BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Usaha Milik Negara Di Indonesia, sistem perekonomian didasarkan pada UUD 1945 pasal 33 yang berbunyi: 1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan 2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara 3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Berdasarkan pasal 33 tersebut maka dapat kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat tiga pelaku ekonomi yaitu pihak swasta, koperasi dan Badan Usaha Milik Negara. Menurut Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002, BUMN adalah badan usaha milik negara yang berbentuk perusahaan (persero) sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah No. 12 tahun 1998 dan perusahaan umum (perum) sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah No. 13 tahun 1998. Pada UU No. 19 tahun 2003 disebutkan bahwa Badan Usaha Milik Negara,yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Maka secara garis besar yang disebut dengan Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. 2.1.1 Maksud dan tujuan pendirian BUMN 1) Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya, 2) Mengejar keuntungan, 12 3) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, 4) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi, 5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. 2.1.2 Perusahaan perseroan (persero) Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 12 tahun 1998 perusahaan yang selanjutnya disebut persero, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk berdasarkan UU No. 9 tahun 1969 yang berbentuk perseroan terbatas sebagaimana yang dimaksud dalam UU No. 1 tahun 1995 yang seluruh atau paling sedikit 51% saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh negara melalui penyertaan modal secara langsung. Persero terbuka adalah persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Sesuai dengan penjelasan atas peraturaan pemerintah RI No. 12 tahun 1998 tentang persero, maksud dan tujuan persero adalah meningkatkan nilai persero, hal ini akan dicapai apabila persero yang bersangkutan dapat memenuhi permintaan pasar melalui penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat baik didalam negeri maupun secara internasional. 2.1.3 Perusahaan Umum (perum) Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 13 tahun 1998, perusahaan umum yang selanjutnya disebut Perum adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam UU no. 9 tahun 1969 dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. 13 Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 13 tahun 1998 tentang perusahaan umum (Perum), maksud dan tujuan perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Perusahaan umum dibedakan dengan perusahaan perseroan karena sifat usahanya. Sifat usaha Perum lebih berat pada pelayanan dan kemanfaatan umum, baik pelayanan maupun penyediaan barang dan jasa. Namun demikian, sebagai badan usaha diupayakan untuk tetap mandiri dan untuk itu Perum harus tetap mampu menghasilkan laba agar dapat hidup berkelanjutan. 2.2 Privatisasi Privatisasi merupakan kebijakan publik yang mengarahkan bahwa tidak ada alternatif lain selain pasar yang dapat mengendalikan ekonomi secara efisien, serta menyadari bahwa sebagian besar kegiatan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan selama ini seharusnya diberikan kepada sektor swasta. Menurut Dunleavy yang dialihbahasakan oleh Indra Bastian (2002:20) privatisasi diartikan sebagai pemindahan permanen aktivitas produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan negara ke perusahaan swasta atau dalam bentuk organisasi non-publik secara keseluruhan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:896), privatisasi adalah proses, cara, perbuatan menjadi milik perseorangan (dari milik negara). Menurut Kepres RI No. 122 tahun 2001, privatisasi adalah pengalihan atau penyerahan sebagian kontrol atas sebuah BUMN kepada swasta antara lain melalui cara penawaran umum, penjualan saham secara langsung kepada mitra strategis, penjualan saham perusahaan kepada karyawan, dan atau cara-cara lain yang dipandang tepat. Sedangkan menurut UU No. 19 Tahun 2003, privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya,kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan,memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. 14 Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa privatisasi adalah pengalihan sebagian atau keseluruhan kepemilikan asset dan kontrol pemerintah terhadap Badan Usaha Milik Negara. 