1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dikenal

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi
dikenal
secara
luas
sebagai
penyakit
kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampirsama besar di negara berkembang maupun di negara maju.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain
mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal
maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap
tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke
dokter, perawatan di rumah sakit dan/atau penggunaan obat jangka panjang
(Depkes, 2006b).
Hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa warga dunia setiap tahunnya.
WHO memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan
sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi (WHO, 2010).Sebanyak 10 propinsi di
Indonesia mempunyai prevalensi di atas prevalensi nasional termasuk
Jawa
Tengah. Prevalensi hipertensi tertinggi di 10 kabupaten/kota di Indonesia adalah
Kepulauan Natuna (53,3%) sedangkan yang terendah ditempati Papua Barat
dengan prevalensi 6,8% (Depkes, 2008).
Pemilihan obat yang tidak tepat dapat disebabkan oleh obat yang
digunakan tidak efektif, alergi dengan obat yang diberikan, obat kontraindikasi,
resisten dengan obat yang digunakan dan penderita menerima kombinasi produk
obat yang tidak perlu atau polifarmasi (Depkes, 2006b). Evaluasi penggunaan obat
bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang rasional sehingga mendapatkan
keberhasilan dalam pengobatan dan mengurangi efek samping yang tidak
diinginkan. Masalah penggunaan obat yang tidak rasional masih cukup menonjol
di beberapa pusat pelayanan kesehatan. Di samping berakibat pada pemborosan
biaya, ketidakrasionalan penggunaan obat juga meningkatkan risiko terjadinya
efek samping. Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional sangat
beragam dan bervariasi tergantung dari jenis ketidakrasionalan penggunaannya.
1
2
Dampak negatif ini dapat saja hanya dialami oleh pasien (efek samping dan biaya
yang mahal) maupun oleh populasi yang lebih luas dan mutu pelayanan
pengobatan secara umum (Depkes, 2006a). Sehingga dengan adanya evaluasi
pemilihan obat tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi tenaga kesehatan dalam
pemberian obat kepada pasien. Maka dari itu perlu dilakukan evaluasi penggunaan
obat meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis.
Menurut hasil survey oleh Setiawardani (2007) pada pasien hipertensi
geriatri di RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Desember 2006 menunjukkan
penggunaan obat antihipertensi paling banyak adalah ACEI dengan persentase
ketepatan tepat pasien 91,84%, tepat obat 84,09%, tepat dosis 89,77% dan tepat
indikasi 94,32%. Menurut hasil penelitian Rakhim (2011) penggunaan obat
antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2009 menunjukkan persentase tepat
indikasi 100%, tepat obat 81,82%, tepat dosis 84,85% dan tepat pasien 100%
dengan penggunaan obat antihipertensi paling banyak adalah furosemid sebanyak
65,66%.
Jumlah penderita hipertensi rawat inap di RSUD Sukoharjo terdapat 723
pasien dalam tahun 2013, angka tersebut terbesar ketiga setelah demam tifoid
sebanyak 940 pasien rawat inap dan gastrointeritis akut sebanyak 845 pasien.
Rasionalitas pengobatan dapat dilihat dari banyaknya obat yang digunakan setiap
pasien.Rata-rata obat untuk hipertensi yang diresepkan di RSUD Sukoharjo
adalah 2-3 jenis obat, sehingga perlu dilakukan mengenai penelitian tersebut.Dari
hasil data pasien tersebut, diharapkan dapat memberi gambaran mengenai
ketepatan penggunaan obat antihipertensi pada penyakit hipertensi pasien rawat
inap berdasarkan tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut: bagaimana penggunaan antihipertensi pada pasien
hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Sukoharjo tahun 2013meliputi tepat
indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis?
3
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: Mengevaluasi penggunaan antihipertensi
pada pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Sukoharjo tahun
2013meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis.
D. Tinjauan Pustaka
1. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dengan tekanan darah
meningkat di atas tekanan darah yang disepakati normal (Kabo, 2011).Hipertensi
urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang
progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai
tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam s/d beberapa hari.Pada
hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan
organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan
segera (dalam hitungan menit-jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih
lanjut. Contoh gangguan organ target akut: encephalopathy, pendarahan
intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissectingaortic
aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama
kehamilan(Depkes, 2006b).
b. Penyebab
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau
hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di
kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai
penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab
hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder
dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara
potensial (Depkes, 2006b).
c. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18
tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua
4
atau lebih kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori,
dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg dan
tekanandarah diastolik (TDD) < 80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai
kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya
cendrung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua
tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi
obat.
