DAN KEMANDIRIAN INDUSTRIALISASI Oleh Ginandiar Kartasasmita PENDAHULUAN Saya mendapat tugas dari DPP Golkar untuk mei{-m91eenai pokokngantarkanpengkajianpada Pagl _h_ari 1'993, khususnya dap6tot pikirin Golkar tentangGPFSI iam tema Industrialisasi dan Kemandirian. Secaralebih khusus lagi saya diminta untuk memberikan pandanganpandangan dari aspek -dan industrialisasi, pengembangan peningkatan daya saing di pasar negeri p"s"t dilam internasional. Saya telah membaca pokok-pokok pikiran Golkar tersebutdan berusaha memahaminya. Pada kesempatan ini sayatidak bermaksuduntuk menanggapi secaratl.qsung unsur-unsur yang merangkum berbagai .pokok pikiian itu, namun sayaakan turu-t memberikan beberapa iumbangan pikiran, iejauh mungkin dalam kaitan dengan topik-topik iang dimintakan kepada saya untuk membahasnya. Masalahkemandirian, khususnya,merupakansuatu hal yang amat menarik perhatiansaya. Sembilan tahun yang lalu, ketika saya mendapat tugasuntuk membangunkan perhatiandan menggerakkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan produksi dalam negeri, konsep kemandirian memberikan kepadasaya sebuahlandasan teoretik, diatas mana saya mengembangkan pikiran-pikiran guna mendukung upaya tersebut. Sekarang,menjelangkita menyelesaikantahapanpertama pembangunanjangkapanjangdan memasukitahapan kedua, saya merasa konsep tersebut menjadi lebih relevan lus. Pandangansayaitu didasarkantidak lain pada ketetapan kita sendiri bahwa pembangunan jangka panjang tahap kedua adalah tahapan lepas landas. Tahap lepas landas itu diartikan sebagaitahap di mana suatu bangsatelah mampu tumbuh danberkembang di ataskekuatannyasendiri. Dari situ mudah kita menarik satu kesimpulan lagi, bahwa pada tahap lepas landas itu kita harus membangun kemandirian bangsa. Masalah ini telah saya bahasdalam banyak kesempatan,atrtaralain, akhir-akhir ini, dalam rangka sarasehan TNI-AU dan Seminar Persatuan Insinyur Indonesia (PII) bulan Desember1,990,dan SeminarABRI pada bulan September 1991. Dalam kesempatan ini, saya ingin meninjau konsep kemandirian dari sisi ekonomi dengan penekanan pada upaya industrialisasi. 2 WAWASAN KEMANDIRIAN Pertama-tamatentu harus kita mulai dengan memberi pengertian mengenai apa yang dimaksud dengankemandirian dalam konteks pembahasanini. Saya yakin banyak orang dapat memberikan banyak batasan, dan saya tidak ingin mengatakanbahwa apa yang akan saya sampaikan adalah yang benar. Namun, setidak-tidaknya sayaharapkan pandangan ini dapatmerupakansumbangan pikiran yang berfaedah. Yanglebih dahulu ingin sayalakukan adalahmenunjukkan apa yang bukan. Kemandirianyang kita maksudbukan konsep Berdikari, seperti yang pernah kita kenal di masalalu. KonsepBerdikaripadawaktu itu, beranjakdari suatu keadaandi mana bangsa Indonesia sedang "terkepung". Kita ingat pada waktu Bung Karno mempidatokannya pada bulan April 1.965,kita sedang beradapada puncak konfrontasi. Kitabaru saja keluar dari PBB,sebagaiprotes atas masuknya Malaysia di Dewan Keamanan. Kita baru memuntahkanteriakan "go to hellwith your aid". Kita telah menasionalisasiperusahaan-perusahaan asing yang "milik nekolim" dan "musuh revolusi". Dengan Berdikari, yang disebut Bung Karno sebagaipolitik ekonomi "banting stir", BungKarno ingin memobilisasimasyarakatuntuk menghadapi keadaan suram di bidang ekonomi dan seakan memberi keabsahan kepada ekonomi revolusi, yang sebetulnyaadalahekonomiyang terusmerosotkarenasalah urus dan keterisolasian. Dengan banting stir itu Pemerintahlebih meningkatkan penguasaannyaatasperekonomian. Misalnya, impor hanya boleh dilakukan oleh Pemerintah. Swastayang boleh ekspor hanya produsen - eksportir, itupun ekspornyaharus berada di bawah pimpinan Pemerintah. Sangatjelas bahwa konsep tersebutbersifat defensif, yaitu merupakan sikap suatu bangsa dalam keadaan terpojok. Mungkin juga ia merupakan konsekuensi dari prinsip ekonomi teqpimpin. Ilhamnya jelasdiperoleh dari sistem ekonomi sosialis. Bahkan pada waktu pidato itu diucapkan (di muka sidangMPRSdiBandung),hadir Kim il Sung, pemimpin Komunis Korea Utara. Bung Karno menunjukkan sistem ekonomi Korea Utara sebagaicontoh sistem ekonomi Berdikari yang berhasil. Bukan dalam arti seperti itu kemandirian kita maksudkan. Kemandirian bukan