BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalsium merupakan unsur penting untuk kekuatan tulang dan gigi dan terdapat banyak pada sayuran berdaun hijau atau kacang-kacangan. Mengonsumsi vitamin D juga akan sangat membantu dalam penyerapan kalsium. Sedangkan untuk pemenuhan vitamin dan mineral, sangat mudah untuk dipenuhi oleh makanan yang berasal dari sayuran dan buah-buahan. Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain bagi metabolisme tubuh, penghubung antar syaraf, kerja jantung, dan pergerakan otot. Kekurangan kalsium biasanya dihubungkan dengan berbagai macam penyakit tulang salah satunya osteomalasia. Osteomalasia merupakan gangguan pembentukan tulang sehingga tulang lembek dan melunak. Orang yang terkena biasanya mempunyai cirri-ciri kaki bengkok, tulang punggung memendek dan tulang pinggul pipih. Gangguan ini disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium dan vit.D3 serta kurangnya berjemur di sinar matahari. Pertumbuhan tulang normal dan proses mineralisasi membutuhkan vitamin D, kalsium dan fosfor yang adekuat. Definisi yang lama dari berbagai hal di atas mengakibatkan akumulasi matriks tulang yang tidak di mineralisasikan. Penurunan mineralisasi pada pasien muda menyebabkan riketsia karena kerusakan dari pertumbuhan lempeng epifise. Kekuatan tulang menurun, yang menyebabkan deformitas struktural pada tulang penyangga berat badan. Pada orang tua dimana epifise telah menutup dan hanya tulang yang terkena, gangguan mineralisasi tersebut disebut osteomalasia. Osteoid secara normal memineralisasi dalam 5 – 10 hari, namun pada pasien dengan osteomalasia interval bisa terjadi selama 3 bulan. Penyebab riketsia/ osteomalasia meliputi kurangnya vitamin D atau fosfor, penggunaan susu formula yang mengandung kurang dari 20 mg kalsium/ dL, nutrisi total parenteral dengan larutan tanpa kalsium dan vitamin D yang adekuat, dan diet tinggi phytate yang mengikat kalsium dalam usus. Hipovitaminosis D 1 disebabkan oleh defisiensi diet kronik; penurunan sintesis disebabkan oleh paparan sinar matahari yang kurang; menurunnya absorpsi vitamin D karena penyakit bilier, pankreatitis, penyakit mukosa usus kecil proksimal, gastrektomi atau resin pengikat asam empedu; meningkatnya ekskresi vitamin D pada pasien dengan sindrom nefrotik dan meningkatkan katabolisme vitamin D akibat medikasi seperti fenitoin, barbiturat dan rifampisin. Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia berisiko menderita kerapuhan tulang. Dari jumlah kejadian diatas dan kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah “ Asuhan Keperawatan osteomalasia. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa saja anatomi fisiologi tulang? 1.2.2 Apa yang dimaksud dengan osteomalasia? 1.2.3 Apa saja etiologi dari osteomalasia? 1.2.4 Bagaimana patofisiologi osteomalasia? 1.2.5 Bagaimana WOC dari osteomalasia? 1.2.6 Apa saja manifestasi klinis dari osteomalasia? 1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang pada osteomalasia? 1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan osteomalasia? 1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien osteomalasia? 1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui anatomi fisiologi tulang 1.3.2 Untuk mengetahui definisi osteomalasia 1.3.3 Untuk mengetahui etiologi osteomalasia 1.3.4 Untuk mengetahui patofisioligi osteomalasia 1.3.5 Untuk mngetahui WOC osteomalasia 1.3.6 Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomalasia 1.3.7 Untuk mengetahui pemeriksaan fisik osteomalasia 2 1.3.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomalasia 1.3.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien osteomalasia 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Fisiologi Tulang Gambar. Anatomi kerangka Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan.Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan ikat.Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. A. Tulang Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan 4 elastis. Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu axial skeleton dan appendicular skeleton. a) Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah : 1. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh 2. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat padanya. 3. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain 4. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu. b) Struktur tulang Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi : 1. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas 2. Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan 3. Tulang pipih pada tengkorak dan iga, tulang rusuk (costae), tulang belikat (scapula), tulang dada (sternum) 4. Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah, dan rahang. Gambar. Struktur Pulang Panjang 5 Gambar. Macam macam Tulang Gambar. Struktur Tulang Panjang 6 Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat, sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge.Bagian tulang paling ujung dari tulang panjang dikenal sebagai epiphyse yang berbatasan dengan metaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal sebagai diaphysisyang berbentuk silindris. Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system havers, suatu jaringan saluran yang kompleks yang mengandung pembuluh-pembuluh darah mikroskopis yang mensuplai nutrient dan oksigen ke tulang, lacuna, dan ruang-ruang kecil dimanaosteosit berada. Jaringan lunak di dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang : sumsum tulang merah dan kuning. Sumsum tulang merah berfungsi dalam hal hematopoesis, sementara sumsum kuning mengandung sel lemak yang dapat dimobilisasi dan masuk ke aliran darah.Osteogenic cells yang kemudian berdiferensiasi ke osteoblast (sel pembentuk tulang) danosteoclast (sel penghancur tulang) ditemukan pada lapisan terdalam dari periosteum.Periosteum adalah lembar jaringan fibrosa dan terdiri atas banyak pembuluh darah. Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan vaskuler dengan total aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri penyuplai darah yang membawa nutrient masuk didekat pertengahan tulang, kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh-pembuluh darah mikroskopis.Pembuluh darah ini mensuplaicortex, marrow, dan system haverst. B. Regenerasi Tulang dan Pertumbuhan Tulang Proses regenerasi tulang adalah proses penyembuhan tulang. Adapun tahap – tahapnya adalah sebagai berikut : 7 pada a. Inflamasi : Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar) yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan, dan nyeri. b. Proliferasi sel : Hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endostel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar. c. Pembentukan kalus : Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. d. Osifikasi ( penulangan kalus ) : Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu setelah patah tulang melalui proses penulangan endokondral. e. Remodelling : Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodelling memerlukan waktu berbulan-bulan samapai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus , stress fungsional pada tulang. Tulang menjalankan merupakan tugasnya, jaringan yang dinamis. Dalam tulang akan selalu mengalami proses perusakan dan pembentukan kembali (proses remodeling). Agar berfungsi dengan baik, tulang harus memperoleh nutrisi dan latihan fisik yang cukup. Tulang, selanjutnya akan mengalami proses 8 pembentukan (formation) dan perombakan/penyerapan (resorption) yang berlangsung secara terus-menerus. Pembentukan ditentukan oleh aktivitas osteoblas dan proses mineralisasi, sedangkan perombakan ditentukan oleh aktivitas osteoklas. Tahap awal produksi tulang adalah sekresi molekul kolagen yang disebut monomer kolagen dan substansi dasar (terutama proteoglikan) oleh osteoblas. Monomer kolagen berpolimerisasi dengan cepat untuk membentuk serat kolagen ; jaringan yang dihasilkannya yaitu osteoid. Sewaktu osteoid dibentuk sejumlah osteoblas terperangkap dalam osteoid dan menjadi inaktif. Pada tahap ini, osteoblas disebut osteosit. Beberapa hari setelah osteoid dibentuk, garam kalsium mulai mengalami presipitasi pada permukaan serat kolagen, kemudian dengan cepat bermultiplikasi menjadi kristal hidroksiapatit (CaHPO4). Proses ini disebut dengan mineralisasi, dimana dihasilkan hidroksiapatit yang menyusun 95% mineral tulang yang komponen terbesarnya adalah kalsium (Guyton, 2000 ; Yuliati, 2007). Massa tulang terbentuk dari masa bayi sampai mencapai puncaknya sewaktu usia dewasa, hal ini ditentukan oleh faktor genetik, nutrisi, kegiatan fisik, dan penyakit. Semakin tinggi nilai massa tulang ini dicapai akan semakin baik, setelah puncak massa tulang dicapai pada usia 20-30 tahun, maka kurva akan mendatar dan kemudian sekitar usia 40 tahun kurva mulai menurun dengan kecepatan (laju) penurunan sekitar ±1% per tahun (Morawati, 2009 ; Gafni , 2007). Pembentukan dan perombakan tulang yang terjadi secara kontinu, disebut dengan proses remodeling. Remodeling bertujuan untuk : 1) menjaga tulang agar dapat digunakan untuk keperluan mekanis dengan keefektifan maksimum. Tulang akan menyesuaikan kekuatannya agar sebanding dengan derajat tekanan yang diterimanya, sehingga tulang akan menebal jika menerima beban berat, 2) membantu mempertahankan kadar kalsium plasma, dan 3) 9 melakukan proses degenerasi dimana tulang yang tua (sudah lemah dan rapuh) akan digantikan dengan tulang yang baru yang lebih kuat (Bouassida et al., 2006 ; Corwin, 2008 ; Guyton, 2000). Proses remodeling ini melalui 2 tahap, yaitu tahap pembentukan tulang dan tahap pengerusakan tulang. Proses pembentukan tulang dilakukan oleh osteoblas sebagai sel utama penghasil matriks tulang. Osteoblas merupakan salah satu jenis hasil diferensiasi sel mesenkim yang sangat penting dalam proses osifikasi. Osteoblas dijumpai pada permukaan luar tulang dan di rongga-rongga tulang. Sebagai sel, osteoblas dapat memproduksi substansi organik intraseluler atau yang disebut matriks. Apabila kalsifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut tulang, tetapi apabila jaringan tidak mengandung kalsium (tidak terjadi kalsifikasi) maka disebut osteoid. Osteoblas berperan dalam sintesis kolagen untuk membentuk matriks tulang juga mengatur konsentrasi ion kalsium melalui pelepasan kalsium dari pada matriks tulang intraseluler (Corwin, 2008; Rasjad, 2007). Osteoklas merupakan sel fagositik besar yang berinti banyak (50 inti) yang melakukan proses resorbsi atau penyerapan tulang secara kontinu. Osteoklas pada keadaan normal bekerja aktif di daerah permukaan tulang. Osteoklas mengeluarkan tonjolannya yang menyerupai vili kearah tulang, yang membentuk suatu permukaan bergelombang yang berdekatan dengan tulang. Vili mengsekresikan zat (1) enzim proteolitik, yang dilepaskan dari lisosom dan (2) asam laktat dan asam sitrat yang dilepaskan dari mitokondria dan vesikel sekretoris. Enzim proteolitik tersebutlah yang akan memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga mineral tulang seperti kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah (Guyton, 2000; Carter., 1992). Terjadinya peningkatan atau kehilangan massa tulang bergantung kepada keseimbangan kedua proses tersebut. Hormon sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tulang, diantaranya 10 adalah hormon estrogen, testosteron, dan hormon pertumbuhan yang akan meningkatkan aktifitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat selama masa pubertas (masa pertumbuhan) dimana kadar hormon pada masa tersebut melonjak. Oleh karena itu diharapkan pertumbuhan tulang dapat terjadi dengan baik selama masa pertumbuhan. Apabila usia telah lanjut dan telah terjadi menopause maka kadar hormon estrogen turun, hormon pertumbuhan juga berkurang sehingga aktifitas osteoblas menjadi berkurang, yang mengakibatkan pembentukan tulang berkurang (Guyton, 2000 ; Miles, 2004 ; Corwin, 2008). C. Lokasi dan Fungsi 4 Macam Sel – Sel Tulang a. Osteoblas : Dari Bahasa Yunani yang merujuk kepada "tulang" dan "janin" atau embrio . Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal. tampak basofil ribonukleoprotein karena yang banyak menandakan aktif Sitoplasma mengandung mensintesis protein. Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa selsel tersebut memang aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya lisosom. Osteoblast yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolantonjolan pendek b. Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan- tonjolannya dalam canaliculi. 11 Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung osteosit yang berdekatan saling berhubungan tonjolan dari melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion- ion di antar osteosit yang berdekatan. Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas. Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada tulang. c. Osteoklas : merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic. Pada proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis 12 darah jangka panjang.Osteoklas merupakan sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit makrofag. d. Sel osteoprogenitor merupakan osteoblast sel mesenchimal selama primitive pertumbuhan tulang yang dan menghasilkan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang. Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan yang kaku dan luar tulang kompak padat. Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain : Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi. Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran. D. Kalsium dalam Tubuh Kalsium memiliki berbagai fungsi penting dalam fisiologi tubuh. Fungsi kalsium antara lain merupakan pembentuk utama tulang dan gigi, berfungsi untuk integritas sistem saraf dan otot, serta mempengaruhi aktifitas sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin (Sukandar et al., 2008). Kalsium masuk ke dalam tubuh melalui saluran gastrointestinal, dan diabsorpsi terutama dalam usus halus bagian atas dengan difusi pasif dan transport aktif. Agar dapat diabsorpsi dengan baik oleh tubuh, kalsium hendaklah dalam bentuk larutan dan terioonisasi (Sukandar et al., 2008). 13 Kalsium didistribusi dengan cepat ke jaringan skeletal. Kalsium serum normal berkisar antara 9-10,4 mg/dL (Sukandar et al., 2008). Ekskresi kalsium melalui urine, keringat, dan terutama melalui fases. Ekskresi melalui urine tidak melebihi 150 mg/hari. Ekskresi melalui urine menurun dengan bertambahnya usia (Nordin, 1997 ; Sukandar et al., 2008). a. Peran Kalsium dalam Tulang Kalsium dalam tulang disimpan dalam bentuk kristal hidroksiapatit (CaHPO4). Jumlah kalsium pada masa dewasa normal berkisar 1000-1200 g dan kira-kira 99% diantaranya berada dalam tulang. Sebagian kalsium yang terionisasi berada dalam bentuk ikatan dengan anion, terutama fosfat anorganik dan sitrat. Kalsium dalam tulang terdapat dalam dua bentuk, sebagian kecil dalam bentuk cadangan yang labil dan mudah diganti, dan sebagian besar merupakan cadangan yang stabil (Suherman, 2007). Pada saat kanak-kanak hingga usia 20 tahun, seharusnya dijaga agar kandungan kalsium dalam tulang tinggi. Karena, pada saat tersebut tulang sedang pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Setelah itu,massa tulang akan menurun secara alamiah. Kecepatan perusakan tulang tidak lagi dibarengi dengan kecepatan untuk memperbaiki diri. Sehingga apabila pada usia muda kandungan kalsium dalam tulang tidak dipertahankan, maka pada masa yang akan datang kemungkinan dapat terjadi pengeroposan tulang. Latihan fisik dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium dalam plasma, sehingga tulang tidak perlu melepas ion kalsium dan konsentrasi dipertahankan ion kalsium tinggi dalam dan tulang massa terjaga (Suherman, 2007 ; Bouassida et al., 2006). b. Pengaruh kalsium terhadap kualitas tulang 14 dapat tetap tulang tetap Tulang rangka tubuh terdiri dari 99% kalsium yang tersimpan dalam bentuk hydroksiapatit (garam kristalin), yang rumus kimianya Ca10(PO4)6(OH)2. Kebutuhan kalsium maksimal terjadi selama puncak masa pertumbuhan cepat, yaitu pada masa remaja, yang mencapai 1300 mg/hari. Asupan kalsium sangat vital pada masa ini, agar diperoleh mineralisasi tulang yang cukup (Peterson, 2005). Apabila kandungan kalsium berkurang, maka kekuatan tulang akan menurun karena tulang akan kehilangan struktur pembentuk utamanya. Konsumsi kalsium oleh anak perempuan usia pertumbuhan dan wanita dewasa harus mendekati atau melebihi asupan yang dianjurkan, sehingga puncak massa tulang dapat dicapai dan terpelihara sampai masa menopause (Anderson, 1996 ; Yuliati et al., 2007 ; Deborah, 2007). Kalsium merupakan terjadinya osteoporosis. elemen kunci untuk mencegah Ion kalsium dan fosfor merupakan molekul organik yang membentuk tulang dan gigi. Tulang menyimpan kalsium untuk membantu memelihara konsentrasi ion kalsium dalam plasma, ketika ion kalsium berkurang dalam plasma oleh karena asupan ion kalsium yang tidak cukup. Jika asupan kalsium kurang dalam jangka waktu lama maka akan dapat terjadi kehilangan massa tulang yang akhirnya akan mengakibatkan terjadinya osteoporosis pada saat menopouse dan tulang akan mudah mengalami fraktur (Peterson, 2005). Tulang rangka tubuh terdiri dari 99% kalsium yang tersimpan dalam bentuk hydroksiapatit. Fungsi utama kalsium adalah untuk membentuk struktur dari tulang dan gigi. Sisanya ditemukan pada sel dan jaringan lunak sebesar 0,9% dan di dalam pembuluh darah serta cairan ekstraseluler 0,1%. Perolehan asupan jumlah kalsium yang cukup akan membantu peningkatan metabolisme tulang dan memperbaiki keadaan tulang secara keseluruhan (Anderson, 1996 ; Yuliati et al, 2007). 