Tabel 1.Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur ≥ 18 tahun menurut JNC 7.
Klasifikasi tekanan
Darah
Normal
Prehipertensi
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2
Tek darah sistolik,
mm Hg
<120
120-139
140-159
≥ 160
Dan
Atau
Atau
Atau
Tek darah diastolic,
mm Hg
<80
80-89
90-99
≥ 100
(Depkes, 2006b)
d. Diagnosis
Hipertensi seringkali disebut sebagai “silent killer” karena pasien dengan
hipertensi esensial biasanya tidak ada gejala (asimptomatik). Penemuan fisik yang
utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua kali atau
lebih dalam waktu dua kali kontrol ditentukan untuk mendiagnosis hipertensi.
Tekanan darah ini digunakan untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan sesuai
dengan tingkatnya (Depkes, 2006b).
e. Terapi
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah: Menurunkan mortalitas dan
morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas ini
berhubungan dengan kerusakan organ target (misal: kejadian kardiovaskular atau
serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal). Tujuan utama terapi
hipertensi adalah mengurangi resiko. Target nilai tekanan darah yang di
rekomendasikan dalam JNC VII.
1) Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
2) Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
3) Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg
(Depkes, 2006b)
1) Terapi nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan
darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk,
5
mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang
kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah natrium, aktifitas fisik dan
mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan
tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi, mengurangi
garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat.
Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat
badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai
pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke
pasien, dan dorongan moril (Depkes, 2006b).
2) Terapi Farmakologi
Pilihan pertama
terapi obat
Tanpa indikasi
komplikasi
Indikasi komplikasi
Hipertensi
Stage 1
(SBP 140–159 or DBP 90–99 mm Hg)
Hipertensi
Stage 2
(SBP >160 or DBP >100 mm Hg)
Tiazid tipe diuretic ; ACE I, ARB, CCB atau
kombinasi (A-2)
Kombinasi 2 obat atau lebih biasanya
menggunakan tiazid - tipe diuretic dengan
ACE I, ARB atau CCB. (A-2)
Gambar 1.Algoritma Tatalaksana Terapi Hypertension (Kelly dan Sorkness, 2008 )
Ada 9 kelas obat antihipertensi yaitu Diuretik, Beta Blocker, penghambat
enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB),
Alfa-1 Bloker, Agonis Sentral Alfa-2, Antagonis Adrenergik Perifer dan Calsium
Channel Bloker (CCB) dianggap sebagai obat antihipertensi utama (Tabel 1).
Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi.
(Depkes, 2006b)
f. Golongan obat hipertensi
Obat-obat hipertensi dapat dibagi menjadi 9, yaitu antara lain.
1) Diuretik
Mekanisme kerja: menghambat absorbsi garam dan air sehingga volume
darah dapat menurun akibatnya tekanan darah ikut turun. Diuretik ini dibagi
menjadi 3, yaitu:
6
a) Golongan thiazid yang bekerja pada tubulus distal dengan kerja meningkatkan
ekskresi Na+ dan Cl-. Contoh: HCT dan indapamid
b) Golongan diuretik kuat yang bekerja di Ansa Henle bagian assendens dengan
kerja menghambat kotranspor Na+, K+, Cl-, dan menghambat resorpsi air dan
elektrolit. Contoh: furosemid, torasemid, asam etakrinat dan bumetamid.
c) Golongan diuretik hemat kalium, contohnya: triamteren, amilorid, dan
spironolakton.
Tabel 2. Pilihan Jenis Obat Antihipertensi berdasarkan Ada Tidaknya Penyakit Komorbid
Indikasi Komplikasi
Gagal Jantung
Infark Miokard
Resiko penyakit koroner
DM
CKD
Stroke
Diuretik
9
9
9
9
Obat yang direkomendasikan
Beta Bloker
ACEI
ARB
CCB
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
AldoANT
9
9
(Tedjasukmana, 2012).
2) Alfa blockers
Mekanisme kerja: memblok reseptor alfa adrenergik yang ada pada otot
polos pembuluh. Dibedakan menjadi
a) Alfa blockers nonselektif, contoh : fentolamin
b) Alfa 1 blockers selektif, contoh: prazosin, terazosin, doksazosin.
