Topik Utama PENURUNAN hARgA mINyAK DAN PERTUmBUhAN EKoNomI Sandy B. Suparman Jurnalis dan Penulis Lepas [email protected] SARI Komoditas energi, termasuk minyak mentah, merupakan komponen utama penggerak perekonomian. Hampir seluruh sektor ekonomi membutuhkan pasokan minyak. indonesia adalah negara produsen sekaligus importir minyak. Oleh karena itu, penurunan harga minyak membawa pengaruh bagi indonesia. Selama ini, industri minyak dan gas merupakan salah satu penyumbang utama penerimaan negara bukan pajak. Penurunan harga minyak mentah juga mengancam kelangsungan perusahaan migas, baik asing maupun domestik yang beroperasi di indonesia. Meski demikian, kemerosotan harga minyak membawa berkah bagi sejumlah sektor bisnis, seperti logistik, transportasi, ritel dan konsumer. Mengikuti tren penurunan harga minyak, pemerintah pun menurunkan harga BBM bersubsidi. PT Pertamina (Persero) juga menyesuaikan harga bahan bakar khusus, seperti pertamax, avtur dan lainnya. Kondisi ini jelas mendorong daya beli masyarakat. Pergerakan harga minyak memang tak bisa ditebak, lantaran dipengaruhi sejumlah isu global, termasuk menyangkut pasokan dan permintaan. Meski bukan satu-satunya faktor penggerak, setidaknya komoditas minyak turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi indonesia. Tulisan ini mendorong pemerintah untuk menyiapkan langkah-langkah strategis demi menjaga perekonomian dalam negeri dari risiko fluktuasi harga minyak. Demi menjaga kondisi keuangan negara tetap kokoh, pemerintah perlu menetapkan asumsi harga minyak mentah secara cermat. Selain itu, sudah saatnya indonesia mengimplementasikan pengembangan dan penggunaan bahan bakar alternatif dari sumber energi non-konvensional dan energi terbarukan. Kata kunci: Harga minyak, daya beli, pertumbuhan ekonomi, penerimaan negara 1. PENDAhULUAN akhir-akhir ini, penulis menyaksikan ada sesuatu yang berbeda di hampir rata-rata stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pertamina di wilayah DKi Jakarta. antrean padat kendaraan, khususnya sepeda motor, belakangan ini mulai merata di setiap jenis bahan bakar minyak (BBM), mulai dari premium, pertamax maupun pertalite. antrean premium yang biasanya panjang mengular sudah terurai ke pertamax dan pertalite. Perlahan dan pasti konsumen mulai beralih dari premium, yang merupakan 26 BBM subsidi, ke pertamax dan pertalite, BBM non-subsidi. Penurunan harga minyak mentah di pasar internasional agaknya menjadi salah satu penyebab adanya peralihan konsumsi jenis BBM di dalam negeri. Di saat yang sama, pemerintah terus berupaya mengurangi subsidi BBM agar postur anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (aPBN) tetap sehat. Harapannya, dana subsidi BBM dialihkan ke sektor produktif, misalnya menggenjot proyek konstruksi dan infrastruktur. Kabar terkini, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016 Topik Utama Tabel 1. Penetapan Harga BBM Subsidi Terbaru No Jenis BBm harga Lama (Rp per liter) harga Baru (Rp per liter) 1 Minyak Tanah 2.500 2.500 2 Minyak Solar Subsidi 5.650 5.150 3 Bensin Premium RON Penugasan Luar Jawa-Madura-Bali 6.950 6.450 Sumber: Kementerian ESDM, Siaran Pers No. 00026.Pers/04/SJi/2016 pada 30 Maret 2016 kembali menurunkan harga BBM subsidi, yakni premium dan solar. Siaran Pers Kementerian ESDM Nomor 00026.Pers/04/SJi/2016 pada 30 Maret 2016 menyebutkan, kedua jenis BBM tersebut turun masing-masing sebesar Rp 500 per liter. Kini, harga premium di pasar senilai Rp 6.450 per liter dan harga solar Rp 5.150 per liter. Harga baru BBM subsidi berlaku mulai 1 april 2016. Pemerintah memang terus mencermati dinamika