BAB I PENDAHULUAN Pengaruh Kondisi Hidrogeologi

advertisement
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang Penelitian
Air memiliki fungsi dan peranan yang vital dalam kehidupan sehari-hari.
Pola penggunaan airtanah antara satu daerah dengan daerah lain tidaklah sama.
Beberapa faktor yang membedakannya antara lain adalah kondisi hidrogeologi,
penggunaan lahan, tingkat kepadatan permukiman, serta berbagai pusat kegiatan
manusia, seperti pabrik dan pasar pada suatu daerah. Bagi manusia, kebutuhan air
menyangkut dua aspek, yaitu aspek kuantitas dan kualitas. Salah satu konsekuensi
dari pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat serta munculnya beberapa
kawasan atau daerah perindustrian adalah munculnya masalah pembuangan dan
pengelolaan limbah.
Pola pengelolaan limbah yang tidak benar, dapat mengakibatkan
pencemaran pada airtanah, yang selanjutnya akan berpengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas lingkungan daerah tersebut.
Meskipun demikian, skala dan keanekaragaman dari tiga aktifitas manusia secara
utama yaitu pertanian, urbanisasi dan industri, mengalami peningkatan yang
cukup tinggi (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 Kegiatan utama manusia dan bagaimana pengaruh intensifnya
terhadap waktu (Adams dkk, 2003)
Pengaruh Kondisi Hidrogeologi dan Sanitasi Lingkungan Terhadap
Tingkat Kandungan Bakteri Coli pada Airtanah Dangkal Tahun 2012
di Kota Yogyakarta
1
BAB I PENDAHULUAN
Seiring dengan berjalannya waktu, Kota Yogyakarta terus mengalami
pertumbuhan yang pesat. Pertumbuhan ini terutama dapat terjadi seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk yang membawa konsekuensi berupa meluasnya
daerah permukiman. Hal ini berarti juga identik dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan menurunnya penggunaan untuk keperluan non permukiman.
Wilayah di sekitar Kota Yogyakarta, pertumbuhan penduduk dan pemukiman
berkembang lebih pesat, terutama di Kecamatan Mlati, Depok di Kabupaten
Sleman dan Sewon, Banguntapan di Kabupaten Bantul, mengingat terbatasnya
luas tanah di Kota Yogyakarta. Perkembangan dan perluasan daerah permukiman
ini terus berlangsung sampai sekarang.
Meningkatnya tingkat kepadatan penduduk membawa konsekuensi yang
sangat serius terhadap kualitas airtanah. Hal ini berkaitan langsung dengan
volume limbah (terutama limbah rumah tangga) yang dihasilkan. Sebagian besar
rumah tangga di Kota Yogyakarta mengelola limbah MCK (mandi, cuci dan
kakus) menggunakan septic tank. Dengan demikian, konstruksi septic tank yang
tidak memenuhi standar teknis akan berakibat langsung pada kualitas airtanah.
Selanjutnya, penurunan kualitas airtanah ini akan mendorong terjadinya degradasi
kualitas lingkungan pada umumnya. Ditinjau dari aspek geologi, Kota Yogyakarta
terletak pada dataran kaki Gunung Merapi. Daerah ini memiliki litologi yang
relatif seragam, sebagai hasil dari aktivitas vulkanisme yang tersusun oleh
material hasil erupsi Gunung Api Merapi yaitu pasir-kerakal, batu pasir vulkanik.
Arah aliran airtanah umumnya bergerak ke arah selatan, searah dengan
kemiringan lereng.
Arah aliran ini jelas akan sangat berpengaruh terhadap gerak penyebaran
zat pencemar dalam airtanah. Batuan pasir-kerakal, batupasir vulkanik ini
merupakan batuan yang baik sebagai akuifer karena memiliki porositas dan
permeabilitas yang tinggi. Hal ini memungkinkan bahan pencemar untuk
menyebar secara cepat dan mencapai jarak yang jauh. Sistem sanitasi lingkungan
(termasuk pembuatan septic tank), saluran air kotor yang tidak sempurna, dan
ditunjang oleh sifat pasir-kerakal, batupasir vulkanik seperti ilustrasi di atas,
sangat memungkinkan bahan pencemar menyebar dengan cepat dan dapat
mencapai jarak yang jauh.
