6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Management Operasional
Management operasional (MO) merupakan suatu ilmu yang dapat
di diterapkan pada berbagai jenis bidang usaha seperti rumah sakit,
perguruan tinggi, pabrik garmen, dan lain-lain. Karena jenis usaha tersebut
menghasilkan produk yang bisa berupa barang maupun jasa, yang mana
untuk kegiatan proses produksinya yang efektif dan efisien memerlukan
berbagai konsep, peralatan serta berbagai cara mengelola operasinya (Tita
Deitiana, 2011).
Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti (2011) menyatakan bahwa
manajemen operasional merupakan mata kuliah yang membahas suatu
pemandangan aktivitas dungsi operas – operasi yang modern. Operasi
adalah suatu wilayah manajemen yang mempunyai pengaruh sangat besar
pada produktivitas, baik pada sisi produksi maupun jasa. Semua kegiatan
mempunyai pengaruh yang besar pada kualitas kehidupan kita, termasuk
kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Manajemen operasiona
menghadirkan pengenalan yang luas kepada bidang operasi secara realistis
dan perliaku praktis.
Manajemen operasional termasuk campuran dari berbagai topik,
seperti akuntasi, teknik industri, manajemen, manajemen sains dan
6
7
statistik. Bahkan jika anda tidak merencanakan untuk berkarier dibidang
operasi, anda pasti akan berhadapan dengan orang yang berbidang
tersebut. Untuk itu, mempunyai pemahaman yang kuat mengenai peranan
operasi dalam suatu organisasi adalah suatu kebutuhan yang besar.
Menurut Fogarty (1989) Manajemen operasi adalah suatu proses
yang secara berkesinambungan (kontinu) dan efektif menggunakan fungsi
manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien
dalam rangka mencapai tujuan (Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti, 2011).
Unsur – unsur pokok dalam definisi tersebut, yaitu :
1. Kontinu, berarti manajemen produksi dan operasi buakan suatu
kegiatan yang berdiri sendiri. Keputusan manajemen bukan
merupakan suatu tindakan sesaat, melainkan tindakan yang
berkelanjutan (kontinu).
2. Efektif, berarti segala perkerjaan harus dilakukan secara tepat
dan sebaik-baiknya, serta mencapai hasil yang sesuai dengan
yang diharapkan.
3. Fungsi manajemen, berarti kegiatan manajemen produksi dan
operasi memerlukan pengetahuan yang luas, mencakup
planning, organizing, actuating, dan controling. Dalam
pelaksanaannya, berbagai sumber daya diintegrasikan untuk
menghasilkan barang dan jasa.
8
4. Efisien, berarti manajer produksi dan operasi dituntut untuk
mempunyai kemampuan kerja secara efisien agar dapat
menoptimalkan penggunaan sumber daya dan memperkecil
limbah.
5. Tujuan, berarti kegiatan manajemen produksi dan operasi harus
mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu produk sesuai
yang direncanakan.
Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti (2011) mengutip pendapat dari
Schroeder (1994) yang memberikan penekanan terhadap definisi kegiatan
produksi dan operasi pada tiga hal, yaitu :
1. Pengolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan
jasa.
2. Adanya sistem transformasi yang menghasilkan barang dan
jasa.
3. Adanya
pengambilan
keputusan
sebagai
elemen
dari
manajemen operasi.
Secara umum, kegiatan operasi merupakan suatu kegiatan yang
berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang, jasa atau
kombinasinya melalui proses transformasi dari masukan sumber daya
produksi menjadi keluaran yang diinginkan.
Istilah manajemen operasi sebenarnya mengandung pengertian
yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam perkembangannya sering
9
digunakan istilah manajemen operasi saja, karena operasi mencakup kedua
jenis kegiatan, baik yang menghasilkan barang maupun jasa. Untuk lebih
memahami perbedaan antara barang dan jasa tabel dibawah ini akan
menjelaskan beberapa karakteristik yang membedakan kedua jenis produk.
Tabel 2.1 Perbedaan barang dan jasa
Barang
Jasa
•
Berwujud
•
Tidak berwujud
•
Dapat disimpan
•
Tidak dapat disimpan
•
Banyak
•
Banyak
menggunakan
proses mesin
•
Diproduksi lebih dulu baru
proses manusia
•
dikonsumsi
•
•
Diproduksi
waktunya
bersamaan
dengan
dikonsumsi
Kontak dengan konsumen
rendah
menggunakan
•
Kontak dengan konsumen
tinggi
Kualitas bersifat obyektif
•
Kualitas bersifat subyektif
Sumber : Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti (2011)
10
2.2
Supply Chain
2.2.1
Pengertian Supply Chain
Supply chain (rantai suplai) yaitu suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya.
Rantai ini juga merupakan jaringan arau jejaring dari berbagai organisasi
yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik
mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut
(Indrajit dan Djokopranoto, 2002).
”Supply Chain is a network of connected and interdependent
organizations mutually and co-operatively working together to control,
manage and improve the flow of material and information from supplier to
the ends.” (indrajit dan Djokopranoto, 2003)
Persedian rantai adalah suatu jaringan dari organisasi yang saling
tergantung dan dihubungkan satu sama lain dan co-operatively bekerja
sama untuk mengendalikan, mengatur dan meningkatkan aliran material
dan informasi dari para penyalur ke pemakai akhir.
