penggunaan diagnostic control system dalam implementasi strategi

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGGUNAAN DIAGNOSTIC CONTROL SYSTEM DALAM
IMPLEMENTASI STRATEGI PADA PT ANGKASA PURA
SUPPORTS
TESIS
CITRA FERIMA
1006794910
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
JAKARTA
JULI 2012
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGGUNAAN DIAGNOSTIC CONTROL SYSTEM DALAM
IMPLEMENTASI STRATEGI PADA PT ANGKASA PURA
SUPPORTS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Akuntansi (M.Ak.)
CITRA FERIMA
1006794910
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
JAKARTA
JULI 2012
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Citra Ferima
NPM
: 1006794910
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 23 Juli 2012
ii
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
iii
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkah, rahmat,
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Saya menyadari, bahwa
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Thomas H. Secokusumo, MBA., M.Sc., selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
selama masa perkuliahan dan dalam penyusunan tesis ini;
2.
Ibu Prof. Dr. Lindawati Gani, CMA, selaku Ketua Program Magister
Akuntansi Universitas Indonesia dan dosen penguji yang telah memberikan
arahan selama masa perkuliahan dan presentasi tesis;
3.
Bapak Dr. Gede Harja Wasistha, CMA, selaku dosen penguji yang telah
memberikan arahan dan saran selama masa perkuliahan dan presentasi tesis;
4.
Seluruh dosen, staf akademik dan administrasi, atas segala bantuan dan
dukungannya selama masa perkuliahan dan masa penulisan tesis ini;
5.
Bapak Novrihandri S.E., Ak., MBA., selaku Direktur Keuangan PT Angkasa
Pura Supports yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data
dan informasi yang saya perlukan;
6.
Orang tua, H. Ferisyal Ramli dan Hj. Mayastuti, serta adik-adik, Zaza, Dimas,
dan Eqy, yang selalu memberikan cinta, pengorbanan, nasihat, dan do’a agar
saya dapat menyelesaikan studi;
7.
Akhmad Dody Setiawan, SE., yang selalu memberikan dukungan, saran, dan
kesabaran selama masa studi berlangsung hingga tesis ini selesai;
8.
Keluarga besar, Tante Nel, Mama, Om Very, Tante Titin, Tifa, Taffy, Rezia,
Reza, Putri, Venna, Fia, dan Varen, yang telah memberikan do’a dan
dukungan moral yang tak terhingga;
9.
Teman-teman kelas B101P dan 2P101P, yang telah memberikan semangat
dan banyak membantu saya selama masa studi berlangsung;
iv
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 23 Juli 2012
Citra Ferima
v
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama
: Citra Ferima
NPM
: 1006794910
Program Studi : Magister Akuntansi
Departemen
: Akuntansi
Fakultas
: Ekonomi
Jenis karya
: Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Penggunaan Diagnostic Control System dalam Implementasi Strategi pada
PT Angkasa Pura Supports
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 23 Juli 2012
Yang menyatakan,
(Citra Ferima)
vi
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
ABSTRAK
Nama
: Citra Ferima
Program Studi : Magister Akuntansi
Judul
: Penggunaan Diagnostic Control System dalam Implementasi
Strategi pada PT Angkasa Pura Supports
Tesis ini membahas penggunaan diagnostic control system dalam
mengimplementasikan strategi. Tujuan sistem ini adalah untuk mengintegrasikan
strategi, yang merupakan rencana jangka panjang perusahaan, dengan anggaran.
Dengan demikian, manajemen memiliki sistem pengendalian yang baik dalam
perusahaan dan manajemen pun dapat menghasilkan anggaran yang mendukung
tujuan akhir perusahaan. Penelitian ini adalah studi kasus pada sebuah perusahaan
yang bergerak di bidang penjualan dan penyewaan produk dan jasa
kebandarudaraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan telah
mengembangkan balanced scorecard, namun balanced scorecard tersebut belum
sempurna, karena tidak adanya strategy map. Sehingga integrasi antara strategi
dan anggaran pun kurang tepat dan tidak mencapai target ROE yang diharapkan
perusahaan. Namun setelah dilakukan revisi, perusahaan akhirnya mampu
mencapai target ROE yang diharapkan. Dengan adanya balanced scorecard dan
anggaran, diharapkan perusahaan dapat mengkomunikasikan strategi kepada
setiap individu dalam perusahaan dengan lebih baik.
Kata kunci:
Diagnostic control system, balanced scorecard, anggaran
vii
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
ABSTRACT
Name
: Citra Ferima
Study Program : Magister of Accounting
Title
: The Use of The Diagnostic Control System in Strategy
Implementation on PT Angkasa Pura Supports
The focus of this study is the use of diagnostic control system in strategy
implementation. The purpose of this system is to integrate strategy which is
known as the long term planning, with budget. Therefore, management will have
a proper control system and a budget that support the vision of the company. This
paper use study case method in a trading and rental company for airport products
and services. The results show that company has developed balanced scorecard
but the development is not perfect, because there is no strategy map included to
the system. Therefore, the integration between strategy and budget is not
appropriate. After revision, company finally can reach the targeted ROE. With the
balanced scorecard and budget, hopefully management can do a better
communication of strategy to every person in the company.
Key words:
Diagnostic control system, balanced scorecard, budget
viii
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Metode Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
ix
xi
xii
xiii
1
1
3
4
4
4
5
II. LANDASAN TEORI
2.1 Perencanaan Strategi (Strategic Plan)
2.2 Sistem Pengendalian Manajemen (Management Control System)
2.3 Diagnostic Control System
2.3.1 Balanced Scorecard (BSC)
2.3.2 Alasan Organisasi Menggunakan Diagnostic Control System
2.3.3 Diagnostic Control System yang Efektif
2.3.4 Risiko Diagnostic Control System
2.4 Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Manajemen
2.5 Profit Plan
2.5.1 Profit Wheel
2.5.2 Cash Wheel
2.5.3 ROE Wheel
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Latar Belakang Pendirian Perusahaan
3.2 Profil Perusahaan
3.2.1 Struktur Modal
3.2.2 Visi dan Misi
3.2.2.1 Visi
3.2.2.2 Misi
3.2.3 Produk
3.2.4 Konsumen
3.2.5 Struktur Organisasi
3.3 Perencanaan Perusahaan
ix
6
6
8
11
11
13
14
16
18
21
23
27
28
30
30
31
31
31
31
31
32
33
33
35
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
3.3.1
3.3.2
3.3.3
3.3.4
3.3.5
3.3.6
3.3.7
Strategi
Program Kerja
Key Performance Indicator
Anggaran
Pengawasan dan Pengendalian
Standar Operasi
Key Success Factors
35
37
38
39
39
40
41
IV. ANALISIS DAN HASIL
4.1 Kerangka Analisis
4.2 Rancangan Balanced Scorecard
4.2.1 Tema Strategi
4.2.2 Strategy Map Jangka Pendek
4.2.3 Strategy Map Jangka Menengah
4.2.4 Strategy Map Jangka Panjang
4.2.5 Balanced Scorecard
4.3 Integrasi Strategi dan Anggaran
4.4 Analisis Anggaran
4.4.1 Profit Wheel
4.4.1.1 Estimasi Tingkat Penjualan
4.4.1.2 Estimasi Biaya Operasi
4.4.1.3 Kalkulasi Laba yang Diharapkan
4.4.1.4 Nilai Investasi untuk Aset Baru
4.4.1.5 Uji Asumsi
4.4.2 Cash Wheel
4.4.3 ROE Wheel
4.5 Analisis Anggaran Revised
4.5.1 Profit Wheel
4.5.2 Cash Wheel
4.5.3 ROE Wheel
4.6 Keterkaitan Strategic Plan dengan Profit Plan
4.7 Pengawasan dan Pengendalian Profit Plan
42
42
43
43
44
47
49
51
55
61
62
62
65
66
67
68
69
69
70
70
72
72
73
73
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian
5.2 Rekomendasi
5.3 Keterbatasan Penelitian
75
75
76
76
DAFTAR REFERENSI
77
x
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Key Performance Indicator
38
Tabel 4.1 Tema Strategi
43
Tabel 4.2 Internal Business Jangka Pendek
45
Tabel 4.3 Balance Scorecard Jangka Pendek
51
Tabel 4.4 Tambahan Strategy Objectives dan Measures Jangka Menengah 52
Tabel 4.5 Tambahan Strategy Objectives dan Measures Jangka Panjang
52
Tabel 4.6 Perbandingan KPI Manajemen dan KPI Hasil Analisis PT APS 53
Tabel 4.7 Balanced Scorecard dan Action Plan PT APS
56
Tabel 4.8 Program Market Developmet
58
Tabel 4.9 Program Customer Relationship Management
60
Tabel 4.10 Program Rekrutmen dan Pengembangan Potensi Karyawan
61
Tabel 4.11 Asumsi Variabel Eksternal dan Internal
62
Tabel 4.12 Opportunities
64
Tabel 4.13 Estimasi Pendapatan
65
Tabel 4.14 Estimasi Biaya Operasi
66
Tabel 4.15 Estimasi Laba PT APS
67
Tabel 4.16 Nilai Investasi Baru PT APS
68
Tabel 4.17 Uji Asumsi
68
Tabel 4.18 Perkiraan Arus Kas PT APS
69
Tabel 4.19 Uji Asumsi Revised
71
Tabel 4.20 Perkiraan Arus Kas PT APS Revised
72
xi
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Corporate and Business Strategy
7
Gambar 2.2 Hierarchy of Business Strategy
7
Gambar 2.3 Levers of Control
10
Gambar 2.4 Fear of Failure Determines Critical Performance Variables 14
Gambar 2.5 Three Wheels of Profit Planning
23
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
34
Gambar 3.2 Strategi Bisnis
36
Gambar 3.3 Mekanisme Penyewaan Produk
40
Gambar 4.1 Kerangka Analisis Penelitian
42
Gambar 4.2 Strategy Map Jangka Pendek
47
Gambar 4.3 Strategy Map Jangka Menengah
48
Gambar 4.4 Strategy Map Jangka Panjang
50
xii
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Neraca PT APS Tahun 2012
79
Lampiran 2 Neraca PT APS Tahun 2012 Setelah Revisi
82
xiii
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan bisnis yang kompetitif mempengaruhi manajemen dalam
menetapkan dan mengimplementasikan strategi. Manajemen berupaya untuk
memilih strategi yang tepat agar perusahaan mampu mencapai tujuan. Selain itu,
manajemen membutuhkan sistem pengendalian yang tepat untuk memastikan
bahwa strategi yang telah dipilih dapat berjalan sesuai rencana.
Dalam menetapkan strategi bisnis, misi memiliki peranan penting karena
memberikan panduan yang jelas mengenai tujuan perusahaan didirikan, sehingga
manajemen akan mengembangkan strategi bisnis yang selaras dengan misi. Selain
itu, hal lain yang menjadi dasar pertimbangan dalam mengembangkan strategi
bisnis adalah bentuk kompetisi pasar di industri perusahaan berada dan sumber
daya yang dimiliki perusahaan untuk bersaing dalam kompetisi tersebut (Simons,
2000). Seluruh informasi yang ada akan digunakan oleh manajer untuk merancang
strategic plan.
Strategic plan akan mempengaruhi bentuk komunikasi dan pengendalian
manajemen terhadap unit bisnis dalam mengimplementasikan strategi. Para
pegawai diharapkan mampu memahami strategi bisnis dan peran mereka
masing-masing dalam mencapai tujuan akhir perusahaan. Oleh sebab itu,
manajemen membutuhkan sistem sebagai sarana untuk mengkomunikasikan dan
memonitor implementasi strategi yang telah direncanakan dan akan diterapkan oleh
perusahaan (intended strategy). Sistem yang demikian disebut dengan diagnostic
control system.
Diagnostic control system berperan sebagai sarana komunikasi antara
manajemen dengan para pegawainya melalui faktor yang disebut critical
performance indicator. Indikator ini sangat penting, karena merupakan faktor atau
ukuran dari kesuksesan strategi perusahaan dan menjadi dasar untuk menetapkan
anggaran perusahaan. Critical performance indicator diperoleh melalui balanced
scorecard. Balanced scorecard merupakan alat yang dapat membantu perusahaan
untuk memodifikasi sistem perencanaan dan anggarannya. Balanced scorecard
1
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
2
mampu menghubungkan perencanaan organisasi dengan strategi organisasi,
sehingga implementasi strategi berjalan dengan sukses (James Creelman, 1998;
John dan Ngoasong, 2008).
Dalam proses implementasi strategi, manajemen akan melakukan
pengendalian dengan memonitor anggaran, karena hal ini yang menandakan
berhasil atau tidaknya implementasi strategi (Simons, 2000). Manajemen akan
melakukan penilaian terhadap varian antara realisasi dan rencana pada suatu
periode tertentu. Manajer akan menganalisis varian tersebut dan fokus pada varian
dengan deviasi signifikan, karena hal ini menandakan bahwa implementasi strategi
tidak sesuai dengan rencana. Manajemen bertanggungjawab untuk menginvestigasi
penyebab deviasi dan melakukan tindakan korektif.
Berbagai model dapat digunakan perusahaan untuk menghasilkan
anggaran. Hal terpenting dalam menyusun anggaran adalah memastikan bahwa
anggaran merupakan hasil konversi strategic plan ke dalam bentuk angka-angka
yang memperhitungkan pendapatan dan pengeluaran bisnis. Hal ini sesuai dengan
prinsip diagnostic control system yang dibentuk selaras dengan strategi bisnis, yang
dirinci dalam target-target untuk setiap critical performance variable.
Anggaran terdiri dari tiga bagian yang saling berhubungan, yaitu profit
wheel, cash wheel, dan ROE wheel. Profit wheel memberikan gambaran mengenai
pendapatan dan biaya untuk suatu periode akuntansi. Kemudian cash wheel
memberikan estimasi mengenai kecukupan kas perusahaan dalam beroperasi.
Sedangkan ROE wheel memperlihatan rasio keuangan yang diperoleh dari
perhitungan dalam profit wheel dan cash wheel tersebut, sehingga dapat
diperkirakan kecukupan target laba terhadap investasi bagi perusahaan.
Penelitian ini akan membahas mengenai penerapan profit plan sebagai
diagnostic control system, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Simons (2000).
Profit plan tersebut diharapkan menghasilkan keputusan strategi yang tepat bagi
perusahaan, berdasarkan berbagai informasi bisnis yang ada. Tujuannya agar
perusahaan dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki di
tengah lingkungan bisnis yang kompetitif.
Sehingga perusahaan dapat
menghasilkan nilai ekonomis yang menguntungkan bagi para pemegang
kepentingan.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
3
1.2 Perumusan Masalah
Profit plan telah diterapkan di berbagai jenis industri dan perusahaan.
Dalam penelitian kali ini, profit plan akan dilakukan pada sebuah perusahaan
pengadaan produk dan jasa, yaitu PT Angkasa Pura Supports.
PT Angkasa Pura Supports merupakan perusahaan yang baru berdiri dan
beroperasi di tahun 2012. Kedudukannya adalah sebagai salah satu anak
perusahaan dari PT Angkasa Pura I (Persero). Bisnis utama PT Angkasa Pura
Supports adalah untuk menyediakan fasilitas dan jasa kepada perusahaan induk
dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pengelolaan bandar udara yang
modern. Di tahun 2014, perusahaan diharapkan dapat berkembang dengan
membidik segmen pasar korporat. Oleh sebab itu, perusahaan harus mampu
berinovasi untuk memasuki segmen pasar yang lebih luas dengan tingkat
persaingan yang tinggi.
Hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan, karena sebagai pedatang baru,
perusahaan harus mampu bertahan di bisnis pengadaan barang dan jasa. Karena itu,
perusahaan harus mampu memanfaatkan peluang bisnis yang ada dengan
memperhitungkan berbagai asumsi bisnis yang berdampak pada strategi
perusahaan. Dengan demikian, penetapan strategi dengan tepat dan pelaksanaannya
melalui mekanisme penyusunan anggaran merupakan salah satu hal yang harus
diperhatikan perusahaan.
Berdasarkan situasi perusahaan tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
a. Apakah perusahaan sudah memiliki critical performance indicator yang
tepat untuk mengimplementasikan strategi?
b. Apakah terdapat keterkaitan antara strategic plan dengan profit plan
perusahaan?
c. Apakah profit plan perusahaan telah disusun dengan cara yang benar?
d. Bagaimana melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap profit plan
yang telah dibuat?
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, yaitu:
a. Melakukan evaluasi terhadap pilihan critical performance indicator
perusahaan.
b. Melihat ada atau tidaknya keterkaitan strategic plan perusahaan dengan
profit plan perusahaan.
c. Melakukan evaluasi terhadap penyusunan profit plan perusahaan.
d. Melakukan evaluasi mengenai pengawasan dan pengendalian profit plan
perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak berikut:
a. Perusahaan
Penelitian ini memberikan solusi pada perusahaan, sehubungan dengan
pemilihan keputusan strategi yang tepat dan pengukuran yang akurat
mengenai kesuksesan pelaksanaan strategi tersebut. Selain itu, diharapkan
perusahaan dapat memperoleh solusi mengenai alokasi sumber daya yang
dapat memaksimalkan nilai ekonomisnya.
b. Peneliti
Penelitian ini memberikan panduan secara teoritis dan praktis untuk
penelitian di masa yang akan datang sehubungan dengan profit plan.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan studi literatur.
Studi kasus dilakukan melalui pengumpulan informasi keuangan perusahaan
beserta pendapat manajemen sehubungan dengan asumsi bisnis dan diagnostic
control system perusahaan. Sedangkan studi literatur dilakukan melalui
pengumpulan literatur dan teori yang relevan dengan kasus. Berdasarkan informasi
tersebut, maka akan dirancang dan dianalisis profit plan dengan pendekatan yang
dikemukakan Simons (2000).
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
5
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, yaitu:
a. BAB I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
b. BAB II Landasan Teori
Pada bab ini dijelaskan terlebih dahulu mengenai strategic plan dan
management control system (MCS). Kemudian salah satu komponen MCS,
yaitu diagnostic control system, akan dijelaskan secara rinci. Penjelasan di
dalamnya, mencakup balanced scorecard dan anggaran. Kemudian akan
dijelaskan mengenai teknik anggaran yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu profit plan.
c. BAB III Gambaran Umum Perusahaan
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang pendirian perusahaan,
struktur modal, visi dan misi, konsumen, struktur organisasi, dan
perencanaan perusahaan. Penjelasan perencanaan perusahaan mencakup
strategi, program kerja, key performance indicator, anggaran, pengawasan
dan pengendalian, standar operasi, serta key success factors.
d. BAB IV Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini dijelaskan mengenai tahap penerapan diagnostic control
system perusahaan dengan balanced scorecard dan profit plan beserta
analisis pendukung.
e. BAB V Kesimpulan
Bab ini terdiri dari kesimpulan, rekomendasi, dan keterbatasan penelitian.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perencanaan Strategi (Strategic Plan)
Aktivitas yang mengawali rangkaian aktivitas perusahaan dalam suatu
periode adalah perencanaan atau formulasi strategi. Strategi perlu diperbaharui
dari waktu ke waktu. Tujuannya adalah agar perusahaan memperoleh keunggulan
kompetitif. Oleh sebab itu, perencanaan strategi menjadi hal yang penting.
