas (X)
bervektor/ tidak aktif)
Hepatitis B (X) (vaksin
manusia)
Vaccinia:rabies (C, X)
Vaccinia:influenza unggas (X)
Vaccinia:ensefalitis kuda
Venezuela (X)
Vaccinia:Lassa (X) (vaksin
manusia)
Peptida virus Sintesis kimia in vitro
Penyakit mulut dan kuku (X)
Hepatitis B (X) (vaksin
manusia)
Antibodi
Mimikri antigenic
Hepatitis B (X) (vaksin
anti-idiotipe
manusia)
Reovirus (X)
a
(C), Vaksin kontemporer, diijinkan dan digunakan di beberapa Negara; (X), vaksin
percobaan, sedang dikembangkan atau diujicobakan (Fenner dkk., 1995).
2. Vaksin Virus Tidak Aktif dan Vaksin Subunit Virus
Vaksin tidak aktif biasanya dibuat dari virus virulen; agen kimia atau fisik
digunakan untuk menghancurkan infektivitas sementara mempertahankan
imunogenisitasnya. Vaksin yang disiapkan dengan tepat akan aman, tetapi perlu
diinjeksikan dalam jumlah banyak untuk menimbulkan respon antibodi dalam
imbangan yang tepat dengan yang dapat diperoleh dari penggunaan virus-hidup
dengan dosis yang jauh lebih kecil. Kegiatan utamanya terdiri atas dua atau tiga
injeksi, dan dosis lebih lanjut (“peningkat”) mungkin diperlukan pada jeda sampai
tahun berikutnya untuk mempertahankan kekebalan (Fenner dkk., 1995).
Penyakit pada Anjing
Ada beberapa macam penyakit menular yang umumnya menjalar di anjing
yang perlu diwaspadai, seperti canine parvovirus, canine distemper, canine
leptospirosis, dan rabies yang disebabkan oleh virus (Riady, 2005).
1. Parvovirus
Parvovirus termasuk penyakit baru yang banyak ditemui di Amerika,
Australia, Kanada, dan Eropa. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini menyerang
sistem kerja usus, sel darah putih, dan hati (Untung, 2005). Virus ini menempel
pada rambut anjing. Penyebarannya melalui kontak antar anjing atau jilatan
kotoran yang dikeluarkan oleh anjing yang menderita penyakit ini. Gejala awal
serangan parvovirus ditandai dengan muntah dan diare berat yang terjadi 5-7 hari
setelah terjangkit virus (Untung, 2005).
Menurut Untung, (2005) kematian biasanya terjadi 2-6 hari setelah
munculnya gejala awal. Tindakan pencegahan selain vaksinasi terhadap penyakit
ini dengan menyucihamakan kandang dengan sodium hypochlorite. Menurut
Fenner dkk., (1995) penyakit parvovirus anjing pertama kali dikenal tahun 1978.
Penyakit parvovirus anjing menimbulkan enteritis pada anjing.
2. Distemper
Anjing berusia muda umumnya lebih mudah terserang distemper, apalagi
jika kondisi tubuhnya lemah. Gejala serangannya antara lain depresi, nafsu makan
berkurang, dan demam. Distemper jika tidak segera ditangani, akan menginfeksi
paru-paru, usus, dan sistem saraf. Karena pengobatan penyakit ini tidak mudah,
maka pencegahan secara dini melalui vaksinasi sangat dianjurkan (Untung, 2005).
Menurut Prajanto dan Andoko, (2004) pencegahan yang bisa dilakukan agar
anjing tidak terkena distemper adalah dengan perawatan yang baik, meliputi
pemberian pakan bergizi, menjaga kebersihan kandang, serta vaksinasi distemper
I dan II. Anjing yang bersih dan sehat relatif aman dari gangguan distemper.
3. Leptospirosis
Penyakit yang ditimbulkan ini benar-benar berbahaya karena dapat menular
kepada manusia. Infeksi timbul jika anjing menjilati kotoran anjing yang
terkontaminasi. Penyebaran penyakit ini bisa melalui bakteri yang ada di air.
