BAB II TINJAUAN PUSKATA 2. 1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Partisipasi Menurut Sumaryadi (2010:46) partisipasi adalah: “Peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dapam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hail pembangunan.” Menurut Tilaar (2009:287) mendefinisikan partisipasi adalah: “sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya” Berdasarkan pengertian di atas, bahwa konsep partisipasi memiliki makna yang luas dan beragam. Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan partisipasi adalah suatu wujud dari peran serta masyarakat dalam aktivitas berupa perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat. 2.1.2 Macam-macam Partisipasi Menurut Cohen dan Uphoff dalam Astuti (2011:61) membedakan partisipasi menjadi empat jenis, yaitu: 11 12 1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat yang berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menymbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan. 2. Partisipasi dalam pelaksanaan Partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakan sumber daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. 3. Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program. 4. Partisipasi dalam evaluasi Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya. 13 2.2 Pengertian Anggaran Menurut Munandar (2000:1) definisi anggaran adalah: “Suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Menurut Nafarin (2004:9) mendefinisikan: “Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan perencanaan yang terjadi pada jangka pendek secara kuantitatif yang diukur dalam suatu moneter dan satuan ukuran lain untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi sebagai alat manajemen untuk perencanaan, pengendalian serta penilaian kinerja manajemen dalam upaya mencapai tujuan organisasi. 2.2.1 Fungsi Anggaran Menurut Garrison (2000:404) menyatakan bahwa fungsi anggaran adalah pengendalian dan perencanaan. Perencanaan mencakup pengembangan tujuan untuk masa depan, sedangkan pengendalian digunakan untuk menjamin bahwa seluruh fungsi manajemen dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. 14 Garrison (2000:404) menyebutkan bahwa anggaran memiliki beberapa fungsi yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan Anggaran merupakan blueprint bagi perusahaan Anggaran bertindak sebagai alat komunikasi internal Anggaran bertindak sebagai dasar untuk melakukan evaluasi Anggaran sebagai alat pengendali Anggaran berusaha mempengaruhi dan memotivasi manajer untuk bertindak efektif dan efisien Berikut penjelasan dari ke enam fungsi anggaran, 1) anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan sebagai hasil dari perundingan antara anggota organisasi yang dominan, yang menunjukkan persetujuan organisasi mengenai tujuan-tujuan operasi untuk masa depan, 2) Anggaran merupakan blueprint bagi perusahaan untuk bertindak yang menggambarkan prioritas manajemen dalam mengalokasikan sumber daya, dan menunjukkan bagaimana bagian organisasi diharapkan bekerja dalam mencapai keseluruhan tujuan perusahaan (Garrison:2000). Anggaran bertindak sebagai alat komunikasi bertindak sebagai dasar untuk melakukan evaluasi, dan memotivasi manajer untuk bertindak efektif dan efisien. (Mulyadi, 2001). 2.2.2 Karakteristik Anggaran Menurut Anthony dan Govindarajan (2007:73) anggaran memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Anggaran mengestimasikan potensi laba dari unit bisnis tersebut. Dinyatakan dalam istilah moneter Biasanya meliputi waktu selama satu tahun. Merupakan komitmen manajemen. Usulan anggaran disetujui oleh pejabat. 15 6. Setelah disetujui. 7. Secara berkala. Berdasarkan karakteristik di atas dapat dijelaskan bahwa anggaran mengestimasikan potensi laba dari unit bisnis yang dinyatakan dalam istilah moneter, b iasanya meliputi waktu selama satu tahun. (Wiryono dan Raharjono, 2007). Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi wewenangnya dari pembuat anggaran yang hanya dapat diubah dalam kondisi-kondisi tertentu. (Anthony dan Govindarajan, 2007) 2.2.3 Jenis-jenis Anggaran Menurut Nafarin (2004:17) anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa sudut pandangan yaitu: 1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari: a. Anggaran variabel b. Anggaran tetap 2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari: a. Anggaran periodik b. Anggaran kontinu 3. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari: a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis) b. Anggaran jangka panjang (strategis) Berdasarkan jenis-jenis anggaran di atas dapat dijelaskan bahwa, menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari: 1) Anggaran variabel yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisaran) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkattingkat aktivitas (kegiatan yang berbeda. Anggaran variabel disebut juga anggaran fleksibel. 2) Anggaran tetap yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu 16 tingkat kapasitas tertentu. Anggaran tetap disebut juga anggaran statis (Nafarin, 2004). Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari: 1) Anggaran periodik yaitu anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu. Pada umumnya peridenya satu tahun yang disusun setiap periode anggaran. 2) Anggaran kontinu yaitu anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari: 1) Anggaran jangka pendek (anggaran taktis) adalah anggaran yang dibuat jangka waktu paling lama setahun. 