Strategi secara umum merupakan prinsip-prinsip yang menunjukkan
tujuan atau target yang akan dicapai sebuah organisasi dalam suatu periode
tertentu (Ireland, et.all, 2009). Strategi juga dapat didefinisikan sebagai susunan
keputusan yang mengorganisir aktivitas sebuah organisasi dan investasi
ditargetkan untuk hasil yang spesifik (Blumentritt, 2006; John dan Ngoasong,
2008). Simons (2000) mendefinisikan strategi dengan membagi strategi menjadi
dua jenis, yaitu:
a. Strategi korporasi
Strategi korporasi adalah cara sebuah perusahaan dalam memaksimalkan
nilai sumber daya yang berada di bawah kendali perusahaan. Keputusan
strategi korporasi fokus pada penempatan investasi sumber daya perusahaan.
Oleh sebab itu, perusahaan harus melakukan investasi secara tepat dengan
memilih dan mengelola sekelompok bisnis yang mampu bersaing dalam
berbagai pasar produk (Ireland, et.all, 2009).
b. Strategi bisnis
Strategi bisnis adalah cara sebuah perusahaan memanfaatkan kompetensi
utama yang dimiliki (core competencies) untuk memperoleh keunggulan
kompetitif (competitive advantage). Keputusan strategi bisnis fokus pada cara
perusahaan berkompetisi dalam pasar produk yang ditetapkan. Saat memilih
strategi bisnis, organisasi membuat pilihan di antara berbagai alternatif pilihan,
sebagai cara organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif (Ireland, et.all,
2009).
Perbedaan antara strategi korporasi dan strategi bisnis digambarkan
sebagai berikut:
6
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
7
Corporate
Strategy
ALLOCATION OF CORPORATE RESOURCES
Business
Strategy
Business
Strategy
Business
Strategy
Business
Strategy
Products and
Services to Create
Value in Product
Market A
Products and
Services to Create
Value in Product
Market B
Products and
Services to Create
Value in Product
Market C
Products and
Services to Create
Value in Product
Market D
Gambar 2.1 Corporate and Business Strategy
Sumber: Simons (2000)
Proses formal dalam merencanakan dan mengimplementasikan strategi
digambarkan sebagai sebuah hierarki. Hierarki tersebut menunjukkan bahwa
sebuah misi memberikan panduan dalam merencanakan strategi bisnis. Selain itu,
analisis dinamika kompetisi dalam suatu industri serta sumber daya dan
kemampuan yang dimiliki perusahaan, juga menjadi dasar menetapkan strategi
bisnis. Kemudian pada akhirnya, strategi bisnis akan menentukan target kinerja
dan berbagai ukurannya serta pola tindakan (Simons, 2000). Hal ini bertujuan
agar terciptanya keselarasan tujuan umum perusahaan dengan tindakan harian
individu dalam perusahaan. Proses tersebut digambarkan sebagai berikut:
Competitive market
dinamics
SWOT
Perspective…………………..
Mission
Position…..…………………..
Business strategy
Plan…………………………...
Performance goals
and measures
Patterns….…………………...
Actions
Firm spesific resources
and capabilities
Gambar 2.2 Hierarchy of Business Strategy
Sumber: Simons (2000)
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
8
Kesuksesan implementasi strategi dipengaruhi oleh pengukuran kinerja
dan teknik pengendalian yang digunakan perusahaan, terutama untuk strategi
bisnis yang menjadi fokus pembahasan pada penelitian ini. Pengukuran kinerja
dan sistem pengendalian memberikan jaringan komunikasi untuk memformalisasi
strategi bisnis dan memastikan bahwa target dikomunikasikan ke seluruh bagian
unit bisnis. Selain itu, pengukuran kinerja dan sistem pengendalian merupakan
sarana utama dalam memonitor implementasi strategi. Pengukuran kinerja dan
sistem pengendalian tersebut merupakan bagian dari sistem pengendalian
manajemen.
2.2 Sistem Pengendalian Manajemen (Management Control System-MCS)
Terdapat berbagai definisi mengenai sistem pengendalian manajemen.
Pandangan modern tentang sistem pengendalian manajemen dipengaruhi oleh
penelitian yang dikemukakan oleh Robert Anthony. Ia menggambarkan batasan
antara pengendalian manajemen, perencanaan strategi, dan pengendalian
operasional. MCS didefinisikan sebagai berikut (Anthony, 1965; John dan
Ngoasong, 2008), “The processes by which managers assure that resources are
obtained and used effectively and efficiently in the accomplishment of the
organization’s objectives” (hlm.5).
Definisi lain MCS adalah seperangkat aktivitas organisasional yang terdiri
dari, perencanaan, koordinasi, komunikasi, evaluasi, dan pengambilan keputusan
serta proses informal, yang ditujukan untuk memperoleh efisiensi dan efektivitas
penggunanan sumber daya organisasi dalam mencapai tujuan organisasi (John dan
Ngoasong, 2008).
Definisi MCS yang relevan dengan penelitian ini adalah sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Simons (1991), “Formalized routines and procedures
that use information to maintain or alter patterns in organizational activity. These
systems include formalized information-based processes for planning, budgeting,
cost
control, environmental scanning, competitor analysis performance
evaluation, resource allocation, and employee rewards” (hlm.49).
Definisi
di
atas
menggambarkan
bahwa
MCS
merupakan
alat
implementasi intended strategy, sehingga sistem pengendalian yang dipilih oleh
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
9
manajemen tergantung dan selaras dengan strategi yang akan diterapkan dalam
organisasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Simons (1987), bahwa strategi
adalah faktor yang sangat penting dalam merancang dan menggunakan MCS,
sehingga MCS dimodifikasi sesuai dengan strategi yang diterapkan perusahaan.
Anthony dan Govindarajan (2004) mengidentifikasi beberapa aspek atau
aktivitas dalam MCS yang harus dilakukan oleh manajemen, yaitu:
a. Merencanakan dan menentukan hal yang sebaiknya dilakukan organisasi dan
bentuk tanggung jawab dari setiap anggota dalam organisasi.
b. Mengkoordinasi aktivitas di beberapa bagian dalam organisasi, untuk
memastikan teciptanya keselarasan tujuan di seluruh organisasi.
c. Mengkomunikasikan informasi mengenai strategi dan tujuan kinerja yang
spesifik. Komunikasi dapat dilakukan secara formal, seperti anggaran dan
dokumen resmi lainnya, atau secara informal melalui percakapan harian.
d. Mengevaluasi kinerja aktual dibandingkan standar dan membuat kesimpulan
mengenai kinerja manajer.
e. Memutuskan tindakan tertentu yang harus dilakukan organisasi.
Simons (1994) menawarkan kerangka atau model pengendalian yang
dikenal dengan four levers of control. Four levers of control merupakan integrasi
dari belief system, boundary system, diagnostic control system, dan interactive
control system. Setiap sistem saling melengkapi dan secara bersamaan
membentuk pengendalian dalam implementasi strategi bisnis. Berikut penjelasan
ringkas mengenai keempat sistem tersebut:
a. Belief System
Belief system adalah sistem formal yang digunakan manajemen untuk
mendefinisikan, mengkomunikasikan, dan memperkuat nilai dasar, tujuan, dan
arah organisasi. Sistem ini diciptakan dan dikomunikasikan melalui dokumen
formal seperti pernyataan misi. Analisis terhadap nilai utama (core values)
mempengaruhi rancangan belief system.
b. Boundary System
Boundary system adalah sistem formal yang digunakan manajemen untuk
menetapkan batasan eksplisit dan aturan yang harus dihormati. Sistem ini
diciptakan melalui kode etik bisnis, sistem perencanaan strategi, dan petunjuk
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
10
operasional yang disediakan oleh manajer. Analisis risiko yang harus dihindari
(risk to be avoided) mempengaruhi rancangan boundary system.
c. Diagnostic Control System
Diagnostic control system adalah sistem umpan balik formal yang
digunakan untuk memonitor hasil organisasi dan memperbaiki deviasi dari
kinerja standar yang telah ditetapkan. Sistem umpan balik yang seringkali
digunakan organisasi adalah business plan dan budget. Analisis critical
performance variables mempengaruhi rancangan diagnostic control system.
d. Interactive Control System
Interactive control system adalah sistem formal yang digunakan oleh
manajemen agar secara rutin dan personal terlibat dalam aktivitas pengambilan
keputusan subordinat. Tujuan sistem ini adalah untuk memfokuskan perhatian
dan memperkuat komunikasi dan pembelajaran di seluruh organisasi. Analisis
strategic uncertainties mempengaruhi rancangan interactive control system.
Pengendalian manajemen tidak dicapai melalui pengukuran kinerja yang
baru dan unik, tetapi melalui four levers of control yang bekerja bersamaan untuk
mengendalikan implementasi intended strategy dan membentuk emergent
strategies. Dinamika energi untuk pengendalian strategi muncul dari tekanan yang
melekat di antara dan di dalam sistem, sebagaimana digambarkan berikut:
Strategy as “Perspective”
Obtaining Commitment to the
Grand Purpose
Strategy as “Position”
Staking Out the Territory
Boundary
Systems
Belief
Systems
Core Values
Risk to be Avoided
Business
Strategy
Strategic
Uncertainties
Critical Performance
Variables
Diagnostic
Control
Systems
Interactive
Control
Systems
Strategy as “Plan”
Getting the Job Done
Strategy as “Patterns in Action”
Experimenting and Learning
Gambar 2.3 Levers of Control
Sumber: Simons (2000)
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
11
Belief system dan interactive control system memotivasi orang-orang di
dalam organisasi untuk secara kreatif mencari dan memperluas peluang
(opportunity). Sistem ini menciptakan motivasi intrinsik melalui lingkungan yang
mendorong penyebaran informasi dan pembelajaran. Sedangkan boundary system
dan diagnostic control system membatasi perilaku dan memfokuskan perhatian
organisasi dalam alokasi sumber dayanya. Kedua sistem ini mengandalkan
motivasi ekstrinsik melalui rincian target, rumusan penghargaan, dan batasan
yang jelas dalam mencari peluang bisnis (Simons, 2000).
2.3 Diagnostic Control System
Simons (2000) mendefinisikan diagnostic control system sebagai “The
formal information systems that managers use to monitor organizational
outcomes and correct deviations from preset standards of performance”
(hlm.209).
Berbagai sistem informasi formal dapat digunakan secara diagnostik jika
(1) diawali dengan menentukan target, (2) mengukur hasil, (3) mengkalkulasi
varian kinerja, dan (4) menggunakan informasi varian sebagai umpan balik untuk
menentukan masukan (input) dan/atau proses agar kinerja kembali berada dalam
jalur yang sesuai dengan target dan standar yang telah ditetapkan.
2.3.1 Balanced Scorecard (BSC)
BSC pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton (1992) sebagai
model untuk mengimplementasikan strategi. BSC terus berkembang dan menjadi
model diagnostic contol system yang penting untuk diterapkan oleh perusahaan.
Tujuan utama dari BSC adalah menghindari pemakaian ukuran keuangan semata
dalam menilai kinerja perusahaan. Ukuran keuangan harus dibarengi dengan
ukuran nonkeuangan (Otley, 2007). BSC menilai kinerja dengan empat perspektif,
yaitu:
a. Perspektif Keuangan (Financial)
Ukuran
kinerja
keuangan
mengindikasikan
kemampuan
dalam
implementasi dan eksekusi strategi perusahaan untuk memberikan keuntungan
bagi pemegang saham.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
12
b. Perspektif Pelanggan (Customer)
Manajer mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar dari unit bisnis
serta menentukan cara unit bisnis berkompetisi dalam setiap target segmen. Hal
penting di sini adalah customer value proposition, yaitu nilai yang ingin
diberikan kepada pelanggan dari produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan,
hal inilah yang membedakan perusahaan dengan kompetitor.
c. Pespektif Bisnis Internal (Internal Business)
Manajemen mengidentifikasi proses penting dari bisnis internal yang dapat
memberikan dampak terhadap kepuasan pelanggan dan mencapai tujuan
keuangan perusahaan.
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth)
Perspektif ini mencakup infrastruktur (orang, sistem, dan prosedur
organisasi) yang harus dibangun oleh organisasi untuk pertumbuhan dan
perkembangan jangka panjang.
Sebagai model MCS, BSC dirancang untuk mentranslasi tujuan strategis
ke dalam ukuran kinerja yang relevan. BSC juga mentranslasikan ukuran kinerja
organisasi secara lintas fungsi. Perkembangan tujuan jangka pendek dan jangka
panjang organisasi diukur berdasarkan indikator yang ditetapkan. Tujuan yang
menggarisbawahi BSC adalah untuk mengkomunikasikan visi strategis dari
manajemen. Sekumpulan ukuran yang terintegrasi menjadi panduan bagi manajer
untuk menghasilkan favourable outcome. Integrasi ini juga memungkinkan
manajer untuk lebih memahami lingkungan perusahaan (Armesh, Salarzehi, dan
Kord, 2010).
Pengembangan BSC dimulai dari menetapkan strategy map yang
membutuhkan pemahaman detil mengenai faktor-faktor yang dapat dikontrol oleh
manajer dan hubungan faktor tersebut satu sama lain. Hal yang dicoba untuk
dibangun di sini adalah sebuah model prediktif mengenai situasi yang berada di
bawah kontrol manajer. Berdasarkan strategy map tersebut kemudian ditetapkan
ukuran yang menjadi indikator kesuksesan implementasi strategi. Pemahaman,
komitmen, dan dukungan dari seluruh individu dalam organisasi, dari manajemen
hingga pegawai operasional dibutuhkan agar indikator tersebut menjadi fokus
dalam implementasi strategi.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
13
2.3.2 Alasan Organisasi Menggunakan Diagnostic Control System
Manajer harus selektif dalam memilih sistem informasi yang akan
dimonitor, karena terdapat berbagai ukuran dalam organisasi yang akan
dilaporkan kepada manajemen. Manajer tidak dapat meninjau dan memonitor
seluruh
ukuran
tersebut.
Perlu
dipahami,
terdapat
dua
alasan
yang
melatarbelakangi manajer untuk menggunakan diagnostic control system, yaitu
implementasi strategi dan management by exception. Penjelasan lebih lanjut
sebagai berikut:
a. Implementasi Strategi
Ketertarikan manajemen dalam memonitor diagnostic control system
terutama pada laporan mengenai informasi varian criticial performance
variable atau dikenal dengan key performance indicators (KPI). KPI adalah
faktor-faktor yang harus diraih agar organisasi meraih kesuksesan dalam
implementasi intended strategy bisnis. Berbeda area bisnis yang dilakukan
manajer, berbeda pula KPI-nya. Oleh sebab itu dalam menentukan KPI, perlu
dilakukan dua tahap.
Tahap pertama adalah identifikasi performance drivers yang potensial
dalam
strategi
apapun.
Performance
drivers
adalah
variabel
yang
mempengaruhi kemungkinan suksesnya implementasi strategi (an effectiveness
criterion) atau memberikan keuntungan yang paling besar dari waktu ke waktu
(an efficiency criterion).
Tahap kedua adalah identifikasi KPI di antara performance drivers yang
telah dipilih. Untuk melakukan ini, manajer harus mempertanyakan diri sendiri,
jika saya barada pada situasi lima tahun dari sekarang dan menemukan bahwa
strategi bisnis yang saya implementasikan gagal, hal apa yang menjadi alasan
atas kegagalan tersebut. Inilah yang disebut dengan KPI. KPI menjadi faktor
yang berhubungan dengan dinamika kompetisi perusahaan dan KPI ini begitu
pentingnya sehingga bisa menyebabkan perusahaan mengalami kegagalan.
Sehubungan dengan kompetisis bisnis, KPI dapat berhubungan dengan
kebutuhan pelanggan, implementasi teknologi baru, atau kemampuan untuk
memasuki pasar baru. Hal ini digambarkan sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
14
Competitive
Strategy
Picture Success
Envision
Future
Picture Failure
= Critical Performance Variables
Gambar 2.4 Fear of Failure Determines Critical Performance Variables
Sumber: Simons (2000)
Pada dasarnya, diagnostic control system adalah alat monitor top-down
dalam mengimplementasikan strategi. Sistem ini menghubungkan strategi
dengan target KPI dan memonitor kesuksesan implementasinya. Tanpa
diagnostic control system, manajer tidak dapat mengkomunikasikan atau
mengimplementasikan strategi secara efektif dalam organisasi yang lebih
kompleks.
Pentingnya
diagnostic
control
system,
membuat
manajer
harus
memastikan bahwa (1) KPI telah dianalisis dan diidentifikasi, (2) target yang
tepat telah ditetapkan, dan (3) sistem umpan balik telah mampu menelusuri
kinerja.
b. Management by Exception
Dalam organisasi, manajer lebih memilih untuk menerima laporan
periodik dengan pengecualian dari staf akuntansi, daripada harus terus-menerus
memonitor berbagai proses internal dan membandingkan hasil dengan target
yang telah ditetapkan. Dengan adanya laporan dengan pengecualian, manajer
dapat meninjau kinerja perusahaan dengan cepat dan dapat beralih kepada isu
lain yang memang perlu menjadi perhatian manajer. Isu tersebut sehubungan
dengan penyimpangan atau deviasi signifikan yang teridentifikasi dalam
sistem. Manajer harus meluangkan waktu dan perhatian untuk menginvestigasi
penyebab deviasi dan menentukan tindakan untuk mengembalikan kinerja
organisasi ke jalur yang tepat sesuai dengan rencana. Proses inilah yang disebut
dengan management by exception.
2.3.3 Diagnostic Control System yang Efektif
Agar diagnostic control system dapat berjalan secara efektif, manajer
harus memperhatikan lima area, yaitu:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
15
a. Menetapkan dan Menegosiasi Target
Target merupakan hal penting dalam efektifitas implementasi strategi,
karena target menjelaskan hal yang menjadi fokus manajer dan karyawan
dalam bekerja. Manajer secara pribadi harus memastikan bahwa target sesuai
dengan arah yang diinginkan organisasi dan tingkat pencapaian unit bisnis.
Biasanya, manajer cukup menentukan target KPI sekali dalam setahun.
Jika target ditentukan dengan tepat, maka manajer tidak perlu melakukan
penyesuaian atau memberikan perhatian tambahan. Manajer cukup memonitor
perkembangan selama periode operasional organisasi dan meninjau laporan
kinerja dengan pengecualian.
b. Menyelaraskan Pengukuran Kinerja
Ukuran diagnostic control menjelaskan span af accountibility. Span of
accountibility adalah variabel kinerja yang menjadi penilaian atas manajer.
