iptek 17 Halaman >> Selasa > 28 September 2010 REPUBLIKA Rekayasa Genetika di Piring Makan Bagi bioteknologi, rekayasa gen tanaman dan ternak salah satunya adalah untuk mengurangi risiko penyakit. Oleh Dewi Mardiani S ehari tiga kali manusia membutuhkan makanan. Bahkan, bisa saja lebih dari hitungan itu. Kehidupan manusia memang tak lepas dari unsur makanan dan berusaha untuk mendapatkan sumber-sumber makanan yang lebih baik lagi dari alam. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia memungkinkan kita mendapatkan sumber makanan sesuai dengan yang diharapkan. Ada buah yang besar dan manis, jagung yang berbiji banyak dan bernutrisi penuh, hewan ternak khusus pedaging atau petelur, padi hibrida, dan lain-lain. Mengubah sifat tanaman dan hewan sesuai keinginan manusia sebagai sumber makanan sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Tentunya, perubahan sifat itu sesuai kebutuhan atas sumber makanan manusia, seperti teknologi perekayasaan genetika. Kini, para ilmuwan melakukan rekayasa genetik pada ikan salmon Atlantik. Ikan ini diharapkan tumbuh dua kali lebih cepat dari jenis salmon pada umumnya. Mereka menjamin ikan itu aman untuk dihidangkan dan dimakan. Mereka tinggal menunggu pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mengesahkannya. Jika berhasil, ikan hasil rekayasa genetika ini menjadi salmon pertama yang dihasilkan ilmu pengetahuan di meja makan. Mungkin masih ingat dengan tomat yang direkayasa. Hasilnya malah memberikan rasa yang tak enak. Sepuluh tahun yang lalu, juga ada hasil rekayasa jagung untuk makanan ternak. Bagi dunia bioteknologi, merekayasa gen tanaman dan ternak jadi cara yang tepat untuk mengurangi risiko penyakit, melindungi dari serangan serangga, dan meningkatkan pasokan makanan untuk mengatasi kelaparan. Hanya saja, bagi pandangan orang yang skeptis, perubahan genetik mendatangkan risiko bagi alam dan suplai makanan. Memodifikasi organisme bisa masuk ke dalam percaturan kehidupan liar dan spesies alami, dan potensial untuk mengubah mereka dengan dampak yang belum diketahui. Selama lebih dari 15 tahun, tumbuhan hasil rekayasa genetik telah ditanam pada lahan dua miliar hektare lebih di 20 negara. Di AS, konsumen produk tanaman hasil rekayasa genetika ini sangat besar. Beberapa di antaranya adalah produk tanpa merek, seperti minyak dan makanan olahan. Produk pertanian yang sama dikaji ulang di beberapa negara di Eropa dan Asia, termasuk India. Sementara itu, Cina terus berusaha mengembangkan modifikasi genetik untuk padi yang tahan terhadap serangan serangga perusak. Faktanya, banyak ahli mengata- Fakta seputar ikan salmon ● Ikan salmon tergolong jenis ikan laut, tapi setelah musim kawin usai, salmon betina ‘harus’ pergi ke sungai untuk bertelur. ● Memiliki rasa sangat lezat di samping perpaduan warna dagingnya sangat menarik, yakni merah muda dan oranye. ● Dagingnya sangat lembut karena mengandung lemak tak jenuh (lemak Omega-3) yang sangat tinggi sehingga baik untuk menurunkan kadar kolesterol, menghindari penyakit jantung dan stroke, serta radang sendi (arthritis). ● Bergizi tinggi dan menjadi sumber protein, kalsium, fosfor, dan vitamin D. ● Saat akan bertelur, salmon betina membuat celah baginya untuk menaruh telur. Satu celah dapat menampung lima ribu telur yang menutupi area sekitar 2,8 meter persegi. Warna telur bervariasi dari oranye hingga merah. ● Salmon betina dapat bertelur hingga tujuh kali sebelum telur dalam ovariumnya habis. ● Salmon betina akan mati dalam hitungan hari setelah bertelur. ● Salmon muda menetap di perairan air tawar selama tiga tahun sebelum bermigrasi ke lautan. ● Salmon sanggup melakukan perjalanan mengarungi arus sungai sejauh 1.400 kilometer dan mendaki setinggi 2.100 kilometer dari lautan. kan, makanan alami dari nenek moyang kita sebagian besar sudah hilang. Ini terkait dengan pola pembiakan dan praktik-praktik yang umum saat ini. Pembiakan cara lama kini berubah pada kalkun, “Sehingga unggas itu tidak bisa kawin lagi, karena manusia membiakkannya hanya untuk menghasilkan daging dada Rekayasa sumber makanan TH EM UD FL AT SH .N ET Dalam percobaan pada bidang pertanian, vaksin dan jenis produk farmasi lainnya terkandung dalam pisang dan sejumlah tanaman. Dengan menyandang sebutan ‘Enviropigs’ dalam pupuk yang tidak begitu mencemarkan atau ternak sapi yang tidak menghasilkan gas metana pada pencernaannya. Malahan, bisa saja ternak atau produk peternakan itu dihasilkan hanya dari cabikan kulitnya saja yang direkayasa dari DNA. Beberapa dekade sebelumnya, ada Revolusi Hijau dari Norman Borlaug yang menggiring jenis hibrida ke pertanian. Hasilnya yakni mengurangi angka kelaparan secara dramatis, meski kadang-kadang juga menghadapi kegagalan. No. FAX IKLAN REPUBLIKA: (021) 7981169 KING SALMON ELAINE THOMPSON/AP King Salmon atau dikenal sebagai Chinook, berjejer di atas es di Pasar Ikan, Seattle. Regulator makanan Pemerintah Amerika Serikat sedang membahas upaya memasukkan ikan salmon sebagai produk rekayasa genetika yang aman dikonsumsi warga Amerika. yang tebal,” kata Martina Newell McGloughlin, direktur Penelitian Bioteknologi dan Program Pendidikan Universitas California seperti dikutip Ap. “Semua hewan, tanaman, dan mikroba digunakan dalam sistem makanan, pertanian, dan modifikasi gen pada satu atau lain cara. Ambil cara itu atau makhluk hidup itu tetap dalam keadaan liar,” ujar Bruce Chassy, peneliti kemasyarakatan dari Universitas Illinois Umumnya, modifikasi itu dilakukan dari pembiakan selektif dan hibridisasi. Keduanya merupakan cara tradisional yang mengubah tanaman dan hewan. Hanya saja, kedua metode itu digunakan pada ribuan tahun yang lalu. Para peneliti mengatakan, tekniknya itu seperti menggunakan pisau bedah. “Rekayasa genetik lebih presisi dan dapat diperkirakan, juga kemudian masuk ke dalam peraturannya. Kini, belum ada peraturan sama sekali untuk sistem pembiakan tradisional,” ujar McGloughlin. Dia menemukan banyak kecemasan pada makanan hasil rekayasa genetik dan aturan yang berat pada konsumsi makanan. Lebih dari empat per lima kedelai, jagung, dan kapas menyebar di AS pada tahun lalu. Menurut National Academies of Sciences Study 2010, ketiga jenis ini adalah hasil rekayasa pertanian. ■ ed: andi nur aminah