HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU DAN

advertisement
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU DAN DUKUNGAN
SOSIAL DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA YANG
BEKERJA
Widya Puspitasari
Fakultas Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan
Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta
[email protected]
Abstract
This research aimed to determine the relationship between Time
Management and Social Support with Academic Achievement of Students
Working. The subjects of research were 60 students of the Faculty of Industrial
Technology IST AKPRIND Yogyakarta. The data collection tools of this research
used the Time Management Scale, Social Support Scale and Documentation in the
form of a grade point average (GPA) of students who work. Analysis of the
statistical method of multiple regression analysis using SPSS 16 for windows. The
results of research showed: (1) The Relationship between Time Management and
Social Support with Academic Achievement of Students Working with R = 0.558
and F = 12.913 with p = 0.000 (p <0.01), (2) There is a positive relationship
between time management to academic achievement with r = 0.487 and p = 0.000
(p <0.01), (3) There is a positive relationship between social support to academic
achievement with r = 0.504 and p = 0.000 (p <0.01).
Keyword: Time Management, Social Support, Academic Achievement.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Manajemen
Waktu dan Dukungaan Sosial dengan Prestasi Akademik Mahasiswa yang
Bekerja. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Teknologi
Industri IST AKPRIND Yogyakarta yang bekerja berjumlah 60 mahasiswa. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Manajemen Waktu, Skala
Dukungan Sosial dan Dokumentasi berupa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
mahasiswa yang bekerja. Analisis dengan metode statistik analisis regresi
berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS 16 for windows. Hasil
menunjukkan : (1) Adanya Hubungan antara Manajemen Waktu dan Dukungan
Sosial dengan Prestasi Akademik Mahasiswa yang Bekerja dengan R = 0,558 dan
nilai F = 12,913 dengan p = 0,000 (p < 0,01), (2) Adanya hubungan positif antara
manajemen waktu dengan prestasi akademik dengan nilai r = 0,487 dan p = 0,000
(p<0,01), (3) Adanya hubungan positif antara dukungan sosial dengan prestasi
akademik dengan nilai r = 0,504 dan p=0,000 (p<0,01).
Kata kunci : ManajemenWaktu, Dukungan Sosial, Prestasi Akademik.
PENDAHULUAN
Prestasi akademik bagi mahasiswa sangat penting karena prestasi
akademik merupakan suatu gambaran tingkat keberhasilan dari kegiatan selama
mengikuti perkuliahan. Dalam memenuhi tuntutan untuk mendapatkan prestasi
akademik yang baik, mahasiswa yang sedang bekerja harus belajar dengan giat
dan dapat mengatur waktunya dengan baik meskipun dihadapkan pada kendalakendala yang berhubungan dengan pengaturan jadwal kuliah dengan waktu
bekerja.
Prestasi akademik dapat dilihat dari penguasaan mahasiswa akan
beberapa mata kuliah yang ditempuhnya. Bagi mahasiswa yang sedang bekerja
dalam penguasaan prestasi akademik dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik
yang kadang kurang prima, dimana mahasiswa yang sedang bekerja waktu
belajarnya harus terbagi, sehingga waktu belajarnya menjadi berkurang dan
konsentrasinya juga kurang. Hal ini akan berdampak pada rendahnya prestasi
akademik mahasiswa tersebut.
Mahasiswa yang sudah bekerja seringkali harus mengatur waktu antara
tanggung jawab dalam pekerjaan dan tanggung jawab akan pendidikan. Hal ini
dikarenakan seorang mahasiswa yang telah bekerja harus mampu membagi waktu
untuk bekerja dan waktu untuk pendidikan.
Manajemen waktu merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam
pencapaian prestasi akademik, karena dengan melakukan manajemen waktu
tersebut dapat mengontrol diri terhadap kekurangan-kekurangan seseorang dalam
belajar. Dari sinilah muncul berbagai masalah yang menyebabkan konflik pada
dirinya antara waktu untuk bekerja dan waktu untuk menyelesaikan studinya,
sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi prestasi akademiknya.