Penularan pada manusia terjadi jika yang bersangkutan tidak menjaga kebersihan
setelah merawat anjing yang sakit (Untung, 2005).
Serangan leptospirosis dapat dicegah dengan vaksinasi. Gejala penyakit ini
antara lain diare, rahang dan mulut berwarna kekuningan. Apabila anjing terlanjur
terserang, sebaiknya dibawa ke dokter hewan. Obat yang diberikan kepada anjing
ini kemungkinan berupa antibiotik. Obat seperti penisilin sangat efektif pada
serangan tahap awal. Bila serangan sudah kronis, mungkin saja anjing diberi
kloramfenikol, streptomisin, chlortetracycline, tetrasiklin, atau erithromisin
(Untung, 2005).
4. Hepatitis
Penyakit Canine viral hepatitis atau Infectious canine hepatitis adalah
penyakit radang lever yang sangat menular dan angka kematiannya tinggi.
Penyakit ini menyerang semua jenis dan semua umur anjing. Anjing yang paling
mudah terserang adalah anak anjing umur 3-8 bulan (Nugroho dan Wendarto,
1988).
Penyakit hepatitis ini menciri dengan gejala demam, muntah, kulit terutama
bagian perut kuning, air kencing berwarna kuning tua, mati mendadak dan
matanya kuning dan berkabut (keruh) (Nugroho dan Wendarto, 1988).
5. Rabies
Rabies adalah jenis penyakit pada anjing yang paling banyak dikenal
masyarakat. Penyakit ini juga sering disebut dengan anjing gila karena menyerang
sistem saraf, sehingga anjing kehilangan kendali perilakunya. Rabies juga
termasuk penyakit hewan yang ditakuti, karena bisa menular pada manusia
(Prajanto dan Andoko, 2004).
Gejala awal serangan rabies ditandai dengan nafsu makan hilang, selalu
bergerak gelisah, menyendiri, dan agresif. Anjing cenderung menggigit benda
asing, seperti batu, tanah, atau rumput. Ciri lainnya, anjing selalu mencari tempat
yang gelap, manik mata membesar dan pandangannya kosong (Untung, 2005).
Menurut Prajanto dan Andoko, (2004) virus rabies ini bersarang dikelenjar
ludah, pankreas, dan jaringan saraf. Karenanya, penularan baik pada anjing lain
maupun pada manusia bisa melalui gigitan dari anjing penderita rabies. Masa
inkubasi berlangsung 3-8 minggu, tergantung pada kecepatan virus menjalar ke
sistem saraf. Mengurangi resiko penularan melalui gigitan dapat dilakukan dengan
segera membersihkan luka bekas gigitan anjing gila menggunakan air bersih,
selanjutnya membersihkan ulang menggunakan alkohol 70% dan akhirnya
membawanya ke dokter.
Rabies adalah penyakit anjing yang tidak bisa diobati. Karenanya, anjing
penderita rabies sebaiknya segera dibunuh sebelum menulari anjing lain dan
menjadi ancaman bagi manusia. Upaya pencegahan melalui vaksinasi rabies harus
dilakukan agar anjing memiliki kekebalan terhadap penyakit berbahaya ini
(Prajanto dan Andoko, 2004).
Jenis-Jenis Vaksin untuk Anjing
1. Eurican®
Eurican adalah vaksin dengan bentuk sediaan kering beku, yang dibuat
untuk kekebalan anjing terhadap Canine distemper, Hepatitis, Parvovirus dan
Parainfluenza. Suntikan secara intramuskuler atau subkutan. Vaksinasi
pertama umur 8 minggu, kemudian umur 12 minggu. Booster pertama umur 1
tahun. Booster berikutnya tiap tahun (Anonim, 2005). Vaksin Eurican terdiri
dari Vaksin Eurican 4®, Eurican 6®, dan Eurican 7®.
