RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2015/2016 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ESA UNGGUL Mata kuliah Mata kuliah prasyarat Dosen Pengampu : Praktik Mahkamah Konstitusi : : Anna Triningsih, S.H., M.Hum Alokasi Waktu Capaian Pembelajaran : Tatap Muka 14 x 100 menit, ada praktik, ada online : 1. Mahasiswa mampu memahami teori constitutional reveiw dan hukum acara Mahkamah Konstitusi. 2. Mahasiswa menguasai penyusunan permohonan dan praktik beracara di Mahkamah Konstitusi SESI MATERI PEMBELAJARAN Pengantar tentang judicial review dan peradilan konstitusi di beberapa negara BENTUK PEMBELAJARAN 1. Metoda contextual instruction 2. Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web Mahasiswa memahami subyek dan objek dalam permohonan pengujian undangundang Pengantar permohonan pengujian undang-undang 1. Metoda contextual instruction 2. Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web 1. Mahasiswa menguasai penyusunan Menyusun sistematika dan 1. Metoda contextual 1. 1 2 3 KEMAMPUAN AKHIR Mahasiswa memahami tentang teori constitutional review dan peradilan konstitusi Kode MK Bobot MK Kode Dosen 1. 2. 2. SUMBER PEMBELAJARAN Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. dan Ahmad Syahrizal, S.H., M.H., Peradilan Konstitusi di Sepuluh Negara, (Jakarta: Konstitusi Press) Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Model-Model Pengujian Konstitusional (Jakarta: Konstitusi Press) Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Pengujian Undang-Undang (Jakarta: Konstitusi Press) Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang Pedoman Penyusunan Permohonan Pengujian UndangUndang Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Pengujian Undang-Undang : : : HPK 905 7118 INDIKATOR PENILAIAN Menguraikan peradilan konstitusi di beberapa negara dan bentuk-bentuk pengujian konstitusional Memahami subyek dan objek pengujian undang-undang Menguasai penyusunan 1 permohonan pengujian undang-undang format permohonan pengujian undang-undang instruction 2. Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web (Jakarta: Konstitusi Press) 2. Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang Pedoman Penyusunan Permohonan Pengujian UndangUndang 1. Kunjungan Sidang 1. Perkara Pengujian Undangdi Mahkamah Undang uang diikuti oleh Konstitusi mahasisswa dalam sidang. 2. Praktik Sidang dibagi dalam beberapa kelompok 4 Mahasiswa mampu Sidang Pengujian beracara pengujian UU Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi di Mahkamah Konstitusi 5 Mahasiswa mampu memahami perkembangan hukum acara mahkamah konstitusi dalam praktik Perkembangan Pengujian Undang-Undang Dalam Praktik 1. Metoda contextual instruction 2. Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web 6 Mahasiswa memahami tentang teori sengketa konstitusional kewenangan lembaga negara Pengantar permohonan sengketa konstitusional kewenangan lembaga negara 1. Metoda contextual instruction 2. Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web 1. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: MKRI) 2. Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang 1. Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Sengketa Kewenangan Lembaga Negara (Jakarta: Konstitusi Press) 2. Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang Pedoman Beracara Dalam Sengketa Kewenangan Lembaga Negara 3. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: perrmohonan pengujian undang-undang Mampu memahami dan menguasai proses beracara dalam persidangan pengujian undang-undang Mampu memahami perkembangan hukum acara mahkamah konstitusi dalam praktik Mampu memahami subyek dan objek sengketa kewenagan lembaga negara 2 MKRI) 1. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: MKRI) 2. Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang Pedoman Beracara Dalam penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 7 Mahasiswa memahami tentang teori penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum Pengantar permohonan penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum (Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden) 1. Metoda contextual instruction 2. Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web 8 Mahasiswa memahami tentang teori penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum Pengantar permohonan penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum (Pemilihan Legislatif) 1. Metoda contextual instruction 2. Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web 1. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: MKRI) 2. Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 9 Mahasiswa memahami tentang teori penyelesaian perselisihan hasil Pengantar permohonan penyelesaian perselisihan hasil 1. Metoda contextual instruction 2. Media: kelas, 1. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: Mampu memahami subyek dan objek serta menguasai proses beracara dalam penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum (Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden) Mampu memahami subyek dan objek serta menguasai proses beracara dalam penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum (Pemilihan Legislatif) Mampu memahami subyek dan objek serta 3 pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota 10 Mahasiswa memahami tentang teori pembubaran partai politik Pengantar pembubaran partai politik 1. Metoda contextual instruction 2. Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web 11 Mahasiswa memahami tentang impechment Pengantar Impeachment Presiden, Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden Menurut UUD 1945 1. Praktik Beracara Pengujian Undang-Undang 1. 2. 12 Mahasiswa praktik beracara dalam pengujian undang- komputer, LCD, whiteboard, web 2. MKRI) 2. Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang Pedoman Beracara Dalam penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota 1. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: MKRI) 2. Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang Pedoman Beracara Dalam Pembubaran Partai Politik Metoda 1. Sekretariat Jenderal dan contextual Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, instruction Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Media: kelas, (Jakarta: MKRI) komputer, LCD, 2. Peraturan Mahkamah Konstitusi whiteboard, web tentang Pedoman Beracara Dalam memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden 3. Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H., Impechment Presiden, (Jakarta: Konstitusi Press) Diskusi Kelompok 1. Sekretariat Jenderal dan Moot Court Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, menguasai proses beracara dalam penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Mampu memahami prosedur beracara dalam pembubaran partai politik Mampu memahami prosedur beracara dalam impechment Mampu beracara dalam pengujian 4 undang 13 Mahasiswa praktik beracara dalam pengujian undangundang Praktik Beracara Pengujian Undang-Undang 1. 2. 14 Mahasiswa praktik beracara dalam pengujian undangundang Praktik Beracara Pengujian Undang-Undang 1. 2. (Jakarta: MKRI) 2. Studi Kasus Diskusi Kelompok 1. Sekretariat Jenderal dan Moot Court Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: MKRI) 2. Studi Kasus Diskusi Kelompok 1. Sekretariat Jenderal dan Moot Court Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: MKRI) 2. Studi Kasus Mengetahui, Ketua Program Studi, Jakarta, Dosen Pengampu, Nurhayani, S.H., M.H. Anna Triningsih, S.H., M.Hum undang-undang Mampu beracara dalam pengujian undang-undang Mampu beracara dalam pengujian undang-undang 5 EVALUASI PEMBELAJARAN SESI 1 2 PROSEDUR Pretest test BENTUK Tes lisan Progress test dan post test Tes lisan SEKOR > 77 ( A / A-) Mahasiswa dapat menjelaskan kembali pengertian dan pemahaman mengenai judicial review dan peradilan konstitusi di negara demokrasi konstitusional dan dapat memberikan contohnya dengan benar dan lengkap. Mahasiswa dapat menjelaskan kembali pengertian dan pemahaman mengenai permohonan pengujian undang-undang dan pemahaman mengenai subjek SEKOR > 65 (B- / B / B+ ) Mahasiswa menguraikan, pengertian dan pemahaman judicial review dan peradilan konstitusi di negara demokrasi konstitusional dan dapat memberikan contohnya dengan benar. SEKOR > 60 (C / C+ ) Mahasiswa menguraikan, pengertian judicial review dan peradilan konstitusi di negara demokrasi konstitusional dengan benar. SEKOR > 45 (D) Mahasiswa menguraikan, pengertian dan pemahaman mengenai, judicial review dan peradilan konstitusi di negara demokrasi konstitusional dengan kurang benar. SEKOR < 45 (E) Mahasiswa tidak menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai, judicial review dan peradilan konstitusi di negara demokrasi konstitusional. BOBOT Mahasiswa menguraikan, pengertian dan pemahaman permohonan pengujian undang-undang