Pada mahasiswa yang bekerja, melakukan kegiatan akademik sekaligus
mencari uang bukanlah hal yang mudah, karena dapat menyebabkan stres. Hal ini
diungkapkan oleh Furr dan Elling (2000) bahwa mahasiswa yang bekerja
cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa yang tidak bekerja dan juga jarang terlibat pada aktivitas kampus dan
aktivitas sosial. Jika hal tersebut terus terjadi tentunya dapat mempengaruhi
afeksi, pikiran dan tingkah laku mahasiswa dalam penerapan self regulated
learning untuk menunjang prestasi akademik yang memuaskan.
Salah satu yang dibutuhkan mahasiswa selain belajar dan membagi waktu
antara kuliah dan bekerja adalah adanya dukungan sosial untuk mengurangi
kecemasan yang dihadapinya. Sebagai mahasiswa yang sedang bekerja, mereka
dapat memperoleh dukungan sosial dari berbagai sumber, seperti keluarga, dosen,
orang tua, teman sebayanya dan lingkungan sekitar seperti masyarakat. House
(Smet, 1994) menjelaskan dukungan sosial sebagai persepsi seseorang terhadap
dukungan potensial yang diterima dari lingkungan, dukungan sosial tersebut
mengacu pada kesenangan yang dirasakan sebagai penghargaan akan kepedulian
serta pemberian bantuan dalam konteks hubungan yang akrab.
Prestasi selalu dihubungkan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau
aktivitas. Prestasi akademik merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi
akademik merupakan output dari proses belajar. Menurut Poerwodarminto (1995)
prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang,
sedangkan prestasi belajar adalah prestasi yang dicapai seorang siswa pada jangka
waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah.
Nasution (2003) mendefinisikan prestasi akademik yaitu kesempurnaan
yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi akademik
dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan), sebaliknya dikatakan prestasi
kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga
kriteria tersebut.
Sejalan dengan pendapat diatas Suryabrata (1998) mendefinisikan prestasi
akademik sebagai penilaian hasil pendidikan, untuk mengetahui pada waktu
dilakukannya penilaian sejauh manakah anak didik setelah ia belajar dan berlatih
dengan sengaja. Menurut Bloom (Winkel, 1996) prestasi akademik adalah proses
yang dialami siswa untuk menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan,
pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi akademik merupakan penilaian hasil pendidikan yang berupa perubahan
dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan
evaluasi, hasil penilaian diberikan berdasarkan hasil tes, evaluasi atau ujian dari
setiap mata kuliah, hasil tersebut diinterpretasikan secara objektif dan diterapkan
dalam bentuk angka maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap mahasiswa pada suatu periode tertentu.
Hara dan Burke (1998) mengatakan bahwa ada beberapa alat pengukuran
prestasi akademik yang dipertimbangkan dan dimanfaatkan karena menggunakan
data standar saja memerlukan waktu yang cukup untuk menganalisa dan
mendapatkan data.
Syah (2003) menyebutkan pengukuran prestasi akademik adalah kegiatan
berencana dan berkesinambungan. Ragam pengukuran prestasi akademik ada
banyak dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu:
a. Pre-test dan Post-test: pre-test dilakukan secara rutin pada setiap akan memulai
penyajian materi baru. Post-test kebalikan dari pre-test yakni kegiatan yang
dilakukan dosen pada setiap akhir penyajian materi.
b. Tes Prasyarat: pengukuran ini sangat mirip dengan pre-test, tujuannya untuk
mengidentifikasi penguasaan materi lama yang mendasari materi baru yang akan
diajarkan.
c. Tes Diagnostik: pengukuran ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah
satuan materi.
d. Tes Formatif: pengukuran jenis ini dapat dipandang sebagai ulangan atau kuis
yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran.
e. Tes Sumatif: ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai ujian semester.
Slameto (2003) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi itu
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Faktor Internal: faktor yang timbul dari dalam individu itu sendiri.
1). Kecerdasan / Inteligensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat
ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2). Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan.
3). Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa sayang.
4). Motivasi
Motivasi adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan
keadaan yang mendorong siswa untuk melakukan belajar.
5). Manajemen Waktu
Dengan penggunaan dan pembagian waktu secara baik dalam belajar
berarti menerapkan prinsip belajar yang efisien. Belajar yang dilakukan dalam
rentang waktu yang lama tidak akan efisien jika hanya dilakukan sesekali atau
jarang.
b. Faktor Eksternal: faktor yang sifatnya dari luar siswa.
1). Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat
penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
2). Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar, karena itu lingkungan sekolah
yang baik dapat mendorong untuk belajar lebih giat.
3). Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Seperti pendapat diatas bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
prestasi akademik adalah faktor internal yakni manajemen waktu. Pengelolaan
waktu yang baik sangat bermanfaat, dalam pengertian penghematan biaya proyek
maupun bermanfaat bagi aset organisasi yang paling berharga (Timpe, 2002).
Dalam hal ini organisasi yang dimaksud adalah universitas. Waktu adalah sumber
yang paling langka dan jika itu tidak dapat dikelola, maka hal lain pun tidak dapat
dikelola. Maksudnya, untuk mempelajari aspek manusia dari perubahan sikap
menuju ke pengelolaan lebih baik dari sumber waktu yang berharga. Obyek dari
manajemen waktu adalah untuk menambah dan mengoptimalkan penggunaan dari
waktu luang yang tersedia.
Ojo dan Olaniyan (2008) mengatakan bahwa manajemen waktu bukan tentang
melakukan banyak hal dalam satu hari. Ini adalah tentang melakukan hal-hal yang
paling penting. Manajemen waktu adalah kemampuan untuk memutuskan apa
yang paling penting dalam kehidupan baik ditempat kerja, dirumah dan bahkan
dalam kehidupan pribadi.
Manajemen waktu menurut (Macan, 1994) adalah pengaturan diri dalam
menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan melakukan
perencanaan, penjadwalan, mempunyai kontrol atas waktu, selalu membuat
prioritas menurut kepentingannya, serta keinginan untuk terorganisasi yang dapat
dilihat dari perilaku seperti mengatur tempat kerja dan tidak menunda-nunda
pekerjaan yang harus diselesaikan.
Sejalan dengan hal tersebut Gie (1996) berpendapat manajemen waktu
adalah segenap kegiatan dan langkah mengatur serta mengelola waktu dengan
sebaik-baiknya, sehingga mampu membawa kearah tercapainya tujuan hidup yang
telah ditetapkan oleh individu yang bersangkutan.
Macan (1994) mengemukakan aspek-aspek dalam manajemen waktu
yaitu:
a. Penentapan tujuan dan prioritas, penetapan tujuan dan prioritas ini dikaitkan
dengan apa yang ingin dicapai atau apa yang dibutuhkan untuk memperoleh dan
membuat prioritas dari tugas yang penting untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisasi dari menajemen waktu. Didalam aspek ini meliputi proses dari
rencana yang akan dilakukan.
c. Kontrol terhadap waktu, kontrol terhadap waktu berhubungan dengan perasaan
dapat mengatur waktu dan pengkontrolan terhadap hal-hal yang dapat
mempengaruhi penggunaan waktu.
Pedler dan Boydell (Dale, 2003) menyatakan bahwa tingkat efektifitas
seseorang individu dalam melakukan manajemen terhadap dirinya dipengaruhi
oleh beberapa aspek diantaranya:
a. Kesehatan (Health). Kondisi fisik maupun psikis mempengaruhi seseorang
dalam mengarahkan aktifitas kehidupan. Di satu sisi, kesehatan fisik menjadi
modal utama bagi seseorang individu untuk melakukan aktivitas dan di sisi lain
kesehatan psikis menciptakan kondisi mental yang stabil. Kondisi kesehatan yang
baik akan mewujudkan keseimbangan pada diri individu sehingga akan
mempermudah ia dalam melakukan penyesuaian diri dalam memanajemen waktu
b. Keterampilan atau keahlian (Skill). Menggambarkan kualitas individu tersebut.