15 c. Pengaruh suplemen kalsium terhadap massa tulang Pemberian suplemen kalsium ditujukan pada individuindividu yang tidak dapat mengkonsumsi kalsium sesuai dengan yang dianjurkan,misalnya pada individu dengan osteopenia atau osteoporosis, wanita yang perimenopouse dan postmenopouse, ibu yang menyusui lebih dari satu bayi, vegetarian, dan individu yang pada usia pertumbuhan kurang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalsium seperti, keju, susu, dan sayuran hijau dalam asupannya sehari-hari (Deborah et al., 2007). Suplemen kalsium telah diketahui memberikan manfaat untuk kesehatan tulang pada anak-anak, dewasa muda, dan wanita yang telah menopouse. Puncak pembentukan massa tulang hanya akan terjadi sampai usia 20 tahun, dan sebagian besar kalsium yang terdapat didalam tulang sepanjang hidup seseorang akan disimpan sebelum berusia 20 tahun juga. Defisiensi ion kalsium selama masa kanak-kanak. akan menghasilkan tulang yang kurang padat pada masa selanjutnya. Sehingga diperlukan jumlah asupan kalsium yang cukup selama masa pertumbuhan atau sebelum berusia 20 tahun. Tetapi sayangnya banyak individu yang tidak mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup. Menurut penelitian di Amerika Serikat ternyata pada semua lapisan umur konsumsi kalsium tidak mencapai jumlah asupan yang dianjurkan oleh Institute of Medicine (IOM), Washington,USA (Peterson, 2005; Corwin, 2008). Asupan kalsium yang dianjurkan oleh IOM, USA tertera dalam Tabel 1. Tabel 1. Asupan kalsium yang dianjurkan IOM,USA (Deborah et al.,2007). Umur (tahun) Asupan yg tepat (mg/hari) Batas atas asupan (mg/hari) 1-3 500 2500 4-8 800 2500 16 9-13 1300 2500 14-18 1300 2500 19-30 1000 2500 Sebagaimana disebutkan dimuka, kalsium adalah mineral penyusun terbesar hidroksiapatit. Pembentukan hidroksiapatit pada proses mineralisasi dimulai dari terbentuknya osteosit oleh osteoblas. Osteoblas mempunyai kemampuan mengikat mineral tulang. Osteosit kemudian mengalami kalsifikasi yaitu, proses deposisi mineral seperti ; kalsium, fosfat, dan ion hidroksi. Pemberian tambahan kalsium kepada individu yang kurang asupan kalsium akan dapat meningkatkan konsentrasi kalsium ekstraseluler. Peningkatan tersebut akan memicu mobilisasi dan proliferasi osteoblas sehingga akan dapat meningkatkan sintesa matriks tulang dan terjadinya keseimbangan kalsium (Yuliati, 2007). Ketidaksesuaian asupan kalsium sejak dini dapat menyebabkan massa tulang yang rendah. Kalsium banyak terdapat dalam beberapa jenis makanan seperti susu, yoghurt, dan keju, juga banyak terdapat dalam sayursayuran seperti brokoli, buncis, dan sayur hijau seperti kangkung, bayam, dll, tetapi kalsium tidak sepenuhnya dapat diabsorpsi dari sayur tersebut sehingga sulit untuk mendapatkan jumlah kalsium yang cukup. Alasan lain, mengapa seseorang tidak dapat mengkonsumsi kalsium secara cukup diantaranya adalah karena tidak menyukai rasa dari produk-produk yang banyak mengandung kalsium seperti susu,keju, yougurt. Ketika asupan kalsium dari makanan sehari-hari tidak sesuai, maka diperlukan tambahan kalsium yang berasal dari luar tubuh yaitu dalam bentuk suplemen kalsium, sehingga jumlah kebutuhan kalsium setiap harinya dapat mencukupi, dan penurunan massa tulang dapat dicegah (Peterson, 2005; Deborah et al, 2007). 17 Suplemen kalsium yang biasa dikonsumsi adalah dalam bentuk kalsium karbonat, kalsium sitrat, dan kalsium sitrat malate (CCM). Suplemen yang paling sering digunakan adalah kalsium karbonat, tetapi bentuk ini tidak optimal diabsorpsi tubuh. Kalsium sitrat lebih baik absorpsinya, namun juga tidak sempurna diabsorpsi tubuh. Kalsium sitrat malate (CCM) memiliki bioavailability yang lebih tinggi (tersedia lebih tinggi secara biologi) sehingga labih sempurna diserap tubuh, mudah dicerna, mengakibatkan kurang konstipasi dan lebih sedikit gas dibandingkan dengan suplemen lain. Suplemen kalsium tersedia dalam bentuk kapsul, tablet, tablet kunyah, bubuk, dan liquid. Dalam mengkonsumsi kalsium yang perlu diperhatikan adalah bioavailability, ukuran tablet, dosis kalsium dalam satu tablet, bentuk kalsium, dan harganya (Peterson, 2005). 2.2 Definisi Osteomalasia Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang, (kondisi serupa pada anak dinamakan rikets). Pada orang dewasa osteomalasia bersifat kronik, dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletal telah selesai. Pada pasien ini, sejumlah besar osteoid atau remodeling tulang baru tidak mengalami kalsifikasi. Diperkirakan bahwa defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat klasifikasi tulang. Sebagai akibat kegagalan mineralisasi, terjadilah perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh, menyebabkan nyeri, nyeri tekan, pelengkungan tulang, dan patah tulang patologik. 18 Gb. Perbedaan Struktur tulang normal dengan ostemalasia Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). ( Smeltzer. 2001: 2339 ) Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis. Osteomalasia adalah mineralisasi tulang yang perubahan disebabkan patologik berkurangnya berupa kadar hilangnya kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang. 19 Gangguan pembentukan tulang sehingga tulang lembek dan melunak. Orang yang terkena biasanya mempunyai cirri-ciri kaki bengkok, tulang punggung memendek dan tulang pinggul pipih. Gangguan ini disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium dan vit.D3 serta kurangnya berjemur di sinar matahari. 2.3 Etiologi A. Primer Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik. a. Penyebab utama osteomalasia terutama pada orang dewasa ialah : a) Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum. b) Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati. c) Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik B. Resiko a. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi. b. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Dan Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya 20 fosfat (acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik. c. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap penyakit ini. d. Gangguan malabsorbsi e. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum. f. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati 2.4 Patofisiologi Ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme mineral. Factor risiko terjadi osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet, malabsorpsi, gastrektomi, gagal ginjal kronik, terapi antikonvulsan, berkepanjangan (fenitoin, fenobarbital), dan kekurangan vitamin D (diet, sinar matahari). Tipe malnutrisi (kekurangan vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek) terutama akibat kemiskinan, tapi mematang makanan dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu factor. Paling sering terjadi di bagian dunia di mana vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan dan di mana terjadi kekurangan dalam diet dan jauh dari sinar matahari. Oestemalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan obsorpsi kalsium atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Kelainan gasrtrointestinal di mana obsurpsi lemak tidak memadai sering menimbulkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D (bersama dengan vitamin yang larut lemak lainnya) dan kalsium, kalsium dieksresikan melalui feses dalam kombinasi dengan asam lemak. Kelainan ini meliputi penyakit seliak, obtruksi traktus biliaris kronik, pancreatitis kronik, dan reseksi usus halus. 21 Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan untuk menetralkan asidosis, dan hormone paratiroid terus menyebabkan pelepasan balikan pH fisiologis. Selama pelepasan kalsium skelet terus menerus ini, terjadi fibrosis tulang dan kista tulang. Glomerulonefritis kronik, uropati obtruksi, dan keracunan logam berat mengakibatkan berkurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang. Selain itu, penyakit hati dan ginjal dapat mengakibatkan kekurangan vitamin D, karena keduanya meruopakan organ yang melakukan konversi vitamin D ke bentuk aktif. Akhirnya, hiperparatiroidisme mengakibatkan deklasifikasi skelet, dan artinya osteomalasia, dengan peningkatan ekresi fosfat dalam urine. Pertimbangan Gerontologik. Diet yang bergizi tinggi sangat penting terutama pada lansia. Dianjurkan peningkatan asupan kalsium dan vitamin D. karena sinar matahari penting, lansia harus didorong untuk banyak berjemur di bawah sinar matahari. Pencegahan, indentifikasi, dan penanganan osteomalasia pada lansia sangat penting untuk menurunkan insidensi fraktur. Bila osteomalasia terjadi bersama dengan osteoporosis, maka insidensi fraktur akan semakin meningkat. 22 2.5 WOC 23 24 2.6 Manifestasi Klinis Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteomalasia adalah nyeri tulang dan nyeri tekan tulang. Sabagai akibat kekurangan kalsium, biasanya terjadi kelemahan otot. Pasien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang. Pada penyakit yang telah lanjut, tungkai menjadi melengkung (karena berat tubuh dan tarikan otot). Vetebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengakibatkan pemendekan tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis). Sacrum terdorong ke bawah dan ke depan, dan pelvis tertekan ke lateral. Kedua deformitas tersebut menerangkan bentuk khas pelvis yang sering mengakibatkan perlunya dilakukan seksio sesaria pada wanita hamil yang terkena penyakit ini. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur. Pasien dengan riketsia mengalami hipotonia, kelemahan dan pada kasus berat bisa terjadi tetani. Sambungan kostrokondral menonjol, suatu deformitas yang disebut dengan rachitic rosary. Tulang – tulang panjang menjadi bengkok terutama di kaki serta kifosis di punggung dapat menyebabkan gaya berjalan yang bergoyang – goyang/ waddling gait, bahkan fraktur bisa terjadi. Tengkorak menunjukkan kepala frontal dan mendatarnya tulang parietal. Radiografi pasien dengan riketsia menunjukkan demineralisasi umum dengan penipisan permukaan kortikal dari tulang – tulang panjang; pelebaran, penegangan, dan melengkungnya ujung distal tulang dan hilangnya zona kalsifikasi kartilago sementara. Manifestasi klinis dari osteomalasia menyerupai gangguan rematik, meliputi nyeri tulang, mudah lelah, kelemahan proksimal, dan pelunakan periartikuler. Simpton ini membaik dengan terapi untuk mengoreksi gangguan mineralisasi. Beberapa pasien dengan osteomalasia menunjukkan garis radiolusen kortikal tipis (stress fracture) yang tegak lurus dengan tulang, seringkali simetris dan pasien lain memiliki fraktur lama pada kosta yang multipel dengan pembentukan kalus yang buruk. 25 Gambaran laboratorium dari osteomalasia akibat defisiensi vitamin D adalah kadar kalsium serum rendah atau normal, hipofosfatemia, meningkatnya kadar alkalin fosfatase, kadar osteokalsin serum normal, meningkatnya kadar hormon paratiroid serum (jika hipokalsemia ada) dan rendahnya kadar 1,25 dihidroksi vitamin D (1,25- D) di dalam serum. Pada osteomalasia akibat defisiensi kalsium ekskresi kalsium urin menurun, kadar hormon paratiroid meningkat, kadar 1,25 D normal dan kadar fosfor serum bisa rendah atau normal. Osteomalasia akibat hipofasfatemia biasanya terjadi akibat hiperfosfaturia, dimana didapatkan kadar osteokalsin, hormon paratiroid dan hidroksi vitamin D (25-OH vitamin D) adalah normal; kadar alkalin fosfatase biasanya meningkat, kadar fosfor serum dan 1,25 vitamin D adalah rendah dan ekskresi fosfor urin sangat tinggi. Pasien dengan asidosis tubular renal tipe II memiliki gangguan reabsorpsi bikarbonat dan bermanifestasi asidosis hipokalemia hiperkloremia dengan hipofosfatemia yang disebabkan oleh bertambahnya fosfaturia. Rendahnya kadar 1,25 , vitamin D pada beberapa pasien menjadi konsekuensi dari abnormalitas metabolisme tubular proksimal. Pasien dengan asidosis tubular renal dan sindrom fanconi juga mengekspresikan banyak kalsium, magnesium, kalium, asam urat, glukosa, asam amino, dan sitrat. Osteomalasia akibat penggunaan aluminium pada pasien dengan gagal ginjal kronik saat ini sudah jarang terjadi karena pembatasan penggunaan pengikat fosfat yang mengandung aluminium untuk mengendalikan hiperfosfatemia dan perbaikan metode untuk mempersiapkan larutan dialisat. Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah : 1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyunghuyung atau cara berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha 26 Gb. Osteomalasia 2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis). 3. Penurunan berat badan 4. Anoreksia Pada anak – anak 1. Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian dada. 2. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit 3. Sakit pada seluruh tulang tubuhnya 4. Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif. 5. Merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri. 6. Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang seperti tulang lengan atau tulang kaki 27 2.7 Pemeriksaan Penunjang Pada foto X-ray jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium memperlihatkan kadar kalsium fosfor yang rendah dan peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Kalsium urine dan ekskresi kreatinin rendah. Sementara pada biopsi tulang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid. Gb. Hasil pemeriksaan X-ray 2.8 Penatalaksanaan Penyebab dasar osteomalasia harus dikoreksi bila mungkin. Bila osteomalasia akibat kesalahn diet, maka perlu di berikan diet kaya protein dan kalsiun dan vitamin D tinggi. Suplemen vitamin D harus diresepkan. Vitramin D akan meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfor dalam cairan ekstrasel dan maka tersedia ion kalsium dan fosfor untuk mineralisasi tulang. Bayi membutuhkan 400 UI vitamin D per oral per hari untuk mencegah riketsia. Satu liter susu formula bayi standar mengandung 400 UI vitamin . Air susu ibu (ASI) merupakan sumber vitamin D dan kalsium yang baik, namun bisa tidak adekuat untuk mencegah osteoporosis dan hiperparatiroid sekunder terutama jika produksi asi tidak cukup. Dinyatakan bahwa kadar 25-OH vitamin D untuk kesehatan tulang adalah minimal 80 28 nmol/Ldiet dengan kandungan vitamin D 5 ug perhari (200 IU) tidak adekuat untuk mencegah osteoporosis dan hiperparatiroid sekunder. Bila osteomalasia diakibatkan oleh malabsorpsi penambahan dosis vitamin D selain suplemen kalsium biasanya diresepkan. Pemajanan sinar matahari sebagai radiasi ultraviolet untuk mentransformasi bahan kolesterol (7dehidrokolesterol) yang tersedia di kulit menjadi vitamin D perlu dianjurkan. Sering masalah skelet yang berhubunhan dengan osteomalasia sembuh sendiri bila kekurangan nutrisi atau proses patologis yang mendasari telah ditangani secara adekuat. Pemantauan jangka panjang pasien diperlukan untuk meyakinkan stabilisasi atau kekambuhan osteomalasia. Berbagai deformitas ortopedik persisten mungkin perlu ditangani dengan brace atau pembedahan (dapat dilakukan osteotomi untuk mengoreksi deformitas tulang panjang. a. Penatalaksanaan medik a) Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan. b) Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D. b. Penatalaksanaan non medis Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi unsur kalsium.Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 – 17 c. Makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin Dl 29 1. Yogurt Kebanyakan orang mendapatkan vitamin D melalui paparan sinar matahari, tapi makanan tertentu, seperti yoghurt juga kaya dengan vitamin D. Satu cangkir yoghurt bebas lemak cukup untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian Anda. 2. Susu Delapan ons susu bebas lemak akan menghasilkan 90 kalori. Pilihlah produk susu tanpa lemak yang diperkaya dengan vitamin D untuk mendapatkan manfaat ganda. Seandainya tidak gemar susu murni, bisa juga digantikan produk olahan seperti smothies atau jus buah yang dicampur dengan susu. 3. Keju Hanya karena keju penuh kalsium tidak berarti Anda perlu makan keju berlebihan. Sebanyak 1,5 ons keju cheddar mengandung lebih dari 30% dari nilai harian kalsium. Kebanyakan keju mengandung sedikit vitamin D namun tidak akan cukup memenuhi kebutuhan kalsium. 4. Ikan sarden Ikan sarden ini biasanya dikemas dalam kaleng.Ia memiliki pemenuhan kalsium dan Vitamin D yang cukup tinggi. Rasanya pun gurih bisa ditambahkan di pasta dan salad. 5. Telur Meskipun telur hanya mengandung 6% vitamin D harian Anda. Jangan memilih hanya bagian putih atau kuning saja karena akan mengurangi kalori. Vitamin D justru terdapat dalam bagian kuning telurnya. 6. Ikan salmon Salmon dikenal karena banyak mengandung lemak omega 3 yang baik untuk jantung.Sepotong salmon dengan berat 3 ons sudah memenuhi 100 persen kebutuhan vitamin D Anda. 7. Bayam Tidak suka susu? Bayam akan jadi cara favorit Anda untuk mendapatkan kalsium. Satu cangkir bayam yang dimasak mengandung 30 hampir 25% dari kebutuhan kalsium harian Anda.Bayam diperkaya serat, besi, dan vitamin A. 8. Sereal Sereal mengandung 25% vitamin D. Ini adalah cara termudah daripada memasak ikan salmon atau mesti berjemur. 9. Ikan tongkol Tuna atau lemak ikan lainnya merupakan sumber vitamin D. Tiga ons tuna kaleng mengandung 154 IU, atau sekitar 39% dari dosis harian Anda dari vitamin sinar matahari. 