3) Beta blockers
Mekanisme kerja: menempati reseptor beta adrenergik. Blokade reseptor ini
menyebabkan penurunan aktifitas adrenalin dan noradrenalin. Contoh: atenolol,
metoprolol, labetolol, betaxolol, bisoprolol.
4) Agonis alfa 2
Mekanisme kerja: menstimulasi reseptor alfa 2 yang berdaya vasodilatasi.
Contoh: klonidin
5) Calsium Channel Bloker (CCB)
Mekanisme kerja: menghambat pemasukan ion Ca ke dalam sel sehingga
penyaluran impuls dan kontraksi dinding pembuluh. Contoh: nifedipin,
nikardipin, verapamil.
6) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACEI)
Mekanisme kerja: mencegah pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin
II yang berdaya vasokonstriksi kuat. Selain itu menghambat pembentukan
7
aldosteron yang bersifat retensi garam dan air. Contoh: kaptopril, lisinopril,
benazepril.
7) Angiotensin Reseptor Bloker (ARB)
Mekanisme: menurunkan tekanan darah melalui sistem renin-angiotensinaldosteron. ARB mampu menghambat angiotensin II berikatan dengan
reseptornya, sehingga secara langsung akan menyebabkan vasodilatasi, penurunan
produksi vasopresin, dan mengurangi sekresi aldosteron. Ketiga efek ini secara
bersama-sama akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
8) Antagonis Adrenergik Perifer
Mekanisme kerja: Antiadrenergik sentral mencegah aliran keluar simpatis
(adrenergik)
dari
otak
dengan
mengaktifkan
reseptor
α2
penghambat.
Antiadrenergik perifer mencegah pelepasan norepinefrin dari terminal saraf
perifer (misal yang berakhir di jantung).
9) Vasodilator
Mekanisme kerja:
berkhasiat vasodilatasi langsung terhadap pembuluh
darah sehingga tekanan darah turun. Contoh: hidralazin dan monoksidil.
(Depkes, 2006b)
Tabel 3.Obat-obat Antihipertensi yang Utama (Depkes, 2006b)
Kelas
Diuretik
Penahan
Kalium
Nama obat
Tiazid
Klortalidon
Hidroklorotiazid
Indapamide
Metolazone
Dosis lazim
(mg/hari)
6.25-25
12.5-50
1.25-2.5
2,5-5
Freq.
Pemberian
1
1
1
1
Keterangan
Loop
Bumetanide
Furosemide
Torsemide
0.5-4
20-80
5
2
2
1
Dosis lebih tinggi mungkin
diperlukan untuk pasien dengan
GFR sangat rendah atau gagal
Jantung
Amilorid
Amilorid/HCT
5-10
5-10/50-100
1 atau 2
1
Triamteren
Triamteren/HCT
50-100
37.5-75/
25-50
1 atau 2
1
Obat-obat ini diberikan pada pasien
yang mengalami hipokalemia
akibat diuretik; hindari pada
pasien dengan penyakit ginjal
kronis (± ClCr<30 ml/min); dapat
meyebabkan hiperkalemia, terutama
kombinasi dengan ACEI,
ARB, atau supplemen kalium.
Sebagai antihipertensi gol.tiazid lebih
efektif dari diuretik loop kecuali pada
pasien dengan GFR rendah (± ClCr<30
ml/min); hiroklorotiazid (HCT) dan
klortalidon lebih disukai, klortalidon
hampir 2 kali lebih kuat dibanding
HCT.
8
Lanjutan (Tabel 3)
Kelas
Nama obat
Dosis lazim
(mg/hari)
50-100
25-50
25-50/25-50
Freq.