Ada beberapa keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan. Seberapa jauh
kesadaran individu akan hal ini menetukan seberapa jauh ia menyusun rencana
untuk kehidupannya. Individu tersebut dapat memutuskan untuk menjadi orang
yang memiliki berbagai keahlian sekaligus atau menjadi orang yang melakukan
suatu keahlian tertentu. Pilihan tersebut yang dilakukan oleh individu selanjutnya
akan mempengaruhi cara ia mawujudkan tujuannya, mulai dari menentukan
tingkatan keahlian, menentukan model atau contoh yang tepat sehingga mencari
kesempatan
untuk
melatih
keahliaan
tersebut.
c. Aktivitas (Action). Seberapa jauh seorang individu mampu menyelesaikan
aktivitas hidup yang baik, misalnya seberapa jauh kemampuannya untuk membuat
keputusan dan mengambil inisiatif. Individu yang mampu mengembangkan
aktivitas hidupnya dengan baik adalah individu yang memiliki kepekaan terhadap
berbagai alternatif atau cara pandang dan memiliki imajinasi moral yang tinggi
sehingga keputusan-keputusan aktivitas mempertimbangkan dua hal sekaligus,
yaitu yang memberi manfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
Davidson (2002) mengemukakan orang-orang yang menerapkan prinsipprinsip manajemen waktu, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengetahui tujuan hidup: membuat prioritas berdasarkan tujuan.
b.Menghindari melakukan hal-hal yang mendesak: dengan mengidentifikas halhal yang lebih penting.
c. Membuat jadwal untuk mencapai hasil: dengan membuat perencanaan dan
penjadwalan agar dapat diselesaikan tepat waktu.
d. Mampu melakukan pekerjaan dengan terorganisir: dengan mengatur segala
sesuatu sehingga memudahkan dalam bekerja.
e. Mampu menyaring informasi dari luar: dengan mengambil informasi yang
dibutuhkan.
f. Menguasai teknologi: mengetahui cara menggunakan teknologi sehingga dapat
menghemat waktu.
g. Mampu meminimalkan interupsi: gangguan dari pihak luar dan diri sendiri
sehingga dapat meningkatkan konsentrasi pada pekerjaan.
h. Mampu bersikap asertif: mampu menolak ajakan orang lain tanpa rasa takut,
mengelola amarah dan menghindari melakukan aktifitas-aktifitas yang tidak
penting.
i. Mampu mengelola stres: mengetahui cara mengantisipasi situasi yang dapat
menimbulkan stres.
j. Dapat menggunakan waktu secara efisien: memulai pertemuan tepat waktu,
tetap pada pokok pembicaraan dan tidak menggunakan waktu untuk hal-hal yang
tidak penting.
k. Mampu mengelola waktu dalam perjalanan: tetap produktif pada saat dalam
perjalanan.
Peranan manajemen waktu sangat diperlukan dalam kegiatan belajar,
karena menajemen waktu merupakan salah satu faktor internal yang berarti
menerapkan prinsip belajar yang efisien. Belajar yang dilakukan dalam rentang
waktu yang lama tidak akan efisien jika hanya dilakukan sesekali atau jarang.
Dalam hal ini manajemen waktu mempengaruhi belajar dan dapat memberikan
energi serta mengarahkan aktivitas belajar individu.
Selain faktor internal Slameto (2003) juga mengemukakan bahwa ada
faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu yakni lingkungan
keluarga dan masyarakat berupa dukungan sosial yang diberikan kepada
mahasiswa yang bekerja.
Dukungan menurut Chaplin (2002) adalah mengadakan atau menyediakan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain, serta memberikan dorongan atau
pengobatan semangat dan nasihat kepada orang lain dalam satu situasi dalam
mengambil keputusan.
Menurut Gottlieb (Smet,1994) dukungan sosial terdiri dari informasi atau
nasehat verbal dan non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh
keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat
emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. House (Smet, 1994) juga
mengatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, bantuan atau informasi
yang diterima individu melalui kontak formal dengan individu atau kelompok.
Rook (Smet, 1994) menganggap dukungan sosial sebagai satu di antara fungsi
pertalian atau ikatan sosial.
Walen & Lachman (2000) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah
pertukaran bantuan antara dua individu yang berperan sebagai pemberi dan
penerima.
Menurut Sarason dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan,
kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi
kita. Cobb juga mendefinisikan dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan,
perhatian, penghargaan atau menolong orang lain dengan sikap menerima
kondisinya. Dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok
(Kuntjoro, 2002).
Walen & Lachman (2000) mengatakan bahwa dukungan sosial
mempengaruhi kondisi psikis dan fisik seseorang. Manusia sebagai makhluk
sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik
(sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah,
pekerjaan), dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan
religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain (Kuntjoro, 2002).