suatuideologi ekonomi yang dihadapkan kepada ideologi ekonomi lainnya. Ia tidak punya sifat bermusuhan. ]uga bukan kembali kepada etatisme. Tidak perlu ada kekhawatiran kita akan kembali kepada sloganisme dan kerancuan pengelolaan ekonomi seperti yang telah kita alami di masa lalu. Di lain pihak, kemandirian bukan berarti suatu bentuk baru individualisme. Seorang yang mandiri tidak perlu seorangyang berwatak individualistis. Seorangyang mandiri adalah yang mampu mengurus dirinya sendiri, tidak menjadi beban orang lain atau masyarakat,bahkan mampu membantu orang lain atau menyumbang pada masyarakat. Kemandirian pada kehidupan seseoriurg 4 mencerminkan suatu tingkatkemampuan atau suatu sikap. Setiaporangdapat dinilai apakah iamempunyai atau tidak mempunyai kemampuan untuk mandiri, atau mempunyai sikap yang mandiri, atau keduaduanya. Memang tidaklah salah kalau kita selalu waspada agar tidak mengingkari pesan para pendiri Republii<ini. Bung Karno menyatakankeadilan sosial yang tercantum dalam preambul rancangan undang-undang dasar yang sedang disiapkan menjelang kemerdekaan kita, adalah "protes kita yang maha hebat kepada dasar individualisme". Bung Hatta menyatakan dasar kita membangun masyarakatbaru adalah "gotong royong dan usaha bersama. Pendekkatakolektivisme". Prof.Supomo,yangsangat banyak peranannyadalam menyusun dasar-dasarnegara kita, menyatakan "dalam lapanganekonomi, negara akan bersifat kekeluargaanjuga oleh karena kekeluargaanitu sifat masyarakatTimur, yang harus kita pelihara sebaikbaiknya". Saya mengungkapkan kembali hal-hal tersebut untuk menegaskanbahwa dalam kita berbicaramengenai kemandirian atau konsepapapunyang akan kita kembangkan dalam upaya membangun bangsa,kita tidak pernah boleh lupa pada amanatparapendiri Republik. Amanat itu ada dalam pasal-pasalUndang-undang Dasar; namun seperti dikatakan oleh Undang-undang Dasar sendiri, kita harus mempelajarijuga bagaimanaterjadinya teks itu. Kemandirian itu sendiri adalahsuatukondisi, seperti kemaiuan, keadilan, ketenteraman,dan karenanyabebas paham. Iadiinginkanoleh siapapun dalam sistem apapun. Cuma.cara mengembangkannya,caranya sampai di sana yang berbeda. Bagi bangsa kita, wawasan kemandirian itu sudah jelas harus berada dalam alur paham kita sendiri yaitu Pancasila. Dalam berbagaikesempatansayapernah menyampaikan beberapa pokok pikiran mengenaikemandirian, yang kiranya dapat digunakan pula sebagaibahan pembahasandi sini. Kemandirian pada hakekatnyadapat dikatakan sebagai kemampuan manusiaatau suatu bangsa untuk bertahan dalam lingkungan yang berubah, baik lingkungan alam, masyarakatataupun lingkungan antar bangsatanpa mengorbankanfalsafahhidupnya. Dalam pengertianyang lebih dinamis, kemandirian bukan hanya kemampuan untuk menjamin kelangsunganhidup, tetapi untuk tumbuh berkembangdengankekuatansendiri. Dalam falsafah pembangunan kita, kemandirian dengan demikian dapat dikatakan sebagaisalahsatu perwujudan ketahanannasional suatu bangsa. Bangsayang mandiri adalahbangsayang tidak perlu tergantung pada orang lain untuk kemajuan dan kelangsungan hidupnya, dan memiliki ketahananterhadap perubahan-perubahandunia. Bangsayang maju belum tentu bangsayang mandiri. Sebaliknya,bangsa yang mandiri adalahbangsayangsudah maju. 6 Tanpa mengabaikan sisi-sisiIain dari falsafahpembangunankita, sisi ekonomi sangatpenting bagi kemandi rian suatubangsa.Karenatingkat industrialisasisuatu bangsa berkaitan sangat erat dengan kemajuan ekonomi, maka tingkat industrialisasinya berkaitan erat pula dengan kemampuannya untuk mandiri. Untuk tiba pada kemandirian yang kokoh, suatu bangsa harus mencapaitingkat penguasaanteknologi tertentu, yang memungkinkannya untuk pertama-tama dan terutama mengandalkan kemampuan teknologinyasendiri. Denganpandanganini tidak berarti tidak ada aliran keluar-masuk teknologi, sepertijuga aliran keluar masuk modal. Hal itu bisa dan wajar saja terjadi. Tetapi yalg penting, neracaakhirnya bukanlah suatu ketergantungan. Berbicara mengenai teknologi,maka kita harus berbicara pula mengenai pendidikan,mengenai transformasi masyarakat dari kehidupan tradisional ke kehidupan modern. Dengandemikian,kalau kita ingin melihat secara Iebih mendasar, membangun kemandirian adalah juga