Apabila manajer ingin mengandalkan diagnostic control system untuk
menjamin bahwa strategi berada pada jalur yang benar, maka mereka harus
memastikan bahwa ukuran kinerja memang merefleksikan target strategi dan
prioritas. Model atau teknik seperti profit plan menjadi penting untuk
menjamin bahwa ukuran selaras dengan intended strategy.
c. Merancang Insentif
Diagnostic control system dalam sebuah bisnis harus diberdayakan oleh
sumber tertentu. Manajer yang ingin memaksimalkan return on management
(ROM), menggunakan formula berbasis insentif sebagai daya atau motivasi
pencapaian target. Bonus dan promosi dapat ditentukan berdasarkan kinerja
yang dilaporkan dalam diagnostic control system. Insentif memberikan
motivasi sehingga manajer tidak diharuskan untuk memonitor aktivitas
karyawan dari hari ke hari untuk mengetahui bahwa mereka bekerja sesuai
dengan target yang diinginkan. Ukuran kinerja diagnostik dan formula yang
menguhubungkan penghargaan dengan hasil sudah cukup untuk menjaga setiap
orang fokus pada implementasi strategi.
d. Meninjau Laporan dengan Pengecualian
Dengan menggunakan diagnostic control system, manajer dapat meninjau
laporan kinerja dengan pengecualian perbulan atau pertriwulan, segera setelah
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
16
laporan tersebut dikeluarkan. Hal ini untuk meningkatkan kepercayaan diri
manajer bahwa implementasi strategi berada pada jalur yang benar. Jika sistem
pengukuran dan insentif dirancang dengan baik dan selaras dengan tujuan
organisasi, peninjauan ini dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Manajer
hanya perlu memeriksa deviasi yang signifikan atau indikasi yang
menunjukkan timbulnya masalah.
e. Menindaklanjuti Pengecualian yang Signifikan
Manajer harus bertindak dengan cepat saat deviasi signifikan muncul.
Selain itu, para karyawan juga ikut berpartisipasi untuk memonitor ukuranukuran dalam sistem. Jadi, langkah perbaikan kemungkinan sudah dilakukan
oleh karyawan di saat manajer memperoleh laporan kinerja dengan
pengecualian. Dalam situasi tersebut, manajer hanya perlu melakukan diskusi
singkat untuk mengkonfirmasi bahwa masalah telah diidentifikasi dan
diselesaikan.
2.3.4 Risiko Diagnostic Control System
Diagnostic control system memiliki risiko karena sistem ini seolah
menempatkan organisasi pada situasi autopilot yang hanya membutuhkan monitor
terhadap ukuran kinerja. Risiko yang perlu menjadi perhatian manajer, yaitu:
a. Mengukur Variabel yang Salah
Dalam situasi autopilot pada suatu kendaraan, pengemudi dapat
menentukan kecepatan yang diinginkan dan memantau kecepatan melalui layar
speedometer. Namun hal tersebut tidak menjamin bahwa kendaraan berjalan ke
arah yang benar. Secara serupa, ketidakselarasan sistem kontrol dalam bisnis
menyebabkan
kerugian.
Hal
ini
karena
keterbatasan
waktu
untuk
memperhatikan berbagai hal dan setiap orang harus membuat pilihan mengenai
hal yang menjadi fokus mereka. Terkadang, ketidakselarasan ukuran diagnostik
dapat menyebabkan strategi keluar dari jalur.
b. Menetapkan Target yang Mudah Dicapai
Saat kinerja menjadi fungsi dalam pencapaian target, para karyawan secara
alamiah menginginkan peningkatan probabilitas tercapainya target. Salah satu
cara untuk melakukan hal ini adalah memulai dengan target yang rendah. Oleh
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
17
karena itu, para karyawan mungkin mencoba untuk membuat slack atau
kelonggaran dalam target kinerja. Jika manajer tidak menyeimbangkan
kecenderungan ini dengan memastikan bahwa target ditentukan pada tingkat
yang ‘menantang’, hal ini dapat menjadi masalah serius.
c. Mempermainkan Sistem
Bonus yang terikat dengan ukuran diagnostik memunculkan energi dan
kreativitas dalam bekerja. Setiap orang secara umum akan bekerja keras untuk
mencapai target yang menjadi ukuran kinerja mereka. Namun, energi ini dapat
berubah menjadi fokus pada memperbesar ukuran, meskipun meningkatnya
ukuran tidak berujung pada kemajuan tujuan utama atau strategi. Upaya yang
tidak terarah ini disebut dengan gaming.
d. Smoothing
Smoothing muncul saat individu membedakan waktu dan/atau mencatat
transaksi untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik. Sebagai contoh, hal ini
muncul saat manajer telah mencapai bonus maksimum pada satu periode
akuntansi.
Daripada
membukukan
penjualan
tambahan
yang
tidak
mempengaruhi tambahan bonus pada periode tersebut, manajer lebih memilih
untuk menangguhkan pembukuan pendapatan hingga periode akuntansi yang
akan datang sehingga mempengaruhi penerimaan bonusnya.
e. Bias
Bias muncul saat manajer berupaya untuk melaporkan berita baik saja dan
menyembunyikan berita buruk sehubungan dengan kinerja.
f. Tindakan Ilegal
Terkadang, tekanan untuk mencapai target kinerja dapat menyebabkan
seseorang melanggar hukum atau kebijakan organisasi. Hal ini dikarenakan
upaya untuk meningkatkan ukuran diagnostik dan memperoleh bonus.
Organisasi pada umumnya telah mengenal sisi negatif dalam diagnostic
control system. Saat seseorang diberi tanggung jawab untuk mencapai target dan
diberi hak untuk mencari tahu caranya secara pribadi, selalu ada risiko yang
muncul. Diagnostic control system dan insentif yang terkait di dalamnya
menciptakan tekanan dan upaya yang menjadi akar tindakan disfungsional.
Tekanan ini menjadi dilema bagi manajer. Di satu sisi, manajer mengandalkan
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
18
diagnostic control system untuk memotivasi pencapaian target dan memperoleh
ROM yang tinggi. Namun di sisi lain, sistem ini menimbulkan tindakan
disfungsional dari para pegawai.
Saat diagnostic control system digunakan untuk melakukan evaluasi dan
menentukan penghargaan, manajer harus menginstalasi sistem pengendalian yang
baik dan waspada jika tekanan organisasi menyebabkan orang-orang melanggar
aturan untuk mendistorsi ukuran diagnostik.
Terlepas dari berbagai sisi negatif tersebut, diagnostic control system tetap
menjadi bagian penting dalam MCS. Terutama dalam implementasi strategi
bisnis. Teknik yang tidak pernah lepas dari diagnostic control system adalah
anggaran, karena anggaran merupakan komponen MCS dalam menciptakan
keunggulan kompetitif (Herath dan Indriani 2007; John dan Ngoasong, 2008).
2.4 Anggaran sebagai Alat Pengendalian Manajemen
Anggaran adalah sebuah rencana yang terukur dan memiliki jangka waktu
Anggaran juga merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar untuk
mengarahkan dan mengevaluasi kinerja individu atau segmen dalam organisasi
(Waterhouse 1975; John dan Ngoasong, 2008). Anggaran secara rinci
didefinisikan sebagai sebuah pernyataan kuantitatif untuk sebuah periode, yang
terdiri dari perencanaan pendapatan, biaya, aset, liabilitas, dan arus kas yang
menjadi panduan untuk fokus sebuah organisasi, mendorong koordinasi aktivitas,
alokasi sumber daya, mengarahkan aktivitas, dan fasilitas pengendalian (John dan
Ngoasong, 2008).
Anggaran telah berkembang pesat dalam teori dan praktik perusahaan
selama ini. Apabila pada anggaran tradisional, perencanaan strategi dan anggaran
diperlakukan secara terpisah, kini justru sebaliknya, saling berhubungan dan
selaras. Anggaran, strategi, dan manajemen strategi berbagi orientasi dalam
meningkatkan kinerja bisnis, karena masing-masing berperan agar sebuah
organisasi berada di jalur yang tepat untuk mencapai kesuksesan, dan menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan dan aktivitas manajer (Blumentritt, 2006;
John dan Ngoasong, 2008).
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
19
Perencanaan strategi, MCS, dan anggaran, jika digunakan secara tepat,
akan menjadi alat komunikasi dan komitmen manajemen. Proses ini membuat
perusahaan menjadi lebih ‘cepat tangkap’. Sebagian besar perusahaan beroperasi
dalam lingkungan bisnis dengan karakteristik kompetisi yang kuat, tekanan
global, dan pelanggan yang menuntut. Yang seringkali terjadi, strategi dan
anggaran terisolasi dari perubahan. Padahal semestinya, manajemen harus
berpikiran terbuka dengan terus mempertanyakan dan merevisi strategi dan
anggaran agar tetap relevan. Organisasi dapat mengadopsi proses dan model yang
berbeda untuk mengembangkan rencana aktivitas dengan tepat yang meliputi hal
berikut (John dan Ngoasong, 2008):
a. Komite untuk Meninjau Strategi
Komite ini terdiri dari eksekutif atau pemegang kepentingan yang
mewakili bidang yang berbeda. Mereka harus mampu mempertemukan
tantangan perusahaan dengan arah strategi perusahaan. Dengan melibatkan
eksekutif dalam proses manajemen strategi dan anggaran, maka perubahan
pada suatu area dapat diidentifikasi lebih cepat. Oleh sebab itu, dibutuhkan
komunikasi yang komprehensif dengan para pemegang kepentingan.
b. Perencanaan yang Fleksibel
Perencanaan yang fleksibel dapat terwujud dengan adanya kemampuan
perusahaan untuk memindahkan sumber daya, baik manusia dan keuangan,
kepada aktivitas bisnis lain apabila dibutuhkan. Manajemen harus memiliki
kemauan dan kemampuan untuk melepas dan menambah sumber daya
keuangan dan sumber daya manusia sesuai dengan yang dibutuhkan
perusahaan. Selain itu, budaya perusahaan harus bisa membuat setiap individu
fokus pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
c. Teknologi
Proses terbaik dalam mengintegrasikan rencana dan anggaran adalah
dengan dukungan teknologi informasi (IT). IT meningkatkan kemampuan
perusahaan dalam menyalurkan informasi kepada orang-orang dalam
organisasi yang membutuhkan. Peningkatan kemampuan peralatan IT saat ini
membuat IT semakin penting dalam perencanaan bisnis.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
20
Perusahaan sebaiknya menerapkan balanced scorecard (BSC) untuk
memodifikasi anggaran dan menghubungkannya dengan strategi. Tujuannya
agar perusahaan sukses dalam mengimplementasikan manajemen strategi. Ia
memberikan empat tahap untuk menghubungkan perencanaan strategi dengan
anggaran berdasarkan yang dikemukakan Kaplan dan Norton (1992), yaitu:
-
Menetapkan Target
Manajer menetapkan target perusahaan untuk tiga sampai lima tahun
yang akan datang, sesuai dengan efek sebab akibat dan fokus organisasi
dalam BSC.
-
Mengidentifikasi Inisiatif yang Membantu Pencapaian Target
Dengan adanya BSC untuk mengidentifikasi, menetapkan prioritas,
dan menyelaraskan investasi modal dan program, maka perusahaan
berkemungkinan besar dapat meraih target yang ditetapkan.
-
Menghubungkan Alokasi Sumber Daya pada Inisiatif Strategi ke dalam
Rencana
Manajemen menetapkan biaya yang dikeluarkan untuk tahun satu dari
rencana jangka panjang perusahaan. Investasi modal dalam hal ini
sebaiknya mampu mendorong tercapainya tujuan dari satu atau lebih
strategic objectives.
-
Menetapkan Batu Loncatan (Milestone) untuk Tahun Pertama, Hal Ini
Diinterpretasikan Sebagai Anggaran
Tahap ini diselesaikan dengan membuat batu loncatan perkuartal
untuk seluruh ukuran dalam perspektif BSC. Hal ini bertujuan unutk
memastikan bahwa perusahaan berada pada jalur yang benar untuk
mencapai strategi jangka panjang.
Adams, et.all, (2003) menyatakan, agar efektif, anggaran harus selaras
dengan strategi organisasi, perencanaan strategi yang tepat, dan proses kinerja
manajemen. Selain itu, anggaran harus meliputi proses yang value based, logis,
dan berkelanjutan. Proses tersebut fokus pada mengidentifikasi dan mengelola
nilai para pemegang kepentingan. Anggaran yang dapat memenuhi kriteria
tersebut adalah activity based budgeting, zero based budgeting, value based
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
21
budgeting, profit planning, dan rolling budget and forecast. Model tersebut
dikenal dengan istilah better budgeting.
2.5 Profit Plan
Menurut SW Yoo (n.d.), profit plan atau disebut juga master budget
adalah ringkasan dari seluruh fase perencaaan dan target perusahaan di masa
depan. Penyusunan master budget terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Forecasting Sales of Services or Goods
Faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam membuat forecast ini
adalah:
-
Level penjualan di masa lalu dan tren
-
Kondisi perekonomian secara umum
-
Tren industri
-
Faktor lain yang mempengauhi penjualan industri (misalnya, perubahan
teknologi)
-
Politik dan hukum
-
Kebijakan harga perusahaan
-
Iklan dan promosi
-
Tindakan kompetitor
-
Produk baru
-
Riset pasar
b. Operating Budget
Hal yang menjadi petimbangan dalam membuat operating budget, yaitu:
-
Berdasarkan anggaran penjualan, sebuah perusahaan mengembangkan
seperangkat anggaran yang spesifik mengenai operasi. Tujuannya agar
operasi dapat memenuhi permintaan atas produk atau jasa.
-
Anggaran dibuat untuk bahan baku, tenaga kerja langsung, persediaan,
biaya penjualan dan administrasi, dan arus kas.
-
Penyusunan anggaran akan lebih baik jika organisasi menerapkan model
better budgeting.
c. Budgeted Financial Statement
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
22
Simons (2000) menyatakan bahwa profit plan mencakup unit yang
menghasilkan laba. Unit tersebut bertangungjawab terhadap pendapatan dan juga
beban. Adams, et.all, (2003) mendefinisikan profit plan sebagai perencaan arus
kas di masa depan dari profit center. Anggaran ini memberikan kemungkinan
untuk menilai apakah organisasi atau unit bisnis mampu menghasilkan arus kas
yang cukup, menciptakan nilai ekonomis, dan menarik sumber daya keuangan
yang cukup untuk investasi. Anggaran ini juga memberikan perhitungan untuk
prospek organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Profit plan dikembangkan beberapa bulan sebelum memasuki suatu
periode akuntansi. Manajer mengembangkan profit plan dengan tujuan sebagai
berikut:
a. Mentranslasi strategi ke dalam perencanaan rinci untuk menciptakan nilai.
b. Mengevaluasi kecukupan sumber daya untuk mengimplementasi intended
strategy.
c. Menciptakan fondasi untuk menghubungkan tujuan ekonomi dengan indikator
utama dalam implementasi strategi.
Profit plan merupakan ringkasan mengenai pendapatan dan biaya untuk
periode akuntansi yang akan datang. Hasil dari proses perencanaan ini adalah
sebuah laporan akuntansi. Profit plan terdiri dari tiga bagian yang saling
berhubungan, yaitu profit wheel, cash wheel, dan ROE wheel.
Manajer terlebih dahulu menganalisis profit wheel untuk periode akuntansi
yang akan datang. Manajer biasanya melakukan proyeksi penjualan, biaya
operasi, laba, dan investasi aset berulangkali sebelum profit plan dapat diterima.
Kemudian manajer mengerjakan cash wheel dan ROE wheel untuk memastikan
bahwa
perusahaan
memiliki
sumber
daya
yang
cukup
untuk
mengimplementasikan profit plan. Jika sumber daya tidak mencukupi, maka
manajer harus kembali mengerjakan profit wheel dan mengulang seluruh proses
perencanaan. Hubungan ketiga bagian tersebut tergambar sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
23
Operating
Cash
Accounts
Receivable
CASH WHEEL
Inventory
Sales
Operating Expenses
PROFIT WHEEL
Investments in
Assets
Profits
Asset Utilization
ROE
WHEEL
Stockholders’
Equity
Return on Equity
Gambar 2.5 Three Wheels of Profit Planning
Sumber: Simons (2000)
2.5.1 Profit Wheel
Profit plan diawali dengan menetapkan asumsi tentang masa depan.
Asumsi ini menggambarkan kesepakatan antar manajer mengenai perkembangan
pasar di masa depan, seperti pelanggan, pemasok, dan keuangan. Asumsi ini juga
menggambarkan keyakinan manajer tentang hubungan sebab akibat. Sebagai
contoh, manajer mungkin memutuskan menaikkan biaya iklan jika mereka
percaya bahwa hal tersebut dapat meningkatkan penjualan. Intinya adalah, profit
plan menunjukan komitmen manajer terhadap intended strategy. Dalam profit
wheel, terdapat lima tahap yang harus dilakukan oleh manajer. Kelima tahap
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut (Simons, 2000):
a. Estimasi Tingkat Penjualan
Alasan menentukan penjualan terlebih dahulu adalah karena pertumbuhan
penjualan sangat mempengaruhi laba dan biaya operasi merupakan fungsi dari
volume penjualan. Perkiraan penjualan dihasilkan dari estimasi tenaga
penjualan, survei pelanggan, atau penilaian eksekutif atau para ahli. Untuk
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
24
dapat memprediksi secara akurat, perusahaan harus mempertimbangkan faktor
eksternal atau analisis kompetisi pasar yang mencakup:
-
Faktor ekonomi makro
-
Peraturan pemerintah
-
Pergerakan pesaing
-
Permintaan pelanggan
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar kendali manajemen
namun penting bagi perusahaan untuk mengestimasi dampaknya. Selain itu,
keputusan internal juga berpengaruh pada tingkat penjualan. Hal inilah yang
menjadi alasan profit wheel digambarkan melingkar. Penjualan akan
menghasilkan laba yang diinvestasikan kembali untuk menghasilkan penjualan
yang lebih tinggi. Dari waktu ke waktu, hampir seluruh keputusan perusahaan
mempengaruhi penjualan. Namun manajer harus berhati-hati untuk menilai
keputusan yang berpengaruh langsung kepada penjualan, seperti:
-
Bauran harga produk
-
Program pemasaran
-
Pengenalan produk baru dan penghapusan produk lama
-
Perubahan kualitas produk
-
Kapasitas pabrik dan distribusi
-
Pelayanan pelanggan
Manajer memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk menentukan
variabel untuk merefleksikan strategi yang telah disepakati. Bahkan
sebenarnya, strategi memberikan kriteria untuk konsistensi dalam pengambilan
keputusan ini.
b. Perkiraan Biaya Operasi
Untuk memperkirakan biaya operasi, kategori biaya operasi yang berbeda
harus dianalisis secara berbeda pula. Pembagian kategori biaya operasi
tersebut, yaitu :
-
Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara proporsional
sesuai tingkat penjualan atau hasil produksi. Biaya variabel biasanya
diestimasi
berdasarkan
persentase
atas
penjualan.