Pengaruh Kondisi Hidrogeologi dan Sanitasi Lingkungan Terhadap
Tingkat Kandungan Bakteri Coli pada Airtanah Dangkal Tahun 2012
di Kota Yogyakarta
2
BAB I PENDAHULUAN
Kemungkinan untuk terjadinya pencemaran airsumur milik penduduk
sangatlah tinggi dikarenakan hal tersebut. Padahal, sampai saat ini (tahun 2012)
sumur masih merupakan sumber air minum utama bagi sebagian besar penduduk
di Kota Yogyakarta. Sistem limbah yang terdapat di Kota Yogyakarta dan
sekitarnya dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu sistem pengolahan limbah
terpusat dan individual. Namun demikian, salah satu penelitian menyimpulkan
bahwa masih sekitar 50 persen lebih produsen limbah (rumah tangga, industri, dan
lain-lain) yang masih membuang limbah secara langsung ke lingkungan sekitar,
tanpa menggunakan salah satu sistem pengelolaan limbah seperti diatas
(Yogyakarta Urban Infrastructure Management Support YUIMS, 1999).
Salah satu parameter untuk mengetahui tingkat pencemaran airtanah
adalah dengan mengetahui kandungan bakteri coli pada airtanah tersebut. Adanya
bakteri coli pada airtanah merupakan satu bukti bahwa dalam airtanah tersebut
telah terjadi pencemaran yang disebabkan oleh meningkatnya volume limbah
domestik sebagai akibat dari adanya perkembangan pemukiman suatu daerah.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut
keadaan di lapangan secara langsung. Bagaimana keadaan sistem pembuangan
limbah saat ini di wilayah Kota Yogyakarta. Tingkat kepadatan penduduk Kota
Yogyakarta, dan mengkorelasi atau menghubungkan serta membandingkan
dengan keadaan beberapa tahun lalu. Tingkat pencemaran limbah yang secara
langsung ataupun tidak langsung memberikan efek terhadap warga Kota
Yogyakarta.
Tingkat kandungan bakteri coli pada airtanah dangkal yang digunakan
oleh penduduk, menggunakan parameter baku yang telah ditetapkan dan
membandingkan terhadap apakah layak atau tidaknya air tersebut digunakan oleh
penduduk untuk kebutuhan sehari-hari. Jumlah kandungan bakteri coli yang akan
diteliti ini tentu akan dibandingkan dan dihubungkan atau dikorelasikan dengan
penelitian-penelitian terakhir yang telah dilakukan di Kota Yogyakarta,
bagaimana perkembangannya sejak dulu saat penelitian terdahulu dilakukan dan
penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini, serta faktor-faktor geologi
maupun non-geologi yang mempengaruhinya seperti tipe akuifer, tipe tanah,
tingkat kepadatan penduduk, sistem pembuangan limbah, dan lain-lain.
Pengaruh Kondisi Hidrogeologi dan Sanitasi Lingkungan Terhadap
Tingkat Kandungan Bakteri Coli pada Airtanah Dangkal Tahun 2012
di Kota Yogyakarta
3
BAB I PENDAHULUAN
I. 2. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Adanya peningkatan jumlah penduduk yang pesat tentunya akan membawa
konsekuensi bertambahnya volume limbah khususnya limbah domestik yang
dihasilkan. Hal ini secara langsung akan membawa dampak negatif bagi
kualitas airtanah di daerah penelitian atau adanya penurunan mutu air jika
tidak didukung oleh sistem sanitasi yang memadai.
2. Kondisi geologi daerah penelitian yang tersusun oleh pasir-kerakal, batu pasir
vulkanik yang mempunyai porositas dan permeabilitas tinggi, tentunya akan
semakin mempercepat proses pencemaran airtanah di daerah penelitian. Arah
dan aliran airtanah yang bergerak relatif dari utara ke selatan, searah dengan
kemiringan lereng, juga akan mempercepat menyebarnya polutan di dalam
airtanah.
I. 3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dilakukan antara lain:
1. Mengkaji keadaan tingkat kandungan bakteri coli pada airtanah dangkal di
Kota Yogyakarta dan sekitarnya Tahun 2012.
2. Menganalisa secara keruangan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kandungan bakteri coli pada airtanah dangkal tahun 2012.
3. Menganalisa secara statistik dengan
mengelompokkan dan mereduksi
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan bakteri coli pada
airtanah dangkal tahun 2012.
