BAB II - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Badan Usaha Milik Negara
Di Indonesia, sistem perekonomian didasarkan pada UUD 1945 pasal 33 yang
berbunyi:
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai negara
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat
Berdasarkan pasal 33 tersebut maka dapat kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat
tiga pelaku ekonomi yaitu pihak swasta, koperasi dan Badan Usaha Milik Negara.
Menurut Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002, BUMN adalah
badan usaha milik negara yang berbentuk perusahaan (persero) sebagaimana
dimaksud dalam peraturan pemerintah No. 12 tahun 1998 dan perusahaan umum
(perum) sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah No. 13 tahun 1998.
Pada UU No. 19 tahun 2003 disebutkan bahwa Badan Usaha Milik Negara,yang
selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan.
Maka secara garis besar yang disebut dengan Badan Usaha Milik Negara adalah
badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia.
2.1.1 Maksud dan tujuan pendirian BUMN
1) Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya,
2) Mengejar keuntungan,
12
3) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang
banyak,
4) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh
sektor swasta dan koperasi,
5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
2.1.2 Perusahaan perseroan (persero)
Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 12 tahun 1998 perusahaan
yang selanjutnya disebut persero, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk
berdasarkan UU No. 9 tahun 1969 yang berbentuk perseroan terbatas sebagaimana
yang dimaksud dalam UU No. 1 tahun 1995 yang seluruh atau paling sedikit 51%
saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh negara melalui penyertaan modal secara
langsung.
Persero terbuka adalah persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya
memenuhi kriteria tertentu atau persero yang melakukan penawaran umum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Sesuai dengan penjelasan atas peraturaan pemerintah RI No. 12 tahun 1998
tentang persero, maksud dan tujuan persero adalah meningkatkan nilai persero, hal ini
akan dicapai apabila persero yang bersangkutan dapat memenuhi permintaan pasar
melalui penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
baik didalam negeri maupun secara internasional.
2.1.3 Perusahaan Umum (perum)
Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 13 tahun 1998, perusahaan
umum yang selanjutnya disebut Perum adalah Badan Usaha Milik Negara
sebagaimana diatur dalam UU no. 9 tahun 1969 dimana seluruh modalnya dimiliki
negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.
13
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 13 tahun 1998
tentang
perusahaan
umum
(Perum),
maksud
dan
tujuan
perum
adalah
menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus memupuk
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Perusahaan umum dibedakan dengan perusahaan perseroan karena sifat usahanya.
Sifat usaha Perum lebih berat pada pelayanan dan kemanfaatan umum, baik
pelayanan maupun penyediaan barang dan jasa. Namun demikian, sebagai badan
usaha diupayakan untuk tetap mandiri dan untuk itu Perum harus tetap mampu
menghasilkan laba agar dapat hidup berkelanjutan.
2.2
Privatisasi
Privatisasi merupakan kebijakan publik yang mengarahkan bahwa tidak ada
alternatif lain selain pasar yang dapat mengendalikan ekonomi secara efisien, serta
menyadari bahwa sebagian besar kegiatan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan
selama ini seharusnya diberikan kepada sektor swasta.
Menurut Dunleavy yang dialihbahasakan oleh Indra Bastian (2002:20) privatisasi
diartikan sebagai pemindahan permanen aktivitas produksi barang dan jasa yang
dilakukan oleh perusahaan negara ke perusahaan swasta atau dalam bentuk organisasi
non-publik secara keseluruhan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:896), privatisasi adalah proses,
cara, perbuatan menjadi milik perseorangan (dari milik negara).
Menurut Kepres RI No. 122 tahun 2001, privatisasi adalah pengalihan atau
penyerahan sebagian kontrol atas sebuah BUMN kepada swasta antara lain melalui
cara penawaran umum, penjualan saham secara langsung kepada mitra strategis,
penjualan saham perusahaan kepada karyawan, dan atau cara-cara lain yang
dipandang tepat.
Sedangkan menurut UU No. 19 Tahun 2003, privatisasi adalah penjualan saham
Persero, baik sebagian maupun seluruhnya,kepada pihak lain dalam rangka
meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan,memperbesar manfaat bagi negara dan
masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.
14
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa privatisasi adalah
pengalihan sebagian atau keseluruhan kepemilikan asset dan kontrol pemerintah
terhadap Badan Usaha Milik Negara.
2.2.1 Maksud dan tujuan privatisasi
Privatisasi BUMN diselenggarakan dalam rangka:
1) meningkatkan kinerja BUMN serta menciptakan dan meningkatkan nilai tambah
perusahaan dengan berdasarkan pada prinsip good corporate governance,
2) memperluas partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham BUMN,
3) meningkatkan efisiensi dalam perekonomian, menstimulasi serta menjadi dasar
bagi pertumbuhan ekonomi melalui penyerapan investasi serta melalui transfer
teknologi yang lebih efisien,
4) mengembangkan pasar modal dalam negeri, dan atau
5) membantu sumber penerimaan negara.
