IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Transplantasi sel Keberhasilan transplantasi sel gonad gurame pada larva nila ditunjukkan pada Gambar 4 yang ditandai dengan adanya sel-sel merah yang berpendar. Selsel yang berpendar tersebut adalah sel gonad gurame yang telah ditandai dengan PKH-26. Sel-sel gonad menyebar ke seluruh bagian tubuh larva, tetapi yang paling banyak ditemukan adalah pada bagian rongga antara dorsal dan kuning telur (Gambar 4A). Hal ini disebabkan karena lokasi penyuntikkan sel berada pada bagian tersebut. Penyuntikkan sel menggunakan PKH-26 dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan penyuntikkan sebelum larva nila transplan tersebut dianalisis menggunakan PCR. C D Gambar 4. Tempat kolonisasi sel donor dalam tubuh larva ikan nila resipien. Kolonisasi sel donor pada bagian rongga perut antara dorsal dan kuning telur (A), sel donor tekolonisasi di bagian kepala (B), sel donor terkolonisasi di bagian ekor (C), dan sel donor terkolonisasi di bagian dekat anus (D). 4.1.2 Ekstraksi DNA Seperti ditampilkan pada Gambar 5, 6, dan 7, pita-pita DNA menunjukkan keberhasilan ekstraksi. Pada sampel 10.000 dan 20.000 sel pita DNA sangat tipis sekali dan hampir tidak terlihat, sedangkan pada sampel sel 1.250 - 5.000 pita DNA tidak terlihat. Gambar 5 menunjukkan hasil ekstraksi dari 20.000 – 80.000 sel gonad ikan gurame, Gambar 6 menunjukkan hasil ekstraksi dari sel gonad ikan gurame sebanyak 1250 – 20.000 sel dan hasil ekstraksi sel gonad gurame berbanding gonad nila sebanyak 1:1 – 1:104. Sedangkan untuk Gambar 7 menunjukkan hasil ekstraksi dari nila transplan yang sudah disuntikkan sel donor sebanyak 1.250 - 80.000 sel. Larva nila transplan tersebut sebelumnya sudah diamati menggunakan mikroskop fluoresen. Selain menggunakan elektroforesis, pengecekan DNA juga dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan menggunakan GeneQuant sehingga konsentrasi DNA dapat diketahui. M 20 30 40 60 80 Gambar 5. Elektroforesis DNA hasil ekstraksi dari sel gonad ikan gurame sebanyak 20.000-80.000 sel. M adalah marker DNA, sementara angka di atas gambar adalah jumlah sel 20.000 – 80.000. M 1,25 2,5 5 10 20 M 1:1 1:10 1:102 1:103 1:104 Gambar 6. Elektroforesis DNA hasil ekstraksi dari sel gonad ikan gurame sebanyak 1.250 – 20.000 sel dan dari campuran sel ikan gurame dan ikan nila dengan perbandingan berbeda. M adalah marker DNA, sementara angka di atas gambar adalah jumlah sel 1.250– 20.000 sel. M 1,25 2,5 5 10 20 M 20 30 40 60 80 Gambar 7. Elektroforesis DNA hasil ekstraksi dari larva ikan nila transplan dengan jumlah sel donor berbeda. M adalah marker DNA, sementara angka di atas gambar adalah jumlah sel yang ditransplantasikan yaitu 1.250 – 80.000 sel. Tabel 1 menampilkan hasil pengukuran konsentrasi DNA menggunakan GeneQuant. Konsentrasi DNA sel gurame yang paling tinggi adalah dari hasil ekstraksi 80.000 sel yaitu sebesar 124 µg/mL, sedangkan konsentrasi DNA terkecil adalah 8 µg/mL pada sampel 1.250 sel. Kisaran rasio yang diperoleh dari sampel tersebut berkisar antara 1,543 -1,936. