BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B yang terletak di Jepara merupakan pembangkit dengan kapasitas pembangkitan per-unit terbesar di Indonesia saat ini, dengan kapasitas pembangkitan daya kotor 4x719 MW dan kapasitas daya bersih 4x660 MW. PLTU Tanjung Jati B merupakan penopang listrik terbesar untuk kebutuhan listrik di daerah Jawa-Bali yang merupakan beban listrik terbesar di Indonesia. Oleh karena itu keberadaan PLTU ini sangatlah vital bagi kehandalan kelistrikan di Indonesia. Hal ini berarti PLTU ini tidak boleh padam secara utuh atau pun trip satu unit pun. Untuk menjaga kontinuitas produksi, maka sistem proteksi harus dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam merespon adanya gangguan pada sistem. Namun, terdapat permasalahan yang terjadi pada PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2 yang belum terselesaikan yaitu pada sistem proteksi rele gangguan arus lebih ke tanah pada busbar 10 kV. Oleh karena itu, diperlukan adanya analisis untuk mengetahui akar permasalahan yang menyebabkan terjadinya gangguan, sehingga perlu dicari solusi yang tepat untuk memperbaiki sistem proteksi pada PLTU Tanjung Jati B agar fungsi kehandalan dapat tercapai dengan koordinasi proteksi yang tepat. 1.2 Rumusan Masalah Kasus pertama terjadi pada tanggal 19 September 2009 saat generator transformer unit 2 untuk 500 kV dilakukan de-energize (di-off-kan) untuk dilakukan maintenance sehingga, suplai daya hanya dilakukan oleh unit 1 seperti pada diagram satu garis pada Gambar 1.1. Gambar 1.2. Diagram Satu Garis Sistem Kondisi Gangguan 6000 kVA Gambar 1.1 Diagram Satu Garis Sistem Kondisi Gangguan Dapat dilihat dari Gambar 1.1 bahwa bila GT2 tidak berfungsi, 10 kV unit board 2B disuplai dari 10 kV unit board 1B melalui 10 kV station board B. Permasalahan yang terjadi adalah saat melakukan energize trafo 10kV / 3kV 2APE-TF001B pada 10 kV unit board 2B, incoming breaker pada 10 kV unit board 1B “open” atau trip sehingga unit board 1B dan 2B tidak tersuplai daya. Incoming breaker tersebut trip 1,6 detik setelah 10 kV unit board 2B ditutup breaker-nya. Pada pembacaan di distributed control system (DCS) arus tertinggi yang terbaca pada 10 kV unit board 1B di sisi incoming mencapai 2062 ampere pada trafo 2APE-TF-001B tersebut. Pada 10 kV unit board 1B, incoming circuit breaker trip dengan indikasi adanya arus lebih yang mengalir yang terdeteksi oleh rele MCR24-B. Kasus serupa yang kedua terjadi pada tanggal 11 Maret 2010, dimana incoming CB pada 10 kV unit board 1A trip dan terdeteksi arus gangguan pada rele MCR24-B saat meng-energize trafo 10/3 kV 2APE-TF-001A pada 10 kV unit board 2A. Pada saat kasus kedua ini terjadi, unit 2 shut down diakibatkan sedang diinvestigasi terjadinya earth fault pada generator sehingga, supply daya di-manuver oleh unit 1. Kasus ini dapat disebut serupa, karena pada board A dan board B merupakan sistem board yang kembar. Adapun laporan akar penyebab gangguan terletak pada rele proteksi pada incoming 10 KV UB 1APE-MV-001B (10KV Unit board 1B incoming CB). Kemudian berdasarkan data hasil percobaan pada PLTU Tanjung Jati B akan dilakukan análisis kinerja rele dan analisis arus residual sebagai hiputesis penyebab gangguan, kemudian akan dilakukan simulasi dengan ETAP untuk menguji kevalidan perhitungan manual dalam rekoordinasi perangkat proteksi dengan memplot kurva karakteristik kerja rele, ketahanan peralatan dan respon perangkat proteksi terhadap gangguan. Pertanyaan yang akan dijawab sebagai hasil dari studi kasus ini adalah : 1. Bagaimana metode yang dilakukan untuk mengetahui akar permasalahan yang terjadi pada sistem proteksi rele pada busbar 10 KV di PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2? 