bab ii landasan teori

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.1.1.1 Pengertian CSR
Menurut Filho et al. (Gresi Sanje Dahan, 2012) corporate social
responsibility dapat didefiniskan sebagai hubungan etis dan transparansi dari
perusahaandengan semua pemangku kepentingan yang memiliki hubungan serta
penetapan tujuan perusahaan yang sesuai dengan pembangunan berkelanjutan
masyarakat, melestarikan lingkungan dan sumber budaya untuk generasi mendatang,
menghormati keragaman dan mempromosikan pengurangan masalah sosial.
The World Business Council Sustainable Development (WBSCD) dimana
merupakan lembaga internasional yang berdiri pada tahun 1995 mendefinisikan CSR
sebagai:
“Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to
economic development while improving the quality of life of the workforce and their
families as well as of the community and society at large”
Dimana
pengertiannya
yaitu
komitmen
dunia
usaha
untuk
secara
berkelanjutan bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk
peningkatan ekonomi dan secara bersamaan meningkatkan kualitas kehidupan para
pekerja dan keluarganya sekaligus juga komunitas dan masyarakat secara luas.
Definisi lain CSR adalah tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri
terhadap kebutuhan dan harapan stakeholder(s) sehubungan dengan isu-isu etika,
sosial dan lingkungan, disamping ekonomi (Warta Pertamina, 2004)
Selain itu, ISO 26000 mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab sebuah
organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatannya pada
masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan
etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat,
mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hokum yang
ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan
organisasi secara menyeluruh.
Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan
9
10
kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negative
dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, social dan
lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan. Sementara Nursahid (2006) mendefinisikan CSR sebagai tanggung
jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholdernya yang terkena pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung dari operasi
perusahaan.
Hadi (2011) menjelaskan berbagai alasan yang mendasari perusahaan
melakukan tanggung jawab sosial adalah:
1. Keterlibatan sosial perusahaan terhadap masyarakat dalam memenuhi
panggilan bahwa dirinya memiliki kepekaan terhadap masalah sosial ditengah
masyarakat.
2. Meningkatkan nama baik perusahaan, simpati masyarakat, pegawai dan
investor sehingga terjadi feedback secara ekonomi.
3. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat,
meningkatkan respon positif norma dan nilai masyarakat.
4. Sesuai dengan kehendak investor; membantu program pemerintah seperti
konservasi, pelestarian budaya, peningkatan pendidikan, lapangan kerja, dll.
Harvard Business School menyimpulkan bahwa jika suatu korporasi
mengikatkan inisiatif CSR pada nilai-nilai korporasi, korporasi tersebut mempunyai
kekuatan untuk meningkatkan rekrutmen, kepuasan dan retensi pegawai (Marquis &
Thomason & Tydlaska, 2010)
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
tanggung jawab sosial suatu organisasi adalah suatu komitmen keberlanjutan untuk
bertindak etis, beroperasi legal serta memberi dampak positif kepada para
stakeholder(s)-nya, terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah
operasional
bisnisnya.
11
2.1.1.2 Konsep Piramida CSR
Gambar 2.1 Piramida CSR
Sumber: Carrol (1991) dalam Sharma and Kiran (2013, Vol. 2 No. 1)
Konsep piramida CSR yang dikembangkan oleh Archie B. Carroll memberi
justifikasi teoritis dan logis mengapa suatu perusahaan perlu menerapkan CSR bagi
masyarakat disekitarnya. Dalam pandangan Carroll, CSR adalah puncak piramida
yang erat terkait, dan bahkan identik dengan tanggung jawab filantropis (Saidi dan
Abidin, 2004).
1. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah making profit. Motif atau
tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah fondasi
perusahaan dimana perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai
prasyarat agar perusahaan terus hidup dan berkembang.
2. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya adalah obey the law. Perusahaan harus
taat terhadap tata perundang-undangan yang berlaku di dalam suatu negara.
3. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan
praktek bisnis yang baik, benar, adil dan fair. Norma-norma masyarakat perlu
menjadi pedoman bagi perilaku organisasi. Kata kuncinya adalah be ethical.
4. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat
hukum dan berlaku etis, perusahaan dituntut agar memberikan kontribusi
yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah
12
untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Kata kuncinya adalah be a good
corporate citizen. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan
memiliki tanggung jawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik
yang kini dikenal dengan istilah non-fiduciary responsibility.
2.1.1.3 Jenis Aktivitas Program Corporate Social Responsibility
Sen dan Bhattacharya (2001) dalam JAB (2014: Vol. 8 No. 1) menjelaskan
bahwa terdapat enam hal pokok yang termasuk dalam CSR yaitu:
a. Community Support, yaitu dukungan pada program-program pendidikan,
kesehatan dan kesenian.
b. Diversity, merupakan kebijakan perusahaan untuk tidak membedakan
konsumen dan calon pegawai dalam hal gender, fisik atau ras-ras tertentu.
c. Employee support, berupa perlindungan tenaga kerja, insentif dan
penghargaan serta jaminan keselamatan kerja.
d. Environment, menciptakan lingkungan yang sehat dan aman.
e. Abroad operations, perusahaan bertanggung jawab untuk memberikan hak
yang sama bagi masyarakat dunia untuk mendapat kesempatan kerja.
f. Product, perusahaan berkewajiban untuk memberikan pelayanan terbaik dan
membuat produk-produk yang aman bagi kesehatan serta tidak menipu.
Sedangkan Kotler dan Lee (2006) dalam (Solihin, 2008) menyebutkan enam
jenis aktivitas program CSR diantaranya:
a. Cause Promotions
Perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki
perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu
kegiatan sosial untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari
masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu.
Contohnya meningkatkan awareness dan concern masyarakat terhadap suatu
issue tertentu.
b. Cause Related Marketing
Perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan persentasi tertentu
dari penghasilan untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan
produk. Cause related marketing dapat berupa persentase yang di donasikan
pada setiap penjualan produk/jasa.
c. Corporate Societal Marketing
13
Perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah
perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan
publik,
menjaga
kelestarian
lingkungan
hidup,
serta
meninggalkan
kesejahteraan masyarakat. Biasanya corporate social marketing berfokus
pada: health issues, injury prevention issues, environmental issues,
community involvement issues
d. Corporate Philanthropy
Perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk dana, jasa atau
alat kepada pihak yang membutuhkan baik itu lembaga, perorangan atau
kelompok tertentu. Corporate philanthropy dapat dilakukan dengan
menyumbangkan uang secara langsung atau beasiswa kepada anak-anak yang
tidak mampu, memberikan bantuan imunisasi kepada anak-anak di daerah
terpencil, dsb.
e. Community Volunteering
Perusahaan mendukung serta mendorong para pegawai agar menyisihkan
waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi-organisasi
masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program. Bentuk
community volunteering yaitu seperti perusahaan mengorganisir pegawainya
untuk ikut berpartisipasi dalam program CSR yang sedang dijalankan oleh
perusahaan.
f. Socially Responsible Business Practice
Perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang
diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung
kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan
memelihara lingkungan hidup. Socially Responsible
Business dapat
dilakukan dalam bentuk memperbaiki proses produksi, membuat batasan
umur dalam melakukan penjualan produk/jasa.
2.1.1.4 Manfaat Corporate Social Responsibility
Terdapat manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan, baik bagi perusahaan sendiri, bagi masyarakat, pemerintah dan
pemangku kepentingan lainnya. Wibisono (2007) menguraikan manfaat yang akan
diterima dari pelaksanaan CSR, diantaranya:
1. Bagi perusahaan
14
•
Keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan
mendapatkan image yang positif dari masyarakat luas
•
Perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal (capital)
•
Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human
resources) yang berkualitas
•
Perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal
yang kritis (critical decision making)
•
Mempermudah pengelolaan manajemen resiko (risk management)
2. Bagi masyarakat
Praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai tambah terhadap perusahaan
di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja yang akan berdampak
pada peningkatan kualitas sosial di daerah tersebut. Pekerja lokal yang
diserap akan mendapatkan perlindungan akan hak-haknya sebagai pekerja.