Manajer
harus
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
25
mengasumsikan hubungan sebab akibat antara input dan output adalah
konstan dalam suatu kisaran penjualan. Dengan kata lain, setiap kenaikan
volume
penjualan
diasumsikan
akan
mempengaruhi
peningkatan
penggunaan input secara proporsional. Contoh biaya variabel adalah biaya
bahan baku.
-
Biaya Nonvariabel
Biaya nonvariabel merupakan biaya yang tidak terpengaruh secara
langsung akibat perubahan tingkat penjualan. Namun, bukan berarti biaya
ini tidak berubah sebagaimana biaya tetap. Biaya nonvariabel ini biasanya
merupakan persentase terbesar dalam biaya operasi. Terdapat tiga jenis
biaya nonvariabel, yaitu:
 Committed Costs
Committed cost merupakan biaya yang ditetapkan oleh kebijakan
manajemen terdahulu, sehingga bukan merupakan subjek untuk biaya
yang bisa berubah pada periode perencanaan laba yang sedang
berlangsung. Contoh committed cost adalah depresiasi dan gaji
manajemen.

Discretionary Costs
Discretionary costs merupakan biaya yang dapat berubah selama
proses perencanaan dan operasi perusahaan sesuai kebijakan manajer.
Contoh discretionary costs adalah iklan, pelatihan karyawan, dan
program penelitian. Manajer menggunakan kriteria tertentu untuk
menentukan tingkat biaya ini. Beberapa manajer perusahaan memilih
untuk memperlakukan pengeluaran ini sebagai biaya variabel. Selain
itu, manajer juga dapat menetapkan pengeluaran ini berdasarkan standar
industri atau penilaian mereka terhadap sumber daya yang dibutuhkan
untuk mendukung intended strategy.

Activity Based Indirect Costs
Activity based indirect costs tidak bisa ditelusuri ke produk atau
jasa, namun biaya ini berubah sesuai dengan tingkat aktivitas
pendukung perusahaan. Contoh biaya ini adalah supervisi, penanganan
bahan baku, dan biaya penagihan. Untuk mengestimasi biaya ini,
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
26
manajer harus menentukan
cost
driver,
yaitu aktivitas
yang
mengkonsumsi indirect cost.
c. Kalkulasi Laba yang Diharapkan
Perbedaan antara perkiraan penjualan dan perkiraan biaya operasi
menentukan jumlah nilai ekonomis yang diharapkan perusahaan pada periode
profit
plan.
Untuk memperoleh
nilai
ekonomis, manajer
seringkali
mengestimasi net operating profit after taxes (NOPAT), atau earning before
interest and after taxes (EBIAT).
Laba, disebut juga earning atau net income adalah nilai ekonomis residual
setelah biaya bunga dan pajak penghasilan. Laba merupakan ukuran keuangan
atas nilai ekonomis yang dapat didistribusikan ke residual claimant atau
pemegang ekuitas dan diinvestasikan kembali kepada bisnis.
d. Nilai Investasi untuk Aset Baru
Untuk menyelesaikan profit plan, manajer harus menentukan tingkat
investasi yang dibutuhkan untuk aset baru, termasuk working capital seperti
persediaan dan piutang. Investasi ini bertujuan untuk mencapai tingkat
penjualan yang diinginkan perusahaan. Asumsi mengenai jumlah dan tipe aset
yang dibutuhkan didukung dengan asset investment plan.
Terdapat dua jenis aset yang perlu dipertimbangkan dalam investasi, yaitu
aset operasi dan aset jangka panjang. Perencanaan aset operasi dibahas lebih
lanjut pada cash wheel. Sedangkan perencanaan aset jangka panjang, disebut
juga capital investment plan, harus merefleksikan dan mendukung intended
strategy karena hal ini membuat perusahaan berkomitmen pada alternatif
strategi yang terbatas. Untuk memperoleh aset yang dapat mendukung strategi,
perusahaan dapat menilai proposal investasi dengan teknik net present value.
e. Uji Asumsi
Lingkaran umpan balik di antara seluruh komponen profit wheel berarti
bahwa perencanaa laba tidaklah linear. Manajer harus berulang kali
memperhitungkan variabel dalam profit plan untuk memastikan bahwa strategi
direfleksikan dengan benar dan menarik secara ekonomis.
Saat manajer telah memperoleh tingkat laba yang diinginkan, mereka
melakukan sensitivity analysis berdasarkan perubahan penjualan atau variabel
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
27
kunci lainnya pada profit plan. Tujuannya adalah untuk mengestimasi
perubahan laba saat asumsi mengenai lingkungan kompetisi atau prediksi
lainnya yang mendasari profit plan berubah (under- atau overstated). Sehingga
manajer seringkali mengembangkan tiga skenario berbeda, yaitu skenario
terburuk, skenario wajar, dan skenario terbaik.
2.5.2 Cash Wheel
Sebelum profit plan layak diterima, manajer harus memperkirakan apakah
perusahaan memiliki kecukupan kas untuk beroperasi melalui cash wheel. Cash
wheel menggambarkan siklus arus kas operasi yang dimulai dari penjualan produk
atau jasa pada pelanggan yang menghasilkan piutang, piutang akan berubah
menjadi kas, kas tersebut digunakan untuk produksi dan persediaan, dan akhirnya
persediaan tersebut akan dijual untuk menghasilkan kas yang lebih banyak.
Namun, pada hakikatnya, pertimbangan waktu selama siklus tersebut membuat
perusahaan melakukan pinjaman untuk menutupi biaya operasi dan biaya modal.
Memperkirakan kebutuhan kas perusahaan adalah penting karena
perusahaan memiliki ketersedaan kas dan kapasitas untuk melakukan pinjaman
yang terbatas. Oleh sebab itu dibutuhkan teknik untuk menghitung kas
perusahaan. Teknik sederhana cash wheel adalah dengan formula berikut:
Dalam akuntansi keuangan, untuk mengembangkan arus kas, terdapat dua
metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Perusahaan
menggunakan metode langsung untuk mengestimasi kebutuhan kas dalam jangka
waktu yang pendek yaitu sehari, seminggu, atau sebulan. Sedangkan metode tidak
langsung digunakan untuk perhitungan kas jangka panjang, yaitu bulanan,
kuartalan, atau tahunan. Berikut langkah dalam menggunakan metode tidak
langsung:
a. Estimasi Arus Kas Bersih dari Operasi
Teknik sederhana untuk mengestimasi arus kas operasi adalah dengan
pengukuran earning before interest, taxes, depreciation, and amortization
(EBITDA). EBITDA adalah perhitungan kasar berbasis kas untuk laba operasi
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
28
di dalam laporan keuangan. Perhitungan EBITDA dimulai dengan laba
berbasis akrual ditambah depresiasi, biaya bunga, dan pajak.
b. Estimasi Kebutuhan Kas untuk Mendanai Pertumbuhan Aset Operasi
EBITDA mengabaikan perubahan modal kerja yang dibutuhkan untuk
mengoperasikan bisnis. Sebagai contoh, kas dapat digunakan tergantung
perubahan tingkat persediaan dan saldo piutang. Perubahan modal kerja ini
dapat mengurangi atau meningkatkan saldo kas di tangan (cash on hand).
c. Nilai Akuisisi dan Penjualan Aset Jangka Panjang
Strategi dan inisiatif yang berbeda akan membutuhkan investasi dan kas
yang berbeda. Oleh sebab itu, perusahaan perlu memperhitungkan nilai
investasi baru yang dapat mengurangi nilai kas di tangan.
d. Estimasi Kebutuhan Pendanaan dan Pembayaran Bunga
Langkah akhir dalam menghitung arus kas dengan metode tidak langsung
adalah dengan mengurangi jumlah kas dibutuhkan untuk pendanaan dan pajak
penghasilan. Pendanaan ini meliputi dividen, beban bunga, dan pembayaran
utang pokok.
Saat semua tahap selesai, hasil yang diperoleh dari metode langsung dan
tidak langsung adalah sama. Perbedaan utama terletak pada fakta bahwa metode
tidak langsung dapat dihitung dengan cepat dari estimasi laporan keuangan
bulanan, kuartalan, dan tahunan yang telah ada. Sedangkan metode langsung
membutuhkan rincian yang sulit untuk mengestimasi arus kas masuk dan keluar.
Analisis arus kas seringkali mengindikasikan kebutuhan pendanaan
eksternal, dalam bentuk liabilitas maupun ekuitas untuk mendukung profit plan
yang diajukan. Manajer harus memilih sumber pendanaan yange sesuai dengan
risiko keuangan dan risiko bisnis.
2.5.3 ROE Wheel
ROE wheel digunakan untuk menilai apakah tingkat pengembalian
perusahaan cukup menarik bagi investor. Bisnis yang menghasilkan laba besar
akan memiliki banyak keuntungan, yaitu tersedianya sumber daya untuk investasi
di masa depan, mampu membayar dividen kepada investor, harga saham yang
tinggi, dan biaya utang yang rendah.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
29
Harga saham dan pembayaran dividen tergantung pada kemampuan bisnis
untuk mengasilkan laba dari investasi yang dilakukan pemegang saham.
Pemegang saham memonitor tingkat pengembalian mereka dengan seksama
sehingga alat ukur yang penting bagi mereka adalah return on equity (ROE).
Karena itu, manajer akan menggunakan investasi ekuitas secara bijaksana untuk
kepentingan pemegang saham dan menghasilkan ROE yang dapat memberikan
kepuasan bagi pemegang saham. Berikut tahap yang dilakukan dalam ROE wheel:
a. Kalkulasi ROE secara keseluruhan
b. Estimasi penggunaan aset
c. Bandingkan ROE hasil proyeksi dengan standar industri dan ekspektasi
investor
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Latar Belakang Pendirian Perusahaan
Sejak tahun 1987, PT Angkasa Pura I (Persero) menjadi BUMN yang
bertanggungjawab untuk mengelola fasilitas dan jasa bandara di Indonesia bagian
timur. Seiring dengan semakin banyaknya jumlah dan upaya pengembangan
bandara di Indonesia, dan kebutuhan untuk peremajaan peralatan atau fasilitas
layanan di bandara, PT Angkasa Pura I (Persero) perlu meningkatkan sumber
daya yang dapat memperbaiki kualitas layanan kepada pengguna bandara. Di saat
yang sama, perusahaan harus dapat memperkokoh struktur bisnis untuk
meningkatkan
pendapatan,
khususnya
pendapatan
nonaeronautika,
yaitu
pendapatan yang diperoleh dari usaha yang tidak terkait langsung dengan aktivitas
penerbangan.
Untuk mencapai sasaran tersebut, PT Angkasa Pura I (Persero)
mencanangkan
konsep
“Reposisi
dan
Restrukturisasi”,
sebagai
konsep
pengembangan perusahaan. Salah satu bagian dari konsep “Reposisi dan
Restrukturisasi” adalah mendirikan anak perusahaan. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan nonaeronautika PT Angkasa Pura I (Persero), dan
menciptakan profesionalisme dan core competence dari masing-masing anak
perusahaan, sehingga anak perusahaan dapat berkembang menjadi suatu entitas
bisnis yang maju dan menguntungkan.
Dengan keberadaan anak perusahaan ini, PT Angkasa Pura I (Persero)
mengharapkan perubahan yang signifikan. Perubahan ini berupa peningkatan
kualitas layanan (customer service index) diatas 5 (skala likert) dan proporsi
pendapatan nonaeronautika menjadi sampai dengan 25% dari total pendapatan
pada tahun 2013 dan 60% pada tahun 2020.
PT. Angkasa Pura 1 (Persero) mendapatkan persetujuan untuk membentuk
anak perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada tanggal 24
Juni 2011. Anak perusahaan tersebut terbagi atas empat, yaitu Angkasa Pura
Hotels, Angkasa Pura Logistics, Angkasa Pura Property, dan Angkasa Pura
Supports.
30
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
31
Pada tahap awal, di tahun 2012, anak perusahaan yang beroperasi adalah
PT Angkasa Pura Supports (PT APS), dengan bidang usaha peminjaman dan
perdagangan barang dan jasa. PT APS membidik segmen pasar yang bersifat
korporat, bukan retail. Secara umum, aktivitas PT APS adalah menyediakan
fasilitas dan jasa untuk menunjang operasional dan pelayanan perusahaan
pelanggan. Secara khusus, aktivitas PT APS adalah mendukung aktivitas PT
Angkasa Pura I (Persero) untuk meningkatkan kualitas pengelolaan layanan
bandara yang modern di Indonesia.
3.2 Profil Perusahaan
3.2.1 Struktur Modal
Struktur permodalan dari PT APS berasal dari PT Angkasa Pura I (Persero)
dengan persentase kepemilikan saham sebesar 98.50%, dan Pusat Koperasi
Karyawan Angkasa Pura (PUSKOKAPURA) dengan persentase kepemilikan
saham sebesar 1.50%. Total modal yang disetor adalah sebesar Rp.
32.000.000.000, yang terdiri dari PT Angkasa Pura I (Persero) sebesar Rp.
31.520.000.000 dan PUSKOKAPURA sebesar Rp. 480.000.000. Modal ini
berupa uang kas (tunai).
3.2.2 Visi dan Misi
3.2.2.1 Visi
Visi dari PT APS adalah “To be an independent supporting company, for
the world class company, which contribute a significant service improvement and
financial benefit to the stakeholders”. Visi tersebut selaras dengan visi dari
perusahaan induk yaitu “Menjadi perusahaan pengelola bandar udara kelas dunia
yang memberikan manfaat dan nilai tambah kepada seluruh pemangku
kepentingan”.
3.2.2.2 Misi
Misi PT APS, yaitu:
a. Memberikan nilai tambah bagi perusahaan induk untuk mengembangkan
bandar udara.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
32
b. Menjadi mitra yang terpercaya dan menyediakan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh perusahaan induk dalam mengembangkan bandar udara.
c. Untuk memasok berbagai kebutuhan yang berhubungan produk dan jasa
penerbangan.
3.2.3 Produk
Produk dari PT APS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yang
sesuai dengan aspek yang menjadi fokus PT. Angkasa Pura I (Persero) dalam
mengelola bandara, yaitu:
a. Produk safety: radar, ILS, crash car, tower set, ATC system, forklift, AFTN,
DVOR, DME, dan sebagainya.
b. Produk security: x-ray cabin, x-ray baggage, x-ray cargo, metal detector, hand
metal detecor, dan sebagainya.
c. Produk services: furniture/fixture, trolley, GSE, komputer, kendaraan bermotor,
tenaga frontliners, tenaga outsourcing, power plant, sewage plant, dan
sebagainya.
Khusus untuk perangkat safety dan security seperti x-ray dan metal
detector, PT APS berusaha untuk menjadi distributor atau agen tunggal suatu
merek yang sudah mendunia dengan kualitas produk, suku cadang, dan jaminan
pemeliharaan yang terjamin.
Strategi produk yang akan dilakukan adalah mengusulkan kepada
perusahaan induk untuk mempergunakan produk yang seragam atau satu merek
sehingga lebih efisien dan efektif. Merek ini tentunya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan dari perusahaan induk.
Selain itu, untuk jangka pendek dan jangka menengah, PT APS lebih
memfokuskan dalam pengadaan produk security dan service, karena produk
tersebut sangat menentukan tingkat layanan perusahaan induk (CSI). Sedangkan
untuk produk safety, untuk sementara belum menjadi fokus PT APS, karena
peralatan tersebut sangat mahal dan PT APS belum memiliki dana yang
mencukupi untuk itu.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
33
3.2.4 Konsumen
PT APS bergerak di bidang usaha trading, services, outsourcing, supplier
dan financing untuk pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan
lain pada umumnya dan perusahaan induk pada khususnya.
Dengan bidang usaha tersebut dan dengan dukungan dari perusahaan
induk serta tenaga ahli didalamnya, maka PT APS juga memiliki peluang yang
sangat potensial untuk mendapatkan pelanggan lainnya, diantaranya adalah:
a. Perusahaan-perusahaan yang merupakan komunitas bandar udara seperti:
Gapura Angkasa, JAS, GMF dan lainnya.
b. Perusahaan BUMN/BUMD, seperti: PT. AP II, PT. KAI, PT. Pelindo II dan
lainnya.
c. Perhotelan, seperti: Hotel Sheraton, Novotel, Hyatt dan lainnya.
d. Perusahaan yang memiliki gedung publik (pusat perbelanjaan, apartemen, dan
kantor), seperti: PT MAP, PT Summarecon, dan lainnya.
e. Perusahaan swasta lain.
PT APS mengharapkan pengembangan pasar perusahaan dari tahun ke
tahun, secara rinci sebagai berikut:
a. Jangka pendek (tahun 2012-2013), segmen pasar hanya kepada pemenuhan
kebutuhan perusahaan induk dan anak perusahaan yang lain.
b. Jangka menengah (tahun 2014-2015), segmen pasar berkembang, PT APS
masih tetap mendukung pemenuhan kebutuhan perusahaan induk dan mulai
memasarkan peralatan security dan service kepada komunitas bandar udara.
c. Jangka Panjang (> tahun 2015), segmen pasar semakin meluas, PT APS masih
tetap mendukung kebutuhan perusahaan induk dan komunitas bandar udara,
serta ditambah dengan perusahaan lainnya.
3.2.5 Struktur Organisasi
PT APS memiliki struktur organisasi yang bersifat hierarki sebagaimana
bagan berikut:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
34
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
Sumber: Rencana Bisnis PT APS
Dalam melaksanakan operasional tahap awal, PT APS membutuhkan 18
(delapan belas) orang yang berkompeten dibidangnya dengan komposisi sebagai
berikut:
a. Dewan Komisaris (BOC) sebanyak 3 (tiga) orang yang terdiri dari 1 (satu)
orang dari direksi PT Angkasa Pura I (Persero) dan 2 (dua) orang dari
independen atau pegawai perusahaan induk.
b. Dewan Direksi (BOD) sebanyak 3 (tiga) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang
profesional dibidangnya dan 2 (dua) orang pejabat struktural di PT Angkasa
Pura I (Persero).
c. Masing-masing direktur memiliki 2 (dua) orang manajer.
d. Setiap manajer memiliki 2 (dua) orang staf.
Dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya, PT APS berkemungkinan
dibantu oleh tenaga outsourcing sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Selain itu, dalam rangka efektivitas overhead cost dan dengan
memperhatikan karakter aktivitas usaha, PT APS mempekerjakan staf dalam
jumlah minimum yang dibutuhkan agar perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Khusus untuk tenaga teknisi, PT APS akan mengirimkan personil untuk
pelatihan di pabrik perangkat. Kemudian PT APS akan menjadi perpanjangan
tangan dari pabrikan dalam memberikan layanan purna jual. Personil yang seperti
ini akan diikat dengan kontrak kerja yang khusus.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
35
3.3 Perencanaan Perusahaan
3.3.1 Strategi
Untuk melaksanakan aktivitas operasional, PT APS mempunyai strategi
korporasi, yaitu:
a. Mendapatkan harga terbaik dengan kualitas produk yang terbaik.
b. Memberikan pelayanan yang terbaik dan respon yang cepat.
c. Mengutamakan terlebih dahulu dukungan kepada PT. Angkasa Pura I
(Persero).
