Praktik Mahkaham Konstitusi - Praktek Mahkamah Konstitusi

advertisement
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2015/2016
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Mata kuliah
Mata kuliah prasyarat
Dosen Pengampu
: Praktik Mahkamah Konstitusi
: : Anna Triningsih, S.H., M.Hum
Alokasi Waktu
Capaian Pembelajaran
: Tatap Muka 14 x 100 menit, ada praktik, ada online
: 1. Mahasiswa mampu memahami teori constitutional reveiw dan hukum acara Mahkamah
Konstitusi.
2. Mahasiswa menguasai penyusunan permohonan dan praktik beracara di Mahkamah Konstitusi
SESI
MATERI
PEMBELAJARAN
Pengantar
tentang judicial
review dan
peradilan
konstitusi di
beberapa negara
BENTUK
PEMBELAJARAN
1. Metoda
contextual
instruction
2. Media: kelas,
komputer, LCD,
whiteboard, web
Mahasiswa memahami
subyek dan objek
dalam permohonan
pengujian undangundang
Pengantar
permohonan
pengujian
undang-undang
1. Metoda
contextual
instruction
2. Media: kelas,
komputer, LCD,
whiteboard, web
1.
Mahasiswa menguasai
penyusunan
Menyusun
sistematika dan
1. Metoda
contextual
1.
1
2
3
KEMAMPUAN
AKHIR
Mahasiswa memahami
tentang teori
constitutional review
dan peradilan konstitusi
Kode MK
Bobot MK
Kode Dosen
1.
2.
2.
SUMBER
PEMBELAJARAN
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. dan
Ahmad Syahrizal, S.H., M.H.,
Peradilan Konstitusi di Sepuluh
Negara, (Jakarta: Konstitusi Press)
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.,
Model-Model Pengujian
Konstitusional (Jakarta: Konstitusi
Press)
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.,
Pengujian Undang-Undang (Jakarta:
Konstitusi Press)
Peraturan Mahkamah Konstitusi
tentang Pedoman Penyusunan
Permohonan Pengujian UndangUndang
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.,
Pengujian Undang-Undang
:
:
:
HPK 905
7118
INDIKATOR
PENILAIAN
Menguraikan
peradilan
konstitusi di
beberapa
negara dan
bentuk-bentuk
pengujian
konstitusional
Memahami
subyek dan
objek pengujian
undang-undang
Menguasai
penyusunan
1
permohonan pengujian
undang-undang
format
permohonan
pengujian
undang-undang
instruction
2. Media: kelas,
komputer, LCD,
whiteboard, web
(Jakarta: Konstitusi Press)
2. Peraturan Mahkamah Konstitusi
tentang Pedoman Penyusunan
Permohonan Pengujian UndangUndang
1. Kunjungan Sidang 1. Perkara Pengujian Undangdi Mahkamah
Undang uang diikuti oleh
Konstitusi
mahasisswa dalam sidang.
2. Praktik Sidang
dibagi dalam
beberapa
kelompok
4
Mahasiswa mampu
Sidang Pengujian
beracara pengujian UU Undang-Undang
di Mahkamah Konstitusi di Mahkamah
Konstitusi
5
Mahasiswa mampu
memahami
perkembangan hukum
acara mahkamah
konstitusi dalam praktik
Perkembangan
Pengujian
Undang-Undang
Dalam Praktik
1. Metoda
contextual
instruction
2. Media: kelas,
komputer, LCD,
whiteboard, web
6
Mahasiswa memahami
tentang teori sengketa
konstitusional
kewenangan lembaga
negara
Pengantar
permohonan
sengketa
konstitusional
kewenangan
lembaga negara
1. Metoda
contextual
instruction
2. Media: kelas,
komputer, LCD,
whiteboard, web
1. Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, Hukum Acara
Mahkamah Konstitusi, (Jakarta:
MKRI)
2. Putusan-Putusan Mahkamah
Konstitusi Dalam Perkara
Pengujian Undang-Undang
1. Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.,
Sengketa Kewenangan Lembaga
Negara (Jakarta: Konstitusi Press)
2. Peraturan Mahkamah Konstitusi
tentang Pedoman Beracara Dalam
Sengketa Kewenangan Lembaga
Negara
3. Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, Hukum Acara
Mahkamah Konstitusi, (Jakarta:
perrmohonan
pengujian
undang-undang
Mampu
memahami dan
menguasai
proses beracara
dalam
persidangan
pengujian
undang-undang
Mampu
memahami
perkembangan
hukum acara
mahkamah