harga minyak di pasar internasional, juga kondisi perekonomian nasional. Untuk menetapkan harga BBM subsidi, setidaknya pemerintah mempertimbangkan enam parameter. Pertama, harga referensi minyak periode tiga bulan terakhir untuk Mogas 92 dan Gasoil; kedua, proyeksi harga referensi minyak periode tiga bulan ke depan; ketiga, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika Serikat periode tiga bulan; keempat, biaya penyimpanan dan biaya distribusi BBM untuk menjangkau seluruh wilayah NKRi; kelima, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB); serta keenam, margin pengelola SPBU sebagai badan usaha penyalur. Sejak setahun yang lalu, Menteri ESDM menetapkan harga BBM subsidi setiap tiga bulan sekali. Hal ini demi menjaga kestabilan sosial ekonomi, pengelolaan harga dan logistik serta menjamin penyediaan BBM nasional. Kini, jarak antara harga premium dan pertamax maupun premium dan pertalite tidak M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016 terlampau jauh. PT Pertamina (Persero) menetapkan harga pertamax di wilayah DKi Jakarta sebesar Rp 7.550 per liter, sementara harga pertalite Rp 7.100 per liter. Harga terbaru kedua jenis BBM tersebut berlaku sejak 30 Maret 2016. Mengacu harga tersebut, maka selisih antara premium dan pertamax senilai Rp 1.100 per liter, sedangkan selisih antara premium dan pertalite sebesar Rp 650 per liter. Mungkin inilah yang menyebabkan antrean di SPBU, terutama di kota-kota besar, mulai merata. Konsumen di kota besar seperti Jakarta menganggap, selisih harga BBM subsidi dan BBM non-subsidi tidak terlampau lebar sehingga tidak membuat kantong jebol. 2. KoNDISI EKoNomI DUNIA Harga minyak mentah di pasar internasional memang terus merosot dalam setahun terakhir. Berdasarkan data Bloomberg, pada akhir Maret 2016, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTi) untuk pengiriman Mei 2016 di Bursa New York Mercantile Exchange berada di posisi US$ 38,40 per barel. Harga tersebut sudah merosot 33% dibandingkan akhir Maret tahun lalu yang masih bertengger di level US$ 57 per barel. Di Bursa Futures iCE Eropa, London, harga minyak Brent untuk pengiriman Mei 2016 juga melemah di posisi US$ 39,45 per barel pada akhir Maret tahun ini. angka tersebut sudah terpuruk 37% ketimbang harga di periode yang sama tahun lalu senilai US$ 63 per barel. 27 Topik Utama Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan harga minyak mentah terus melemah. Pertama, booming bahan bakar non-konvensional atau unconventional resource, yakni shale gas di amerika Serikat. Shale gas adalah gas yang diperoleh dari serpihan batuan shale atau tempat terbentuknya gas bumi. Berdasarkan data international Energy agency (iEa), amerika Serikat memiliki cadangan shale gas cukup besar, yakni mencapai 567 triliun kaki kubik atau trillion cubic feet (tcf). Berlimpahnya cadangan shale gas membuat aS tak lagi bergantung pada minyak mentah. Selama ini, aS merupakan negara terbesar yang mengkonsumsi energi, termasuk minyak mentah. Kedua, melemahnya perekonomian global, sementara di saat yang sama, produksi minyak mentah semakin berlimpah. Dengan menyusutnya permintaan, maka harga minyak mentah semakin terpuruk. Bahkan, lembaga keuangan Goldman Sachs Group Inc sempat memprediksi harga minyak mentah berpotensi jatuh hingga level US$ 20 per barel. Dengan catatan, jika permintaan minyak terus melemah dan produksi semakin berlimpah. Laju roda perekonomian global masih melambat. amerika Serikat, misalnya, negeri dengan perekonomian terbesar di dunia ini masih berjuang melawan pelambatan ekonomi di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi di Negeri Paman Sam saat ini masih jauh dari ekspektasi pasar dunia, meski pada akhir tahun lalu Bank Sentral amerika Serikat (The Federal Reserve) memutuskan menaikkan suku bunga acuan (Federal Funds Rate). Salah satu alasan The Fed menaikkan suku bunga acuan lantaran mengharapkan perekonomian negara itu mulai bergairah. The Fed mengerek bunga acuan dari sebelumnya 0%-0,25% menjadi 0,25%-0,5%. Keputusan bank sentral yang dipimpin Janet Yellen ini menandai berakhirnya era bunga dollar aS nol persen, yang sudah berlangsung selama hampir satu dekade. Namun, hingga kuartal pertama berakhir, perekonomian aS agaknya masih jalan di tempat. Lihat saja pada Januari 2016, pertumbuhan ekonomi amerika Serikat hanya sebesar 2,1% 28 year-on-year. angka ini lebih rendah daripada realisasi pertumbuhan ekonomi aS pada akhir 2015 yang sebesar 2,4% (y-on-y). Kondisi raksasa lainnya, yakni Tiongkok, lebih parah lagi. Pada akhir tahun lalu, perekonomian China hanya tumbuh 6,9%, merosot ke tingkat ekspansi tahunan terendah dalam 25 tahun terakhir. angka pertumbuhan ekonomi 2015 tersebut jauh di bawah pertumbuhan ekonomi 2014 yang sebesar 7,3%. Bahkan, realisasi pertumbuhan ekonomi 2015 menjauhi rekor pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2010 yang mencapai 10,6%. Para pemimpin Tiongkok mulai mengubah model ekonomi negara komunis itu, yakni menjauh dari ekonomi yang didorong investasi dan ekspor, menjadi lebih berorientasi pada permintaan konsumen. Sektor jasa Tiongkok menyumbang 50,5% dari produk domestik bruto (PDB) pada 2015. Sedangkan sektor manufaktur berkontribusi sebesar 36% terhadap PDB. Selama ini, Tiongkok merupakan negara yang paling getol mengkonsumsi energi, termasuk minyak mentah. Maklumlah, kekuatan ekonomi China adalah yang terbesar kedua di dunia setelah aS. Perekonomian China mulai melambat lantaran lajunya sudah cukup kencang selama 26 tahun terakhir, yakni sejak 1978 hingga 2004. Di periode tersebut, PDB China melonjak dari sebelumnya US$ 147,3 miliar menjadi lebih dari US$ 16 triliun, dengan angka rata-rata pertumbuhan tahunan 9,4% (Mahbubani, Kishore, 2011). Dengan melambatnya perekonomian aS dan China, otomatis permintaan minyak mentah dunia kendor sehingga menekan harganya di pasar internasional. Di saat yang sama, organisasi negara penghasil minyak (OPEC) ramai-ramai menggenjot produksi minyak mentah. ini menyebabkan pasokan bahan bakar fosil itu berlimpah. OPEC masih mempertahankan produksi cukup tinggi, yakni di kisaran 31,7 juta barel per hari. Belakangan, arab Saudi menggalang dukungan ke sesama anggota OPEC untuk memangkas produksi M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016 Topik Utama minyak. Langkah ini ditempuh dengan harapan harga minyak kembali menanjak. Para produsen minyak dunia berencana menggelar pertemuan pada 17 april 2016. agenda utamanya adalah pembicaraan rencana pemangkasan produksi minyak mentah. Namun tampaknya tidak semua produsen minyak satu suara. iran, misalnya, belum berpikir untuk memangkas produksi minyak yang saat ini mencapai 3 juta barel per hari. Maklumlah, negeri tersebut baru saja terbebas dari sanksi ekonomi yang dimotori aS dan negara-negara di kawasan Eropa. Seusai embargo, iran tentu ingin menggenjot produksi dan penjualan minyak mentah, sekaligus mengkompensasi ketertinggalan produksi dan penjualan selama embargo berlangsung. Namun kabar teranyar menyebutkan, pertemuan 16 produsen minyak di Doha Qatar pada pertengahan april tahun ini gagal menyepakati pembatasan produksi. Kondisi ini semakin memperburuk pasar minyak global. 