masalahpembaharuanbudaya. Kemandirian bangsaberarti pula bahwa tatananperekonomiannyaharus sudah mantap dan dewasa. Industri sudah harus berfungsi sebagaitulang punggung perekonomian. Usahadi sektor pertanian tetap penting tetapi sudah harus ditangani bukan sebagai usaha tradisional,melainkan sebagai usaha modern dengan penerapan teknologi yangmemungkinkanproduktivitas yang tinggi dan penggunaan sumber daya secaraefisien, serta memiliki daya saing yang tinggi. Sektor pertanian pun dengandemikian harus ditangani dengan pendekatan industri. Sektorjasajasasudah harusberkembangpula, mendukung kegiatandi sektor produksi sehingga secara keseluruhan menjamin kemandirian ekonomi nasional. Demokrasiekonomi pada tahapitusudahharusberfungsi. Landasandan tujuannyatidak iain adalahkeadilan sosialbagi seluruhrakyatlndonesia,yang ingin diwujudkan melalui usaha bersama berdasarkan asaskekeluargaan. MasyarakatIndonesia yang mandiri harus sudah merasakan terciptanya suasanakeadilan,bersamaandengan meningkatnya kemakmuran. Aspekkeadilandalam kemajuan ekonomi sudah harus berwujud lebih nyata dan lebih langsur-rgdirasakan oleh rakyat. Kemiskinan absolut sudah harus dihilangkan. Monopoli harus tidak ada, kecuali jika diperlukan untuk menjamin kepentingan rakyat. Itupun tidak oleh perorangan dan untuk keuntungan perorangan. Di lain pihak, persainganyang berlebihandan akhirnya mematikan usahaserta prakarsamasyarakat,juga harus dicegah. Usaha skalabesar,menengahdan kecil,sudahharushidup berdampingan dalam hubungan yang saiing menghidupi dan saling membutuhkan. Peranan usaha menengah terutama harus sudah mantap, dan sudah mampu menjadi basis bagi pertumbuhan ekonomi yang sehat.Andalan pertumbuhan ekonomi nasional, tidak lagi harus usaha atau pemilik modal besar,tetapi usaha menengah, sehingga pertumbuhan ekonomi kita berdiri di ataslandasanyang luas dan kokoh. I Sektor negara, termasuk BUMN-nya, harus tetap berperan namun lebih bersifat Tut Wuri Handayani. Negara harus memandu dan membimbing terbentuknya lapisan usahamenengahyang tangguh,yaitu lapisanyang terbentuk dari kalanganmenengahmaupun yang berkembang dari usaha kecil. Usaha kecil harus terbina dengan mantap,baik di sektor formal maupun non-formal, karena besar peranannya sebagailapanganberusahadan penciptaanlapangankerjadi lapisanmasyarakatyangpalinglemah kemampuannya. Koperasi sudah harus melembaga dan membudaya. Demokrasi ekonomi pada gilirannya akan rnendinamisasikan pertumbuhan ekonomi, karena mendapat dukungan dan partisipasimasyarakatyang luas. Kesenjangantidak mungkin dapatdihapuskansama sekali,namun upaya mengurangikesenjangansudahharus mencapai suatu tingkat yang memungkinkan sudah terciptanya kesetiakawanan sosial. Pembangunantelah lebih seimbang di seluruh tanah air sehingga seluruh potensi daerah sudah dapat secaraoptimal dimanfaatkan. Tidaksemuadaerahdapat mencapaikemajuanyang sama, namun sudah harus tidak ada lagi daerah yang terlalu miskin, terbelakang atau terpencil. Ekonomi kota dan ekonomi pedesaantelah komplementer secara serasisatu terhadapyang lain, dan tidak lagi merupakankutub-kutub yang bertentangan. Dalam ekonomi yang mandiri, masalah lapangan kerja dasar-dasarnyaharus sudah teratasi.Pengangguran akan selalu ada,tetapi dalam batasyang wajar. Penduduk Indonesia telah harus menjadi modal yang efektif bagi pembangunan. Berartimerekatelah produktif atau angkatan kerjanya telah berkualitas dan memiliki produktivitas yang tinggi. Demikianlah kurang lebih beberapapandanganmengenai kemandirian, secara khusus perwujudannya di bidang ekonomi,yang dapatkita jadikan sasaranpada akhir pembangunanjangkapanjangtahap kedua. Dengansendirinya kemandirian adalahsebuahkonsepyang utuh, sebuah totalitas dari unsur-unsur yang saling mempengaruhi dan salingmenunjang,sehinggadi bidang-bidang lainpun telah harus tercapaitingkat kemajuanyang memungkinkan terciptanya kemandirian bangsasecaramenyeluruh. STRATEGI INDUSTRIALISASI: MEMANFAATKAN KEUNGGULAN KOMPARATIF Dalam pokok-pokok pikiran mengenai GBHN, Golkar menyatakan bahwa sasaranutama pembangunan jangka panjang tahap kedua adalah membangun masyarakat modern dan majuberdasarkanPancasiladan UUD 1945. Dalam pokok-pokok pikiran tersebut, tercermin dengankuatpandangan bahwa industrialisasi merupakan alur pembangunan yang harus kita tempuh untuk mewujudkan keinginan itu, sesuai dengan hakekat industri sebagaisektor kegiatanekonomi yang paling cepat dapat memperluaslapangankerjasertameningkatkantaraf hidup rakyat. 