2.2.1 Maksud dan tujuan privatisasi Privatisasi BUMN diselenggarakan dalam rangka: 1) meningkatkan kinerja BUMN serta menciptakan dan meningkatkan nilai tambah perusahaan dengan berdasarkan pada prinsip good corporate governance, 2) memperluas partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham BUMN, 3) meningkatkan efisiensi dalam perekonomian, menstimulasi serta menjadi dasar bagi pertumbuhan ekonomi melalui penyerapan investasi serta melalui transfer teknologi yang lebih efisien, 4) mengembangkan pasar modal dalam negeri, dan atau 5) membantu sumber penerimaan negara. Menurut UU No. 19 Tahun 2003 tujuan dilakukannya privatisasi adalah dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan,memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat Maka secara garis besar maksud dan tujuan dilakukannya privatisasi adalah untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan, meningkatkan efisiensi operasional, dan meningkatkan outputnya. 2.2.2 Metode-metode privatisasi Privatisasi Badan Usaha Milik Negara dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti yang dinyatakan oleh Indra Bastian (2002:171): “ 1) Penawaran umum (Flotation) Adalah penjualan saham suatu perusahaan melalui pasar modal sampai dengan 100% dari kepemilikan saham perusahaan tersebut. Penjualan saham di pasar modal yang dilakukan untuk pertama kalinya dikenal dengan istilah Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO). Saham-saham tersebut dapat berupa saham yang telah ada maupun saham baru. 2) Penempatan langsung (Direct Placement) 15 Penempatan langsung merupakan penjualan saham perusahaan sampai 100% kepada pihak-pihak lain dengan cara negosiasi, umumnya melalui tender. Hal ini dapat pula disebut private placement (penjualan langsung ke satu investor secara borongan), strategic sale atau trade sale. 3) Mangement Buy Out (MBO) Adalah pembelian saham mayoritas oleh suatu konsorsium yang diorganisasi dan dipimpin oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan. Biasanya para manajer hanya menempatkan sejumlah kecil dari modal yang dibutuhkan dan diikuti oleh pemodal lainnya seperti perusahaan modal ventura atau bank investasi. 4) Likuidasi Likuidasi adalah alat untuk menyebarkan kembali (redeploy) asset dan tenaga kerja/karyawan untuk tujuan pemanfaatan yang lebih produktif. Likuidasi secara sukarela biasanya dilakukan berdasarkan Undang-undang Perseroan Terbatas dan Undang-undang Kepailitan yang sekarang berlaku. Pihak yang melakukan likuidasi harus mempertimbangkan hasil terbaik apakah yang akan diperoleh dengan cara menjual perusahaan sebagai usaha yang sedang berjalan (going concern) atau dengan cara menjual assetnya. 5) Privatisasi lelang Berdasarkan SK Menkeu No. 47/KMK.01/1996 pelelangan asset negara dapat dapat dilakukan oleh Balai Lelang Swasta. SK tersebut untuk menguatkan peran profesional swasta untuk menangani asset negara yang akan dilelang. Namun sesuai ketentuan pemerintah, BLS hanya diizinkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan pralelang. Sedangkan kegiatan lelangnya sendiri tetap ditangani oleh Kantor Lelang Negara (KLN). 6) Kepemilikan dengan menggunakan Dana Perwalian Privatisasi (privatisation trust fund) Metode ini akan dipertimbangkan penggunaannya apabila saat ini BUMN tidak dapat dijual kepada pemilik modal atau kepada masyarakat. Pemerintah akan memindahkan saham yang tidak terjual kepada sebuah dana perwalian yang akan mengelola portofolionya, menerima deviden dan menjual kepemilikannya pada kondisi pasar yang tepat. Dana perwalian merupakan sebuah perusahaan 16 yang mengelola dana yang dimiliki oleh pemerintah yang berorientasi laba dan diawasi oleh Trustee yang diangkat oleh pemerintah. Meskipun demikian pengelolaan dana perwalian dilakukan oleh manajer investasi yang profesional dan diseleksi berdasarkan kemampuan. 7) Penjualan asset Adalah metode yang memisahkan asset perseroan dari permasalahannya dan menjual asset tersebut sehingga dapat dipergunakan oleh swasta. Cara ini sangat berguna apabila perusahaan mengalami masalah-masalah tertentu, misalnya masalah hukum yang tidak terpecahkan yang dapat menunda penjualan perusahaan tersebut. Penjualan dari kelebihan asset perusahaan juga dapat dipertimbangkan apabila studi strategi privatisasi menyarankan langkah tersebut sebagai langkah yang terbaik. 8) Konsesi Konsesi adalah sewa asset untuk jangka panjang biasanya 25 tahun sampai 30 tahun. Dalam hal ini pemegang konsesi mempunyai hak untuk menjalankan usaha dan berkewajiban memelihara asset yang ada dan juga menambahkan asset bila diperlukan. Sebuah konsesi diberikan dalam suatu tender yang kompetitif, dengan kriteria evaluasi yang meliputi pengalaman peserta tender, tingkat pembayaran sewa, dan usulan rencana investasi. 