BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1.1 Pengertian CSR Menurut Filho et al. (Gresi Sanje Dahan, 2012) corporate social responsibility dapat didefiniskan sebagai hubungan etis dan transparansi dari perusahaandengan semua pemangku kepentingan yang memiliki hubungan serta penetapan tujuan perusahaan yang sesuai dengan pembangunan berkelanjutan masyarakat, melestarikan lingkungan dan sumber budaya untuk generasi mendatang, menghormati keragaman dan mempromosikan pengurangan masalah sosial. The World Business Council Sustainable Development (WBSCD) dimana merupakan lembaga internasional yang berdiri pada tahun 1995 mendefinisikan CSR sebagai: “Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the community and society at large” Dimana pengertiannya yaitu komitmen dunia usaha untuk secara berkelanjutan bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi dan secara bersamaan meningkatkan kualitas kehidupan para pekerja dan keluarganya sekaligus juga komunitas dan masyarakat secara luas. Definisi lain CSR adalah tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholder(s) sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, disamping ekonomi (Warta Pertamina, 2004) Selain itu, ISO 26000 mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hokum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan 9 10 kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negative dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, social dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Sementara Nursahid (2006) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholdernya yang terkena pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung dari operasi perusahaan. Hadi (2011) menjelaskan berbagai alasan yang mendasari perusahaan melakukan tanggung jawab sosial adalah: 1. Keterlibatan sosial perusahaan terhadap masyarakat dalam memenuhi panggilan bahwa dirinya memiliki kepekaan terhadap masalah sosial ditengah masyarakat. 2. Meningkatkan nama baik perusahaan, simpati masyarakat, pegawai dan investor sehingga terjadi feedback secara ekonomi. 3. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat, meningkatkan respon positif norma dan nilai masyarakat. 4. Sesuai dengan kehendak investor; membantu program pemerintah seperti konservasi, pelestarian budaya, peningkatan pendidikan, lapangan kerja, dll. Harvard Business School menyimpulkan bahwa jika suatu korporasi mengikatkan inisiatif CSR pada nilai-nilai korporasi, korporasi tersebut mempunyai kekuatan untuk meningkatkan rekrutmen, kepuasan dan retensi pegawai (Marquis & Thomason & Tydlaska, 2010) Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial suatu organisasi adalah suatu komitmen keberlanjutan untuk bertindak etis, beroperasi legal serta memberi dampak positif kepada para stakeholder(s)-nya, terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah operasional bisnisnya. 11 2.1.1.2 Konsep Piramida CSR Gambar 2.1 Piramida CSR Sumber: Carrol (1991) dalam Sharma and Kiran (2013, Vol. 2 No. 1) Konsep piramida CSR yang dikembangkan oleh Archie B. Carroll memberi justifikasi teoritis dan logis mengapa suatu perusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat disekitarnya. Dalam pandangan Carroll, CSR adalah puncak piramida yang erat terkait, dan bahkan identik dengan tanggung jawab filantropis (Saidi dan Abidin, 2004). 1. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah making profit. Motif atau tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah fondasi perusahaan dimana perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan terus hidup dan berkembang. 2. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya adalah obey the law. Perusahaan harus taat terhadap tata perundang-undangan yang berlaku di dalam suatu negara. 3. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi pedoman bagi perilaku organisasi. Kata kuncinya adalah be ethical. 4. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berlaku etis, perusahaan dituntut agar memberikan kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah 12 untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Kata kuncinya adalah be a good corporate citizen. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah non-fiduciary responsibility. 