I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta km2 dan luas lautan ± 3,2 juta km2. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki pulau sebanyak 17.508 pulau dan memiliki garis pantai terpanjang ke empat di dunia (setelah Amerika Serikat, Kanada dan Rusia) dengan panjang 95.181 km2 (Gunawan, 2014). Peluang pengembangan perikanan di Indonesia cukup besar, berdasarkan laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2014 potensi pengembangan perikanan untuk (a) perikanan tangkap di laut sebesar 6,5 juta ton dan di perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun, (b) budidaya laut seluas 8,3 juta ha terdiri dari budidaya ikan (20%), budidaya kekerangan (10%), budidaya rumput laut (60%) dan lainnya (10%), (c) potensi budidaya air payau seluas 1,3 juta ha, (d) budidaya air tawar terdiri dari kolam seluas 526,40 ribu ha, perairan umum (danau, waduk, sungai dan rawa) seluas 158,2 ribu ha, sawah untuk mina padi seluas 1,55 juta ha, serta (e) bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan dan lainnya (Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2014). Subsektor perikanan sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan cara mengusahakannya, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap umumnya merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan menangkap ikan di perairan dengan menggunakan berbagai macam alat tangkap. Perikanan budidaya adalah kegiatan membudidayakan berbagai jenis ikan baik di danau, waduk, rawa, kolam, sawah, genangan air dan lainnya. Penangkapan perikanan secara terus – menerus tanpa adanya kontrol maka akan mengakibatkan kerusakan ekosistem pada perairan itu sendiri serta keberlanjutannya. Solusinya diperlukan adanya perikanan budidaya yang bisa terus berproduksi tanpa harus merusak ekosistem perairan. Perikanan 1 2 budidaya dilakukan dengan membudidayakan perikanan yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan pangan serta meningkatkan perekonomian masyarakat. Produksi perikanan di Indonesia (Tabel. 1) dari tahun 2009 hingga tahun 2014 produksinya terus mengalami peningkatan, peningkatan yang paling signifikan terjadi pada perikanan budidaya. Perikanan tangkap juga mengalami kenaikan produksinya tetapi tidak kenaikan tidak sebesar perikanan budidaya. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa perikanan budidaya memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan lagi. Tabel 1. Produksi Perikanan (ton) Indonesia Tahun 2009-2014 Jenis Ikan 2009 Perikanan Tangkapan - Ikan Tuna 163.965 Cakalang 355.624 Tongkol 423.847 Ikan lainnya 3.382.823 - Binatang Berkulit Keras Udang 236.870 Binatang Berkulit Lainnya 65.731 - Lainnya 182.275 Produksi Total 4.812.235 Perikanan Budidaya Rumput laut 2.963.556 Udang 338.060 Kerapu 5.073 Kakap 6.400 Bandeng 328.288 Ikan Mas 249.279 Nila 323.389 Lele 144.755 Patin 109.685 Gurame 46.254 Lainnya 193.826 Produksi Total 4.708.565 2010 Tahun 2011 2012 166.208 348.897 390.595 241.364 372.211 415.331 275.778 429.024 432.138 3.634.445 227.326 3.684.533 3.684.634 260.618 263.032 2013 2014*) 305.435 481.014 451.048 310.560 484.610 454.180 3.858.064 3.900.980 251.343 255.410 75.218 196.757 5.039.446 83.026 74.407 288.646 276.620 5.345.729 5.435.633 87.365 87.000 282.744 287.250 5.707.013 5.779.990 3.915.017 380.972 10.398 5.738 421.757 282.695 464.191 242.811 147.888 56.889 349.568 6.277.923 5.170.201 6.514.854 400.385 415.703 10.580 11.950 5.236 6.198 467.449 518.939 332.206 374.366 567.078 695.063 337.577 441.217 229.267 347.000 64.252 84.681 344.731 265.580 7.928.962 9.675.553 9.298.474 10.234.357 645.955 592.219 18.864 12.430 6.735 4.439 627.333 621.393 412.703 484.110 914.778 912.613 543.774 613.120 410.883 403.133 94.605 108.180 326.801 535.355 13.300.906 14.521.349 Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014 Keterangan : *Angka Sementera Melihat potensi dan produksi perikanan nasional (Tabel. 1) yang begitu besar, maka diperlukan suatu konsep dan strategi pengembangan perikanan yang dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan secara optimal dan 3 berkelanjutan. Salah satu strateginya adalah dengan perikanan budidaya, karena perikanan budidaya memiliki keunggulan dibandingkan perikanan tangkap adalah lebih mampu menjaga kelestarian alam, menghindari terjadinya overfishing, serta dapat berproduksi secara terus menerus karena ikan dikondisikan untuk terus berkembang biak. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi pengembangan subsektor perikanan. Potensi tersebut terdiri dari perikanan laut dan perikanan tangkap. Produksi perikanan di provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009-2013 seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi Perikanan (ton) di Jawah Tengah Dari Tahun 2009 – 2013 Uraian 1. Perikanan Laut 2. Perikanan Darat a. Budidaya b. Perairan Umum Jumlah 2009 2010 Tahun 2011 2012 2013 198.569,50 212.635,1 251 520,8 256.093,00 224.267,30 142.081,40 17.660,70 189.949,5 18.483,5 244 547,0 19 082,7 257.174.30 19.459,60 375.003.23 19.711,80 358.311,6 421.068,1 515 150,5 532.726,9 618.982,33 Sumber: Badan Pusat Stastistik Jawa Tengah, 2014 Berdasarkan Tabel 2, produksi perikanan di Provinsi Jawa Tengah setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Peningkatan khususnya pada perikanan darat, dimana perikanan darat umumnya berasal dari perikanan budidaya yang diusahakan di berbagai tempat seperti di kolam, tambak dan lainnya, sedangkan perikanan laut umumya berasal dari perikanan tangkap di laut. Data produksi tersebut menunjukkan bahwa provinsi Jawa Tengah memiliki potensi pengembangan perikanan. Salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi pengembangan perikanan adalah Kabupaten Boyolali, khususnya perikanan budidaya. Perikanan budidaya di Kabupaten Boyolali pada umumnya diusahakan di kolam-kolam, keramba dan jaring apung. Ikan yang dibudidayakan pada umumnya adalah ikan air tawar seperti nila, gurame, bawal, lele dan lainya. Produksi perikanan Kabupaten Boyolali dari tahun 2012-2013 pada Tabel 3. 