Supply chain adalah suatu sistem yang melibatkan proses produksi,
pengiriman, penyimpanan, distribusi dan penjualan produk dalam rangka
memenuhi permintaan akan produk tersebut. Supply chain didalamnya
termasuk seluruh proses dan kegiatan terlibat didalam penyampaian
produk tersebut sampai ketangan pemakai (konsumen). Semua itu
termasuk proses produksi pada manufaktur, sistem transportasi yang
11
menggerakkan produk manufaktur sampai ke outlet retailer, gudang
tempat penyimpanan produk tersebut, pusat distribusi tempat dimana
pengiriman dalam jumlah besar dibagi kedalam jumlah kecil untuk dikirim
ke toko-toko dan akhirnya sampai ke retailer yang menjual produk-produk
tersebut.
(Ir.
Srihartati,
“Management
Supply
Chain”,
http://www.gs1.or.id/keuntungandarisupplychain)
2.2.2
Pengertian Supply Chain Management
Manajemen rantai pasokan (supply chain management) adalah
integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi
barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan.
Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan pengalihdayaan
(outsourcing), ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara
pemasok dengan distributor (Barry Render dan Jay Heizer, 2010).
Manajemen Rantai Suplai (Supply chain management) adalah
sebuah ‘proses payung’ di mana produk diciptakan dan disampaikan
kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah supply chain (rantai
pasokan) merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan yang
mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan
sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen. (Kalakota,
2000).
12
Supply chain management merupakan suatu metode atau
pendekatan integrative untuk mengelola aliran produk, informasi dan uang
secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir
yang terdiri dari supplier, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa
logistic. (I Nyoman Pujawan, 2005)
Christina Whidya Utami (2006), menyatakan bahwa supply chain
management merupakan proses penyatuan bisnis dari pengguna akhir
melalui para penyalur asli yang menyediakan produk, jasa pelayanan, dan
informasi untuk menambah nilai pelanggan.
Supply chain management adalah sebuah supply chain terdiri dari
perlibatan setiap mata rantai persedian, baik itu secara langsung maupun
tidak langsung untuk memenuhi permintaan pelanggan. (Chopra dan
Meindl, 2004)
Yolanda M Siagian (2005) mengemukakan bahwa supply chain
management adalah interkasi antar fungsi pemasaran, produksi pada suatu
perusahaan. Memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan pelayanan
dan penurunan biaya dapat dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama
antara pengadaan bahan baku dan pendistribusiannya.
Supply chain management adalah koordinasi dari bahan, informasi
dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Supply chain
management bisa juga berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar
hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur ulang produk
yang sudah dipakai.
13
•
Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai
konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari
retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.
•
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan
dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara
konsumen akhir dan penyedia material mentah.
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit,
jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman.
(Kalakota, 2000)
2.2.3
Tujuan Supply Chain
Barry Render dan Jay Heizer (2010) menyatakan bahwa tujuan dari
manajemen rantai pasokan (supply chain management) adalah membangun
sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan
nilai bagi perusahaan.
Chopra dan Meindl (2004) berpendapat bahwa tujuan dari supply
chain management adalah untuk memaksimalkan nilai keseluruhan yang
dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pelanggan. Di sisi
lain, tujuannya adalah untuk meminimalkan biaya keseluruhan (biaya
pemesanan, biaya penyimpanan, biaya bahan baku, biaya transportasi dan
lain-lain).
Sedangkan menurut Miranda ST. (2002) mengungkapkan bahwa
tujuan dari supply chain management adalah memaksimalkan persaingan
14
dan keuntungan perusahaan beserta seluruh anggotanya, termasuk
pelanggannya.
2.2.4
Komponen Supply Chain
Menurut Turban, Rainer, Porter (2004), terdapat 3 macam
komponen rantai suplai, yaitu:
1) Rantai Suplai Hulu/Upstream supply chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu
perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat
manufaktur, assembler,
atau kedua-duanya) dan koneksi mereka
kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan
para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari
asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di
dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2) Manajemen Internal Suplai Rantai/Internal supply chain management
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses
pemasukan barang ke
gudang
yang
digunakan
dalam
mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran
organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam
organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama
adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
3) Segmen Rantai Suplai Hilir/Downstream supply chain segment
15
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas
yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam
downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi,
pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.
2.2.5
Permasalahan Suppy Chain Management
Menurut Turban, Rainer, Porter (2004) Manajemen rantai suplai harus
memasukan problem dibawah:
1) Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas
produksi, pusat distribusi (distribution centre/D.C.), gudang dan
pelanggan.
2) Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan
langsung, Berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik
orang ke tiga.
3) Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk
membagi informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan,
inventaris dan transportasi dsb.
4) Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk
barang mentah, proses kerja, dan barang jadi.
5) Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk
menukar dana melewati entitas didalam rantai suplai.
16
Eksekusi rantai suplai ialah mengatur dan koordinasi pergerakan
material, informasi dan dana diantara rantai suplai tersebut. Alurnya
sendiri dua arah.
2.2.6
Keuntungan Supply Chain Management
Berdasarkan
pendapat
Indrajit
dan
Djokopranoto
(2002)
menyatakan bahwa ada beberapa keuntungan Supply chain management,
antara lain :
1) Mengurangi inventory dengan berbagai cara
•
Inventory merupakan bagian paling besar dari asal
perusahaan, yang berkisar antara 30% - 40%
•
Sedangkan biaya penyimpanan barang (inventory carrying
cost) berkisar 20% - 40% dari nilai barang yang disimpan.
•
Oleh karena itu, usaha dan cara harus dikembangkan untuk
menekan penimbunan barang dalam gudang agar biaya
dapat ditekan menjadi sedikit mungkin.
2) Menjamin kelancaran penyediaan barang
•
Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari
barang asal (pabrik pembuat), supplier, perusahaan sendiri,
wholesaler, retailer, sampai kepada final customer.
•
Jadi, rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi
barang jadi dan diterima oleh pemakai atau pelanggan
merupakan suatu mata rantai yang panjang yang perlu
dikelola dengan baik.