Eurican 4® (Eurican DHPPi2) merupakan vaksin yang diberikan ke
anjing untuk menjaga imunitas dari empat macam penyakit yaitu : Distemper,
Hepatitis Contagnosa Canis (HCC), Parvovirus, dan Parainfluenza 2. Suntikan
pertama diberikan pada umur 7-8 minggu, suntikan kedua diberikan 4 minggu
kemudian tapi tidak boleh lebih dari umur 12 minggu. Booster pertama
diberikan 1 tahun setelah vaksinasi awal dan booster berikutnya diulangi setiap
tahun sekali (Anonim, 2014).
Eurican 6® (DHHPi2L) merupakan vaksin anjing yang digunakan untuk
menjaga imunitas. Setiap anjing yang dipelihara terancam oleh enam macam
penyakit yaitu: Distemper, Hepatitis Contagnosa Canis (HCC), Parvovirus,
Parainfluenza 2 dan Leptospirosis. Vaksinasi awal dimulai umur minimal 12
minggu dan suntikan kedua diberikan 4 minggu kemudian. Booster pertama
diberikan 1 tahun setelah vaksinasi pertama dan booster kedua diberikan tiap
tahun sekali (Anonim, 2014).
Eurican 7® (DHHPi2LR) merupakan vaksin gabungan pada anjing untuk
imunitas dari tujuh macam penyakit yaitu : Distemper, Hepatitis Contagnosa
Canis (HCC), Parvovirus, Parainfluenza 2, Leptospirosis dan Rabies. Suntikan
awal mulai umur 16 minggu, kemudian suntikan kedua dilakukan 4 minggu
setelah penyuntikan pertama tanpa rabies. Booster diberikan setiap tahun sekali
(Anonim, 2014).
2. Galaxy DA 2 L®
Galaxy DA 2 L adalah modifikasi virus aktif yang dibiakkan pada
biakkan jaringan dan sel yang berasal dari anjing. Vaksin ini berfungsi untuk
kekebalan anjing terhadap Distemper. Suntikan secara intramuskuler atau
subkutan. Pemberian pada anjing umur 7-8 minggu. Ulangan vaksin umur 1011 minggu. Vaksinasi ulangan terakhir umur 13-14 minggu. Pada anjing umur
12 minggu atau lebih vaksinasi dengan dosis tunggal (Anonim, 1989).
3. Galaxy 6 MHP-L®
Galaxy 6 MHP-L adalah vaksin live yang dimodifikasi untuk kekebalan
anjing terhadap Canine distemper, Adenovirus tipe 2, Hepatitis, Parainfluenza
dan Parvovirus dikombinasikan dengan Leptospira canicola dan Leptospira
icterohaemorrhagica yang diinaktifkan sebagai bakteri pelarut. Suntikan secara
intramuskuler atau subkutan. Pada anjing yang divaksin pada atau sebelum
umur 8-9 minggu vaksinasi ulangan akan dilakukan pada umur 12-13 minggu
dan diulangi dengan booster terakhir pada umur 16-18 minggu. Pada anjing
yang berumur 12 minggu atau lebih, memerlukan dosis vaksinasi, dengan
interval pemberian 3-4 minggu (Anonim, 1989).
4. RabvacTM®
Rabvac adalah vaksin rabies yang memenuhi masa kekebalan 3 tahun
pada anjing dan kucing, dan 1 tahun pada kuda terhadap serangan penyakit
rabies. Virus dibiakkan dalam sel kucing dan diinaktifkan dengan bahan
kimiawi. Suntikan 1 dosis (1 ml) intramuscular atau secara subkutan pada satu
tempat pada anjing maupun kucing. Diberikan pada umur 3 bulan atau lebih.
Vaksinasi ulangan dengan dosis yang sama diberikan satu tahun kemudian.
Vaksinasi kembali setiap tiga tahun dianjurkan (Anonim, 1989).
