PENDAHULUAN Latar Belakang Gunung Merapi, merupakan gunung berapi yang terletak di Yogyakarta. Gunung ini di identifikasi sebagai gunung berapi paling aktif di dunia (Purwantari et al., 2012). Lahan pertanian di lereng gunung berapi pada umumnya merupakan lahan yang subur, yang merupakan tanah volkanik sebagai akibat dari erupsi gunung, yaitu lapisan bumi yang terbentuk dari materi materi erupsi gunung berapi yang telah lapuk. Tanah volkanik sangat subur karena mengandung unsur-unsur hara yang tinggi. Kita bisa menjumpai tanah volkanik di wilayah-wilayah sekitar lereng gunung berapi (Prawiradiputra, 2011). Kerusakan sumberdaya lahan yang terjadi akibat letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 adalah adanya abu dan pasir yang menutupi lahan pertanian dengan ketebalan yang bervariasi pada setiap lokasi tergantung jarak dari pusat letusan, arah dan kecepatan angin. Dampak langsung terhadap lahan adalah penutupan lapisan olah bagian atas tanah oleh abu, pasir dan rusaknya tanaman yang tumbuh di atasnya. Tanaman pakan ternak banyak yang mati dan tertutup abu sehingga tidak dapat digunakan untuk pakan ternak (Purwantari et al., 2012). Kerugian subsektor peternakan sebagai akibat dari erupsi Gunung Merapi pada November 2010 bukan hanya karena banyaknya ternak yang mati saja, melainkan juga sebagai akibat hancurnya sumber hijauan pakan di daerah tersebut. Sebagaimana diketahui lahan pertanian yang 1 rusak, baik karena awan panas maupun karena tertutup abu volkanik menyebabkan komoditas pertanian tidak bisa tumbuh kembali, termasuk rumput dan leguminosa hijauan pakan (Prawiradiputra, 2011). Sifat fisik abu Merapi yang khas adalah apabila jatuh ke permukaan tanah menyebabkan abu akan cepat mengeras dan sulit ditembus oleh air baik dari atas atau dari bawah permukaan tanah. Hal inilah yang menyebabkan bulk density tanah cukup tinggi. Sedangkan ruang pori total pada lapisan 0 sampai 10 cm yang mengandung banyak abu Merapi, memiliki kondisi yang baik, hal yang sama terhadap aerasi tanah dan air tersedia. Hal ini disebabkan abu Merapi memiliki kadar air yang cukup tinggi. Pada lapisan bawah kandungan air cukup tinggi, namun karena lapisan atasnya cukup keras menyebabkan air tidak dapat keluar melalui penguapan. Salah satu cara untuk menanggulangi hal ini adalah dengan penghancuran melalui pengolahan tanah (Suriadikarta et al., 2010). . Kondisi lahan pascaerupsi tidak begitu menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, termasuk untuk rumput dan leguminosa pakan (Prawiradiputra, 2011). Lahan di daerah erupsi Gunung Merapi dominan berbentuk butiran pasir. Menurut Winarso (2005), pasir mengikat sedikit air disebabkan pori-pori yang terbentuk pada tanah pasir besar atau luas sehingga akan membiarkan air untuk bergerak secara bebas turun (perkolasi), keluar dari tanah oleh gaya gravitasi bumi. Tanah akan lebih banyak mengikat air apabila mengandung bahan organik lebih tinggi. Sehingga untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah diperlukan 2 tambahan bahan organik dari pupuk organik. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Kompos merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah (Prihandini, 2007). Salah satu bahan yang potensial untuk dibuat pupuk organik (kompos) adalah feses sapi (Budiyanto, 2011). Penambahan kompos pada lahan erupsi Gunung Merapi diharapkan dapat memperbaiki struktur tanah serta sifat fisik kimia tanah. Peningkatan struktur tanah dapat di lihat dari kemampuan tanah dalam mengikat air dan produksi tanaman di lahan tersebut. Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yag memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan berbagai kondisi. Menurut Hoorman et al., 2002. Sebagai tanaman sekali panen jagung umumnya fleksibel untuk di panen sebagai hijauan tanaman, tanaman jagung yang telah di penen menunjukkan produksi yang tinggi pada berbagai musim. Jagung adalah tanaman bahan makanan pokok di Indonesia setelah beras dan juga merupakan tanaman bahan makanan utama untuk ternak sebagai sumber karbohidrat dan protein (Karimuna et al., 2009). Menurut Arsa et al., (1997), beberapa varietas tanaman jagung memilki ketahanan untuk hidup dilahan kering. Penambahan pupuk organik pada lahan erupsi Merapi pada level 6,18 ton/ha dapat meningkatkan produksi hijauan tanaman jagung (Alkausar, 2012). Untuk mengetahui kualitas 3 pasir erupsi Merapi yang telah mendapat perlakuan pupuk kompos perlu dilakukan penelitian mengenai produksi dan kecernaan hijauan tanaman jagung. 4 Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk kompos dengan level yang berbeda pada pasir erupsi Gunung Merapi terhadap produktifitas dan kecernaan in vitro tanaman jagung (Zea mays L.). Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya di sekitar lereng Gunung Merapi tentang level pemberian pupuk kompos yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanaman bisa tumbuh secara produktif dan memiliki kecernaan yang tinggi. 5