2.1.1.3 Jenis Aktivitas Program Corporate Social Responsibility Sen dan Bhattacharya (2001) dalam JAB (2014: Vol. 8 No. 1) menjelaskan bahwa terdapat enam hal pokok yang termasuk dalam CSR yaitu: a. Community Support, yaitu dukungan pada program-program pendidikan, kesehatan dan kesenian. b. Diversity, merupakan kebijakan perusahaan untuk tidak membedakan konsumen dan calon pegawai dalam hal gender, fisik atau ras-ras tertentu. c. Employee support, berupa perlindungan tenaga kerja, insentif dan penghargaan serta jaminan keselamatan kerja. d. Environment, menciptakan lingkungan yang sehat dan aman. e. Abroad operations, perusahaan bertanggung jawab untuk memberikan hak yang sama bagi masyarakat dunia untuk mendapat kesempatan kerja. f. Product, perusahaan berkewajiban untuk memberikan pelayanan terbaik dan membuat produk-produk yang aman bagi kesehatan serta tidak menipu. Sedangkan Kotler dan Lee (2006) dalam (Solihin, 2008) menyebutkan enam jenis aktivitas program CSR diantaranya: a. Cause Promotions Perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu. Contohnya meningkatkan awareness dan concern masyarakat terhadap suatu issue tertentu. b. Cause Related Marketing Perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan persentasi tertentu dari penghasilan untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk. Cause related marketing dapat berupa persentase yang di donasikan pada setiap penjualan produk/jasa. c. Corporate Societal Marketing 13 Perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta meninggalkan kesejahteraan masyarakat. Biasanya corporate social marketing berfokus pada: health issues, injury prevention issues, environmental issues, community involvement issues d. Corporate Philanthropy Perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk dana, jasa atau alat kepada pihak yang membutuhkan baik itu lembaga, perorangan atau kelompok tertentu. Corporate philanthropy dapat dilakukan dengan menyumbangkan uang secara langsung atau beasiswa kepada anak-anak yang tidak mampu, memberikan bantuan imunisasi kepada anak-anak di daerah terpencil, dsb. e. Community Volunteering Perusahaan mendukung serta mendorong para pegawai agar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program. Bentuk community volunteering yaitu seperti perusahaan mengorganisir pegawainya untuk ikut berpartisipasi dalam program CSR yang sedang dijalankan oleh perusahaan. f. Socially Responsible Business Practice Perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup. Socially Responsible Business dapat dilakukan dalam bentuk memperbaiki proses produksi, membuat batasan umur dalam melakukan penjualan produk/jasa. 2.1.1.4 Manfaat Corporate Social Responsibility Terdapat manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, baik bagi perusahaan sendiri, bagi masyarakat, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Wibisono (2007) menguraikan manfaat yang akan diterima dari pelaksanaan CSR, diantaranya: 1. Bagi perusahaan 14 • Keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan image yang positif dari masyarakat luas • Perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal (capital) • Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas • Perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical decision making) • Mempermudah pengelolaan manajemen resiko (risk management) 2. Bagi masyarakat Praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai tambah terhadap perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja yang akan berdampak pada peningkatan kualitas sosial di daerah tersebut. Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan perlindungan akan hak-haknya sebagai pekerja. Jika terdapat masyarakat adat atau masyarakat lokal, praktek CSR akan dianggap sebagai bentuk menghargai keberadaan tradisi dan budaya lokal tersebut. 3. Bagi lingkungan Praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber daya alam dan menjaga kualitas lingkungan. 4. Bagi negara Praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut “corporate misconduct” atau malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau aparat hukum yang memicu tingginya korupsi. Selain itu, negara akan menikmati pendapatan dari pajak yang wajar oleh perusahaan. 