Strategi korporasi tersebut dilakukan untuk mencapai target yang dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Jangka pendek (tahun 2012-2013), mewujudkan sustainable growth dalam
rangka mengembangkan nilai kepemilikan saham perusahaan, mengoptimalkan
potensi dengan perusahaan induk dan anak perusahaan PT Angkasa Pura I
lainnya.
b. Jangka menengah (tahun 2014-2015), memantapkan bisnis inti dan
meningkatkan pendapatan, meningkatkan sinergi dengan PT. Angkasa Pura I
(Persero) dan anak perusahaan PT. Angkasa Pura I (Persero) yang lain,
diversifikasi usaha, dan perluasan pasar selain perusahaan induk;
c. Jangka panjang (> tahun 2015), memasuki pasar modal dalam rangka
memperluas pangsa pasar (go public).
Secara rinci, rencana PT APS dalam menyediakan fasilitas peralatan dan
layanan yang dibutuhkan oleh perusahaan induk dan perusahaan lainnya dapat
dilihat pada bagan berikut:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
36
MIDDLE TERM
• Trading
• Services
Core Business
Business Model
• Beli dari Sole Agent.
• Contract Services (maintenance & operation by
AP Support)
(AP Supports –
Sole Agent)
• Security: X-ray, Walkthrough, HR Security
• Services: Kursi terminal, Aviobridge, Cleaning
Service, Parkir, kendaraan, Computer
• Safety: Radar, DVOR-DME, VHF, tower set
Product Line
• AP I
• Anak Perusahaan AP I lainnya
• Komunitas bandara
Customer
LONG TERM
• Trading
• Services
• Importir
Core Business
Business Model
(KSO AP Supports
– Fabrican)
Product Line
Customer
• Menjadi Sole Agent
• Security: X-ray, Walkthrough, HR Security
• Services: Kursi terminal, Aviobridge, Cleaning
Service, Parkir, kendaraan, Computer
• Safety: Radar, DVOR-DME, VHF, tower set
•
•
•
•
•
AP I
Anak Perusahaan AP I lainnya
Komunitas bandara.
Publik (Hotels, kantor, Mall dll)
BUMN lain
Gambar 3.2 Strategi Bisnis
Sumber: Rencana Bisnis PT APS
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
37
Untuk jangka panjang, PT APS berencana untuk meningkatkan efisiensi
perusahaan induk dengan cara sebagai berikut:
a. Harga perolehan yang ditawarkan oleh PT APS lebih rendah karena tidak
adanya biaya proses pemilihan pemasok.
b. Biaya perawatan peralatan atau fasilitas layanan akan semakin murah, karena
dalam jangka waktu tertentu akan ditangani langsung oleh PT APS melalui
transfer knowledge dari pabrikan atau distributor di awal tahun pertama.
c. Merubah capital expenditure menjadi operational expenditure sehingga
pemanfaatan dana atau kas menjadi lebih optimal.
d. Pengoperasian dari fasilitas dan peralatan layanan dapat dilaksanakan oleh PT
APS sehingga PT Angkasa Pura I (Persero) dapat lebih fokus kepada bisnis
kebandarudaraan.
Dalam rangka mendukung perusahaan induk memenuhi kebutuhannya, PT
APS sebagai anak perusahaan, tentunya tidak akan menghadapi persaingan
dengan perusahaan sejenis. Namun apabila memasok kebutuhan perusahaan lain,
maka PT APS harus bersaing dengan perusahaan safety supplier, security supplier
dan perusahaan outsourcing.
Oleh karena itu, PT APS harus mencari dan memelihara hubungan baik
dengan distributor dan pabrikan, sehingga PT APS memperoleh harga yang
terbaik dengan kualitas produk yang sudah dikenal pasar dan memiliki brand
awareness yang tinggi. Selain itu, di masa mendatang, PT APS harus menjadi
distributor dari produk atau merek tertentu.
3.3.2 Program Kerja
PT APS menyusun program kerja setiap tahunnya dan disahkan oleh
pemegang saham dalam RUPS. Program kerja tersebut berisikan kualitatif dari
anggaran yang sudah disusun, sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Rencana alat produksi
b. Rencana sumber daya manusia
c. Rencana pendapatan
d. Rencana biaya
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
38
PT APS akan membidik pasar yang berada di luar perusahaan induk
dengan produk, seperti x-ray (yang dibutuhkan oleh hotel, perkantoran, apartemen
dan pusat perbelanjaan) dan metal detector. Hal ini merupakan peluang pasar bagi
PT APS untuk memasarkan produknya, terutama yang terkait dengan safety dan
security. Selain penetrasi pasar untuk bisnis inti, PT APS juga akan berusaha
memasuki pasar baru. Inovasi melalui pelayanan baru atau pun pelayanan yang
sudah ada namun dikemas dengan konsep bisnis baru, akan menjadi peluang bagi
PT APS untuk meningkatkan pendapatan.
3.3.3 Key Peformance Indicator
Dalam menilai kinerja perusahaan, PT APS menetapkan KPI yang dibagi
atas enam perspektif. Setiap perspektif memiliki ukuran strategi masing-masing
Manajemen memberikan bobot yang menentukan besar pengaruh setiap KPI
terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan juga menetapkan
target untuk setiap KPI. Berikut rinciannya:
Tabel 3.1 Key Performance Indicator
No
A
1
2
3
KPI
Keuangan
Operating Ratio
Net Profit Margins
Debt to Equity
Bobot
Satuan
15
30
15
60
%
%
%
Formulasi
2012
(total beban ops / total pendapatan ops) x 100%
(total laba bersih / total pendapatan) x 100%
(tota hutang / total ekuitas) x 100%
80%
7%
324%
B Pelanggan
4 Indeks Kepuasan Pelanggan
5
5 Skala rata2 nilai dari customer perusahaan dalam 5
Likert skala likert
3.75
3.75
5
C Proses Bisnis Internal
5
Indeks Kepuasan Supplier
5
5 Skala
Likert
6
Pembuatan SOP
10
%
rata2 nilai dari supplier perusahaan dalam 5 skala
likert
(total SOP yg sdh selesai / total rencana SOP) x
100%
80%
15
D Learning & Growth
7
Indeks Kepuasan Pegawai
8
Tindak lanjut hasil temuan
5
5 Skala
Likert
5
%
rata2 nilai dari supplier perusahaan dalam 5 skala
likert
(total temuan yang sudah ditindaklanjuti / total
temuan selama 1 tahun buku) x 100%
3.75
80%
10
E Kepemimpinan
9 Pelaksanaan Program Kerja
5
%
(total program kerja yg terealisir / total program
dalam tahun buku) x 100
80%
%
(total maintenance yg dilakukan / total
maintenance yang seharusnya dilakukan) x 100%
80%
5
F Produk dan Layanan
10
Maintenance Service
5
5
100
Sumber: Rencana Kerja Anggaran PT Angkasa Pura Supports
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
39
3.3.4 Anggaran
PT APS membuat anggaran setiap tahun bersamaan dengan perusahaan
induk dan akan melakukan pertanggungjawaban atas realisasi dari rencana
tersebut. Dalam menyusun anggaran tersebut, PT APS sangat tergantung pada
kebijakan direksi perusahaan induk dalam menentukan investasi yang akan
dipasok oleh PT APS. Untuk tahun 2012-2013, PT APS fokus kepada penyewaan
alat-alat berikut:
a. Safety
: tidak ada
b. Security
: x-ray dan walkthrough (2012)
c. Services
: mobil (2012) dan terminal chairs (2013)
Untuk tahun 2012, rencana anggaran PT APS adalah sebagai berikut:
a. Estimated revenue 2012
: 73 milyar
b. Estimated expense 2012
: 58 milyar
c. Estimated net profit 2012 : 5 milyar
3.3.5 Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan atas operasional PT APS dilakukan secara langsung oleh para
BOD dan secara tidak langsung oleh BOC dan dilengkapi juga dengan tata kelola
hubungan kerja perusahaan induk dengan perusahaan anak.
Setiap enam bulan sekali, PT APS melaporkan perkembangan bisnis serta
pencapaian atau realisasi RKAP yang sudah ditetapkan oleh pemegang saham
(perusahaan induk). Kemudian setiap tahun, PT APS menyelenggarakan audit
yang dilaksanakan oleh kantor akuntan publik dan membuat laporan
pertanggungjawaban
manajemen
kepada
pemegang
saham.
Selain
itu,
pengawasan secara tidak langsung juga dilakukan oleh para pemegang
kepentingan (stakeholders), yaitu:
a. PT. Angkasa Pura I (Persero) sebagai perusahaan induk
b. Pusat Koperasi Karyawan Angkasa Pura I (PUSKOKAPURA) sebagai
pemegang saham minoritas
c. Departemen Perhubungan sebagai regulator
d. Kementerian BUMN sebagai pembina teknis
e. Bank sebagai para kreditur
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
40
f. Kantor perpajakan
g. Penumpang pesawat udara
h. Meeters and greeters bandar udara
i. Pegawai perusahaan
3.3.6 Standar Operasi
Dalam pelaksanaan operasional dan teknis, PT APS dilengkapi dengan
standard operating procedure. Pada tahap awal, yang perlu dipersiapkan adalah
sistem atau mekanisme penyewaan produk security dan produk service yang
dibutuhkan oleh perusahaan induk. Secara umum dapat dilihat dari gambar
dibawah ini:
A1 or
Customer
• Needs
product/service
support
• Quick & the best
price
• Financing
A1 Airport
Support
• Offering
product/service
support
• Quality
• Lease
Fabric/
Agent/
Distributor
• Contract Service
• Discount
• Best Price
Gambar 3.3 Mekanisme Penyewaan Produk
Sumber: Rencana Bisnis PT APS
Demikian juga dengan standard operating procedure setelah dilakukan
penyewaan (after sales service), PT APS memberikan:
a. Jaminan pemeliharaan dengan quick response, yang dilaksanakan oleh SDM
sendiri atau jika diperlukan mendatangkan teknisi dari pabrikan.
b. Menjaga level of service dari setiap peralatan atau fasilitas yang disewakan
kepada pelanggan.
Critical point atau bisa juga disebut sebagai risiko bisnis yang akan
dihadapi dan harus menjadi perhatian adalah:
a. Pada saat pembelian fasilitas atau peralatan, on time delivery dan dengan
kualitas barang sesuai spesifikasi yang dipesan.
b. Pada saat purna jual (after sales service), waktu respon yang cepat sesuai
perjanjian.
c. Pada saat kontrak selesai, proses repeat order kepada pabrikan atau agen
tunggal atau distributor.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
41
d. Pengaturan arus kas yang cermat untuk pembelian fasilitas atau peralatan.
3.3.7 Key Success Factors
PT APS memiliki potensi proyek yang dapat menghasilkan pendapatan
dari perusahaan induk. Sehingga kesuksesan operasional PT APS sangat
tergantung pada kemampuan perusahaan dalam memberikan nilai tambah pada
perusahaan induk. Selain itu, PT APS juga harus mendapatkan harga yang terbaik
untuk produk yang diberikan dengan kualitas dan jaminan purna jual yang handal.
Dalam hal pencatatan keuangan, PT APS menggunakan ICT untuk
memudahkan dokumentasi aktivitas operasionalnya. Sedangkan untuk pemasaran,
PT APS melakukan pemasaran yang agresif melalui direct selling, personal
selling atau menggunakan sales promotion.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Kerangka Analisis
Analisis penelitian ini akan dimulai dengan merancang balanced
scorecard (BSC) berdasarkan strategi yang telah ditetapkan PT Angkasa Pura
Supports (PT APS). Dalam BSC tersebut akan terdapat key performance indicator
(KPI). KPI tersebut akan dibandingkan dengan KPI PT APS untuk menjawab
permasalahan pertama penelitian. KPI hasil analisis akan menjadi dasar dalam
menentukan action plan PT APS. Action plan tersebut akan menghasilkan
program kerja beserta alokasi biaya yang dibutuhkan. Biaya tersebut akan
berpengaruh terhadap anggaran perusahaan. Anggaran yang dihubungkan dengan
program kerja tersebut akan menjadi dasar untuk menjawab permasalahan kedua
penelitian.
Kemudian untuk menjawab permasalahan ketiga dan keempat penelitian,
akan dilakukan analisis terhadap anggaran PT APS dengan teknik profit plan.
Berikut kerangka analisis penelitian:
Strategi
PT APS
kembangkan
BSC
(KPI )
bandingkan
KPI PT APS
Apakah perusahaan sudah memiliki indikator
yang tepat untuk implementasi strategi?
Anggaran
PT APS
Apakah terdapat keterkaitan antara strategic
plan dengan profit plan perusahaan ?
tentukan
Action Plan
menentukan
analisis dengan
Apakah profit plan perusahaan telah disusun
dengan cara yang benar ?
Teknik profit
plan
Bagaimana melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap profit plan yang telah
dibuat ?
Gambar 4.1 Kerangka Analisis Penelitian
42
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
43
4.2 Rancangan Balanced Scorecard
4.2.1 Tema Strategi
PT APS telah memiliki KPI sendiri sebagaimana dijelaskan pada BAB III.
KPI tersebut telah dibagi berdasarkan konsep BSC karena mengacu pada panduan
BSC yang telah ditetapkan oleh BUMN. Namun PT APS belum memiliki strategy
map yang jelas. Oleh sebab itu, untuk mengevaluasi efektivitas penetapan KPI
tersebut, akan dilakukan perancangan strategy map dan BSC PT APS.
PT APS membagi strategi bisnis atas tiga jangka waktu. Kaplan dan
Norton (2001) menyatakan bahwa para eksekutif selalu membagi strategi
perusahaan ke dalam beberapa tema. Hal inilah yang menjadi fokus dalam
membuat strategy map. Secara umum, tema strategi merefleksikan kepercayaan
manajemen mengenai hal yang harus dilakukan agar perusahaan sukses. Karena
PT APS membagi target perusahaan dalam tiga jangka waktu, maka hal ini yang
akan menjadi tema strategi PT APS. Tabel berikut memperlihatkan rangkuman
tema strategi PT APS:
Tabel 4.1 Tema Strategi PT APS
Komponen
Bisnis inti
Model
bisnis
Lini
Produk
Pelanggan
-
-
Sustainable growth
(jangka pendek)
Rental
Trading
Beli atau KSO
dengan sole agent
Contract services
(pemeliharaan dan
operasi oleh PT APS
dan sole agent)
Security
Service
- AP I
- Anak perusahaan AP
I lainnya
- Brand positioning
dengan
Pemasaran
memanfaatkan
jaringan AP I
AP I : PT Angkasa Pura I (Persero)
KSO : Kerjasama Operasi
Pemantapan bisnis inti
(jangka menengah)
- Rental
- Trading
- Beli atau KSO dengan
sole agent
- Contract services
(pemeliharaan dan
operasi oleh PT APS)
- Menjadi sole agent
- Security
- Service
- Safety
- AP I
- Anak perusahaan AP I
lainnya
- Komunitas bandara
- Pemasaran dengan hard
selling
Go public
(jangka panjang)
- Rental
- Trading
- Menjadi sole agent
-
Security
Service
Safety
AP I
Anak perusahaan AP I
lainnya
Komunitas bandara
Publik
BUMN Lain
Inovasi dalam
pelayanan
Membentuk holding
company
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
44
4.2.2 Strategy Map Jangka Pendek
a. Financial Perspective
PT APS, sebagaimana perusahaan pada umumnya yang berada pada tahap
awal
(early-stage
startup)
mengutamakan
pertumbuhan
pendapatan.
Pendapatan PT APS dalam jangka pendek diperoleh melalui penyewaan
produk dan pelayanan jasa kepada perusahaan induk dan anak perusahaan
lainnya. Pengeluaran terbesar PT APS dalam tahap ini adalah untuk
penyediaan fasilitas operasional PT APS dan produk yang akan disewakan.
Oleh sebab itu, PT APS mengharapkan struktur biaya yang efektif melalui
biaya perolehan produk dan biaya operasi yang rendah.
b. Customer Perspective
Secara umum, perusahaan induk dan anak mengharapkan efisiensi dari
keberadaan PT APS, karena selama ini perusahaan induk harus melewati
mekanisme tender yang sangat lama untuk memperoleh produk dan jasa. Harga
yang ditawarkan dalam tender pun tidak murah. Hal ini menyebabkan
tingginya capital expenditure perusahaan. Biaya yang dialokasikan untuk
perolehan produk tersebut juga menyebabkan minimnya biaya untuk
pemeliharaan produk. Sehingga fasilitas bandar udara berada jauh di bawah
standar kebandarudaraan (CSI).
Karena itu, PT APS akan membantu perusahaan induk dan anak lainnya
dengan memberikan harga perolehan yang rendah dan menangani langsung
perawatan fasilitas. Sehingga perusahaan induk dan anak lainnya dapat fokus
pada aktivitas kebandarudaraan dan bisnis masing-masing. Berdasarkan
penjelasan tersebut, customer value proposition PT APS adalah:
-
Segi pelayanan, yaitu pelayanan produk terbaik dengan kriteria cepat (on
time delivery), tepat (sesuai spesifikasi yang dipesan pelanggan), dan
terpercaya (kualitas terbaik).
-
Segi produk, yaitu produk memiliki harga terbaik, lebih murah dibanding
kompetitor. Selain itu, beberapa produk yang dijual atau disewa berasal
dari satu merek ternama.
-
Segi purna jual, yaitu layanan purna jual yang handal.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
45
Nilai tersebut merupakan bagian dalam upaya brand positioning
perusahaan. PT APS telah mulai melakukan berbagai kegiatan yang
menunjukkan eksistensi dan meningkatkan brand positioning tersebut. Hal ini
berupa
projek
yang
melibatkan
perusahaan
dan
pabrikan
produk
kebandarudaraan, dengan memanfaatkan jaringan yang dimiliki oleh PT
Angkasa Pura I (Persero).
c. Internal Business Perspective
Kaplan dan Norton (2001) menyatakan bahwa tema strategi tidak hanya
merefleksikan tujuan keuangan perusahaan, namun lebih kepada pandangan
para eksekutif mengenai hal yang harus dilakukan internal perusahaan untuk
mencapai tujuan. Strategi internal bisnis tersebut harus memberikan dampak
kepada customer value proposition. Untuk mencapai customer value
proposition, maka strategi internal bisnis PT APS adalah:
Tabel 4.2 Internal Business Jangka Pendek
Customer Value
Proposition
Internal Business
- Pemasok yang berkualitas
PT APS hanya akan bekerjasama dengan pemasok dan
pabrikan yang berkualitas dan telah dikenal (branded). Dengan
harapan produk yang dihasilkan berkualitas pula.
- Pengiriman produk tepat waktu dari pemasok
PT APS akan berupaya agar pelanggan dapat memperoleh
produk yang dibutuhkan tepat waktu. Hal tersebut diperoleh
dengan penyelesaian dan pengiriman produk yang tepat waktu
dari pemasok.