17
3) Menjamin mutu
•
Mutu barang jadi (finished product) ditentukan tidak hanya
proses produksi barang tersebut, tetapi juga oleh mutu dan
bahan
mentalnya
dan
mutu
keamanan
dalam
pengirimannya.
•
Jaminan mutu juga merupakan serangkaian mata rantai
panjang yang harus dikelola dengan baik.
2.2.7
Aktivitas/fungsi SCM
Supply chain management ialah pendekatan antar-fungsi (cross
functional) untuk mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah
organisasi dan pergerakan dari barang jadi keluar organisasi menuju
konsumen akhir, (I Nyoman Pujawan, 2005). Sebagaimana korporasi lebih
fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi
kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi.
Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang
terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi
kontrol manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan
partner rantai suplai menuju ke pembuatan konsep rantai suplai. Tujuan
dari supply chain management ialah meningkatkan kepercayaan dan
kolaborasi diantara rekanan rantai suplai, dan meningkatkan inventaris
dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori.
18
Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu
distribusi, jejaring dan perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai
suplai. Beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang
dibutuhkan untuk mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan
fungsional. Scor adalah model supply chain management yang
dipromosikan oleh majelis supply chain management. Model lain ialah
scm yang diajukan oleh global supply chain forum (gscf). Aktivitas suplai
rantai bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional.
1) Strategi SCM
•
Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan
ukuran gudang, pusat distribusi dan fasilitas
•
Rekanan strategis dengan pemasok suplai, distributor, dan
pelanggan, membuat jalur komunikasi untuk informasi amat
penting dan peningkatan operasional seperti cross docking,
pengapalan langsung dan logistik orang ketiga
•
Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru
ada
bisa
diintregasikan
secara
optimal
ke
rantai
suplai,manajemen muatan
•
Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli
•
Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan
dengan strategi pasokan/suplai
19
2) Taktis
•
Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya
•
Pengambilan keputusan produksi, termasuk pengontrakan,
lokasi, dan kualitas dari
•
Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi,
penjadwalan, dan definisi proses perencanaan.
•
Strategi
transportasi,
termasuk
frekuensi,
rute,
dan
pengontrakan
•
Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi
melawan kompetitor dan implementasi dari cara terbaik
diseluruh perusahaan
•
Gaji berdasarkan pencapaian
3) Operasional
•
Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua
hal di rantai suplai
•
Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktur di
rantai suplai (menit ke menit)
•
Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan
prediksi permintaan dari semua konsumen dan membagi
prediksi dengan semua pemasok
20
•
Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang
dan prediksi permintaan, dalam kolaborasi dengan semua
pemasok
•
Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan
inventaris yang diterima
•
Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran
barang jadi (finished goods)
•
Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan
transportasi ke pelanggan
•
Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang
berhubungan dengan rantai suplai, termasuk semua pemasok,
fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan pelanggan lain
4) Strukturisasi dan Tiering
Jika dilihat lebih dekat pada apa yang terjadi dalam kenyataannya,
istilah rantai pasokan mewakili sebuah serial sederhana dari hubungan
antara komoditas dasar dan produk akhir. Produk akhir membutuhkan
material tambahan kedalam proses manufaktur.
2.2.8
Arus Material dan Informasi
Tujuan dalam rantai suplai ialah memastikan material terus
mengalir dari sumber ke konsumen akhir. Bagian-bagian (parts) yang
bergerak didalam rantai suplai haruslah berjalan secepat mungkin. Dan
21
dengan tujuan mencegah terjadinya penumpukan inventori di satu lokal,
arus ini haruslah diatur sedemikian rupa agar bagian-bagian tersebut
bergerak dalam koordinasi yang teratur. Istilah yang sering digunakan
ialah synchronous. (I Nyoman Pujawan, 2005).
Tujuannya selalu berlanjut, arus synchronous. Berlanjut artinya
tidak ada interupsi, tidak ada bola yang jatuh, tidak ada akumulasi yang
tidak diperlukan. Dan synchronous berarti semuanya berjalan seperti balet.
Bagian-bagian dan komponen-komponen dikirim tepat waktu, dalam
sekuensi yang seharusnya, sama persis sampai titik yang mereka butuhkan.
Terkadang sangat susah untuk melihat sifat arus "akhir ke akhir"
dalam rantai suplai yang ada. Efek negatif dari kesulitan ini termasuk
penumpukan inventori dan respon tidak keruan pada permintaan
konsumen akhir. Jadi, strategi manajemen membutuhkan peninjauan yang
holistik pada hubungan suplai.
Gambar 2.1 Proses Supply chain dan 3 macam aliran yang dikelola
22
Sumber : I Nyoman Pujawan (2005)
Pada gambar diatas, terlihat bahwa Supply chain management
adalah koordinasi dari material, informasi dan arus keuangan diantara
perusahaan yang berpartisipasi.
•
Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok
sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus
balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan
pembuangan.
•
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi
pesanan dan laporan status pesanan.
•
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat –
syarat kredit, jadwal pembayaran, penetapan kepemilikan
dan pengiriman.
Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain
adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah
dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan
barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal
pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2002).
Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka
tiap channel dari rantai supply
perusahaan tidak akan mengalami
kekurangan barang juga tidak kelebihan barang terlalu banyak.
23
Indrajit dan Djokopranoto (2003) juga memaparkan dalam supply
chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan –
perusahaan yang mempunyai kepentingan didalam arus barang, para
pemain utama itu adalah :
i. Supplier
ii. Manufacturer
iii. Distributor
iv. Retail Outlets
v. Customer
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai
berikut:
Chain 1 : Supplier
Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan
dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah,
bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang dan
sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan supplier. Dalam arti yang
murni, ini termasuk juga suppliers’ supplier atau sub-suppliers. Jumlah
supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi supplier’s suppliers biasanya
berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai yang pertama.