2) Anggaran jangka panjang (strategis) adalah anggaran yang dibuat dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal, anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek. 2.2.4 Kegunaan Anggaran Anggaran mempunyai beberapa kegunaan (Ellen et al, 2001:2) sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Adanya perencanaan terpadu Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan Sebagai alat pengkoordinasian kerja Sebagai alat pengawasan kerja Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan Berdasarkan kegunaan anggaran di atas berikut penjelasan dari ke lima point tersebut: adanya perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk merumuskan rencana perusahaan dan untuk menjalankan pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan secara menyeluruh, anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen puncak maupun manajemen 17 mencegah dalam menjalankan tugasnya. Disamping itu, penyusunan anggaran memungkinkan perusahaan untuk mengantisipasi perubahan dalam lingkungan dan melakukan penyesuaian sehingga kinerja perusahaan lebih baik. (Ellen et al, 2001). Menurut Yusfaningrum (2005) penganggaran dapat memperbaiki koordinasi kerja intern perusahaan. Oleh karenanya sistem anggaran memungkinkan para manajer divisi untuk melihat antar bagian (divisi) secara keseluruhan, anggaran memerlukan serangkaian standar prestasi atau target yang bisa dibandingkan dengan realisasinya sehingga pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya. Anggaran yang disusun dengan baik menerapkan standar yang relevan akan memberikan pedoman bagi perusahaan dalam menentukan langkahlangkah yang harus ditempuh agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan cara yang baik, artinya menggunakan sumber-sumber daya perusahaan yang dianggap paling menguntungkan. 2.2.5 Tujuan dan Manfaat Anggaran Menurut Darsono dan Purwanti (2008:19) tujuan anggaran adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Memaksa manajer untuk membuat rencana kerja. Tolak ukur untuk mengevaluasi kinerja. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar manajer. Membantu pengambilan keputusan. Berdasarkan tujuan anggaran di atas berikut penjelasan dari keempat point tersebut: menurut Darsono dan Purwanti (2008 ) manajer harus selalu berpikir proaktif tentang perubahan yang akan terjadi di masa depan. Kemampuan 18 memprediksi masa depan itu dituangkan dalam bentuk angka-angka satuan fisik dan satuan uang yang berorientasi pada kelangsungan hidup perusahaan. Kinerja manajemen harus dibandingkan dengan anggaran. Hasilnya adalah varian; varian dihitung dan dianalisis untuk koreksi rencana, anggaran dan pelaksanaan kerja. Menurut Anthony et all (1998) secara formal anggaran mengkomunikasikan rencana organisasi kepada semua level manajemen. Selanjutnya manajer mengadakan koordinasi untuk merealisasikan rencana tersebut, membantu pengambilan keputusan. Anggaran mengarahkan perhatian manajer untuk mengambil keputusan. Menurut Supriyono (2004:21) menyatakan bahwa terdapat manfaat yang dapat diperoleh bila perusahaan menerapkan penyusunan anggaran yang baik, antara lain: 1. Perencanaan kegiatan organisasi atau pusat pertanggungjawaban dalam jangka pendek. 2. Membantu mengkoordinasi rencana jangka pendek. 3. Alat komunikasi rencana kepada berbagai manajer pusat pertanggungjawaban. 4. Alat untuk memotivasi para manajer untuk mencapai tujuan pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. 5. Alat pengendalian kegiatan dan penilaian prestasi pusat-pusat pertanggungjawaban dan para manajernya. 6. Alat pendidikan para manajer. Berdasarkan manfaat anggaran di atas berikut penjelasan dari point tersebut, bahwa anggaran sebagai alat perencanaan jangka pendek dan merupakan kesanggupan manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan program atau bagian dari program jangka pendek, umumnya satu tahun. Anggaran berfungsi sebagai alat mengkoordinasi rencana dan tindakan berbagai unit dalam 19 atau segmen yang ada di dalam organisasinya. Agar dapat bekerja selaras kearah pencapaian tujuan, koordinasi harus dilakukan, jadi tidak dapat diharapkan berjalan secara otomatis karena tiap individu di dalam organisasi mempunyai kepentingan dan persepsi yang berbeda terhadap tujuan organisasi. (Supriyono 2001). Jika organisasi diinginkan berfungsi secara efisien, maka organisasi tersebut harus menentukan saluran komunikasi melalui berbagai unit dalam organisasi tersebut. Komunikasi meliputi penyampaian- penyampaian informasi yang berhubungan dengan tujuan, strategi, kebijakan, rencana, pelaksanaan dan penyimpangan yang timbul. Anggaran dalam penyusunannya mengikutsertakan peran para pelaksana sehingga dapat digunakan untuk memotivasi mereka dalam melaksanakan rencana, mencapai tujuan sekaligus untuk mengukur prestasi mereka. Memotivasi para pelaksana dapat dilakukan dengan memberikan insentif dalam bentuk uang, penghargaan, dan sebagainya kepada mereka yang mencapai prestasi. (Yusfaningrum, 2005) Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengedalian kegiatan karena anggaran yang sudah disetujui merupakan komitmen dari pelaksana yang ikut berperan di dalam penyusunan anggaran tersebut. Pengendalian pada dasarnya adalah membandingkan antara rencana dan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan apakah penyimpangan yang timbul sudah menjadi hal yang dapat merugikan perusahaan. Penyimpangan tersebut digunakan sebagai dasar evaluasi atau penilaian prestasi dan umpan balik untuk perbaikan di masa yang akan datang. (Rudianto, 2009). 