- Partnership dengan pemasok untuk memperoleh biaya
kepemilikan produk yang rendah.
PT APS bekerjasama dengan sole agent melalui joint
operation. Penentuan harga dilakukan melalui negosiasi
dengan sole agent atau pemasok tersebut, kemudian harga joint
operation dibandingkan dengan harga kompetitor. Sehingga PT
APS akan mengupayakan harga termurah.
- Partnership dengan satu pemasok ternama yang memproduksi
berbagai produk kebandarudaraan yang dijual dan disewakan
oleh PT APS. Dengan demikian, aktivitas PT APS yang
berhubungan dengan pemasok tersebut menjadi efektif dan
efisien.
- Customer relationship
PT APS menjaga hubungan baik dengan pelanggan melalui
sales engineer. Salah satu tugasnya adalah memperoleh
pengetahuan mengenai kebutuhan pelanggan dan menentukan
produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan tersebut.
Terpercaya
(produk yang
berkualitas)
Cepat (on time
delivery)
Harga terbaik
Berasal dari satu
merek ternama
Tepat (sesuai
spesifikasi yang
dipesan)
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
46
Tabel 4.2 (sambungan)
- Customer relationship
Layanan purna jual juga merupakan bagian dari relationship
dengan pelanggan. Hal ini menjadi tanggung jawab sales
engineer. Ia akan bertanggungjawab menanggapi respon
dengan cepat setiap kali pelanggan membutuhkan perbaikan
atas produk. Selain itu, penanganan maintenance akan
dilakukan langsung oleh teknisi PT APS yang terlatih.
Handal
Sebagai bagian dari rantai nilai perusahaan, partnership dengan pemasok
merupakan strategi penting bagi PT APS. Karena hal tersebut berpengaruh
pada sebagian besar strategi lainnya, yaitu kebijakan harga, kualitas produk,
dan pelayanan. Partnership ini juga dapat menunjang PT APS untuk menjadi
sole agent di masa mendatang.
d. Learning and Growth Perspective
Untuk mengembangkan strategi pada perspektif ini, perusahaan mengacu
kepada customer value proposition. PT APS harus melakukan rekrutmen dan
pelatihan untuk pegawai yang bertanggungjawab sesuai dengan value
proposition yang diberikan perusahaan.
PT APS harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai kebutuhan
pelanggan sehingga perusahaan dapat memiliki hubungan jangka panjang yang
baik dengan pelanggan. Oleh sebab itu dibutuhkan tenaga pemasaran yang
handal dan memahami teknik operasi produk, yaitu sales engineer. Saat ini PT
APS sedang memberikan pelatihan untuk tenaga ahli tersebut.
Disamping itu, PT APS harus merekrut dan melatih operator atau teknisi
yang handal untuk menangani layanan purna jual, terutama dalam
mengoperasikan dan memperbaiki produk rusak.
e. Leadership Perspective
Perspektif kepemimpinan bukan merupakan perspektif yang menjadi
bagian dari standar yang ditetapkan Kaplan dan Norton (2001). Perspektif ini
berdasarkan standar yang ditetapkan oleh BUMN dan menjadi fondasi dari
seluruh perspektif balanced scorecard.
Sebagai anak perusahaan BUMN, maka kinerja pimpinan, terutama dalam
pelaksanaan progam kerja sangat berpengaruh pada penilaian kinerja. Sebagai
perusahaan yang baru berdiri, PT APS sangat membutuhkan manajemen dari
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
47
pemimpin yang tepat agar individu dalam perusahaan menjadi solid dan
seluruh perspektif di atas dapat terwujud.
Berdasarkan keterangan di atas, maka strategy map PT APS untuk jangka
pendek yaitu:
OPTIMALISASI POTENSI
Pertumbuhan
pendapatan
Financial
perspective
Efektifitas
struktur biaya
Kepuasan pelanggan
Customer
perspective
Produk
berkualitas
Internal business
perspective
On time
delivery
Pemasok yang
berkualitas
Learning & growth
perspective
Harga terbaik
Partnership
dengan
pemasok
Pengiriman produk
tepat waktu dari
pemasok
HR readiness
Leadership
perspective
Berbagai produk
berasal dari satu
merek ternama
IT readiness
Produk sesuai
spesifikasi
pelanggan
Purna jual
handal
Customer
relationship
Organization
readiness
Eksekusi strategi
Gambar 4.2 Strategy Map Jangka Pendek
4.2.3 Strategy Map Jangka Menengah
a. Financial Perspective
Dalam jangka menengah, strategi keuangan PT APS tetap pada
pertumbuhan pendapatan dan efektifitas struktur biaya. Sebagai profit center
perusahaan induk, PT APS menargetkan untuk menghasilkan dividen bagi
pemegang saham pada akhir tahun 2014.
b. Customer Perspective
PT APS mulai memperluas pangsa pasar, yaitu perusahaan pengelola
bandar udara lainnya. Secara umum, strategi perusahaan untuk dapat melayani
komunitas bandara lainnya sama dengan jangka pendek, yaitu cost leadership.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
48
Sehingga tidak ada perbedaan antara customer value proposition pada jangka
pendek dan jangka menengah.
c. Internal Business Perspective
Dalam periode ini, PT APS melakukan diversifikasi usaha dengan menjadi
sole agent. PT APS menargetkan untuk menjadi sole agent atas beberapa
produk dan jasa yang ditawarkan kepada pelanggan, terutama untuk produk
security dan safety.
d. Learning and Growth Perspective
Sehubungan dengan peningkatan jaringan dan pangsa pasar perusahaan,
PT APS akan meningkatkan jumlah tenaga ahli dan perbaikan sistem informasi
yang mendukung kegiatan PT APS tersebut.
e. Leadership Perspective
Pada tahap ini, sebagaimana tahap sebelumnya, PT APS membutuhkan
pemimpin yang mampu melaksanakan program kerja dengan baik. Terutama
untuk menjadikan PT APS agen dari berbagai produk kebandarudaraan.
Berdasarkan keterangan di atas, maka strategy map PT APS untuk jangka
menengah yaitu:
PEMANTAPAN BISNIS INTI
Dividen bagi
pemegang
saham
Pertumbuhan
pendapatan
Financial
perspective
Efektifitas
struktur biaya
Kepuasan pelanggan
Customer
perspective
Produk
berkualitas
Internal business
perspective
Learning & growth
perspective
Leadership
perspective
Pemasok yang
berkualitas
On time
delivery
Harga terbaik
Pengiriman produk
tepat waktu dari
pemasok
HR readiness
Berbagai produk
berasal dari satu
merek ternama
Partnership
dengan
pemasok
IT readiness
Produk sesuai
spesifikasi
pelanggan
Customer
relationship
Purna jual
handal
Sole agent
Organization
readiness
Eksekusi strategi
Gambar 4.3 Strategy Map Jangka Menengah
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
49
4.2.4 Strategy Map Jangka Panjang
a. Financial Perspective
Dalam jangka panjang, strategi keuangan PT APS sama dengan jangka
pendek dan menengah, yaitu pertumbuhan pendapatan dan efektifitas struktur
biaya. Kestabilan pertumbuhan pendapatan diperoleh terutama dengan
memanfaatan market opportunities dari perusahaan induk dan anak perusahaan
lainnya. Ditambah dengan market opportunities dari pangsa pasar lainnya.
Dengan strategi tersebut, PT APS diharapkan dapat menghasilkan
pertumbuhan laba yang lebih besar. Sehingga perusahaan dapat membagikan
dividen yang lebih besar kepada pemegang saham.
b. Customer Perspective
Pangsa pasar PT APS semakin luas dalam jangka panjang. PT APS akan
melayani produk dan jasa perusahaan induk, anak perusahaan induk lainnya,
komunitas bandara, dan publik. Untuk dapat melayani publik, PT APS akan
tetap mengutamakan produk dan jasa dengan harga terbaik dan produk
berkualitas.
Selain itu, PT APS akan berinovasi pada variasi produk dan pelayanan
sehingga pelanggan memiliki pilihan yang lebih banyak. Jadi, customer value
proposition PT APS jangka panjang, sama dengan jangka pendek dan
menengah, ditambah dengan variasi produk dan pelayanan.
c. Internal Business Perspective
PT APS akan berinovasi melalui pelayanan baru atau pun pelayanan yang
telah ada namun dikemas dengan konsep bisnis baru. PT APS akan
bekerjasama
dengan
berbagai
perusahaan
yang bergerak
di
bidang
perhubungan. Rencana tersebut antara lain, kerjasama dengan perusahaan
penerbangan Indonesia untuk memberikan pelayanan pemeliharaan dan
perbaikan pesawat terbang. Disamping itu, PT APS juga akan membeli
perusahaan manufaktur untuk produk yang dijual PT APS. Dengan menjadi
pabrikan dan meningkatkan jumlah keagenan produk yang ditawarkan,
diharapkan produk dan layanan PT APS semakin bervariasi.
Dengan banyaknya jumlah keagenan, pabrikan, dan kerjasama yang
direncanakan. PT APS menetapkan strategi untuk membentuk holding
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
50
company, sehingga manajemen perusahaan menjadi lebih baik dengan aset
yang lebih besar dan mampu memasuki pasar modal.
d. Learning and Growth Perspective
PT APS akan memaksimalkan implementasi strategi pada perspektif ini
untuk mendukung internal bisnis yang semakin besar. Antara lain melalui
sistem informasi yang tepat, penambahan jumlah tenaga ahli, dan budaya
perusahaan yang kuat.
e. Leadership Perspective
Pada tahap ini, PT APS membutuhkan pemimpin yang kreatif dan inovatif
agar produk dan layanan PT APS mampu menarik pangsa pasar yang lebih
luas. Pemimpin tersebut juga harus memiliki jaringan yang luas dengan
pemimpin perusahaan lainnya, agar dapat menjalin kerjasama dan hubungan
baik, sehingga program kerja yang telah ditetapkan perusahaan dapat tercapai.
Berdasarkan keterangan di atas, maka strategy map PT APS untuk jangka
panjang yaitu:
GO PUBLIC
Dividen bagi
pemegang
saham
Pertumbuhan
pendapatan
Financial
perspective
Efektifitas
struktur biaya
Kepuasan pelanggan
Customer
perspective
Produk
berkualitas
Internal business
perspective
Learning & growth
perspective
Leadership
perspective
On time
delivery
Pemasok yang
berkualitas
Harga
terbaik
Pengiriman
produk tepat
waktu dari
pemasok
HR readiness
Berbagai
produk berasal
dari satu merek
ternama
Produk sesuai
spesifikasi
pelanggan
Sole agent
IT readiness
Purna jual
handal
Customer
relationship
Produk &
jasa yang
bervariasi
Pabrikan
Organization
readiness
Eksekusi strategi
Gambar 4.4 Strategy Map Jangka Panjang
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
51
4.2.5 Balanced Scorecard
Balanced scorecard untuk setiap tema strategi PT APS, yaitu:
a. Balanced Scorecard Jangka Pendek
Tabel 4.3 Balanced Scorecard Jangka Pendek
Perspective
Strategy Objective
Pertumbuhan pendapatan
- Persentase peningkatan pendapatan dari
tahun sebelumnya
- Profit margin
Efektifitas struktur biaya
Biaya operasi per pendapatan
Kepuasan pelanggan
Indeks kepuasan pelanggan
Financial
On time delivery
Produk sesuai spesifikasi
pelanggan
Customer
Produk berkualitas
Harga terbaik
Berbagai produk berasal dari satu
merek ternama
Purna jual handal
Internal
Business
Learning
& Growth
Strategy Measures
- Persentase pengiriman produk tepat
waktu
- Customer lead time
Persentase pesanan pelanggan terpenuhi
dari variasi produk yang ditawarkan
perusahaan
Jumlah service atas kerusakan fasilitas
dalam setahun
Perbandingan harga dari beberapa
pemasok secara langsung kepada
pelanggan
Jumlah produk dijual atau disewa yang
berasal dari satu pemasok bermerek
ternama
Maintenance sesuai perjanjian level of
service fasilitas
Pemasok yang berkualitas
Persentase barang dikirim dari pemasok
tanpa cacat atau kerusakan
Pengiriman barang yang tepat
waktu dari pemasok
Jangka waktu dari pemesanan hingga
penerimaan produk
Partnership dengan pemasok:
- Biaya perolehan kepemilikan
produk yang rendah
- Kerjasama dengan satu pemasok
ternama untuk beberapa produk
kebandarudaraan
- Harga perolehan per unit perusahaan
dibandingkan dengan harga pasar
- Biaya kerjasama dengan satu pemasok
untuk beberapa produk kebandarudaraan
Customer relationship
Jumlah kunjungan ke pelanggan
HR readiness
Jumlah sales engineer dan teknisi
bersertifikasi
IT readiness
Organization readiness
Persentase penyelesaian sistem informasi
perusahaan
- Persentase penyelesaian SOP
- Persentase penyelesaian dekorasi dan
fasilitas kantor
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
52
Tabel 4.3 (sambungan)
Leadership
Eksekusi strategi
Leadership development rating (360
feedback)
b. Balanced Scorecard Jangka Menengah
Secara umum BSC pada tahap ini sama dengan BSC jangka pendek.
Perbedaannya adalah pada internal bisnis dengan penambahan strategi sole
agent.
Tabel 4.4 Tambahan Strategy Objectives dan Measures Jangka Menengah
Perspective
Strategy Objective
Strategy Measures
Financial
Pertumbuhan pendapatan
Persentase pendapatan dari pelanggan baru
dari total pendapatan perusahaan
Internal
business
Sole agent
Jumlah keagenan atas produk yang dijual atau
disewakan perusahaan
c. Balanced Scorecard Jangka Panjang
Secara umum BSC pada tahap ini sama dengan BSC jangka menengah.
Perbedaannya adalah pada strategi inovasi untuk mewujudkan variasi produk
dan jasa bagi pelanggan. Strategi internal bisnis untuk inovasi tersebut adalah
membentuk holding company melalui sole agent dan pabrikan.
Tabel 4.5 Tambahan Strategy Objectives dan Measures Jangka Panjang
Perspective
Strategy Objective
Strategy Measures
Customer
Produk dan jasa yang bervariasi
Persentase kebutuhan pelanggan terpenuhi
dari produk dan jasa yang ditawarkan
Internal
business
Pabrikan
Rencana vs realisasi, dalam investasi
pengembangan pabrik
d. Perbandingan KPI Manajemen dan KPI Hasil Analisis BSC Jangka Pendek PT
APS
Analisis KPI PT APS hanya akan dilakukan pada strategi jangka pendek
perusahaan karena strategi inilah yang menentukan anggaran perusahaan untuk
setahun yang akan datang.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
53
Tabel 4.6 Perbandingan KPI Manajemen dan KPI Hasil Analisis PT APS
KEY PERFORMANCE INDICATORS
Hasil Analisis
PT APS
KEUANGAN
- Persentase peningkatan pendapatan dari tahun
sebelumnya
- Profit margin
- Biaya operasi per pendapatan
- Operating ratio
- Debt to equity
- Debt to asset
PELANGGAN
- Indeks kepuasan pelanggan (CSI)
-
Indeks kepuasan pelanggan
Persentase pengiriman produk tepat waktu
Customer lead time
Persentase pesanan pelanggan terpenuhi dari variasi
produk yang ditawarkan perusahaan
Jumlah service atas kerusakan fasilitas dalam setahun
Perbandingan harga dari beberapa pemasok secara
langsung kepada pelanggan
Jumlah produk dijual atau disewa yang berasal dari satu
pemasok bermerek ternama
Maintenance sesuai perjanjian level of service fasilitas
PROSES BISNIS INTERNAL
- Indeks kepuasan pemasok
- Persentase barang dikirim dari pemasok tanpa cacat atau
kerusakan
- Jangka waktu dari pemesanan hingga penerimaan produk
- Harga perolehan per unit perusahaan dibandingkan
dengan harga pasar
- Biaya kerjasama dengan satu pemasok untuk beberapa
produk kebandarudaraan
- Jumlah kunjungan ke pelanggan
LEARNING & GROWTH
- Tindak lanjut hasil temuan
- Indeks kepuasan pegawai
- HR readiness
- IT readiness
- Organization readiness
KEPEMIMPINAN
- Pelaksanaan program kerja
- Pelaksanaan kontrak manajemen
PRODUK DAN LAYANAN
- Maintenance service
- Leadership development rating (360 feedback)
- Level of service fasilitas
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan antara KPI yag
ditetapkan manajemen dan KPI yang ditetapkan berdasarkan analisis strategic
plan. KPI PT APS memiliki enam perspektif. Sedangkan KPI analisis memiliki
lima perspektif.
KPI keuangan yang ditetapkan manajemen tidak sesuai dengan strategi
growth perusahaan. KPI tersebut hanya mengukur efektifitas dan efisiensi
struktur biaya perusahaan, baik dalam hal operasional (operating ratio)
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
54
maupun pendanaan eksternal (debt to equity dan debt to asset). Rasio ini tepat
apabila digunakan untuk ukuran jangka panjang perusahaan. Namun untuk
jangka pendek, efektivitas struktur biaya lebih ditekankan kepada harga
perolehan produk dan biaya operasi yang rendah. Oleh sebab itu, biaya operasi
per pendapatan adalah ukuran yang lebih baik.
KPI pelanggan manajemen adalah CSI. KPI ini merujuk kepada standar
internasional kebandarudaraan mengenai kepuasan pelanggan. Namun akan
lebih baik jika ditambah dengan ukuran lain yang diperoleh melalui analisis
BSC. Karena ukuran tersebut menunjukkan dengan jelas customer value
proposition dari PT APS.
KPI internal bisnis manajemen cenderung umum, karena tidak merinci
bentuk kepuasan yang ingin dicapai dari pemasok. KPI ini juga tidak
menunjukkan ukuran keberhasilan internal perusahaan yang dapat mendukung
terpenuhinya customer value proposition.
KPI tindak lanjut hasil dan indeks kepuasan pegawai dalam perspektif
learning and growth perusahaan juga cenderung umum. Hal ini dikarenakan,
KPI tersebut belum mencerminkan sumber daya yang harus diukur oleh
perusahaan agar dapat mendukung aktivitas internal bisnis perusahaan dan
upaya memenuhi customer value proposition.
KPI kepemimpinan manajemen adalah pelaksanaan program kerja dan
kontrak manajemen. KPI tersebut telah tepat, karena sebagai anak perusahaan
BUMN, keberhasilan pemimpin dinilai dari kesuksesan melaksanakan program
kerja dan kontrak manajemen. Kedua KPI tersebut telah tercakup dalam KPI
hasil analisis, yaitu leadership development rating (360 feedback).
Manajemen PT APS menambah perspektif lainnya untuk menentukan
KPI perusahaan, yaitu produk dan layanan. Ukuran strategi pada perspektif
produk dan layanan telah tercakup dalam perspektif lainnya, yaitu persepektif
pelanggan.