I. 4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat seperti,
memberikan informasi tentang tingkat pencemaran airtanah di Kota Yogyakarta
dan sekitarnya. Hasil yang diperoleh dapat memberikan masukan kepada penentu
kebijakan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan beberapa
kebijakan tentang manajemen airtanah, dan dalam perencanaan peningkatan mutu
airtanah dangkal di Kota Yogyakarta dan sekitarnya.
Pengaruh Kondisi Hidrogeologi dan Sanitasi Lingkungan Terhadap
Tingkat Kandungan Bakteri Coli pada Airtanah Dangkal Tahun 2012
di Kota Yogyakarta
4
BAB I PENDAHULUAN
I. 5. Peneliti Terdahulu
Kondisi geologi dan hidrogeologi di daerah penelitian telah banyak diteliti
sebelumnya oleh para peneliti terdahulu, diantaranya oleh MacDonald and
Partners (1984), Suharyadi (1989 dan 1993), Setiadi (1990), Hendrayana (1993),
serta Rahardjo dkk (1995).
Mac Donald and Partners (1984) dalam penelitian geologi mengusulkan
nama formasi yang baru untuk satuan-satuan batuan sebagai penyusun litologi
daerah cekungan Yogyakarta. Formasi Sleman terletak pada bagian bawah
cekungan berukuran relatif lebih kasar daripada Formasi Yogyakarta yang berada
pada bagian atasnya.
Suharyadi (1989) melakukan penelitian tentang studi potensi airtanah di
daerah sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Opak yang secara geografis berada di
lereng selatan Merapi. Hasil penelitian antara lain adalah ditampilkannya
penyebaran
nilai-nilai
karakteristik
akuifer
Merapi
dan
kemungkinan
pengembangan airtanah berdasar data yang ada, dimana akuifer Merapi menjadi
sumber utama airtanah yang terdapat di wilayah Kota Yogyakarta.
Setiadi dkk (1990) dalam rangka pemetaan hidrogeologi skala 1:100.000
di daerah Yogyakarta dan sekitarnya telah mengadakan evaluasi hidrogeologi
cukup mendalam baik berdasar data primer dan sekunder.
Suharyadi (1993) juga mengadakan penelitian tentang karakteristik akuifer
di bagian barat Yogyakarta mengemukakan bahwa daerah tersebut mempunyai
tiga karakteristik akuifer, yaitu kelas besar yang terletak di bagian timur, kelas
sedang di sebelah barat dan kelas kecil disebelah daerah selatan barat yang
litologinya juga hampir sama dengan di daerah penelitian.
Hendrayana (1993) dalam studi pemodelan aliran tanah dengan metode
numerik di cekungan Yogyakarta bagian tengah dan telah mengevaluasi serta
menentukan besaran parameter-parameter hidrogeologi yang berpengaruh pada
sistem airtanah di dalam cekungan. Dalam studi ini dihasilkan besaran-besaran
dalam neraca airtanah secara kuantitatif serta pula simulasi penurunan muka
airtanah di masa mendatang akibat adanya pemompaan airtanah. Penjelasan
mengenai formasi, litologi, dan akuifer juga lebih terperinci dimana dapat
digunakan sebagai bahan acuan di lapangan di daerah penelitian.
Pengaruh Kondisi Hidrogeologi dan Sanitasi Lingkungan Terhadap
Tingkat Kandungan Bakteri Coli pada Airtanah Dangkal Tahun 2012
di Kota Yogyakarta
5
BAB I PENDAHULUAN
Rahardjo dkk (1995) telah melakukan pemetaan geologi lembar
Yogyakarta, yang menghasilkan peta geologi skala 1:100.000. Daerah Yogyakarta
(daerah penelitian) disebutkan tersusun oleh endapan vulkanik Kuarter yang
dimasukkan dalam endapan vulkanik muda.