3. EFEK PENURUNAN hARgA mINyAK Penurunan harga minyak mentah di pasar internasional memang memunculkan dua pengaruh yang berbeda. Di satu sisi, ketika harga minyak berada di level rendah, hal ini sebenarnya menguntungkan bagi negara yang menjadi importir minyak. Mereka tentunya akan mendapatkan pasokan minyak dalam jumlah besar dengan harga yang relatif lebih rendah. Kondisi ini berpotensi memperkuat daya beli masyarakat. Sejumlah negara di kawasan asia Pasifik, misalnya, memanfaatkan momentum kejatuhan harga minyak dengan memperbesar keran impor. Pada tahun lalu, Korea Selatan mengimpor minyak mentah dari Timur Tengah mencapai 844,6 juta barel. angka ini merupakan level tertinggi impor minyak Korsel sejak tahun 1980. Memanfaatkan kejatuhan harga minyak, negara lain seperti india bahkan menjajaki mitra impor baru, bukan hanya Timur Tengah, tapi juga negara non OPEC seperti amerika Serikat. M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016 Langkah tersebut ditempuh sebagai diversifikasi pasar impor demi mengurangi ketergantungan negara konsumen terhadap produsen minyak di Timur Tengah. Sebab, wilayah Timur Tengah kerap dirundung konflik geopolitik yang bisa mengganggu pasokan minyak. Di saat yang sama, sejumlah negara produsen minyak, seperti arab Saudi, berani mendiskon harga minyak demi mempertahankan pangsa pasarnya. Saat ini, kawasan Asia Pasifik menjadi konsumen minyak terbesar di dunia, yang menelan sepertiga dari pasokan minyak dunia. Sedangkan efek negatif penurunan harga minyak dialami para produsen minyak. Negara yang paling tertekan adalah arab Saudi. Selama ini, minyak merupakan tulang punggung ekonomi negara tersebut, yakni menyumbang lebih dari 70% dari total pendapatan negara. Jadi, bisa dibayangkan tekanan yang terjadi terhadap arab Saudi apabila harga minyak mentah jatuh hingga level US$ 30-US$ 40 per barel. Melihat masa depan dan prospek minyak bumi yang cenderung redup, otoritas arab Saudi mulai mengatur strategi. Negara dua Kota Suci ini menyiapkan diversifikasi penerimaan negara. Dalam 20 tahun ke depan, arab Saudi berharap sudah tidak tergantung lagi pada minyak sebagai sumber pendapatan negara. Sebagai gantinya, negara ini melalui Public Investment Fund (PiF) menjajaki investasi non-minyak dan membidik dana kelolaan hingga US$ 2 triliun. PiF berancang-ancang membenamkan investasinya ke apple inc, induk Google alphabet inc, Microsoft Corp dan Berkshire Hathaway inc, empat perusahaan publik terbesar di dunia. Sebagai langkah awal, arab Saudi berencana menjual sebagian saham raksasa minyak, Saudi aramco, melalui skema penawaran umum perdana atau initial public offering (iPO). Arab Saudi perlu mendiversifikasi penerimaan lantaran perekonomian negara itu terus 29 Topik Utama Tabel 2. Produksi Minyak Mentah OPEC Negara aljazair 2014 1.151 2015 1.109 Jan-16 Feb-16 mar-16 Februari/maret 1.087 1.084 1.084 0,0 angola 1.660 1.753 1.742 1.760 1.778 18,3 arab Saudi 9.683 10.108 10.128 10.120 10.120 0,0 Ekuador 542 544 534 548 547 -0,3 indonesia 696 696 716 723 725 2,4 iran 2.766 2.837 2.944 3.152 3.291 139,4 irak 3.265 3.929 4.399 4.156 4.199 43,5 Kuwait 2.774 2.728 2.760 2.772 2.772 0,0 473 404 393 386 345 -41,4 1.911 1.851 1.853 1.762 1.722 -39,4 716 668 649 664 664 0,0 2.761 2.853 2.909 2.783 2.682 -100,9 Libya Nigeria Qatar UEa Venezuela Total 2.373 2.369 2.325 2.327 2.320 -6,7 30.771 31.849 32.439 32.236 32.251 14,9 Keterangan: Produksi dalam ribuan barel per hari Sumber: OPEC terpuruk. Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi arab Saudi cenderung melambat. Pada tahun 2011, arab Saudi sempat menikmati pertumbuhan ekonomi sebesar 10%. Namun, di tahun 2013 pertumbuhannya melorot menjadi 2,7%. Pada tahun lalu, ekonomi arab Saudi hanya tumbuh 3,4% dan tahun ini pertumbuhannya diprediksi kembali menciut menjadi 1,5% (Tabel 2). Minyak memang bukan menjadi satu-satunya unsur penggerak ekonomi suatu negara. Namun, pergerakan harga minyak di pasar internasional, yang terbentuk dari adanya hukum permintaan dan penawaran, bisa menjadi salah satu unsur yang turut mempengaruhi perekonomian sebuah negara. Dengan konsumsi minyak yang tinggi, maka bisa diindikasikan perekonomian negara tersebut tengah menggeliat. Demikian sebaliknya, menurunnya tingkat konsumsi minyak mencerminkan pelemahan ekonomi. Dari Tabel 2 di atas terlihat, negara yang paling terpengaruh dengan pergerakan harga minyak 30 adalah arab Saudi. Ketika harga rata-rata minyak hampir menyentuh level US$ 100 per barel pada tahun 2011, perekonomian arab Saudi melonjak 10%. Sebaliknya, di saat harga minyak melorot ke US$ 80 – US$ 90 per barel, negara ini hanya mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,7% pada tahun 2013. Perekonomian Tiongkok juga bersentuhan dengan harga minyak. Hanya saja, berbeda dengan arab Saudi, Tiongkok yang merupakan salah satu konsumen minyak terbesar di dunia menjadi salah satu pemicu kemerosotan harga minyak. Pertumbuhan ekonomi China dalam lima tahun terakhir sudah terlampau tinggi sehingga memicu gelembung yang sewaktu-waktu bisa kempes, bahkan pecah. Benar saja, ketika ekonomi China melemah dalam empat tahun terakhir, harga minyak ikut menyusut. Maklumlah, roda ekonomi Negeri Tembok Raksasa ini digerakkan oleh sektor jasa dan manufaktur yang berkaitan erat dengan konsumsi minyak. Ketika kedua sektor itu bergerak melambat, otomatis permintaan minyak mentah berangsur melemah. M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016 Topik Utama 4. PENgARUh hARgA mINyAK BAgI INDoNESIA Seberapa besar pengaruh penurunan harga minyak mentah bagi perekonomian indonesia? Seperti diketahui, indonesia merupakan produsen sekaligus importir minyak. Bagi indonesia, menyusutnya harga minyak memunculkan setidaknya dua pengaruh berbeda. Di satu sisi, penurunan harga minyak akan memukul produsen minyak nasional maupun mancanegara yang beroperasi di indonesia. akibatnya, ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali mengemuka. Tekanan bukan hanya dialami oleh produsen minyak, tetapi juga bisnis penunjangnya, seperti para kontraktor jasa migas. Dengan kelesuan ini, maka tak heran apabila ada tenaga kerja di sektor pertambangan migas dan bisnis penunjangnya dirumahkan lantaran aktivitas pertambangan sepi. Sebenarnya, bukan hanya pertambangan migas yang terpukul penurunan harga minyak. industri berbasis komoditas lainnya, seperti batubara, timah dan nikel juga turut tertekan. Kinerja keuangan sebagian besar produsen batubara terpuruk pada tahun lalu. Berdasarkan data Bank indonesia, kucuran kredit di sektor pertambangan juga tersendat. Bahkan, kredit macet atau non performing loan (NPL) di sektor ini meningkat cukup signifikan. Per akhir Desember tahun lalu, kredit macet sektor pertambangan mencapai Rp 5,58 triliun, menanjak 56% dibandingkan NPL per Desember 2014 sebesar Rp 3,57 triliun. NPL kredit pertambangan pada akhir tahun lalu juga merupakan yang tertinggi selama setahun terakhir. Bukan hanya itu, penerimaan negara dari sektor migas juga menyusut. Pada tahun lalu, sektor migas menyumbang penerimaan negara senilai Rp 177,47 triliun atau US$ 12,86 miliar (kurs Rp 13.800 per dollar aS). Jumlah ini setara dengan 85,8% dari target yang ditetapkan dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (aPBN-P) 2015 yang mencapai US$ 