BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi merupakan dua aspek yang sejalan dan saling berkaitan. Todaro mengartikan pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Netto (PNB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah terdapat perubahan struktur ekonomi atau tidak. Pada era 1940 pembangunan ekonomi didefenisikan sebagai tujuan nasioanal untuk memaksimalkan output GDP (Arndt 1987). Hal tersebut karena dianggap bahwa peningkatan GDP berkorelasi dengan penurunan angka kemiskinan dengan asumsi adanya “trickle-down effect” dan peningkatan distribusi pendapatan (Dennis Howard :2007). Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan output yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi yang lama. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi diartikan sebagai penggunaan teknologi yang mendukung terbentuknya produk baru, dan terbukanya pasar-pasar baru.Schumpeter menyatakan bahwa sistem ekonomi yang paling baik untuk dikembangkan adalah kapitalis yang mendukung terciptanya inovasi baru oleh para pengusaha. Namun seperti yang disebutkan oleh mazhab klasik bahwa dalam jangka waktu yang panjang, sistem ini akan mengalami kemandegan (stagnancy), karena adanya transformasi di dalam sistem tersebut menuju ke arah sistem yang lebih bersifat sosialistis. Ciri dari sistem kapitalis itu sendiri akan berubah justru karena kesuksesannya dalam mencapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran. Dengan semakin makmurnya masyarakat maka akan terjadi proses perubahan kelembagaan dan perubahan pandangan masyarakat yang semakin jauh dari sistem kapitalis asli. 2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Daerah merupakan unsur terpenting dalam mewujudkan pembangunan ekonomi yang kuat serta steady growth dalam skala nasional. Pembangunan daerah merupakan suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya membentuk suatu pola kemitraan dalam mengelola sumberdaya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi daerah tersebut (Jhon Suprihanto:2012). Pola kemitraan yang dimaksud merupakan seluruh elemen masyarakat baik industri-industri maupun institusi terkait sehingga tujuan pembangunan dapat tercapai. Universitas Sumatera Utara Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Lincolin Arsyad, 1999). Perencanaan dan proses pembangunan ekonomi daerah disusun dan dijalankan oleh pemerintah daerah, masyarakat, dan juga endogenous developmentatau perusahaan yang terdapat di daerah tersebut. Sebagai perencana dan pembuat kebijakan pemerintah daerah berperan sebagai (Jhon Suprihanto: 2012). 1. Entrepreneur,yaitu mampu berfikir sebagai “pebisnis” 2. Coordinator, yaitu koordinator dalam menetapkan kebijakan dan strategi pembangunan daerahnya 3. Fasilitator, yaitu mampu mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal daerahnya 4. Stimulator, yaitu memberi stimulasi untuk penciptaan dan pengembangan usaha Pembangunan ekonomi dalam konteks meningkatkan kesejahteraan rakyat, disesuikan dengan karakteristik daerahnya.Pemberlakuan otonomi daerah nyatanya memberikan keleluasaan bagi masing-masing daerah untuk membangun daerahnya sesuai dengan potensinya.Hal tersebut dikerenakan secara fundamental terdapat perbedaan antara pembangunan daerah dan nasional namun saling Universitas Sumatera Utara berkaitan (interrelation) baik dari segi kebijakan maupun kelembagaanya. Sehingga pola pembangunan setiap daerah akan berbeda dan memiliki keunggulan masing-masing. Namun dalam tujuannya adalah mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilisasi ekonomi, meningkatkan kuantitas dan kualitas lapangan kerja sehingga perekonomian akan bergerak dan berdampak positif bagi pembangunan ekonomi. Dalam proses pembangunan dilakukan upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik (Kuncoro:1997). Untuk itu diperlukan variabel determinan perekomian yang disesuaikan setiap waktunya.Dalam mengukur tingkat perekonomian daerah secara umum, digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB digunakan sebagai gambaran dari variabel ekonomi lainnya seperti konsumsi, investasi, serta produktifitas daerah tersebut. Selain itu, PDRB juga sebagai evaluasi atas kinerja ekonomi periode sebelumnya serta untuk menetukan kebijakan dan peluang di masa depan. 