5. Vanguard plus 5/L ®
Vaksin Vanguard plus 5/L® merupakan vaksin virus hidup yang
dimodifikasi yang diberikan pada anjing berumur 12 minggu. Pemberian
vaksin bertujuan untuk membentuk kekebalan pada anjing terhadap infeksi
distemper, infeksi hepatitis, parvovirus, parainfluenza, dan leptospirosis.
Pemberian dilakukan dengan suntikan 1 ml secara subkutan (Anonim, 2013).
Program Vaksinasi
Penggunaan vaksin pada dasarnya tergantung dari jenis penyakit dan biaya
yang diperlukan. Kebanyakan vaksin diberikan selama 6 bulan pertama sejak
lahir. Lebih baik lagi untuk mendapatkan hasil optimum, vaksinasi hendaknya
ditunda sampai titer antibodi maternal dalam tubuh anak menurun sampai
mendekati nol, namun penundaan itu mungkin menyebabkan hewan tidak
berpelindung selama terbukanya jendela kepekaan (Fenner dkk., 1995).
Menurut Fenner dkk., (1995) prinsip dasar penentuan jadwal vaksinasi dan
jadwal vaksinasi ulangan untuk anjing tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Program vaksinasi terhadap penyakit virus pada anjing
Vaksin
Prinsip Pelaksanaan
Booster
Vaksin virus-virus teratenuasi/attenuated
Virus distemper Umur 6-8 minggu (3 dosis dengan jeda 1 dan 2 tiap 2 tahun
anjing
bulan
Virus hepatitis Umur 6-8 minggu (3 dosis dengan jeda 1 dan 2 tiap 2 tahun
anjing
bulan)
Parvovirus
Umur 6 minggu (3 dosis jeda 1 dan 2 bulan
tiap tahun
Virus rabies
Umur 12 minggu
tiap tahun
Vaksin virus tidak aktif /killed
Vaksin rabies
Umur 8-10 minggu (2 dosis dengan jeda 4 tiap tahun
sampai 6 minggu)
Parvovirus
Umur 6-8 minggu (3 dosis dengan jeda 1 dan 2 tiap tahun
bulan)
Coronavirus
Umur 6-8 minggu (3 dosis dengan jeda 1 dan 2 tiap tahun
bulan)
Virus
Umur 6-8 minggu (3 dosis dengan jeda 1 dan 2 tiap tahun
parainfluenza
bulan)
(Fenner dkk., 1995)
Keterangan
 Vaksinasi darurat mungkin dilakukan segera setelah lahir.
 Hewan yang beresiko hendaknya divaksinasi ulang setiap 6-9 bulan. Induk
anjing yang berada pada kandung yang sangat terinfeksi dapat divaksinasi
selama masa kebuntingan dengan vaksin tidak aktif dalam upaya
meningkatkan titer antibodi dalam kolostorum.
 Vaksin titer tinggi, tidak perlu memberikan dosis ketiga (14-16 minggu).
Program vaksinasi parvovirus pada anak anjing dianjurkan pada umur 5-8
minggu. Vaksinasi rabies dilakukan pada umur 3-4 bulan booster pada saat
berumur 12 bulan. Pencegahan distemper pada anak anjing dilakukan pada umur
6-8 minggu, diulang pada umur 12 minggu. Pencegahan hepatitis dilakukan
dengan vaksinasi pada anak anjing berumur 8-9 minggu dan vaksinasi kedua
dilakukan 3-4 minggu kemudian, booster dilakukan setiap tahun (Subronto, 2006).
Aplikasi Vaksin
Imunisasi dengan penyuntikan subkutan atau intramuskuler adalah
pemakaian vaksin yang termudah dan paling umum. Pemberian vaksin paling
tidak disuntikkan dua kali, untuk suntikan kedua diberikan sekitar 15 minggu
setelah lahir pada hewan kecil. Jarak waktu antar dosis booster berbeda-beda,
vaksin mati yang menghasilkan kekebalan lemah, mungkin memerlukan booster
yang sering, barangkali setiap 6 bulan, sedangkan vaksin hidup yang
menghasilkan kekebalan berlangsung lama, mungkin memerlukan booster setiap
dua atau tiga tahun. Anjing diberikan vaksin campuran berisi sampai 6 organisme
sehingga menghemat waktu dan usaha. Produksi vaksin yang seimbang seperti ini
relatif komplek namun memiliki nilai keuntungan yang tak seimbang dengan
biaya produksi (Tizzard, 1988).