Menurut UU No. 19 Tahun 2003 tujuan dilakukannya privatisasi adalah dalam
rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan,memperbesar manfaat bagi negara
dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat
Maka secara garis besar maksud dan tujuan dilakukannya privatisasi adalah untuk
meningkatkan profitabilitas perusahaan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
meningkatkan outputnya.
2.2.2 Metode-metode privatisasi
Privatisasi Badan Usaha Milik Negara dapat dilakukan dengan beberapa cara,
seperti yang dinyatakan oleh Indra Bastian (2002:171):
“
1) Penawaran umum (Flotation)
Adalah penjualan saham suatu perusahaan melalui pasar modal sampai dengan
100% dari kepemilikan saham perusahaan tersebut. Penjualan saham di pasar
modal yang dilakukan untuk pertama kalinya dikenal dengan istilah Penawaran
Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO). Saham-saham tersebut dapat
berupa saham yang telah ada maupun saham baru.
2) Penempatan langsung (Direct Placement)
15
Penempatan langsung merupakan penjualan saham perusahaan sampai 100%
kepada pihak-pihak lain dengan cara negosiasi, umumnya melalui tender. Hal ini
dapat pula disebut private placement (penjualan langsung ke satu investor secara
borongan), strategic sale atau trade sale.
3) Mangement Buy Out (MBO)
Adalah pembelian saham mayoritas oleh suatu konsorsium yang diorganisasi dan
dipimpin oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan. Biasanya para manajer
hanya menempatkan sejumlah kecil dari modal yang dibutuhkan dan diikuti oleh
pemodal lainnya seperti perusahaan modal ventura atau bank investasi.
4) Likuidasi
Likuidasi adalah alat untuk menyebarkan kembali (redeploy) asset dan tenaga
kerja/karyawan untuk tujuan pemanfaatan yang lebih produktif. Likuidasi secara
sukarela biasanya dilakukan berdasarkan Undang-undang Perseroan Terbatas dan
Undang-undang Kepailitan yang sekarang berlaku. Pihak yang melakukan
likuidasi harus mempertimbangkan hasil terbaik apakah yang akan diperoleh
dengan cara menjual perusahaan sebagai usaha yang sedang berjalan (going
concern) atau dengan cara menjual assetnya.
5) Privatisasi lelang
Berdasarkan SK Menkeu No. 47/KMK.01/1996 pelelangan asset negara dapat
dapat dilakukan oleh Balai Lelang Swasta. SK tersebut untuk menguatkan peran
profesional swasta untuk menangani asset negara yang akan dilelang. Namun
sesuai ketentuan pemerintah, BLS hanya diizinkan oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan kegiatan pralelang. Sedangkan kegiatan lelangnya sendiri tetap
ditangani oleh Kantor Lelang Negara (KLN).
6) Kepemilikan dengan menggunakan Dana Perwalian Privatisasi (privatisation
trust fund)
Metode ini akan dipertimbangkan penggunaannya apabila saat ini BUMN
tidak dapat dijual kepada pemilik modal atau kepada masyarakat. Pemerintah
akan memindahkan saham yang tidak terjual kepada sebuah dana perwalian yang
akan mengelola portofolionya, menerima deviden dan menjual kepemilikannya
pada kondisi pasar yang tepat. Dana perwalian merupakan sebuah perusahaan
16
yang mengelola dana yang dimiliki oleh pemerintah yang berorientasi laba dan
diawasi oleh Trustee yang diangkat oleh pemerintah. Meskipun demikian
pengelolaan dana perwalian dilakukan oleh manajer investasi yang profesional
dan diseleksi berdasarkan kemampuan.
7) Penjualan asset
Adalah metode yang memisahkan asset perseroan dari permasalahannya dan
menjual asset tersebut sehingga dapat dipergunakan oleh swasta. Cara ini sangat
berguna apabila perusahaan mengalami masalah-masalah tertentu, misalnya
masalah hukum yang tidak terpecahkan yang dapat menunda penjualan
perusahaan tersebut. Penjualan dari kelebihan asset perusahaan juga dapat
dipertimbangkan apabila studi strategi privatisasi menyarankan langkah tersebut
sebagai langkah yang terbaik.
8) Konsesi
Konsesi adalah sewa asset untuk jangka panjang biasanya 25 tahun sampai 30
tahun. Dalam hal ini pemegang konsesi mempunyai hak untuk menjalankan usaha
dan berkewajiban memelihara asset yang ada dan juga menambahkan asset bila
diperlukan. Sebuah konsesi diberikan dalam suatu tender yang kompetitif, dengan
kriteria evaluasi yang meliputi pengalaman peserta tender, tingkat pembayaran
sewa, dan usulan rencana investasi.