Penelitian yang sifatnya mengarah pada penelitian kualitas airtanah
maupun air sungai yang dilakukan di Kota Yogyakarta, adalah penelitian yang
dilakukan antara lain oleh Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)
Tingkat II Kota Yogyakarta (1980), Gayatri (1981), MacDonald dkk (1984),
Sudarmadji (1991), Yogyakarta Urban Development Project (YUDP) (1990 dan
1994), Hendrayana (1998) yang meneliti kualitas airtanah di Kabupaten Sleman,
Putra (1998) yang meneliti tentang pengaruh tingkat kepadatan pemukiman
terhadap tingkat konsentrasi nitrat pada airtanah di daerah Wirobrajan,
Yogyakarta, Budianta (2000) meneliti tentang pengaruh kondisi hidrogeologi dan
sanitasi lingkungan terhadap kandungan bakteri coli di Kota Yogyakarta, Winastu
(2006) yang meneliti kandungan bakteri coli pada airtanah dangkal di Kabupaten
Bantul, Yogyakarta, Agung (2010) meneliti tentang pengaruh jaringan sistem
limbah komunal terhadap penyebaran bakteri coli di daerah Darakan Barat, Kota
Yogyakarta dan Hendra (2010) dengan penelitian yang sama yaitu tentang
pengaruh jaringan sistem limbah komunal terhadap penyebaran bakteri coli di
daerah Sambirejo, Kota Yogyakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Tingkat II Kota
Yogyakarta (1980) yang melakukan penelitian di pinggiran selatan Kota
Yogyakarta, memperkirakan daerah tersebut telah mengalami pencemaran yang
dipengaruhi oleh aliran air dari arah utara. Hasil penelitian dari 30 sampel airtanah
sumur gali menunjukkan angka bakteri coli rata-rata 1.812 MPN per 100 ml.
Kadar pencemaran airtanah oleh bakteri dinyatakan dalam satuan MPN per 100
milimeter (MPN = Most Probable Number atau Jumlah Kemungkinan Terbesar).
Penelitian yang dilakukan oleh Gayatri (1981) di Kota Yogyakarta dengan
49 sampel dari sumur gali dalam hubungannya dengan persyaratan air minum.
Airtanah bebas di Kota Yogyakarta pada umumnya tidak sepenuhnya memenuhi
persyaratan air minum, terutama disebabkan oleh adanya kandungan bakteri coli
dan kadar ion nitrit yang tinggi.
Pengaruh Kondisi Hidrogeologi dan Sanitasi Lingkungan Terhadap
Tingkat Kandungan Bakteri Coli pada Airtanah Dangkal Tahun 2012
di Kota Yogyakarta
6
BAB I PENDAHULUAN
Keadaan tersebut mungkin disebabkan oleh kebocoran pada saluran
buangan limbah, jarak antara kakus dan resapan limbah yang terlalu dekat, dan
juga kemungkinan karena pengaruh sampah.
Penelitian Sudarmadji (1991) dengan 114 sampel air sumur gali di Kota
Yogyakarta, menunjukkan bahwa tingkat kandungan bakteri coli di daerah ini
sudah sangat tinggi. Penelitian YUDP (1990) juga menunjukkan adanya
kandungan bakteri coli rata-rata 578 MPN per 100 ml. Pada tahun 1994,
penelitian ini dilanjutkan kembali, dan kandungan bakteri coli telah meningkat
menjadi 678 MPN per 100 ml.
Penelitian Hendrayana (1998) yang meneliti kualitas airtanah di
Kabupaten Sleman mengemukakan bahwa kandungan kimia anorganik airtanah di
daerah ini tergolong baik. Namun demikian, masalah terbesar kualitas airtanah di
daerah ini adalah adanya kontaminasi polutan biologis dan nitrat. Sumber infeksi
dan patogen sangatlah banyak, dan adanya bakteri coli dalam airtanah merupakan
sumber penyakit yang berbahaya.
Penelitian Putra (1998) yang meneliti tentang pengaruh tingkat kepadatan
pemukiman terhadap tingkat konsentrasi nitrat di daerah Wirobrajan, Yogyakarta
dan sekitarnya, menunjukkan bahwa hubungan antara kepadatan pemukiman
dengan tingkat konsentrasi nitrat seharusnya memasukkan umur pemukiman
didalamnya, apabila umur pemukiman yang kurang dari 40 tahun, semakin padat
penduduk akan semakin besar pula kandungan nitratnya. Tetapi hal tersebut tidak
berlaku untuk umur pemukiman yang berumur lebih dari 40 tahun, hal ini yang
akan dikaji apakah berlaku sama untuk kandungan bakteri coli atau tidak.
Penelitian Budianta (2000) yang meneliti tentang pengaruh kondisi
hidrogeologi dan sanitasi lingkungan terhadap tingkat kandungan bakteri coli
pada airtanah dangkal di Kota Yogyakarta dan sekitarnya, menunjukkan bahwa
tingkat kandungan bakteri coli di daerah tersebut cukup bervariasi, yaitu mulai
dari 34 MPN/100 ml air hingga 2400MPN/100 ml air, dari 43 sampel.