10 Pandangan itu juga menjadi keyakinan saya, dan saya kira juga menjadi sasaran yang ingin dicapai oleh semuanegaraberkembanglainnya. Hanya saja jalannya yangberbeda. Kalaukita lihat sejarah perkembangan negara-negarayang sudah maju, dan model-modelpembangunanyang sedang dikembangkan oleh negara berkembang,kita melihat banyak jalan y^ng dapat ditempuh. Tantangan di depankita adalahmenetapkanstrategi industrialisasiyang paling cocokuntuk kepentingankita. Sejakakhir Pelita IV, kita melihatbahwaindustri kita telah berkembang lebih pesat dibanding sebelumnya" Tidak bisa disangkal bahwa perkembanganitu didorong oleh langkah-langkah yang dikenal denganderegulasi,di samping keadaanperekonomiandunia yang juga memberi peluang-peluang. Salahsatu sasaranderegulasiadalah membuka ekonomi kita dan memudahkan masuknya bahan baku dan suku cadangbagi industri ekspor. Dan memang kita lihat ekspor hasil industri kita meningkat dengan sangat pesat terutama dalam empat - lima tahun terakhir ini. Kombinasi bahan baku impor, buruh yang murah dan energi yang juga murah, membuat industri kita, khususnyaindustri ekspor,berkembangpesat. Spektrumeksporhasil-hasilindustri kita sudahmeluas.Namun kalau kita telaah,hanyasatu dua komoditi yang 11 menonjol. Lebih dari separuh ekspor hasil industri kita adalah hasil kapr olahan dan tekstil. Dengan sendirinya keadaan ini membuat kedudukan industri kita menjadi peka terhadap ancamandari luar, sepertipengenaankuota atau gerakan pemboikotan kayu tropis. Hal ini tidak berarti bahwa kita telah salah tempuh dalam membangun kedua industri itu. Sebaliknya,pembangunan industri hasil hutan dan industri tekstil mencerminkan sebuahstrategi yang tepat dalam tahap pertama proses industrialisasi. Alasannya,pertama,industri hasil hutan memanfaatkan kekayaan alam kita yang benar-benar tidak dimiliki oleh banyak negara lain. Industri ini adalah contoh yang dapatkita katakan sungguh-sungguhberakar dibumi kita sendiri. Dari hulu sampaihilir ia bersumber di bumi kita sendiri. Daya saingnyasangatkuat. Industri tekstil kita kembangkanpertama-tamaunmemenuhi kebutuhan bangsa kita, karena sejak awal tuk Orde Baru kita bertekad untuk memenuhi kebutuhan sandang-panganrakyat kita. Keduanya sekarangtelahterlaksana. Dari sasaranmemenuhi kebutuhan dalam negeri, industri tekstil berkembangmenjadi andalanekspor kita. Namun, berbedadengan industri hasilhutan,modal kita dalam membangun industri tekstil adalahpasardalam negeriyang besardan buruh yang murah. Meskipun industri tekstil sampai sekarang sebagian besar bahan bakunya masihdiimpor, namun produk tekstil kitasangat kompetitif. Sekarang kita mulai mengadakan investasi untuk 12 membuatserat di dalam negeri, baik dari produk pefrokimia maupunbahan-bakualam sepertirayon. Kita juga telah mulai membuat mesin-mesintekstil sendiri. Dari perkembangankedua industri itu kita bisa mengambil beberapa pelajaran. Pertama, industri yang berakar di bumi kita adalah industri yang kokoh. Dan kedua, pasar dalam negeri bisa dan harus dimanfaatkan untuk membangunindustri, yang meskipun tidak sepenuhnya bersumberdi dalam negeri namun dapat berkembang menjadi yang berdayasaing kuat. Di sini berlaku prinsip ecanomies of scale. Strategiindustrialisasiuntuk negara yang berpenduduk besar,jelas harus berbedadengan yang berpenduduk kecil. Demikian pula yang memiliki sumberdaya alam dan yang tidak memiliki sumberdayaalam. Apalagi yang memiliki kedua-dua\ya/ baik sumber daya alam maupun su.mberdaya manusiayang tentunya akan berbedadengan yang memiliki hanyasalahsatuatautidak memiliki keduaduanya. Strategipembangunan(bacaindustrialisasi)kita jelas berbedadengan negarayang kayasumberdaya alam tetapi miskin penduduk (sepertiSaudi Arabia), atauyang banyakpenduduknyatetapiterbatassumberdaya alamnya (sepertiIndia), atau dengan yang kecil penduduknya dan tidak ada sumber daya alamnya (sepertiSingapura). Menyadari adanyaperbedaanmodal atau kekuatan yang dapatdiandalkanoleh masing-masingnegara