10. Sawi hijau Sama seperti bayam, sayuran berdaun hijau ini kaya akan kalsium. Satu cangkir sawi yang dimasak mengandung 25% kalsium untuk kebutuhan harian Anda.Sawi ini mudah diselipkan dalam makanan Anda. 11. Jus jeruk Segelas jus jeruk segar yang diperas tidak memiliki kalsium atau vitamin D. Penelitian telah menunjukkan bahwa asam askorbat dalam jus jeruk dapat membantu dengan penyerapan kalsium, sehingga Anda akan lebih mungkin mendapatkan manfaat dari minuman ini. 31 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOMALASIA 3.1 Pengkajian 3.1.1 Anamnese a. Identitas Pasien a) Nama b) Usia c) Jenis kelamin: tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin d) Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan e) Alamat f) Suku/bangsa g) Agama b. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang osteomalasia, maka akan menganggap remeh tentang asupan makanan yang mengandung kalsium pada anak yang sebetulnya sangat mempengaruhi pertumbuhan pada anak. c. Riwayat sakit dan kesehatan: a) Keluhan utama Pasien dengan osteomalasia biasanya mengeluh nyeri tulang umum pada punggang bawah dan ektremitas disertai dengan nyeri tekan. Gambaran ketidaknyamanan tidak jelas. Pasien mungkin datang dengan fraktur. Selama wawancara, informasi mengenai penyakit yang juga ada (mis. Sindrom malabsorbsi) dan kebiasaan diet harus diperoleh. b) Riwayat penyakit saat ini Penyakit ini disebabkan oleh perubahan mineralisasi pada tulang yang disebabkan karena kurangnya kalsium dalam tulang yang menyebabkan peningkatan absorbsi kalsium dalam 32 tulang sehingga tulang menjadi lebih lembek atau disebut “soft bone”. c) Riwayat penyakit dahulu Pada penyakit osteomalasia ini ada beberapa penyakit yang dapat menjadi pendahulu terjadinya osteomalasia seperti sirosis hati, gangguan fungsi ginjal. d) Riwayat Keluarga Pada kasus ini, tidak ada penyebab yang herediter. 3.1.2 Pemeriksaan Fisik 1. B1 (breath) : 2. B2 (blood) : 3. B3 (brain) : 4. B4 (bladder) : 5. B5 (bowel) : 6. B6 (bone) : deformitas lengkungan tulang panjang membuat penampakan pasien menjadi tidak normal dan jalannya membebek. Dapat terjadi kelemahan otot. Pasien ini merasa tidak nyaman dengan penmpilan mereka 3.1.3 Psikologi : Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit. 3.2 Analisa Data Data Etiologi Problem DS : pasien mngeluh kalsium dalam tubuh Gangguan rasa nyaman nyeri P berkurang : pasien mengkonsumsi kalsium demineralisasi tulang yang sedikit Q : seperti cekot cekot R : daerah tulang (paha nyeri tulang dirasakan menyebar atas dsb) 33 nyeri T : bebrapa jam Gangguan rasa nyaman DO : nyeri pasien meriang, pasien terlihat gelisah pasien memegang bagian yang sakit DS : pasien mengeluh lemas kalsium dalam tulang berkurang Gangguan mobilitas fisik DO : pasien terlihat lemah demineralisasi pada saat pasien bergerak tulang pasien terlihat lemah penipisan tulang dan kelemahan otot Gangguan mobilitas fisik DS : pasien mengeluh malu terhadap defisiensi kalsium Gangguan body image dalam tulang keadaannya saat ini DO : tulang menjadi lember cara berjalan seperti “soft bone” bebek atau pincang tungkau tungkai melengkung kelainan bentuk tulang melengkung gangguan body image DS : keluarga mengatakan sulit tidur Nyeri tulang yang pasien dirasakan menyebar pasien respon fisiologis tubuh 34 Gangguan pola tidur sering terbangun sulit tidur/ tidur tidak DO : mata pasien cekung optimal mata sayu gangguan pola tidur DS : DO Penurunan kalsium : pasien tidak Resti Cedera dalam tubuh terjatuh demineralisasi dalam tulang tulang lebih rapuh, resiko fraktur saat aktivitas resti cedera 3.3 Diagnosa a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan kalsium dalam tulang b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penupisan tulang dan kelemahan otot c. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas tulang (sperti : tulang melengkung) d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri tulang e. Resti cedera berhubungan dengan soft bone 3.3 Intervensi 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan kalsium dalam tulang Tujuan : Nyeri teratasi atau berkurang ± 1 jam setelah tindakan 35 Kriteria Hasil : a. Laporan secara verbal bahwa nyeri tulang berkurang. b. Skala nyeri menurun. c. Wajah nampak rileks. d. Pasien dapat beristirahat tanpa terganggu rasa nyeri Intervensi Rasional MANDIRI a. Tentukan Cari karakteristik perubahan nyeri. dalam a. Untuk menentukan karakteristik Nyeri tulang karakteristik nyeri b. Berikan tindakan kenyamanan b. Tindakan nonanalgesik dengan sentuhan akan meringankan ketidaknyamanan HE Instruksikan dan membantu pasien Membantu melakukan relaksasi dan untuk melakukan relaksasi dengan mengurangi cara tarik napas panjang tanhan dirasakan. selama 1-2 detik rasa nyeri yang kemudian hembuskan lewat mulut. COLABORASI Memberikan analgesik dan antitusive Obat-obat ini digunakan menekan sesuai indikasi batuk nonproduktif atau mereduksi mukus yang berlebihan dan meningkatkan kenyamanan secara umum. OBSERVASI Observasi PQRST Monitoring penyebab nyeri, skala nyeri, dan seberapa nyeri. Serta keberhasingan pemberian tindakan 36 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penupisan tulang dan kelemahan otot Tujuan : Setelah di intervensi selama 3x24 jam pasien dapat melakukan aktivitas dasar pribadi KH : - Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin - Mempertahankan posisi fungsional Intervensi : Intervensi Rasional Mandiri Lakukan body mechanic dan Melatih otot-otot ambulasi Observasi Kaji tingkat kemampuan ROM Mengatahui tentang penyakit yang di aktif pasien derita HE Ajarkan cara-cara yang benar Untuk melatih otot-otot dalam melakukan macam-macam mobilisasi seperti body mechanic ROM aktif, dan ambulasi Ajarkan penggunaan alat bantu Untuk memudahkan orang mobilisasi berpindah Kolaborasi Kolaborasi dengan fisioterapi Meningkatkan posisi fungsional dalam penanganan traksi yang boleh digerakkan dan yang belum boleh digerakkan 37 3. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas tulang (sperti : tulang melengkung) Tujuan : setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien. Kriteria: mengurangi perubahan bentuk tubuh yang berbeda Intervensi Rasional Mandiri Ikut sertakan pasien dalam Meningkatkan perasaan kompetensi/ merencanakan perawatan dan harga diri, mendorong kemandirian dan membuat jadwal aktivitas partisipasi dalam terapi HE Susun batasan pada perilaku Membantu pasien untuk maladaptif. Bantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang mengidentifikasi perilaku positif dapat meningkatkan perasaan harga yang dapat membantu koping diri. Observasi Perhatikan perilaku menarik diri, Dapat menunjukkan emosional ataupun penggunaan menyangkal atau metode terlalu memperhatikan tubuh/ membutuhkan perubahan Catat karakteristik koping maladaptif, intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis lokasi Variasi perubahan tubuh pada pasien gangguan citra tubuh 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri tulang Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan dapat tidur istirahat malam optimal. Criteria hasil : a) Meleporkan istirahat tidur malam yang optimal b) Tidak menunjukkan perilaku gelisah c) Wajah tidak pucat dan konjungtiva tidak anemis karena kurang tidur malam 38 d) Mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan energy yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari Intervensi Rasional MANDIRI Untuk mengetahui kemudahan a) Kaji pola tidur dalam tidur Untuk mengetahui tingkat b) Kaji fungsi pernapasan : bunyi napas, kecepatan irama kegelisahan Untuk mengidentifikasi c) Kaji factor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri akut, takut, penyebab aktual dari gangguan stress, ansietas, imobilitas, tidur. gangguan eliminasi, gangguan metabolisme, lingkungan yang asing, temperature, aktivitas yang tidak adekuat) d) Catat tindakan kemampuan untuk Untuk memantau seberapa jauh mengurangi kegelisahan dapat dapat bersikap tenang dan rilex e) Ciptakan suasana nyaman, Membantu relaxasi saat tidur kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur f) Batasi pengunjung selama Tidur sulit akan sulit dilakukan periode istitahat yang optimal tanpa relaksasi HE a) Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (hygine Kenyamanan dalam tubuh pasien terkait kebersihan diri dan pakai. personal, linen dan baju tidur yang bersih Untuk menenangkan pikiran dari b) Anjarkan relaksasi distraksi gelisah dan mengurangi 39 ketegangan otot. COLABORASI Beri obat kolaborasi dokter Pemberian obat sesuai jadwal OBSERVASI Observasi keadaan umum pasien dan Mengetahui kesadaran, dan kondisi TTV tubuh dalam keadaan normal atau tidak 5. Resti cedera berhubungan dengan soft bone Tujuan : Setelah di intervensi selama 3 x 24 jam pasien tidak mengalami cedera KH : - pasien tidak terjatuh dan cedera Intervensi : Intervensi Rasional Mandiri Lakukan modifikasi lingkungan Mencegah adanya cedera / jatuh agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll) Observasi Kaji ulang adanya faktor-faktor Mengetahui perkembangan terhadap resiko jatuh pada klien dan Tulis, faktor-faktor resiko jatuh laporkan adanya faktor-faktor resiko Pantau terutama klien secara berkala Mengetahui perkembangan pasien hari pertama 3 kunjungan rumah HE Ajarkan klien tentang upaya Meningkatkan 40 kewaspadaan pasien pencegahan (menggunakan yang baik, penghalang menempatkan cidera agar terhindar dari cedera pencahayaan memasang tempat tidur, benda berbahayaditempat yang aman) 41 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang(menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit).( Smeltzer. 2001: 2339 ) Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga mengakibatkan terjadinya osteomalasiaAdapun tanda dan gejala dari osteomalasia ini adalahnyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah.Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha .Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).dan banyak tanda dan gejala lainnya 4.2 Saran Makalah ini jauh dari taraf kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai mahasiswa kesehatan harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga. 42 Kurang asupan nutrisi Gangguan hati (penyakit billier, sirosis) Hipertiroid Gangguan fungsi ginjal Gangguan gastrointestinal Hormone tiroid Tidak mengkonsumsi vitamin D dan ca Vitamin D dan ca dalam tubuh tidak tercukupi Fungsi ginjal dan hati Tidak dapat melakukan konversi vitamin D ke bentuk aktif Calcitriol Fungsi pengaturan asam dan basa Calcium yang ada di dalam tubuh digunakan untuk menetralkan asidosis Demineralisasi tulang Absorbs kalsium Absorbs lemak tidak memadai Penyerapan/absorbsi ca & fosfat pada matrik tulang Hiperkalsemia Respon fisiologis ginjal membuang kalsium melalui urine Kandungan mineral ca dan vitamin D dalam darah Suplai ca ke tulang Kekurangan Ca saat osteoblas Gangguan proses remodeling Perlunakan telang (soft bone) osteomalasia Tidak ada pelarut untuk vitamin D Kehilangan vitamin D <<< sinar matahari Gangguan perubahan vitamin D Vitamin D tidak dapat dikonversi ke dalam bentuk aktif Osteomalasia Suplai kalsium pada tulang Berkurangnya suplai kalsium pada tulang Kekurangan kalsium pada tulang saat fase osteoblas Nyeri tulang yang menyebar dan nyeri tekan Demineralisasi tulang Kelemahan karena demineralisasi tulang Kelainan bentuk tulang Soft bone Nyeri seluruh badan dan mnyebar MK : gangguan pola tidur MK : gangguan rasa nyaman nyeri Saat berjalan seperti terkuyuh-kuyuh dan lemah Tulang” panjang akan membengkok Pada tulang punggung akan terjadi kifosis MK : gangguan mobilitas fisik Dapat terjadi fraktur Resti cidera Gaya berjalan lemah dan seperti bebek. Berbeda dengan individu yang normal MK : gangguan body image