(Agency Theory) Teori keagenan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency relationship) menggambarkan sebagai hubungan
yang timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan antara prinsipal yang
menggunakan agen untuk melakukan jasa yang menjadi kepentingan prinsipal
dalam hal yang terjadi pemisahan kepemilikan dan control perusahaan (Jensen
dan Meckling 1976). Secara garis besar menggambarkan dua macam bentuk
hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham (share holders)
dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bond holders).
Kepentingan manajer dan kepentingan pemegang saham seringkali terjadi
bertentangan, sehingga bisa menyebabkan teradi konflik di antara keduanya
(Jensen dan Meckling 1976 dalan Kumar 2007). Hal ini terjadi karena manajer
berusaha untuk mengutamakan kepentingan pribadinya yang tidak sesuai dengan
keinginan pemegang saham dimana kepentingan manajer dapat menambah biaya
perusahaan yang mengurangi keuntungan peruusahaan. Tujuan utama perusahaan
adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Pihak manajemen
diharapkan bertindak dan mengambil keputusan untuk kepentingan pemegang
saham. Namun, dalam praktiknya praktiknya sering terjadi konflik antara pihak
manajemen dengan pemegang saham yang disebut dengan agency conflict.
11
12
Konflik tersebut terjadi pada saat proporsi kepemilikan manajer atas
saham perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer cenderung mengutamakan
kepentingan pribadi dan tidak berdasarkan pada tujuan perusahaan yaitu
memaksimalkan nilai perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan
khususnya keputusan pendanaan (Husnan, 2002). Perusahaan pada mulanya
didasarkan kepada asumsi bahwa maksud dan tujuan perusahaan adalah
memaksimumkan laba sekarang atau laba jangka pendek. Namun berdasarkan
pengamatan perusahaan sering mengorbankan laba jangka pendek untuk
meningkatkan laba jangka panjang. Keuntungan jangka pendek dan jangka
panjang sangat penting bagi perusahaan.
Oleh karena itu, teori perusahaan (theory of the firm) meluruskan bahwa
tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan (value
of the firm). Nilai perusahaan tercermin dari nilai sekarang dari semua
keuntungan perusahaan yang diharapkan dimasa depan. Keuntungan perusahaan
dimasa depan tersebut kemudian didiskon ke masa sekarang. Teori perusahaan
dijadikan acuan oleh pihak manajer dalam pengambilan keputusan manajerial
(Salvatore, 2005).
2. Teori Persinyalan (Signaling Theory)
Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan
kepada pemilik sebagai wujud dari tanggung jawab atas pengelolaan perusahaan.
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
13
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena
terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan
mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang
daripada pihak luar (khususnya investor dan kreditor).
Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik ataupun pihak
yang berkepentingan lainnya. Sinyal yang berikan dapat dilakukan melalui
pengukapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa yang
sudah di lakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau
bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain.
Penggunaan dividen sebagai insyarat, cenderung berupa berita bagaimana
informasi dapat diteruskan ke pasar dari pada teori tentang kebijakan dividen
optimal. Pengumuman yang menyatakan bahwa suatu perusahaan telah
memutuskan untuk menaikkan dividen per saham mungkin diartikan oleh
penanam modal sebagai berita baik, karena dividen per saham yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan yakin arus kan pada masa mendatang akan
cukup besar untuk menanggung tingkat dividen yang tinggi (Weston dan
Copeland, 2010). Pengumuman dividen sebagai alat untuk mengirimkan isyarat
yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan di masa kini dan masa
yang akan datang adalah merupakan cara yang tepat meskipun mahal tetapi
sangat berarti.
14
Setelah menerima isyarat melalui pengumuman dividen maka pasar akan
bereaksi terhadap pengumuman perubahan dividen yang dibayarkan sehingga
bisa dikatakan pasar menangkap informasi tentang prospek perusahaan yang
terkandang dalam pengumuman tersebut (Ambarwati, 2010).
3. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang
tinggi akan di ikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Hasnawati,
2005) dalam Lihan (2010). Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para
pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi. Sedangkan menurut (Keown, 2004) nilai
perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas
perusahaan yang beredar.