14,99 miliar. Pada 2016, target penerimaan negara dari sektor pertambangan migas kembali menciut. Mengacu aPBN 2016, industri migas hanya ditargetkan menyumbang penerimaan negara sebesar Rp 78,6 triliun. angka tersebut belum termasuk penerimaan pajak dari sektor migas. Selama ini, sektor pertambangan menjadi penyumbang terbesar ketiga terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) indonesia. Pada tahun lalu, misalnya, industri pertambangan mencatatkan PDB sebesar Rp 189,50 triliun, atau berada di posisi ketiga setelah sektor manufaktur yang berkontribusi Rp 490,97 triliun dan sektor konstruksi senilai Rp 237,93 triliun. Dengan demikian, industri pertambangan memiliki peran yang cukup strategis bagi perekonomian nasional. Posisi vital inilah yang Tabel 3. Harga Minyak dan Pertumbuhan Ekonomi Tahun harga Rata-Rata minyak WTI Brent Dunia 2011 95.35 98.46 4.2 2012 88.78 94.36 2013 85.65 2014 2015 Pertumbuhan Ekonomi (%) Asia AS China Arab Saudi Indonesia 5 1.6 9.5 3.4 4.9 2.2 7.7 5.4 6 94.87 3.3 4.9 1.5 7.7 2.7 5.6 84.03 95.72 3.4 4.8 2.4 7.3 3.5 5 54.42 59.11 3.1 4.9 2.4 6.9 3.4 4.8 10 6.2 Ket: Harga minyak dalam dollar aS per barel, Sumber: Bloomberg, 31 Maret 2016 M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016 31 Topik Utama turut mempengaruhi roda ekonomi indonesia ketika harga minyak mentah jatuh. Namun di sisi lain, penurunan harga minyak mentah dunia juga memunculkan peluang dan harapan bagi indonesia. Sebab, selain sebagai produsen, negeri ini juga importir minyak. Sehingga menyusutnya harga minyak justru menguntungkan. Sebagai produsen, indonesia bisa menurunkan biaya produksi, meski harga jualnya jeblok. Selaku importir, pemerintah bisa mendapatkan pasokan minyak dengan harga relatif rendah. Penurunan harga minyak juga berpotensi mendongkrak daya beli masyarakat. Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian ESDM baru saja menurunkan harga BBM subsidi jenis premium dan solar, masing-masing sebesar Rp 500 per liter. Langkah tersebut akan menggairahkan perekonomian nasional. Setidaknya, sektor jasa dan konsumsi akan mendapatkan berkah dari penurunan harga BBM subsidi. apalagi, di saat yang sama, pemerintah juga memangkas tarif dasar listrik. Tentunya beban masyarakat semakin rendah sehingga bisa mengalihkan dananya untuk kebutuhan lain. Berbeda dengan industri pertambangan yang sedang lesu, bisnis non-pertambangan seperti sektor logistik, transportasi, ritel, konsumer dan sejenisnya justu bergairah dengan penurunan harga minyak mentah. Lihat saja aktivitas dan kinerja keuangan PT Garuda indonesia Tbk. Sepanjang tahun lalu, maskapai penerbangan milik pemerintah ini mencatatkan laba bersih senilai US$ 77,97 juta atau setara Rp 1 triliun (kurs Rp 13.500 per dollar aS). Padahal di tahun 2014, Garuda masih menderita kerugian mencapai US$ 368,91 juta. Penurunan harga avtur menjadi pemicu utama meningkatnya kinerja keuangan Garuda indonesia. Pada Oktober tahun lalu, PT Pertamina (Persero) mulai menurunkan harga bahan bakar avtur di Bandar Udara internasional Soekarno Hatta. Bandara ini setidaknya menyuplai 40% kebutuhan avtur nasional. 