untuk memajukan kepentingan bangsanya,maka para ekonom barat telah mengembangkan teori comparatiue aduantage (keunggulankomparatif). Teori ini berkembangpada awal abad ke-19 ketika David Ricardo pertama kali mengetengahkan prinsip-prinsip perdaganganbebas atas dasar keunggulan komparatif. Melalui prosesperdaganganinternasionalyang bebas,sumber-sumberdaya dunia yang tersebarsecaratidak samadan merata,dapat diarahkanuntuk digunakan secara paling efisien,dan dengan demikian akan dapat mengangdi dunia. Pandangan kat taraf kehidupan bangsa-bangsa keunggulan komparatif itulah yang menciptakan dasardasar perdagangan bebas yang berkembanghingga sekarang. Dalam pandanganini, maka bagi Indonesiakeunggulan komparatif kita adalah jumlah penduduk yang besar dan ketersediaansumber daya alam itu. Penduduk yang besar memberikan kepada kita dua keuntungan, yaitu tenaga kerja yang murah dan potensi pasar yang besar. Sumber daya alammemberikankeuntungankarenamenyediakan bahan baku dan energi yang juga dihargai secara murah. Berpangkal tolak dari situ; kita dapat menyusun strategi untuk membangun industri yangmemiiiki pijakan yang kokoh dan mempunyai daya saing yang kuat. Pertama,industri harusmemanfaatkansumberdaya alam yang kita miliki, dan menjadikannyaakar yang kuat. Sekarang ini masih terdapat kesenjanganantara industri hulu dan industri hilir. Kita masih mengekspor produk-produk primer atau pada tahap sangat awal 14 pengolahan baku. dan mengimPornya kembali sebagai bahan Misalnya, dalam bidang pertambangan kita meng-ekspor baukiit tetaPi mengimpor alumina untuk pabrik aluminium. Mengeksporkonsentrat tembaga dan mengimpor logam tembaganya. Mengeskporminyak.dan gas buini tetapi mengimpor berbagaibahan petrokimia untuk bahan baku industri kita. Maka langkahyang sangatmendasaryang harus kita selesaikandalam satu atau maksimal dua Repelitapertama dalam PJP tr, adalah mengkaitkan industri hulu dengan industri hilir. Dengan memanfaatkan kekayaanalam kita di bidang pertambangan,pertanian,perkebunan,kehutanan, perikanan,kita dapat membangunindustri yang kokoh dan berdayasaingkuat. Kedua, betapapunkuatnya niat ingin menganutekonomi pasar yang terbuka,pasardalam negeritetappenting dan tidak boleh kita korbankan. Pasardalam negeri dapat menjadi tumpuan pembangunan industri, baik industri subsiitusi impor maupun industri yang memenuhi permintaan yang tumbuh karenapeningkatankebutuhan sebagai hasil peningkatantaraf hiduP. Sekali tancapan kakinya di dalam negeri sudah kokoh,makaindustrikita akan lebihkuatdalammemasuki pasar ekspor. Pasardalam negeri,dengandemikian memberikan bantalan (cushion)untuk pasar ekspor. Hal ini dilakukan oleh banyak negara, termasuk 15 negaraindustri pada tahap awal pertumbuhannya, bahkan sampai sekarang. Caranya bermacam-macam. Ada yang {itempgh dengan mekanisme perdagangan yang ditetap-kan oleh Pemerintahatau sebagaipreferensipemben.nea masuk adalah salah satu cara,seperti dikenakan terhadap plywood kita. Kuota adalah caralain sepertiyang dikenakan terhadap tekstil kita. Atau menggunakan mekanisme distribusi seperti yang dipakai oleh ]epang. Banyak cara dapat ditempuh yang tidak perlu harus bertentangan dengan norma perdaganganbebasyang ingin ditegakkan oleh masyarakatdunia. Pemerintah dan industri, di samping masyarakat, adalah pasar yang besar. Negara manapun di dunia berusaha agar kebutuhan Pemerintahnyadipenuhi pertama-tama oleh industrinya sendiri. Dalam rangka ini tindakan quid pro quo dan trade ot'f bisa dilakukan, tapi preferensi umumnya diberikan kepada produksi di mana negarapembelipunya peranan dalam produksi. Industri juga merupakanpembeliyang besar. Di sini pemberianpreferensitidak mudah terutama dalam keadaan persaingan yang makin ketat dan terbuka. Banyak produk industri sekarangyang komponennya dihasilkan oleh berbagainegara. Sepertitelah disebutkan di atas,ini merupakan salahsatugejalaglobalisasiperekonomiandunia. Namun, tetap saja preferensi itu ada sepanjang masih diinginkan. Ini yang menjadi masalahdari industrl Amerika terhadap industri kendaraan bermotor ]epang, misalnya. 