konstitusi dalam
praktik
Mampu
memahami
subyek dan
objek sengketa
kewenagan
lembaga negara
2
MKRI)
1. Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, Hukum Acara
Mahkamah Konstitusi, (Jakarta:
MKRI)
2. Peraturan Mahkamah Konstitusi
tentang Pedoman Beracara Dalam
penyelesaian perselisihan hasil
pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden
7
Mahasiswa memahami
tentang teori
penyelesaian
perselisihan hasil
pemilihan umum
Pengantar
permohonan
penyelesaian
perselisihan hasil
pemilihan umum
(Pemilihan
Presiden dan
Wakil Presiden)
1. Metoda
contextual
instruction
2. Media: kelas,
komputer, LCD,
whiteboard, web
8
Mahasiswa memahami
tentang teori
penyelesaian
perselisihan hasil
pemilihan umum
Pengantar
permohonan
penyelesaian
perselisihan hasil
pemilihan umum
(Pemilihan
Legislatif)
1. Metoda
contextual
instruction
2. Media: kelas,
komputer, LCD,
whiteboard, web
1. Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, Hukum Acara
Mahkamah Konstitusi, (Jakarta:
MKRI)
2. Peraturan Mahkamah Konstitusi
tentang Pedoman Beracara Dalam
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah
9
Mahasiswa memahami
tentang teori
penyelesaian
perselisihan hasil
Pengantar
permohonan
penyelesaian
perselisihan hasil
1. Metoda
contextual
instruction
2. Media: kelas,
1. Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, Hukum Acara
Mahkamah Konstitusi, (Jakarta:
Mampu
memahami
subyek dan
objek serta
menguasai
proses beracara
dalam
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
umum
(Pemilihan
Presiden dan
Wakil Presiden)
Mampu
memahami
subyek dan
objek serta
menguasai
proses beracara
dalam
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
umum
(Pemilihan
Legislatif)
Mampu
memahami
subyek dan
objek serta
3
pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota
pemilihan
Gubernur, Bupati
dan Walikota
10
Mahasiswa memahami
tentang teori
pembubaran partai
politik
Pengantar
pembubaran
partai politik
1. Metoda
contextual
instruction
2. Media: kelas,
komputer, LCD,
whiteboard, web
11
Mahasiswa memahami
tentang impechment
Pengantar
Impeachment
Presiden, Alasan
Tindak Pidana
Pemberhentian
Presiden Menurut
UUD 1945
1.
Praktik Beracara
Pengujian
Undang-Undang
1.
2.
12
Mahasiswa praktik
beracara dalam
pengujian undang-
komputer, LCD,
whiteboard, web
2.
MKRI)
2. Peraturan Mahkamah Konstitusi
tentang Pedoman Beracara Dalam
penyelesaian Perselisihan Hasil
Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota
1. Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi,
(Jakarta: MKRI)
2. Peraturan Mahkamah Konstitusi
tentang Pedoman Beracara Dalam
Pembubaran Partai Politik
Metoda
1. Sekretariat Jenderal dan
contextual
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,
instruction
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi,
Media: kelas,
(Jakarta: MKRI)
komputer, LCD,
2. Peraturan Mahkamah Konstitusi
whiteboard, web
tentang Pedoman Beracara Dalam
memutus pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden
3. Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H.,
Impechment Presiden, (Jakarta:
Konstitusi Press)
Diskusi Kelompok 1. Sekretariat Jenderal dan
Moot Court
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi,
menguasai
proses beracara
dalam
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
Gubernur,
Bupati dan
Walikota
Mampu
memahami
prosedur
beracara dalam
pembubaran
partai politik
Mampu
memahami
prosedur
beracara dalam
impechment
Mampu
beracara dalam
pengujian
4
undang
13
Mahasiswa praktik
beracara dalam
pengujian undangundang
Praktik Beracara
Pengujian
Undang-Undang
1.
2.
14
Mahasiswa praktik
beracara dalam
pengujian undangundang
Praktik Beracara
Pengujian
Undang-Undang
1.
2.