32 Menyusutnya harga avtur memang cukup berpengaruh bagi kinerja keuangan Garuda indonesia. Pada tahun lalu, beban usaha Garuda menurun signifikan, yakni sebesar 13% dari sebelumnya US$ 4,29 miliar menjadi US$ 3,73 miliar. Pada tahun 2016, setidaknya PT Pertamina (Persero) telah dua kali menurunkan harga bahan bakar avtur, rata-rata sebesar Rp 110 per liter dan Rp 143 per liter. Selain Garuda, perusahaan lain yang turut menikmati penurunan harga BBM subsidi adalah sektor ritel, konsumer dan properti. Secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga BBM menyebabkan inflasi terjaga di level rendah, yakni 4,45% year-on-year. Sehingga Bank indonesia berani memangkas suku bunga acuan (Bi rate). Selama tiga bulan berturut-turut, yakni Januari hingga Maret tahun ini, bank sentral telah menggunting Bi rate sebanyak tiga kali menjadi 6,75%. Melandainya Bi rate mendorong perbankan nasional untuk menurunkan suku bunga kredit, termasuk kredit di sektor properti. Maka tak heran apabila pengembang properti mulai berani untuk ekspansi usaha. Sebab, keinginan masyarakat untuk memiliki properti akan semakin tinggi seiring penurunan bunga kredit. 5. KESImPULAN DAN REKomENDASI Komoditas energi, terutama minyak, merupakan motor penggerak kehidupan dan segala aktivitas manusia di muka bumi ini. Minyak selalu hadir di segala aktivitas perekonomian global. Emas hitam ini dibutuhkan umat manusia, mulai dari kebutuhan dapur keluarga hingga industri berskala besar. OPEC mencatat, konsumsi minyak dunia pada 2015 mencapai 92,9 juta barel per hari. Jumlah tersebut meningkat 0,8% dibandingkan konsumsi tahun 2014. ada 15 negara yang mampu mengkonsumsi minyak mentah di atas 1,5 juta barel per hari. amerika Serikat menduduki peringkat pertama, dengan konsumsi 19 juta barel per hari, diikuti Tiongkok sebesar M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016 Topik Utama 11,1 juta barel per hari. Tempat ketiga adalah Jepang yang mengkonsumsi 4,3 juta barel per hari. Lantas, dimana posisi indonesia? Negeri Nusantara menduduki peringkat 13 konsumen minyak yakni sebanyak 1,6 juta barel per hari. Sejak setahun terakhir, harga minyak terus terpuruk. ini lantaran permintaannya tak sebanding dengan pasokan. Berdasarkan data OPEC, hingga Desember 2015, total pasokan minyak mentah dunia mencapai 94,9 juta barel per hari. Pelambatan ekonomi di amerika Serikat dan Tiongkok menjadi salah satu faktor melemahnya harga minyak. Bukan hanya itu, ancaman terhadap masa depan komoditas minyak juga datang dari bahan bakar unconventional resource, seperti shale gas. amerika Serikat semakin gencar mengembangkan dan memproduksi shale gas. Mengacu data international Energy agency (iEa), amerika Serikat memiliki cadangan shale gas cukup besar, yakni mencapai 567 triliun kaki kubik atau trillion cubic feet (tcf). Berlimpahnya cadangan shale gas membuat negara itu perlahan tak ingin bergantung pada minyak mentah. Melihat pergerakan harga minyak yang serba tak pasti, maka pemerintah menempuh sejumlah langkah demi menjaga perekonomian dalam negeri. Salah satu langkahnya adalah menetapkan asumsi harga minyak mentah secara cermat. Memang, menetapkan harga minyak mentah yang realistis tidaklah mudah dalam pasar yang senantiasa berfluktuasi. Namun, karena minyak merupakan salah satu sumber penerimaan pajak terbesar bagi pemerintah, jika asumsi meleset, maka akan mempengaruhi postur belanja pemerintah. Langkah lainnya adalah mengembangkan bahan bakar alternatif (sumber daya energi lain) demi mengatasi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Pengembangan bahan bakar alternatif ramah lingkungan jangan lagi seka- M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016 dar wacana dan rencana. Pemerintah perlu segera mengimplementasikannya dengan langkah-langkah konkret. Dalam mengembangkan sumber daya energi lain, pemerintah jangan asal latah dan sekedar ikut-ikutan. Misalnya dengan booming shale gas di aS. indonesia mesti memiliki peta jalan energi baik fosil maupun non fosil yang komprehensif dan tidak tumpang tindih. Pastikan jenis energi alternatif mana yang layak dikembangkan