2.3 Teori Paradigma Baru dalam Pembangunan Ekonomi Daerah Paradigma secara sederhana diartikan sebagai sebuah pemikiran yang mempengaruhi lingkungan luar dan berkembang dari waktu ke waktu. Dalam proses pembangunan, perkembangan paradigma disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang fluktuatif dalam aspek ekonomi dan sosialnya. Dalam pengamatan sistem ekonomi, perubahan paradigma pembangunan dipicu oleh keadaan ekonomi serta institusi yang bekerja pada masa tersebut. Dalam proses perbaikan (recovery) pasca perang dunia kedua, Eropa malakukan perbaikan Universitas Sumatera Utara ekonomi dengan melakukan modernisasi pada proses produksinya. Sedangkan di Indonesia, pasca kemerdekaan, paradigma yang digunakan berbasis pada stabilitas ekonomi.Pada orde baru fokus pembangunan ditekankan pada pertumbuhan dan pemerataan.Sedangkan pada era reformasi ditekankan pada pembangunan kualitas manusia dan masyarakat yang seutuhnya.Hal tersebut menunjukkan penyesuaian paradigma ekonomi mengikuti perubahan waktu. Dalam teori ekonomi terdapat 2 paradigma yang dikembangkan yaitu Paradigma Lama (Old Paradigm Theory) dan Paradigma Baru (New Paradigm Theory). Dr. Jhon Suprihanto, MIM dalam sebuah tulisannya menyimpulkan bagaimana perbedaan pembangunan ekonomi paradigma lama dan paradigma baru dalam sebuah tabel, yaitu: Komponen Paradigma Lama ( Old Paradigm) Paradigma Baru (New Paradigm) Ketenagakerjaan (Employee) Banyak perusahaan menandakan banyaknya kesempatan kerja Perusahaan menciptakan kesempatan kerja yang berkualitas dan rasio sesuai dengan jumlah penduduk daerah tersebut Basis/ dasar program pembangunan ( Development Base ) Membangun sektorsektor ekonomi Menciptakan Institusi/lembaga ekonomi baru Aset Daerah ( Location Asset) Mengandalkan keunggulan Komparatif yang didasarkan pada aset fisik daerah (SDA) Menciptakan keunggulan bersaing ( Competitive advantage) Sumber Daya Pengetahuan ( knowledge resources) Tenaga kerja yang sanggup bekerja keras Pengetahuan sebagai penggerak ekonomi Sumber: Dr.Jhon Suprihanto, MIM, 2012“ Konsep Perencanaan Pembangunan Daerah” Tabel 2.1 Paradigma Pembangunan Ekonomi Universitas Sumatera Utara Dari tabel diatas dapat dilihat bagaimana secara umum gambaran perbedaan antara paradigmaekonomi lama dan baru.Dalam paradigma baru, yang lebih ditekankan adalah penciptaan kualitas lapangan kerja yang disediakan oleh pemerintah daerah dan disesuaikan dengan keunggulan potensi Sumber Daya Manusia yang dimilikinya.Dalam pembangunan ekonomi, penting peran institusi yang mendukung kegiatan produksi dan distribusi serta kegiatan sosial politik masyarakat.Dalam hal ini, setiap aspek saling mendukung, baik sosial, ekonomi dan politik. Peningkatan aset diperoleh dari produksi yang baik dan memiliki keunggulan dibandingkan dengan daerah lain, sehingga suatu daerah dituntut untuk memiliki keunggulan masing-masing. Dengan sistem produksi yang baru tidak lagi berpusat pada kepemilikan Sumber Daya Alam. Sumber Daya Alam pada dasarnya membuat suatu daerahakan unggul dibandingkan daerah lain yang tidak memiliki potensi alam yang sama. Namun, adanya batas produksi (limit) dari sumber daya alam, menjadi suatu kelemahan jika daerah hanya bertumpu pada faktor tersebut. Maka, sistem keunggulan pada paradigma baru menggunakan Competitive advantage, dimana daerah memiliki keunggulan bersaing dengan daerah lain dalam pasar nasional maupun global. Metode pengukuran Competitive Advantage dapat dilakukan dengan membandingkan produktifitas, serta daya saing produk yang dihasilkan daerah tersebut dengan daerah disekitarnya Universitas Sumatera Utara 2.4. Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah 2.4.1 Pengertian Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah Secara harfiah, evaluasi kinerja diartikan sebagai penilaian atas hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan, evaluasi termasuk dalam siklus perencanaan manajemen pemerintah yaitu setelah Planning, Budgeting, dan Implementing.Monetaringand Evaluating (evaluasi) dilaksanakan berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004. Namun sesuai dengan formulasi Undang-Undang tersebut, data dan informasi yang dikumpulkan lebih merupakan laporan penggunaandana daripada substansi capaian pembangunan yang melibatkan indikator kinerja program dan pelaksanaan program (Bappenas:2009). Evaluasi kinerja secara ideal seharusnya juga mencakup penilaian atas tujuan dan manfaat yang diberikan secara riil kepada seluruh elemen masyarakat. 2.4.2 Indikator Kinerja Ekonomi Makro Daerah Kinerja ekonomi daerah diukur dengan berbagai variabel yang menunjukkan keadaan ekonomi secara umum.Beberapa penelitian menggunakan PDRB serta laju pertumbuhan ekonomi untuk menggambarkan kinerja ekonomi daerah. Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa indikator yang digunakan dalam menilai pembangunan daerah adalah: 1. Laju pertumbuhan ekonomi 2. PDRB perkapita 3. Persentase sektor sekunder dan tersier terhadap PDRB 4. Persentase Kabupaten/Kota terhadap Provinsi 5. Persentase PAD (pendapatan Asli daerah) terhadap total penerimaan daerah Universitas Sumatera Utara 6. Persentase rumah tangga yang memiliki pengeluaran perkapita kurang dari Rp. 200.000,- per bulan 7. Persentase penduduk miskin Dalam evaluasi kinerja daerah setidaknya ada 4 indikator yang dapat menggambarkan kinerja ekonomi suatu daerah, yaitu Laju Pertumbuhan Ekonomi, PDRB atau PDRB Perkapita, Angka Kemiskinan, dan Distribusi Pendapatan. 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi menentukan apakah terjadi peningkatan ekonomi dibandingkan periode sebelumya.Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran yang paling umum dalam menggambarkan kinerja ekonomi pada waktu tertentu.Selain itu, pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang mempengaruhi kepada variabel ekonomi lainnya seperti investasi dan angka pengangguran. Maka, selain peningkatan angka atau persentase, dibutuhkan juga peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi berkualitas bila mampu meninngkatkan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Kota Medan seperti yang dibuat dalam RPJMD yaitu: a. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan angka penyerapan tenaga kerja b. Pengembangan usaha padat karya c. Perlu adanya investasi baru, karena penambahan setiap persen investasi mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,314 persen. Universitas Sumatera Utara Sasaran Laju Pertumbuhan Ekonomi untuk periode 2010- 2014 pada RPJMD Kota Medan adalah tercapainya pertumbuhan rata-rata daerah sebesar 8,2 persen pertahun. 2. Pertumbuhan PDRB Perkapita Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap orang (individu) dalam suatu wilayah.Perhitungan PDRB dilakukan dengan membagi total PDRB wilayah/daerah selama waktu tertentu dengan jumlah penduduk daerah tersebut. Pertumbuhan PBRB perkapita didasarkan pada perubahan PDRB juga total penduduk. Perhitungan PDRB perkapita dihitung dengan membagi selisih PDRBn dan PDRBn-1 dengan PDRBn. Dari perhitung tersebut akan dihasilkan pertumbuhan dalam bentuk persentase. PDRB Perkapita merupakan salah satu faktor yang juga menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah.Hal tersebut juga tertera dalam rancangan pembangunan Kota Medan yaitu RPJMD yang mencantumkan perbaikan PDRB perkapita sebagai salah satu capaian pembangunan Kota Medan. Adapun sasaran yang akan menjadi acuan dalam pembangunan ekonomi periode 2010-2014 adalah peningkatan angka PDRB atas harga berlaku hingga Rp 114.963.900.000.000,-, dengan pendapatan perkapita Rp 52,01 juta pertahunnya. 3. Angka Kemiskinan. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah penghapusan kemiskinan sehingga tingkat kemiskinan secara langsung mempengaruhi hasil evaluasi kinerja pembangunan daerah.Secara umum, kemiskinandigambarkan Universitas Sumatera Utara sebagai ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan fisik serta sosialnya. Kebutuhan fisik meliputi sandang (pakaian), pangan (makanan dan minuman), papan (perumahan) dan kesehatan. Kebutuhan sosial meliputi hubungan dalam masyarakat, pendidikan, informasi, serta hal lainnya. Kemiskinan dibagi menjadi kemiskinan absolut dan relatif.Kemiskinan absolut yaitu didasarkan pada standar tertentu sebagai acuan. Bank Dunia termasuk menggunakan standar absolut, yaitu: a. Sangat miskin, dengan dengan pendapatan kurang dari 1$ per hari b. Miskin, dengan pendapatan kurang dari 2$ per hari Sedangkan kemiskinan relatif adalah standar kemiskinan yang mengacu pada keadaan ekonomi seluruh masyakat daerah tersebut secara relatif.Semakin maju suatu daerah atau Negara, maka semakin tinggi pula standar penentuan kemiskinannya.Badan Pusat Statistik menetukannya berdasarkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar.Penduduk miskin diukur berdasarkan pengeluaran perkapita dalam sebulan, yaitu dibawah Garis Kemiskinan (GK). Garis kemiskinan sendiri di jumlahkan dari total pengeluaran Makanan dan Non makanan. Kebutuhan minimum makanan disetarakan dengan 2100 kilokalori, sedangkan non makanan terdiri dari 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.Kriteria lain disebutkan oleh BPSyaitu: a. Miskin jika pengeluaran perkapita dalam sebulan dibawah Rp. 233.740,- atau Rp 7.780,- perhari Universitas Sumatera Utara b. Menengah, jika pengeluaran perkapita dalam sebulan antara Rp 233.740,- sampai Rp 280.488,- atau sekitar Rp 7.780,- sampai Rp 9.350,- perhari. c. Sangat miskin (kronis), tidak memiliki standar absolut, namun dibandingkan (relatif) dengan masyarakat disekitarnya serta bila sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan fisiknya sama sekali atau dianggap sudah membahayakan kehidupan seseorang atau sekelompok orang tersebut. Tingkat kemiskinan menunjukkan bagaimana pembangunan ekonomi di suatu daerah.Sehingga tingkat kemiskinan merupakan variabel yang penting digunakan dalam mengevaluasi kinerja pembangunan daerah tersebut. Kota Medansendiri akan melakukan penaggulangan kemiskinan dengan tiga ruang lingkup pokok, yaitu: a. Meningkatkan Perlindungan sosial dan peningkatan pendapatan masyarakat b. Peningkatan fungsi kelembagaan penanggulangan kemiskinan. c. Peningkatan pembiayaan dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan. Adapun sasaran yang dibuat oleh pemerintah Kota Medan dalam RPJMD adalah penurunan persentase penduduk miskin hingga 5,7 - 4 % (persen) pada tahun 2014. Universitas Sumatera Utara 4. Distribusi Pendapatan. Distribusi pendapatan yang merata menunjukkan pertumbuhan ekonomi mencakup seluruh masyarakat di daerah tersebut.Daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan tingkat distribusi yang merata juga dapat menunjukkankemiskinan yang rendah sehingga berpengaruh pada kinerja pembangunan ekonomi dearah tersebut. Kota Medan melakukan perhitungan angka ketimpangan kemakmuran dengan menggunakan Koefisien Gini (Gini Ratio), kriteria Bank Dunia untuk pemerataan pembangunan, dan Indeks Williamson untuk mengukur ketimpangan regional yang didasarkan pada PDRB per kecamatan, atupun dengan mengkomparasikan dengan PDRB rata-rata provinsi. Indeks Williamson merupakan koefien variasi tertimbang yang dibuat oleh Williamson untuk mengukur ketimpangan pendapatan suatu wilayah.Indeks Williamson digunakan untuk mengukur kesenjangan berdasarkan pendapatan yang diperoleh oleh Kabupaten/Kota dengan rata-rata pendapatan yang diperoleh Provinsi.Jadi perbandingan dilakukan dengan keseluruhan Kabupaten/Kota dalam Provinsi tersebut.Indeks Williamson sangat sensitif dalam mengukur kesenjangan yang dialami oleh daerah. Perubahan nilai pada rata-rata Provinsi akan menyebabkan Indeks Williamson juga berubah. IW = 𝟏𝟏 �∑𝒏𝒏𝒊𝒊=𝟏𝟏(𝒚𝒚𝒊𝒊 − Ῡ)𝟐𝟐 𝒚𝒚 𝒑𝒑𝒊𝒊 𝒑𝒑 Dimana: IW = Indeks Williamson 𝑦𝑦𝑖𝑖 = PDRB perkapita kabupaten/kota Ῡ= Rata-rata PDRB perkapita provinsi 𝑝𝑝𝑖𝑖 = Jumlah penduduk kabupaten/kota i P = Jumlah Penduduk Provinsi Universitas Sumatera Utara 2.4.3 Indikator Kinerja Pembangunan Bidang Ekonomi Daerah Pada dasarnya, kinerja pembangunan ekonomi daerah sudah dapat diukur