Meningkatkan nilai perusahaan adalah tujuan dari setiap perusahaan,
karena semakin tinggi nilai perusahaan maka akan diikuti pula oleh tingginya
kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan
kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan
menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Tendi Haruman, 2007).
Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai
perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara
pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan
berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai
hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi
15
dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks
yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan.
Nilai Perusahaan adalah sebagai persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada akhir tahun berjalan
yang tercermin pada harga saham perusahaan (Pakpahan, 2010). Dalam
mengukur nilai perusahaan ukuran yang paling tepat adalah dengan
menggunakan rasio penilaian (valution), karena rasio tersebut mencerminkan
rasio (risiko) dengan rasio hasil pengembalian. Rasio penilaian sangat penting
karena rasio tersebut berkaitan langsung dengan tujuan memaksimalkan nilai
perusahaan dan kekayaan para pemegang saham. Rasio penilaian tersebut adalah
market value ratio yang terdiri dari 3 macam rasio yaitu price earning ratio,
price/cash flow ratio dan price to book value ratio.
1.
Price Earning Ratio/PER
Menurut Wijaya dkk (2010) rasio ini menunjukan perbandingan antara
harga saham dengan laba per lembar saham dengan rumusan:
PER
2.
=
Price/cash flow ratio
Price/cash flow ratio adalah harga per lembar saham dengan dibagi
oleh arus kas per lembar saham.
Price/cash flow ratio
=
16
3.
Price Book Value / PBV
Menurut Brigham dan Huston (2006) dalam Wijaya, Bandi, dan Wibawa
(2010), PBV mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manjemen
dan organisasi perusahaan sebagai sebuah peusahaan yang terus tumbuh dengan
rumusan :
PBV
=
4. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang perusahaan adalah “suatu kebijakan yang menunjukan
proporsi atas penggunaan hutang dan menentukan sejauh mana hutang digunakan
dalam struktur dalam stuktur modal” (Wihananto, 2009).
Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus
mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga
yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin
tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa. Hutang
merupakan suatu mekanisme yang bisa digunakan untuk mengurangi atau
mengontrol konflik keagenan. Dengan adanya hutang perusahaan harus
melakukan pembayaran periodik atas bunga dan principal (Jensen, 1986, dalam
Masdupi, 2005).
Kebijakan hutang perusahaan yang merupakan hasil pembagian antara
kewajiban jangka panjang dengan jumlah total antara kewajiban jangka panjang
dan modal sendiri. Pendanaan dari luar akan menurunkan besarnya konflik antara
pemegang saham dengan manajemen disamping itu utang juga akan menurunkan
17
excess cash flow yang ada dalam perusahaan segingga menurunkan kemungkinan
pemborosan yang dilakukan manajemen (Jensen,et al. 2001).
Salah satu sebab timbulnya konflik keagenan antara manajer dan
pemegang saham disebabkan oleh keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan
secara sederhana dapat diartikan sebagai keputusan manajemen dalam
menentukan sumber pendanaan dari modal internal, yakni laba ditahan atau dari
modal eksternal, yakni modal sendiri dan atau melalui utang (Waluyo dan
Ka’aro, 2002).
Pada kondisi ekstrim, kerugian tersebut dapat membahayakan perusahaan
karena dapat terancam kebangkrutan dan nilai perusahaan akan berkurang
tingkatnya. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko
dan tingkat pengembalian penambahan utang memperbesar penambahan utang
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi
akibatnya membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi
meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga
saham tersebut.
Menurut Brigham dan Houston (2011), perusahaan yang sedang
berkembang memerlukan modal yang dapat berasal dari hutang maupun ekuitas.
Dengan menggunakan hutang, maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan
diantaranya yaitu, pertama, bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk tujuan
pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari utang. Kedua, pemengang saham
dapat pengembalian yang tetap, sehingga pemegang saham tidak perlu
mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam kondisi prima.