PELAKSANAAN
Materi
Materi yang digunakan untuk penulisan Tugas Akhir ini adalah materi
manajemen vaksinasi anjing di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta
yang datanya diambil pada tanggal 13-18 April 2015, selama kegiatan Praktek
Kerja Hewan Kesayangan.
Metode
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara
dengan dokter hewan dan pegawai, serta ikut praktek langsung mengikuti kegiatan
di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta.
HASIL
Data yang didapatkan selama Praktek Kerja Lapangan di Lab Klinik “Klinik
Hewan Jogja” Yogyakarta tentang program vaksinasi untuk anjing tersaji pada
Tabel 5.
Tabel 5. Program vaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta
Jadwal vaksin
Umur
Jenis Vaksin
1
2 bulan
Eurican 4
2
3 bulan
Vanguard 5L Corona atau Eurican 6
3
4 bulan
Eurican 7 atau Vanguard 5L Corona + Defensor
Booster
1 tahun
Eurican 7
4 bulan
Rabisin
Manajemen vaksinasi awal yang dilakukan di klinik tersebut dilakukan pada
anjing berumur 2 bulan dengan menggunakan vaksin Eurican 4®. Vaksinasi kedua
pada anjing berumur 3 bulan dengan menggunakan Vanguard 5L Corona®.
Vaksinasi ketiga pada anjing yang berumur 4 bulan dengan menggunakan vaksin
Eurican 7® atau Vanguar 5L Corona + Defensor®. Booster dilakukan setiap sekali
dalam setahun pada anjing menggunakan vaksin Eurican 7®. Pemberian vaksinasi
rabies menggunakan vaksin Rabisin® pada anjing berumur 4 bulan.
Data pasien anjing yang divaksinasi selama periode Praktek Kerja Hewan
Kesayangan di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta tersaji pada Tabel 6.
Jenis Obat Vaksinasi pada Anjing :
1.Eurican 4®, Romindo Primavetcom, setiap dosis mengandung Virus Aktif Distemper, Canine Hepatitis, Parvovirus, dan Parainfluenza tipe 2.
2.Galaxy DA 2L, isi penisillin, streptomisin, dan nystatin, berfungsi untuk untuk kekebalan anjing terhadap Distemper.
3.Galaxy 6 MHP-L, vaksin live untuk kekebalan terhadap Canine distemper, Adenovirus tipe 2, Hepatitis, Parainfluenza dan Parvovirus
dikombinasikan dengan Leptospira canicola dan Leptospira icterohaemorrhagica. Vaksin mengandung gentamisin dan fungistat sebagai bahan
pengawet. Antidota : epinephrine.
4.Rabisin, vaksin mengandung gentamisin, fungistat dan thimerosal sebagai pengawet dan b-propiolactone untuk inaktifasi, vaksin untuk tipe
penyakit rabies.
