BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Kerangka Teori Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk menggunakan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Kerangka teori membuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2003:39). Menurut Kerlinger (Rahmat 2004: 6) teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Fungsi teori itu sendiri adalah adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang yang menjadi pusat perhatiannya. Dengan adanya kerangka teori ini, peneliti akan memperoleh landasan dalam menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: II.1.1 Komunikasi II.1.1.1 Pengertian Komunikasi Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan kesimbangan jiwa. Oleh sebab itu, menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat (Cangara, 2006:1). Universitas Sumatera Utara Apa yang mendorong manusia sehingga ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya, yaitu teori dasar biologi menyebut adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005:41). Onong Uchyana mengatakan komunikasi sebagai proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Bungin, 2006:31). Komunikasi secara mudah diartikan sebagai proses transfer pesan dalam penyaluran informasi atau message melalui sarana atau saluran komunikasi kepada komunikan yang tertuju (Prisgunanto, 2006: 1). Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi (Mulyana, 2005:62). Sebuah defenisi singkat dibuat oleh Harold D. Laswell, bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : siapa yang menyampaikan (komunikator), apa yang disampaikan (pesan), melalui saluran apa (media), kepada sapa (komunikan) dan apa pengaruhnya (efek). Sedangkan menurut Carl I. Hovland(1953) komunikasi adalah proses yang dimana seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan Universitas Sumatera Utara (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikate) (Purba dkk, 2006:29-30). Menurut Everett M. Rogers mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide diahlikan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Mulyana, 2005:62). Menurut Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981) bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Proses ini meliputi adanya suatu pertukaran informasi (pesan), dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam prosees komunikasi (Cangara, 2006:19). Jadi komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ia diperlukan untuk mengatur tatakrama pergaulan antara manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberikan pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat. II.1.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi Unsur-unsur komunikasi dalam Cangara (2006:23) antara lain: a. Sumber, yaitu sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source, sender atau encoder. b. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, informasi, hiburan, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggrisnya pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information. c. Media, yaitu alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. d. Penerima, yaitu pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Penerima bisa disebut dengan berbagai macam istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan atau dalam bahasa Inggrisnya disebut audience atau receiver. e. Pengaruh atau efek, yaitu perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukaan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Universitas Sumatera Utara Pengaruh atau efek juga merupakan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerima pesan. f. Umpan balik (feed back), yaitu salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. g. Lingkungan, yaitu faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu. II.1.1.3 Proses Komunikasi Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian (Effendy, 1993: 1112), yaitu: a. Proses komunikasi secara primer, yaitu: proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (simbol) sebagai media atau saluran. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. b. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu: proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh dan berjumlah banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Dalam hal ini bahasa juga dianggap sebagai media komunikasi. Hal ini disebabkan karena bahasa sebagai lambang (symbol) beserta isi (content) yaitu pikiran dan atau perasaan yang dibawahnya menjadi totalitas pesan (message) yang tampak tidak dapat dipisahkan. Seolaholah tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi. Universitas Sumatera Utara II.1.1.4 Tujuan Komunikasi Berdasarkan tujuannya komunikasi terbagi empat dalam (Bungin, 2006:35) yakni sebagai berikut: a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change) d. Perubahan sosial (social change) II.1.1.5 Model Komunikasi Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku Human Communication menjelaskan 3 model komunikasi dalam (Bungin, 2006:253) yaitu: a. Pertama, model komunikasi linier yaitu model komunikasi satu arah (oneway view of communication). Dimana komunikator memberikan suatu stimulus dan komunikan memberikan respon atau tanggapan yang diharapkan tanpa yang diharapkan, tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. b. Kedua, model komunikasi dua arah adalah model komunikasi interaksional, merupakan kelanjutan dari pendekatan linier. Pada model ini, terjadi komunikasi umpan balik (feedback) gagasan. Ada pengirim (sender) yang mengirimkan informasi dan ada penerima (receiver) yang melakukan seleksi, interpretasi dan memberikan respon balik terhadap pesan dari pengirim (sender). c. Ketiga, model komunikasi transaksional yaitu komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) diantara dua orang atau lebih. Proses komunikasi ini menekankan semua perilaku adalah komunikatif dan masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi memiliki konten pesan yang dibawanya dan saling bertukar dalam transaksi. II.1.2 Komunikasi Pemasaran II.1.2.1 Pengertian Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual, dan merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkankan pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik (Swastha, 1996:234). Komunikasi pemasaran, secara luas disebutkan berguna untuk membantu bagaimana manusia melakukan pemasaran barang dan jasa. Dalam hal ini, Universitas Sumatera Utara keberadaan komunikasi pemasaran terletak pada perpaduan antara komunikasi organisasi dan komunikasi antarpribadi (Prisgunanto, 2006:4). Secara ringkas, komunikasi pemasaran adalah proses penyebaran informasi tentang perusahan dan apa yang hendak ditawarkannya (offering) pada pasar sasaran. Perannya sangat vital mengingat peran komunikasi dalam memfasilitasi hubungan saling menguntungkan antara perusahaan dengan pembeli prospektif. Berkat perkembangan ilmu pemasaran, tujuan komunikasi tidak lagi terbatas untuk mendorong pembelian pertama, namun juga memastikan kepuasan paska pembelian sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya pembelian berulang dan pembeli tersebut menjadi pelanggan yang loyal (Sulaksana, 2003: 23). Defenisi lain dikemukakan oleh William J. Stanton sebagai berikut, pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikandan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Swastha, 1996:10). Banyak akademisi dan praktisi mendefenisikan komunikasi pemasaran sebagai: “Semua elemen-elemen promosi dari marketing mix yang melibatkan komunikasi antarorganisasi dan target audience pada segala bentuknya yang ditujukan untuk performance pemasaran” (Prisgunanto, 2006:8). William G. Nickels dalam bukunya Marketing