Chain 1 – 2 : Supplier – Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu
manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain
24
yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi,, meng-assembling,
merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang (finishing).
Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk
melakukan penghematan. Misalnya inventories bahan baku, bahan
setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak supplier, manufacturer
dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang
penghematan sebesar 40% - 60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari
inventory carring cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep
supplier partnering misalnya, penghematan dapat di peroleh.
Chain 1 – 2 – 3 : Supplier – Manufacturer – Distributor
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh Manufacturer sudah mulai
disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk
menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor
dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar Supply chain. Barang dari
pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau
wholesaler atau pedagang dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya
nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada
retailers atau pengecer.
Chain 1 – 2 – 3 – 4 : Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail
Outlets
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau
dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk
menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi disini
25
ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah
inventories dan biaya gedung, dengan cara melakukan desain kembali pola
– pola pengirima barang abik dari gudang manufacturer maupun ke toko
pengecer (retail outlets).
Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5 : Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail
Outlets – Customer
Dari rak – raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan
barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna
barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba
ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores dan sebagainya,
pokoknya dimana pembeli akhir melakukan penelitian. Walaupun secara
fisik dapat dikatakan ini mata rantai terakhir, sebetulnya masih ada satu
mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlets) ke
real customer dan real user, karena pembeli belum tentu pengguna yang
sesungguhnya. Mata rantai supply baru benar – benar berhenti setelah yang
bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang
atau jasa yang dimaksud.
Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data
permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai
suplai ke konsumen akhir, kita bisa membuat sebuah rantai permintaan,
diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya ialah
mengintegrasikan data permintaan dan suplai jadi gambaran yang
26
akuarasinya sudah meningkatdapat diambil tentang sifat dari proses bisnis,
pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan
peningkatan keunggulan kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini
dalam rantai suplai akan meningkatkan ketergantungan dan inventori
minimum.
2.2.9
Empat Kriteria Sukses Supply chain management
Andi Ilham (2006) memaparkan kriteria sukses supply chain
management menurut Cohen and Roussel (2005) terdapat empat kriteria
SCM sukses yaitu : sesuai dengan strategi bisnis, mampu memenuhi
keinginan konsumen, mampu memahami posisinya dalam jaringan, dan
adaptif.
Tabel 2.2 Empat Kriteria Sukses SCM
1. Sesuai Dengan Strategi Bisnis
Biaya, Inovasi, pelayanan, kualitas
2. Sesuai Dengan Kebutuhan Konsumen
Dengarkan suara konsumen
Kebutuhan antar segmen pasar berbeda
Amati perubahan kebutuhan konsumen secara periodik
3. Sesuai Dengan Power Position
27
Lihat skala operasi dan kekuatan merek
Lakukan dialog dan titik optimal terbaik bagi konsumen
Fokus pada konsumen akhir dan cari peluang kerja sama
4. Adaptif
Teknologi, Lingkup usaha, Basis kompetisi, Akusisi dan Merger
Sumber : Andi Ilham (2006)
1) Sesuai Dengan Strategi Bisnis
Banyak peusahaan gagal dalam SCM, karena memandang SCM
sebagai masalah operasional saja yang cukup ditangani oleh bagian
logistic saja.pengerahan sumber daya pun setengah-setengah karena
tujuannya hanya mengurangi biaya saja. Tanpa disadari bahwa dampak
dari SCM sangat strategis karena bisa langsung mempengaruhi target
strategis perusahaan.
Strategi bisnis biasanya dinyatakan dalam visi menjaab pertanyaan
strategi seperti: apa sasaran strategik organisasi, nilai apa yang
diberikan ke konsumen, dan apa keunikan perusahaan disbanding
pesaing. SCM yang sukses harusnlah mendukung tercapainya visi
tersebut, yang berarti pula SCM haruslah dirancang mengikutinya. Visi
sendiri ditetapkan setelah mempertimbangkan factor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi : kompentesi isi perusahaan,
28
kebijakan bisnis dan sasaran keuangan. Sedangkan faktor eksternal
meliputi ukuran pasar, peta persaingan, dan kebutuhan konsumen.
Menurut Cohen and Roussel (2005), terdapat empat strategi SCM
yang utama yaitu, biaya, inovasi, pelayanan, dan kualitas.
Tabel 2.3 Empat Strategi SCM
Strategi
Sumber
Basis
Utama
Keunggulan
Kompetisi
Kunci Keberhasilan
Efisiensi biaya Harga termurah efisiensi infrastuktur
Biaya
produksi
unik
di kelasnya
dan mode
Produk inovasi
ketepatan waktu
teknologi
Inovasi
dan merek
sesuai
Pelayanan
dengan
keinginan
rancang SCM secara
khusus
khusus
pelayanan prima
konsumen
keamanan
Mutu
dan
produk
/
keandalan
Pengendalian
mutu
dalam
SCM
dapat
diandalkan
Kualitas
produk
Sumber : Cohen and Roussel (2005).
(Traceability)
29
2) Sesuai Dengan Kebutuhan Konsumen
Mendengarkan apa yang dibutuhkan konsumen beserta prioritasnya
sangat diperlukan untuk sukses SCM. Artinya, kalau konsumen
membutuhkan kecepatan maka SCM pun harusnya dirancang
mengutamakan
kecepatan.