House (Smet, 1994) membedakan empat jenis atau dimensi dukungan
sosial :
a. Dukungan emosional: mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik, penegasan).
b. Dukungan penghargaan: terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif
untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain, seperti
misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya
(menambaha penghargaan diri).
c. Dukungan instrumental: mencakup bantuan langsung, seperti kalau orang-orang
memberi pinjaman uang kepada orang atau menolong dengan pekerjaan pada
waktu mengalami stress.
d. Dukungan informatif: mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saransaran atau umpan balik.
Dukungan sosial yang diperoleh dari lingkungan keluarga, teman sebaya,
serta lingkungan sekitar sangat berperan dalam pembentukan intensi pada diri
seseorang khususnya mahasiswa yang sudah bekerja untuk meningkatkan prestasi
akademiknya. Hal ini karena ikatan sosial tersebut akan menciptakan hubungan
yang bersifat menolong dan mempunyai nilai khusus bagi individu yang
menerimanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa manajemen waktu dan
dukungan sosial merupakan faktor-faktor yang diasumsikan memiliki hubungan
dengan prestasi akademik mahasiswa yang bekerja, akan tetapi dugaan tersebut
masih bersifat teori dan memerlukan bukti secara nyata. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk meneliti “Apakah ada hubungan antara manajemen waktu dan
dukungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa yang bekerja?”.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada korelasi yang positif antara manajemen waktu dan dukungan sosial dengan
prestasi akademik mahasiswa yang bekerja. Semakin tinggi manajemen waktu
yang dimiliki dan dukungan sosial yang diperoleh maka semakin tinggi prestasi
akademiknya. Sebaliknya semakin rendah manajemen waktu yang dimiliki dan
dukungan sosial yang diperoleh maka semakin rendah pula prestasi akademiknya.
2. Ada hubungan positif antara manajemen waktu dengan prestasi akademik
mahasiswa yang bekerja. Semakin tinggi manajemen waktu maka semakin tinggi
pula prestasi akademik mahasiswa yang bekerja. Sebaliknya, semakin rendah
manajemen waktu, maka semakin rendah pula prestasi akademik mahasiswa yang
bekerja.
3. Ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan prestasi akademik
mahasiswa yang bekerja. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi
pula prestasi akademik mahasiswa yang bekerja. Sebaliknya, semakin rendah
dukungan sosial, maka semakin rendah pula prestasi akademik mahasiswa yang
bekerja.
METODE PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Teknologi Industri
IST AKPRIND Yogyakarta yang bekerja. Subjek dalam penelitian ini berjumlah
60 mahasiswa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling karena pengambilan sampel berdasarkan kriteriakriteria tertentu. Kriteria tersebut yakni :
a. Mahasiswa yang bekerja.
b. Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri.
c. Mahasiswa semester 3 sampai 9.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Manajemen Waktu yang terdiri dari 27 pernyataan, Skala Dukungan Sosial yang
terdiri dari 36 pernyataan dan data dokumentasi berupa Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) mahasiswa yang bekerja.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
regresi ganda, dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.0 for
Windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi
ganda. Teknik analisis regresi ganda sebagai salah satu teknik statistik parametik
yang memiliki beberapa syarat, yaitu data berkategori interval/rasio, distribusinya
berkategori normal dan hubungan antar variabel yang hendak diukur berkategori
linear.
Sebelum dilakukan uji hipotesis maka perlu dilakukan uji asumi terlebih
dahulu. Uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas, uji linieritas dan uji
multikolinearitas dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
Variabel
Manajemen Waktu
Dukungan Sosial
Prestasi Akademik
Skor KS-Z
1,280
0,979
0,977
Sig
0,076
0,294
0,295
Keterangan
Normal
Normal
Normal
Uji normalitas dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada perbedaan
sebaran skor pada sampel dan populasinya dengan menggunakan teknik One
Sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan dalam uji normalitas yaitu
jika p > 0,05 (tidak signifikan) berarti tidak ada perbedaan sebaran skor pada
sampel dan populasinya, maka sebaran data tersebut normal. Hasil uji normalitas
diatas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sebaran skor pada sampel dan
populasinya, sehingga sebaran data pada penelitian ini normal.