Communication and Promotion (1984) mendefenisikan komunikasi pemasaran sebagai berikut: proses pertukaran informasi yang dilakukan secara persuasif sehingga proses pemasaran dapat berjalan secara efektif dan efesien. Sedangkan Sutisna dalam bukunya Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran (2002) menyatakan, komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen mengenai perbedaan produk di pasar (Purba dkk, 2006:126). Istilah komunikasi pemasaran sering disamaartikan dengan promosi. Bahkan, marketing communication mix disamaartikan dengan promotion mix atau promotional mix. Crosier menjelaskan bahwa istilah-istilah tersebut sering Universitas Sumatera Utara disamaartikan karena terdapat konteks pijakan dasar 4P (price, place, placements dan promotion (Prisgunanto, 2006:9). Pada dasarnya, marketing communication mix memiliki 4 elemen dasar, yang dirumuskan oleh Belch tahun 1995. Ada 4 kegiatan dasar tersebut, yaitu: Gambar 1 Empat Elemen Dasar Marketing Communication Mix Public Relation Saat Advertising ini banyak perusahaan Sales Promotion mulai menyadari Personal Selling perlunya upaya mengintegrasikan berbagai kegiatan komunikasi pemasaran yang selama ini dilakukan secara terpisah-pisah. Kegiatan komunikasi pemasaran itu mencakup: 1.Memasang iklan (beriklan) di media massa (media advertising), 2.Pemasaran langsung (direct marketing), 3.Promosi penjualan (sales promotion), 4. Penjualan personal (personal selling), 5. Pemasaran interaktif dan 6. Hubungan masyarakat (public relations) untuk mencapai komunikasi pemasaran yang lebih efektif (Morrisan, 2010:7). Jadi, secara umum komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual, dan merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan pada pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik. Komunikasi pemasaran adalah komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara tatap muka ataupun bermedia yang sifatnya membujuk serta membantu konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian dalam usaha meningkatkan penjualan produk dan jasa. Pemasaran pada dasarnya mencakup segala kegiatan, bukan hanya menjual tapi sebagai pembujukan, promosi, publikasi juga merupakan kegiatan pemasaran. Saat ini semua yang terlibat dalam proses komunikasi pemasaran melakukan cara yang sama, yaitu mendengarkan, bereaksi dan berbicara sampai tercipta hubungan pertukaran yang memuaskan. Pertukaran informasi, penjelasan– Universitas Sumatera Utara penjelasan yang bersifat membujuk, dan negosiasi merupakan seluruh bagian dari proses tersebut. Komunikasi pemasaran dapat membantu mempertemukan pembeli dan penjual bersama-sama dalam suatu hubungan pertukaran; menciptakan arus informasi antara pembeli dan penjual yang membuat kegiatan pertuaran lebih efisien; dan memungkinkan semua pihak untuk mencapai persetujuan pertukaran yang memuaskan (Swastha, 1996:234). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa komunikasi pemasaran memudahkan/membantu pembeli dan penjual dengan: a. menciptakan hubungan pertukaran, b. mempertahankan arus informasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran, c. menciptakan kesadaran serta memberitahu pembeli dan penjual agar mereka dapat melakukan pertukaran secara lebih memuaskan, d. memperbaiki pengambilan keputusan di bidang pemasaran sehingga seluruh proses pertukaran menjadi lebih efektif dan efisien (Swastha, 1996:235). II.1.2.2 Sarana-Sarana Komunikasi Pemasaran Sarana-sarana pemasaran dalam Prisgunanto (2006:58-59), yaitu: a. Penjualan personal (antar pribadi) b. Periklanan c. Promosi penjualan d. Public relation e. Penjualan langsung f. Desain pemasaran II.1.2.3 Peran Komunikasi Pemasaran Begitu besar peran komunikasi inilah yang menjadi klaim bahwa pemasaran itu pada dasarnya adalah komunikasi. Ada 2 alasan besar mengapa komunikasi pemasaran begitu powerful dalam proses bisnis perusahaan, yakni seperti berikut ini. Universitas Sumatera Utara a. Komunikasi pemasaran begitu berkuasa dalam menciptakan perubahan sikap dan pandangan khalayak karena menyentuh aspek empati dan simpati dari perasaan manusia dan oleh sebab itu, perlu hati-hati membuat target dan segmentasinya. Bila tidak, komunikasi pemasaran mampu membutakan mata masyarakat bahkan membodohi khalayak. b. Komunikasi pemasaran memiliki efek langsung kepada khalayak dan efeknya lebih nyata apabila praktik komunikasi langsung antarpribadi dari mulut ke mulut (lisan) berjalan dimana penerima tertuju (yang biasanya opinion leader) akan menginterpretasikan dan menyebarkan informasi tersebut kepada orang-orang yang tidak menjadi target pasar. II.1.3 Komunikasi Massa II.1.3.1 Pengartian Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan pada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen (Mulyana, 2005:75). Secara sederhana, komunikasi massa didefenisikan sebagai proses menggunakan sebuah medium massa untuk mengirim pesan kepada audiens yang luas untuk tujuan memberi informasi, menghibur atau membujuk (Vivian, 2008:450). Secara teori, konsep komunikasi massa mengandung pengertian sebagai suatu proses di mana institusi media massa memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas, namun pada sisi lain komunikasi massa merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dikonsumsi oleh audience. Fokus kajian dalam komunikasi massa adalah media massa (Bungin, 2006:258). Merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri (1991) pengertian komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004:3). Universitas Sumatera Utara Komunikasi massa juga dapat didefenisikan sebagai proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian unsurunsur penting dalam komunikasi massa adalah komunikator, media massa, informasi (pesan) massa, gatekeeper, khalayak (publik) dan umpan balik (Bungin, 2006:71). Defenisi lain dikemukakan oleh Josep A. Devito yaitu “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi akan lebih mudah dan logis bila didefenisikan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film dan buku (Nurudin, 2011:12). Oleh karena itu, komunikasi massa sangat berperan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Komunikasi menjadi mata dan telinga bagi masyarakat. Komunikasi massa memberi masyarakat sarana untuk mengambil keputusan dan membentuk opini kolektif yang bisa digunakan untuk bisa lebih memahami diri mereka sendiri. Ia merupakan sumber utama untuk mengembangkan nilai-nilai dalam masyarakat. Dengan demikian, lingkup komunikasi massa menyangkut sumber pemberitaan, pesan komunikasi, hubungan komunikan dan komunikator dan dampak pemberitaan terhadap masyarakat. Agar tidak terjadi salah pengertian, sekaligus membedakan bentuk komunikasi massa dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi massa bisa didefenisikan dalam tiga cara: a. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim. b. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara. c. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar (Werner J dan James, 2005:4). Bidang komunikasi sekarang ini sedang mengalami perubahan besar. Karena media teknologi baru yang memberi lebih banyak kemudahan bagi pengguna, konsep dasar komunikasi massa mengalami perubahan. Teori Universitas Sumatera Utara komunikasi massa butuh penyesuaian dan beradaptasi berkaitan dengan perubahan-perubahan itu (Werner J dan James, 2005:19). Teori komunikasi massa bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap kinerja komunikasi massa. Teori komunikasi massa berusaha untuk merumuskan dan menguji secara ilmiah berbagai macam fenomena yang terjadi didalamnya. Pada dasarnya teori komunikasi massa berusaha untuk menjawab pertanyaan tentang fungsi komunikasi massa itu sendiri. Beberapa pertanyaan yang lebih penting yang berkaitan dengan pengaruh komunikasi massa. Yang lebih berkaitan dengan bagaimana masyarakat menggunakannya untuk kepentingan mereka sendiri. Teori komunikasi massa dapat digunakan untuk membantu praktisi media agar bisa berkomunikasi dengan lebih baik. Ia juga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada para pelanggan serta pihak terkait yang lain tentang pengaruh komunikasi massa (Werner J dan James, 2005:20). II.1.3.2 Proses Komunikasi Massa Menurt (Bungin, 2006:74-75) sebagaimana yang telah disinggung, komunikasi massa memiliki proses yang berbeda, karena sifat komunikasi massa yang melibatkan banyak orang, maka proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit. Menurut McQuail (1992:33), proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk: a. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala yang besar, sekali siaran, pemberitaan yang disebarkan dalam jumlah yang luas dan diterima oleh massa yang besar pula. b. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari komunikator ke komunikan. Kalau terjadi interaktif di antara mereka, maka proses komunikasi (balik) yang disampaikan oleh komunikan ke komunikator sifatnya sangat terbatas, sehingga tetap saja didominasi oleh komunikator. c. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris di antara komunikator dan komunikan, menyebabkan komunikasi di antara mereka berlangsung datar dan bersifat sementara. d. Prroses komunikasi massa juga berlangsung impersonal (non pribadi) dan tanpa nama. Proses ini menjamin, bahwa komunikasi massa akan sulit diidentifikasi siapa penggerak dan menjadi motor dalam sebuah gerakan massa di jalan. e. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubunganhubungan kebutuhan (market) di masyarakat. Seperti, televisi dan radio Universitas Sumatera Utara melakukan penyiaran mereka karena adanya kebutuhan masyarakat tentang pemberitaan-pemberitaan massa yang ditunggu-tunggu. 2.1.3.3 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa, berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat terutama dalam bidang penyiaran dan media pandang dengar (audiovisual), menyebabkan fungsi media massa telah mengalami banyak perubahan. Sean MacBride, ketua komisi masalah-masalah komunikasi UNESCO (1980) mengemukakan bahwa komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta dan ide (dalam Cangara, 2006:57-58). Karena itu komunikasi massa dapat berfungsi untuk: a. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan sehingga orang bias mengetahui keadaan yang terjadi diluar dirinya, apakah itu dalam lingkungan daerah, nasional dan internasional. b. Sosialisasai, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif. c. Motivasi, yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar lewat media massa. d. Bahan diskusi, yakni menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak. e. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun untuk di luar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian materi yang baik, menarik dan mengesankan. f. Memajukan kebudayaan, yakni media massa menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi, ataukah bahan tercetak seperti buku dan penerbitan-penerbitan lainnya. Pertukaran ini akan memungkinkan peningkatan daya kreativitas guna memajukan kebudayaan nasional masing-masing negara serta mempertinggi kerjasama hubungan antar negara. g. Hiburan, yakni media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua golongan usia dengan difungsikan sebagai alat hiburan dalam rumah tangga. Sifat estetika yang dituangkan dalam bentuk lagu, lirik dan bunyi maupun gambar dan bahasa membawa orang pada situasi menikmati hiburan seperti hanya kebutuhan pokok lainnya. Universitas Sumatera Utara h. Integrasi, yakni banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncangkan oleh kepentingan-kepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras. Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa. Sedangkan menurut Karlinah, dkk (1999) mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum (Ardianto, 2004:19) adalah: a. Menyiarkan (to inform), yaitu media massa merupakan penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi disekitarnya. Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah, menonton televisi atau mendengarkan radio karena mereka ingin mendapatkan informasi atas apa yang diucapkan, dilakukan dan dilihat orang. b. Mendidik (to educate), yaitu media massa sebagai sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskuksi dan artikel. c. Menghibur (to entertain), yaitu media massa seperti televisi yang mengutamakan sajian hiburan. Melalui berbagai program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan. d. Mempengaruhi (to influence), yaitu media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, iklan, artikel dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar, seperti contoh: Keluarga petani yang hidup di desa mempunyai kebiasaan mencuci rambutnya dengan air rendaman sapu merang yang telah dibakar terlebih dahulu. Apa yang terjadi setelah keluarga petani tersebut memiliki pesawat televisi dan menonton tanyangan iklan sampo yang dibintangi artis favoritnya? Kebiasaan yang sudah lama, sekarang mengalami perubahan. Mengganti dengan menggunakan sampo yang ada dalam iklan televisi. 2.1.3.4 Jenis-jenis Efek Komunikasi Massa Efek komunikasi massa bisa dibagi menjadi beberapa bagian. Secara sederhana Keith R. Stamm dan John E. Bowes (1990) membagi kedua bagian dasar. Pertama, efek primer meliputi terpaan, perhatian dan pemahaman. Kedua, efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan (perubahan perilaku menerima dan memilih) (Nurudin, 2011:206). a. Efek Primer Dalam efek primer itu yang termasuk di dalamnya adalah terpaan media massa yang mengenai audience menjadi salah satu bentuk efek primer. Universitas Sumatera Utara Akan lebih bagus lagi jika audience tersebut memperhatikan pesan-pesan media massa. Sama seperti kita memperhatikan orang yang sedang berbicara, ketika kita memperhatikan berarti ada efek primer yang terjadi pada diri kita. Ketika di radio diberitakan tentang kecelakaan beruntun dijalan tol dan kita tertarik untuk mendengarkannya, efek primer juga melekat pada diri kita. Bahkan jika kita memahami apa yang disiarkan media massa itu sama saja semakin kuat efek primer terjadi. b. Efek Sekunder Dalam efek sekunder itu yang termasuk di dalamnya adalah perilaku penerima yang ada di bawah control langsung komunikator. Efek ini akan membahas efek kegunaan dan kepuasan. Efek ini diyakini lebih menggambarkan realitas konkret yang terjadi di masyarakat. Menurut John R. Bittner (1996), fokus utama efek ini adalah tidak hanya bagaimana media mempengaruhi audience, tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesan-pesan media yang sampai pada dirinya. II.1.4 Media Massa II.1.4.1 Pengertian Media Massa Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2006:122). Menurut Nurudin (2011:9) media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan dengan jenis komunikasi lain adalah media massa dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Sedangkan menurut Ardianto (2004:155) media massa sebagai suatu sarana komunikasi, keberadaannya telah melahirkan berbagai teori komunikasi massa, seperti pemanfaatan media massa oleh khalayak dan efek media massa terhadap khalayaknya. Media massa dianggap sebagai sumber berita dan hiburan. Media massa juga membawa pesan yang bersifat persuasif. Media massa dapat menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan begitu banyak audiens. Kebayakan media massa adalah campuran dari informasi, entertainment dan juga persuasi. Pesan media yang paling jelas dimaksudkan untuk keperluan persuasi adalah iklan. Advertisement mengajak audien untuk bertindak untuk Universitas Sumatera Utara membeli makanan ringan atau mie instant, mobil atau beli pasta gigi. Public relations adalah persuasi yang lebih halus, berusaha membujuk tetapi biasanya tidak mengajak untuk melakukan tindakan langsung. Public relations berusaha membentuk sikap, biasanya dengan mengajak audiens media massa untuk melihat suatu institusi atau aktivitas tertentu dari sudut pandang tertentu (Vivian,2008:4). Media massa sangat berpengaruh pada kehidupan manusia karena media massa yang merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih bisa meningkatkan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi dengan pengaruh sosial yang cukup besar. Dengan adanya alat-alat komunikasi massa yang canggih, maka alat-alat tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia pada zaman sekarang ini. II.1.4.2 Karakteristik Media Massa Karakteristik media massa menurut Cangara (2006:122-123), yaitu: a. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. b. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau terjadi reaksi atau umpan balik biasanya memerlukan waktu dan tertunda. c. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh bayak orang pada saat yang sama. d. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan sejenisnya. e. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa. II.1.4.3 Peran Media Massa Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan menurut Bungin (2006:85-86) berperan sebagai berikut: a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju. Universitas Sumatera Utara b. Media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka, jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi, masyarakat yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi masyarakat informatif. c. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya. II.1.4.4 Efek Media Massa Steven M. Chaffe dalam Ardianto (2004:48-51), mengatakan ada 5 (lima) jenis efek media massa yaitu: a. Efek ekonomis Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa. Kehadiran surat kabar berarti menghidupkan pabrik yang mensuplai kertas koran, menyuburkan pengusaha percetakan dan grafika, memberi pekerjaan pada wartawan, ahli rancang grafis, pengedar, pengecer pencari iklan dan lain sebagainya. b. Efek sosial Efek sosial berkaiatan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat kehaadiran televisi meningkatkan status sosial pemiliknya. Di pedesaan televisi telah membentuk jaringan-jaringan interaksi sosial yang baru. c. Efek pada penjadwalan kegiatan Ini dapat terjadi pada televisi, surat kabar, radio transistor, video recorder, CB, radio paging, device terminal computer yang dihubungkan dengan pusat informasi dan media komunikasi massa kontemporer lainnya dapat mengorganisasikan kegiatan khalayak. Surat kabar sore akan menyebabkan pelanggan menyisikan waktu membaca koran pada sore hari; video recorder mengurangi frekuensi orang menonton bioskop dan sebagainya. d. Efek pada penyaluran/ penghilangan perasaan tertentu Umumnya orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologis. Ada juga orang menggunakan media untuk menghilangkan perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa dan sebagainya. Media dipergunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikannya. Gadis yang kesepian membaca cerpen di surat kabar untuk menghibur hatinya, orang yang marah masuk ke gedung bioskop hanya karena untuk mengembalikan perasaannya. Universitas Sumatera Utara e. Efek pada perasaan orang terhadap media Orang memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Di Indonesia, penelitian penulis pada tokoh-tokoh politik membuktikan buku sebagai media terpercaya, disusul radio dan surat kabar, dan yang paling tidak dapat dipercaya adalah televisi. Timbulnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media tersebut. Dapat jadi faktor isi pada mula-mula berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan, apapun yang disiarkan. II.1.4.5 Arti Penting Media Massa Dennis McQuail (Nurudin, 2011:34-35), pernah menyodorkan beberapa asumsi pokok mengenai arti penting dari media massa, yaitu: a. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. b. Media merupakan sumber kekuatan, yakni alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. c. Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. d. Media sering sekali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. e. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. II.1.5 Iklan II.1.5.1 Pengertian Iklan Iklan dan televisi ibarat dua sisi mata uang, saling membutuhkan satu sama lainnya. Iklan membutuhkan media sebagai sarana penyampaian informasi kepada khalayak tentang suatu produk. Televisi pun membutuhkan iklan sebagai input agar semua departemen dalam perusahaanya bisa hidup, karena stasiun televisi hidup dari iklan khususnya televisi swasta, dan tanpa iklan tidak mungkin mereka bisa beroperasi. Universitas Sumatera Utara Iklan atau advertising dapat didefenisikan sebagai “any paid from of nonpersonal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor (setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui) (Morissan, 2010:17). Menurut Baarle (1946:1) bahwa periklanan merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan dua bidang kehidupan manusia sehari-hari, yakni ekonomi dan komunikasi. Periklanan merupakan kekuatan menarik yang ditujukan kepada kelompok pembeli tertentu, dilaksanakan oleh produsen atau pedagang agar dapat mempengaruhi penjualan barang atau jasa kearah yang menguntungkan (Purba dkk, 2006:139). Periklanan merupakan suatu cara yang relatif mahal untuk menyampaikan informasi dan dapat menambah kegunaan informasi (information utility) pada suatu penawaran poduk (Swastha,1996:245). Iklan adalah ekonomi konsumen yang penting. Tanpa iklan orang sulit mengetahui bermacam-macam produk dan jasa yang tersedia. Iklan pada kenyataannya adalah penting untuk masyarakat yang makmur dan merupakan basis finansial dari media massa kontemporer. Iklan juga merupakan sarana yang menyediakan informasi dan alasan untuk membantu mereka memutuskan cara untuk menikmati kemakmuran mereka. Iklan juga dapat memperkenalkan efisiensi ke dalam ekonomi dengan cara menciptakan perbandingan alternatifalternatif barang dagangan. Efisiensi juga muncul ketika iklan memberitahu konsumen tentang adanya produk dan jasa yang unggul dan lebih murah (Vivian, 2008:365-366). Menurut William G. Nickels bahwa periklanan adalah komunikasi nonindividu, dengan sejumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta individu-individu (Swastha, 1996:245). Iklan bisa didefenisikan sebagai semua bentuk presentasi non personal yang mempromosikan gagasan, barang atau jasa yang dibiayai pihak sponsor tertentu dan iklan juga merupakan cara yang efektif untuk menyebarkan pesannya pada publik baik sekolah, organisasi maupun lembaga pemerintah dengan tujuan untuk membangun preferensi merek atau mengedukasi masyarakat agar terhindar dari dampak negatif (Sulaksana, 2003:90). Universitas Sumatera Utara Jadi, kehadiran iklan tidak hanya diperlukan oleh perusahaan semata-mata, tetapi juga oleh masyarakat luas. Artinya dengan adanya iklan maka masyarakat jadi tahu akan kelebihan dan keuntungan yang akan diperoleh daripada barang atau jasa yang dianjurkan tersebut. Kemudian dengan adanya iklan pula, masyarakat jadi mudah mencari dimana tempat untuk mendapatkan barang atau jasa, sesuai dengan yang diinginkannya. Iklan mempunyai peranan penting di masyarakat yaitu menjadi sumber pendapatan utama bagi koran, majalah televisi dan radio. Tanpa iklan tidak akan