18
Namun demikian, hutang juga mempunyai beberapa kelemahan,
diantaranya yaitu, (1) Semakin tinggi rasio hutang (debt rasio) maka akan
semakin tinggi pula resiko perusahaan, sehingga suku bunganya mungkin akan
lebih tinggi. (2) Jika sebuah perusahaan mengalamin kesulitan keuangan dan laba
operasi tidak mencukupi untuk mencukupi untuk menutup beban bunga, maka
pemegang saham harus menutup kekurangan tersebut dan perusahaan akan
bangkrut jika pemegang saham tidak mampu memenuhinya. Kebijakan hutang
dalam penelitian ini diukur dengan proksi seperti berikut ini.
1. Book Debt to Asset Ratio (BDA)
Menurut Brigham (2001) dalam Utomo (2009) rasio ini menunjukan
perbandingan antara total hutang dengan total aktiva dengan rumusan:
Book Debt to Asset Ratio (BDA)
=
2. Long Term Debt Equty Ratio (LDE)
Menurut Brigham & Kapenski (1996) rasio ini menunjukan perbandingan
antara total hutang jangka panjang dengan total ekuitas dengan rumusan:
Long Term Debt Equty Ratio (LDE) =
3. Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Rahmawati dan Muid (2012) rasio ini menunjukan perbandingan
antara total liabilities dengan total equity dengan rumusan:
Debt to Equity Ratio (DER)
=
19
5. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menentukan berapa
besar bagian laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan akan ditahan
dalam perusahaan untuk selanjutnya di investasikan kembali. Besarnya dividen
biasanya berkisar antara nol sampai sebesar laba bersih tahun berjalan atau tahun
lalu. Baik waktu maupun besarnya dividen yang dibagikan ditentukan melalui
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Secara umum dividen dapat di artikan
sebagia bagian yang dibagikan oleh perusahaan kepada masing-masing
pemegang saham sebanding dengan jumlah lembar yang dimilikinya (Susanto
2011).
Dalam penentuan besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan pada
perusahaan yang sudah merencanakan dengan menetapkan target Dividend
Payout Ratio didasarkan atas perhitungan keuntungan yang diperoleh setelah
dikurangi pajak. Untuk dapat membayar dividen dapat dibuat suatu rencana
pembayarannya. Menurut John Lintner dalam Wijaya dan Wibawa (2010:15)
menjelaskan bahwa :
a. Perusahaan mempunyai target Dividend Payout Ratio jangka panjang.
b. Manajer memfokuskan pada tingkat perubahan dividen dari pada tingkat
absolut.
c. Perubahan dividen yang meningkat dalam jangka panjang, untuk menjaga
penghasilan.
Perubahan
penghasilan
yang
sementara
tidak
untuk
mempengaruhi Dividend Payout Ratio.
d. Manager bebas membuat perubahan dividen untuk keperluan cadangan.
20
Penentuan besarnya Dividend Payout Ratio akan menentukan besar
kecilnya laba yang ditahan. Setiap ada penambahan laba yang ditahan berarti ada
penambahan modal sendiri dalam perusahaan yang diperoleh dengan biaya
murah. Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan dividen yang akan
dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ada
beberapa macam teori tentang kebijakan dividen. Faktor penting yang
mempengaruhi kebijakan dividen adalah kesempatan investasi yang tersedia,
ketersediaan dan biaya modal alternatif, dan preferensi pemegang saham untuk
menerima pendapatan saat ini atau menerimanya di masa yang akan datang.
Menurut Brigham dan Houstan (2011;213), terdapat beberapa teori yang
dipergunakan sebagai landasan untuk membuat kebijakan dividen adanya tiga
teori besar dalam mempelajarin kebijkan dividen, yaitu :
1. Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan
maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller
(MM) yang menyatakan bahwa Nilai suatu perusahaan hanya bergantung pada
pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada keputusan untuk
membagi pendapatan tersebut dalam bentuk dividen atau menahannya dalam
bentuk laba ditahan.