16 PERANAN PASAR DALAM NEGERI Di Indonesia, menurut pendapat saya, Pemerintah harus tetap tegas dalam kebijaksanaan mendahulukan penggunaan produksi dalam negeri untuk kebutuhalnya dan proyek-proyeknya. Apabila dilihat besarnya b-el1nja barang dan jasaPemerintah, di pusat dan di daerah,kita bisa membayangkanbetapabesarnyapotensi industri dalam negeri yang dapat kita kembangkanhanya dari pasar Pemerintah saja. Sejalandengan itu, sepanjangdimungkinkan, industri dalam negeri hendaknya juga menggunakan produksi dalam negeri bagi kebutuhannya. Terutama industri besar,harusmembantu pengembanganindustri yangkecil dengan memberi kesempatan mereka membuat bahan baku dan suku cadangyang tidak perlu dibuatnya sendiri. Masyarakat, dengantaraf hidup dan daya beli yang meningkat,juga merupakan pasaryang harus diusahakan untuk menjadi tumpuan bagi pembangunanindustri. Di sini mungkin harus dipergunakan cara yang lebih halus, lebih bersifatmendidik dan persuasif,dari pada mengenakan aturan-aturan pembatasan. Dalam ekonomi yang makin global, tidak mungkinkita menerapkanpembatasan tanpa resiko menghadapitindakan balasandari pihak lain. Kita ingin dan harus memanfaatkan terbukanya ekonomi dunia untuk mengembangkanindustri ekspor kita. Namun, konsekuensinyapasarkitapun harus menjadi bagian dari pasardunia. Jadikita harusmampu bersaingdi dalam maupun di luar negeri. Moral dari itu semuaadalahkita harus menyiapkan industri kita untuk bersaing,tetapijuga kita harusmemberi kesempatanlebih kepada industri dalam negeri yang selama ini sudah ketinggalan. Salah satunya adalah dengan mengembangkanpotensipasar dalam negeri agarmenjadi lahan yang subur dan modal bagi pengembanganindustri dalam negeri. Dalam rangka ini perlindungan kepada industri dalam negeri tetap harus ada, terutama untuk menghadapi "dumping". Dorongan untuk membantu industri dalam negeri harus itu disertai dengan upaya pembinaanyang intensif agar pada suatu saattertentu mutu dan harga barang maupun jasayang dihasilkan sudahdapatbersaing.Dengandemikian ada semacam"masabelajar" yang diberikan secara sadar, terarah dan terencana. Untuk itu mungkin ada ongkosnya/namun kerugian jangka pendek itu sayakira akan tertutupi oleh keuntungan jangka panjang, yakni mendorong proses industrialisasi dalam rangka membangun bangsayang maju dan mandiri. Memang, dengansemangatderegulasidan ekonomi pasaryang sedangmenggebu-gebumenyatakanhal seperti ini akan terasajanggal. Tetapi, menurut saya,itu hal yang wajar-wajar saja. Kita juga tidak perlu didesak (pinned-dounc) untuk memilih antara strategi industri ekspor (exportoriented) atau substitusi impor (domesticoriented). Menurut hemat saya, untuk negara yang punya pasar dalam negeri yang besarseperti Indonesiakedua-duanyabisa dikembangkan 18 secaraserasi. Indonesiabukan Singapuraatau Hongkong atau Taiwan, yang memang untuk maju harus mengem-bangkan pasai ekspor karenaPasardalam negerinyarelatif kecil. Lagi pula pilihan itu tidak selaluhitam putih seperti digambarkanoleh Milton Friedmandi tahun 1962,waktu ia menyatakan bahwa "fundamentally,thereareonly tutowaysof. coordinatingthe economicactiuity of millions. One is central of thearmy directioninaolvingthe use ot'coucion- thetechnique is the voluntary The other in the moderntotalitarian state. of themarketplace". coopuationof indiaiduals thetechnique Kedua-duanya sudah tidak ada dalam bentuknya yang asli. Yang pertama,yang diwujudkan oleh sistemkomunisme, telah runtuh (collapse).Yang kedua juga sudah tidak ada lagi, karena hampir semua negara mengadakan intervensi-intervensi dalam kebijaksanaan ekonominya. untuk Yaog adadan terjadi adalahpenyesuaian-penyesuaian memenuhi kebutuhan suatu negaraatau karena keadaan tertentu. Kalau saya menyatakanperlunya ada intervensiterhadap pasardan bahwa kita tidak bisa sepenuhnya melepaskan nasib bangsakita kepada kekuatan Pasarsematamata, itu didasarkan kepada amanat Undang-undang Dasar. Untuk mewujudkan cita-citakemakmuranyang berkeadilan sosialsepertiyang didambakan Parapendiri Re' publik memang perlu campur tangan Pemerintah,bahkan oleh Undang-undang Dasar diamanatkanperlunya Pe19 nguasaanoleh negaraatas hal-hal yang menyangkuthajat hidup orang banyak. Ini tidak berarti bahwa kita tidak mengetahuibahwa sejarah telah membuktikan ekonomi yang terbuka dan berorientasikepadapasarlebih berhasildaripada ekonomi yang tertutup