BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, Tingkat Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar Periode 2010-2012 a. Perkembangan nilai tukar rupiah di tahun 2010 dari bulan Februari sampai April mengalami penguatan dan kembali turun di bulan Mei dan kembali mengalami penguatan sampai bulan Noveember dan di bulan Desember nilai tukar rupiah per dollar AS mengalami penurunan yaitu sekitar Rp.337. Di tahun 2011 nilai tukar rupiah terus mengalami penguatan dari bulan Januari sampai Agustus tetapi di bulan September mengalami penurunan sampai dengan akhir tahun 2011. Tahun 2012 nilai tukar rupiah di bulan Februari dan Maret sempat mengalami penguatan tetapi dari bulan Mei sampai dengan bulan Desember nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan. b. Perkembangan tingkat suku bunga pada tahun 2010 stabil yaitu sebesar 6,50%, pada tahun 2011 tingkat suku bunga dari bulan Februari sampai bulan September cukup stabil yaitu berada di angka 6,75% dan menurun di bulan November sampai Desember menjadi sebesar 6,00%. Sedangkan di tahun 2012 perkembangan tingkat suku bunga cukup stabil yaitu dari bulan Februari sampai dengan Desember berada di angka 5,77%. Jika dilihat dari rata-rata tingkat suku bunga per tahunnya, tingkat suku bunga di tahun 2010 sebesar 6,50% dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 6,58% dan pada tahun 2012 tingkat suku bunga mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 5,77%. c. Perkembangan jumlah uang beredar dari tahun 2010-2012 terus mengalami peningkatan. Rata-rata jumlah uang beredar tahun 2010 yaitu Rp.2.066.481, di tahun 2011 mengalami kenaikan sekitar 15% dari 95 96 2.216.641 menjadi 2.571.164 dan di tahun 2012 rata-rata jumlah uang beredar mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 18,3% dari 2.571.164 menjadi 3.043.937. Peningkatan peredaran uang tersebut, diantaranya terjadi seiring pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatnya Pendapatan Rasio Bruto Indonesia 2. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode 2010-2012 Perkembangan IHSG pada tahun 2010 pada bulan Januari sampai Juli kenaikan dan penurunan IHSG tidak terlalu signifikan, kenaikan IHSG cukup signifikan di bulan Agustus ke September yaitu sebesar 500 poin dan IHSG terus naik hingga akhir tahun 2010. Tahun 2011 perkembangan IHSG cukup fluktuatif,di awal tahun IHSG mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak terlalu signifikan, tetapi dari bulan Juli IHSG mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya yaitu sekitar 242 poin tetapi mengalami penurunan lagi di bulan Agustus dan September, di bulan Oktober IHSG mengalami kenaikan lagi dan di buan November mengalami penurunan sebesar 114 poin dan kembali naik sebesar 106 poin di bulan Desember. Di tahun 2012 perkembangan IHSG cukup stabil kenaikan dan penurunan IHSG tidak terlalu signifikan, penurunan yang cukup besar hanya di bulan Mei sebesar 331 poin dari bulan sebelumnya, kenaikan dan penurunan IHSG hingga bulan Desember 2012 tidak terlalu signifikan dan cukup stabil 3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, Tingkat Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara Simultan Periode 2010-2012 Dari hasil pengujian yang telah dilakukan bahwa nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga SBI dan jumlah uang beredar dan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05 keeratan hubungan dalam kriteria sangat kuat yaitu sebesar 0,943. Dari hasil pengujian hipotesis (Uji F) diperoleh H0 ditolak, yang berarti terdapat hubungan positif secara 97 simultan antara variabel Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, Tingkat Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 4. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, Tingkat Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara Parsial Periode 2010-2012 a. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS secara Parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Periode 20120-2012 Dari hasil pengujian yang dilakukan bahwa nilai tukar rupiah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,719 > α = 0,05 keeratan hubungan dalam kriteria sangat lemah yaitu sebesar 0,062 sehingga dapat dikatakan tidak ada hubungan. Dari hasil pengujian hipotesis (Uji F) diperoleh H0 diterima, yang berarti tidak terdapat hubungan secara parsial antara Nilai Tukar Rupiah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). b. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI secara Parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Periode 2010-2012 Dari hasil pengujian yang dilakukan bahwa tingkat suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 < α = 0,05 keeratan hubungan dalam kriteria sedang yaitu sebesar 0,546. Dari hasil pengujian hipotesisi (Uji F) diperoleh H0 ditolak, yang berarti terdapat hubungan negatif secara parsial antara Tingkat Suku Bunga SBI (X2) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). c. Pengaruh Jumlah Uang Beredar secara Parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Periode 2010-2012 Dari hasil pengujian yang dilakukan bahwa jumlah uangberedar memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05 keeratan hubungan dalam kriteria sangat kuat yaitu sebesar 0,881. Dari hasil pengujian 98 hipotesis (Uji F) diperoleh H0 ditolak, yang berarti terdapat hubungan positif secara parsial antara Jumlah Uang Beredar dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 5.2 Saran Dari hasil penelitian ini, saran-saran yang dapat penulis ajukan: 1. Bagi investor, investor yang akan atau sedang menanamkan modalnya pada instrumen saham, ketika tingkat suku bunga sedang naik investor tidak disarankan menanamkan modalnya karena tingkat suku bunga memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham, semakin tinggi tingkat bunga semakin tinggi pula tingkat suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman dari bank-bank di dalam negeri. Hal ini menyebabkan sahamsaham emiten yang tercatat di BEI menjadi tidak menarik lagi bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal sehingga harga saham menjadi turu, ketika jumlah uang beredar sedang naik investor disarankan menanamkan modalnya pada saham karena kenaikan jumlah uang beredar berati perekonomian sedang mengalami kenaikan dan hal ini akan berpengaruh terhadap IHSG apabila perekonomian naik maka nilai saham pun akan naik.Sehingga dalam mengambil keputusan investasi dapat dilakukan secara tepat. 2. Bagi penulis yang tertarik dengan topik penelitian yang sama. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan tahun pengamatan dari 3 tahun menjadi 4 sampai 5 tahun kedepan. Dapat juga menambahkan faktor makro seperti laju inflasi, harga minyak, harga emas, dan pertumbuhan ekonomi untuk memperoleh hasil yang lebih akurat terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Pada penelitian ini pilihan indeks yang digunakan adalah IHSG, maka penelitian selanjutnya dapat mempergunakan Indeks LQ-45 sehingga lebih mampu mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai kondisi pasar modal Indonesia. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pembanding atau referensi bagi peneliti selanjutnya.