Demikian
pula
bila
konsumen
membutuhkan efisiensi, maka SCM pun dirancang mengutamakan
biaya rendah. Satu hal yang paling prinsip dalam SCM secara
keseluruhan adalah bahwa satu-satunya elemen dalam SCM yang
mengeluarkan uang adalah konsumen. Distributor, dealer, pabrik,
gudang, hingga pemasok pada dasarnya hanya menikmati beberapa
persen bagian dari selisish harga jual di konsumen dengan biaya
barang. Makanya memastikan apa yang diinginkan oleh pelanggan
akhir sangat perlu.
3) Sesuai Dengan Power Position
Perlu dipahami bahwa SCM adalah permainan posisi daya tawar
dan kekuatan. Saat ini tidak satu pun perusahaan yang bisa sukses
tanpa kerjasama dengan perusahaan lain. Kerjasama itu bisa dengan
perusahaan sama besarnya, lebih besar atau lebih kecil. Perusahaan
yang sukses adalah yang bisa menjaga keseimbangan daya tawar dan
kekuatan yang ada dalam kemitraan di seluruh rantai pasok SCM.
Dalam posisi ini, hal yang pertama harus dilakukan adalah
mengetahui posisis tawar perusahaan. Dalam hal ini, bisa dilihat dari
lingkup operasi dan daya tarik produk bagi konsumen. Perusahaan
30
multinasional
ketika
melakukan
negosiasi
dengan
perusahaan
multinasional lain tentu memiliki posisi tawar yang sama kuat. Tapi
bayangkan SME yang produknya belum dikenal bernegosiasi dengan
perusahaan multinasional besar.
Dalam bekerja sama dengan perusahaan yang bisnisnya berbeda
jauh, baik lebih besar maupun lebih kecil, memang ada untung dan
ruginya. Yang oerlu ekstra hati-hati terutama bila bisnis kita yang jauh
lebih kecil, karena kemungkinan untuk dirugikan oleh perusahaan yang
lebih besar sangatlah besar.
4) Adaptif
Seiring dengan situasi bisnis yang dinamis dan selalu berubah,
maka suatu ketika SCM pun perlu terus beradaptasi. Ada perubahan
yang berlangsung secara tiba-tiba ada juga yang berlangsung secara
perlahan. Perubahan teknologi, lingkungan bisnis, basis kompetisi, dan
terjadinya akuisisi bisa mempengaruhi rancangan SCM secara
mendasar.
2.2.10 Lima Jalan Menuju Sukses Implementasi SCM
Andi Ilham (2006) menjelaskan untuk mencapai empat kriteria
sukses yang telah dipaparkan diatas, ada lima langkah yang elanjutnya
disebut Five Road to Success in SCM yang terdiri dari
1) View SCM as a Strategic Asset. Dalam hal ini SCM diposisikan
sebagai alat bersaing strategic bagi perusahaan sehingga perlu
31
diperhatikan oleh seluruh organisasi dan seirama dengan strategi bisnis
organisasi.
2) Effective End-to-End Process Architecture. Membangun rancangan
SCM secara terintegrasi mulai dari pemasok terujung sampai ke
konsumen akhir.
3) Powerful Organization. Ini berarti struktur organisasi SCM haruslah
menjadi haruslah menjadi bagian terintegrasi dari orgaanisasi secara
keseluruhan, tanggung jawab peran jelas., dan diisi oleh personel yang
kompeten.
4) Right Collaborative Model. Karena adalah jaringan yang pasti
melibatkan pihak luar, maka perusahaan perlu membangun pola-pola
kerjasama bersifat jangka panjang, secara cerdas dan seimbang.
5) Metrics to Manage Performance. Untuk memastikan tercapainya
sasaran SCM, maka diperlukan alat pantau yang bisa mengukur kinerja
seluruh rantai SCM.
2.2.11 Area Cakupan SCM
Apabila mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, kegiatankeiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM adalah :
•
kegiatan merancang produk baru (product development )
•
kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement)
•
kegiatan merencanakan produksi dan persediaan ( planning and
control )
32
•
kegiatan melakukan produksi ( production )
•
kegiatan melakukan pengiriman ( distribution )
Tabel 2.4 Area Cakupan SCM
Bagian
Pengembangan Produk
Cakupan Kegiatan
Melakukan riset pasar, merancang produk baru,
melibatkan supplier dalam perancangan produk baru
Pengadaan
Memilih supplier mengevaluai kinerja supplier,
melakukan pembelian bahan baku dan komponen,
memonitor supply risk, membina dan memelihara
hubungan baik dengan supplier.
Perencanaan dan
Demand planning, peramalan permintaan,
Pengendalian
perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan
persediaan.
Produksi
Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Distribusi
Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan
pengiriman mencari dan memelihara hubungan
dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor
service level ditiap pusat distribusi
Sumber : Andi Ilham (2006)
33
2.2.12 Penggerak Supply Chain
Supply chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh
terhadap performa supply chain itu sendiri. Menurut Chopra dan Meindl
(2004) penggerak supply chain adalah sebagai berikut :
1) Inventory
Chopra dan Meindl (2004) mendefinisikan inventory adalah semua
bahan-bahan mentah, dalam proses, dan barang-barang yang telah
diselesaikan. Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain
yang penting karena perubahan kebijakan inventory dapat merubah
secara drastis tingkat responsifitas dan efisien supply chain.
Menurut Chopra dan Meindl (2004) komponen dari keputusan
mengenai inventory adalah :
•
Circle Inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang
digunakan untuk memenuhi permintaa dalam suatu waktu.
Misal dalam sebulan memerlukan 10 buah truk bahan baku
yang dipesan tiap 3 hari. Ini tergantung dari strategi supply
chain apa yang mereka terapkan (responsive atau efisiensi)
dengan memperhitungkan ordering cost (biaya pesan) dan
holding cost (biaya penyimpanan).