Apabila melihat tabel KPI PT APS pada BAB III, dapat diketahui bahwa
perusahaan menetapkan KPI untuk jangka waktu 10 tahun. Sehingga, sebagian
besar KPI yang ditetapkan oleh manajemen lebih tepat untuk diterapkan dalam
balanced scorecard jangka panjang perusahaan. Dalam 10 tahun tersebut,
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
55
perusahaan membagi strategi atas tiga jangka waktu atau tema. Oleh sebab itu,
hendaknya ukuran strategi perusahaan disesuaikan dengan ketiga tema strategi
tersebut.
4.3 Integrasi Strategi dan Anggaran
Integrasi strategi (BSC) dan anggaran dilakukan dengan menentukan
target dan inisiatif dari setiap strategic objective. Sesuai dengan KPI yang telah
dibahas sebelumnya, target dan inisiatif yang dikembangkan hanyalah untuk
strategi jangka pendek PT APS. Namun inisiatif jangka pendek tersebut juga
dapat menunjang pencapaian strategi jangka menengah dan jangka panjang.
Seperti program market development dan joint operation. Program tersebut sangat
mempengaruhi kesiapan perusahaan untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih
luas dengan menjadi sole agent. Penetapan rinci balanced scorecard dan action
plan dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
56
Tabel 4.7 Balanced Scorecard dan Action Plan PT APS
BALANCE SCORECARD
Perspective
Strategy Objective
Internal
Business
Strategy Measures
Target 2012
Anggaran
(Rupiah)
Inisiatif
Pertumbuhan pendapatan
- Persentase peningkatan
pendapatan dari tahun sebelumnya
- Profit margin
- n/a
- 9%
Program market development
Efektifitas struktur biaya
Biaya operasi per pendapatan
0,6
n/a
-
Kepuasan pelanggan
Indeks kepuasan pelanggan (CSI)
CSI likert di atas 3,5
n/a
-
On time delivery
- Persentase pengiriman produk
tepat waktu
- Customer lead time
- 90% pengiriman produk tepat
waktu
- Lead time kurang dari 1 bulan
Customer and supplier distribution
information system
Produk sesuai spesifikasi
pelanggan
Persentase pesanan pelanggan
terpenuhi dari variasi produk yang
ditawarkan perusahaan
100% pesanan pelanggan terpenuhi
Komunikasi pelanggan dengan
sales engineer
-
Produk berkualitas
Jumlah service atas kerusakan
fasilitas dalam setahun
Kerusakan setiap produk tidak
melebihi standar service level
Program maintenance dan
pengecekan rutin atas produk
-
Harga terbaik
Perbandingan harga dari beberapa
pemasok secara langsung kepada
pelanggan
Harga terbaik yang diperoleh dari 2
atau 3 pemasok
Negosiasi harga
-
Berbagai produk berasal dari satu
merek ternama
Jumlah produk yang berasal dari
satu pemasok bermerek ternama
Seluruh produk security berasal
dari satu pemasok
Mengutamakan penawaran produk
security yang berasal dari satu
pemasok
-
Purna jual handal
Maintenance sesuai dengan
perjanjian level of service fasilitas
Sesuai dengan service level of
agreement
- Service level agreement
- Program transfer knowledge
-
Pemasok yang berkualitas
Persentase barang dikirim dari
pemasok tanpa cacat atau rusak
90% barang tidak cacat atau rusak
Program procurement
Financial
Customer
ACTION PLAN
373.000.000
30.000.000
10.000.000
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
57
Tabel 4.7 (sambungan)
Pengiriman barang yang tepat
waktu dari pemasok
Jangka waktu dari pemesanan
hingga penerimaan produk
Jangka waktu kurang dari 30 hari
Supplier relationship management
Partnership dengan pemasok:
- Biaya perolehan kepemilikan
produk yang rendah
- Kerjasama dengan satu
pemasok ternama untuk
beberapa produk
- Harga perolehan per unit
perusahaan dibandingkan dengan
harga pasar
- Biaya kerjasama dengan satu
pemasok untuk beberapa produk
kebandarudaraan
- Biaya perolehan produk lebih
rendah dari harga pasar
- Biaya dari satu pemasok lebih
rendah dibandingkan dengan
biaya dari beberapa pemasok
Program joint operation dan
industry benchmarking
27.500.000
- Minimal dua kali sebulan untuk
sales engineer
Customer relationship management
73.700.000
HR readiness
Rekrutmen, pelatihan dan
sertifikasi:
- Sales engineer (4)
- Teknisi (4)
- Program rekrutmen
- Program pengembangan potensi
karyawan
77.000.000
IT readiness
Sistem IT untuk penggajian dan
akuntansi selesai dan siap
digunakan
Program pengembangan IT (human
resource dan accounting)
100.000.000
- Jumlah personil sesuai jabatan
struktural terpenuhi
- Penyelesaian dekorasi, tata ruang
kerja, dan fasilitas pendukung
- Penyelesaian SPO
Penambahan fasilitas kantor
100.000.000
- Pemimpin mampu melaksanakan
seluruh program kerja
Evaluasi dan rapat mengenai kinerja
pimpinan dan perusahaan
Customer relationship
Learning &
Growth
Jumlah kunjungan ke pelanggan
Organization readiness
Leadership
Eksekusi strategi
Leadership development rating
(360 feedback)
Total Anggaran
-
791.200.000
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
58
Pada kolom action plan, terdapat inisitif program kerja beserta angaran
untuk program tersebut. Berikut rincian anggaran untuk masing-masing program:
a. Program Market Development
Program market development adalah upaya untuk menggali potensi
pendapatan di perusahaan induk, anak perusahaan lain, dan perusahaan lainnya.
Tabel 4.8 Program Market Developmet
Jumlah
Biaya
Akomodasi untuk mengunjungi target pelanggan:
Penginapan
Transportasi:
- Pesawat
- Mobil
Makan
Promosi:
Event atau projek dengan pelanggan atau target pelanggan
Reklame
Entertainment
117,000,000
20,800,000
91,000,000
78,000,000
13,000,000
5,200,000
165,000,000
140,000,000
25,000,000
91,000,000
373,000,000
Total
b. Customer and Supplier Distribution Information System
PT APS harus mengetahui waktu distribusi yang tepat dari pemasok ke
pelanggan. Hal tersebut merupakan penyesuaian antara waktu pelanggan
membutuhkan produk dengan waktu penyelesaian produk oleh pemasok. Oleh
sebab itu dibutuhkan sistem kontrol distribusi dengan total biaya Rp.
30.000.000.
c. Komunikasi Pelanggan dengan Sales Engineer
PT APS akan memanfaatkan tenaga ahli, yaitu sales engineer. Ia akan
bertanggungjawab untuk komunikasi langsung dengan pelanggan. Sales
engineer
dapat
mengetahui
kebutuhan
produk
pelanggan
dan
merekomendasikan produk yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Tidak ada
biaya khusus yan dikeluarkan untuk komunikasi ini.
d. Program Maintenance dan Pengecekan Rutin atas Produk
Program ini merupakan upaya pemeliharaan atas produk yang dijual atau
disewakan. Program ini merupakan bagian dari biaya maintenance dan asuransi
perusahaan sehingga tidak membutuhkan alokasi biaya yang khusus.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
59
e. Negosiasi harga
PT APS akan melakukan negosiasi harga dengan lebih dari satu pemasok
untuk suatu produk yang diinginkan konsumen. Produk yang dimaksud adalah
produk yang sama dengan kualitas sama. Tujuannya agar harga yang
ditawarkan kepada pelanggan kompetitif, sehingga pelanggan dapat memilih
sendiri produk dan pemasok yang dinginkan, dengan harga yang terbaik. Untuk
melakukan negosiasi ini, tidak dibutuhkan alokasi anggaran secara khusus.
f. Mengutamakan Penawaran Produk Security yang Berasal dari Satu Pemasok
Hal ini juga merupakan tanggung jawab dari sales engineer. Saat
merekomendasikan berbagai produk security kepada pelanggan, sales engineer
akan mengutamakan penawaran produk yang berasal dari pemasok yang sama.
Tidak ada alokasi biaya khusus untuk penawaran ini.
g. Program Service Level Agreement dan Transfer Knowledge
Program service level agreement adalah upaya negosiasi perusahaan
dengan pelanggan untuk menentukan tingkat maintenance suatu produk. Level
ini menentukan tingkat respon perusahaan terhadap setiap kebutuhan
pelanggan selama memakai produk. Misalnya, apabila terjadi kerusakan x-ray,
teknisi PT APS harus memperbaiki dalam waktu 2x24 jam. Jika tidak, PT APS
harus mengganti produk tersebut dengan produk yang baru. Program ini tidak
membutuhkan alokasi biaya tambahan yang khusus.
Program transfer knowledge adalah kegiatan pelatihan yang diberikan
teknisi pemasok kepada teknisi PT APS. Anggaran pelatihan ini merupakan
bagian dari biaya pengembangan karyawan pada perspektif learning and
growth.
h. Program Procurement
Program procurement adalah kegiatan untuk menentukan pemasok yang
akan menjadi partner PT APS. PT APS akan melakukan pengumpulan data
mengenai track record pemasok dan informasi lainnya. Oleh sebab itu PT APS
menganggarkan investasi atas sistem procurement sejumlah Rp. 10.000.000.
i. Supplier Relationship Management
Program ini merupakan upaya untuk menjaga hubungan baik dan
komunikasi dengan pemasok. Anggaran program ini sama dengan anggaran
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
60
pada perspektif customer untuk customer and supplier distribution information
system.
j. Program Joint Operation dan Industry Benchmarking
Joint operation adalah kerjasama operasi PT APS dengan pemasok atau
sole agent untuk setiap aset yang diperoleh PT APS. PT APS akan melakukan
negosiasi biaya perolehan aset dengan pemasok, kemudian biaya hasil
negosiasi tersebut akan dibandingkan dengan kompetitor atau harga tender
untuk mendapatkan harga terbaik. Anggaran pada program ini adalah biaya
untuk membuat kerjasama dengan pemasok sejumlah Rp. 15.000.000.
Industry benchmarking adalah program pengumpulan informasi untuk
melakukan perbandingan biaya per unit PT APS dengan biaya per unit dari
hasil tender atau kompetitor. Informasi ini dapat diperoleh langsung dari
kompetitor, pemasok, pelanggan, internet, dan sumber lainnya. Keseluruhan
biaya tersebut berjumlah Rp. 12.500.000.
k. Customer Relationship Management
Program ini merupakan upaya untuk menjaga hubungan baik dan
komunikasi dengan pelanggan. Disamping anggaran untuk sistem distribusi
barang pada poin b, PT APS perlu menganggarkan biaya lainnya, yaitu biaya
kunjungan ke pelanggan dan biaya gathering dengan pelanggan.
Tabel 4.9 Program Customer Relationship Management
Biaya
Biaya kunjungan ke pelanggan:
Jumlah
23.700.000
- Penginapan
6,400,000
- Transportasi
16,000,000
- Makan
1,300,000
Biaya gathering
50.000.000
Total
73,700,000
l. Program Rekrutmen dan Pengembangan Potensi Karyawan
Program ini merupakan kegiatan untuk melakukan rekrutmen dan
pelatihan untuk tenaga ahli PT APS, yaitu sales engineer dan teknisi.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
61
Tabel 4.10 Program Rekrutmen dan Pengembangan Potensi Karyawan
Biaya
Rekrutmen
Pelatihan
Total
Jumlah
5,000,000
72,000,000
77,000,000
m. Program Pengembangan IT (Human Resource dan Accounting)
Program ini merupakan program pengembangan teknologi PT APS. Total
biaya untuk sistem IT ini adalah Rp. 100.000.000.
n. Rapat Mengenai SOP
Rapat ini merupakan upaya manajemen untuk menyelesaikan SOP
perusahaan. Tidak ada alokasi biaya khusus untuk melaksanakan rapat ini.
o. Penambahan Fasilitas Kantor
Program ini merupakan kegiatan untuk menambah fasilitas kantor,
dekorasi, dan fasilitas pendukung lainnya. Total biaya untuk program ini
adalah Rp. 100.000.000.
p. Evaluasi dan Rapat Kinerja
Evaluasi dan rapat kinerja adalah untuk menilai kinerja pimpinan dan
perusahaan. Rapat pimpinan merupakan rapat bonding untuk menerima kritik
dan saran mengenai kinerja pimpinan sekaligus penilaian kinerjanya. Rapat
perusahaan merupakan rapat periodik untuk evaluasi kinerja perusahaan. Tidak
ada alokasi biaya khusus untuk program ini.
Berdasarkan rincian di atas, maka total anggaran yang dibutuhkan PT APS
untuk menjalankan seluruh program tersebut adalah Rp. 791.200.000.
4.4 Analisis Anggaran
Pembahasan berikutnya adalah analisis anggaran PT APS untuk tahun
2012 dengan teknik profit plan. Anggaran untuk program kerja yang telah dibahas
sebelumnya akan mempengaruhi jumlah biaya operasional perusahaan. Berikut
tahap-tahap pengembangan profit plan:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
62
4.4.1 Profit Wheel
4.4.1.1 Estimasi Tingkat Penjualan
PT APS tidak hanya memperoleh pendapatan dari penjualan, melainkan
juga dari penyewaan produk dan jasa perusahaan. Untuk menentukan pendapatan
tersebut, berikut tahapannya:
a. Analisis Variabel Eksternal dan Internal
Asumsi yang digunakan untuk membuat anggaran terbagi atas tiga asumsi,
yaitu pesimis, moderat, dan optimis. Namun fokus pembahasan kali ini adalah
pada asumsi moderat atau asumsi yang paling mungkin terjadi.
Tabel 4.11 Asumsi Variabel Eksternal dan Internal
Indikator
Tahun
Tingkat inflasi
Rental (per bulan)
Trading (per bulan)
Tingkat bunga
Debt financing
Debt maturity
Tingkat asuransi
Biaya pemeliharaan
Pesimis
2012
2013
7%
7%
3%
3%
13%
13%
12%
12%
90%
80%
5 tahun 5 tahun
0,5%
0,5%
1%
1%
Moderat
2012
2013
7%
7%
3%
3%
15%
15%
11%
11%
90%
80%
5 tahun 5 tahun
0,5%
0,5%
1%
1%
Optimis
2012
2013
7%
7%
4%
4%
16%
16%
11%
11%
81%
80%
5 tahun 5 tahun
0,5%
0,5%
1%
1%
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
Tingkat inflasi diasumsikan relatif tetap 7% dan tingkat suku bunga pun
relatif tetap yaitu sebesar 11%. Pendapatan perusahaan berasal dari penyewaan
peralatan untuk security dan service. Asumsi tingkat sewa sebesar 4% per
bulan dari nilai perolehan investasi tersebut, dengan jangka waktu sewa selama
5 tahun. Asumsi tersebut diperoleh berdasarkan penilaian terhadap struktur
biaya perusahaan untuk setiap produk dan jasa yang disewakan, untuk
memperoleh keuntungan (NPV positif), maka secara rata-rata, tingkat sewa
adalah 3% dari nilai investasi. Dengan cara yang sama, asumsi pendapatan dari
trading adalah 15% dari nilai investasi.
Pembiayaan perusahaan untuk membeli peralatan yang dibutuhkan oleh
pelanggan dilakukan dengan kombinasi modal sendiri dan pinjaman kepada
pihak ketiga (pemegang saham atau bank). Pada tahun 2012, rasionya adalah
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
63
10% : 90% (10% dari modal sendiri dan 90% dari pinjaman). Sedangkan tahun
2013, rasionya adalah 20% : 80% (20% dari modal sendiri dan 80% dari
pinjaman). Jangka waktu pembiayaan ini maksimum sama dengan jangka
waktu sewa yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu 5 tahun.
Sedangkan untuk biaya pemeliharaan diasumsikan sebesar 1% per
tahunnya dari total nilai investasi yang dikeluarkan perusahaan. Selain itu,
seluruh investasi harus dilindungi asuransi. Asuransi ini merupakan bagian dari
mitigasi resiko jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu,
tingkat asuransi diasumsikan relatif tetap, yaitu 0,5%.
b. Peraturan Pemerintah
Tidak ada peraturan pemerintah yang dapat menghambat PT APS dalam
melakukan sewa kepada perusahaan induk dan anak. PT APS telah memenuhi
ketentuan berikut:
- Undang-Undang Nomor: 1 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
- Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-7/MBU/2010 tentang Pedoman
Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas
Badan Usaha Milik Negara.
- Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-5/MBU/2008 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik
Negara.
c. Kompetitor
PT APS tidak memiliki pesaing di tahun awal perusahaan beroperasi,
karena PT APS berkedudukan sebagai anak perusahaan yang ditunjuk langsung
untuk memenuhi permintaan perusahaan induk dan anak perusahaan lainnya.
d. Permintaan Pelanggan
PT APS telah memperhitungkan potensi permintaan pelanggan atas
produk yang disewakan. Potensi tersebut berdasarkan rencana investasi PT
Angkasa Pura I (Persero) dan anak perusahaan. Selain pendapatan dari rental
produk, PT APS juga memperoleh pendapatan dari trading dan service. Berikut
rincian penawaran atas permintaan pelanggan PT APS:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
64
Tabel 4.12 Opportunities
2012
RENTAL
RI x-ray cabin
RI x-ray baggage
RI x-ray cargo
RI walkthrough
RI terminal chairs
RI cars
RI computer
RI aviobridge
RI detector
TRADING
UPS
Interior
Counter check-in
Incenarator
CCTV
SQFL
SERVICE
Maintenance services
Parking services
HR services
E-PSC services
@
AP I Demand
Vol
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
43
27
3
37
1,250
46
165
11
4
15
745
-
4
4
3
10
61
910
4
39
23
27
1,250
11
-
unit
unit
unit
unit
unit
unit
13
2
1
1
1
1
-
13
2
1
1
1
1
-
unit
108
2
21,000,000
12
-
108
2
12
21,000,000
-
pax
Subsidiary
Vol
APS Offer
Vol
Opportunities
Vol
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
Pada tahun 2012, PT APS belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan
perusahaan induk dan anak perusahaan lainnya. Namun hal tersebut
memperlihatkan bahwa potensi pasar PT APS sangat besar di perusahaan
induk. Hal ini menjadi opportunities bagi PT APS untuk memperoleh
pendapatan pada tahun-tahun yang akan datang.
e. Estimasi Pendapatan
Berdasarkan perhitungan struktur biaya yang dilakukan perusahaan, untuk
memperoleh NPV positif, PT APS menetapkan harga sewa (rental) untuk
setiap produk sebesar 3% dari nilai investasi. Untuk harga trading adalah 15%
dari nilai investasi. Sedangkan untuk service berbeda-beda sesuai dengan
bentuk layanan yang diberikan. Tabel berikut memperlihatkan estimasi
pendapatan berdasarkan asumsi dan potensi di atas:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
65
Tabel 4.13 Estimasi Pendapatan
No.