dengan menggunakan variabel ekonomi makro, namun seiring dengan perkembangan waktu, terdapat variabel lain yang juga mempengaruhi perekonomian sehinggga harus dievaluasi kinerjanya. Dalam mengevaluasi bidang ekonomi daerah, maka yang menjadi objek kajian adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan perekonomian daerah tersebut.Dalam hal ini, setiap badan/dinas memilik tanggung jawab serta tugas masing-masing dalam kegiatan ekonomi daerah. Adapun bidang ekonomi yang akan diteliti yaitu Bidang Keuangan, Perizinan, Koperasi dan UMKM, Penanaman Modal, Pariwisata dan Budaya, serta Perindustrian dan Perdagangan. 1. Bidang Keuangan Bidang Keuangan merupakan bidang ekonomi yang berfokus pada penerimaan dan pembelanjaan daerah.Dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah merupakan lembaga pengelola keuangan daerah yang dirangkum dalam APBD.APBD merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama antara Pemerintahan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD Memiliki unsur antara lain : a. Memuat pendapatan dan pengeluaran/belanja daerah b. Program kegiatan dituangakan dalam bentuk angka c. Periode anggaran tahunan. Universitas Sumatera Utara Penyusunan APBD diatur dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangnan keuangann antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Penyusunan APBD disusun untuk pencapaian tugas fiskal Pemerintah Daerah.Dalam hal ini, diperlukan pemaksimalan pendapatan serta penggunaan anggaran secara efisien.Maka, Pemerintah bersama Dinas Pendapatan menyusun APBD dengan memprioritaskan program tertentu sebagai sasaran dalam satu periode.Selain itu, penyusunan APBD juga sebagai bentuk transparansi dan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah terhadap masyarakat. Struktur APBD terdiri dari : a. Pendapatan Daerah - Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu Pajak, Retribusi, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah - Dana Perimbangan yaitu Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus b. Belanja Daerah - Menurut fungsi pengelolaan Negara terdiri dari Pelayanan Umum, Ketertiban dan Keamanan, Ekonomi, Lingkungan Hidup, Perumahan dan Fasilitas Umum, Kesehatan, Pariwisata dan Budaya, Agama, Pendidikan, serta Perlindungan Sosial. - Menurut jenis belanja terdiri dari BelanjaPegawai, Barang dan Jasa, Belanja Modal, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, serta belanja tidak terduga. Universitas Sumatera Utara c. Pembiayaan Daerah - Penerimaan pembiayaan mencakup silpa tahun angagran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan pemberian pinjaman. - Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan moda Pemerintah Daerah, pembayaran pokok utang, serta pemberian pinjaman. Perhitungan dalam struktur APBD disusun seperti gambar dibawah. Pendapatan Rp ………….. Belanja Rp ………….. • • Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Rp …………. Rp …………. (-) Rp ………… Rp …………. Surplus/Defisit Pembiayaan • • Penerimaan Pengeluaran Pembiayaan Netto Rp ………….. Rp …………. Rp …………. (-) Rp …………… (-) SILPA Tahun Berjalan Rp …………… Gambar 2.1 Struktur APBD Dalam evaluasi APBD Kota Medan disesuaikan dengan sasaran yang telah disusun dalam RPJMD. APBD pada periode sebelumnya yaitu tahun 2005-2009 didasrkan pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Pemerintahan Universitas Sumatera Utara Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan keuangan daerah, serta peraturan daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Sasaran APBD Kota Medan disusun dengan metode proyeksi berdasarkan perhitungan APBD periode sebelumnya. Dalam RPJMD Kota Medan menetapkan beberapa sasaran untuk APBD yaitu: a. Mengoptimalkan Penerimaan Asli Daerah tanpa memberatkan dunia usaha dan masyarakat b. Meningkatkan penerimaan sumber danan perimbangan c. Meningkatkan kualitas pengelolaan aset dan keuangan daerah dann menggali serta mengembangkan sumber pendapatan daerah yang baru dan yang sah. Masing-masing sasarn memilki progran kerja yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah daerah bersama dengan Dinas Pendapatan Dearah Kota Medan. 