4 Tabel 3. Produksi Ikan (kg) di Kabupaten Boyolali Dari Tahun 2010 – 2014 Berdasarkan Komoditas Komoditas Nila Lele Karper Gurame Patin Total 2010 2.650 14.830 1.570 19.050 Produksi (ton per tahun) 2011 2012 2013 3.150 3.843 3.238,10 17.500 18.247,80 15.144,97 1.650 1.267.50 544,3 40 21,82 27,8 75,87 22.300 22.159 19.025,06 2014 4.032,12 18.907,60 846,16 36,42 109,77 23.932,07 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, 2015 Berdasarkan Tabel 3, Produksi perikanan di Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan setiap tahunya. Peningkatan produksi tersebut menunjukkan potensi pengembangan perikanan di Kabupeten Boyolali khususnya perikanan budidaya. Peningkatan produksi perikanan tersebut di prediksi terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun yang akan datang seiring meningkatnya jumlah pembudidaya perikanan di Kabupaten Boyolali. Pengembangan agribisnis perdesaan merupakan pilihan tepat dan strategis untuk dapat menggerakan roda perekonomian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan. Hal ini memungkinkan karena adanya kemampuan yang tinggi dari agribisnis. Agribisnis pedesaan berperan dalam penyerapan tenaga kerja, mengingat sifat industri pertanian yang padat karya dan bersifat massal dengan berbasis pada masyarakat dalam upaya meningkatkan perekonomian di pedesaan (Arifin, 2011). Desa Cepokosawit merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali dimana pada tahun 2012 telah merintis sebuah agribisnis pedesaan yang berfokus pada subsektor perikanan budidaya khususnya budidaya ikan dan udang. Pemilihan subsektor perikanan untuk dikembangkan di Desa Cepokosawit melihat dari adanya potensi pengembangan perikanan di desa tersebut. Potensi tersebut seperti daya dukung alam, ketersediaan lahan, sumberdaya manusia dan kebijakan pemerintah. Keberadaan agribisnis ikan dan udang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Cepokosawit. Sebagai upaya mengembangkan agribisnis ikan dan udang di desa Cepokosawit kini telah 5 terbentuk kelembagaan yang mengurusi agribisnis ikan dan udang tersebut. Selain itu untuk menunjang produksi perikanan juga dilakukan pembangunan infranstruktur penunjang dari budidaya perikanan seperti pembangunan kolam-kolam permanen, jalan, penataan irigiasi dan lainya. B. Perumusan Masalah Desa Cepokosawit merupakan salah satu desa yang berada Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. memulai merintis Desa Cepokosawit pada tahun 2012 telah agribisnis yang berfokus pada subsektor perikanan khususnya perikanan budidaya ikan dan udang. Perintisan agribinis perikanan tersebut bertujuan untuk meningktkan perekonomian masyarakat Desa Cepokosawit khusunya yang terlibat dalam agribisnis perikanan tersebut. Pemilihan komoditas ikan dan udang untuk dikembangkan di Desa Cepokosawit sesuai dengan potensi desa seperti daya dukung alam, ketersediaan lahan, sumberdaya manusia dan kebijakan pemerintah. Sebagai upaya pengembangan agribisnis perikanan perlu dilakukan upaya yang konkrit untuk mendukung pengembangan agribisnis tersebut. Upaya yang dilakukan adalah dengan melibatkan semua stakeholder terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dalam agribisnis perikanan tersebut. Langkah utama untuk melakukan pengembangan suatu agribisnis ikan dan udang adalah perlu mengetahui faktor-faktor strategis internal dan eksternal dari agribisnis ikan dan udang tersebut. Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman. Strategi yang baik adalah strategi yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang dihadapi. Faktor-faktor tersebut dikemas dan dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya dan peluang dalam pengembangan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali dalam rangka mendukung pembangunan dan peningkatan taraf hidup khusnya masyarakat yang terlibat dalam agribisnis ikan dan udang. 6 Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali ? 2. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi dalam pengembangan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali ? 3. Apa saja alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali ? 4. Prioritas strategi apa yang diterapkan dalam pengembangan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kondisi agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 2. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 3. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 4. Menentukan prioritas strategi yang diterapkan dalam pengembangan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7 2. Bagi Pelaku agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pengembangan agribisnis ikan dan udang. 3. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan yang diteliti. 4. Bagi Pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan informasi dan pengetahuan mengenai bidang yang diteliti.