Keterangan
Pemberian
1 atau 2
Obat-obat ini biasanya
1 atau 2
dipakai untuk pasien-pasien
1
yang mengalami diureticinduced
hipokalemia; hindari pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis (± ClCr <
30ml/min); dapat menyebabkan
hiperkalemia, terutama kombi
nasi dengan ACEI, ARB, atau
suplemen kalium)
Antagonis
Aldosteron
Eplerenone
Spironolakton
Spironolakton/HCT
ACE inhibitor
Benazepril
Captopril
Enalapril
Fosinopril
Lisinoril
Moexipril
Perindopril
Quinapril
Ramipril
Trandolapril
10-40
12.5-150
5-40
10-40
10-40
7.5-30
4-16
10-80
2.5-10
1-4
1 atau 2
2 atau 3
1 atau 2
1
1
1 atau 2
1
1 atau 2
1 atau 2
1
Dapat menyebabkan hiperkalemia pada
pasien dengan penyakit ginjal kronis
atau pasien yang juga mendapat
diuretik penahan kalium, antagonis
aldosteron, atau ARB; dapat
menyebabkan gagal ginjal pada pasien
dengan renal arteri stenosis,jangan
digunakan pada perempuan hamil atau
pada pasien dengan sejarah
angioedema.
Angiotensin
Reseptor
Blocker
Kandesartan
Eprosartan
Irbesartan
Losartan
Olmesartan
Telmisartan
Valsartan
8-32
600-800
150-300
50-100
20-40
20-80
80-320
1 atau 2
1 atau 2
1
1 atau 2
1
1
1
Dapat menyebabkan hiperkalemia pada
pasien dengan penyakit ginjal kronis
atau pasien yang juga mendapat
diuretik penahan kalium, antagonis
aldosteron, atau ACEI; dapat
menyebabkan gagal ginjal pada pasien
dengan renal arteri stenosis, tidak
menyebabkan batuk kering seperti
ACEI, jangan digunakan pada
perempuan hamil.
Kardio
selektif
Atenolol
Betaxolol
Bisoprolol
Metoprolol
25-100
5-20
2.5-10
50-200
1
1
1
1
Pemberhentian tiba-tiba dapat
menyebabkanrebound hypertension;
dosis rendah s/dsedang menghambat
reseptor β1, pada dosis
tinggimenstimulasi reseptor β2;dapat
menyebabkan eksaserbasi asma bila
selektifitas hilang; keuntungan
tambahan pada pasien dengan atrial
tachyarrythmia atau preoperatif
hipertensi.
Nonsele
ktif
Nadolol
Propranolol
Propranolol LA
Timolol
40-120
160-480
80-320
10-40
1
2
1
1
Pemberhentian tiba-tiba dapat
menyebabkan rebound hypertension,
menghambat reseptor β1 dan β2 pada
semua dosis; dapat memperparah
asma,ada keuntungan tambahan pada
pasien dengan essensial tremor,
migraine, tirotoksikosis.
Acebutolol
Carteolol
Pentobutolol
Pindolol
200-800
2.5-10
10-40
10-60
2
1
1
2
Kontraindikasi pada pasien pasca infark
miokard, efek samping dan efek
metabolic lebih sedikit, tetapi tidak
kardioprotektif seperti penyekat beta
yang lain
Beta blocker
Aktivitas
simpatomi
metik
intrinsik
9
Lanjutan (Tabel 3)
Kelas
Nama obat
Dosis lazim
(mg/hari)
Freq.
Pemberian
12.5-50
200-800
2
2
Pemberhentian tiba-tiba dapat
menyebabkan rebound
hypertension; penambahan
penyekat α meng akibatkan
hipotensi ortostatik.
Dihidropi Amlodipin
ridin
Felodipin
Isradipin
Isradipin SR
Nicardipin SR
Nifedipin LA
Nisoldipin
2.5-10
5-20
5-10
5-20
60-120
30-90
10-40
1
1
2
1
2
1
1
Dihidropiridin adalah vasodilator
perifer yang kuat dari pada
nondihidropiridin dan dapat
menyebabkan pelepasan simpatetik
reflex (takhikardia), pusing, sakit
kepala, flushing, dan edema perifer;
keuntungan tambahan pada sindroma
Raynaud..
Nondihi
dropirid
in
Diltiazem SR
Verapamil Sri
180-360
100-400
1
1
Obat-obat ini menyekat slowchannels
di jantung dan menurunkan denyut
jantung; dapat menyebabkan heart
block; keuntungan tambahan untuk
pasien dengan atrial takhiaritmia.
Alfa-1 blocker
Doxazosin
Prazosin
Terazosin
1-8
2-20
1-20
1
2 atau 3
1 atau 2
keuntungan untuk laki-laki dengan
BPH (benign prostatic hyperplasia).