(Jakarta: MKRI)
2. Studi Kasus
Diskusi Kelompok 1. Sekretariat Jenderal dan
Moot Court
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi,
(Jakarta: MKRI)
2. Studi Kasus
Diskusi Kelompok 1. Sekretariat Jenderal dan
Moot Court
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi,
(Jakarta: MKRI)
2. Studi Kasus
Mengetahui,
Ketua Program Studi,
Jakarta,
Dosen Pengampu,
Nurhayani, S.H., M.H.
Anna Triningsih, S.H., M.Hum
undang-undang
Mampu
beracara dalam
pengujian
undang-undang
Mampu
beracara dalam
pengujian
undang-undang
5
EVALUASI PEMBELAJARAN
SESI
1
2
PROSEDUR
Pretest
test
BENTUK
Tes
lisan
Progress
test dan
post test
Tes
lisan
SEKOR > 77
( A / A-)
Mahasiswa dapat
menjelaskan
kembali
pengertian dan
pemahaman
mengenai judicial
review dan
peradilan
konstitusi di
negara demokrasi
konstitusional dan
dapat
memberikan
contohnya
dengan benar dan
lengkap.
Mahasiswa dapat
menjelaskan
kembali
pengertian dan
pemahaman
mengenai
permohonan
pengujian
undang-undang
dan pemahaman
mengenai subjek
SEKOR > 65
(B- / B / B+ )
Mahasiswa
menguraikan,
pengertian dan
pemahaman
judicial review
dan peradilan
konstitusi di
negara demokrasi
konstitusional
dan dapat
memberikan
contohnya
dengan benar.
SEKOR > 60
(C / C+ )
Mahasiswa
menguraikan,
pengertian
judicial review
dan peradilan
konstitusi di
negara
demokrasi
konstitusional
dengan benar.
SEKOR > 45
(D)
Mahasiswa
menguraikan,
pengertian dan
pemahaman
mengenai,
judicial review
dan peradilan
konstitusi di
negara
demokrasi
konstitusional
dengan kurang
benar.
SEKOR < 45
(E)
Mahasiswa
tidak
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai,
judicial review
dan peradilan
konstitusi di
negara
demokrasi
konstitusional.
BOBOT
Mahasiswa
menguraikan,
pengertian dan
pemahaman
permohonan
pengujian
undang-undang
dan pemahaman
mengenai subjek
dan objek dalam
permohonan
Mahasiswa
menguraikan,
pengertian dan
pemahaman
permohonan
pengujian
undang-undang
dan
pemahaman
mengenai
subjek dan
Mahasiswa
menguraikan,
pengertian dan
pemahaman
permohonan
pengujian
undangundang dan
pemahaman
mengenai
subjek dan
Mahasiswa
tidak
menguraikan,
pengertian dan
pemahaman
permohonan
pengujian
undang-undang
dan
pemahaman
mengenai
5%
5%
6
3
progress
test dan
post test
4
Kunjunga
n Sidang
dan objek dalam
permohonan
pengujian
undang-undang
dan dapat
memberikan
contohnya
dengan benar dan
lengkap.
Tes
Mahasiswa
tulisan
menguasai
& Tes
sistematika
lisan
penyusunan
permohonan
pengujian
undang-undang
dan mampu
menyusun
permohonan
pengujian
undang-undang
dengan benar dan
lengkap.
Resume Mahasiswa
Sidang mengikuti
persidangan dan
dapat menyusun
resume
persidangan yang
diikuti dengan
benar dan
lengkap.
pengujian
undang-undang
dan dapat
memberikan
contohnya
dengan benar.
objek dalam
permohonan
pengujian
undang-undang
dengan benar.
objek dalam
permohonan
pengujian
undangundang
dengan kurang
benar.
subjek dan
objek dalam
permohonan
pengujian
undangundang.
Mahasiswa
menguasai
sistematika
penyusunan
permohonan
pengujian
undang-undang
dan mampu
menyusun
permohonan
pengujian
undang-undang
dengan benar.
Mahasiswa
menguasai
sistematika
penyusunan
permohonan
pengujian
undang-undang
dengan benar.
Mahasiswa
menguasai
sistematika
penyusunan
permohonan
pengujian
undangundang
dengan kurang
benar.
Mahasiswa
tidak
menguasai
sistematika
penyusunan
permohonan
pengujian
undangundang.
5%
Mahasiswa
mengikuti
persidangan dan
dapat menyusun
resume
persidangan yang
diikuti dengan
benar.