dan pemahaman mengenai subjek dan objek dalam permohonan Mahasiswa menguraikan, pengertian dan pemahaman permohonan pengujian undang-undang dan pemahaman mengenai subjek dan Mahasiswa menguraikan, pengertian dan pemahaman permohonan pengujian undangundang dan pemahaman mengenai subjek dan Mahasiswa tidak menguraikan, pengertian dan pemahaman permohonan pengujian undang-undang dan pemahaman mengenai 5% 5% 6 3 progress test dan post test 4 Kunjunga n Sidang dan objek dalam permohonan pengujian undang-undang dan dapat memberikan contohnya dengan benar dan lengkap. Tes Mahasiswa tulisan menguasai & Tes sistematika lisan penyusunan permohonan pengujian undang-undang dan mampu menyusun permohonan pengujian undang-undang dengan benar dan lengkap. Resume Mahasiswa Sidang mengikuti persidangan dan dapat menyusun resume persidangan yang diikuti dengan benar dan lengkap. pengujian undang-undang dan dapat memberikan contohnya dengan benar. objek dalam permohonan pengujian undang-undang dengan benar. objek dalam permohonan pengujian undangundang dengan kurang benar. subjek dan objek dalam permohonan pengujian undangundang. Mahasiswa menguasai sistematika penyusunan permohonan pengujian undang-undang dan mampu menyusun permohonan pengujian undang-undang dengan benar. Mahasiswa menguasai sistematika penyusunan permohonan pengujian undang-undang dengan benar. Mahasiswa menguasai sistematika penyusunan permohonan pengujian undangundang dengan kurang benar. Mahasiswa tidak menguasai sistematika penyusunan permohonan pengujian undangundang. 5% Mahasiswa mengikuti persidangan dan dapat menyusun resume persidangan yang diikuti dengan benar. Mahasiswa mengikuti persidangan dan belum dapat menyusun resume persidangan yang diikuti Mahasiswa mengikuti persidangan dan tidak dapat menyusun resume persidangan. Mahasiswa tidak mengikuti persidangan dan tidak menyusun resume persidangan. 10 % 7 5 Progress test dan post test Tes lisan 6 Progress test dan post test Tes lisan Mahasiswa dapat menjelaskan kembali mengenai perkembangan hukum acara pengujian undang-undang dalam praktik sesuai dengan putusan-putusan Mahkamah Konstitusi dan dapat memberikan contohnya dengan benar dan lengkap. Mahasiswa dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian dan pemahaman mengenai prosedur permohonan sengketa konstitusional kewenangan lembaga negara dan dapat memberikan Mahasiswa menguraikan mengenai perkembangan hukum acara pengujian undang-undang dalam praktik sesuai dengan putusan-putusan Mahkamah Konstitusi dan dapat memberikan contohnya dengan benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur permohonan sengketa konstitusional kewenangan lembaga negara dan dapat memberikan contohnya dengan benar. Mahasiswa menguraikan mengenai perkembangan hukum acara pengujian undang-undang dalam praktik sesuai dengan putusanputusan Mahkamah Konstitusi dengan benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur permohonan sengketa konstitusional kewenangan lembaga negara dengan benar. Mahasiswa menguraikan mengenai perkembangan hukum acara pengujian undangundang dalam praktik sesuai dengan putusanputusan Mahkamah Konstitusi dengan kurang benar. Mahasiswa tidak menguraikan mengenai perkembangan hukum acara pengujian undang-undang dalam praktik sesuai dengan putusanputusan Mahkamah Konstitusi. 5% Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur permohonan sengketa konstitusional kewenangan lembaga negara dengan kurang benar. Mahasiswa tidak menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur permohonan sengketa konstitusional kewenangan lembaga negara. 5% 8 7 Progress test dan post test Tes lisan 8 Progress test dan post test Tes lisan contohnya dengan benar dan lengkap. Mahasiswa dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dan dapat memberikan contohnya dengan benar dan lengkap. Mahasiswa dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum Anggota DPR, DPD dan DPRD dengan benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dan dapat memberikan contohnya dengan benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan kurang benar. Mahasiswa tidak menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. 5% Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum Anggota DPR, DPD dan DPRD dan dapat Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum Anggota DPR, DPD dan DPRD dengan Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Mahasiswa tidak menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum Anggota DPR, DPD dan 5% 9 9 Progress test dan post test Tes lisan 10 Progress test dan post test Tes lisan dan dapat memberikan contohnya dengan benar dan lengkap. Mahasiswa dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota dan dapat memberikan contohnya dengan benar dan lengkap. Mahasiswa dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian dan pemahaman mengenai pembubaran partai politik dan memberikan contohnya memberikan contohnya dengan benar. benar. dengan kurang benar. DPRD. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota dan dapat memberikan contohnya dengan benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota dengan benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota dengan kurang benar. Mahasiswa tidak menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai prosedur penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. 5% Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai pembubaran partai politik dan memberikan contohnya dengan benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai pembubaran partai politik dengan benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai pembubaran partai politik dengan kurang benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai pembubaran partai politik. 5% 10 dengan benar dan lengkap. 11 Progress test dan post test Tes lisan 12 Post test Moot Court Mahasiswa dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian dan pemahaman mengenai impechment presiden dan alasan tindak pidana pemberhentian presiden menurut UUD 1945 dan dapat memberikan contohnya dengan benar dan lengkap. Mahasiswa melakukan praktik hukum acara mahkamah konstitusi dalam perkara pengujian undang-undang dengan benar dan lengkap. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai impechment presiden dan alasan tindak pidana pemberhentian presiden menurut UUD 1945 dan dapat memberikan contohnya dengan benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai impechment presiden dan alasan tindak pidana pemberhentian presiden menurut UUD 1945 dengan benar. Mahasiswa menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai impechment presiden dan alasan tindak pidana pemberhentian presiden menurut UUD 1945 dengan kurang benar. Mahasiswa tidak menguraikan pengertian dan pemahaman mengenai impechment presiden dan alasan tindak pidana pemberhentian presiden menurut UUD 1945. 5% Mahasiswa melakukan praktik hukum acara mahkamah konstitusi dalam perkara pengujian undang-undang dengan benar. Mahasiswa melakukan praktik hukum acara mahkamah konstitusi dalam perkara pengujian undang-undang dengan kurang Mahasiswa melakukan praktik hukum acara mahkamah konstitusi dalam perkara pengujian undangundang Mahasiswa tidak melakukan praktik hukum acara mahkamah konstitusi dalam perkara pengujian undang- 10 % 11 benar. 13 Post test Moot Court Mahasiswa melakukan praktik hukum acara mahkamah konstitusi dalam perkara sengketa kewenangan lembaga negara dengan benar dan lengkap. Mahasiswa melakukan praktik hukum acara mahkamah konstitusi dalam perkara sengketa kewenangan lembaga negara dengan benar. 14 Post test Moot Court Mahasiswa melakukan praktik hukum acara mahkamah konstitusi dalam perkara penyelesaian sengketa pilkada dengan benar dan lengkap. Mahasiswa melakukan praktik hukum acara mahkamah konstitusi dalam perkara penyelesaian sengketa pilkada dengan benar. dengan tidak benar. Mahasiswa Mahasiswa melakukan melakukan praktik hukum praktik hukum acara acara mahkamah mahkamah konstitusi dalam konstitusi perkara dalam perkara sengketa sengketa kewenangan kewenangan lembaga negara lembaga dengan kurang negara dengan benar. tidak benar. Mahasiswa Mahasiswa melakukan melakukan praktik hukum praktik hukum acara acara mahkamah mahkamah konstitusi dalam konstitusi perkara dalam perkara penyelesaian pengujian sengketa penyelesaian pilkada dengan sengketa kurang benar. pilkada dengan tidak benar. undang. Mahasiswa tidak melakukan praktik hukum acara mahkamah konstitusi dalam perkara sengketa kewenangan lembaga negara. Mahasiswa tidak melakukan praktik hukum acara mahkamah konstitusi dalam perkara penyelesaian sengketa pilkada. 10 % 10 % 12 Komponen penilaian : 1. Kehadiran = 10 % 2. Tugas = 25 % 3. UTS = 30 % 4. UAS = 35 % Mengetahui, Ketua Program Studi, Jakarta, Dosen Pengampu, Nurhayani, S.H., M.H. Anna Triningsih, S.H., M.Hum 13