9) Sewa guna usaha atau lease
Metode ini memberikan lesse hak untuk mengelola sekumpulan asset untuk
jangka waktu yang singkat umumnya 4 sampai 5 tahun, tetapi pemiliknya tetap
bertanggungjawab untuk menambah asset tersebut dan umumnya juga
memelihara asset yang ada. “
Dari beberapa metode-metode yang telah disebutkan ada beberapa metode yang
lebih sering digunakan pemerintah dalam melakuakan privatisasi menurut Peraturan
Pemerintah No.33 Tahun 2005 yaitu:
1) Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal (IPO),
2) Penjualan saham secara langsung kepada investor,
3) Penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan Persero yang
bersangkutan.
17
2.2.3 Manfaat dan konsekuensi Go Publik
Dengan melakukan privatisasi melalui mekanisme Go Publik (public offerings)
akan memberikan dampak terhadap Badan Usaha Milik Negara berupa perubahan
perilaku manajemen kearah keterbukaan dan profesionalisme. Selain itu, privatisasi
melalui mekanisme go public juga akan mendorong Badan Usaha Milik Negara untuk
meningkatkan pertumbuhan yang tinggi yang akan memajukan perusahaan.
Manfaat lain yang diterima dari go publik, yaitu:
1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar
2. Pembagian deviden berdasarkan keuntungan
3. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga dapat memacu perusahaan untuk
meningkatkan profesionalisme
4. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham
perusahaan sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial
5. Emiten dapat lebih dikenal oleh masyarakat, karena go publik dapat dijadikan
sebagai alat promosi juga.
Selain manfaat diatas, go publik juga memiliki konsekuensi yang harus diterima,
antara lain:
1. Keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban
pelaporan
2. Kewajiban membayar deviden
3. Senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan
Namun tidak semua Badan Usaha Milik Negara dapat memenuhi persyaratan
untuk melakukan go publik. Hal itu disebabkan syarat untuk melakukan go publik
sangat ketat, salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam yaitu perusahaan
tersebut harus mampu menghasilkan keuntungan dua tahun berturut-turut dan laporan
keuangannya telah diperiksa oleh akuntan publik dengan hasil pemeriksaan wajar
tanpa pengecualian.
18
2.3
Laporan keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan
keuangan memuat informasi tentang pelaksanaan tanggung jawab manajemen. Laporan
keuangan (Financial Statement) merupakan pernyataan manajemen tentang kondisi
perusahaan yang diungkapkan dalam bentuk mata uang (rupiah).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 2), pengertian laporan keuangan
adalah :
“Laporan keuangan merupakan bagian proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, lapoaran laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara, misalnya sebagai arus kas, atau laporan arus dana), catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh
perubahan harga.”
Sedangkan menurut Munawir (2002 : 5), pengertian laporan keuangan adalah :
“Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan
laba rugi serta laporan perubahan modal dimana neraca menunjukan atau
menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan
pada tanggal tertentu sedangkan perhitungan laba rugi memperlihatkan
hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi
selama periode tertentu dan laporan perubahan modal menunjukan sumbersumber penggunaan dana atau alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya
perubahan modal perusahaan.”
Dan menurut Slamet Sugiri (2001 : 15), mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan laporan keuangan adalah :
“Hasil akhir dari proses akuntansi. Sebagai hasil akhir dari proses
akuntansi, laporan keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk
19
pengambilan keputusan oleh pelbagai pihak (misalnya pemilik dan kreditor).
Laporan keuangan yang utama terdiri atas : neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.”
Dengan melihat beberapa pengertian laporan keuangan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa laporan keuangan suatu perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang
melaporkan tentang posisi keuangan, tentang hasil operasi perusahaan, dan tentang
perubahan yang terjadi dalam posisi keuangan perusahaan dimana nantinya akan
digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pemakai.
2.3.1
Tujuan laporan keuangan
Adapun tujuan dari laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan
(2004 : 4) adalah :
“Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”.
Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan
sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi
keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur
keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai
perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan,
sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara
kas) serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan
sumber daya.
Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai
aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selam periode pelaporan. Selain
berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas),
20
informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan
arus kas tersebut.
Selain untuk tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan juga menunjukkan apa
yang telah dilakukan oleh manajemen atau menggambarkan pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2.3.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat
informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan ini meliputi
karakteristik relevance, reliability, comparability, consistency, neutrality.
1.
Relevance
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi
tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu (feedback value), masa kini (predictive),
dan ketepatan waktu (timeliness).
2.