Tabel 6. Data Vaksinasi Pasien Anjing di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja”
Tanggal
Nama Pasien
Umur/Jenis
Penanganan
Kelamin
11 Maret 2015 Alesso
2 bulan/ Jantan
Vaksinasi Eurican 4®
Aragon
2 bulan/ jantan
Vaksinasi Eurican 4®
Aliando
2 bulan/jantan
Vaksinasi Eurican 4®
Alexander
2 bulan/jantan
Vaksinasi Eurican 4®
Avril
2 bulan/betina
Vaksinasi Eurican 4®
Adele
2 bulan/betina
Vaksinasi Eurican 4®
Alicia
2 bulan/ betina
Vaksinasi Eurican 4®
12 Maret 2015 Jeko
Vaksinasi Eurican 6®
20 Maret 2015 Oscar
5 bulan/jantan
Vaksinasi Eurican 6®
25 Maret 2015 Choco
1 tahun/jantan
Vaksinasi Rabies
Arka
-/jantan
Vaksinasi Eurican 7®
27 Maret 2015 Sofi
6 bulan/betina
Vaksinasi Eurican 4®
Dino
2 tahun/betina
Vaksinasi Eurican 7®
31 Maret 2015 Shihtaa
1 tahun/betina
Vaksinasi Eurican 4®
8 April 2015
Sevenstar Brigitte
/betina
Vaksinasi Eurican 7®
10 April 2015 Snowy
-/betina
Vaksinasi Eurican 7®
17 April 2015 Jeko
-/jantan
Vaksinasi Eurican 7®
Pada tanggal 11 Maret 2015, terdapat 7 anjing yang divaksinasi di Lab
Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta, ke-7 anjing tersebut divaksinasi dengan
vaksin Eurican 4®. Pada tanggal 12 Maret 2015, terdapat 1 anjing yang
divaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing tersebut
divaksinasi dengan vaksin Eurican 6®. Umur dari anjing ini tidak diketahui. Pada
tanggal 20 Maret 2015, terdapat 1 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik “Klinik
Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin Eurican 6®.
Pada tanggal 25 Maret 2015, terdapat 2 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik
“Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta, ke-2 anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin
yang berbeda. Anjing 1 (Choco) divaksin dengan menggunakan vaksin Rabies,
sedangkan anjing 2 (Arka) divaksin dengan menggunakan vaksin Eurican 7®.
Pada tanggal 27 Maret 2015, terdapat 2 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik
“Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta, ke-2 anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin
yang berbeda. Anjing 1 (Sofi) divaksin dengan menggunakan vaksin Eurican 4 ®,
sedangkan anjing 2 (Dino) divaksin dengan menggunakan vaksin Eurican 7®.
Pada tanggal 31 Maret 2015, terdapat 1 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik
“Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin
Eurican 4®. Pada tanggal 8 Maret 2015, terdapat 1 anjing yang divaksinasi di Lab
Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing tersebut divaksinasi dengan
vaksin Eurican 7®. Pada tanggal 10 Maret 2015, terdapat 1 anjing yang
divaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing tersebut
divaksinasi dengan vaksin Eurican 7®. Pada tanggal 17 Maret 2015, terdapat 1
anjing yang divaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing
tersebut divaksinasi dengan vaksin Eurican 7®.
PEMBAHASAN
Data-data yang didapatkan selama Praktek Kerja Lapangan yang berlokasi
di Jln. Pamularsih No. 55 Klaseman, Condongcatur, Depok, Yogyakarta, dapat
diketahui bahwa vaksinasi pertama di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja”
Yogyakarta dilakukan pada saat anjing berumur 2 bulan (8 minggu). Pemberian
vaksinasi dengan Eurican 4®. Vaksin Eurican 4® merupakan vaksin polivalen,
yang digunakan untuk mendapatkan imunitas pada anjing terhadap infeksi
distemper, hepatitis, parvovirus, dan parainfluenza.
Menurut Fenner dkk., (1995) vaksinasi terhadap parvovirus dapat
dilakukan pada anak anjing berumur 6-8 minggu. Vaksinasi terhadap distemper
dapat dilakukan pada anak anjing berumur 6-8 minggu. Vaksinasi hepatitis dapat
dilakukan pada 6-8 minggu. Vaksinasi parainfluenza II dapat dilakukan pada 6-8
minggu. Menurut Subronto (2006) program vaksinasi parvovirus menganjurkan
anak anjing divaksinasi pada umur 5-8 minggu dengan menggunakan antigen
(virus) tinggi.