2. Bidang Perijinan Bidang Perijinan merupakan subjek yang menjadi tanggung jawab BPPT atau Badan Pelayanan Perijinan Terpadu. BPPT daerah didirikan dengan maksud untuk mengelola perijinan dalm satu lembaga resmi (satu pintu). Dengan program tersebut diharapkan proses perijinan dapat terlaksanakan dengan lebih terorganisir dan efisien. Proses perijinan akan membantu kegiatan usaha dan investasi terlaksanan dengan lebih cepat sehingga berdampak positif bagi iklim usaha secara keseluruhan. Universitas Sumatera Utara Pembentukan BPPT Kota medan didasarkan pada peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat daerah, peratutar menteri dalam negari nomor 20 tahun 2008 tentang pedoman organsasi dan tata kerja unit pelayanan perijinan terpadu di daerah, peraturan daerah kota Medan nomor 3 tahun 2009 tetntang pembentukan organisasi dan tata kerja perangkat daerah kota medan pasal 159 dan 160, serta peraturan walikota medan nomor 6 tahun 2010 tentang rincian tugas poko dan fungsi badan pelayana peninjauan terpadu (BPPT) Kota Medan. Secara Umum sasaran yang ingin dicapai oleh BPPT setiap periodenya antar lain: a. Melakukan proses pelayanan perijinan sesuai Standart Operational Procedur (SOP) Perijinan Badan Pelaynan Perijinan terpadu Kota Medan b. Meningkatkan jumlah ijin yang dikeluarkan setiap tahun c. Menurunkan angka indeks rata-rata lama proses perijinan untuk setiap perijinan. Beberapa ijin yang ditangani oleh BPPT mulai tahun 2011 adalah: a. Ijin Usaha Perdagangan b. Ijin Usaha Industri Kecil dan Menengah c. Tanda daftar Perusahaan d. Ijin Gangguan perusahaan Industri e. Ijin gangguan Bukan Perusahaan industri f. Ijin pelataran Parkir g. Ijin Optik Universitas Sumatera Utara h. Ijin Kerja petugas Kesehatan i. Ijin Reklame Khusus Umbul-Umbul dan Spanduk j. Ijin Usaha Jasa Konstruksi k. Ijin Pengelolaan, Pengeboran, pengambilan dan pemanfaatan Air Bawah tanah. Dalam RPJMD kota Medan secara khusus disebutkan bahwa sasarn yang akan dicapai adalah menurunkan angka indeks rata-rata lama perizinan untuk setiap ijin yang dikeluarkan. Adapun kebijakan yang dilakukan adalah dengan menerbitkan dan mengembangkan program Pelayanan Perizinan terpadu satu Pintu (PPTSP) berbasis elektronik. 3. Bidang Koperasi dan UMKM Koperasi secara defenisi termasuk kedalam organisasi bisnis yang berlandaskan atas asas kekeluargaan. Sedangkan UMKM adalah perusahaan bisnis yang memiliki beberpa kriteria. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, yang termasuk kedalam usaha kecil yaitu: a. Memiliki kekayaan bersih dibawah dua ratus juta rupiah diluar tanah dan bangunan. b. Penjualan tahunan paling banyak 1 milyar rupiah c. Berdiri sendiri, bukan merupakan cabang/anak perusahaan lain. d. Bentuk usaha perorangan, tidak berbadan hukum. Kota Medan memprioritaskan Koperasi dan UMKM untuk meningkatkan daya saing serta pendapatan daerah. UMKM meliputi berbagai jenis bisnis kecil dan menengah seperti konveksi, sepatu, batik, souvenir, pangan/ kuliner,mebeleur, Universitas Sumatera Utara dan sebagainya.Adapun sasaran yang duraikan dalam RPJMD Kota Medan untuk tahun 2011 adalah: a. Meningkatkan Jumlah Koperasi aktif menjadi 80% b. Meningkatkan usaha mikro kecil menengah non BPR/LKM UKM menjadi 285.999 usaha c. Meningkatnya Produktifitas dan akses UMKMK kepada sumber daya produktif d. Tersedianya pasar induk dengan komoditas tertentu e. Tersedianya pasar tradisional modern yang tertata, bersih nyaman, dan berdaya saing f. Meningkatnya jumlah produk industri kreatif 4. Bidang Penanaman Modal Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.Penyusunan dan pelaksanaan Universitas Sumatera Utara penanaman modal dilakukan oleh Badan Penanaman Modal, baik di tingkat pusat maupun daerah. Badan Penanama Modal Kota Medan berdasarkan Undang-Undang dan tata kelola pelaksanan, memilik fungsi sebagai pemberian dukungan atas penyelenggaraan ppemerintah Daerah di bidang penanaman modal, serta menyediakan pelayanan, yaitu: a. Izin Prinsip Pelayanan Modal, yaitu ijin yang diberikan