Mahasiswa
mengikuti
persidangan
dan belum
dapat
menyusun
resume
persidangan
yang diikuti
Mahasiswa
mengikuti
persidangan
dan tidak
dapat
menyusun
resume
persidangan.
Mahasiswa
tidak mengikuti
persidangan
dan tidak
menyusun
resume
persidangan.
10 %
7
5
Progress
test dan
post test
Tes
lisan
6
Progress
test dan
post test
Tes
lisan
Mahasiswa dapat
menjelaskan
kembali mengenai
perkembangan
hukum acara
pengujian
undang-undang
dalam praktik
sesuai dengan
putusan-putusan
Mahkamah
Konstitusi dan
dapat
memberikan
contohnya
dengan benar dan
lengkap.
Mahasiswa dapat
menjelaskan
kembali mengenai
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
permohonan
sengketa
konstitusional
kewenangan
lembaga negara
dan dapat
memberikan
Mahasiswa
menguraikan
mengenai
perkembangan
hukum acara
pengujian
undang-undang
dalam praktik
sesuai dengan
putusan-putusan
Mahkamah
Konstitusi dan
dapat
memberikan
contohnya
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
permohonan
sengketa
konstitusional
kewenangan
lembaga negara
dan dapat
memberikan
contohnya
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
mengenai
perkembangan
hukum acara
pengujian
undang-undang
dalam praktik
sesuai dengan
putusanputusan
Mahkamah
Konstitusi
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
permohonan
sengketa
konstitusional
kewenangan
lembaga negara
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
mengenai
perkembangan
hukum acara
pengujian
undangundang dalam
praktik sesuai
dengan
putusanputusan
Mahkamah
Konstitusi
dengan kurang
benar.
Mahasiswa
tidak
menguraikan
mengenai
perkembangan
hukum acara
pengujian
undang-undang
dalam praktik
sesuai dengan
putusanputusan
Mahkamah
Konstitusi.
5%
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
permohonan
sengketa
konstitusional
kewenangan
lembaga
negara
dengan kurang
benar.
Mahasiswa
tidak
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
permohonan
sengketa
konstitusional
kewenangan
lembaga
negara.
5%
8
7
Progress
test dan
post test
Tes
lisan
8
Progress
test dan
post test
Tes
lisan
contohnya
dengan benar dan
lengkap.
Mahasiswa dapat
menjelaskan
kembali mengenai
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan hasil
pemilihan
Presiden dan
Wakil Presiden
dan dapat
memberikan
contohnya
dengan benar dan
lengkap.
Mahasiswa dapat
menjelaskan
kembali mengenai
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan hasil
pemilihan umum
Anggota DPR,
DPD dan DPRD
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan hasil
pemilihan
Presiden dan
Wakil Presiden
dan dapat
memberikan
contohnya
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
Presiden dan
Wakil Presiden
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
Presiden dan
Wakil Presiden
dengan kurang
benar.
Mahasiswa
tidak
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
Presiden dan
Wakil Presiden.
5%
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan hasil
pemilihan umum
Anggota DPR,
DPD dan DPRD
dan dapat
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
umum Anggota
DPR, DPD dan
DPRD dengan
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
umum
Anggota DPR,
DPD dan DPRD
Mahasiswa
tidak
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
umum Anggota
DPR, DPD dan
5%
9
9
Progress
test dan
post test
Tes
lisan
10
Progress
test dan
post test
Tes
lisan
dan dapat
memberikan
contohnya
dengan benar dan
lengkap.
Mahasiswa dapat
menjelaskan
kembali mengenai
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan hasil
pemilihan
Gubernur, Bupati
dan Walikota dan
dapat
memberikan
contohnya
dengan benar dan
lengkap.
Mahasiswa dapat
menjelaskan
kembali mengenai
pengertian dan
pemahaman
mengenai
pembubaran
partai politik dan
memberikan
contohnya
memberikan
contohnya
dengan benar.
benar.
dengan kurang
benar.
DPRD.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan hasil
pemilihan
Gubernur, Bupati
dan Walikota dan
dapat
memberikan
contohnya
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
Gubernur,
Bupati dan
Walikota
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
Gubernur,
Bupati dan
Walikota
dengan kurang
benar.