20 Anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenai bagaimana bekerja secara terinci pada pusat pertanggungjawaban yang dia pimpin sekaligus menghubungkan dengan pusat pertanggungjawaban lain yang ada dalam organisasi tersebut. 2.2.6 Pendekatan dalam Penyusunan Anggaran Menurut Anthony dan Govindarajan (2007:87) dalam proses penyusunan anggaran, terdapat tiga metode pendekatan yaitu sebagai berikut: 1. Top-Down-Approach 2. Bottom-Up-Approach 3. Combination Top-Down dan Bottom-Up Approach Top-down Approach merupakan proses penyusunan anggaran dimulai dari manajer puncak. Anggaran diturunkan dari manajer puncak kepada bawahannya dan bawahan tersebut dituntut untuk melaksanakan anggaran tanpa ada keterlibatan dalam proses penyusunannya. Kelemahan dari pendekatan ini adalah bawahan menjadi tertekan oleh pekerjaannya dan akan berperilaku tidak semestinya. Keunggulan pendekatan ini yaitu adanya dukungan yang kuat dari manajer puncak dalam pengembangan anggaran dan proses penyusunan menjadi lebih mudah dikendalikan oleh manajer puncak. Bottom-up Approach merupakan anggaran disusun sepenuhnya oleh bawahan dan disahkan oleh manajer puncak sebagai anggaran perusahaan. Hal yang menonjol dari pendekatan ini adalah adanya negosiasi usulan anggaran antara penyusun anggaran dengan komite anggaran. Tujuan negosiasi adalah menyatukan dua kepentingan yang berbeda. Di satu pihak, manajer puncak menginginkan anggaran yang ketat untuk menjamin perusahaan memperoleh laba yang maksimal. Di lain 21 pihak, manajer pusat pertanggungjawaban (manajer operasi) ingin agar anggaran yang disetujui mendapat kelonggaran yang cukup dan adanya tanggapan atas masalah-masalah tak terduga atau perubahan kegiatan. Kelemahan dari pendekatan ini adalah dengan partisipasi yang terlalu luas sering menimbulkan konflik dan memakan waktu yang panjang dalam proses penyusunan anggaran. Sedangkan keunggulan pendekatan ini terletak pada mekanisme negosiasi yang ada antara penyusun anggaran dan komite anggaran. Pendekatan yang paling banyak dianut adalah gabungan pendekatan topdown dan bottom-up. Dalam pendekataan ini anggaran disusun oleh setiap manajer pusat pertanggungjawaban yang ada dalam perusahaan dengan berpedoman pada tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, kelemahan dari kedua pendekatan terdahulu dapat dikurangi sampai sekecil-kecilnya sehingga bawahan merasakan bahwa dirinya diperhitungkan dan efektivitas pelaksanaan anggaran dapat terjamin. 2.3 Partisipasi Anggaran Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan operating managers dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan di masa yang datang yang akan di tempuh oleh operating managers tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran (Mulyadi, 2001:513). Dengan diterapkannya partisipasi anggaran, maka akan diperoleh kepercayaan atau suatu kenyamanan bekerja serta berkomunikasi bagi bawahan (Ebdon dan Franklin, 2006). Menurut Chong dan Sharon (2003) partisipasi penganggaran menyediakan kesempatan bawahan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan 22 atasannya bahkan mampu mempengaruhi target anggaran yang ingin mereka peroleh. Menurut Supomo dan Indriantoro (2002) menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses di mana individu terlibat dalam penyusunan target anggaran, lalu individu tersebut dievaluasi kinerjanya dan memperoleh penghargaan berdasarkan target anggaran. Perbedaan penganggaran partisipatif dengan non partisipatif terletak pada tingkat keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran. 2.3.1 Keunggulan Partisipasi Anggaran Menurut Anthony dan Govindarajan (2007:93) menyatakan bahwa penganggaran partisipasi memiliki dua keunggulan yaitu: 1. 2. Tujuan anggaran akan dapat lebih mudah diterima apabila anggaran tersebut berada di bawah pengawasan manajer Penganggaran partisipasi menghasilkan pertukaran informasi yang efektif antara pembuat anggaran dan pelaksana anggaran yang dekat dengan produk dan pasar Menurut Garrison (2000:381) menyatakan keunggulan anggaran partisipatif sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Setiap orang diakui sebagai anggota tim Perkiraan anggaran disiapkan oleh manajer level bawah Motivasi pada umumnya lebih tinggi Manajer akan selalu mengatakan anggaran tidak realistis Setiap orang pada semua lingkungan organisasi diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak. Perkiraan anggaran disiapkan oleh manajer level bawah yang lebih akurat dan dapat diandalkan dari perkiraan yang disiapkan oleh manajer level atas yang 23 memiliki pengetahuan yang kurang detail mengenai pasar dan operasi sehari-hari. Motivasi pada umumnya lebih tinggi ketika individu berpartisipasi dalam menetapkan tujuan mereka sendiri dari pada ketika tujuan yang dipakai dipaksakan dari atasan. Manajer yang tidak mampu memenuhi anggaran yang dipaksakan oleh atasan akan selalu mengatakan bahwa anggaran tidak realistis dan mustahil untuk dicapai. 