Jika terdapat masyarakat adat atau masyarakat lokal, praktek CSR akan
dianggap sebagai bentuk menghargai keberadaan tradisi dan budaya lokal
tersebut.
3. Bagi lingkungan
Praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber daya alam
dan menjaga kualitas lingkungan.
4. Bagi negara
Praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut “corporate
misconduct” atau malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau
aparat hukum yang memicu tingginya korupsi. Selain itu, negara akan
menikmati pendapatan dari pajak yang wajar oleh perusahaan.
2.1.2 Corporate Image
Saat membangun suatu image perusahaan, tujuan yang terpenting adalah
untuk membentuk perilaku konsumen yang positif kepada perusahaan. Christensen,
Askegaard (2001), Flavian, Guinaliu, Torres (2005), Chattananon, Lawley (2007)
mengatakan bahwa corporate image adalah pemahaman tentang perusahaan yang
dianut atau diyakini oleh seluruh stakeholder.
Pina et al. (2006) menyatakan bahwa citra positif yang dibangun perusahaan
dapat meningkatkan penjualan, kesetiaan konsumen, menarik investor baru dan
15
pekerja yang potensial. (Regina, 2011)
Citra merupakan hasil penilaian dari beberapa pendapat publik yang
diberikan kepada perusahaan. Biasanya pendapat dari publik berdasarkan pada
persepsi, pengetahuan dan nilai-nilai kepercayaan yang dimiliki oleh publik.
Menurut Philip Kotler (2000:553), “image is the sum belief, idea and
impressions that a person hold regarding an object. People's attitude and actions
toward an object are highly conditioned by that object's image”. (Citra adalah
seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu objek tertentu. Sikap
dan tindakan seseorang terhadap suatu objek akan ditentukan oleh citra objek
tersebut yang menunjukkan kondisi terbaiknya).
Menurut Rakhmat Kriyantono (2008:8) citra merupakan gambaran yang ada
dibenak publik tentang perusahaan. Citra adalah persepsi publik tentang perusahaan
menyangkut
pelayanannya,
kualitas
produk,
budaya
perusahaan,
perilaku
perusahaan, atau perilaku individu dalam perusahaan dan lain sebagainya. Corporate
image merupakan citra keseluruhan yang dibangun dari semua komponen perusahaan
seperti kualitas produk, kesehatan keuangan, perilaku pegawai, tanggung jawab
sosial terhadap lingkungan.
Ratih (2009: 180) mendefinisikan citra perusahaan (corporate image) adalah
pemikiran pelanggan tentang citra atau gambaran menyeluruh dari perusahaan
penyedia jasa berdasarkan pengalaman dan pemahaman pelanggan masing-masing,
baik menyangkut produk ataupun tingkat reputasi dan kredibilitas yang dicapai
perusahaan menurut persepsi pelanggan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa citra merupakan kesan maupun
persepsi yang dimiliki oleh publik terhadap perusahaan berdasarkan pengetahuan
yang didapat dengan perusahaan. Citra yang terbentuk berasal dari kumpulan
pengalaman, pengetahuan serta pemahaman yang didapat selama berinteraksi dengan
perusahaan tersebut. Citra perusahaan yang positif dapat menghantarkan perusahaan
untuk maju dan mendapatkan kepercayaan dari para publiknya.
Perusahaan dengan Corporate Image yang positif akan lebih diterima, lebih
diminati dan juga lebih didukung oleh berbagai pihak yang menentukan keberhasilan
perusahaan dalam meraih berbagai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
16
2.1.2.1 Manfaat Corporate Image
Menurut Siswanto Sutojo, corporate image yang baik dan kuat memiliki
manfaat antara lain:
1. Daya
saing
jangka
menengah
dan
panjang.