2.1.2 Corporate Image Saat membangun suatu image perusahaan, tujuan yang terpenting adalah untuk membentuk perilaku konsumen yang positif kepada perusahaan. Christensen, Askegaard (2001), Flavian, Guinaliu, Torres (2005), Chattananon, Lawley (2007) mengatakan bahwa corporate image adalah pemahaman tentang perusahaan yang dianut atau diyakini oleh seluruh stakeholder. Pina et al. (2006) menyatakan bahwa citra positif yang dibangun perusahaan dapat meningkatkan penjualan, kesetiaan konsumen, menarik investor baru dan 15 pekerja yang potensial. (Regina, 2011) Citra merupakan hasil penilaian dari beberapa pendapat publik yang diberikan kepada perusahaan. Biasanya pendapat dari publik berdasarkan pada persepsi, pengetahuan dan nilai-nilai kepercayaan yang dimiliki oleh publik. Menurut Philip Kotler (2000:553), “image is the sum belief, idea and impressions that a person hold regarding an object. People's attitude and actions toward an object are highly conditioned by that object's image”. (Citra adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu objek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu objek akan ditentukan oleh citra objek tersebut yang menunjukkan kondisi terbaiknya). Menurut Rakhmat Kriyantono (2008:8) citra merupakan gambaran yang ada dibenak publik tentang perusahaan. Citra adalah persepsi publik tentang perusahaan menyangkut pelayanannya, kualitas produk, budaya perusahaan, perilaku perusahaan, atau perilaku individu dalam perusahaan dan lain sebagainya. Corporate image merupakan citra keseluruhan yang dibangun dari semua komponen perusahaan seperti kualitas produk, kesehatan keuangan, perilaku pegawai, tanggung jawab sosial terhadap lingkungan. Ratih (2009: 180) mendefinisikan citra perusahaan (corporate image) adalah pemikiran pelanggan tentang citra atau gambaran menyeluruh dari perusahaan penyedia jasa berdasarkan pengalaman dan pemahaman pelanggan masing-masing, baik menyangkut produk ataupun tingkat reputasi dan kredibilitas yang dicapai perusahaan menurut persepsi pelanggan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa citra merupakan kesan maupun persepsi yang dimiliki oleh publik terhadap perusahaan berdasarkan pengetahuan yang didapat dengan perusahaan. Citra yang terbentuk berasal dari kumpulan pengalaman, pengetahuan serta pemahaman yang didapat selama berinteraksi dengan perusahaan tersebut. Citra perusahaan yang positif dapat menghantarkan perusahaan untuk maju dan mendapatkan kepercayaan dari para publiknya. Perusahaan dengan Corporate Image yang positif akan lebih diterima, lebih diminati dan juga lebih didukung oleh berbagai pihak yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam meraih berbagai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. 16 2.1.2.1 Manfaat Corporate Image Menurut Siswanto Sutojo, corporate image yang baik dan kuat memiliki manfaat antara lain: 1. Daya saing jangka menengah dan panjang. Perusahaan berusaha memenangkan persaingan pasar dengan menyusun strategi pemasaran praktis. 2. Menjadi prisai selama masa krisis. Sebagian besar masyarakat dapat memahami atau memaafkan kesalahan yang dibuat perusahaan dengan good corporate image, yang menyebabkan mereka mengalami krisis 3. Menjadi daya tarik eksekutif handal, dimana eksekutif handal adalah aset perusahaan. 4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran 5. Menghemat biaya operasional 2.1.2.2 Dimensi Corporate Image Menurut Dewi (2007:377), dimensi yang dapat dilihat dari corporate image diantaranya adalah: 1. Kualitas Dilihat dari kualitas pelayanan, perhatian kepada stakeholder, maupun dalam hal produk atau jasa yang dihasilkan. 2. Kinerja Dimensi ini mencerminkan sebagai perusahaan yang memiliki peluang baik untuk tumbuh dan berkembang serta memiliki tata kelola perusahaan yang baik. 3. Tanggung Jawab Memperlihatkan bagaimana tanggung jawab social perusahaan. 4. Daya Tarik Dimensi ini mencerminkan sebagai tempat kerja idaman dan memiliki pegawai yang berkualitas. 