2. Bird-in-the-hand theory, Dalam teori yang dikemukakan oleh
Modigliani dan Miller (MM) menyebut argumentasi Gordon dan Linther yang
salah karena, menurut pendapat MM, sebagian besar Investor berencana untuk
menginvestasikan kembali dividennya ke dalam saham perusahaan yang sama
21
atau serupa, dan, setiap saat, tingkat risiko arus kas perusahaan kepada investor
dalam jangka panjang akan di tentukan oleh tingkat risiko arus kas operasi, bukan
oleh kebijakan pembayaran dividen.
3. Tax preference theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para
investor lebih menyukai capital gains karena pajak atas capital gain baru akan
dibayarkan setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar
setiap tahun setelah pembayaran dividen. Jika investor hanya membeli saham
untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas capital
gain dan pajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan
setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividend yield
yang tinggi dari pada saham dengan dividend yield yang rendah.
Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut :
1. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu
benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus
dibagikan.
2. Jika perusahaan menganut bird-in-the-hand theory maka perusahaan harus
membagi seluruh EAT (Earning After Tax) dalam bentuk dividen.
3. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka
perusahaan harus menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain DPR=0%.
Kemampuan perusahaan untuk membagikan deviden kepada para pemegang
saham terbatas tidak sebesar jumlah laba yang ditahan saja, dimana dividend
22
irrelevance theory menyebutkan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak
relevan dalam mempengaruhi nilai perusahaan, dengan kata lain bahwa kebijakan
dividen suatu perusahaan tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang
saham. Nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan dan
risiko bisnis perusahaan. Dividen merupakan hak pemegang saham biasa
(common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika
perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua
pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen
untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen
untuk saham preferen.
Menurut Subekti (2000) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006) ada
beberapa rasio untuk menghitung keputusan pendanaan perusahaan yaitu :
1.
Dividend Payout Ratio/DPR
Dividend Payout Ratio (DPR), rasio ini menunjukan perbandingan antara
dividen per lembar saham dengan laba per lembar saham (Purnamasari, dkk
2009). DPR dihitung dengan persamaan :
DPR
=
Dimana :
a. Dividend per share /DPS adalah jumlah deviden yang dibayarkan
perusahaan kepada investor di tiap lembar saham yang dimiliki oleh
investor.
23
b. Earning per share /EPS adalah menunjukkan laba yang dihasilkan oleh
perusahaan dan dibagi dari jumlah lembar saham yang dikeluarkan oleh
perusahaan
2.
Dividend Yield Ratio
Dividend Yield Ratio adalah perbandingan antara dividen per lembar
saham dengan closing price Imam Subekti (2000) dalam Wahyudi dan Pawestri
(2006). Dividend Yield Ratio dihitung dengan persamaan :
Dividend Yield Ratio
=
6. Keputusan Investasi
Secara Umum, tujuan investor melakukan investasi adalah untuk
mendapatkan
keutungan
dimasa
depan.
Suatu
investasi
dikatakan
menguntungkan (profitable) kalau investasi tersebut bisa membuat pemodal
menjadi lebih kaya. Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan,
dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan
keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French,
1998).
Keputusan investasi dapat dikelompokkan kedalam investasi jangka
pendek seperti investasi kedalam kas, surat-surat berharga jangka pendek,
piutang, dan persediaan maupun investasi jangka panjang dalam bentuk tanah,
gedung, kendaraan, mesin, peralatan produksi, dan aktiva tetap lainnya.
24
Keputusan
investasi
yang
dibuat
perusahaan
dipengaruhi
oleh
kemampuan perusahaan menghasilkan kas yang dapat memenuhi kebutuhan
jangka panjang maupun jangka pendek atau yang disebut likuiditas perusahaan.
Perusahaan harus menjaga likuiditas agar tidak terganggu, sehingga tidak
menganggu kelancaran aktivitas perusahaan untuk melakukan investasi dan tidak
kehilangan kepercayaan diri dari pihak luar (Hidayat, 2010:462).
Pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan investasi
yang menghasilkan keuntungan. Jika terdapat kesempatan investasi yang
menguntungkan, maka manajer berusaha mengambil peluang-peluang tersebut
untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham karena semakin besar
kesempatan investasi yang menguntungkan maka investasi yang dilakukan akan
semakin besar. Keputusan investasi mencakup pengalokasian dana, baik dana
yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan pada berbagai
bentuk investasi. Gitman (2000) dan Brealy & Myers (2000) menyatakan bahwa
keputusan investasi sangat penting karena akan mempengaruhi keberhasilan
pencapaian tujuan perusahaan dan merupakan inti dari seluruh analisis keuangan.
Fama (1978) dalam Hidayat (2010:458) menyatakan bahwa nilai perusahaaan
semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat
diartikan bahwa keputusan investasi itu penting karena untuk mencapai tujuan
perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan.
Kesempatan investasi atau pilihan-pilihan pertumbuhan (growth option)
suatu perusahaan merupakan sesuatu yang melekat dan bersifat tidak dapat
diobservasi (inherently observable). Myers (1977) dalam Hidayat (2010:459)
25
memperkenalkan investment opportunity set (IOS) pada studi yang dilakukan
dalam hubungannya dengan keputusan investasi. IOS merupakan nilai investasi
perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang
ditetapkan oleh manajemen dimasa mendatang. Prospek perusahaan dapat
ditaksir dari investment opportunity set (IOS), yang didefinisikan sebagai
kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi
dimasa akan dating dengan net present value positif.
Menurut Hasnawati (2005), IOS merupakan nilai investasi perusahaan
yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang besarnya
tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan oleh manajemen
dimasa mendatang. Menurut Myers (1977) dalam Hasnawati (2005), IOS
memberi petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan tergantung pada
pengeluaran perusahaan dimasa mendatang. Jadi prospek perusahaan dapat
ditaksir dari Investment Opportunity Set (IOS). IOS didefinisikan sebagai
kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi
dimasa yang akan datang dengan net present value positif.
Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006) ada beberapa proksi IOS yang
dapat digunakan untuk menghitung keputusan investasi perusahaan yaitu :
1.
Book Value of Gross Property, Plant, and Equipment to the Value of the
Assets Ratio (PPE/BVA)
Rasio ini mengukur perbandingan antara nilai buku aktiva tetap dengan
nilai buku total aktiva, dengan rumusan :
26
PPE/BVA
2.
=
Market to Book Value of Equity Ratio ( MVE/BVE)
Rasio MVE/BVE mencerminkan bahwa pasar menilai return dari
investasi perusahaan dimasa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya
(Smith dan Watts, 1992) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006).
MVE/BVE
3.
=
Market Value to Book Value of Asset ratio (MVA/BVA)
Rasio ini menunjukan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi
melalui harga saham (Kallapur dan Trombley, 1999) dalam Wahyudi dan
Pawestri (2006).
MVA=
4.
[( Total Aset−Total Ekuitas)+ (Jumlah Saham Beredarx
Total Aset
)]
Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini menunjukan perbandingan antara closing price dengan laba per
lembar saham (earning per share) (Brigham, 1999:92) dalam Wahyudi dan
Pawestri (2006).
PER
5.
=
(
)
Capital Expenditure to Book Value of Asset (CPA/BVA)
Menurut temuan dari penelitian Hasnawati (2005) dalam Fenandar dan
Raharja (2012) proksi IOS berbasis investasi menunjukkan tingkat aktivitas yang
tinggi. Rumus yang dipakai adalah :
27
CAP/BVA
=
Dimana:
a. CPA / BVA = Ratio Capital Expenditure to Book Value of Asset
b. Pertumbuhan Aktiva = Total Aktiva Tahun X – Total Aktiva tahun X- 1
6.