9) Sewa guna usaha atau lease Metode ini memberikan lesse hak untuk mengelola sekumpulan asset untuk jangka waktu yang singkat umumnya 4 sampai 5 tahun, tetapi pemiliknya tetap bertanggungjawab untuk menambah asset tersebut dan umumnya juga memelihara asset yang ada. “ Dari beberapa metode-metode yang telah disebutkan ada beberapa metode yang lebih sering digunakan pemerintah dalam melakuakan privatisasi menurut Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2005 yaitu: 1) Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal (IPO), 2) Penjualan saham secara langsung kepada investor, 3) Penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan Persero yang bersangkutan. 17 2.2.3 Manfaat dan konsekuensi Go Publik Dengan melakukan privatisasi melalui mekanisme Go Publik (public offerings) akan memberikan dampak terhadap Badan Usaha Milik Negara berupa perubahan perilaku manajemen kearah keterbukaan dan profesionalisme. Selain itu, privatisasi melalui mekanisme go public juga akan mendorong Badan Usaha Milik Negara untuk meningkatkan pertumbuhan yang tinggi yang akan memajukan perusahaan. Manfaat lain yang diterima dari go publik, yaitu: 1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar 2. Pembagian deviden berdasarkan keuntungan 3. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme 4. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial 5. Emiten dapat lebih dikenal oleh masyarakat, karena go publik dapat dijadikan sebagai alat promosi juga. Selain manfaat diatas, go publik juga memiliki konsekuensi yang harus diterima, antara lain: 1. Keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan 2. Kewajiban membayar deviden 3. Senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan Namun tidak semua Badan Usaha Milik Negara dapat memenuhi persyaratan untuk melakukan go publik. Hal itu disebabkan syarat untuk melakukan go publik sangat ketat, salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam yaitu perusahaan tersebut harus mampu menghasilkan keuntungan dua tahun berturut-turut dan laporan keuangannya telah diperiksa oleh akuntan publik dengan hasil pemeriksaan wajar tanpa pengecualian. 18 2.3 Laporan keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan memuat informasi tentang pelaksanaan tanggung jawab manajemen. Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan pernyataan manajemen tentang kondisi perusahaan yang diungkapkan dalam bentuk mata uang (rupiah). Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 2), pengertian laporan keuangan adalah : “Laporan keuangan merupakan bagian proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, lapoaran laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.” Sedangkan menurut Munawir (2002 : 5), pengertian laporan keuangan adalah : “Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan modal dimana neraca menunjukan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu sedangkan perhitungan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan modal menunjukan sumbersumber penggunaan dana atau alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya perubahan modal perusahaan.” Dan menurut Slamet Sugiri (2001 : 15), mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah : “Hasil akhir dari proses akuntansi. Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk 19 pengambilan keputusan oleh pelbagai pihak (misalnya pemilik dan kreditor). Laporan keuangan yang utama terdiri atas : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.” Dengan melihat beberapa pengertian laporan keuangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan suatu perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan tentang posisi keuangan, tentang hasil operasi perusahaan, dan tentang perubahan yang terjadi dalam posisi keuangan perusahaan dimana nantinya akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pemakai. 2.3.1 Tujuan laporan keuangan Adapun tujuan dari laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 4) adalah : “Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selam periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), 20 informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut. Selain untuk tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atau menggambarkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. 2.3.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan ini meliputi karakteristik relevance, reliability, comparability, consistency, neutrality. 1. Relevance Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu (feedback value), masa kini (predictive), dan ketepatan waktu (timeliness). 2. Reliability Informasi memiliki kualitas andal atau dapat dipercaya jika bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material. Reliability terdiri dari veriability (dapat diuji oleh akuntan), neutrality (informasi diarahkan kepada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu), dan representational faithfulness (dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan). 