Perusahaan
berusaha
memenangkan persaingan pasar dengan menyusun strategi pemasaran praktis.
2. Menjadi prisai selama masa krisis. Sebagian besar masyarakat dapat
memahami atau memaafkan kesalahan yang dibuat perusahaan dengan good
corporate image, yang menyebabkan mereka mengalami krisis
3. Menjadi daya tarik eksekutif handal, dimana eksekutif handal adalah aset
perusahaan.
4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran
5. Menghemat biaya operasional
2.1.2.2 Dimensi Corporate Image
Menurut Dewi (2007:377), dimensi yang dapat dilihat dari corporate image
diantaranya adalah:
1. Kualitas
Dilihat dari kualitas pelayanan, perhatian kepada stakeholder, maupun dalam
hal produk atau jasa yang dihasilkan.
2. Kinerja
Dimensi ini mencerminkan sebagai perusahaan yang memiliki peluang baik
untuk tumbuh dan berkembang serta memiliki tata kelola perusahaan yang
baik.
3. Tanggung Jawab
Memperlihatkan bagaimana tanggung jawab social perusahaan.
4. Daya Tarik
Dimensi ini mencerminkan sebagai tempat kerja idaman dan memiliki
pegawai yang berkualitas.
2.1.3 Employee Engagement
“Engagement is an individual’s sense of purpose and focused energy, evident
to others in the display of personal initiative, adaptability, effort and persistence
directed toward organizational goals” (Macey, Schneider, Barbera & Young, 2009)
Employee engagement (keterikatan pegawai) memperlihatkan seberapa besar
17
pegawai mengidentifikasikan diri dan secara emosional memiliki komitmen terhadap
pekerjaannya.
Perilaku
yang
ditimbulkan
pegawai
yang
engaged
kepada
organisasinya akan terlihat sebagai berikut (Macey, Schneider, Barbera & Young,
2009:6) :
•
Memiliki pemikiran yang proaktif, memperhitungkan peluang dan melakukan
tindakan yang mendukung atau selaras dengan tujuan organisasi
•
Memiliki pemikiran yang luas mengenai apa yang harus dilakukan seiring
dengan terjadinya perubahan tuntutan pekerjaan (tidak terpaku dengan job
description, peran luas)
•
Mampu mengembangkan diri untuk memperkaya skills, tidak hanya untuk
kepentingan pribadi tetapi untuk berkontribusi lebih efektif kepada organisasi
•
Konsisten berjuang bahkan ketika menghadapi hambatan atau situasi yang
ambigu
•
Mampu beradaptasi terhadap perubahan
2.1.3.1 Dimensi dan Indikator Employee Engagement
Menurut Thomas (2007) dan Gibbons (2006) dimensi dan indicator employee
engagement adalah sebagai berikut
Tabel 2.1 Dimensi dan Indikator Employee Engagement
Dimensi
Indikator
Kesiapan
•
•
•
Memikirkan cara baru untuk bekerja lebih efektif
Semangat dalam melakukan pekerjaan
Kerelaan
Kesediaan memotivasi diri untuk mencapai
keberhasilan
• Kesediaan untuk bekerja keras
Kebanggan
• Pekerjaan sebagai sumber kebanggaan diri
• Pekerjaan dikerjakan secara lengkap dan menyeluruh
Sumber: Thomas (2007) dan Gibbons (2006)
2.1.3.2 Keuntungan dari Employee Engagement
Marciano (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat keterikatan
pegawai, maka akan semakin tinggi kinerja organinasi tersebut. Berikut adalah
keuntungan yang dihubungkan dengan level keterikatan yang tinggi, diantaranya:
1. Meningkatkan produktivitas
2. Meningkatkan keuntungan perusahaan
18
3. Kualitas kerja yang tinggi
4. Meningkatkan efisiensi kerja
5. Turnover yang rendah
6. Meminimalkan kecurangan dan kesalahan pegawai
7. Meningkatnya kepuasan pelanggan
2.2 Keterkaitan Corporate Social Responsibility dan Corporate Image
“Corporate image is a perception and embraces everything from the visual
impression of a corporate logo to observation and experience of product, service and
corporate bahavior in general. Corporate image is a result of everything a company
does (or does not do)”. Diartikan yaitu persepsi dan meliputi segala sesuatu dari
kesan visual dari logo perusahaan, pengamatan dan pengalaman produk, layanan dan
perilaku perusahaan pada umumnya. Citra perusahaan merupakan hasil dari segala
sesuatu yang dilakukan (atau tidak dilakukan) oleh perusahaan.