kepada penanam modal untuk melakukan kegiatan investasi. Izin ini dibutuhkan oleh perusahaan yang membutuhkan fasilitas fiscal sehingga harus diajukan oleh investor perusahaan tersebut. b. Pelayaanan rekomendasi PMA dan PMDN, yaitu bagi perusahaan yang memerlukan perijinan usaha harus mendapatkan rekomendasi dari Badan Penanaman Modal. Adapun sasaran yang terangkaum dalam RPJMD kota Medan Untuk 5 Tahun antara lain : a. Meningkatkan jumlah investor berskala Nasional ( PMDN/PMA) menjadi 96 investor baru b. Meingkatnya nilai realisasi PMDN menjadi 19% (1.448,57 milyar) c. Menigkatnya nilai realisasi PMA menjadi 23 % d. Menigkatnya jumlah persetujuan investasi menjadi 96 persetujuan baru 5. Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Bidang Pariwisata merupakan bidang pembangunan mencakup wilayah/ daerah, benda, situs, serta kegiatan yang menjadi ikon suatu daerah baik bersifat Universitas Sumatera Utara alamiah maupun cipataan manusia. Keberadaan objek wisata, menjadi kekayaan dan sumber pendapatan daerah melalui jumlah pengunjung atau wisatawan ke daerah tersebut. Pengembangan Bidang wisata Kota medan dilakukan dengan pengelolaan daerah wisata, pelestarian situs dan cagar budaya, serta promosi yang progresif. Adapun sasaran khusus yang ingin dicapai untuk lima tahun antara lain: a. Meningkatnya jumlah benda, situs, kawasan cagar budaya yang dilestarikan pada tahun 2014 menjadi 46 benda/situs/lokasi b. Meningkatnya jumlah wisatawan lokal maupun mancanegara c. Peningkatan ketersediaan hotel, restoran, dan perpustakaan daerah. 6. Bidang Perindustrian dan Perdagangan Bidang perindustrian dan perdagangan merupakan salah satu urusan pilihan dalam kerangka pembangunan kota Medan bersama dengan urusan pertanian, perikanan, dan kelautan. Pengembangan industri dan perdagangan di Kota Medan dicantumkan dalam beberapa sasaran yang inginn dicapai yaitu: a. Peningkatan kontribusi sektor industri terhadap PDRB b. meningkatnya produktifitas rata-rata sektor industri pertahun dalam perekonomian kota c. Meningkatnya kontribus hasil sektor perdagangan terhadap PDRB menjadi Rp. 25,22 trilyun 2.5 Penelitian Terdahulu Pada dasarnya, evaluasi kinerja ekonomi juga dilakukan oleh beberpa instansi Negara seperti Bappenas. Adapun penelitian yang sejenis atau Universitas Sumatera Utara berhubungan dengan aanalisis evaluasi kinerja pembangunan ekonomi juga pernah dilakukan , antara laian oleh Raina Damarsari, Junaidi, dan Yulmardi yang berjudul Kinerja Pembanguan Daerah Kabupaten/ kota di Provinsi Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peringkat kinerja pembangunan antar kabupaten/kota di provinsi Jambi dan mengkategorikannya berdasarkan kinerja pembangunannya. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok indikator yaitu indikator pembangunan ekonomi yang terdiri dari 8 indikator yakni laju pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita, persentase sektor sekunder dan tersier terhadap PDRB, persentase PDRB kabupaten/ kota terhadap provinsi, persentase PAD terhadap total penerimaan daerah, persentase rumah tangga yang memiliki pengeluaranperkapita kurang dari Rp 200.000,- per bulan, serta tingkat kemiskinan. Kelompok indikator kedua adalah pembangunan Sumber Daya Manusiaterdiri dari 5 indikator yaitu jumlah penduduk, angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Kelompok indikator ketiga adalah pembangunan infrastruktur terdiri dari 8 indikator yaitu jalan, sekolah, jaringan telepon, listrik, fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, sanitasi, dan sumber air minum. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis gerombol/ cluster analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kota Jambi menempati peringkat pertama dalam kinerja pembangunan. Penelitian kedua dilakukan oleh Dhinta Rahmawati yang berjudul Analisis Kinerja Ekonomi dan Keuangan Daerah Kota Bogor Sebelum dan Selama Desentralisasi Fiskal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja ekonomi Universitas Sumatera Utara serta potensi keuangan kota Bogor sebelum dan setelah desentralisasi fiskal. Penelitian ini menggunakan data time series tahun 1993-2007. Variabel yang digunakan adalah jumlah penduduk, inflasi, pajak, retribusi, laba bersih perusahaan daerah, dana bagi hasil, dana transfer, jumlah wisatawan, serta data pendukung lainnya. Metode yang digunaka adalah metode analisis deskriptif, estimasi Two Stage Least Square (2SLS), uji kriteria statistik, dan uji kriteria ekonometrika.