dan terpimpin atau yang tersentralisasi. Oleh karena itu, yang harus kita cari adalah bentuk yang tepat untuk kita sendiri. Kita menyadari bahwa kita tidak bisa melepaskan diri dari persaingan, karena persaingan adalah jiwanya ekonomi. Di antara produsen dalam negeri kita harus membiasakandan menganjurkanpersaingan.Melalui persaingan akan dihasilkan produk yang bermutu, yang memenuhi selera masyarakat,dengan harga yang pantas. Persainganyang adil dan wajar di antara produsen dalam negeri di pasar kita sendiri memungkinkan peningkatan daya saing di pasar internasional. Pemberian monopoli dan perlindungan dari persaingan di pasar dalam negeri melemahkandaya saing di pasardunia. DARI KEUNGGULAN KOMPARATIF MENUJU KEUNGGULAN KOMPETITIF Sementaraini, untuk mampu bersaingkita memang masih harusmengandalkankeunggulan komparatif seperti buruh dan sumber daya alam yang dihargai murah. Kita juga masih ingin belajardenganmengembangkanberbagai industrimeskipunhanyapadabagian akhirnya. Kita masih tetap harus mengembangkanindustriyang dapat tumbuh di Indonesia karenamemanfaatkanpeluang-peluangyang 20 kita miliki, terutama peluang tenaga kerja yang memungkinkan industri lebih kompetitif di Indonesia. Industri seperti elekuonik dan berbagai industri yang- memerlukan briruh banyak -bagimasih cocok untuk kita kembangkan, kita sendiri prioritas sekarang adalah mengingat kerja. lapangan memperbanyak Bahkan sekarangini kita masih harus memberi lebih banyak kemudahan untuk mendorong industri, misalnya dengan menyediakan sumber pendanaan yang mgmungkinliannya untuk lebih berkembang dan bersaing. Banyak peluangiertnasuk peluangekspor yang dapat kita manfaItkan kalau sajatersediadukungan pendanaanyang memadai. Kesemuanya itu adalah langkah-langkah sementara, selagikita memupuk kemampuanindustri kita, selagikita masih bisa memanfaatkankeunggulan komparatif kita. ]elas tidak selamanyakeadaanbisa begitu' Tenaga kerja kita dengan sendirinya harus dan akan menuntut imbalan yang makin layak, yang akan mengurangi dan suatu ketika menghilangkan keunggulan komparatif iru. Keadaan seperti ini sudah terjadi di Korea dan Taiwan. Kita juga tidak bisa selamanyamenetapkan harga energi lebih murah dibandingkan negara-negara lain. Padahal untuk kebutuhanitu kita sudahharus mengimpor, dan dengan harga yan1 lebih mahal. Kita iuga tidak bisa terus-menerus menghargai sumber daya alam kita seperti gasbumi, untuk berbagai keperluan industri dalam negel, teUitr murah daripada nilai ekonominya. Setiap bentuk 21 subsidi pasti harus ada yang memikulnya, dan dalam hal ini rakyatlah yang harus memikulnya. Tidak mungkin kita selamanyamensubsidiindustri dengan caraseperti itu. Tidak selamanyajuga kita puasdenganhanya menikmaii bagian hilir dari proses industrialisasi,dengan nilai tambah yang rendah. Memang dalam konsep perdaganganyang bebas, keunggulan komparatif merupakan suatu prinsip yang amat mendasar. Namun, banyak orang sudah mulai mempertanyakan keabsahan konsep ini dalam kehidupan modern. Konsepitubenar padawaktu dunia dibagi di antara negaranegara yang karena keadaan alamnya maka tingkat kemampuan sumber daya alamnya menghasilkan produkproduk yang berbeda. Negara-negara jajahan yang kemudian menjadi negara-negara berkembangmenghasilkan produk-produk pertaniandan bahan galian, dan hasilnya itupun berbeda satu sama lain sesuaikeadaan alamnya. Negara-negaramaju mengolah lebih lanjut bahan-bahanitu dan menghasilkanbarang-barangindustri. Negara-negaraberkembang belakangan ini sudah boleh mengembangkanindustri yang di negara-negara maju sudah tidak dikehendaki, karena harga buruhnya mahal atau merusak lingkungan. Itulah "pembagiantugas" atas dasar keunggulan komparatif menurut pemikiran yang berkembangdua abad yang lalu. Keadaansekarangsudahberubah. Revolusi teknologi dan globalisasi ekonomi menyebabkan perlunya penaf22 siran baru terhadap konsepitu. Teknologi bisa menghasilkansuatu prosesatau Produk di suatu tempat,tetapi pengembangandan produksinya dapat dilakukan di manasaja.Misalnya sebagianbesar komponen elektronik untuk komputer (chips)dihasilkan di negala-negaraberkembangatau yang baru sajamemasuki tahap industri. China,yang jika dilihat dari ukuran pendapatan per kapita masih