2. 3. Apakah akar permasalahan yang menyebabkan gagalnya fungsi kerja koordinasi proteksi pada busbar 10 kV unit 1 dan 2 ? Bagaimana mengatasi masalah selalu tripnya CB pada sisi incoming 10kV Unit Board 1B saat energize trafo 6000 kVA pada 3 kV Unit Board 2B? 1.3 Batasan Masalah Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi studi kasus ini, oleh karena itu diberikan batasan masalah agar studi kasus lebih fokus. Batasan-batasan yang digunakan ialah : 1. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan konfigurasi jaringan yang sudah ada (existing) dan data rating sistem. 1.4 Tujuan dan Manfaat Melalui studi kasus ini, akan diketahui akar permasalahan yang menyebabkan gangguan pada sistem proteksi arus lebih ke tanah pada busbar 10 kV di PLTU Tanjung Jati B dan solusi dari permasalahan tersebut sehingga, akan dihasilkan rekoordinasi sistem proteksi yang handal untuk memproteksi sistem dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Diharapkan hasil rekoordinasi sistem proteksi ini dapat dijadikan pertimbangan atau diaplikasikan pada PLTU Tanjung Jati B untuk perbaikan sistem proteksi untuk menjaga kontinuitas produksi. Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah : 1. Dapat menggunakan berbagai metode dalam menganalisis dan mencari akar masalah yang menyebabkan gangguan pada sistem proteksi gangguan arus lebih ke tanah pada busbar 10 kV di PLTU Tanjung Jati B. 2. Mengetahui akar permasalahan yang sebenarnya pada gangguan sistem proteksi yang terjadi untuk mendapatkan solusi terbaik. 3. Dapat mengaplikasikan hasil analisis masalah untuk melakukan perhitungan rekoordinasi proteksi sebagai solusi yang tepat. 1.5 Sistematika Penulisan Tugas Akhir dengan judul “Studi Kasus Rekoordinasi Proteksi Rele Arus Lebih dan Rele Gangguan Tanah pada Busbar 10 kV di PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2” tersusun dari 5 bab dengan susunan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN, yang memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat, dan sistematika penulisan yang memberikan gambaran perlunya studi kasus tentang evaluasi koordinasi proteksi pada busbar 10 kV di PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2. BAB II DASAR TEORI, yang membahas teori-teori yang berkaitan dengan studi kasus yang dilakukan. Di bab ini akan dijelaskan dasar teori tentang jenis gangguan yang biasa terjadi pada sistem tenaga listrik, jenis-jenis pengaman, rele arus lebih, rele gangguan tanah, perhitungan arus residual, perhitungan arus gangguan, dan rekoordinasi proteksi. BAB III METODE PENELITIAN, yang berisi mengenai pembahasan metode perancangan koordinasi rele arus lebih dan rele gangguan tanah dengan melihat jaringan yang sudah ada di PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2, spesifikasi peralatan terpasang, dan pendukung-pendukung untuk mrancang koordinasi rele. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN, yang berisi analisis penyebab terjadinya gangguan berdasarkan data hasil pengujian yang dilakukan di PLTU Tanjng Jati B Unit 1 dan 2, kemudian dilakukan perhitungan arus residual dan hubung singkat rating secara manual untuk menentukan setelan rele yang tepat berdasarkan perhitungan manual. Pada bab ini akan ditampilkan hasil simulasi koordinasi proteksi sistem eksisting menggunakan ETAP dan hasil rekoordinasi setelan yang tepat berdasarkan simulasi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, yang berisi kesimpulan dari hasil studi kasus dan analisis, serta saran untuk perkembangan penelitian selanjutnya.