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas DNA hasil ekstraksi relatif bagus. Tabel 1. Konsentrasi DNA hasil ekstraksi dari sel gonad ikan gurame dengan jumlah sel berbeda Sampel Rasio DNA (µg/mL) 1250 1,936 8 2500 1,676 12 5000 1,780 12 10.000 1,543 16 20.000 1,690 16 30.000 1,773 24 40.000 1,618 32 60.000 1,654 48 80.000 1,760 124 Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa semakin banyak sel yang diekstrasi maka semakin besar konsentrasi DNA hasil ekstraksi. Konsentrasi DNA yang paling besar terdapat pada sel dengan perbandingan 1 : 104 yaitu sebesar 2884 µg/mL, sedangkan konsentrasi DNA terendah didapatkan dari sel dengan perbandingan 1:1 yaitu sebesar 24 µg/mL. Tabel 2. Konsentrasi DNA hasil ekstraksi dari campuran sel gonad ikan gurame dan ikan nila Sampel Rasio DNA (µg/mL) 1:1 1,212 24 1:10 1,179 28 2 1,735 128 1:103 1,817 744 1:104 1,806 2884 1:10 Tabel 3 memperlihatkan adanya perbedaan konsentrasi DNA dan konsentrasi tertinggi adalah 1132 µg/mL yaitu diperoleh pada larva yang disuntikan sel gurame sebanyak 60.000 sel. Kemudian untuk konsentrasi terendah didapat dari larva yang disuntik sel gonad gurame sebanyak 1.250 sel yaitu sebesar 524 µg/mL. Tabel 3. Konsentrasi DNA hasil ekstraksi dari larva nila resipien Sampel Rasio DNA (µg/mL) 1250 1,744 524 2500 1,794 588 5000 1,816 724 10.000 1,793 544 20.000 1,812 636 30.000 1,764 960 40.000 1,803 904 60.000 1,775 1132 80.000 1,722 676 4.1.3 Amplifikasi DNA dengan PCR Berdasarkan Gambar 8A dapat dilihat bahwa jumlah minimum sel gonad gurame dengan produk PCR dapat terdeteksi adalah 10.000 sel. Jumlah minimum sel gonad donor yang dapat terdeteksi oleh PCR tersebut selanjutnya digunakan sebagai jumlah sel gonad gurame yang dicampurkan dengan sel gonad nila resipien. Hasil PCR perbandingan tersebut ditunjukkan oleh Gambar 9A dengan perbandingan 1 : 104 sel (sel gurame : sel nila) masih dapat terdeteksi oleh PCR. Kondisi riil dalam pendeteksian sel gonad donor dengan menggunakan PCR ditunjukkan oleh Gambar 10A dimana sel tersebut sudah disuntikkan ke dalam tubuh larva. Pada hasil PCR nila transplan (Gambar 10A), pita DNA hanya ditemukan pada larva yang disuntik gonad gurame sebanyak 40.000 sel dan 80.000 sel. Hasil tersebut berbeda dengan hasil pendeteksian sebelum disuntikkan ke dalam larva resipien (Gambar 8A dan Gambar 9A). Selain itu, PCR β-aktin juga dilakukan sebagai kontrol internal loading DNA dalam proses PCR (Gambar 8B, 9B, dan 10B). Pada PCR β-aktin gurame (Gambar 8B), terlihat adanya pita DNA dari 10.000 sel – 80.000 sel. PCR β-aktin pada campuran sel nila dan gurame (Gambar 9B), terlihat adanya pita dari 1:1 sampai 1:104. Begitu juga untuk PCR β-aktin nila transplan terdapat pita – pita DNA (Gambar 10B). M + 1,25 2,5 5 10 20 30 40 60 80 - A B Gambar 8. Hasil PCR dengan primer GH (A) dan β-aktin (B) menggunakan DNA dari sel gonad gurame 1.250-80.000 sel. M: marker DNA; (+): kontrol positif; (-): kontrol negatif; 1,25: 1.250 sel; 2,5: 2.500 sel; 5: 5.000 sel; 10: 10.000 sel; 20: 20.000 sel; 30: 30.000 sel; 40: 40.000 sel; 60: 60.000 sel; dan 80: 80.000 sel M + 1:1 1:10 1:102 1:103 1:104 - A B Gambar 9. Hasil PCR dengan primer GH (A) dan β-aktin (B) menggunakan DNA dari campuran sel gonad ikan gurame dan ikan nila. M: marker DNA; (+): kontrol positif; (-): kontrol negatif; 1,25: 1.250 sel; 2,5: 2.500 sel; 5: 5.000 sel; 10: 10.000 sel; 20: 20.000 sel; 30: 30.000 sel; 40: 40.000 sel; 60: 60.000 sel; dan 80: 80.000 sel M + 1,25 2,5 5 10 20 30 40 60 80 - A B Gambar 10. Hasil PCR dengan primer GH (A) dan β-aktin (B) menggunakan DNA dari larva ikan nila hasil transplantasi. M: marker DNA; (+): kontrol positif; (-): kontrol negatif; 1,25: 1.250 sel; 2,5: 2.500 sel; 5: 5.000 sel; 10: 10.000 sel; 20: 20.000 sel; 30: 30.000 sel; 40: 40.000 