Seperti menurut Philip Kotler dan Nancy Lee yang mengatakan bahwa
Corporate Social Responsibility memiliki kemampuan untuk meningkatkan citra
perusahaan (corporate image) karena jika perusahaan menjalankan tata kelola
bisnisnya dengan baik dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah maka pemerintah dan masyarakat akan memberikan keleluasaan bagi
perusahaan tersebut untuk beroperasi di wilayah mereka.
Menurut Lindgreen, Swaen (2010), Chattananon, Lawley (2007), Ward,
Lewandowska (2006) citra suatu tanggung jawab sosial perusahaan dapat
menciptakan dan memperkuat competitive advantage, meningkatkan brand
reliability dan customer loyalty serta menciptakan hubungan emosional antara
perusahaan dan konsumen.
Analisis scientific literature menunjukkan bahwa CSR memiliki dampak
positif yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap perusahaan yang memiliki
program CSR. Lebih lanjut lagi menurut Navickas, Kontautiene (2011) menyatakan
bahwa CSR memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja keuangan perusahaan,
peningkatan pendapatan, peningkatan reputasi perusahaan dan kesetiaan konsumen.
2.3 Keterkaitan Corporate Image dengan Employee Engagement
Corporate image merupakan refleksi sesungguhnya dari nilai-nilai, strategi
dan budaya organisasi. Corporate image mempengaruhi stakeholder dan membentuk
19
sikap mereka terhadap organisasi. Salah satu stakeholder organisasi diantaranya yaitu
pegawai. Pegawai memiliki komitmen terhadap CSR dengan persepsi yang
memungkinkan mereka untuk menyelaraskan minat dan komitmen untuk organisasi.
Turban dan Greening (1996) menyatakan bahwa corporate image meningkatkan
employee engagement pada diri pegawai dan reputasi organisasi pun merupakan hal
terpenting jika seseorang mencari pekerjaan (Hill dan Knowlton, 2008)
2.4 Keterkaitan Corporate Social Responsibility dan Employee Engagement
Menurut Max Caldwell (2010), CSR merupakan salah satu factor yang
menguatkan tingkat keterikatan pegawai pada suatu organisasi. Ide ini dikemukakan
berdasarkan penemuan sebelumnya dimana CSR merupakan salah satu dari 18 hal
pemicu keterikatan pegawai (Towers Perrin, n.d). MBR (2009) bahkan membuat
daftar manfaat spesifik dari melibatkan pegawai pada program CSR termasuk
diantaranya mengikat pegawai pada visi dan misi organisasi, meningkatkan
keahlian/keterampilan pegawai serta memberikan kesempatan pada pegawai untuk
mendapatkan keahlian/keterampilan yang baru.
Semakin besar pengaruh aktivitas CSR terhadap pegawai, maka semakin
besar pula keterikatan pegawai tersebut pada organisasi yang pada akhirnya akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan tentunya akan berdampak positif pada
kinerja organisasi.