2.1.3 Employee Engagement “Engagement is an individual’s sense of purpose and focused energy, evident to others in the display of personal initiative, adaptability, effort and persistence directed toward organizational goals” (Macey, Schneider, Barbera & Young, 2009) Employee engagement (keterikatan pegawai) memperlihatkan seberapa besar 17 pegawai mengidentifikasikan diri dan secara emosional memiliki komitmen terhadap pekerjaannya. Perilaku yang ditimbulkan pegawai yang engaged kepada organisasinya akan terlihat sebagai berikut (Macey, Schneider, Barbera & Young, 2009:6) : • Memiliki pemikiran yang proaktif, memperhitungkan peluang dan melakukan tindakan yang mendukung atau selaras dengan tujuan organisasi • Memiliki pemikiran yang luas mengenai apa yang harus dilakukan seiring dengan terjadinya perubahan tuntutan pekerjaan (tidak terpaku dengan job description, peran luas) • Mampu mengembangkan diri untuk memperkaya skills, tidak hanya untuk kepentingan pribadi tetapi untuk berkontribusi lebih efektif kepada organisasi • Konsisten berjuang bahkan ketika menghadapi hambatan atau situasi yang ambigu • Mampu beradaptasi terhadap perubahan 2.1.3.1 Dimensi dan Indikator Employee Engagement Menurut Thomas (2007) dan Gibbons (2006) dimensi dan indicator employee engagement adalah sebagai berikut Tabel 2.1 Dimensi dan Indikator Employee Engagement Dimensi Indikator Kesiapan • • • Memikirkan cara baru untuk bekerja lebih efektif Semangat dalam melakukan pekerjaan Kerelaan Kesediaan memotivasi diri untuk mencapai keberhasilan • Kesediaan untuk bekerja keras Kebanggan • Pekerjaan sebagai sumber kebanggaan diri • Pekerjaan dikerjakan secara lengkap dan menyeluruh Sumber: Thomas (2007) dan Gibbons (2006) 2.1.3.2 Keuntungan dari Employee Engagement Marciano (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat keterikatan pegawai, maka akan semakin tinggi kinerja organinasi tersebut. Berikut adalah keuntungan yang dihubungkan dengan level keterikatan yang tinggi, diantaranya: 1. Meningkatkan produktivitas 2. Meningkatkan keuntungan perusahaan 18 3. Kualitas kerja yang tinggi 4. Meningkatkan efisiensi kerja 5. Turnover yang rendah 6. Meminimalkan kecurangan dan kesalahan pegawai 7. Meningkatnya kepuasan pelanggan 2.2 Keterkaitan Corporate Social Responsibility dan Corporate Image “Corporate image is a perception and embraces everything from the visual impression of a corporate logo to observation and experience of product, service and corporate bahavior in general. Corporate image is a result of everything a company does (or does not do)”. Diartikan yaitu persepsi dan meliputi segala sesuatu dari kesan visual dari logo perusahaan, pengamatan dan pengalaman produk, layanan dan perilaku perusahaan pada umumnya. Citra perusahaan merupakan hasil dari segala sesuatu yang dilakukan (atau tidak dilakukan) oleh perusahaan. Seperti menurut Philip Kotler dan Nancy Lee yang mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility memiliki kemampuan untuk meningkatkan citra perusahaan (corporate image) karena jika perusahaan menjalankan tata kelola bisnisnya dengan baik dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maka pemerintah dan masyarakat akan memberikan keleluasaan bagi perusahaan tersebut untuk beroperasi di wilayah mereka. Menurut Lindgreen, Swaen (2010), Chattananon, Lawley (2007), Ward, Lewandowska (2006) citra suatu tanggung jawab sosial perusahaan dapat menciptakan dan memperkuat competitive advantage, meningkatkan brand reliability dan customer loyalty serta menciptakan hubungan emosional antara perusahaan dan konsumen. Analisis scientific literature menunjukkan bahwa CSR memiliki dampak positif yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap perusahaan yang memiliki program CSR. Lebih lanjut lagi menurut Navickas, Kontautiene (2011) menyatakan bahwa CSR memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, peningkatan pendapatan, peningkatan reputasi perusahaan dan kesetiaan konsumen. 2.3 Keterkaitan Corporate Image dengan Employee Engagement Corporate image merupakan refleksi sesungguhnya dari nilai-nilai, strategi dan budaya organisasi. Corporate image mempengaruhi stakeholder dan membentuk 19 sikap mereka terhadap organisasi. Salah satu stakeholder organisasi diantaranya yaitu pegawai. Pegawai memiliki komitmen terhadap CSR dengan persepsi yang memungkinkan mereka untuk menyelaraskan minat dan komitmen untuk organisasi. Turban dan Greening (1996) menyatakan bahwa corporate image meningkatkan employee engagement pada diri pegawai dan reputasi organisasi pun merupakan hal terpenting jika seseorang mencari pekerjaan (Hill dan Knowlton, 2008) 2.4 Keterkaitan Corporate Social Responsibility dan Employee Engagement Menurut Max Caldwell (2010), CSR merupakan salah satu factor yang menguatkan tingkat