sel; 60: 60.000 sel; dan 80: 80.000 sel 4.2 Pembahasan Teknologi transplatasi sel atau teknologi induk semang diduga akan berperan penting bagi perkembangan reproduksi ikan – ikan yang memiliki waktu matang gonad yang lambat. Sebagai langkah awal dalam pengembangan teknologi transplantasi sel, pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan metode deteksi sel donor dalam tubuh resipien menggunakan metode PCR. Umumnya deteksi sel donor dilakukan melalui beberapa cara seperti histologi, penggunaan sel GFP dan sel yang diberi label PKH-26. Pada mulanya, PGC ikan dapat dikenali dengan histologi berdasarkan karakter morfologinya, seperti ukuran, rasio nukleositoplastomik, granular nuclear chromation (Patino & Takashima 1995 dalam Yoshizaki et al., 2000). Berdasarkan penelitian Moore (1937) dalam Yoshizaki et al. (2000) bahwa secara histologi, PGC ikan rainbow trout dapat dideteksi pada tahap mesoderm ketika mendekati blastopore, sembilan hari setelah fertilisasi. Selain itu, Wolke et al. (2002) dalam Takeuchi et al. (2002) menyimpulkan bahwa dengan menggunakan gen GFP sebagai reporter, sel gonad ikan transgenik yang membawa gen GFP dengan promoter vasa akan mudah dibedakan, yaitu sel terlihat berpendar hijau bila diamati menggunakan mikroskop fluoresen. Keberadaan mikroskop fluoresen di Indonesia masih sangat terbatas, maka penggunaan metode ini untuk deteksi sel donor masih relatif sulit. Selain itu pembuatan ikan transgenik juga membutuhkan waktu yang relatif lama. Pada tahap awal penelitian, dilakukan pengujian sensitivitas PCR dalam deteksi sel gonad ikan gurame menggunakan DNA hasil ekstraksi dari 1.250 sampai 80.000 sel. Metode yang digunakan adalah metode PCR dengan primer spesifik gurame (Marlina, 2009). Menurut Okutsu et al. (2008) bahwa sel germinal donor ikan rainbow trout dapat dideteksi menggunakan primer spesifik berdasarkan sekuen gen vasa, yang diamplifikasi dengan metode PCR, sehingga hanya DNA dari sel germinal ikan rainbow trout saja yang dideteksi oleh primer tersebut. Primer yang digunakan pada penelitian ini adalah primer GH dan β-aktin sebagai kontrol internal. Menurut Marlina (2009) bahwa marker molekular GH dan vasa dapat dijadikan sebagai penanda untuk mendeteksi sel germinal donor (ikan gurame) di dalam gonad resipien (ikan nila). Marker molekular GH lebih sensitif dibandingkan vasa dalam mendeteksi sel donor ikan gurame, dengan kemampuan mendeteksi 1 sel gurame di antara 104 sel nila. Akan tetapi, pada penelitian Marlina (2009) DNA yang dideteksi adalah DNA murni hasil ekstraksi dari sirip ekor. Pada penelitian ini digunakan DNA dari sel yang telah ditentukan jumlahnya kemudian diekstraksi dan diamplifikasi menggunakan PCR. Selain itu pada penelitian ini juga dilakukan penyuntikkan larva menggunakan sel gonad gurame yang diberi pewarna PKH-26. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan penyuntikan pada larva dan untuk membandingkan sensitivitas PCR dengan mikroskop fluoresen. Seperti ditunjukkan pada Gambar 4, terlihat bahwa sel donor dalam tubuh larva yang disuntik dengan sel gonad gurame yang diberi pewarna PKH-26 dapat terdeteksi. Hal ini diperlihatkan dengan adanya sel-sel yang berpendar merah yang terlihat di dalam tubuh larva (ditunjukkan dengan tanda panah). Sel-sel donor dominan terkolonisasi di rongga yang terletak antara kuning telur dan dorsal (Gambar 4A), sebagian menyebar ke kepala (Gambar 4B), ekor (Gambar 