termasuk negara berkembang, adalah salah satu negarayang Punya keunggulan dalam teknologi ruang angkasa. Kita sendiri sekarang sedang mengembangkanindustri pesawatterbang,yang seharusnya menurut ukuran yang berlaku, belum "berhaK' kita lakukan. Kita juga sudah mulai mengembangkantatananindustri kita secaravertikal dan horizontal, Kemampuanperekayasaanrancangbangunyang sangatinti dalam industrialisasiharusdan telahmulai kita tangani.Kita tidak ingin hanya bisa menjahit,tetapijuga bisa membuat desainnya. Saya tidak mengatakan bahwa konsepkeunggulan komparatif sudah usang dan tidak bisa digunakan lagi. Sayaberpendapatkonsepini tetapmasih "ualid",hanya saja kita haius mengembangkannya agar bangsa kita tidak ditempatkan secarapermanendi sisi bawah dalam konteks perdagangandunia. Kita juga harus memperhitungkan kecenderungankecenderungandalam perekonomiandunia. a Derasnyaarus informasi dan makin lancarnya komunikasi yang mengantarkanmanusia,barang jasa dan data, telah menyebabkanmakin terbukanyaekonomi dunia. Keterbukaan ini memperlancararus perdagangan,investasi, informasi dan teknologi yang membawa keuntunganbagi yang terlibat di dalamnya. Keterbukaan ini diperhebat lagi oleh peralatan komunikasi dan informasi yang tersediabagi dunia bisnis yang makin lama makin canggih. Dengantelpon dan faximile orang bisa mengadakantransaksikapan saja,di mana saja. Dengan sistem informasi yang saling tersambung, segaladata dapat tersediabagi siapapun. Perubahankurs dan perubahan harga komoditi dan harga saham dapat diikuti setiapsaat. Keterbukaanserupaini membangkitkanpersaingan yang makin ketat. Untuk suatu bangsa dapat selamat (suraiae)dalam suatu sistem ekonomi yang terbuka, ia harus mampu bersaing. Lebih dari itu, 5rang bukan hanya harus mampu menyediakan barang dan jasa yang bisa bersaing,tetapi juga harus menguasaiinformasi mengenai pasar,mengenaikecenderunganselerakonsumen,mengenai saingannya/mengenaibahanbaku, mengenaitekncilogi, mengenaitransportasibahkan mengenaisituasipolitik, dan segalaaspeklain yang mempengaruhi daya saingnya. ]ika kita lihat keberhasilanpembangunan negaranegara industri baru, nyata-nyatamereka sudah melampaui garisketergantungankepadakeunggulan komparatif yang klasik, seperti tenagakerja yang murah dan berbagai 24 subsidi. Mereka sudah mamPu mengembangkan daya saing, yang dilandaskan kepada mutu sum-berdaya manusianya, seperti yang tercermin dalam produktivitas, mutu produk, dan harga yangbersaing. Secarabertahap, melalui penguasaan teknologi dalam produk-produk tersebut menuju mereka telah beranjak dari comparatiaeadaantages mendekati makin yang pada tataran competitiveadztantages negara-negaraindustri. Dengan memperhatikan berbagai perkembangan tersebut, maka secara bertahap kita harus membangun industri kita di atas dasar landasan yang sehat' Di atas keunggulan komparatif kita harus membangun keunggulan kompetitif, yang memungkinkan kita dapat bertahan, dan tumbuh maju dalam suasanapersainganglobal yang makin dahsyat, tetapi j.rga yang memberi kepada kita peluang-peluang. Unruk itu, selainstrategiindustrialisasiyang berakar dibumikitadengan memanfaatkansumber daya alam dan pasar dalam negeri, kita harus secara bertahap tetapi konsisten meningkatkan daya saing melalui peningkatan sumber daya manusia, yaitu meningkatkan mutu manusia Indonesia. Peningkatan mutu manusia Indonesia itu nanti wujudnya adalah manusia Indonesiayang titgs produktivitasnya, memiliki kemampuan inventif dan inovatif yang dibarengi dengan semangatdan disiplin kerja yang kuat. 25 PENUTUP Peningkatankualitasmanusiarnerupakanrangkuman banyak usahadi berbagai bidang yang bermuara pada diri manusia. Pendidikan merupakan bagian yang paling pokok dalam upaya mengangkat mutu sumber daya manusia agar menjadi faktor yang paling unggul di antaraberbagai faktor keunggulan. Di sini kita juga harus berbicara mengenai perombakanbudaya, agar kita meloncat dari budaya agrariske budaya industri, dari budaya tradisional ke budaya teknologi. Prosesyang oleh negara lain diperlukan puluhan bahkan ratusan tahun, harus kita tempuh dalamjangkawaktu yang lebih pendek. Demikianlahsekedarsumbanganpikiran saya.untuk mengantar kepadadiskusi pagi hari ini. Balikpapan,10 Maret 7992 26