ada media yang menjadi rujukan orang untuk mendapat informasi, hiburan dan pertukaran gagasan tentang isu-isu publik. Salah satu cara untuk menyampaikan pesan dalam suatu iklan secara cepat dan tepat adalah dengan menggunakan lagulagu singkat (jingle) atau slogan-slogan singkat yang menarik. Perpaduan antara kata-kata dan gambar, sejak lama telah dipergunakan dalam periklan televisi sehingga disini kita mendapati berbagai frase-frase singkat namun efektif. II.1.5.2 Jenis-Jenis Iklan Jenis-jenis iklan dalam Morissan (2010:20-21) dapat diuraikan sebagai berikut: a. Iklan Nasional Sebagian besar iklan nasional pada umumnya muncul pada jam tayang utama (prime time) di televisi yang memiliki jaringan siaran secara nasional dan juga pada berbagai media besar nasional serta media-media lainnya. Tujuannya untuk menginformasikan atau mengingatkan konsumen kepada perusahan atau merek yang diiklankan beserta berbagai figur atau kelengkapan yang dimiliki dan juga keuntungan, manfaat, penggunaan serta menciptakan atau memperkuat citra produk bersangkutan sehingga konsumen akan cenderung membeli produk yang diiklankan itu. b. Iklan Lokal Iklan lokal bertujuan untuk mendorong konsumen untuk berbelanja pada toko-toko tertentu atau menggunakan jasa lokal atau mengunjungi suatu tempat atau institusi tertentu. Iklan lokal cenderung untuk menekankan pada insentif tertentu, misalnya harga yang lebih murah, pelayanan khusus, suasana berbeda atau aneka jenis barang yang ditawarkan.. Promosi yang dilakukan iklan lokal sering dalam bentuk aksi langsung (direct action advertising) yang dirancang untuk memperoleh penjualan secara cepat. Universitas Sumatera Utara c. Iklan Primer dan Selektif Iklan Primer atau disebut juga dengan primary demand advertising dirancang untuk mendorong permintaan terhadap suatu jenis produk tertentu atau untuk keseluruhan industri. Pemasang iklan akan lebih fokus menggunakan iklan primer, misalnya merek produk jasa yang dihasilkannya telah mendominasi pasar dan akan mendapatkan keuntungan paling besar jika permintaan terhadap jenis produk bersangkutan secara umum meningkat. Iklan selektif atau selective demand advertising memusatkan perhatian untuk menciptakan permintaan terhadap suatu merek tertentu, bertujuan untuk mendorong permintaan secara selektif terhadap suatu merek barang atau jasa tertentu. Iklan selektif lebih menekankan pada alasan untuk membeli suatu merek produk tertentu. d. Iklan antar-Bisnis Iklan antar bisnis atau business-to-business advertising adalah iklan dengan target kepada satu atau beberapa individu yang berperan mempengaruhi pembelian barang atau jasa itu sendiri untuk kepentingan perusahaan dimana para individu itu bekerja. Jasa pelayanan bisnis, seperti asuransi, jasa biro perjalanan dan pelayanan kesehatan masuk dalam kategori ini. e. Iklan Professional Iklan professional atau professional advertising adalaah iklan dengan target kepada para pekerja professional seperti dokter, pengacara, dokter gigi, ahli teknik dan sebagainya dengan tujuan untuk mendorong mereka menggunakan produk perusahaan dalam bidang pekerjaan mereka. Iklan semacam ini juga digunakan untuk mendorong para professional untuk merekomendasikan penggunaan merek produk tertentu kepada para konsumen. f. Iklan Perdagangan Iklan dengan target pada anggota yang mengelola saluran pemasaran (marketing channel), seperti pedagang besar, distributor serta para pengecer. Tujuan iklan ini adalah untuk mendorong para anggota saluran untuk memiliki, mempromosikan serta menjual kembali merek produk tertentu kepada para pelanggannya. II.1.5.3 Fungsi Iklan Adapun fungsi iklan dalam (Purba dkk, 2006:140-141) yaitu : a. Fungsi Pemasaran Fungsi pemasaran adalah untuk menjual informasi tentang barang, jasa maupun gagasan melalui media sebagai upaya: • Mengidentifikasikan produk dan menjelaskan perbedaanya dengan produk lain. • Menganjurkan penggunaan produk baru secara bertahap. • Menunjang penyebaran untuk peningkatan penggunaan produk. • Membangun rasa cinta dan dekat pada produk untuk mengikat konsumen dalam jangka waktu yang lama. Universitas Sumatera Utara b. Fungsi Komunikasi Fungsi Komunikasi adalah upaya memberi penerangan dan informasi tentang produk, memberi pesan yang berbau pendidikan, menciptakan pesan yang bersifat menghibur dan mempengaruhi khalayak untuk dekat dan selalu membeli dan memakai produk secara bertahap. c. Fungsi Pendidikan Melalui iklan orang dapat belajar sesuatu dari yang dibacanya, ditonton maupun didengar. Khalayak dapat mengkonsumsi produk yang sesuai untuk mereka agar dapat mengubah gaya hidup menjadi lebih baik. d. Fungsi Ekonomi Keuntungan ekonomis yang diperoleh khalayak melalui iklan adalah mereka lebih mudah mengakses produk yang dibutuhkan yang bisa menjadikan khalayak efisien dari segi biaya. e. Fungsi Sosial Dalam fungsi sosial iklan membantu menggerakkan perilaku khalayak untuk lebih baik. II.1.5.4 Tujuan Iklan Secara garis besar, iklan dikategorikan menurut tujuan spesifiknya dalam (Sulaksana, 2003:91-93) yaitu sebagai berikut: a. Iklan Informatif, umumnya dianggap sangat penting untuk peluncuran kategori produk baru, dimana tujuannya adalah merangsang permintaan awal. b. Iklan Persuasif, sangat penting apabila mulai tercipta tahap persaingan, dimana tujuan iklan adalah membangun preferensi pada merek tertentu. Beberapa iklan persuasif juga bisa terdorong menjadi comparative advertising, yang membandingkan secara eksplisit atribut dua merek atau lebih. c. Iklan yang bertujuan mengingatkan (reminder advertising) lebih cocok untuk produk yang sudah memasuki tahap kedewasaan. Jenis iklan yang terkait adalah reinforcement advertising, yang bertujuan meyakinkan pembeli produknya bahwa mereka memilih produk yang tepat. II.1.6 Televisi 2.1.6.1 Pengertian Televisi Televisi dalam bahasa Inggrisnya adalah “television” diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima / televisi set (Wahyudi, 1986:3). Universitas Sumatera Utara Menurut Skornis dalam bukunya Television and Society; an Incuest and Agenga (1985), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur diatas (Kuswandi, 1996:5). Menurut sosiolog Marshall McLuhan, kehadiran televisi membuat dunia menjadi “desa global” yaitu suatu masyarakat dunia yang batasnya diterobos oleh media televisi (Kuswandi, 1996:20). Industri penyiaran televisi merupakan sarana promosi penjualan produk kepada masyarakat. Melalui televisi masyarakat mengenal produk-produk dan mendorong pembeliannya, kemudian pengusaha menerima untung yang mendorongnya untuk beriklan lagi melalui televisi dan selanjutnya memperoleh keuntungan lagi dari volume penjualan yang meningkat (Baksin,2006:38). Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia karena berisi hiburan, berita dan iklan. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sedemikian besar membuat pola-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali. Media televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia. Pada akhirnya, televisi menjadi alat atau sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik maupun perdagangan. Tanpa media massa seperti televisi, tidak akan ada sarana untuk menayangkan iklan ke audien massa pula ( Kuswandi, 1996:21-22). Dengan demikian, masyarakat menjadikan televisi sebagai media elektronik yang menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan media massa lainnya. Sebab dalam sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu, karena masing-masing anggota keluarga memiliki Universitas Sumatera Utara kesibukan sendiri-sendiri dan televisilah sebagai sarana untuk berkumpul bersama keluarga (Nurudin, 2011:69). II.1.6.2 Sejarah Televisi Perkembangan pertelevisian di dunia sejalan dengan kemjuan teknologi elektronika, yang bergerak pesat sejak ditemukannya transistor oleh William Sockey dan kawan-kawan pada tahun 1946. Transistor berfungsi sebagai penghantar listrik bebas hambatan yang sanggup menggantikan fungsi tabung (vacum tube) yang diciptakan oleh Lee de Forest (1912). Pada tahun 1913 Vladimir Katajev Zworykin berhasil menciptakan televisi elektris. Tahun 1930 Philo T. Farnsworth menciptakan sistem televisi. Penemuan ini terus berkembang sampai akhirnya Paul Nipkow melahirkan televisi mekanik, hal ini dibuktikan ketika di New York World’s Fair tahun 1939 memamerkan pesawat televisi berukuran 8 x 10 inci. Dari sinilah akhirnya berkembang pesawat televisi yang kita kenal sekarang (Baksin, 2006:7). Media televisi mengalami perubahan teknologi secara bertahap. Televisi generasi pertama adalah televisi hitam-putih. Di sini sinar pantul setelah melewati sistem lensa akan terbentuk gambar proyeksi hitam-putih. Gambar proyeksi ini langsung diubah menjadi sinyal gambar proyeksi hitam-putih. Maka jadilah siaran televisi hitam-putih yang di Indonesia kita kenal tahun 60-an (Baksin, 2006:8). Dalam perkembangan selanjutnya, sinar pantul setelah dilewatkan sistem lensa, disalurkan juga sebuah prisma/ dichroic sehingga terbentuklah tiga warna besar yaitu merah (red), hijau (green), biru (blue) yang membentuk gambar proyeksi berwarna (colour). Tiga gambar proyeksi yang mengandung warna dasar RGB ini lah selanjutnya masing-masing diubah menjadi sinyal gambar proyeksi merah, hijau, dan biru, yang juga akan menghasilkan gambar proyeksi berwarna di layar televisi. Televisi generasi kedua adalah televisi warna. Sedangkan televisi generasi ketiga adalah High Defenition TV (HDTV). Televisi generasi ketiga inilah yang menjamin kesempurnaan tontonan. HDTV (Hi-Vision) dapat dikatakan sebagai televisi masa depan, mempunyai ukuran yang lebih besar daripada televisi generasi kedua (Baksin, 2006:9). Universitas Sumatera Utara II.1.6.3 Perkembangan Televisi di Indonesia Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di bawah koordinasi urusan proyek Asean Games IV. Tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T). Tahun 1963 TVRI mulai merintis pembangunan stasiun daerah , yang dimulai dengan Stasiun Yogyakarta. Stasiun baru ini mulai siaran pada akhir tahun 1964. Setelah itu, TVRI berturut-turut mendirikan Stasiun Medan, Surabaya, Makassar, Manado dan Denpasar. Tahun 1974, TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tata kerja Departemen Penerangan, yang diberi status Direktorat, langsung bertanggung jawab pada Direktur Jendral Radio, TV dan Film Departemen Penerangan RI. Sebagai alat komunikasi pemerintah, tugas TVRI adalah untuk menyampaikan policy pemerintah kepada masyarakat. Pada November 1988 RCTI, televisi swasta pertama di Indonesia, mulai dengan suatu masa percobaan TV-bayar (pay televition) di Jakarta. Perkembangan RCTI dan semakin besarnya peluang bisnis di televisi mendorong pendirian stasiun swasta lain. Surya Citra Televisi (SCTV) yang merupakan televisi swasta kedua mengudara dari Surabaya. Dua tahun setelah SCTV, berdiri Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang mulai beroperasi pada Desember 1990 (Mufid, 2005:47-53). Dengan kehadiran TVRI, RCTI, SCTV dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu tayangnya. Kemudian pada tahun berikutnya bermunculan stasiun televisi swasta lainnya. Sehingga sampai saaat ini, terdapat 11 stasiun televisi swasta yang mengudara secara Nasional di Indonesia. Universitas Sumatera Utara II.1.6.4 Sifat-Sifat Televisi Media massa televisi memiliki sifat-sifat dalam (Kuswandi, 1996:18) yaitu sebagai berikut: a. Publisitas Yaitu kegiatan menyebarluaskan informasi kepada khalayak melalui media massa mengenai seseorang atau suatu lembaga yang dilakukan secara sistematis dengan bobot kepentingan pada pihak yang menyebarkan informasi. b. Perioditas Yaitu keteraturan berlangsungnya suatu kegiatan secara tetap menurut kurun waktu tertentu, misalnya seminggu sekali, dua minggu sekali, sebulan sekali, triwulan sekali, sekali setahun dan sebagainya. c. Universalitas Yaitu media massa tersebut harus memuat berita-berita mengenai berbagai hal dan peristiwa dari berbagai tempat di seluruh dunia. d. Aktualitas Yaitu penyiaran peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan langsung dari tempat kejadian oleh radio siaran atau televisi. e. Kontinuitas Yaitu hubungan wajar, logis, dan luwes antara syot yang satu dengan yang lainnya, antara adegan yang satu dengan adegan berikutnya dan antara sikuen yang satu dengan sikuen selanjutnya dari sebuah produksi siaran televisi atau produksi film. II.1.6.5 Kelebihan dan Kekurangan Televisi Dewasa ini televisi telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang. Televisi memiliki daya tarik yang kuat seperti unsur kata-kata, musik, efek suara dan gambar bergerak yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam kepada pemirsa. Gambar bergerak yang tampak pada layar televisi adalah sebuah objek yang terkena sasaran lensa kamera yang diubah menjadi getaran yang ditangkap oleh antena pesawat televisi. Kenapa televisi begitu bayak menyita perhatian tanpa mengenal usia, pekerjaan dan pendidikan. Hal ini karena televisi memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan dalam (Morissan, 2010:240-246) yaitu sebagai berikut: Kelebihan Televisi a. Daya Jangkau Luas Daya jangkau siaran televisi yang luas ini memungkinkan pemasar memperkenalkan dan mempromosikan produk barunya secara serentak dalam wilayah yang luas bahkan keseluruh wilayah suatu negara. Karena kemampuannya menjangkau audiens dalam jumlah besar, maka televisi Universitas Sumatera Utara menjadi media ideal untuk mengiklankan produk konsumsi misal (massconsumption products), yaitu barang-barang yang menjadi kebutuhan sehari-hari misalnya makanan, minuman, obat-obatan, perlengkapan mandi dan sebagainya. Perusahaan dengan distribusi produk yang luas memilih televisi sebagai media untuk menjangkau pasar yang luas. b. Selektivitas dan Fleksibel Televisi dapat menjangkau audiensi sebagai hasil dari isi program, waktu siaran, dan cakupan geografis siaran televisi. Misalnya, program TV pada Sabtu pagi ditujukan untuk anak-anak; Sabtu atau Minggu sore ditujukan untuk pria yang gemar olahraga; program TV pada hari biasa lebih ditujukan pada ibu rumah tangga. Selain audiensi yang luas, televisi juga menawarkan fleksibilitasnya dalam hal audiensi yang dituju. Siaran iklan di televisi memiliki fkelsibilitas yang memungkinkan penyesuaian terhadap kebutuhan dan kepentingaan yang khusus. Dalam hal ini, pemasang iklan dapat membuat variasi isi pesan iklan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah setempat. c. Fokus perhatian Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat perhatian audiensi pada saat iklan itu ditayangkan. Perhatian audiensi akan tertuju hanya kepada siaran iklan dimaksud ketika iklan itu muncul dilayar televisi, tidak kepada halhal lain. d. Kretivitas dan Efek Televisi merupakan media iklan yang paling efektif karena dapat menunjukkan cara bekerja suatu produk pada saat digunakan. Iklan yang disiarkan televisi dapat menggunakan kekuatan personalitas manusia untuk mempromosikan produknya. Cara seseorang berbicara dan bahasa tubuh yang ditunjukkannya dapat membujuk audiensi untuk membeli produk yang diiklankan itu. e. Prestise Perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi biasanya akan menjadi sangat dikenal orang. Baik perusahaan yang memproduksi barang tersebut maupun barangnya itu sendiri akan menerima status khusus dari masyarakat. Dengan kata lain, produk tersebut dapat mendapatkan prestise tersendiri. f. Waktu Tertentu Satu