2.3.2 Kelemahan Partisipasi Anggaran Menurut Hansen dan Mowen (2004:362) ada tiga masalah yang timbul yang menjadi kelemahan dalam partisipasi penganggaran antara lain: 1. Pembuatan standar 2. Slack anggaran 3. Pseudo participation. Pembuatan standar yang terlalu tinggi atau rendah, sejak yang dianggarkan menjadi tujuan manajer. Slack anggaran, adalah perbedaan antara jumlah sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah yang diajukan oleh manajer yang bersangkutan untuk mengerjakan tugas yang sama. Pseudo participation, atau partisipasi semua mempunyai arti bahwa perusahaan menggunakan partisipasi dalam penyusunan anggarannya padahal sebenarnya tidak. Dalam hal ini bawahan terpaksa menyatakan persetujuan terhadap keputusan yang akan diterapkan karena perusahaan membutuhkan persetujuan mereka. (Hansen dan Mowen, 2004) 24 2.3.3 Indikator Partisipasi Anggaran Menurut Milani (1975) menyebutkan bahwa partisipasi anggaran dapat dilihat dari indikator: 1. Keikutsertaan ketika anggaran sedang disusun. 2. Keterlibatan manajer dalam memberikan pendapat pada waktu anggaran dalam proses revisi. 3. Frekuensi menyatakan permintaan, memberikan pendapat dan usulan tentang anggaran tanpa diminta. 4. Keterlibatan manajer dalam mempengaruhi anggaran final. 5. Keterlibatan manajer dalam memberikan kontribusi terhadap anggaran. 6. Keterlibatan manajer sebagai atasan dalam meminta pendapat dan/atau usulan ketika anggaran sedang disusun 2.4 Kinerja Manajerial 2.4.1 Pengertian Kinerja Manajerial Kinerja manajerial merupakan faktor yang mendukung keefektifan organisasi. Seseorang yang bersikap positif terhadap kerja, berarti dia mengalami kepuasan kerja, sedangkan seseorang yang bersikap negatif terhadap kerja berarti dia mengalami ketidakpuasan kerja (Puspaningsih, 2002). Mahoney et.al dalam Puspaningsih (2002) melihat kinerja manajer berdasarkan pada kemampuan manajer dalam melaksanakan tugas manajerialnya. 25 Menurut Handoko (2003) mendefinsikan kinerja manajerial adalah sebagai berikut : “Kinerja manajerial didefinisikan sebagai tingkat kecakapan manajer dalam melaksanakan aktivitas manajemen.” Menurut Harefa (2008:17) mendefinsikan kinerja manajerial adalah sebagai berikut : “Kinerja manajerial adalah kemampuan atau prestasi kerja yang telah dicapai oleh para personil atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, untuk melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawab mereka dalam menjalankan operasional perusahaan.” Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja manajerial merupakan tingkat kecakapan manajer untuk melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan aktivitas manajemen. 2.4.2 Tujuan dan Manfaat Kinerja Manajerial Werther dan Devis (1996) mengatakan penilaian kinerja memiliki beberapa tujuan bagi organisasi dan pekerja (manajerial) yaitu: 1. Performance Improvement, 2. Compensation Adjustment, 3. Placement decision, 4. Training and development need, 5. Career planning and development, 6. Staffing process deficiencies, 7. Informational inaccuracies and job-design error, 8. Equal employment opportunity, 9. External challenges, 10. Feedback. 26 Berdasarkan tujuan kinerja manajerial di atas berikut penjelasan dari point tersebut, Performance Improvement, memungkinkan manajer atau pegawai untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja. Compensation Adjustment, membantu para manajer mengambil keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima reward ataupun sebaliknya. Placement decision, menentukan promosi atau transfer. Training and development need, mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal. Career planning and development, memadu untuk menentukan jenis karir yang ingin dicapai. Staffing process deficiencies, mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai. Informational inaccuracies and job-design error, membantu menjelaskan kesalahan apa saja yang telah terjadi dalam manajemen. Equal employment opportunity, menunjukkan bahwa placement decision tidak diskriminatif. External challenges, kinerja pegawai terkadang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan, dan lain-lain. Feedback, memberikan umpan balik bagi masalah kepegawaian atau bagi pegawai itu sendiri. Manfaat yang diperoleh dengan dilakukan pengukuran kinerja menurut Mardiasmo (2009:122) antara lain, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan. Memberikan arahan. Untuk memonitor dan mengevaluasi Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan. Sebagai alat komunikasi. Membantu mengidentifikasikan. Memastikan pengambilan keputusan. 27 Menurut Mulyadi (2001: 416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen, memberikan arahan untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja, sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati., sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi, membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi, memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif. 2.4.3 Pengukuran Kinerja Menurut Moeheriono (2009: 61) menyatakan bahwa: “Pengukuran kinerja (performance measurement) merupakan suatu proses penilaian tentang kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk menghasilkan barang dan jasa, termasuk informasi atas efisiensi serta efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.” Menurut Mahoney et al (1963) dalam Nurcahyani (2010), indikator dalam pengukuran kinerja manajerial meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. Perencanaan. Investigasi. Koordinasi. Evaluasi. Supervisi. 28 6. Staffing. 7. Negoisasi. 8. Representasi. Berdasarkan indikator dalam pengukuran kinerja manajeral di atas berikut penjelasan dari point tersebut: 1) Perencanaan adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. 2) Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan. Pengkoordinasian merupakan proses jalinan kerjasama dengan bagian-bagian lain dalam organisasi melalui tukar-menukar informasi yang dikaitkan dengan penyesuaian program-program kerja.3) Koordinasi, menyeleraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan. 4) Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan. 5) Supervisi, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan. 6) Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, 29 menempatkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya. 7) Negoisasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian atau kontrak untuk barang-barang dan jasa. 8) Representasi, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan kantorkantor lain 2.5 Pengertian Motivasi. Menurut Rivai (2008:455) motivasi adalah serangkaian sikap dan nilainilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Selain itu motivasi dapat pula diartikan sebagai suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan dan perusahaan agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus tercapai. Menurut Winardi (2004:1) mendefinisikan motivasi adalah sebagai berikut: “Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsang untuk melakukan tindakan.” Menurut Robbins (2006:216) mendefinisikan motivasi adalah sebagai berikut : “Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu.” 30 2.5.1 Tujuan Motivasi Di dalam perusahaan motivasi berperan sangat penting dalam meningkatkat kinerja karyawan. Tujuan dalam memberikan motivasi kerja terhadap karyawan agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian berarti juga mampu memelihara dan meningkatkan moral, semangat dan gairah kerja, karena dirasakan sebagai pekerjaan yang menantang. Program dengan cara ini suatu organisasi dapat mendorong berkembangnya motivasi berprestasi dalam suatu perusahaan, yang akan memacu tumbuh dan berkembangnya persaingan sehat antara individu/tim kerja dalam suatu perusahaan. Tetapi dalam individu setiap manusia tidak semua karyawan termotivasi lewat lingkungan kerjanya yang biasa disebut dengan motivasi eksternal, tetapi ada juga karyawan yang termotivasi dari dalam dirinya sendiri (motivasi internal) tanpa ada motivasi khusus yang dia dapatkan dalam lingkungan kerjanya. Menurut Hasibuan (2005:145) terdapat beberapa tujuan motivasi adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan 2. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan 3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan 4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan 5. Mengefektifan pengadaan karyawan 6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik 7. Meningkatkan loyalitas, kreatifitas, dan partisipasi karyawan 8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan 9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya 10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku. Berdasarkan tujuan motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan motivasi adalah untuk meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan, 31 produktivitas dan disiplin karyawan sehingga mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan. 2.5.2 Metode Motivasi Menurut Suwatno (2001:148) menyatakan bahwa terdapat dua buah metode dari motivasi, yaitu motivasi langsung dan motivasi tidak langsung yaitu sebagai berikut : 1. Motivasi Langsung (Direct Motivation) 2. Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation) Motivasi Langsung (Direct Motivation) yaitu motivasi baik secara materiil maupun non materiil yang diberikan langsung kepada setiap karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan tercapainya kepuasan. Pemberian motivasi langsung ini bisa dalam bentuk ucapan, pujian, tunjangan hari raya, bonus ataupun bintang jasa. Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation) yaitu pemberian motivasi dalam bentuk fasilitas-fasilitas pendukung dalam menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas agar karyawan senang, betah dan bersemangat dalam bekerja. Misalnya dengan menyediakan mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang nyaman dan tenang, penempatan yang tepat, dan lain-lain, sehingga dapat merangsang karyawan untuk bekerja dengan semangat dan meningkatkan produktivitas kerja. (Suwatno, 2001) 32 2.5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Menurut Maslow yang dikutip Hasibuan (2005:152-167) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi: 1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs) yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup, yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah makan, minum, perumahan, udara, dan sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang berprilaku dan giat bekerja. 2) Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety and Security Needs) yaitu kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni rasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk yakni kebutuhan akan keamanan jiwa terutama keamanan jiwa di tempat bekerja pada saat mengerjakan pekerjaan dan kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan pada waktu bekerja. 3) Kebutuhan Sosial, Atau Afiliasi (Affiliation or Acceptance Needs) yaitu kebutuhan sosial, teman afiliasi, interaksi, dicintai dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal tidak mau hidup menyendiri seorang diri di tempat terpencil, ia selalu membutuhkan kehidupan berkelompok. 