Mahasiswa
tidak
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
prosedur
penyelesaian
perselisihan
hasil pemilihan
Gubernur,
Bupati dan
Walikota.
5%
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
pembubaran
partai politik dan
memberikan
contohnya
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
pembubaran
partai politik
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
pembubaran
partai politik
dengan kurang
benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
pembubaran
partai politik.
5%
10
dengan benar dan
lengkap.
11
Progress
test dan
post test
Tes
lisan
12
Post test
Moot
Court
Mahasiswa dapat
menjelaskan
kembali mengenai
pengertian dan
pemahaman
mengenai
impechment
presiden dan
alasan tindak
pidana
pemberhentian
presiden menurut
UUD 1945 dan
dapat
memberikan
contohnya
dengan benar dan
lengkap.
Mahasiswa
melakukan praktik
hukum acara
mahkamah
konstitusi dalam
perkara pengujian
undang-undang
dengan benar dan
lengkap.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
impechment
presiden dan
alasan tindak
pidana
pemberhentian
presiden menurut
UUD 1945 dan
dapat
memberikan
contohnya
dengan benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
impechment
presiden dan
alasan tindak
pidana
pemberhentian
presiden
menurut UUD
1945 dengan
benar.
Mahasiswa
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
impechment
presiden dan
alasan tindak
pidana
pemberhentian
presiden
menurut UUD
1945 dengan
kurang benar.
Mahasiswa
tidak
menguraikan
pengertian dan
pemahaman
mengenai
impechment
presiden dan
alasan tindak
pidana
pemberhentian
presiden
menurut UUD
1945.
5%
Mahasiswa
melakukan
praktik hukum
acara mahkamah
konstitusi dalam
perkara pengujian
undang-undang
dengan benar.
Mahasiswa
melakukan
praktik hukum
acara
mahkamah
konstitusi dalam
perkara
pengujian
undang-undang
dengan kurang
Mahasiswa
melakukan
praktik hukum
acara
mahkamah
konstitusi
dalam perkara
pengujian
undangundang
Mahasiswa
tidak
melakukan
praktik hukum
acara
mahkamah
konstitusi
dalam perkara
pengujian
undang-
10 %
11
benar.
13
Post test
Moot
Court
Mahasiswa
melakukan praktik
hukum acara
mahkamah
konstitusi dalam
perkara sengketa
kewenangan
lembaga negara
dengan benar dan
lengkap.
Mahasiswa
melakukan
praktik hukum
acara mahkamah
konstitusi dalam
perkara sengketa
kewenangan
lembaga negara
dengan benar.
14
Post test
Moot
Court
Mahasiswa
melakukan praktik
hukum acara
mahkamah
konstitusi dalam
perkara
penyelesaian
sengketa pilkada
dengan benar dan
lengkap.
Mahasiswa
melakukan
praktik hukum
acara mahkamah
konstitusi dalam
perkara
penyelesaian
sengketa pilkada
dengan benar.
dengan tidak
benar.
Mahasiswa
Mahasiswa
melakukan
melakukan
praktik hukum
praktik hukum
acara
acara
mahkamah
mahkamah
konstitusi dalam konstitusi
perkara
dalam perkara
sengketa
sengketa
kewenangan
kewenangan
lembaga negara lembaga
dengan kurang
negara dengan
benar.
tidak benar.
Mahasiswa
Mahasiswa
melakukan
melakukan
praktik hukum
praktik hukum
acara
acara
mahkamah
mahkamah
konstitusi dalam konstitusi
perkara
dalam perkara
penyelesaian
pengujian
sengketa
penyelesaian
pilkada dengan sengketa
kurang benar.
pilkada
dengan tidak
benar.
undang.
Mahasiswa
tidak
melakukan
praktik hukum
acara
mahkamah
konstitusi
dalam perkara
sengketa
kewenangan
lembaga
negara.
Mahasiswa
tidak
melakukan
praktik hukum
acara
mahkamah
konstitusi
dalam perkara
penyelesaian
sengketa
pilkada.
10 %
10 %
12
Komponen penilaian :
1. Kehadiran = 10 %
2. Tugas
= 25 %
3. UTS
= 30 %
4. UAS
= 35 %
Mengetahui,
Ketua Program Studi,
Jakarta,
Dosen Pengampu,
Nurhayani, S.H., M.H.
Anna Triningsih, S.H., M.Hum
13
Download