produk dapat diiklankan di televisi pada waktu–waktu tertentu ketika pembeli potensialnya berada di depan televisi.Dengan demikian, pemasang iklan akan menghindari waktu-waktu tertentu pada saat target konsumen mereka tidak menonton televisi. Salah satu alasan mengapa perusahaan deterjen atau peralatan pembersih rumah tangga lebih sering beriklan pada siang hari adalah karena audiensi (yaitu, para ibu rumah tangga). Kekurangan Televisi a. Biaya Mahal Walaupun televisi diakui sebagai media yang efesien dalam menjangkau audiensi dalam jumlah besar namun televisi merupakan media paling mahal untuk beriklan. Biaya iklan televisi yang mahal ini tidak saja disebabkan tarif penayangan iklan yang mahal, biaya yang dikenakan Universitas Sumatera Utara b. c. d. e. kepada pemasang iklan televisi dihitung berdasarkan detik, tetapi juga biaya produksi iklan berkualitas yang juga mahal. Informasi Terbatas Dengan durasi iklan yang rata-rata hanya 30 detik dalam sekali tayang, maka pemasang iklan tidak memiliki cukup waktu untuk secara leluasa memberikan informasi yang lengkap. Siaran iklan tidak menyediakan cukup waktu untuk menyampaikan seluruh informasi tentang produk yang dipromosikan. Selektivitas Terbatas Walaupun televisi menyediakan selektivitas audiensi melalui programprogram yang ditayangkannya dan juga melalui waktu siarannya namun iklan televisi bukanlah pilihan yang paling tepat bagi pemasang iklan yang ingin membidik konsumen yang sangat khusus atau spesifik yang jumlahnya relatif sedikit. Penghindaran Kelemahan lain siaran iklan televisi adalah kecenderungan audiensi untuk menghindari pada saat iklan ditayangkan. Penelitian menunjukkan bahwa audiensi televisi menggunakan kesempatan penayangan iklan untuk melakukan pekerjaan lain misalnya pergi ke kamar mandi, mengobrol, mengambil sesuatu atau melakukan hal-hal lainnya. Alasan audiensi memindahkan saluran televisi tidak selalu karena program sebelumnya tidak menarik namun karena rasa ingin tahu untuk melihat program lain yang ditayangkan stasiun televisi lain pada saat bersamaan. Tempat Terbatas Tidak seperti media cetak, stasiun televisi tidak dapat seenaknya memperpanjang waktu siaran iklan dalam suatu program. Stasiun televisi tidak dapat memperpanjang waktu siaran iklan tanpa mengorbankan waktu penayangan program. Jika waktu penayangan program banyak diambil untuk iklan, maka hal itu justru akan menggangu atau bahkan merusak program itu sendiri, sebagai akibatnya audiensi akan meninggalkan acara itu. II.1.7 Teori S-O-R Teori Stimulus – Responden ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesanpesan media dan reaksi audience, McQuail (1994:234) menjelaskan elemenelemen utama dari teori ini adalah : a. Pesan (Simulus) b. Komunikan (Organisme) c. Efek (Respons) Penggunaan teori ini bisa dilihat pada era perang dunia dimana penguasa menggunakan teknik propaganda untuk mempengaruhi opini. Propoganda adalah Universitas Sumatera Utara komunikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan berulang-ulang untuk mempengaruhi seseorang, khalayak atau bangsa agar melaksanakan kegiatan tertentu dengan kesadaran sendiri tanpa paksa atau dipaksa. Proses perubahan sikap hanya bisa terjadi jika stimulus yang menerpa melebihi semula. Variabel penting dalam penelaahan sikap baru (Hovland, Janis dan Kelley): a. Perhatian Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. b. Pengertian Jika komunikan sudah mengerti, baru akan memudahkan untuk memasuki tahap berikutnya. c. Penerimaan Setelah komunikan mengolah dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini sering dapat diterapkan pada usaha-usaha pemasaran perusahaan seperti bidang periklanan. Jika perusahaan ingin mendapatkan tanggapan dari konsumen tentang produknya, maka perusahaan harus mengadakan periklanan secara terus-menerus agar pengamatan dan sikap dari konsumen dapat dipengaruhi oleh adanya tayangan iklan yang dilakukan secara berulang-ulang (Swastha, 1996:78). Teori stimulus - respons juga memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistibusikan secara sistemik dan dalam skala yang luas. Karenanya pesan tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu, tapi sebagai bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebayak mungkin, penggunaan teknologi merupakan keharusan. Sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan pesan, diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan (Mufid, 2005:22). Kelemahan teori stimulus - respons adalah penyamarataan individu. Bagaimanapun, pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus - respons dengan teorinya yang dikenal sebagai individual difference theory. DeFleur mengatakan bahwa Universitas Sumatera Utara pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda sesuai dengan karakteristik pribadi individu (Mufid, 2005:23). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R. Sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response. Proses komunikasi dalam Teori S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2 Model S-O-R Organism • Perhatian • Pengertian • Penerimaan Stimulus Response (Perubahan sikap) Sumber: Effendy, 193:255 Model ini dikaitkan mengenai persepsi pelajar SMA Swasta Budi Murni 2 Medan terhadap tayangan iklan Indomie goreng cabe ijo di televisi, maka hubungannya dengan teori S-O-R dapat diuraikan sebagai berikut: a. Stimulus (Pesan), yang dimaksud disini adalah kegiatan penayangan iklan Indomie goreng cabe ijo versi tebak-tebakan yang disampaikan melalui media massa, yaitu televisi. Universitas Sumatera Utara b. Organisme (Komunikan), yang menjadi komunikan dalam penelitian ini adalah pelajar terkhususnya siswa-siswi yang duduk di bangku kelas 1 dan kelas 2 SMA Swasta Budi Murni 2 Medan. c. Response (Efek), yang dimaksud disini adalah persepsi yang timbul setelah melihat tayangan iklan Indomie goreng cabe ijo versi tebaktebakan di televisi. II.1.8 Persepsi Kebayakan orang percaya bahwa apa yang kita amati dipengaruhi sebagian oleh retina mata dan terutama oleh kondisi pikiran pengamat. Oleh karena itu, manusia biasanya mempunyai kesan yang berlainan mengenai lingkungan seperti: benda, situasi, orang ataupun peristiwa disekitar kita. Kita mengkonstruksikan suatu “gambar” mengenai dunia tersebut melalui suatu proses aktif dan kreatif yang kita sebut persepsi. Persepsi disebut juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak tepat atau akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot, persepsi dapat didefenisikan sebagai cara organisme memberi makna. Sedangkan Rudolph F. Verder persepsi adalah proses penafsiran informasi inderawi. J. Cohen mendefenisikan persepsi sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana (Mulyana, 2005:167). Persepsi meliputi penginderaan (sensasi) melalui alt-alat indera kita (yakni indera peraba, penglihat, pencium, pengecapdan pendengar). Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005:167). Persepsi meliputi penginderaan (sensasi) melalui alt-alat indera kita (yakni indera peraba, penglihat, pencium, pengecap dan pendengar), atensi dan Universitas Sumatera Utara interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat indera penglihat yang kita punya, indera peraba, indera pencium, indera pengecap dan indera pendengar). Representasi dari penginderaan itu maksudnya kita masih belum bisa mengartikan makna suatu objek secara langsung, karena kita hanya bisa mengartikan makna dari informasi yang kita anggap mewakili objek tersebut. Atensi merupakan faktor utama dalam suatu rangsangan yang menentukan selektifitas, sehingga mempengaruhi faktor biologis (rasa lapar, haus, dan sebagainya), faktor sosial (gender, agama, pekerjaan dan sebagainya), faktor psikologis (keinginan, motivasi, pengharapan dan sebagainya) serta atribut-atribut objek yang dipersepsi seeperti gerakan, intensitas, stimuli sehingga lebih menarik perhatian. Interpretasi didefenisikan sebagai pemaknaan dalam meletakkan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya seehingga menjadi suatu keseluruhan. Menurut Joseph A. Devito, persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan bayaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita (Mulyana, 2005:167). Keneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, serta Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktifitas, yaitu: seleksi, organisasi dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefenisikan sebagai “melekatkan suatu rangsangan bersama ransangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna”. Sebenarnya, ketiga tahap persepsi (sensasi, atensi, interpretasi atau seleksi, oragnisaasi dan interpretasi) tidak dapat dibedakan secara tegas, kapan satu tahap berakhir dan kapan tahap berikutnya mulai. Dalam banyak kasus ketiga tahap tersebut berlangsung serempak (Mulyana, 2005:169). Persepsi manusia dalam (Mulyana, 2005:172-175) terbagi atas dua, yaitu: a. Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik. Persepsi ini menanggapi sifat-sifat luar, kebayakan objek tidak mempersepsi kita ketika mempersepsi objek-objek itu. Objek tidak bereaksi (statis). Dalam mempersepsikan lingkungan fisik, kita terkadang melakukan kekeliruan. Indera kita terkadang menipu kita. Itulah yang disebut “ilusi”. Kondisi kita mempengaruhi pandangan kita terhadap suatu benda. Latar belakang pengalaman, budaya dan suasana psikologis yang berbeda juga membuat persepsi kita berbeda atas suatu objek. Universitas Sumatera Utara b. Persepsi terhadap manusia (persepsi sosial) Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Persepsi kita terhadap seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut terhadap kita dan sebaliknya. Menurut R. D. Laing “manusia selalu memikirkan orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, dan apa yang orang lain pikirkan mengetahui apa yang ia pikirkan mengenai orang lain itu,dan seterusnya”. Persepsi kita terkadang tidak cermat, salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Kita mempersepsi sesuatu atau seseorang berdasarkan pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi menurut Mulyana (2005:211-212) yaitu sebagai berikut: a. Kesalahan atribusi Kesalahan atribusi sering terjadi ketika kita salah menfsir makna pesan atau maksud perilaku si pembicara. Kesalahan lainnya adalah pesan yang dipersepsi tidak utuh atau tidak lengkap, sehingga kita berusaha menafsirkan pesan tersebut dengan menafsirkan sendiri kekurangankeekurangannya atau mengisi kesenjangan dan mempersepsi rangsangan atau pola yang tidak lengkap itu sebagai pelengkap. b. Efek halo Efek helo merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk suatu kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. c. Stereotip Yaitu menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. d. Prasangka Prasangka merupakan konsekuensi dari stereotip dan lebih teramati dari stereotip. Menurut Ian Robertson, pikiran berprasangka selalu menggunakan citra mental yang kaku yang meringkas apapun yang dipecayai sebagai khas suatu kelompok. Citra demikian disebut stereotip. e. Gegar budaya Ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Menurut Lundstedt, gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru. II.2 Kerangka Konsep Konsep adalah satu kata yang digunakan untuk menyatakan sesuatu misalnya benda, ide, atau gejala tertentu. Konsep dapat menunjukkan hal-hal yang nyata dan konkret (Soehartono 2008:28). Kerangka konsep adalah sebagai hasil Universitas Sumatera Utara pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40). Pembatasan konsep dalam penelitian ini tidak saja menghindari salah maksud dalam memahami konsep penelitian dalam penelitian, tetapi batasan konsep diperlukan untuk penjabaran variabel penelitian maupun indikator variabel (Bungin,2001:92). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel Bebas (X) atau Independent Variable Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan iklan Indomie goreng cabe ijo di televisi. b. Variabel Terikat (Y) atau Dependent Variable Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi pelajar yaitu siswasiswi SMA Swasta Budi Murni 2 Medan. c. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah usia dan jenis kelamin. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut : Gambar 3 Kerangka Konsep Tayangan Iklan Indomie Goreng Cabe Ijo Persepsi Pelajar SMA Swasta Budi Murni 2 Medan Karakteristik Responden Universitas Sumatera Utara II.3 Variabel Penelitian Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian sebagai berikut: Tabel 1 Variabel Penelitian Variabel Teoritis Variabel Operasional Tayangan Iklan Indomie Goreng 1. Frekuensi menonton Cabe Ijo (X) 2. Gambar, Bentuk dan Tampilan iklan 3. Tujuan iklan 4. Penggunaan bahasa 5. Frekuensi penayangan iklan 6. Slogan 7. Musik / jingle iklan Persepsi Pelajar SMA Swasta Budi 1. Sensasi Murni 2 Medan (Y) - pengetahuan tentang iklan - pemahaman pesan - rangsangan yang timbul 2. Atensi - perhatian - ketertarikan - kemampuan mengingat iklan 3. Interpretasi Karekteristik Responden Menginterpretasikan pesan 1. Usia 2. Jenis Kelamin Universitas Sumatera Utara II.4 Defenisi Operasional Merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46). Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah: a. Tayangan Iklan Indomie Goreng Cabe Ijo terdiri dari: • Frekuensi menonton, yaitu rata-rata waktu sering atau tidaknya responden tersebut menonton televisi. • Gambar / bentuk dan tampilan iklan, yaitu tampilan yang dihasilkan pada waktu iklan Indomie goreng cabe ijo ditayangkan di televisi atau bentuk dari tayangan iklan Indomie goreng cabe ijo yang ditampilkan di televisi. • Tujuan iklan, merupakan maksud dari penyampaian iklan tersebut, apakah sampai kepada pemirsa atau kejelasan dari pada isi pesan iklan tersebut sampai ke responden. • Penggunaan bahasa, merupakan bahasa yang digunakan dalam iklan tersebut mudah dimengerti atau tidak. • Frekuensi penayangan iklan, merupakan rata-rata waktu sering atau tidaknya iklan tersebut ditayangkan di televisi. • Slogan, merupakan penggunaan kata-kata untuk menjelaskan produk dan mempermudah mengingat produk • Musik / jingle iklan, merupakan susunan kata-kata yang disertai dengan iringan musik dalam iklan. b. Persepsi pelajar yaitu siswa-siswi SMA Swasta Budi Murni 2 Medan terdiri dari: • Sensasi, yaitu menunjukkan rangsangan yang diterima oleh responden melalui media massa. • Pengetahuan tentang iklan : pelajar mengetahui atau tidak iklan yang telah dikeluarkan oleh iklan tersebut. • Pemahaman pesan : pelajar mengerti atau tidak pesan yang disampaikan oleh iklan tersebut. Universitas Sumatera Utara • Rangsangan yang timbul : adanya reaksi dari responden terhadap iklan tersebut. • Atensi, yaitu menunjukkan perhatian responden terhadap rangsangan pesan oleh media massa. • Perhatian : pelajar melihat dan menyaksikan iklan yang menerangkan suatu produk. • Ketertarikan : pelajar merasakan daya tarik saat menyaksikan tayangan iklan. • Kemampuan mengingat iklan : pelajar mampu mengingat merek produk tersebut pada saat menyaksikan iklan. • Interpretasi, yaitu menunjukkan bagaimana responden menginterpretasikan makna rangsangan dari media massa dalam lingkungan hidup. • Menginterpretasikan pesan : pemaknaan terhadap suatu pesan atau informasi yang anda percayai mewakili suatu objek tertentu. c. Karakteristik Responden • Usia, yaitu usia responden. • Jenis Kelamin, yaitu pria dan wanita. Universitas Sumatera Utara