Reliability
Informasi memiliki kualitas andal atau dapat dipercaya jika bebas dari pengertian
yang menyesatkan dan kesalahan material. Reliability terdiri dari veriability (dapat
diuji oleh akuntan), neutrality (informasi diarahkan kepada kebutuhan umum
pemakai dan tidak bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu), dan
representational faithfulness (dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan).
3.
Comparability
Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
21
4.
Consistency
Pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode
perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
5.
Neutrality
Informasi diarahkan kepada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung pada
kebutuhan atau keinginan pihak tertentu.
2.3.4 Fungsi Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pemakai, pada
hakekatnya merupakan alat komunikasi, artinya laporan keuangan itu adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan
dan kegiatan-kegiatannya kepada para pemakai.
2.3.5
Pemakai Laporan Keuangan
Melalui laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan maka ada dua
pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut, yaitu pihak internal dan
pihak eksternal. Pihak eksternal terdiri dari :
1.
Investor dan pemegang saham
Para investor
berkepentingan terhadap
resiko yang melekat
dan
hasil
pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan
informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau
menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam
membayar dividen. Sedangkan bagi pemegang saham, mereka membutuhkan
informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang diperoleh,
dan penambahan modal business plan selanjutnya.
22
2.
Pemberi pinjaman
Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh
tempo.
3.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Mereka tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan
apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu lebih pendek pada
perusahaan.
4.
Pelanggan
Mereka berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang
dengan atau bergantung pada perusahaan.
5.
Pemerintah
Pemerintah
dan
berbagai
lembaga
yang
berada
dibawah
kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya, mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya.
6.
Karyawan
Mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabiitas perusahaan.
Mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka melakukan
penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat
pensiun dan kesempatan kerja.
23
7.
Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti
pemberian kontribusi pada perekonomian nasioanal, termasuk jumlah orang yang
dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik.
2.3.6
Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Pembuatan laporan keuangan harus mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku
umum (PABU). PABU adalah suatu kebiasaan atau aturan yang baik untuk melaporkan
laporan keuangan. PABU berfungsi juga sebagai aturan minimum yang harus dipatuhi
ketika membuat laporan keuangan.
Di dalam laporan keuangan terdapat lima jenis laporan keuangan yang terdiri atas:
1.
Neraca
Menurut Darsono dan Ashari (2004 : 18), pengertian neraca adalah :
“Laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti
yang tertera dalam neraca. Biasanya Neraca dibuat per 31 Desember, atau
tiap akhir bulan.”
Neraca terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
1)
Aktiva
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 13), aktiva adalah :
“Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa yang akan
datang diharapkan akan diperoleh.”
Aktiva terdiri atas :
a.
Aktiva lancar, yaitu aktiva yang paling mudah dan cepat untuk dijadikan
uang atau kas. Pengelompokan yang umum adalah : kas, piutang dagang,
persediaan, investasi. Kas adalah aktiva yang paling likuid sehingga
ditempatkan pada bagian paling atas.
b.
Aktiva tetap, yaitu investasi pada tanah, bangunan, kendaraan, dan
peralatan yang lain yang dilakukan oleh perusahaan. Aktiva tetap disusun
24
berdasarkan urutan yang paling tidak likuid. Jadi pada aktiva tetap,
urutan yang paling atas adalah tanah, kemudian bangunan, mesin-mesin
dan peralatan, kendaraan.
c.
Aktiva lain-lain, yaitu investasi atau kekayaan lain yang dimiliki oleh
perusahaan. Isi dari pos aktiva lain-lain adalah kekayaan atau investasi
yang tidak bisa dikelompokan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap.
2)
Kewajiban dan Ekuitas
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:13), kewajiban dan ekuitas
adalah :
“Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat,
sedangkan ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban.”
Kewajiban terdiri atas :
a.
Kewajiban jangka pendek, yaitu kewajiban kepada pihak kreditor yang
akan dibayarkan dalam jangka waktu satu tahun ke depan. Komponen
kewajiban jangka pendek diantaranya adalah hutang dagang, hutang gaji,
hutang pajak, hutang bank jatuh tempo dalam satu tahun, dan hutang
lain-lain.
b.
Kewajiban jangka panjang, yaitu kewajiban yang akan dibayarkan dalam
jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi atau satu tahun.
Komponen kewajiban jangka panjang ini meliputi hutang bank, hutang
obligasi, hutang wesel, hutang surat-surat berharga lain.
Ekuitas terdiri atas :
a.
Modal saham, meliputi saham preferen, saham biasa dan perkiraan
tambahan modal disetor.
b.
Agio saham, yaitu kelebihan selisih antara nilai jual saham dengan nilai
nominal saham.
25
c.
2.
Laba ditahan.