4C), dan dekat anus (Gambar 4D). Penyebaran sel donor ke bagian lain tubuh ikan resipien selain rongga perut diduga akibat dari tekanan sewaktu injeksi. Selain itu, sel-sel donor tersebut diduga akan migrasi ke rongga perut seperti dijelaskan oleh Takeuchi et al. (2004). Pengamatan larva nila transplan di bawah mikroskop fluoresen dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya sel donor di dalam tubuh larva sebelum larva tersebut dicek menggunakan PCR. Pada pengamatan sel menggunakan mikroskop fluoresen, semakin banyak sel yang disuntikkan maka semakin banyak sel yang masuk ke dalam tubuh larva. Hal ini dapat dilihat dari jumlah sel yang teramati dari 1.250 – 80.000 sel (Lampiran 1). Setelah pengamatan menggunakan mikroskop fluoresen, larva nila transplan dianalisis menggunakan PCR dengan hasil diperlihatkan oleh Gambar 10A. Hasil PCR nila transplan menunjukkan bahwa tidak semua sel donor dalam tubuh larva hasil injeksi dapat dideteksi oleh PCR, yaitu hanya pada larva yang disuntik sebanyak 40.000 dan 80.000 sel. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa deteksi menggunakan mikroskop fluoresen jauh lebih sensitif dibandingkan dengan metode PCR. Selain pengamatan menggunakan mikroskop fluoresen, analisis hasil ekstraksi DNA dari sel pun dilakukan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya DNA hasil ekstraksi. Hasil ekstraksi sel ditunjukkan oleh Gambar 5, 6, dan 7 yang mennunjukkan hasil positif (adanya pita DNA). Analisis DNA juga dilakukan secara kuantitatif menggunakan GeneQuant. Hasil pengukuran konsentrasi DNA diperlihatkan oleh Tabel 1-3. Berdasarkan hasil Tabel 1-2, konsentrasi DNA semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah sel yang diekstraksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin banyak jumlah sel yang diekstraksi maka akan semakin banyak DNA genom yang diperoleh. Akan tetapi, pada Tabel 3 telihat adanya keragaman konsentrasi DNA yang diperoleh, diduga akibat dari perbedaan ukuran larva ikan nila. Pembuktian adanya DNA juga dilakukan dengan PCR menggunakan primer β-aktin (Gambar 8B, 9B, dan 10B). Berdasarkan Gambar 8B, pita DNA βaktin dapat terdeteksi dari 10.000 - 80.000 sel, sedangkan campuran sel gonad gurame dan nila (Gambar 9B) terdapat pita – pita DNA yang jelas dan perbandingan terkecil yang masih dapat terdeteksi adalah 1:104. Berdasarkan hasil yang didapat pada Gambar 8A, terlihat bahwa semakin banyak sel gurame yang diekstraksi maka semakin tebal pita DNA yang terdeteksi. Panjang pita GH gurame yang didapat adalah 340 bp, sesuai dengan yang diperoleh oleh Marlina (2009). Selanjutnya, jumlah minimal sel gurame yang dapat dideteksi oleh PCR adalah 10.000 sel. Hasil yang diperoleh tersebut lebih sensitif dibandingkan dengan yang diungkapan oleh Karanis et al. (2007) yang menyatakan bahwa PCR mampu mengamplifikasi konsentrasi terendah yang setara dengan 105 oosit Cryptosporidium. Pada Gambar 9A memperlihatkan hasil PCR dengan DNA dari campuran sel gonad gurame dan nila menunjukkan bahwa semakin kecil perbandingan sel, maka semakin tebal pita DNA yang terdeteksi. Hal ini disebabkan karena konsentrasi target annealing primer semakin besar. Dari hasil tersebut perbandingan 1:104 masih dapat terdeteksi oleh PCR. Hasil yang diperoleh ini sama dengan yang diperoleh oleh Marlina (2009), yaitu sensitivitas marker molekuler GH dapat mendeteksi 1 sel ikan gurame di dalam 104 sel ikan nila.