Agonis sentral
α-2
Klonidin
Klonidin patch
Metildopa
0.1-0.8
0,1-0,3
250-1000
2
1/minggu
2
Pemberhentian tiba-tiba dapat
menyebabkan rebound hypertension;
paling efektif bila diberikan bersama
diuretik untuk mengurangi retensi
cairan.
Antagonis
Adrenergik
Perifer
Reserpin
0.05-0.25
Vasodilator
Arteri langsung
Minoxidil
Hidralazin
10-40
20-100
Campuran penyekat α dan β
Karvedilol
Labetolol
Kalsium
Chanel Bloker
(CCB)
Keterangan
Gunakan dengan diuretik untuk
mengurangi retensi cairan
1 atau 2
2 atau 4
Gunakan dengan diuretic dan
penyekat beta untuk mengurangi retensi
cairan dan reflex takhikardi.
(Depkes, 2006b)
g. Terapi Kombinasi
Kombinasi dua obat untuk hipertensi berdasarkan kelas terapinya, dengan
kombinasi obat yang dihubungkan dengan garis tebal adalah kombinasi yang
paling efektif (Gambar 2) (Depkes, 2006b). Ada 6 alasan pengobatan kombinasi
pada hipertensi dianjurkan: 1). Mempunyai efek aditif, 2). Mempunyai efek
sinergisme, 3). Mempunyai sifat saling mengisi, 4). Penurunan efek samping
masing-masing obat, 5). Mempunyai cara kerja yang saling mengisi pada organ
target tertentu, 6). Adanya “fixed dose combination” akan meningkatkan
10
kepatuhan pasien(adherence)(Depkes, 2006b). Fixed-dose combination yang
paling efektif adalah sebagai berikut:
1) Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan diuretik
2) Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretik
3) Beta blocker dengan diuretik
4) Diuretik dengan agen penahan kalium
5) Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan antagonis kalsium
6) Agonis α-2 dengan diuretik
7) α-1 blocker dengan diuretik
Gambar2. Kombinasi yang memungkinkan dari kelas yang berbeda untuk obatobat
antihipertensi.
(Depkes, 2006b)
2. Rasionalitas Pengobatan
Menurut definisi dari WHO, pengobatan obat yang rasional berarti
mensyaratkan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai pada kebutuhan
klinik mereka, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri,
untuk suatu periode waktu yang memadai, dan pada harga terendah untuk mereka
dan masyarakatnya (Depkes, 2010).
Diagnosis yang tepat berdasarkan kumpulan gejala yang tampak dan
menetapkan tujuan terapi kemudian dipilih tindakan atau terapi yang paling tepat,
efektif dan aman. Kerasionalitasan penggunaan obat harus dikaji agar tujuan
terapi dapat mencapai keberhasilan. Setelah pilihan ditentukan dan pasien harus
mendapat penjelasan tentang pilihan tersebut. Selanjutnya tindakan/terapi dapat
dimulai dan hasilnya harus dipantau serta diverifikasi apakah telah sesuai dengan
tujuan terapi. Apabila hasil menunjukkan perbaikan atau sesuai dengan tujuan
11
terapi maka terapi bisa diteruskan atau kalau tidak berhasil dihentikan, terapi perlu
dikaji ulang.
(Depkes, 2006a)
Kriteria penggunaan obat yang rasional:
a. Tepat indikasi yaitu pemberian obat untuk pasien yang didasarkan pada
indikasi sesuai dengan gejala yang timbul.
b. Tepat obat yaitu pemberian obat yang sesuai dengan pemilihan jenis obat
dengan memperhatikan diagnosa klinik, efektifitas dan keamanan obat yang
bersangkutan.
c. Tepat dosis yaitu pemberian obat yang meliputi :
1) Tepat takarannya yaitu pemberian obat dengan dosis yang tidak terlalu
besar maupun terlalu kecil.
2) Tepat rute pemberian yaitu tergantung pada keadaan pasien misalnya per
oral, suppositoria, subkutan, intramuscular atau intravena.
3) Tepat saat pemberiannya yaitu sebelum makan, sesudah makan
4) Tepat interval pemberian misalnya 6 jam sekali, 8 jam sekali
5) Tepat lama pemberiannya misalnya sehari, 2 hari, atau 7 hari.
d. Tepat pasien yaitu pemilihan obat yang diberikan tidak ada kontraindikasi
dengan kondisi pasien.
(Depkes, 2006a)
Download