Capital Addition to Assets Market Value ratio (CAP/MVA)
Menunjukan adanya aliran tambahan modal saham peusahaan melalui
tingkat level aktivitas investasi yang lebih tinggi. Rumusan yang dipakai adalah :
CAP
=
[(
) (
)]
7. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan dapat pula diartikan sebagai keputusan yang
menyangkut struktur keuangan perusahaan (financial structure). Struktur
keuangan perusahaan merupakan komposisi dari keputusan pendanaan yang
meliputi hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Setiap
perusahaan akan mengharapkan adanya struktur modal optimal, yaitu struktur
modal yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm) dan
meminimalkan biaya modal (cost of capital). Keputusan pendanaan ditinjau dari
jangka waktunya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu utang jangka pendek
(current liabilities) maupun utang jangka panjang (long term debt). Keputusan
jangka panjang akan membawa dampak pada struktul modal (capital struktur)
perusahaan. Struktur modal adalah perbandingan antara utang perusahaan dengan
modal sendiri (I Made Sudana,2011:3)
28
Sumber pendanaan dapat di peroleh dari dalam atau dari luar perusahaan,
Pecking Order Theory menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana
nanti para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan,
hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir (Ramlall, 2009:84). Teori
ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih murah
dibandingkan sumber dana eksternal. Penggunaan sumber dana eksternal melalui
hutang hanya akan digunakan jika kebutuhan investasi lebih tinggi dari sumber
dana internal.
Myers dalam Ningsih (2011:72) pecking order theory menyatakan bahwa:
a. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan).
b. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan
dengan berusaha menghindari pembayaran deviden secara drastis.
c. Kebijakan dividen yang relatif segan untuk dirubah, disertai dengan fluktuasi
profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga mengakibatkan
bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk
investasi meskipun pada kesempatan yang lain mungkin kurang. Apabila dana
hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi maka perusahaan akan mengurangi
saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki.
d. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan
akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu yaitu dimulai dari
penerbitan obligasi kemudian diikuti oleh sekuritas berkarakter opsi (obligasi
konversi), baru akhirnya penerbitan saham baru apabila masih belum mencukupi.
29
Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak
memperoleh sorotan dari publik akibat penerbitan saham baru (Kartika, 2009).
Sumber dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri
karena dua alasan yaitu pertimbangan biaya emisi, dimana biaya emisi obligasi
lebih murah dibandingkan biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena
penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Alasan kedua adalah
adanya kekhawatiran manajer bahwa penerbitan saham baru dapat ditafsirkan
sebagai kabar buruk oleh pemodal.
Menurut Brigham dan Houston (2001:39) dalam Hapsari (2010),
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan
keputusan pendanaan antara lain :
1.
Stabilitas penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman
memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2.
Struktur Aktiva
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit
cenderung lebih banyak menggunakan banyak hutang. Aktiva multiguna yang
dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik,
sedangkan aktiva yanga hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik
untuk dijadikan jaminan.
30
3.
Tingkat Pertumbuhan
Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan
modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya pengembangan untuk penjualan saham
biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang. Namun pada saat
yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi
ketidakpastian yan besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk
menggunakan hutang.
4.
Profitabilitas
Seringkali pengamatan menunjukan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi mengunakan hutang yang relatif kecil.
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara
internal.
5.
Sikap Manajemen
Karena tidak seorang pun dapat membuktikan bahwa keputusan
pendanaan yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi daripada keputusan
pendanaan lainnya, manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap
keputusan pendanaan yang tepat. Sejumlah manajemen cenderung lebih
konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga menggunakan jumlah hutang
yang lebih kecil daripada rata-rata perusahaan dalam industri yang bersangkutan,
sementara manajemen lain cenderung menggunakan banyak hutang dalam usaha
mengejar laba yang tinggi.
31
Menurut Brigham (1999) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006) ada
beberapa rasio untuk menghitung keputusan pendanaan perusahaan yaitu :
1.
Debt Asset Ratio/DAR
Debt Asset Ratio/DAR adalah perbandingan antara total hutang dan total
asset suatu perusahaan. DAR dihitung dengan persamaan :
DAR
2.
=
Debt Equity Ratio/DER
Debt Equity Ratio/DER menunjukkan seberapa besar perusahaan dibiayai
oleh kreditur. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi resiko yang dihadapi
perusahaan. DER yang tinggi menunjukan semakin besar pendanaan perusahaan
berasal dari pihak kreditur/hutang (Murtini, 2008). DER dihitung dengan
persamaan :
DER
=
32
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian
terdahulu
yang
digunakan
sebagai
bahan
perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO
Peneliti
Metode
Penelitian
Hasil penelitian
Pengaruh keputusan
investasi, keputusan
pendanaan, dan
kebijakan dividen
terhadap nilai
perusahaan
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi
berganda
Keputusan investasi,
keputusan pendanaan,
dan kebijakan dividen
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
2
Olatundun
Adelegan
(2011)
Effect of Taxes on
BusinessFinancing
Decisions and Firm Value
in Nigeria
Kebijakan dividen memiliki
hubungan posititif terhadap
nilai perusahaan.