3. Comparability Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 21 4. Consistency Pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. 5. Neutrality Informasi diarahkan kepada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu. 2.3.4 Fungsi Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pemakai, pada hakekatnya merupakan alat komunikasi, artinya laporan keuangan itu adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatan-kegiatannya kepada para pemakai. 2.3.5 Pemakai Laporan Keuangan Melalui laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan maka ada dua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut, yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Pihak eksternal terdiri dari : 1. Investor dan pemegang saham Para investor berkepentingan terhadap resiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Sedangkan bagi pemegang saham, mereka membutuhkan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang diperoleh, dan penambahan modal business plan selanjutnya. 22 2. Pemberi pinjaman Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Mereka tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu lebih pendek pada perusahaan. 4. Pelanggan Mereka berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. 5. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya, mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 6. Karyawan Mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabiitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 23 7. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti pemberian kontribusi pada perekonomian nasioanal, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik. 2.3.6 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Pembuatan laporan keuangan harus mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU). PABU adalah suatu kebiasaan atau aturan yang baik untuk melaporkan laporan keuangan. PABU berfungsi juga sebagai aturan minimum yang harus dipatuhi ketika membuat laporan keuangan. Di dalam laporan keuangan terdapat lima jenis laporan keuangan yang terdiri atas: 1. Neraca Menurut Darsono dan Ashari (2004 : 18), pengertian neraca adalah : “Laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca. Biasanya Neraca dibuat per 31 Desember, atau tiap akhir bulan.” Neraca terdiri dari beberapa komponen, yaitu : 1) Aktiva Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 13), aktiva adalah : “Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa yang akan datang diharapkan akan diperoleh.” Aktiva terdiri atas : a. Aktiva lancar, yaitu aktiva yang paling mudah dan cepat untuk dijadikan uang atau kas. Pengelompokan yang umum adalah : kas, piutang dagang, persediaan, investasi. Kas adalah aktiva yang paling likuid sehingga ditempatkan pada bagian paling atas. b. Aktiva tetap, yaitu investasi pada tanah, bangunan, kendaraan, dan peralatan yang lain yang dilakukan oleh perusahaan. Aktiva tetap disusun 24 berdasarkan urutan yang paling tidak likuid. Jadi pada aktiva tetap, urutan yang paling atas adalah tanah, kemudian bangunan, mesin-mesin dan peralatan, kendaraan. c. Aktiva lain-lain, yaitu investasi atau kekayaan lain yang dimiliki oleh perusahaan. Isi dari pos aktiva lain-lain adalah kekayaan atau investasi yang tidak bisa dikelompokan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. 2) Kewajiban dan Ekuitas Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:13), kewajiban dan ekuitas adalah : “Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat, sedangkan ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.” Kewajiban terdiri atas : a. Kewajiban jangka pendek, yaitu kewajiban kepada pihak kreditor yang akan dibayarkan dalam jangka waktu satu tahun ke depan. Komponen kewajiban jangka pendek diantaranya adalah hutang dagang, hutang gaji, hutang pajak, hutang bank jatuh tempo dalam satu tahun, dan hutang lain-lain. b. Kewajiban jangka panjang, yaitu kewajiban yang akan dibayarkan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi atau satu tahun. Komponen kewajiban jangka panjang ini meliputi hutang bank, hutang obligasi, hutang wesel, hutang surat-surat berharga lain. Ekuitas terdiri atas : a. Modal saham, meliputi saham preferen, saham biasa dan perkiraan tambahan modal disetor. b. Agio saham, yaitu kelebihan selisih antara nilai jual saham dengan nilai nominal saham. 25 c. 2. Laba ditahan. Laporan Laba rugi Menurut Darsono dan Ashari (2004 : 20), pengertian laba rugi adalah: “Laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.” Laporan laba rugi terdiri dari : 1) Pendapatn atau penjualan, yaitu hasil penjualan produk atau jasa utama yang dihasilkan perusahaan kepada pelanggan. 2) Harga pokok penjualan, yaitu biaya produksi sesungguhnya dari produk atau jasa yang dijual pada periode tersebut. 