keterikatan pegawai pada suatu organisasi. Ide ini dikemukakan berdasarkan penemuan sebelumnya dimana CSR merupakan salah satu dari 18 hal pemicu keterikatan pegawai (Towers Perrin, n.d). MBR (2009) bahkan membuat daftar manfaat spesifik dari melibatkan pegawai pada program CSR termasuk diantaranya mengikat pegawai pada visi dan misi organisasi, meningkatkan keahlian/keterampilan pegawai serta memberikan kesempatan pada pegawai untuk mendapatkan keahlian/keterampilan yang baru. Semakin besar pengaruh aktivitas CSR terhadap pegawai, maka semakin besar pula keterikatan pegawai tersebut pada organisasi yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas pegawai dan tentunya akan berdampak positif pada kinerja organisasi. 2.5 Kerangka Pemikiran Corporate Social Responsibility Employee Engagement Corporate Image Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran (Imran dan Jawaria, 2011) 20 2.6 Hipotesis Berdasarkan uraian identifikasi kerangka pemikiran yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan hipotesis yaitu: • H1: Ada pengaruh yang signifikan antara Jakarta Race sebagai program CSR Four Seasons Hotel Jakarta terhadap corporate image Four Seasons Hotel Jakarta • H2: Ada pengaruh yang signifikan antara corporate image Four Seasons Hotel Jakarta terhadap employee engagement Four Seasons Hotel Jakarta • H3: Ada pengaruh yang signifikan antara Jakarta Race sebagai program CSR Four Seasons Hotel Jakarta terhadap employee engagement Four Seasons Hotel Jakarta • H4: Ada pengaruh yang signifikan antara Jakarta Race sebagai program CSR terhadap corporate image dan dampaknya terhadap employee engagement Four Seasons Hotel Jakarta. 2.7 State of the Art Judul yang diangkat tidak lepas dari penelitian terdahulu sebagai landasan dalam menyusun sebuah kerangka pemikiran ataupun arah dari penelitian ini. Diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 State of the Art No 1. Nama Judul Variabel (Tahun) Nurmaya Analisis CSR (profit, Saputri Corporate Social people dan (2010) Responsibility planet), sebagai citra pembentuk citra perusahaan perusahaan dan dan pengaruhnya loyalitas terhadap pelanggan loyalitas pelanggan PT Fast Food Indonesia di Kota Semarang Analisa Hasil Penelitian menggunakan metode kuantitatif, dengan menggunakan data primer dan sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah 100 orang pelanggan KFC. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu profit, people dan planet berpengaruh positif terhadap citra perusahaan. Variabel yang paling berpengaruh adalah planet. Variabel citra perusahaan juga berpengaruh positif terhadap loyalitas 21 2. 3. 4. pelanggan Pengaruh CSR Penelitian Variabel Corporate Social (community menggunakan dependen dalam Responsibility support, metode kuantitatif, penelitian ini terhadap Citra environment dengan yaitu (Survei pada dan menggunakan data community Warga sekitar product) primer dan support, PT Sasa Inti dan citra sekunder. Teknik environment dan Gendingperusahaan analisis data yang product Probolinggo) digunakan adalah berpengaruh analisis deskriptif signifikan secara dan regresi linear simultan berganda tehadap citra perusahaan dengan variabel Product paling berpengaruh dominan terhadap citra perusahaan. Ratih Hubungan CSR Penelitian Program CSR Widhiarti Corporate (Employee menggunakan Bank Mandiri (2012) Social involvement metode kuantitatif “Employee Responsibility in CSR dengan desain involvement in (CSR) terhadap program), deskriptif-konklusif CSR program” Keterikatan reputasi dan dimana jumlah mempunyai Karyawan pada keterikatan responden adalah hubungan Perusahaan karyawan sebanyak 106 terhadap karyawan Bank reputasi Mandiri. Teknik perusahaan analisis data yang namun tidak digunakan adalah mempunyai Structural Equation hubungan Model (SEM) terhadap keterikatan karyawan Ali dan Corporate CSR, Penelitian CSR memiliki Jawaria Social corporate menggunakan pengaruh yang (2011) Responsibility, reputation metode kuantitatif signifikan Corporate dan dengan terhadap Reputation and employee menggunakan data corporate Employee engagement primer yang reputation dan Engagement diambil dari dapat beberapa organisasi meningkatan di Pakistan. Teknik employee analisis data yang engagement digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) Ulum, Arifin dan Fanani (2014)