4) Kebutuhan Yang Mencerminkan Harga Diri (Esteem or Status Needs) yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian. Akan tetapi perlu juga diperhatikan oleh pimpinan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam organisasi semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status dimanifestasikan oleh banyak hal yang 33 digunakan sebagai simbol status itu. 5) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization) yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan. Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh. Keinginan seseorang untuk mencapai kebutuhan sepenuhnya dapat berbeda satu dengan yang lainnya, pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan pimpinan perusahan dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.” 2.5.4 Indikator-indikator Motivasi Untuk mengetahui tinggi rendahnya motivasi, maka perlu indikasi-indikasi tertentu. Hal ini perlu diketahui agar manajer dapat tindakan pencegahan atau pemecahan masalah sedini mungkin, sehingga perusahaan terhindar dari kerugian. Menurut Hasibuan (2005:229) ada beberapa indikator yang nantinya akan mempengaruhi motivasi yang meliputi: a. b. c. d. e. Prestasi (achievement) Pengakuan (recognition) Pekerjaan itu sendiri (work it self) Tanggung jawab (responsibility) Pengembangan potensi diri (advancement) Berdasarkan indikator di atas berikut penjelasan dari point tersebut: 1) kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik dari sebelumnya, selalu ingin berprestasi lebih baik dari orang lain, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi. 2) pernyataan pengakuan atas keberhasilan seorang pekerja, caranya bermacam-macam yaitu langsung dinyatakan ditempat dengan surat, penghargaan, hadiah dan dengan promosi 34 jabatan untuk berkinerja/bekerja produktif. 3) Pimpinan membuat usaha yang riil dan meyakinkan, sehingga bawahan mengerti akan pentingnya pekerjaan yang dilakukannya dan berusaha menghindari kebosanan dalam pekerjaan bawahan serta mengusahakan agar setiap bawahan sudah tepat dalam pekerjaannya. 4) Membiarkan bawahan bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip partisipasi. Diterapkannya partisipasi membuat bawahan secara sepenuhnya merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya. 5) Pengembangan potensi diri dari pengalaman kerja, kesempatan untuk maju dapat memotivasi karyawan untuk bekerja lebih giat. (Hasibuan, 2005) 2.6 Pengertian Pelimpahan Wewenang Pelimpahan wewenang adalah pemberian wewenang oleh manajer yang lebih tinggi kepada manajer yang lebih rendah untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan otorisasi secara eksplisit dari manajer pemberi wewenang pada waktu wewenang tersebut dilaksanakan (Mulyadi dan Setyawan, 2000) Struktur organisasi yang disertai dengan pelimpahan wewenang sentralisasi yang tinggi, menunjukkan bahwa semua keputusan yang penting ditentukan pimpinan (manajemen) puncak, sementara manajemen pada tingkat menengah atau bawahannya hanya mempunyai sedikit wewenang didalam pembuatan keputusan. Tingkat pelimpahan wewenang desentralisasi yang tinggi memberikan gambaran bahwa pimpinan puncak mendelegasikan wewenang dan pertanggungjawaban pada bawahannya, dan bawahan diberi wewenang untuk membuat berbagai keputusan (Riyadi, 1998). 35 Manajer dalam organisasi yang tingkat desentralisasinya tinggi merasa dirinya orang yang paling berpengaruh, lebih berpartisipasi dalam perencanaan anggaran, dan merasa dipuaskan dengan kegiatan yang berhubungan dengan anggaran. Sebaliknya dalam organisasi dengan tingkat desentralisasi rendah (sentralisasi) manajer merasa dirinya dianggap kurang bertanggungjawab, sedikit terlibat dalam perencanaan anggaran dan mengalami tekanan atasan (Bruns dan Waterhouse, 1975). Menurut Stoner dalam Handoko (2003) prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif adalah : 1. Prinsip skalar. 2. Prinsip kesatuan perintah. 3. Tanggung jawab. Berdasarkan prinsip-prinsip di atas berikut penjelasan dari ketiga point tersebut: 1) Prinsip skalar, dalam proses pendelegasian ada garis wewenang yang jelas mengalir setingkat demi setingkat dari tingkatan organisasi paling atas ke tingkatan paling bawah. 2) Prinsip kesatuan perintah. Setiap bawahan dalam organisasi seharusnya melapor hanya kepada seorang atasan. 3) Tanggung jawab, wewenang dan akuntabilitas. Bagi manajer, selain harus mempertnggung jawabkan tugas-tugasnya juga harus mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas bawahannya 2.6.1 Manfaat Pelimpahan Wewenang Menurut Rivai dan Mulyadi (2010:31) menjelaskan beberapa manfaat yang diperoleh dari pelimpahan wewenang, yaitu: 1) Pemimpin tertinggi mendapat kesempatan yang cukup untuk memikirkan keputusan-keputusan dan 36 melaksanakan tugas-tugas yang penting saja dalam melaksanakan tugas pokok organisasinya. 2) Setiap keputusan dan perintah sesuai dengan sifat penting atau tidak, dapat ditetapkan pada jenjang kepemimpinan yang tepat sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja sehingga dapat mengurangi atau meniadakan birokrasi yang tidak perlu. 3) Keputusan-keputusan dan perintahperintah dapat diberikan secara tepat, tanpa kekhawatiran terjadi penyalah gunaan wewenang, karena setiap pemimpin berkewajiban menyampaikan pertanggung jawabannya. 4) Memperbesar partisipasi dan meningkatkan dedikasi serta loyalitas pada kebersamaan dan bahkan pada pemimpin, karena setiap anggota kelompok merasa ikut berperan serta sesuai dengan posisinya masing-masing. 5) Mendorong dan mengembangkan inisiatif, kreativitas, dan kemauan untuk berpartisipasi di bidang masing-masing. 6) Menghilangkan sifat dan sikap menunggu perintah atau keputusan pimpinan level atas atau pimpinan lainnya sehingga kehidupan organisasi menjadi dinamis. 7) Pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat, meskipun pimpinan berhalangan, karena sesuai wewenang yang dilimpahkan tetap dapat diambil keputusan-keputusan oleh para pembantu pimpinan di bidangnya masing-masing. 8) Pimpinan level atas berkesempatan memberikan latihan kepemimpinan, sehingga selalu tersedia kader-kader pengganti yang berkualitas, yang merumuskan kepemimpinan organisasional pada masa-masa mendatang 37 2.7 Kerangka Pemikiran Menurut Faisal (2001) anggaran merupakan alat bantu manajemen dalam mengalokasikan keterbatasan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan. Pemahaman terhadap tujuan anggaran dan informasi tentang beberapa tujuan anggaran memberi dasar bagi manajer untuk mengukur efisiensi, mengidentifikasi masalah dan mengendalikan biaya. Penyusunan anggaran yang dilakukan oleh manajer puncak sangat menentukan perilaku bawahannya sehingga dalam penyusunan anggaran diperlukan perhatian yang lebih terhadap perilaku-perilaku yang berhubungan dengan anggaran agar dapat memotivasi para manajer tingkat menengah dan bawah dalam mencapai tujuan organisasi melalui anggaran (Sumarno, 2005). Payne (2010) menyatakan bahwa seorang atasan sebaiknya mampu menyesuaikan target yang ingin dicapainya dengan kemampuan bawahannya. Dalam penganggaran partisipasi, bawahan dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang menyangkut bagiannya masing-masing sehingga tercapai kesepakatan antara atasan dan bawahan mengenai anggaran tersebut. Dengan diterapkannya partisipasi penganggaran maka akan diperoleh kepercayaan atau suatu kenyamanan bekerja serta berkomunikasi bagi bawahan (Ebdon dan Franklin, 2006). Kemampuan manajerial atau kemampuan memimpin merupakan kemampuan para manajer dalam melaksanakan fungsi dasar manajemen dan kemampuannya mempertahankan keseimbangan dinamis (Kast dan Rosenzweig, 1996). Kinerja karyawan yang efektif dan efisien dapat menambah produktivitas karyawan itu sendiri sehingga dapat menambah produktivitas perusahaan (Hani, 38 2003). Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Menurut Munandar (2000) secara sederhana manajemen diartikan sebagai suatu ilmu dan seni untuk mengadakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating), serta mengadakan pengawasan (controlling) terhadap orang-orang dan barang-barang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dicapai. Fungsi pokok anggaran yang pokok adalah sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian, kerja serta alat pengawasan kerja. Bila dibandingkan dengan fungsi-fungsi manajemen tersebut, nampaklah bahwa anggaran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan manajemen (Munandar, 2000). Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran PARTISIPASI ANGGARAN KINERJA MANAJERIAL MOTIVASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG 39 2.8 Hipotesis Penelitian 2.8.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajer mempunyai hubungan positif secara signifikan meningkatkan kinerja karena (Supriyono, 2004). Partisipasi dapat partisipasi memungkinkan bawahan mengkomunikasikan apa yang mereka butuhkan kepada atasannya. Dalam penyusunan anggaran diperlukan komunikasi antara atasan dan bawahan untuk saling memberikan informasi disamping dapat memberikan kesempatan memasukkan informasi lokal karena bawahan lebih mengetahui kondisi langsung pada bagiannya. Partisipasi dapat memungkinkan bawahan untuk memilih. Tindakan memilih tersebut dapat membangun komitmen dan dianggap sebagai tanggung jawab atas apa yang telah dipilih (Greenberg dan Folger, 1983 dalam Arief Wasisto dan Sholihin, 2004). Untuk menghasilkan suatu anggaran yang efektif, maka pendekatan anggaran yang partisipatif (participative budgeting) menjadi faktor yang amat menentukan. Paticipative budgets yaitu semua level manajemen terlibat aktif dalam proses perencanaan dan penyusunan anggaran. Informasi-informasi berkenaan dengan tujuan dan aktivitas penyusunan anggaran diusulkan atau berasal dari para manajer level bawah menuju ke para manajer level menengah dan puncak. Pendekatan ini sering disebutkan dengan pendekatan “bottom-up.” Partisipasi anggaran akan meningkatkan motivasi, kerjasama dan kinerja manajermanajer untuk mencapai target anggaran yang telah mereka buat. 40 Partisipasi manajer adalah bentuk keikutsertaan atau terlibatnya seorang manajer didalam mengerjakaan sesuatu yang diberikan pimpinan dengan harapan dapat memberikan masukan atau ide untuk keberhasilan tujuan organisasi. Oleh karena itu seorang manager yang dipilih seharusnya memiliki; pendidikan, keahlian dan pengalaman yang cukup, tidak dipandang karena kepangkatan, golongan, masa kerja saja. Partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan suatu rasa tanggungjawab kepada manajer tingkat bawah dan dorongan timbulya kreatifitas, karena pada manajer tingkat bawah yang merencanakan atau menciptakan anggaran, maka besar kemungkinan tujuan anggaran merupakan tujuan pribadi tersebut, menyebabkan semakin tingginya tingkat keselarasan tujuan dalam hal ini tingginya kepuasan kerja. Manajer yang memiliki partisipasi anggaran yang tinggi akan lebih memahami tujuan anggaran. Karena kinerja manajer akan dinilai berdasarkan target anggaran yang bisa dicapai, manajer akan bersungguh-sungguh dalam penyusunan anggaran dan menyebabkan meningkatnya kinerja manajer tersebut (Nurcahyani, 2010). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : H1 : Partsispasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 41 2.8.2 Pengaruh Motivasi Terhadap Hubungan Anggaran Dan Kinerja Manajerial Antara Partisipasi Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu (Robbins, 2005). Motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan peluang mengembangkan kemampuan. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan motivasi seorang dalam bekerja diantaranya prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan kemajuan (Hasibuan, 2005). Partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan suatu rasa tanggungjawab kepada manajer tingkat bawah dan dorongan timbulya kreatifitas, karena pada manajer tingkat bawah yang merencanakan atau menciptakan anggaran, maka besar kemungkinan tujuan anggaran merupakan tujuan pribadi tersebut, menyebabkan semakin tingginya tingkat keselarasan tujuan dalam hal ini tingginya kepuasan kerja. Dengan adanya motivasi yang tinggi dalam bekerja, maka manajer akan mampu bekerja secara maksimal dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efesien. jadi dengan adanya motivasi akan memperkuat hubungan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : H2 : Motivasi memperkuat hubungan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial 42 2.8.3 Pengaruh Pelimpahan Wewenang Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial Pemberian wewenang oleh manajer yang lebih tinggi kepada manajer yang lebih rendah untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan otorisasi secara eksplisit dari manajer pemberi wewenang pada waktu wewenang tersebut dilaksanakan (Mulyadi dan Setyawan, 2000). Struktur organisasi yang disertai dengan pelimpahan wewenang sentralisasi yang tinggi, menunjukkan bahwa semua keputusan yang penting ditentukan pimpinan (manajemen) puncak, sementara manajemen pada tingkat menengah atau bawahannya hanya mempunyai sedikit wewenang di dalam pembuatan keputusan. Tingkat pelimpahan wewenang desentralisasi yang tinggi memberikan gambaran bahwa pimpinan puncak mendelegasikan wewenang dan pertanggungjawaban pada bawahannya, dan bawahan diberi wewenang untuk membuat berbagai keputusan (Riyadi, 1998). Dengan adanya pelimpahan wewenang kepada manajer dalam penyusunan anggaran, maka manajer memiliki tanggungjawab atas setiap keputusan dalam penyusunan anggaran. maka dengan adnaya tanggungjawab atas pelimpahan wewenang dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manejerial. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : H3 : Pelimpahan wewenang memperkuat hubungan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial 43 2.9 No 1. Penelitian Sebelumnya Peneliti Judul (Tahun) Soetrisno Pengaruh 2010 Partisipasi, Motivasi dan Pelimpahan Wewenang dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Variabel Hasil Penelitian Partisipasi, Motivasi dan Pelimpahan Wewenang sebagai varibel moderating, Penyusunan anggaran sebagai variabel bebas serta kinerja manajerial sebagai variabel terikat partisipasi dalam penyusunan anggaran, motivasi dan pelimpahan wewenang berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial dengan hasil sedang, adanya pengaruh langsung partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Partisipasi anggaran juga berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen organisasi dan persepsi inovasi. partisipasi anggaran memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial, komitmen organisasi dan budget emphasis. Selain itu, partisipasi anggaran juga berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja manajerial melalui komitmen organisasi dan budget emphasis sebagai variabel intervening 2. Nurcahyani 2010 Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial melalui komitmen organisasi dan Persepsi inovasi sebagai variabel intervening komitmen organisasi dan Persepsi inovasi sebagai variabel intervening, partisipasi anggaran sebagai variabel bebas dan kinerja manajerial sebagai variabel terikat 3. Setiadi 2013 Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Organisasi Dan Budget Emphasis Sebagai Variabel Intervening Komitmen Organisasi Dan Budget Emphasis Sebagai Variabel Intervening, partisipasi anggaran sebagai variabel bebas, dan kinerja manajerial sebagai variabel terikat 44 4. Ika dkk (2011) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Angggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Ketidakpastian Lingkungan, Komitmen Organisasi Dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating 5 Santoso 2005 Motivasi Dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating Dalam Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Manajerial Ketidakpastian Lingkungan, Komitmen Organisasi Dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating, partisipasi penyusunan anggaran sebagai variabel bebas dan kinerja manajerial sebagai variabel terikat partisipasi dalam penyusunan anggaran memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. ketiga variabel moderating yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu ketidakpastian lingkungan, komitmen organisasi dan pelimpahan wewenang, memiliki pengaruh yang signifikan dalam hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial Motivasi Dan Secara simultan Pelimpahan partisipasi Wewenang Sebagai anggaran dan Variabel pelimpahan Moderating, wewenang maupun partisipasi interkasi penyusunan mempunyai anggaran sebagai pengaruh yang variabel bebas dan signifikan terhadap kinerja manajerial kinerja manajerial sebagai variabel terikat