Laporan Laba rugi
Menurut Darsono dan Ashari (2004 : 20), pengertian laba rugi adalah:
“Laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan
pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan atau
tahunan.”
Laporan laba rugi terdiri dari :
1)
Pendapatn atau penjualan, yaitu hasil penjualan produk atau jasa utama yang
dihasilkan perusahaan kepada pelanggan.
2)
Harga pokok penjualan, yaitu biaya produksi sesungguhnya dari produk atau
jasa yang dijual pada periode tersebut.
3)
Biaya pemasaran, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk
dan jasa yang dihasilkan pada periode tersebut, misalnya biaya iklan, biaya
gaji salesman, dan biaya promosi.
4)
Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
administrasi dan umum perusahaan. Contohnya adalah biaya gaji direksi,
biaya penyusutan, biaya perlengkapan kantor, dan biaya telepon.
5)
Pendapatan luar usaha (non operasioanl), yaitu pendapatan yang diperoleh
bukan dari bisnis utama perusahaan, misalnya keuntungan penjualan aktiva
tetap, bunga bank bagi perusahaan non bank, dan lain-lain.
6)
Biaya luar usaha (non operasional), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
aktivitas yang bukan dari bisnis utama. Contohnya adalah biaya bunga bank,
dan biaya sumbangan.
26
3.
Laporan arus kas (cash flow)
Laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode
tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas terdiri atas :
1)
Kas dari atau untuk kegiatan operasioanal, yaitu kas yang diperoleh dari
penjualan, penerimaan piutang dan untuk pembayaran hutang usaha,
pembelian barang, dan biaya lainnya. Contohnya adalah pembayaran kas
kepada karyawan, pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa, dan lainlain.
2)
Kas dari atau untuk kegiatan investasi, yaitu kas dari penjualan aktiva tetap
dan untuk pembelian aktiva tetap atau investasi pada saham atau
obligasi.Contohnya adalah perolehan saham atau instrumen keuangan
perusahaan lain.
3)
Kas dari atau kegiatan pendanaan, yaitu kas yang berasal dari setoran modal,
hutang jangka panjang atau bank, laba ditahan yang dikonversi ke dalam
modal dan untuk pengembalian modal, membayar dividen, membayar pokok
hutang bank. Contohnya adalah pelunasan pinjaman, penerimaan kas dari
emisi saham atau instrument modal lainnya.
4.
Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio atau
disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang
melekat pada perusahaan.
5.
Catatan atas laporan keuangan
Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi
yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Bilamana
penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka dijabarkan
dalam lampiran.
27
2.3.7 Sifat Dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan
gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak
manajemen yang bersangkutan. Jadi menurut Munawir (1995 : 6) :
“Laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai
suatu progress report laporan keuangan yang terdiri dari data yang
merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat,
prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi, dan pendapat
pribadi”.
1. Fakta yang dicatat
Penyusunan laporan keuangan didasarkan atas fakta dari catatan-catan akuntansi
historis, sehingga laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan
perubahan sesuai kondisi perekonomian paling akhir.
2. Prinsip dan kebiasaan
Data yang dicatat didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu
yang merupakan prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
pencatatan dalam membentuk keseragaman perlakuan akuntansi.
3. Pendapat pribadi
Walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi atau dalil yang sudah
ditetapkan, namun penggunaan konvensi tersebut tergantung kemampuan dan
integritas pembuatnya terhadap prinsip konvensi akuntansi tersebut.
Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut,maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan.
Menurut Munawir ( 1995 : 9 ) keterbatasan laporan keuangan tersebut adalah :
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan laporan
yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara dan bukan merupakan
laporan yang final. Karena itu, semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan
28
dalam laporan keuangan yang tidak menunjukkan nilai realisasi dimana di dalamnya
terdapat pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh akuntan atau
manajemen yang bersangkutan.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti
dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin
berbeda atau berbeda-beda. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going
concern sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga
perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar
akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan
hanya merupakan nilai buku yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang
maupun nilai gantinya.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi pencatatan
transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu,
dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah
belum tentu menunjukkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut
disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan
tingkat harga-harga.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat
dinyatakan dengan satuan uang.
2.4
Kinerja
Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi
kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer perusahaan
di dalam melaksanakan tanggungjawabnya.
29
2.4.1 Pengertian kinerja
Terdapat beberapa definisi kinerja, yaitu :
1.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 503), yaitu :
“Sesuatu yang dicapai/prestasi yang diperlihatkan/kemampuan kerja”.
2.
Berdasarkan Webster New Word Dictionary (1996 : 103), kinerja adalah :
“Performance is the act performing/something done or performed”.
Dari kedua definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan pengertian kinerja adalah
suatu kemampuan atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu tindakan
tertentu.
Menurut Mulyadi dalam Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat, dan Rekayasa
adalah:
“Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional
suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya.”