•
Safety Inventory
Safety inventory ini dibuat untuk berjaga-jaga terhadap
perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk
mengatasi ketidakpastian akan permintaan yang tinggi.
34
•
Seasional inventory
Seasional inventory adalah inventory yang dibuat untuk
mengatasi keragaman yang dapat diprediksi dalam permintaan.
Perusahaan yang menggunakan seasional inventory akan
membangun inventory mereka pada periode permintaan akan
barang rendah dan menyimpannya untuk periode permintaan
akan barang yang tinggi, dimana pada saat permintaan tinggi
dimana mereka tidak dapat memproduksi semua barang untuk
memenuhi permintaan.
2) Transportasi
Chopra dan Meindl (2004) Transportasi yaitu memindahkan
inventory dari titik satu ke titik dalam supply chain. Transportasi
terdiri dari banyak kombinasi dari model dan bentuk yang memiliki
keunggulan masing-masing. Pemilihan transportasi juga mempunyai
dampak yang besar dalam tingkat responsibilitas dan efisiensi supply
chain.
Menurut Chopra dan Meindl (2004) komponen dari keputusan
mengenai transportasi yakni :
a. Mades of Transportation
Mades of Transportation adalah cara-cara dimana sebuah produk
dipindahkan dari satu lokasi dalam jaringan supply chain ke tempat
lain. Terdapat 5 cara dasar transportasi yang dapat dipilih yaitu ;
35
1. Udara
Udara merupakan cara transportasi yang paling cepat, tetapi
memiliki biaya yang mahal.
2. Truk
Sebagian besar barang produksi diangkut oleh truk-truk.
Salah satu kelebihan yang dimiliki
fleksibilitas
pengirimanya.
oleh truk adalah
Perusahaan
yang
sudah
mengadopsi program JIT pada tahun-tahun terakhir telah
meningkatkan perhatian mereka pada pengendara truk
3. Kereta
Kereta cara mudah yang digunakan untuk jumlah barang
yang besar.
4. Kapal
Kapal cara yang paling lambat tetapi sering menjadi pilihan
paling ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah yang
besar ke luar negeri.
5. Pipa saluran
Pipa saluran biasanya digunakan untuk menyalurkan
minyak dan gas.
b. Route and Network selection
Route adalah jalur jalan dimana sebuah produk dikirimkan dan
network adalah kumpulan lokasi dan route dimana produk produk
dapat dikirimkan dan dapat dikirimkan. Perusahaan membuat
36
beberapa keputusan mengenai route pada saat langkah desain
supply chain.
c. In House or Outsource
Secara tradisional, kebanyakan fungsi transportasi dilakukan oleh
perusahaan itu sendiri, namun pada saat ini banyak yang telah
dilimpahkan ke perusahaan lain (outsourced)
3) Fasilitas
Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana
inventory disimpan, dirakit atau diproduksi. Dua jenis umum fasilitas
adalah tempat produksi dan tempat penyimpanan. Bila perusahaan
memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, maka memiliki lebih sedikit
gudang. Jadi penentuan mempunyai dampak yang lebih besar dalam
tingkat responsifitas dan effisiensi supply chain. (chopra dan Meindl,
2004) :
Komponen dari keputusan mengenai fasilitas adalah (chopra dan
Meindl, 2004)
•
Location
Penentuan kesempatan dimana suatu perusahaan menentukan
lokasi fasilitasnya merupakan bagian yang sangat besar dalam
langkah desain supply chain. Penentuan lokasi secara
ekonomis, sedangkan penentuan lokasi secara desentralisasi
37
akan menjadi lebih responsif dalam responsif dalam permintaa
konsumen.
•
Capacity
Perusahaan juga harus menentukan seberapa kapasitas dari
fasilitas yang dimiliki akan menjadi perusahaan tersebut
menjadi lebih responsif, demikian pula sebaliknya.
4) Operation methodology
Disini
digambarkan
bagaimana
metode
perusahaan
dalam
memproduksi barang, apakah mesin yang dipakai untuk membuat
produk itu bersifat fleksibel, maksudnya adalah mesin tersebut juga
dapat pula dgunakan untuk membuat produk yang lain (responsive)
yang biasanya mesin itu relatif mahal atau menggunakan mesin yang
dapat membuat 1 macam produk saja (efisien).
a. Warehouse methodology
•
Stock keeping unit (SKU) Storage
Gudang tradisioanl yang menyimpan segala macam produk
dalam suatu tempat.
•
Job lot storage
Yaitu suatu metode penyimpanan persediaan dimana semua
produk-produk yang berbeda dibutuhkan untuk suatu pekerjaan
khusus atau memuaskan konsumen tipe khusus, disimpan
bersama-sama.
38
•
Crossdocking
Yaitu sebuah metode, dimana barang sebenarnya tidak
disimpan dalam fasilitas (gudang) perusahaan. Truk dari
pemasok barang, tiap-tiap hari truk tersebut membawa jenisjenis yang berbeda dari barang yang dipesan diangkut menuju
fasilitas perusahaan, kemudian dari sana dipecah menjadi
bagian-bagian kecil dan dengan cepat diangkut ke retailer
menggunakan truk-truk yang berisi barang-barang yang
beragam dari truk-truk sebelumnya.
b. Informasi
Informasi terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan
inventory, transportasi, fasilitas dan pelanggan diseluruh supply
chain. Informasi menyajikan pihak manajemen kesempatan utnuk
membuat supply chain lebih responsif dan efisien. Informasi secara
potensial adalah penggerak terbesar performa supply chain.