3) Biaya pemasaran, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk dan jasa yang dihasilkan pada periode tersebut, misalnya biaya iklan, biaya gaji salesman, dan biaya promosi. 4) Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk keperluan administrasi dan umum perusahaan. Contohnya adalah biaya gaji direksi, biaya penyusutan, biaya perlengkapan kantor, dan biaya telepon. 5) Pendapatan luar usaha (non operasioanl), yaitu pendapatan yang diperoleh bukan dari bisnis utama perusahaan, misalnya keuntungan penjualan aktiva tetap, bunga bank bagi perusahaan non bank, dan lain-lain. 6) Biaya luar usaha (non operasional), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas yang bukan dari bisnis utama. Contohnya adalah biaya bunga bank, dan biaya sumbangan. 26 3. Laporan arus kas (cash flow) Laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas terdiri atas : 1) Kas dari atau untuk kegiatan operasioanal, yaitu kas yang diperoleh dari penjualan, penerimaan piutang dan untuk pembayaran hutang usaha, pembelian barang, dan biaya lainnya. Contohnya adalah pembayaran kas kepada karyawan, pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa, dan lainlain. 2) Kas dari atau untuk kegiatan investasi, yaitu kas dari penjualan aktiva tetap dan untuk pembelian aktiva tetap atau investasi pada saham atau obligasi.Contohnya adalah perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain. 3) Kas dari atau kegiatan pendanaan, yaitu kas yang berasal dari setoran modal, hutang jangka panjang atau bank, laba ditahan yang dikonversi ke dalam modal dan untuk pengembalian modal, membayar dividen, membayar pokok hutang bank. Contohnya adalah pelunasan pinjaman, penerimaan kas dari emisi saham atau instrument modal lainnya. 4. Laporan perubahan ekuitas Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio atau disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan. 5. Catatan atas laporan keuangan Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Bilamana penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka dijabarkan dalam lampiran. 27 2.3.7 Sifat Dan Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi menurut Munawir (1995 : 6) : “Laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan yang terdiri dari data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi, dan pendapat pribadi”. 1. Fakta yang dicatat Penyusunan laporan keuangan didasarkan atas fakta dari catatan-catan akuntansi historis, sehingga laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan perubahan sesuai kondisi perekonomian paling akhir. 2. Prinsip dan kebiasaan Data yang dicatat didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pencatatan dalam membentuk keseragaman perlakuan akuntansi. 3. Pendapat pribadi Walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi atau dalil yang sudah ditetapkan, namun penggunaan konvensi tersebut tergantung kemampuan dan integritas pembuatnya terhadap prinsip konvensi akuntansi tersebut. Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut,maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan. Menurut Munawir ( 1995 : 9 ) keterbatasan laporan keuangan tersebut adalah : 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara dan bukan merupakan laporan yang final. Karena itu, semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan 28 dalam laporan keuangan yang tidak menunjukkan nilai realisasi dimana di dalamnya terdapat pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh akuntan atau manajemen yang bersangkutan. 2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berbeda-beda. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going concern sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya. 3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. 4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang. 2.4 Kinerja Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer perusahaan di dalam melaksanakan tanggungjawabnya. 29 2.4.1 Pengertian kinerja Terdapat beberapa definisi kinerja, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 503), yaitu : “Sesuatu yang dicapai/prestasi yang diperlihatkan/kemampuan kerja”. 2. Berdasarkan Webster New Word Dictionary (1996 : 103), kinerja adalah : “Performance is the act performing/something done or performed”. Dari kedua definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan pengertian kinerja adalah suatu kemampuan atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu tindakan tertentu. Menurut Mulyadi dalam Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat, dan Rekayasa adalah: “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.” Mulyadi dalam buku Akuntansi Manajemen (2001:435) menyebutkan, terdapat tiga macam ukuran yang dapat dipergunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif : 1. Ukuran kriteria tunggal (single criterium) adalah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran menilai kinerja manajer. 