Tabel 2. Hasil Uji Linieritas
Variabel
Manajemen Waktu dengan
Prestasi Akademik
Dukungan Sosial dengan
Prestasi Akademik
Linearity
Deviation from
Linearity
F
P
Keterangan
F
p
19,231
0.000
1,167
0,333
Linier
20,541
0.000
1,080
0,418
Linier
Kaidah yang digunakan dalam uji linier jika pada F linearity harga p <
0,05 dan pada F deviation from linearity harga p > 0,05, maka kedua variabel
yang dikorelasikan dapat dikatakan linier. Hasil uji linearitas pada penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel-variabel yang dikorelasikan tersebut berkategori
linear.
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
Manajemen Waktu
Dukungan Sosial
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
0,667
1,498
0,667
1,498
Uji multikolinearitas untuk memastikan bahwa masing-masing variabel
bebas yaitu manajemen waktu dan dukungan sosial memiliki korelasi yang tinggi
yaitu antara r = 0,8 sampai 0,9. Kaidah yang digunakan dalam uji
multikolinearitas jika nilai (tolerance > 0,1) dan nilai (VIF < 10).
Berdasarkan hasil analisis korelasi regresi ganda diperoleh nilai koefisien
korelasi (R) sebesar 0,558 dan nilai F = 12,913 dengan taraf signifikansi 0,000 (p
< 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa variabel manajemen waktu dan dukungan
sosial secara bersama-sama memiliki peranan yang sangat signifikan dengan
prestasi akademik. seperti pendapat yang dikemukakan oleh (Slameto 2003)
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yakni manajemen waktu yang artinya dapat
menggunakan dan membagi waktu secara baik. Faktor Eksternal keadaan keluarga
dan lingkungan masyarakat yang ikut berpengaruh dalam prestasi akademik
mahasiswa karena rasa aman yang didapat dari keluarga sangat penting dalam
pencapaian prestasi akademik mahasiswa yang bekerja serta lingkungan
masyarakat yang berpengaruh terhadap perkembangan pribadi sebab dalam
kehidupan sehari-hari mahasiswa akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan
sekitar.
Hasil analisis korelasi dari masing-masing variabel, dari hasil analisis
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara manajemen waktu dengan
prestasi akademik mahasiswa yang bekerja. Hasil analisis menunjukkan nilai r =
0,487 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Artinya semakin tinggi manajemen waktu
yang dimiliki maka semakin tinggi prestasi akademik mahasiswa yang bekerja
dan sebaliknya, semakin rendah manajemen waktu yang dimiliki maka semakin
rendah prestasi akademik mahasiswa yang bekerja.
Diterimanya hipotesis kedua yang diajukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa ada hubungan antara manajemen waktu dengan prestasi akademik,
sehingga manajemen waktu merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik pada mahasiswa bekerja. Seperti pendapat yang
dikemukakan oleh Winkel (1996) prestasi akademik adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang mahasiswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sejalan dengan hal
tersebut Gie (1996) berpendapat manajemen waktu adalah segenap kegiatan dan
langkah mengatur serta mengelola waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga
mampu membawa kearah tercapainya tujuan hidup yang telah ditetapkan oleh
individu yang bersangkutan. Dalam memenuhi tuntutan untuk mendapatkan
prestasi akademik yang baik, mahasiswa yang sedang bekerja harus belajar
dengan giat dan dapat mengatur waktunya dengan baik meskipun dihadapkan
dengan kendala-kendala yang berhubungan dengan pengaturan jadwal kuliah dan
waktu bekerja. Manajemen waktu merupakan salah satu pendekatan yang penting
dalam belajar, karena dengan melakukan manajemen waktu tersebut dapat
mengontrol diri terhadap kekurangan-kekurangan seseorang dalam belajar.
Hasil analisis penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang
positif antara dukungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa yang bekerja.
Hasil analisis menunjukkan nilai r = 0,504 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Artinya
semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh maka semakin tinggi prestasi
akademik mahasiswa yang bekerja dan sebaliknya, semakin rendah dukungan
sosial yang diperoleh maka semakin rendah pula prestasi akademik mahasiswa
yang bekerja.