Mulyadi dalam buku Akuntansi Manajemen (2001:435) menyebutkan, terdapat
tiga macam ukuran yang dapat dipergunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif :
1. Ukuran kriteria tunggal (single criterium) adalah ukuran kinerja yang
hanya menggunakan satu ukuran menilai kinerja manajer.
2. Ukuran kriteria berganda (multiple criteria) adalah ukuran kinerja yang
menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja manager.
3. Ukuran kriteria gabungan (composite criteria) adalah ukuran kinerja yang
menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masingmasing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh
kinerja manajer.
2.4.2 Manfaat dan penilaian kinerja
Penilaian kinerja merupakan suatu hal yang penting dalam proses perencanaan
dan pengendalian. Melalui penilaian kinerja, perusahaan dapat melakukan perencanaan
30
serta memilih strategi yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Secara umum tujuan perusahaan melakukan penilaian kinerja adalah:
1. Menetapkan kontribusi masing-masing divisi atau perusahaan secara
keseluruhan atau atas kontribusi dari masing-masing sub divisi dari suatu
divisi atau perusahaan (evaluasi ekonomi atau evaluasi segmen)
2. Memberikan dasar untuk mengevaluasi kualitas kerja masing-masing
manajer divisi (evaluasi manager)
3. Memotivasi para manajer divisi supaya konsisten mengoperasikan
divisinya sehingga sesuai dengan tujuan pokok perusahaan (evaluasi
operasi).
Disamping tujuan diatas, Mulyadi menerangkan pada buku Akuntansi
Manajemen (2001:420) penilaian kinerja mempunyai manfaat bagi manajemen untuk :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimal
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagian mana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.4.3 Alat Ukur Penilaian Kinerja
Menurut Hiro Tugiman (1999 : 1) terdapat empat cara penilaian kinerja, yaitu :
1. Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan
untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata : (1) Kartu skor ( scorecard) dan
Berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor
31
hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor
yang hendak diwujudkan oleh personel di masa depan. Melalui skor, skor yang
hendak diwujudkan personel di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja yang
sesungguhnya. Hasil ini digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja personel yang
bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja
personel diukur secara berimbang dari dua aspek : keuangan dan non keuangan,
jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
Balanced Scorecard memperluas ukuran kinerja ke dalam empat perspektif:
keuangan , costumer, proses bisnis/intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000
Mutu adalah istilah yang biasanya dikaitkan dengan harga, merek dagang atau
identik dengan kemewahan. Namun standar ISO 8402 mutu diartikan sebagai
gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa. Dari standar ISO 8402
yang mempengaruhi persepsi organisasi terhadap mutu, antara lain sesuai dengan
kebutuhan, harga, waktu penyerahan produk, dan kemudahan pemilihan.
3. Malcolm Baldridge National Quaility Award (MBNQA)
MBNQA merupakan pengukuran kinerja perusahaan. MBNQA merupakan
criteria pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh yang mencakup : seluruh
fungsi manajemen, aspek-aspek pendekatan, penyebarluasan, dan hasil-hasil usaha,
memperbandingkan pencapaian kinerja internal perusahaan dari waktu ke waktu
dengan perusahaan terbaik di bidangnya.
Kriteria ini sangat berguna untuk melakukan penilaian dari peruashaan sendiri dan
pelatihan, serta merupakan alat untuk mengembangkan kinerja dan proses bisnis.
4. Penilaian Tingkat Kesehatan Badan
Usaha Milik Negara berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan.
Tujuan dari penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara adalah untuk
meningkatkan daya efisiensi dan daya saing.
32
2.4.4 Analisis kinerja melalui laporan keuangan
Kinerja dari suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan
yang bersangkutan. Dari laporan tersebut dapat diketahui keadaan keuangan dan hasilhasil yang telah dicapai selama periode tertentu.
Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan
(2001:327), menyatakan :
“Laporan finansial (finansial statement) memberikan ikhtisar mengenai
keadaan finansial suatu perusahaan dimana neraca mencerminkan nilai
aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu dan laporan laba
rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu
biasanya meliputi periode satu tahun.”
Dari analisis yang dilakukan terhadap laporan keuangan dapat diketahui prestasi
dan kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan
dapat menggunakannya sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Bambang
Riyanto (2001:327) menyatakan bahwa:
“Mengadakan interpretasi adalah analisa terhadap laporan finansial suatu
perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat
mengetahui keadaan dan perkembangan finansial perusahaan yang
bersangkutan”
2.5
Analisis rasio keuangan
Untuk menilai kondisi finansial suatu perusahaan diperlukan suatu alat ukur yang
dapat membantu untuk menginterpretasikan kondisi perusahaan tersebut. Alat bantu
untuk mengukur kondisi tersebut dapat berupa rasio-rasio.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2000 : 75), pada dasarnya
analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
33
2. Rasio Aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan asset dengan
melihat tingkat aktivitas asset.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka panjangnya.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
5. Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku
perusahaan.