Berdasarkan parameter hidrologi, faktor kedalaman airtanah cukup
berpengaruh, sedangkan faktor sanitasi lingkungan yang berpengaruh adalah
parameter jarak antara sumur ke tempat pembuangan limbah dan jenis sistem
pembuangan limbah yang digunakan.
Pengaruh Kondisi Hidrogeologi dan Sanitasi Lingkungan Terhadap
Tingkat Kandungan Bakteri Coli pada Airtanah Dangkal Tahun 2012
di Kota Yogyakarta
7
BAB I PENDAHULUAN
Penelitian Winastu (2006) yang meneliti mengenai kandungan bakteri coli
pada airtanah dangkal di daerah Kabupaten Bantul bagian barat menunjukkan
bahwa tingkat kandungan bakteri coli di daerah tersebut cukup tinggi.
Menggunakan 92 sampel yang diambil dari 13 Kecamatan di Kabupaten Bantul.
Jumlah bakteri coli di daerah penelitian berkisar antara 47 MPN/100 ml air hingga
>1898 MPN/100ml air, dan penyebaran kandungan bakteri coli dengan jumlah
>1100 MPN/100 ml air memiliki pola acak.
Penelitian Agung (2010) yang meneliti tentang pengaruh jaringan sistem
limbah komunal terhadap penyebaran bakteri coli pada airtanah dangkal di daerah
Darakan Barat, Kota Yogyakarta menggunakan 17 sampel airtanah, menunjukkan
bahwa air limbah yang dikeluarkan outlet IPAL komunal mengandung bakteri coli
yang sangat tinggi, yaitu hingga 1600 MPL/100 ml air dan mencemari sungai.
Faktor yang mempengaruhi antara lain jarak sumur ke tempat pembuangan
limbah, sistem sanitasi, kedalaman muka airtanah (dangkal), landaian hidrolika
dan kepadatan penduduk.
Penelitian Hendra (2010) juga meneliti tentang pengaruh jaringan sistem
limbah komunal terhadap penyebaran bakteri coli pada airtanah dangkal, tetapi
pada daerah yang berbeda, yaitu di daerah Sambirejo, Kota Yogyakarta.
Menggunakan 17 sampel airtanah, menunjukkan bahwa air limbah yang
dikeluarkan oleh outlet IPAL komunal mengandung bakteri coli dengan jumlah
>1600 MPN/100 ml air, ke sungai Gajah Wong. Kandungan bakteri coli akan
semakin sedikit apabila muka airtanah semakin dalam, dan semakin jauh dari
Sungai Gajah Wong.
Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa pencemaran air sangat
erat kaitannya dengan perubahan kondisi lingkungan. Pada umumnya, para
peneliti lebih tertarik dengan dampak negatif yang ditimbulkan oleh perubahan
keadaan lingkungan, khususnya dampak hidrologi dan masalah pencemaran
airtanah.
Parameter yang sering digunakan sebagai indikator pencemaran dalam
analisa sangat bervariasi. Sifat fisik, kimia, dan biologi sering digunakan sebagai
bahan indikator pencemaran dalam analisa sangat bervariasi. Sifat fisik, kimia,
dan biologi sering digunakan sebagai bahan indikator dan analisa.
Pengaruh Kondisi Hidrogeologi dan Sanitasi Lingkungan Terhadap
Tingkat Kandungan Bakteri Coli pada Airtanah Dangkal Tahun 2012
di Kota Yogyakarta
8
BAB I PENDAHULUAN
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu
diatas, maka penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian tentang kandungan
bakteri coli ini di daerah Kota Yogyakarta tahun 2012, karena belum adanya yang
meneliti tentang kandungan bakteri coli yang mencakup seluruh daerah
Yogyakarta dalam beberapa tahun terakhir, dengan pertimbangan antara jumlah
penduduk yang semakin banyak dan jalur saluran pembuangan limbah ataupun
sanitasi di Kota Yogyakarta.
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, maka hasil penelitian dan
datanya dapat menunjukkan studi kandungan bakteri coli di daerah Kota
Yogyakarta secara valid, dikarenakan penelitian terakhir yang meneliti tentang
kandungan bakteri coli di daerah tersebut terjadi pada waktu yang sudah cukup
lama, sehingga data tersebut tidak valid dengan seiring berjalannya waktu.
Pengaruh Kondisi Hidrogeologi dan Sanitasi Lingkungan Terhadap
Tingkat Kandungan Bakteri Coli pada Airtanah Dangkal Tahun 2012
di Kota Yogyakarta
9
Download