Diterimanya hipotesis ketiga yang diajukan penulis menunjukkan bahwa
ada hubungan antara dukungan sosial dengan prestasi akademik, yang artinya
dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang penting dalam mewujudkan
prestasi akademik mahasiswa yang bekerja. Seperti pendapat yang dikemukakan
(Slameto, 2003) yang menyatakan bahwa adanya faktor eksternal (faktor dari luar
yakni lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat di sekitar mahasiswa)
yang dapat mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa. Sarafino (Smet, 1994)
menyatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu kesenangan, perhatian,
penghargaan, ataupun bantuan yang dirasakan dari orang lain atau kelompok.
Individu mendapatkan dukungan sosial melalui interaksi dengan lingkungannya
sehingga lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan individu
sehari-hari. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terdekat bagi kehidupan
individu, karena itu dukungan yang terbesar diperoleh dari keluarga.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa manajemen waktu dan dukungan
sosial memberikan sumbangan sebesar 31,2 % (R Squared 0,312 x 100 %)
terhadap prestasi akademik. Artinya manajemen waktu dan dukungan sosial
secara bersama-sama bisa memprediksikan prestasi akademik mahasiswa yang
bekerja sebesar 31,2%, sedangkan presentase sisanya sebesar 68,8% dipengaruh
oleh faktor atau variabel lain di luar variabel manajemen waktu dan dukungan
sosial. Beberapa faktor lain seperti yang dikemukakan (Slameto, 2003) yaitu
faktor internal yakni: kecerdasan / inteligensi yaitu kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya, bakat
yaitu kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan
pembawaan, minat yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa sayang terhadap kegiatan dan menimbulkan
keinginan atau gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi minatnya,
motivasi yaitu keadaan yang mendorong mahasiswa untuk melakukan belajar
serta berusaha keras dalam mencapai atau mendapat apa yang diinginkannya.
Faktor eksternal yakni: keadaan universitas seperti lingkungan sekitar universitas
dan kebersihannya, fasilitas yang mendukung kegiatan seperti ruang laboratorium
yang memadai, alat-alat yang mendukung serta letak gedung universitas.
Sumbangan efektif untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut (a)
sumbangan efektif manajemen waktu terhadap prestasi akademik sebesar 14,32%
(b) sumbangan efektif dukungan sosial terhadap prestasi akademik sebesar
16,83%. Hal ini dapat diprediksi bahwa dukungan sosial memberikan sumbangan
yang lebih besar kemungkinannya untuk peningkatan prestasi akademik
mahasiswa yang bekerja dibandingkan dengan manajemen waktu.
Kategorisasi variabel prestasi akademik dari 60 subjek penelitian
diperoleh sebanyak 19 subjek (31,67%) berada pada kategori dengan pujian, 39
subjek (65%) berada pada kategori sangat memuaskan dan sebanyak 2 subjek
(3,33%) berada pada kategori memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
cukup menyadari betapa pentingnya prestasi akademik. Namun ada beberapa
subjek yang berada pada kategori rendah dikarenakan masih kurangnya kesadaran
mahasiswa tentang pentingnya prestasi akademik.
Kategorisasi variabel manajemen waktu dari 60 subjek penelitian terdapat
14 subjek (23,33%) berada pada kategori tinggi dan 46 subjek (76,67%) berada
pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa subjek memiliki manajemen
waktu yang cukup baik pada kegiatan perkuliahan dan pekerjaannya dikarenakan
subjek telah mendapatkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi manajemen
waktu mahasiswa bekerja seperti penentapan tujuan dan prioritas, mekanisasi dari
menajemen waktu, dan kontrol terhadap waktu.
Kategorisasi variabel dukungan sosial dari 60 subjek penelitian diperoleh
sebanyak 49 subjek (81,67%) berada pada kategori tinggi, 11 subjek (18,33%)
pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial subjek cukup
baik dikarenakan adanya dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental dan dukungan Informatif yang diterima subjek.
Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada skala penelitian yakni
aitem-aitem yang belum menggambarkan manajemen waktu mahasiswa yang
bekerja. Pada penelitian ini juga memiliki keterbatasan pada kurangnya perhatian
peneliti terhadap penurunan indeks prestasi setelah mahasiswa bekerja. Adapun
keterbatasan lain yakni banyak variabel yang tidak dikontrol
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang sangat signifikan antara manajemen waktu dan dukungan
sosial dengan prestasi akademik pada mahasiswa bekerja.
2. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara manajemen waktu dengan
prestasi akademik, artinya semakin tinggi manajemen waktu maka semakin tinggi
prestasi akademik sebaliknya semakin rendah manajemen waktu maka semakin
rendah pula prestasi akademik.
3. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan
prestasi akademik, artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi
prestasi akademik sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin
rendah pula prestasi akademik.
4. Sumbangan efektif manajemen waktu dan dukungan sosial terhadap prestasi
akademik secara bersama-sama sebesar 31,2%. Sumbangan efektif manajemen
waktu terhadap prestasi akademik 14,32%, sedangkan sumbangan efektif
dukungan sosial terhadap prestasi akademik sebesar 16,83%.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan
beberapa saran dari hasil penelitian diantaranya:
Bagi mahasiswa yang bekerja seharusnya dapat mencapai prestasi
akademik yang baik dengan memiliki manajemen waktu dan dukungan sosial
yang baik. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyusun jadwal harian, tidak
menunda-nunda dalam mengerjakan tugas dan selalu berusaha tepat waktu dalam
pengumpulan tugas maupun bekerja serta menjaga hubungan baik dengan orang
tua, keluarga, dosen, dan teman agar selalu mendapat pengaruh positif dan
dukungan sosial dari lingkungan.
Bagi orang tua dan dosen diharapkan mampu membantu mahasiswa
bekerja dalam mempertahankan prestasi akademik. Bagi orang tua selalu
memantau dan memberikan dukungan agar mahasiswa dapat mencapai dan
mempertahankan prestasi akademik yang baik. Bagi Dosen bisa dilakukan dengan
cara memberikan informasi dengan lengkap kepada mahasiswa mengenai tugas
dan hal-hal terkait dengan perkuliahan serta memberikan penghargaan bagi
mahasiswa yang mampu mencapi prestasi yang baik.
Kepada peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan
menggunakan variabel lain yang lebih spesifik yang dapat mempengaruhi prestasi
akademik sehingga dapat diketahui besarnya sumbangan efektif variabel-variabel
tersebut terhadap prestasi akademik. Disarankan pula bagi peneliti lain agar lebih
memperhatikan kualitas aitem yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data,
selain itu perlu ditingkatkan pengambilan data secara kualitatif berupa wawancara
dan observasi awal yang lebih baik sehingga dapat lebih spesifik dalam melihat
fenomena dilapangan. Penelitian ini perlu pengembangan lebih lanjut dengan
penelitian yang lainnya, sehingga hasil penelitian dapat digunakan sebagai
pembanding dan dapat memberikan manfaat dalam rangka meningkatkan
keilmuan.
Daftar Pustaka
Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo.
Covey, S. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People (terjemahan: Budijanto).
Jakarta: Binarupa Aksara.
Dale, M. 2003. Developing Management Skills, Techniques For Improving
Learning Performance. (terjemahan: Ramelan). Jakarta: Gramedia.
Furr, S.R., & Elling, T.W. 2000. The Influence of Work on College Student
Development. NASPA Journal. 37: 454-470.
Gie, T. L. 1996. Strategi Hidup Sukses. Yogyakarta: Liberty.
Gie, T.L. 2003. Efisiensi Untuk Meraih Sukses. Yogyakarta: Panduan.
Irwanto. 1997. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kuntjoro, Z.S. 2002. Dukungan Sosial Pada Lansia. http://www.e-psikologi.com/.
2 November 2012.
Macan, T.H. 1994. Time Management: Test of Proces Model. Journal of Applied
Psychology. 79: 381-391.
Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ojo, L.B., & Olaniyan, D.A. 2008. Effective Time Management in Organization
Panacea or Placebo. Euro Journals Publishing, Inc. 24: 127-133.
Purwodarminto. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Saefullah, U. 2012. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.
Sunarto.
2009.
Pengertian Prestasi Belajar. http://www.google.com.
http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasibelajar/. 19 September 2012.
Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syah, M. 2011. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Timpe, D. 2002. Mengelola Waktu. Jakarta: PT Gramedia.
Walen, H.R., & Lachman, M.E. 2000. Social Support and Strain from Partner,
Family, and Friends: Costs and Benefits for Men and Women in
Adulthood. Journal of Social & Personal Relationships. 17: 5-30.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Download