BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat bertemunya antara pihak yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana. Pihak yang mempunyai dana menanamkan dananya dengan harapan mendapat keuntungan dari kenaikan harga saham yang bersangkutan, sedangkan pihak yang memerlukan dana berharap dana diperoleh akan diinvestasi dalam investasi riil agaar dapat berkembang menjadi besar. Transaksi di pasar modal bisa berbentuk saham dan obligasi. (Suad Husnan, 2005) Pasar modal Indonesia tergolong sebagai salah satu bursa yang sedang mencuat(ditinjau dari pertumbuhan jumlah emiten dan kapitalisasi pasar) di dunia. Peranannya dalam pengerahan dana masyarakat kian berarti. Bursa efek itu masih sarat akan keunikan (memiliki tingkat resiko yang tinggi, namun return yang rendah) dan kekurangan(nilai saham yang fluktuatif, sehingga sulit untuk diprediksi) sementara harapan yang disandarkan padanya semakin besar.Dalam berinvestasi, investor tentunya mengharapkan keuntungan yang tinggi atas modal yang ditanamnya, dimana semua itu tidak lepas dari risiko yang akan dihadapi oleh investor. Dalam investasi saham ada dua risiko yang akan dihadapi investor yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Risiko sistematik disebut dengan istilah beta, yaitu risiko yang tidak dapat 1 dihilangkan begitu saja dengan diversifikasi. Beta merupakan koefisien dari fungsi positif dan linier return pasar terhadap return saham, dimana beta ini adalah satu-satunya variabel yang diperlukan untuk menjelaskan return. Beta sebagai komponen penting untuk mengestimasi return suatu saham tidak bersifat stationer dari waktu ke waktu, sehingga perlu disesuaikan dengan kondisi pasar. Sedangkan risiko tidak sistematis dapat dihilangkan dengan diversifikasi (Jogiyanto, 2003) Bagi investor akan sangat memperhatikan berbagai resiko yang diterima ketika melakukan pembelian saham atau surat berharga lainnya. Untuk mengimbangi atau menekan tingkat resiko yang ditanggung, seorang investor cenderung melakukan strategi diversifikasi pada kelompok kesempatan investasi atau sekuritas tertentu, karena dari strategi dapat mengeliminasi resiko sampai pada nol atau risk free. Hal ini dikarenakan investor akan menghadapi resiko yang disebabkan oleh factor yang digerakan oleh mekanisme pasar yang bersifat makro seperti inflasi, krisis moneter dan lain sebagainya. Dengan demikian investor tidak akan lepas dari resiko pasar walaupun sudah diantisipasi dengan membentuk berbagai portofolio sekuritas secara lebih efisien. (Suad Husnan, 2005) Berdasarkan pada resiko pasar tersebut, diperlukan estimasi berapa besar resiko yang terkandung pada masing masing saham. Informasi ini biasanya dikenal sebagai beta saham. Beta saham memberikan informasi berapa besar kecenderungan return suatu saham bergerak mengikuti return pasar. Dengan demikian perlu kiranya mengidentifikasi berapa besarnya beta pada masing masing saham sehingga dapat memperkirakan tingkat resiko pasar dari saham 2 tersebut. Salah satu metoda dalam mengestimasi beta saham menggunakan single index models yang dikembangkan oleh William sharp (Jogiyanto,2003) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada berbagai pasar modal didunia ditemukan bahwa pola pola musiman berupa day of the week effect (dubois dan Louvet ; 1996), Monday effect (Gibbons dan Hess : 1981), weekend effect (Dickinson dan Peterson : 1995) holiday effect (Kim dan Park :1989). Pola pola siklus tersebut timbul dengan sendirinya tanpa disadari oleh pasar dan pelaku pasar modal, sebagai factor psikologis yang mempengaruhi pasar. Bursa saham Indonesia masih termasuk dalam kategori pasar modal yang sedang berkembang. Hal tersebut ditandai dengan salah satunya inefisiensi pasar, dimana inefisiensi pasar ini terjadi disebabkan adanya ketidak adilan informasi sehingga harga sekuritas tidak mencerminkan informasi yang relevan.(Hari,Prabowo : 2002) Hasil temuan dari Fama & French (1992) , Conrad & Kaul (1988) dan Ferson & Harvey (1991) bertentangan dengan hasil temuan Howton dan Peterson (1998) yang menyebutkan bahwa beta adalah satu-satunya variabel yang diperlukan untuk menjelaskan return. variasi perubahan beta pada kondisi pasar yang berbeda, yaitu periode bullish dan bearish, memberikan hasil bahwa beta pada periode bullish dan bearish selalu berpengaruh terhadap return. Clinebell et al melakukan pengujian dengan definisi kondisi pasar yang berbeda, hasilnya relatif sama diantara ketiga definisi kondisi pasar yang berbeda. Definisi kondisi pasar yang memperlihatkan kestabilan beta adalah definisi Bull 3 and bear markets. Sehingga mereka menganjurkan tidak menggunakan definisi ini dalam pengujian pengaruh beta saham terhadap return saham. Berdasarkan definisi bull and bear market, di BEJ , periode bullish adalah bulan dimana harga pasar meningkat, sebaliknya bearish adalah bulan dimana harga pasar turun. Definisi ini sangat sensitif terhadap trend pasar. Adanya hasil penelitian terdahulu yang bervariasi mengenai pengaruh beta karena adanya perbedaan definisi kondisi pasar dan bentuk pasar modal masing masing negara membuat ini menjadi menarik untuk diteliti. Beberapa hasil penelitian, pengaruh beta saham terhadap return saham menunjukan bahwa beta saham memiliki pengaruh terhadap return saham pada pasar modal yang sedang berkembang(India dan Turki), sebaliknya pada pasar modal yang telah maju(Perancis, Inggris dan Jerman) menunjukan bahwa pengaruh beta saham terhadap return saham adalah insignifikan. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beta saham terhadap return saham pada pasar modal yang sedang berkembang di Bursa Efek Indonesia menurut hari hari perdagangan. 1.2 Perumusan Masalah Untuk mengarahkan pembahasan seiring dengan judul yang dipilih, penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, sebagai berikut: Bagaimana pengaruh beta saham terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ45 di BEI? 4 1.3 Batasan Masalah Untuk mempermudah dan memperjelas ruang lingkup pembahasan maka penelitian tersebut akan dikhususkan pada saham saham yang konsisten pada tahun 2007 s/d tahun 2010 dalam indeks saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melakukan simulasi perhitungan beta saham pada perusahaan yang tergabung dalam kelompok LQ45 selama periode pengamatan di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai salah satu referensi dalam analisis return saham di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan technical analisis, dimana hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi penggunaan beta saham dalam memperhitungkan return saham. 2. Diharapkan dapat memberikan informasi dalam rangka mengambil keputusan investasi dengan melihat indikator penggerak risiko pasar seperti return saham yang akan berinvestasi pada saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. 5