(Chopra dan Meindl, 2004) :
1) Push versus pull
Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal
produksi, jadwal kepada pemasoknya untuk menentukan kapan,
jenis dan banyak barang yang dikirimkan ke perusahaan,
sedangkan tipe pull menggunakan informasi atas permintaan
aktual konsumen, sehingga perusahaan dapat dengan tepat
memenuhi permintaan tersebut.
39
2) Coordinating and information sharing
Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan
dari supply chain bekerja menuju tujuan yang maksimal
keuntungan total supply chain dibandingkan dengan bekerja
sendiri-sendiri. Kekurangan koordinasi berpengaruh pada
kerugian yang besar atas keuntungan supply chain. Ini bisa
dilakukan dengan pertukaran data antara tiap-tiap bagian dalam
supply chain itu sendiri.
3) Forecasting and Aggregate planning
Forecasting adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk
membuat rencana mengenai kebutuhan masa depan dan
kondisinya.
Forecasting
(peramalan)
digunakan
dalam
pengambilan keputusan. Setelah menciptakan peramalan, maka
perusahaan aggregate planning, yang mengubah peramalan
menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi permintaan yang
telah diperhitungkan.
4) Enabling Technologies
Untuk mencapai informasi sharing dan integrasi dalam
supply
chain
maka
terdapat
teknologi-teknologi
yang
digunakan yaitu :
•
Electronic data Interchange (EDI)
EDI memungkinkan perusahaan menjadi lebih efisien, juga
menurunkan waktu yang dibutuhkan produk untuk sampai ke
40
konsumen, transaksi menjadi lebih akurat dan lebih cepat
dibandingkan tanpa EDI.
•
The Internet
Internet sendiri mendukung penggunaan EDI. Dengan interet
maka akan menjadi sebuah faktor yang penting dalam supply
chain.
•
Enterprise Resources Planning (ERP)
Sistem ERP ini menyediakan pelacakan transaksi dan
kemampuan melihat secara keseluruhan atas informasi dari
tiap-tiap bagian perusahaan dan memungkinkan supply chain
membuat keputusan yang ’cerdas’.
•
Supply chain management (SCM) software
Yaitu program yang menyediakan dukungan terhadap analisis
keputusan dalam penambahan kemampuan melihat secara
keseluruhan terhadap informasi.
2.2.13 Tantangan dalam Mengelola Supply Chain
Menurut I Nyoman Oujawan (2005) terdapat dua tantangan
terbesar dalam mengelola supply chain, yakni :
Tantangan 1 : Kompleksitas struktur Supply chain
•
Adanya kompleksitas yang melibatkan internal perusahaan
maupun eksternal perusahaan.
41
•
Internal perusahaan contoh : antara bagian marketing dengan
produksi, marketing seringkali membuat kesepakatan dengan
pelanggan tanpa mengecek secara baik kemampuan produksi,
perubahan jadual produksi secara tiba-tiba karena marketing
menyepakati perubahan order dengan pelanggan. Disisi lain
bagian produksi sering resistant dengan perubahan mendadak.
•
Dengan eksternal misalnya antara supplier yang menginginkan
pemesanan
produknya
jauh-jauh
hari
sebelum
waktu
pengiriman dan sedapat mungkin pesanan tidak berubah.
Supplier juga menginginkan pengiriman segera setelah
produksinya selesai.
•
Disisi lain perusahaan menghendaki fleksibilitas yang tinggi
dengan
mengubah
jumlah,
spesifikasi
maupun
jadual
pengiriman bahan baku yang dipesan. Perusahaan juga
menginginkan supplier menggunakan JIT yaitu mengirimkan
produk dalam waktu yang tepat dan kuantitasnya kecil-kecil.
•
Kompleksitas yang lain adalah dalam pembayaran, budaya dan
bahasa.
Tantangan 2 : Ketidakpastian
Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap
rencana yang dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan sering menciptakan
42
pengaman di sepanjang supply chain. Pengaman ini bisa berupa safety
stock, safety time, atau kapasitas produksi maupun transportasi.
Sumber ketidakpastian yaitu :
1) Ketidakpastian pembeli,
2) Ketidakpastian dari supplier yaitu terkait dengan pengiriman, harga,
kualitas maupun kuantitas,
3) Ketidakpastian internal yang bisa disebabkan kerusakan mesin, kinerja
mesin yang tidak sempurna, tenaga kerja serta waktu maupun kualitas
produksi
2.3 Kinerja Supply chain management
Faktor kunci sukses dari setiap organisasi
adalah kemampuan
untuk mengukur kinerja. Umpan balik pada kinerja mengizinkan
manajemen untuk menentukan ya atau tidaknya bentuk standar atau
sasaran yang sedang dicapai. Jika mereka tidak, manajemen kemudian
membuat penyesuaian kebutuhan untuk meningkatkan kinerja (Hery
Prasetya, 2011)
2.3.1
Tipe – Tipe Pengukuran Kinerja
Hery Prasety (2011) menyatakan ada beberapa macam ukuran
kinerja. Tergantung pada industri yang spesifik dan ceruk pasar di dalam
industri, beberapa ukuran kinerja menjadi lebih kritis dibandingkan yang
lain. Sebagai contoh, dalam outlet makanan cepat saji, kunci mengukur
43
kinerja adalah makanan yang disiapkan ke konsumen. Di dalam skala
rumah makan bagaimanapun kunci indikator kinerja mungkin adalah
variasi dari item menu dan kualitas pelayanan makanan.
Adapun tipe-tipe pengukuran kinerja adalah sebagai berikut :
1. Produktivitas
Produktivitas adalah suatu ukuran seberapa baik kita
mengonversi input dari proses tranformasi kedalam output.
Dalam pengertian yang paling luas, produktivitas dapat
digambarkan sebagai
Untuk meningkatkan produktivitas, kita ingin membuat
perbandingan output ke input sama besar.