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan PDRB setiap tahunnya.Pertumbuhan ekonomi relatif lebih rendah setelah masa desentralisasi fiskal, namun terjadi peningkatan potensi keuangan. PAD meningkat dengan persentase tertinggi berasal dari pajak dan retribusi daerah serta yang terendah berasal dari laba perusahaan. Penelitian ketiga dilakukan oleh Universitas Padjadjaran dengan judul Hasil Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Tahun 2009 Provinsi Jawa Barat.Penelitian ini menganalis indikator pembangunan derah provinsi Jawa Barat yaitu pelayanan publik, kualitas Sumber Daya Manusia, kesehatan, dan pembangunan ekonomi.Penelitian ini menggunakan metode analisis relevansi dan efektifitas.Pada sektor pembangunan ekonomi diperoleh bahwa terjadi penurunan akibat adanya krisis global.Laju inflasi meningkat akibat kenaikan BBM dan kontribusi ekspor yang melemah.Hal tersebut diikuti pula oleh turunnya nilai realisasi PMA dan PMDN karena biaya produksi yang meningkat serta penurunan pada sektor pertanian akibat krisis pupuk dan turunnya haraga internasional produk-produk pertanian. Universitas Sumatera Utara Penelitian keempat dilakukan oleh Ratri Furry Pustika Rachim dari Universitas Diponegoro pada tahun 2013 dengan judul Evaluasi Pemekaran Wilayah Kota Serang Ditinjau dari Kinerja Ekonomi dan Kinerja Pelayanan Publik Daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja ekonomi dan kinerja pelayanan publik pada tahu 2009-2011 di Kota Serang.Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode indeksasi untuk membandingkan kinerja daerah otonom baru dengan daerah induk setelah dilakukannya pemekaran wilayah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Serang mampu menyetarakan kinerja ekonominya dengan daerah induk sebelumnya yaitu Kabupaten Serang. Sedangkan untuk kinerja pelayanan publik, Kota Serang justru lebih unggul dibandingkan Kabupaten Serang 2.6 Kerangka Konseptual Evaluasi kinerja pembangunan ekonomi disusun dengan menggunakan beberapa indikator sebagai kontrol atau penilainya.Indikator kinerja ekonomi berisi tentang variabel makro ekonomi daerah yang berpengaruh kepada hasil evaluasi kinerja ekonomi.Pertumbuhan ekonomi, PDRB, serta distribusi pendapatan berhubungan positif, artinya semakin tinggi nilainya maka semakin bagus pula kinerja pembangunan ekonomi.Sedangkan angka kemiskinan berpengaruh negatif, yang berarti semakin tinggi angka kemiskinan, semakin buruk pula kinerja pembangunan ekonomi daerah tersebut. Kelompok Indikator Pembangunan Bidang Ekonomi berisi variabel yang berpengaruh terhadap evaluasi kinerja pembangunan bidang ekonomi baik dari Bidang Keuangan Daerah, Perizinan, Koperasi dan UMKM, Penanaman Modal, Universitas Sumatera Utara Pariwisata dan Kebudayaan, serat Industri dan Perdagangan. Masing-masing kelompok variabel terdapat pada SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang berbeda dan memilki variabel tertentu sebagai penilai.Secara sistematis, kerangka pemikiran diatas dibuat dalam skema sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Indikator Makro 1. Laju pertumbuhan ekonomi 2. Pertumbuhan PDRB Perkapita 3. Kemiskinan 4. Distribusi Pendapatan KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG EKONOMI Pembangunan Bidang Ekonomi 1. Bidang Keuangan (Dinas Pendapatan) 2. Bidang perizinan (Badan Pelayanan Perizinan Terpadu) 3. Bidang Koperasi Dan UMKM (Dinas Koperasi dan UMKM) 4. Bidang Penanam Modal (Badan penanaamam Modal) 5. Bidang Pariwisata dan Kebudayaan (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) 6. Bidang Industri (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Universitas Sumatera Utara