2.5 Kerangka Pemikiran
Corporate
Social
Responsibility
Employee
Engagement
Corporate
Image
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran (Imran dan Jawaria, 2011)
20
2.6 Hipotesis
Berdasarkan uraian identifikasi kerangka pemikiran yang telah dikemukakan
diatas, maka penulis merumuskan hipotesis yaitu:
•
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara Jakarta Race sebagai
program CSR Four Seasons Hotel Jakarta terhadap corporate image
Four Seasons Hotel Jakarta
•
H2: Ada pengaruh yang signifikan antara corporate image Four
Seasons Hotel Jakarta terhadap employee engagement Four Seasons
Hotel Jakarta
•
H3: Ada pengaruh yang signifikan antara Jakarta Race sebagai
program CSR Four Seasons Hotel Jakarta terhadap employee
engagement Four Seasons Hotel Jakarta
•
H4: Ada pengaruh yang signifikan antara Jakarta Race sebagai
program CSR terhadap corporate image dan dampaknya terhadap
employee engagement Four Seasons Hotel Jakarta.
2.7 State of the Art
Judul yang diangkat tidak lepas dari penelitian terdahulu sebagai landasan
dalam menyusun sebuah kerangka pemikiran ataupun arah dari penelitian ini.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 State of the Art
No
1.
Nama
Judul
Variabel
(Tahun)
Nurmaya
Analisis
CSR (profit,
Saputri Corporate Social people dan
(2010)
Responsibility
planet),
sebagai
citra
pembentuk citra perusahaan
perusahaan dan
dan
pengaruhnya
loyalitas
terhadap
pelanggan
loyalitas
pelanggan PT
Fast Food
Indonesia di
Kota Semarang
Analisa
Hasil
Penelitian
menggunakan
metode kuantitatif,
dengan
menggunakan data
primer
dan
sekunder. Populasi
dalam penelitian ini
adalah 100 orang
pelanggan
KFC.
Teknik analisis data
yang
digunakan
adalah
regresi
linear berganda
Variabel
dependen dalam
penelitian
ini
yaitu
profit,
people
dan
planet
berpengaruh
positif terhadap
citra perusahaan.
Variabel
yang
paling
berpengaruh
adalah planet.
Variabel
citra
perusahaan juga
berpengaruh
positif terhadap
loyalitas
21
2.
3.
4.
pelanggan
Pengaruh
CSR
Penelitian
Variabel
Corporate Social (community menggunakan
dependen dalam
Responsibility
support,
metode kuantitatif, penelitian
ini
terhadap Citra environment dengan
yaitu
(Survei pada
dan
menggunakan data community
Warga sekitar
product)
primer
dan support,
PT Sasa Inti
dan citra
sekunder. Teknik environment dan
Gendingperusahaan analisis data yang product
Probolinggo)
digunakan adalah berpengaruh
analisis deskriptif signifikan secara
dan regresi linear simultan
berganda
tehadap
citra
perusahaan
dengan variabel
Product paling
berpengaruh
dominan
terhadap
citra
perusahaan.
Ratih
Hubungan
CSR
Penelitian
Program CSR
Widhiarti
Corporate
(Employee
menggunakan
Bank Mandiri
(2012)
Social
involvement metode kuantitatif
“Employee
Responsibility
in CSR
dengan desain
involvement in
(CSR) terhadap
program), deskriptif-konklusif CSR program”
Keterikatan
reputasi dan
dimana jumlah
mempunyai
Karyawan pada keterikatan
responden adalah
hubungan
Perusahaan
karyawan
sebanyak 106
terhadap
karyawan Bank
reputasi
Mandiri. Teknik
perusahaan
analisis data yang
namun tidak
digunakan adalah
mempunyai
Structural Equation
hubungan
Model (SEM)
terhadap
keterikatan
karyawan
Ali dan
Corporate
CSR,
Penelitian
CSR memiliki
Jawaria
Social
corporate
menggunakan
pengaruh yang
(2011)
Responsibility,
reputation
metode kuantitatif
signifikan
Corporate
dan
dengan
terhadap
Reputation and
employee
menggunakan data
corporate
Employee
engagement
primer yang
reputation dan
Engagement
diambil dari
dapat
beberapa organisasi
meningkatan
di Pakistan. Teknik
employee
analisis data yang
engagement
digunakan adalah
Structural Equation
Model (SEM)
Ulum,
Arifin
dan
Fanani
(2014)
Download