Contoh pengukuran produktivitas :
44
2. Kapasitas
Kapasitas
adalah
suatu
ukuran
yang
menyangkut
kemampuan output dari suatu proses. Ukuran kinerja ini adalah
secara khas diperkenalkan di dalam unit output per unit waktu
walaupun seperti yang kita lihat kemudian, dalam bagian ini
tidak selalu sesuai.
Desain kapasitas menggambarkan sebagai tingkat keluaran
yang ideal dimana suatu perusahaan akan menghasilkan dalam
keadaan normal dan dimana sistem
akan dirancang.
Tergantung pada produk atau proses dan sasaran perusahaan,
merancang kapasitas dapat dibuat dalam lima hari setiap
minggunya, dengan shift operasinya tunggal.
3. Kualitas
Kualitas dari proses pada umumnya diukur dengan tingkat
ketidaksesuaian dari produk yang dihasilkan. Yang termasuk
ketidaksesuaian
disini
adalah
mengenali
dengan
cara
menyesuaikan diri, kedua-duanya secara internal (sebelum
mengirimkan produknya ke pelanggan) seperti halnya secara
eksternal.
4. Kecepatan pengiriman
Banyak perusahaan yang mencoba menekan kenaikan
dengan menghargai kecepatan dalam pengiriman. Perusahaan
yang biasanya mengirim produk dalam minggu dan bulan,
45
sekarang ini mengerjakannnya hanya dalam hari dan jam.
George Stalk, Jr. menunjukan adanya korelasi yang tinggi
antara
naiknya
keuntungan
serta
pertumbuhan
dalam
penguasaan pasar dan kemampuan perusahaan untuk mengirim
produk dengan cepat ke pelanggan.
5. Fleksibel
Adalah mengukur bagaimana proses transformasi menjadi
baik dengan membutuhkan kinerja disini.ada tiga dimensi dari
fleksibel, pertama bentuk dari fleksibel menandai bagaimana
kecepatan proses dapat masuk dari memproduksi satu produk
atau keluarga produk untuk yang lain. Kedua adalah
kemampuan bereaksi untuk berubah dalam volume. Proses
tersebut dapat mengakomodasi fluktuasi besar dalam volume
yang dapat dikatakan lebih fleksibel daripada tidak. Ketiga,
kemampuan dari proses produksi yang lebih dari satu produk
secara serempak.
6. Kecepatan Proses
Kecepatan proses dalam mengukur kunerja adalah relative
baru. Juga dapat dikatakan sebagai kecepatan manufaktur,
kecepatan proses adalah perbandingan nyata melalui waktu
yang diambil dari produk untuk melewati proses yang dibagi
46
dengan nilai tambah waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi
produk atau jasa.
2.3.2
Benchmarking
Benchmarking hanya membandingkan kinerja perusahaan dalam
area yang jelas dengan kinerja dari perusahaan – perusahaan lain dalam
industri atau dengan perusahaan itu yang dapat dikenali sebagai pesaing
kelas dunia dalam fungsi dan operasi khusus. Benchmarking dapat
memotong silang garis indutri tradisional, menyediakan penluang inovasi
baru untuk meningkatkan kinerja (Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti,
2011).
Dengan kata lain, perbandingan kinerja adalah pengembangan
target yang akan dicapai, untuk kemudian mengembangkan suatu standar
atau tolak ukur tertentu agar dapat mengukur kinerja sendiri (lewat
perbandingan antara berbagai kinerja dan prestasi senditi). Langkah untuk
mengembangkan tolak ukut adalah sebagai berikut:
a. Tentukan apa yang akan dibandingkan
b. Bentuk kelompok penentu tolak ukur
c. Lakukan identifikasi atas kinerja pihak lain
d. Kumpulkan dan analisis informasi mengenai kinerja
tersebut.
e. Ambil tindakan untuk menyesuaikan atau melebihi kinerja
pihak lain tersebut.
47
David T. Kearns, CEO of Xerox Corporation, mendefinisikan
benchmarking sebagai berikut:
Benchmarking adalah proses yang terus-menerus dalam mengukur
produk, jasa dan praktik melawan pesaing yang kuat atau perusahaan
tersebut mengenali sebagai pemimpin industri.
Adapun langkah-langkah kunci dalam Bechmarking, yakni :
1. Planning
2. Analysis
3. Integration
4. Action
5. Maturity
Disini ada dua kategori umum Bechmarking, yaitu functional
benchmarking dan generic benchmarking.
Functional benchmarking membandingkan kinerja dengan area
fungsional terbaik, dengan tanpa melihat dari industry yang mereka
tempatkan. Keuntungan : pertama, perusahaan mungkin punya kesulitan
yang kecil dalam memperoleh mitra benchmarking dalam industry lain
yang mana tidak pesaing langsung. Kedua, mudah dalam mengenali
perusahaan yang dipertimbangkan menjadi “keturunan yang baik” dalam
melakukan fungsi khusus.
Generic benchmarking berhubungan dengan proses khusus yang
hamper sama untuk semua industry yang menggunakan proses ini.
Keuntungannya : dapat dengan mudah mengenali praktik “baik dari yang
48
terbaik” dan sejak proses hamper sama, menyediakan target yang dapat
lebih siap diterima anggota dari organisasi.
49
2.4
Kerangka Pemikiran
PT. Wadha Artha Abadi
Kinerja Supply chain management
Kinerja SCM :
Sistem Supply
chain management
yang sedang
berjalan saat ini.
•
•
•
•
Benchmark
Persentase Aset persediaan
Perputaran Persediaan
Lama pasokan
Meningkatnya Kinerja Supply chain management
Download