3
Arie Afzal,
Abdul Rohman
(2012)
Pengaruh keputusan
investasi,keputusan
pendanaan, Dan kebijakan
deviden terhadap nilai
perusahaan
Penelitian ini
menggunakan
metode Ordinary
least square
(OLS) method
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi
berganda
1
4
5
Lihan Rini
Puspo Wijaya
dan Bandi Anas
Wibawa (2010)
Judul
Sri
Sofyaningsih,
Pancawati
Hardiningsih
(2011)
Struktur
kepemilikan, kebijakan
dividen, kebijakan
utang, terhadap
nilai perusahaan
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi
berganda
Sujoko,
Ugy Soebiantoro
(2007)
Pengaruh Struktur
Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Intern
Dan Faktor
Ekstern Terhadap Nilai
Perusahaan
Pengujian
hipotesis
menggunakan
analisis regresi
berganda
Keputusan investasi
dan keputusan
pendanaan
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan sedangkan
kebijakan dividen
berpengaruh negatif
terhadap nilai
perusahaan.
Ownershipis manajerial,
Ukuran perusahaan,
Pertumbuhan perusahaan,
Kinerja perusahaan
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan, sedangkan
Kepemilikan institusional,
Kebijakan Dividen,
Kebijakan Utang
berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan.
Kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh signifikan
terhadap nilai
perusahaan,Kepemilikan
institusional, tingkat suku
33
6
7
8
Silvia Lailiyah
Qodariyah
(2013)
Keputusan
Investasi,Pendanaan, dan
Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan
Pengujian
hipotesis
menggunakan
analisis regresi
berganda
Gany Ibrahim
Fenandar,
Surya Raharja
(2012)
Keputusan
Investasi,Pendanaan, dan
Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan
Pengujian
hipotesis
menggunakan
analisis regresi
berganda
Keputusan Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
kebijakan dividen :
pengaruhnya
terhadap nilai
perusahaan (studi
pada sector property
dan Real Estate di
Bursa Efek
Indonesia)
Penelitian ini
menggunakan
Analisi jalur
Yulia Efni,
Djumillah
Hadiwidjo,
Ubud Salim,
Mintarti Rahayu
(2012)
Sumber : Beberapa jurnal dan skripsi terdahulu
bunga, leverage
berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan.
Keadaan pasar modal,
pertumbuhan pasar,
profitabilitas,
pembayaran dividen, ukuran
perusahaan, pangsa pasar
relatif berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Secara parsial, hasil
penelitian ini menunjukkan
bahwa keputusan investasi,
keputusan pendanaan, dan
kebijakan dividen
berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
Keputusan Investasi
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Nilai
Perusahaan, Kebijakan
Dividen berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Nilai Perusahaan.
Sedangkan
Keputusan Pendanaan tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap Nilai
Perusahaan.
Penelitian ini
menemukan bahwa
penurunan resiko
perusahaan di
perusahaan perusahaan
sector properti dan real
estate mampu
meningkatkan nilai
perusahaan sebaliknya
peningkatan resiko
menyebabkan nilai
perusahaan turun
34
C. Rerangka Pemikiran dan Hipotesis
Untuk dapat memaksimalkan nilai perusahaan tersebut maka manajer
dihadapkan pada keputusan keuangan yang meliputi keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan keputusan yang menyangkut pembagian laba (Van
Horne, 2001). Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid,2012:25).
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam
penelitian ini adalah kebijakan hutang, kebijakan dividen, keputusan investasi,
dan keputusan pendanaan yang mempengaruhi nilai perusahaan.
Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian, maka gambar di atas
berikut ini adalah kerangka pemikiran yang menggambarkan permasalahan
penelitian.
1. Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
Penambahan utang akan meningkatkan tingkat risiko atas arus pendapatan
perusahaan, yang mana pendapatandipengaruhi faktor eksternal sedangkan utang
menimbulkan beban tetap tanpa mempedulikan besarnya pendapatan. Semakin
besar utang, semakin besar kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu
membayar kewajiban berupa bunga dan pokoknya. Risiko kebangkrutan akan
semakin tinggi karena bunga akan meningkat lebih tinggi daripada penghematan
35
pajak. Namun demikian peningkatan hutang juga akan menimbulkan
peningkatan risiko kebangkrutan bila tidak diimbangi dengan penggunaan hutang
yang tidak berhati-hati. Penelitian yang dilakukan oleh Sujoko dan Soebiantoro
(2007), serta Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) memberikan hasil dimana
kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Ha1 : Kebijakan hutang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham
apabila perusahaan memiliki kas yang benar-benar bebas, yang dapat dibagikan
kepada pemilik saham sebagai dividen. Semakin tinggi nilai kesehatan suatu
perusahaan akan memberikan keyakinan kepada pemegang saham untuk
memperoleh pendapatan (dividen atau capital gain) di masa yang akan datang.
Wijaya dan Wibawa (2010), Fenandar (2012), serta Adelegan (2011) telah
meneliti hubungan kebijakan dividen berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Ha2 : Kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan
Keputusan investasi adalah kombinasi antara nilai aktiva riil dengan
pilihan investasi di masa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan adalah
faktor yang diharapkan oleh investor sehingga perusahaan tersebut dapat
memberikan imbal hasil yang diharapkan. Pertumbuhan perusahaan yang selalu
meningkat dan bertambahnya nilai aset diharapkan dapat mendorong ekspektasi
36
bagi investor karena kesempatan investasi dengan keuntungan yang diharapkan
dapat tercapai.
Teori yang mendasari keputusan investasi adalah signaling theory. Teori
tersebut menyatakan bahwa pengeluaran investasi memberikan sinyal positif
terhadap pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga
meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan. Teori ini
menunjukkan bahwa pengeluaran investasi yang dilakukan oleh perusahaan
memberikan sinyal, khususnya kepada investor maupun kreditur bahwa
perusahaan tersebut akan tumbuh di masa mendatang. Penelitian yang dilakukan
oleh Afzal dan Rohman (2012), Wijaya dan Wibawa (2010), serta Fenandar dan
Raharja (2012) menemukan bukti bahwa keputusan investasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Ha3 : Keputusan Investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
4. Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan
Keputusan yang menyangkut investasi akan menentukan sumber dan
bentuk dana untuk pembiayaannya. Sumber pembiayaan yang berasal dari utang
dapat berasal dari utang jangka pendek (current liabilities) maupun utang jangka
panjang (long term debt) dan modal saham perusahaan yang terdiri dari saham
preferen (preferred stock) dan saham biasa (common stock).
Menurut Brigham dan Houston (2011), peningkatan hutang diartikan
oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
dimasa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan
direspon positif oleh pasar. Masulis (1980) dalam Wijaya dan Bandi (2010)
37
melakukan penelitian dalam kaitannya dengan relevansi keputusan pendanaan,
menemukan bahwa terdapat kenaikan abnormal return sehari sebelum dan
sesudah peningkatan proporsi hutang, sebaliknya terdapat penurunan abnormal
returns pada saat penurunan proporsi hutang. Penelitian yang dilakukan oleh
Afzal dan Rohman (2012), Wijaya dan Wibawa (2010), serta Qodariyah (2013)
menemukan bukti bahwa keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Ha4 : Keputusan pendanaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
D. Model Konseptual
Model konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen
Kebijakan Hutang
(DER)
Kebijakan Dividen
(DPR)
Variabel Dependen
Ha1
Ha2
Ha3
Keputusan Investasi
(CPA)
Ha4
Keputusan Pendanaan
(DRA)
Gambar 2.1
Model Konseptual
Nilai Perusahaan
(PBV)
Download