2. Ukuran kriteria berganda (multiple criteria) adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja manager. 3. Ukuran kriteria gabungan (composite criteria) adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masingmasing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer. 2.4.2 Manfaat dan penilaian kinerja Penilaian kinerja merupakan suatu hal yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian. Melalui penilaian kinerja, perusahaan dapat melakukan perencanaan 30 serta memilih strategi yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum tujuan perusahaan melakukan penilaian kinerja adalah: 1. Menetapkan kontribusi masing-masing divisi atau perusahaan secara keseluruhan atau atas kontribusi dari masing-masing sub divisi dari suatu divisi atau perusahaan (evaluasi ekonomi atau evaluasi segmen) 2. Memberikan dasar untuk mengevaluasi kualitas kerja masing-masing manajer divisi (evaluasi manager) 3. Memotivasi para manajer divisi supaya konsisten mengoperasikan divisinya sehingga sesuai dengan tujuan pokok perusahaan (evaluasi operasi). Disamping tujuan diatas, Mulyadi menerangkan pada buku Akuntansi Manajemen (2001:420) penilaian kinerja mempunyai manfaat bagi manajemen untuk : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagian mana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 2.4.3 Alat Ukur Penilaian Kinerja Menurut Hiro Tugiman (1999 : 1) terdapat empat cara penilaian kinerja, yaitu : 1. Balanced Scorecard Balanced Scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan Balanced Scorecard terdiri dari dua kata : (1) Kartu skor ( scorecard) dan Berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor 31 hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personel di masa depan. Melalui skor, skor yang hendak diwujudkan personel di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja yang sesungguhnya. Hasil ini digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja personel yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua aspek : keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Balanced Scorecard memperluas ukuran kinerja ke dalam empat perspektif: keuangan , costumer, proses bisnis/intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan. 2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 Mutu adalah istilah yang biasanya dikaitkan dengan harga, merek dagang atau identik dengan kemewahan. Namun standar ISO 8402 mutu diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa. Dari standar ISO 8402 yang mempengaruhi persepsi organisasi terhadap mutu, antara lain sesuai dengan kebutuhan, harga, waktu penyerahan produk, dan kemudahan pemilihan. 3. Malcolm Baldridge National Quaility Award (MBNQA) MBNQA merupakan pengukuran kinerja perusahaan. MBNQA merupakan criteria pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh yang mencakup : seluruh fungsi manajemen, aspek-aspek pendekatan, penyebarluasan, dan hasil-hasil usaha, memperbandingkan pencapaian kinerja internal perusahaan dari waktu ke waktu dengan perusahaan terbaik di bidangnya. Kriteria ini sangat berguna untuk melakukan penilaian dari peruashaan sendiri dan pelatihan, serta merupakan alat untuk mengembangkan kinerja dan proses bisnis. 4. Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan. Tujuan dari penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara adalah untuk meningkatkan daya efisiensi dan daya saing. 32 2.4.4 Analisis kinerja melalui laporan keuangan Kinerja dari suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Dari laporan tersebut dapat diketahui keadaan keuangan dan hasilhasil yang telah dicapai selama periode tertentu. Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (2001:327), menyatakan : “Laporan finansial (finansial statement) memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu dan laporan laba rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.” Dari analisis yang dilakukan terhadap laporan keuangan dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dapat menggunakannya sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Bambang Riyanto (2001:327) menyatakan bahwa: “Mengadakan interpretasi adalah analisa terhadap laporan finansial suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansial perusahaan yang bersangkutan” 2.5 Analisis rasio keuangan Untuk menilai kondisi finansial suatu perusahaan diperlukan suatu alat ukur yang dapat membantu untuk menginterpretasikan kondisi perusahaan tersebut. Alat bantu untuk mengukur kondisi tersebut dapat berupa rasio-rasio. Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2000 : 75), pada dasarnya analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu: 1. Rasio Likuiditas Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 33 2. Rasio Aktivitas Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. 3. Rasio Solvabilitas Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. 4. Rasio Profitabilitas Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba. 5. Rasio Pasar Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. 2.5.1 Rasio – Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya. Dua rasio yang sering digunakan adalah : 1. Rasio Lancar Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun) Rasio Lancar = Aktiva Lancar Hutang Lancar 2. Rasio Cepat Dari ketiga komponen aktiva lancar (Kas, Piutang, Persediaan), persediaan biasanya dianggap merupakan asset yang paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang diperlukan untuk menjadi kas semakin lama. Dengan alasan tersebut, persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar untuk perhitungan rasio cepat. 34 Rasio Cepat = Aktiva Lancar - Persediaan Persediaan 2.5.2 Rasio-Rasio Aktivitas Rasio ini melihat pada beberapa asset, kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkann pada aktiva lain yang lebih produktif. Terdapat empat rasio aktivitas, yaitu : 1. Rata-rata Umur Piutang Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untukl melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang. Rata-rata Umur Piutang = Piutang Dagang Penjualan / 365 2. Perputaran Persediaan Perputaran persediaan dapat dihitung sebagai berikut : Perputaran Persediaan = Harga Pokok Persediaan Persediaan 3. Perputaran Aktiva Tetap Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas penggunaan aktiva tetap tersebut. Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan Aktiva Tetap 35 4. Perputaran Total Aktiva Rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio ini menggunakan formula sebagai berikut : Perputaran Total Aktiva = Penjualan Total Aktiva 2.5.3 Rasio – Rasio Solvabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel yaitu perusahaan yang total hutangya lebih besar dibandingkan total asetnya. Ada beberapa rasio yang bisa dihitung, yaitu : 1. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan ROE akan menurun cepat pula. Rasio Total hutang Terhadap Total Aset = Total Hutang Total Aset 2. Times Interest Earned Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini juga bisa dikatakan menghitung seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga. TIE = Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) Bunga 3 Fixed Charge Coverage Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar beban tetap total, termasuk biaya sewa, karena meskipun sewa bukan hutang tetapi sewa merupakan beban tetap dan mengurangi kemampuan hutang perusahaan. Fixed Charge Coverage = EBIT + Biaya Sewa Bunga + Biaya Sewa 36 2.5.4 Rasio-Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham. Ada tiga rasio yang sering digunakan, yaitu : 1. Profit Margin Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit Margin = Laba Bersih Penjualan 2. Return On Asset (ROA) Rasio ini mengulur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Rasio ini juga sering disebut dengan ROI (Return On Investment). ROA = Laba Bersih Total Asset 3. Return On Equity (ROE) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan mengahasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. ROE = 2.5.5 Laba Bersih Modal Saham Rasio-Rasio Pasar Rasio ini mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Ada beberapa rasio yang bisa dihitung, yaitu : 1. Price Earning Ratio (PER) PER melihat harga saham relatif terhadap earningnya. PER dapat dihitung sebagai berikut: PER = Harga Saham Perlembar Earnings Perlembar 37 2. Devidend Yield Dari segi investor rasio ini cukup berarti karena devidend yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Devidend Yield = Dividend Perlembar Harga Pasar Saham Perlembar 3. Rasio Pembayaran Deviden Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Rasio Pembayaran Deviden = 2.5.6 Dividend Perlembar Earning Perlembar Rasio kinerja Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland yang dialih bahasakan oleh A. Jaka Wasana dan Kibandroko (1995 :239), terdapat tiga rasio untuk menilai kinerja perusahaan, yaitu : 1. Rasio-rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan adalah : a. Laba Operasi Bersih Terhadap Penjualan (Operating Profit Margin) Rasio laba bersih terhadap penjualan banyak digunakan oleh para praktisi keuangan sebagai penentu nilai kunci yang mempengaruhi penilaian atas sebuah perusahaan. Operating Profit Margin = Laba Operasi Bersih Penjualan b. Laba Operasi Bersih Terhadap Total Aktiva (Return On Assets) Rasio ini mencoba mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan. 38 ROA = Laba Operasi Bersih Total Aktiva c. Laba Bersih Terhadap Pennjualan (Profit Margin On Sales) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan Profit Margin On Sales = Laba Bersih Penjualan d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity) Rasio ini memperhatikan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas usaha. ROE = Laba Bersih Ekuitas Pemegang Saham 2. Rasio-Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan mengukur sebaik apa perusahaan mempertahankan posisi ekonomisnya di dalam industrinya. Tingkat pertumbuhan dihitung dengan menggunakan metode titik-titik ujung, yaitu : g = Xn X0 1 n −1 di mana : g = tingkat pertumbuhan majemuk selama periode tercakup Xn = nilai titik akhir X0 = nilai titik awal n = jumlah periode pertumbuhan Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland yang dialih bahasakan oleh A. Jaka Wasana dan Kibrandoko (1995 :243), yang diukur pertumbuhan adalah : a. Penjualan b. Laba Operasi Bersih 39 c. Laba Bersih d. Laba per saham 3. Rasio-Rasio Penilaian Rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan risiko. Rasio-rasio yang digunakan adalah : a. Rasio Harga Terhadap Laba (Price To Earnings Ratio) PER = Harga Saham perlembar LabaBersih Perlembar Saham b. Rasio Harga Pasar Terhadap Nilai Buku (Market To Book Ratio) Market To Book Ratio = Harga Saham perlembar Nilai Buku Perlembar Saham Sedangkan menurut Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002 tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN, bahwa penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan dalam kaitannya dengan tingkat kesehatan BUMN meliputi : 1. Imbalan kepada pemegang saham/Return On Equity (ROE) Rumus: ROE : Laba setelah Pajak x 100 % Modal Sendiri Definisi : a. Laba setelah Pajak adalah Laba setelah Pajak dikurangi dengan laba hasil penjualan dari : • Aktiva tetap • Aktiva Non Produktif • Aktiva Lain-lain • Saham Penyertaan Langsung 40 b. Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri dalam neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen Modal sendiri yang digunakan untuk membiayai Aktiva Tetap dalam Pelaksanaan dan laba tahun berjalan. Dalam Modal sendiri tersebut di atas termasuk komponen kewajiban yang belum ditetapkan statusnya. c. Aktiva Tetap dalam pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun buku Aktiva Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan. 2. Imbalan Investasi/Return On Investment (ROI) Rumus : ROI : EBIT + Penyusutan x 100 % Capital Employed Definisi : a. EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan dari : • Aktiva Tetap • Aktiva lain-lain • Aktiva Non Produktif • Saham penyertaan langsung b. Penyusutan adalah Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi c. Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva dikurangi Aktiva Tetap dalam pelaksanaan. 3. Rasio Kas/Cash Ratio Rumus: Cash Ratio = Kas + Bank + Surat Berharga Jangka pendek x 100 % Current Liabilities Definisi : a. Kas, Bank dan surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi masing-masing pada akhir tahun buku. 41 b. Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban Lancar pada akhir tahun buku. 4. Rasio Lancar/Current Ratio Rumus : Current ratio : Current Asset x 100 % Current Liabillities Definisi : a. Current Asset adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun buku b. Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada akhir tahun buku . 5. Collection Periods (CP) Rumus : x 365 hari CP = Total Piutang Usaha Total Pendapatan Usaha Definisi : a. Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku. b. Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama tahun buku. 6. Perputaran Persediaan (PP) Rumus : PP = Total Persediaan x 365 Total Pendapatan Usaha Definisi : a. Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang. b. Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam tahun buku yang bersangkutan. 42 7. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO) Rumus : TATO = Total Pendapatan x 100 % Capital Employed Definisi : a. Total Pendapatan adalah Total Pendapatan Usaha dan Non Usaha tidak termasuk pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap b. Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku total Aktiva dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan. 8. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS terhadap TA) Rumus: TMS terhadap TA : Total Modal Sendiri x 100% Total Asset Definisi : a. Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri pada akhir tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya. b. Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada poisisi akhir tahun buku yang bersangkutan. 43