di indonesia dengan memperhitungkannya secara cermat. indonesia memiliki sejumlah potensi energi. Misalnya, bahan bakar nabati (BBN), di mana tahun ini Pemerintah menggulirkan kewajiban kandungan BBN sebesar 20% pada bahan bakar solar. Perlu digali sumber energi mana yang tepat bagi indonesia, tentunya dengan pertimbangan skala ekonomi yang pas bagi kalangan industri. ambil contoh, pada 2015 PT Pertamina mengaku belum bisa memenuhi kewajiban BBN sebesar 15% hingga pemerintah mengeluarkan formulasi harga BBN untuk mengkompensasi kerugian perusahaan. Menurut Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, penurunan harga minyak global membuat harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku BBN melonjak. Hal tersebut berdampak pada kerugian Pertamina, karena harus mengganti Solar dengan BBN (bisnis.com, 16 Maret 2015). Oleh karena itu, proses peralihan dari penggunaan energi konvensional ke energi non konvensional dan terbarukan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu proses dan jalan panjang untuk menempuh tujuan strategis tersebut. Oleh karena itu, agar pengelolaan sumber daya energi memberikan hasil maksimal bagi masyarakat indonesia, maka perlu kebijakan dan implementasi yang berkelanjutan dan tidak terputus, meskipun pemerintahan berganti. 33 Topik Utama DAFTAR PUSTAKA anonim, antaranews.com, 2016. Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok. http://www. antaranews.com/berita/540801/pertumbuhan-tahunan-tiongkok-2015-melambat-jadi-69-persen, diunduh 29 Maret 2016 pukul 09:30 WiB (artikel halaman 5). Bisnis.com, 2015. Kewajiban BBN Pertamina. http://industri.bisnis.com/read/20150316/ 44/412407/pertamina-belum-laksanakankewajiban-bbn-15, diunduh 19 april 2016 (artikel halaman 12). Bursa Efek indonesia, 2015. Laporan Keuangan PT Garuda indonesia Tbk. http://www. idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_actions/New_info_JSX/ Jenis_informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan%5CLaporan%20Keuangan%20 Tahun%202015%5Caudit%5CGiaa%5CGiaa_LKT_Des_2015.pdf, diunduh 1 april 2016 pukul 21:00 WiB (artikel halaman 9). Harian KONTaN, 2015. arab Saudi Masih Defisit, 31 Desember 2015 (artikel halaman 5). Kementerian ESDM, Siaran Pers Nomor 00026.Pers/04/SJi/2016 pada 30 Maret 2016 (artikel halaman 2, 3). Mahbubani, Kishore, 2011. asia Hemisfer Baru Dunia: Pergeseran Kekuatan Global ke Timur yang Tak Terelakkan, Penerbit Buku Kompas (artikel halaman 5). 34 Organization of the Petroleum Exporting Countries, 2016. Market indicators. http://www. opec.org/opec_web/static_files_project/ media/downloads/data_graphs/Mi022016. pdf, diunduh 1 april 2016 pukul 11:00 WiB (artikel halaman 5, 10, 11). Otoritas Jasa Keuangan, 2016. Statistik Perbankan indonesia. http://www.ojk.go.id/id/ kanal/perbankan/data-dan-statistik/statistik-perbankan-indonesia/Pages/Statistik-Perbankan-indonesia-Januari-2016. aspx, diunduh 31 Maret 2016 pukul 22:00 WiB (artikel halaman 8). PT Pertamina (Persero), 2016. Siaran Pers 29 Maret 2016. http://www.pertamina.com/ news-room/siaran-pers/pertamina-kembali-menurunkan-harga-pertamax-series-rp200-per-liter/, diunduh 19 april 2016 (artikel halaman 3). PT Pertamina, 2016. Siaran Pers Pertamina Tentang Harga avtur, 14 Januari 2016. http://www.pertamina.com/news-room/ siaran-pers/pertamina-kembali-turunkanharga-avtur-periode-ii/ diunduh 19 april 2016 (artikel halaman 10). US Energy information administration, 2015. analysis & Projections, 24 September 2015. https://www.eia.gov/analysis/studies/worldshalegas/, diunduh 19 april 2016 (artikel halaman 10). M&E, Vol.14, No. 1, Maret 2016