2.5.1
Rasio – Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya. Dua rasio
yang sering digunakan adalah :
1. Rasio Lancar
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya
dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam
waktu satu tahun)
Rasio Lancar =
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
2. Rasio Cepat
Dari ketiga komponen aktiva lancar (Kas, Piutang, Persediaan), persediaan biasanya
dianggap merupakan asset yang paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin
panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang
diperlukan untuk menjadi kas semakin lama. Dengan alasan tersebut, persediaan
dikeluarkan dari aktiva lancar untuk perhitungan rasio cepat.
34
Rasio Cepat =
Aktiva Lancar - Persediaan
Persediaan
2.5.2 Rasio-Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa asset, kemudian menentukan berapa tingkat
aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada
tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang
tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila
ditanamkann pada aktiva lain yang lebih produktif.
Terdapat empat rasio aktivitas, yaitu :
1. Rata-rata Umur Piutang
Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untukl melunasi piutang
(merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar
dana yang tertanam pada piutang.
Rata-rata Umur Piutang =
Piutang Dagang
Penjualan / 365
2. Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan dapat dihitung sebagai berikut :
Perputaran Persediaan =
Harga Pokok Persediaan
Persediaan
3. Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan
berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh
mana efektivitas penggunaan aktiva tetap tersebut.
Perputaran Aktiva Tetap =
Penjualan
Aktiva Tetap
35
4. Perputaran Total Aktiva
Rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio ini menggunakan
formula sebagai berikut :
Perputaran Total Aktiva =
Penjualan
Total Aktiva
2.5.3 Rasio – Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel yaitu perusahaan yang total hutangya
lebih besar dibandingkan total asetnya.
Ada beberapa rasio yang bisa dihitung, yaitu :
1. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset
Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi
berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi. Penggunaan
financial leverage yang tinggi akan meningkatkan ROE akan menurun cepat pula.
Rasio Total hutang Terhadap Total Aset =
Total Hutang
Total Aset
2. Times Interest Earned
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang dengan laba sebelum
bunga dan pajak. Rasio ini juga bisa dikatakan menghitung seberapa besar laba
sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga.
TIE =
Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
Bunga
3 Fixed Charge Coverage
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar beban tetap total, termasuk
biaya sewa, karena meskipun sewa bukan hutang tetapi sewa merupakan beban tetap
dan mengurangi kemampuan hutang perusahaan.
Fixed Charge Coverage =
EBIT + Biaya Sewa
Bunga + Biaya Sewa
36
2.5.4
Rasio-Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada
tingkat penjualan, asset, dan modal saham. Ada tiga rasio yang sering digunakan, yaitu :
1. Profit Margin
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu.
Profit Margin =
Laba Bersih
Penjualan
2. Return On Asset (ROA)
Rasio ini mengulur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan
tingkat asset yang tertentu. Rasio ini juga sering disebut dengan ROI (Return On
Investment).
ROA = Laba Bersih
Total Asset
3. Return On Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan mengahasilkan laba berdasarkan modal
saham tertentu.
ROE =
2.5.5
Laba Bersih
Modal Saham
Rasio-Rasio Pasar
Rasio ini mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Ada beberapa rasio
yang bisa dihitung, yaitu :
1. Price Earning Ratio (PER)
PER melihat harga saham relatif terhadap earningnya. PER dapat dihitung sebagai
berikut:
PER =
Harga Saham Perlembar
Earnings Perlembar
37
2. Devidend Yield
Dari segi investor rasio ini cukup berarti karena devidend yield merupakan sebagian
dari total return yang akan diperoleh investor.
Devidend Yield =
Dividend Perlembar
Harga Pasar Saham Perlembar
3. Rasio Pembayaran Deviden
Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada
investor.
Rasio Pembayaran Deviden =
2.5.6
Dividend Perlembar
Earning Perlembar
Rasio kinerja
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland yang dialih bahasakan oleh
A. Jaka Wasana dan Kibandroko (1995 :239), terdapat tiga rasio untuk
menilai kinerja perusahaan, yaitu :
1. Rasio-rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian
yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio-rasio profitabilitas yang
digunakan adalah :
a. Laba Operasi Bersih Terhadap Penjualan (Operating Profit Margin)
Rasio laba bersih terhadap penjualan banyak digunakan oleh para praktisi
keuangan sebagai penentu nilai kunci yang mempengaruhi penilaian atas sebuah
perusahaan.