Pelaksanaan vaksinasi yang kedua di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja”
Yogyakarta dilakukan pada anjing yang berumur 3 bulan. Pemberian vaksin
dengan menggunakan Vanguard 5L Corona® dilakukan dengan suntikan secara
subkutan sesuai dosis. Vaksin 5L Corona® adalah vaksin campuran yang berguna
untuk mendapatkan kekebalan tubuh anjing terhadap infeksi distemper, hepatitis,
parvovirus, parainfluenza II dan leptospirosis. Pelaksanaan vaksinasi kedua
merupakan
pengulangan vaksinasi
dari
yang pertama
untuk
antisipasi
kemungkinan hilangnya kekebalan vaksin pertama, maka perlu vaksinasi ulang.
Menurut
Fenner
dkk.,
(1995)
pelaksanaan
program
vaksinasi
menggunakan virus inaktif untuk pencegahan distemper, hepatitis, parainfluenza
dan parvovirus dapat dilakukan 3 kali pemberian dengan jeda 1 dan 2 bulan.
Menurut Soedarto, (2003) vaksinasi leptospira pada anjing peliharaan umumnya
dilakukan bersama-sama dalam satu vaksin yaitu vaksin distemper, hepatitis,
parvovirus.
Berdasarkan hasil tersebut, program vaksinasi yang dilakukan di Lab
Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta sudah baik. Menurut Fenner dkk.,
(1995) jeda pemberian waktu yang sesuai adalah 1 dan 2 bulan, sedangkan yang
dilakukan di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta waktu jeda setelah
pemberian vaksinasi pertama adalah 4 minggu atau 1 bulan. Hasil yang
didapatkan, vaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta sesuai
dengan literatur menurut Fenner dkk., (1995).
Vaksinasi ketiga dilakukan pada umur 4 bulan dengan menggunakan
vaksin Vanguard 5L Corona + Defensor® atau Eurican 7®. Vaksin ini termasuk
dalam vaksin polivalen yang digunakan untuk melindungi kekebalan tubuh dari
penyakit distemper , hepatitis, parvovirus, parainfluenza II, leptospirosis dan
rabies.
Menurut Fenner dkk., (1995) pelaksanaan vaksinasi ketiga dilakukan sama
seperti vaksinasi kedua dan ditambahkan vaksin rabies. Vaksinasi rabies untuk
anjing dilakukan pada anjing berumur 3-4 bulan kemudian (Subronto, 2006).
Pada program vaksinasi ketiga dilakukan booster tetapi ditambahkan
vaksin rabies. Pelaksanaan vaksinasi di klinik tersebut sudah baik karena
pemberian vaksin sudah sesuai literatur menurut Subronto (2006) dan Fenner
dkk., (1995).
Pelaksanaan vaksinasi rabies menggunakan vaksin Rabisin®. Vaksin
rabisin merupakan vaksin monovalen yang berisi hanya virus rabies. Untuk anjing
diberikan pada umur 4 bulan diinjeksikan secara subkutan. Menurut Fenner dkk.,
(1995) vaksinasi terhadap rabies dilakukan pada anjing umur 12 minggu. Umur
anjing yang dilakukan tindakan vaksinasi pada anak anjing berumur 3-4 bulan dan
diulang 3-4 bulan kemudian. Suntikan ulangan dapat dilakukan lebih awal dari 1
tahun, tergantung pada aturan pemakaian oleh pabrik vaksin Subronto (2006).
Pemberian vaksin rabies sudah baik di klinik tersebut karena sesuai dengan
literatur menurut Subronto (2006) dan Fenner dkk., (1995).
Pelaksanaan vaksinasi booster dilakukan setiap tahun sekali (Fenner dkk.,
1995). Pemberian suntikan vaksin secara subkutan menggunakan vaksin Eurican
7®. Penggunaan Eurican 7 karena kandungan dalam vaksin melengkapi kebutuhan
kekebalan tubuh anjing dari penyakit distemper, parvovirus, leptospirosis,
hepatitis dan parainfluenza 2.
Vaksinasi booster di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta sudah
baik karena pemberian vaksinasi booster dilakukan setiap tahun sekali. Vaksinasi
booster sudah sesuai menurut Fenner dkk., (1995)
Download