Operating Profit Margin =
Laba Operasi Bersih
Penjualan
b. Laba Operasi Bersih Terhadap Total Aktiva (Return On Assets)
Rasio ini mencoba mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh
perusahaan.
38
ROA =
Laba Operasi Bersih
Total Aktiva
c. Laba Bersih Terhadap Pennjualan (Profit Margin On Sales)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan
Profit Margin On Sales =
Laba Bersih
Penjualan
d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Rasio ini memperhatikan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri (net
worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah
dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.
ROE menunjukkan rentabilitas usaha.
ROE =
Laba Bersih
Ekuitas Pemegang Saham
2. Rasio-Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan mengukur sebaik apa perusahaan mempertahankan posisi
ekonomisnya di dalam industrinya. Tingkat pertumbuhan dihitung dengan
menggunakan metode titik-titik ujung, yaitu :
g =
 Xn


 X0
1
n
−1
di mana :
g = tingkat pertumbuhan majemuk selama periode tercakup
Xn = nilai titik akhir
X0 = nilai titik awal
n = jumlah periode pertumbuhan
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland yang dialih bahasakan oleh
A. Jaka Wasana dan Kibrandoko (1995 :243), yang diukur pertumbuhan adalah :
a. Penjualan
b. Laba Operasi Bersih
39
c. Laba Bersih
d. Laba per saham
3. Rasio-Rasio Penilaian
Rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu
perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian
dan risiko. Rasio-rasio yang digunakan adalah :
a. Rasio Harga Terhadap Laba (Price To Earnings Ratio)
PER =
Harga Saham perlembar
LabaBersih Perlembar Saham
b. Rasio Harga Pasar Terhadap Nilai Buku (Market To Book Ratio)
Market To Book Ratio =
Harga Saham perlembar
Nilai Buku Perlembar Saham
Sedangkan menurut Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002 tentang
penilaian tingkat kesehatan BUMN, bahwa penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk
tahun buku yang bersangkutan dalam kaitannya dengan tingkat kesehatan BUMN
meliputi :
1. Imbalan kepada pemegang saham/Return On Equity (ROE)
Rumus:
ROE : Laba setelah Pajak x 100 %
Modal Sendiri
Definisi :
a. Laba setelah Pajak adalah Laba setelah Pajak dikurangi dengan laba hasil
penjualan dari :
• Aktiva tetap
• Aktiva Non Produktif
• Aktiva Lain-lain
• Saham Penyertaan Langsung
40
b. Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri dalam neraca perusahaan
pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen Modal sendiri yang
digunakan untuk membiayai Aktiva Tetap dalam Pelaksanaan dan laba tahun
berjalan. Dalam Modal sendiri tersebut di atas termasuk komponen kewajiban
yang belum ditetapkan statusnya.
c. Aktiva Tetap dalam pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun buku Aktiva
Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan.
2. Imbalan Investasi/Return On Investment (ROI)
Rumus :
ROI : EBIT + Penyusutan x 100 %
Capital Employed
Definisi :
a. EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan
dari :
• Aktiva Tetap
• Aktiva lain-lain
• Aktiva Non Produktif
• Saham penyertaan langsung
b. Penyusutan adalah Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi
c. Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva dikurangi
Aktiva Tetap dalam pelaksanaan.
3. Rasio Kas/Cash Ratio
Rumus:
Cash Ratio = Kas + Bank + Surat Berharga Jangka pendek x 100 %
Current Liabilities
Definisi :
a. Kas, Bank dan surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi masing-masing pada
akhir tahun buku.
41
b. Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban Lancar pada akhir tahun buku.
4. Rasio Lancar/Current Ratio
Rumus :
Current ratio : Current Asset
x 100 %
Current Liabillities
Definisi :
a. Current Asset adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun buku
b. Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada akhir tahun buku .
5. Collection Periods (CP)
Rumus :
x 365 hari
CP = Total Piutang Usaha
Total Pendapatan Usaha
Definisi :
a. Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan
Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku.
b. Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama tahun buku.
6. Perputaran Persediaan (PP)
Rumus :
PP = Total Persediaan
x 365
Total Pendapatan Usaha
Definisi :
a. Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi
pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang
setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku
cadang.
b. Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam tahun buku yang
bersangkutan.
42
7. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO)
Rumus :
TATO = Total Pendapatan x 100 %
Capital Employed
Definisi :
a. Total Pendapatan adalah Total Pendapatan Usaha dan Non Usaha tidak termasuk
pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap
b. Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku total Aktiva dikurangi
Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan.
8. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS terhadap TA)
Rumus:
TMS terhadap TA : Total Modal Sendiri x 100%
Total Asset
Definisi :
a. Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri pada akhir tahun
buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya.
b. Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan dana-dana yang belum
ditetapkan statusnya pada poisisi akhir tahun buku yang bersangkutan.
43
Download