A
1
2
3
4
5
6
Pendapatan Operasional
RENTAL
RI x-ray cabin
RI x-ray baggage
RI x-ray cargo
RI walkthrough
RI terminal chairs
RI cars
Camry
Fortuner
Alphard
Innova
Commando car
Crash Car
ambulance
Utilities (Double cabin)
Ops (single cabin)
golf car
runway sweeper
traktor mower
mower
bus karyawan
Dyna
7 RI computer
8 RI aviobridge
9 RI detector
Subtotal
B TRADING
1 UPS
2 Interior
3 Counter check-in
4 Incenarator
5 CCTV
6 SQFL
Subtotal
C SERVICE
1 Maintenance services
2 Parking services
3 HR services
4 E-PSC services
Subtotal
Total pendapatan operasional
Pendapatan
540,000,000
600,000,000
900,000,000
255,000,000
5,279,029,554
99,000,000
648,000,000
396,000,000
226,710,000
159,393,492
263,250,000
1,279,020,132
300,762,000
1,151,556,300
545,992,230
18,900,000
103,685,400
86,760,000
315,032,100
111,600,000
8,000,661,654
9,336,044,986
16,876,986,000
9,217,851,335
675,354,750
13,200,700,650
2,415,000,000
51,721,937,720
4,980,000,000
2,265,000,000
662,054,922
6,300,000,000
14,207,054,922
73,929,654,296
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
4.4.1.2 Estimasi Biaya Operasi
Dalam estimasi biaya operasi ini, terdapat komponen biaya yang
merupakan anggaran untuk program dalam action plan PT APS (ditandai dengan
warna biru). Perkiraan biaya operasi PT APS, yaitu:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
66
Tabel 4.14 Estimasi Biaya Operasi
No.
Beban Operasional
A BEBAN PEGAWAI
1 Gaji pokok
2 Tunjangan tetap
3 Tunjangan tidak tetap
4 Fasilitas
Subtotal
B BEBAN PEMELIHARAAN
1 Tanah
2 Gedung dan bangunan
3 Kendaraan
4 Peralatan
5 Furniture
6 Lain-lain aset tetap
Subtotal
C BEBAN PERSEDIAAN
1 UPS
2 Interior
3 Counter cek-in
4 Incenarator
5 CCTV
6 SQFL
Subtotal
D BEBAN UTILITAS
1 Rekening listrik
2 Rekening air
3 Rekening telepon
4 Rekening saluran telekomunikasi
Subtotal
E BEBAN UMUM
1 Administrasi bank
Jumlah
Keterangan
780,000,000
1,697,900,000
504,060,000
240,000,000
3,221,960,000
295,779,420
771,389,763
1,000,000
1,068,169,183
8,118,299,988
14,675,640,000
8,015,522,900
587,265,000
11,478,870,130
2,100,000,000
44,975,598,018
8,000,000
2,400,000
24,000,000
20,000,000
54,400,000
-
2
Pemasaran
446,929,654
3
a)
b)
c)
d)
4
Pajak-pajak:
Biaya pajak SWP3D/BBN/dll
PPh Psl 23 atas sewa
PPh Psl 23 atas budep/jasa giro dan pasar modal
Pajak Bumi dan Bangunan
Perjalanan dinas :
244,000,000
444,154,332
-
a)
Dalam negeri
248,500,000
b)
5
6
7
8
9
10
11
12
13
a)
b)
Luar negeri
Olahraga
Asuransi dan Astek
Bonus dan insentif
Mutasi pegawai
Sewa tanah/ruang/gudang
Outsourcing tenaga kerja
Rekrutmen dan pelatihan karyawan
BBM/pelumas
Beban direksi dan komisaris:
Direksi
Komisaris
203,850,000
500,000,000
788,759,456
250,000,000
200,000,000
584,371,959
77,000,000
86,400,000
14
Sistem informasi
140,000,000
15
16
Joint operation
Fasilitas kantor
15,000,000
100,000,000
17
Lain-lain
300,000,000
Subtotal
Total beban operasional
Termasuk biaya program market development
(promosi) dan customer gathering
Termasuk biaya market development (akomodasi)
dan program sales engineer
3,493,315,267
757,265,152
Termasuk biaya customer and supplier relationship
system, procurement system, dan pengembangan
Termasuk biaya program market development
(entertainment) dan program benchmarking
8,879,545,821
58,199,673,021
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
4.4.1.3 Kalkulasi Laba yang Diharapkan
Berdasarkan kalkulasi pendapatan dan biaya operasi, maka dapat diperoleh
nilai laba operasi PT APS. Untuk memperoleh net income, maka harus ditentukan
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
67
biaya lainnya, yaitu beban depresiasi, amortisasi, bunga, dan pajak. Kalkulasi net
income PT APS adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15 Estimasi Laba PT APS
PT. Angkasa Pura Suport
Proyeksi Laba-Rugi
Periode: 1 Maret 2012 s/d 31 Desember 2012
No
A
B
C
D
E
F
G
Uraian
Pendapatan
Rental
Trading
Service
Total Pendapatan
Beban
Beban Pegawai
Beban Pemeliharaan
Beban Persediaan
Beban Utilitas
Beban Umum
B. Peny. Piutang Ragu-Ragu
Total Beban
Laba-Rugi Operasional
Pendapatan Lain-Lain
Beban Lain-Lain
EBITDA
Beban Penyusutan
a. Kendaraan
b. Peralatan
c. Furniture
Beban Amortisasi
EBIT
Beban Bunga
EBT
PPh Pasal 25
Net Income
2012
8,000,661,654
51,721,937,720
14,207,054,922
73,929,654,296
3,221,960,000
1,068,169,183
44,975,598,018
54,400,000
8,879,545,821
58,199,673,021
15,729,981,275
15,729,981,275
6,204,802,890
2,463,771,927
3,721,030,964
20,000,000
9,525,178,384
2,963,177,010
6,562,001,374
1,640,500,343
4,921,501,030
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
4.4.1.4 Nilai Investasi untuk Aset Baru
Sebagai perusahaan yang baru berdiri, PT APS mengeluarkan biaya
investasi yang cukup besar di tahun 2012. Investasi ini adalah untuk operasional
perusahaan dan untuk aset yang disewakan, aset yang dijual, dan peralatan
pendukung service. PT APS mengkalkulasi nilai investasi baru sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
68
Tabel 4.16 Nilai Investasi Baru PT APS
No.
Aset
A Persediaan
Inventory untuk trading
B Aktiva Tetap
Kendaraan
Peralatan
Furniture
Total
Jumlah
44,975,598,018
29,577,941,967
83,092,976,305
105,375,000
157,751,891,289
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
4.4.1.5 Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan berdasarkan tiga asumsi variabel eksternal dan internal
pada tabel 4.9, yaitu pesimis, moderat, dan optimis. Dalam penelitian ini akan
dilihat damapak dari perubahan persentase pendapatan rental dan trading per
bulan. Hasilnya, net income perusahaan pun berbeda. Ketiga asumsi menunjukkan
bahwa perusahaan dapat membukukan laba, namun terdapat perbedaan laba yang
signifikan di antara ketiga asumsi. Tabel berikut memperlihatkan perbedaan laba
bersih perusahaan berdasarkan ketiga asumsi tersebut:
Tabel 4.17 Uji Asumsi
No
Uraian
A
Pendapatan
Rental
Trading
Service
Total Pendapatan
Beban
Beban Pegawai
Beban Pemeliharaan
Beban Persediaan
Beban Utilitas
Beban Umum
B. Peny. Piutang Ragu-Ragu
Total Beban
Laba-Rugi Operasional
Pendapatan Lain-Lain
Beban Lain-Lain
EBITDA
Beban Penyusutan
a. Kendaraan
b. Peralatan
c. Furniture
Beban Amortisasi
EBIT
Beban Bunga
EBT
PPh Pasal 25
Net Income
B
C
D
E
F
G
Pesimis
2012
Moderat
2012
Optimis
2012
8,000,661,654
48,273,808,539
14,207,054,922
70,481,525,114
8,000,661,654
51,721,937,720
14,207,054,922
73,929,654,296
10,667,548,871
55,170,066,902
14,207,054,922
80,044,670,695
3,221,960,000
1,068,169,183
44,975,598,018
54,400,000
8,876,097,691
58,196,224,892
12,285,300,222
12,285,300,222
6,204,802,890
2,463,771,927
3,721,030,964
20,000,000
6,080,497,332
3,232,556,739
2,847,940,593
711,985,148
2,135,955,445
3,221,960,000
1,068,169,183
44,975,598,018
54,400,000
8,879,545,821
58,199,673,021
15,729,981,275
15,729,981,275
6,204,802,890
2,463,771,927
3,721,030,964
20,000,000
9,525,178,384
2,963,177,010
6,562,001,374
1,640,500,343
4,921,501,030
3,221,960,000
1,068,169,183
44,975,598,018
54,400,000
8,938,998,581
58,259,125,782
21,785,544,913
21,785,544,913
6,204,802,890
2,463,771,927
3,721,030,964
20,000,000
15,580,742,023
2,963,177,010
12,617,565,012
3,154,391,253
9,463,173,759
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
69
4.4.2 Cash Wheel
Perhitungan arus kas masuk dan keluar PT APS akan dilakukan dengan
metode langsung. Perhitungan ini juga akan memperlihatkan perbedaan kas
perusahaan berdasarkan ketiga asumsi. Rinciannya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.18 Perkiraan Arus Kas PT APS
No
Uraian
Pesimis
Moderat
Optimis
A
1
2
3
4
5
6
CASH INFLOW
Modal disetor
Sub loan
Pinjaman dari pihak ketiga
Net income
Depresiasi
Amortization
TOTAL CASH INFLOW
32,000,000,000
35,000,000,000
107,751,891,289
2,135,955,445
6,204,802,890
183,092,649,625
32,000,000,000
35,000,000,000
107,751,891,289
4,921,501,030
6,204,802,890
185,878,195,210
32,000,000,000
35,000,000,000
107,751,891,289
9,463,173,759
6,204,802,890
190,419,867,939
B
1
2
3
4
5
6
7
CASH OUTFLOW
Capex
Inventory
Loan repayment
Biaya pra ops
Deviden
Tantiem
Bonus
TOTAL CASH OUTFLOW
106,822,293,272
44,975,598,018
24,513,555,268
176,311,446,558
106,822,293,272
44,975,598,018
24,513,555,268
176,311,446,558
106,822,293,272
44,975,598,018
24,513,555,268
176,311,446,558
C
BALANCE (SURPLUS/DEFISIT)
6,781,203,067
9,566,748,652
14,108,421,381
D
BEGINNING BALANCE
-
-
-
E
NET CASH ENDING
6,781,203,067
9,566,748,652
14,108,421,381
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
Net cash ending yang positif pada ketiga asumsi, menunjukkan bahwa PT
APS memiliki kas yang cukup untuk melakukan aktivitas perusahaan. Sebagian
besar kas tersebut berasal dari pihak ketiga, karena memang perusahaan belum
memiliki kas yang cukup dari internal perusahaan. Berdasarkan seluruh estimasi
di atas, maka diperoleh neraca PT APS (lampiran 1).
4.4.3 ROE Wheel
Target ROE PT APS diasumsikan sebesar 17%. Asumsi ini berdasarkan
kondisi terbaik yang mungkin diperoleh perusahaan. Kalkulasi ROE PT APS
berdasarkan asumsi moderat, yaitu:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
70
ROE
Profitablility Ratio
Net Income
x
Asset Turnover
Sales
x
Sales
4,921,501,030
73,929,654,296
0.067
x
x
Assets
73,929,654,296
155,159,837,051
x
x
0.476
Financial Leverage Ratio
Assets
Shareholders' Equity
155,159,837,051
x
36,921,501,030
x
4.202
0.133
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa PT APS
diproyeksikan memperoleh net income 6,7% dari pendapatan dengan asset
turnover 0,47 dan leverage ratio 4,20. Perputaran aset perusahaan cenderung
rendah karena perusahaan membutuhkan investasi aset yang besar di tahun 2012.
Sedangkan leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan sangat
membutuhkan pendanaan eksternal, terutama bank. Kombinasi ketiganya
menunjukkan ROE perusahaan adalah 13,3%, berarti PT APS dapat memperoleh
laba bersih sebesar 13,3% dari ekuitas.
Jika dibandingkan dengan PT Angkasa Pura I (Persero), ROE induk
hanyalah 6%, sehingga ROE PT APS dapat dinilai cukup tinggi. Namun jika
dibandingkan
dengan
perusahaan lain
yang juga
mendukung aktivitas
kebandarudaraan, ROE sebesar 13,3% tersebut masih rendah.
Profit plan yang telah dirancang ternyata tidak sesuai dengan target. Oleh
sebab itu, akan dilakukan kembali analisis profit plan untuk memperoleh ROE
sesuai target.
4.5 Analisis Anggaran Revised
4.5.1
Profit Wheel
Perubahan yang dilakukan pada revisi profit wheel ini adalah dengan
mengurangi beban umum sebesar Rp. 2.317.059.797, yang terdiri dari:
a. Biaya olahraga Rp. 300.000.000
b. Bonus dan insentif Rp. 150.000.000
c. Outsourcing tenaga kerja Rp. 216.690.362
d. BBM/pelumas Rp. 25.920.000
e. Beban direksi Rp. 1.247.612.596
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
71
f. Beban komisaris Rp. 270.451.840
g. Perjalanan dinas luar negri Rp. 20.385.000
h. Sewa tanah/ruang/gedung Rp. 20.000.000
i. Lain-lain Rp. 66.000.000
Penurunan beban ini dilakukan berdasarkan penyesuaian terhadap kondisi
perusahaan yang masih berada pada tahap awal berdiri dan skala perusahaan yang
tergolong kecil. Penurunan beban ini juga telah dipertimbangkan sehingga tidak
mengganggu operasional dan strategic plan perusahaan.
Berdasarkan perubahan tersebut, maka diperoleh net income perusahaan
sebesar Rp. 6.659.295.878 untuk moderat, Rp. 3.873.750.293 untuk pesimis, dan
Rp. 11.200.968.607 untuk optimis. Rinciannya sebagai berikut:
Tabel 4.19 Uji Asumsi Revised
No
Uraian
A
Pendapatan
Rental
Trading
Service
Total Pendapatan
Beban
Beban Pegawai
Beban Pemeliharaan
Beban Persediaan
Beban Utilitas
Beban Umum
B. Peny. Piutang Ragu-Ragu
Total Beban
Laba-Rugi Operasional
Pendapatan Lain-Lain
Beban Lain-Lain
EBITDA
Beban Penyusutan
a. Kendaraan
b. Peralatan
c. Furniture
Beban Amortisasi
EBIT
Beban Bunga
EBT
PPh Pasal 25
Net Income
B
C
D
E
F
G
Pesimis
2012
Moderat
2012
Optimis
2012
8,000,661,654
48,273,808,539
14,207,054,922
70,481,525,114
8,000,661,654
51,721,937,720
14,207,054,922
73,929,654,296
10,667,548,871
55,170,066,902
14,207,054,922
80,044,670,695
3,221,960,000
1,068,169,183
44,975,598,018
54,400,000
6,559,037,894
55,879,165,094
14,602,360,020
14,602,360,020
6,204,802,890
2,463,771,927
3,721,030,964
20,000,000
8,397,557,129
3,232,556,739
5,165,000,391
1,291,250,098
3,873,750,293
3,221,960,000
1,068,169,183
44,975,598,018
54,400,000
6,562,486,023
55,882,613,223
18,047,041,072
18,047,041,072
6,204,802,890
2,463,771,927
3,721,030,964
20,000,000
11,842,238,182
2,963,177,010
8,879,061,171
2,219,765,293
6,659,295,878
3,221,960,000
1,068,169,183
44,975,598,018
54,400,000
6,621,938,784
55,942,065,984
24,102,604,711
24,102,604,711
6,204,802,890
2,463,771,927
3,721,030,964
20,000,000
17,897,801,820
2,963,177,010
14,934,624,810
3,733,656,202
11,200,968,607
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
72
4.5.2
Cash Wheel
Perubahan beban operasi di atas juga mempengaruhi kas. Kas dengan
asumsi baru mengalami peningkatan dibanding asumsi sebelumnya. Kas
perusahaan setelah dilakukan revisi yaitu:
Tabel 4.20 Perkiraan Arus Kas PT APS Revised
No
Uraian
Pesimis
Moderat
Optimis
A
1
2
3
4
5
6
CASH INFLOW
Modal disetor
Sub loan
Pinjaman dari pihak ketiga
Net income
Depresiasi
Amortisasi
TOTAL CASH INFLOW
32,000,000,000
35,000,000,000
107,751,891,289
3,873,750,293
6,204,802,890
184,830,444,473
32,000,000,000
35,000,000,000
107,751,891,289
6,659,295,878
6,204,802,890
187,615,990,058
32,000,000,000
35,000,000,000
107,751,891,289
11,200,968,607
6,204,802,890
192,157,662,787
B
1
2
3
4
5
6
7
CASH OUTFLOW
Capex
Inventory
Loan repayment
Biaya pra ops
Deviden
Tantiem
Bonus
TOTAL CASH OUTFLOW
106,822,293,272
44,975,598,018
24,513,555,268
176,311,446,558
106,822,293,272
44,975,598,018
24,513,555,268
176,311,446,558
106,822,293,272
44,975,598,018
24,513,555,268
176,311,446,558
C
BALANCE (SURPLUS/DEFISIT)
8,518,997,915
11,304,543,501
15,846,216,229
D
BEGINNING BALANCE
-
-
-
E
NET CASH ENDING
8,518,997,915
11,304,543,501
15,846,216,229
Sumber: RKA PT APS 2012 dan telah diolah kembali
Kas PT APS setelah revisi mengalami peningkatan dibandingkan kas
sebelum revisi. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan laba bersih perusahaan.
Dengan demikian, diperoleh pula neraca PT APS setelah revisi tahun 2012
(lampiran 2).
4.5.3
ROE Wheel
Berdasarkan revisi profit wheel dan cash wheel, maka diperoleh ROE
perusahaan pada asumsi moderat sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
73
ROE
Profitablility Ratio
Net Income
Sales
6,659,295,878
73,929,654,296
0.090
x
x
x
Asset Turnover
Sales
Assets
73,929,654,296
156,897,631,899
x
0.471
x Financial Leverage Ratio
Assets
Shareholders' Equity
156,897,631,899
38,659,295,878
x
x
x
4.058
0.172
Pada perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa PT APS diproyeksikan
memperoleh net income 9% dari pendapatan dengan asset turnover 0,47 dan
leverage ratio 4,06. Asset turnover ratio tidak mengalami perubahan yang
signifikan dibanding asumsi sebelumnya. Perubahan yang cukup signifikan adalah
pada kenaikan profitability ratio dan penurunan financial leverage ratio.
Sehingga, ROE PT APS juga meningkat menjadi 17,2%. Hasil ini memenuhi
target yang telah ditetapkan, yaitu 17%.
4.6 Keterkaitan Strategic Plan dengan Profit Plan
Teknik profit plan di atas menunjukkan upaya untuk mengintegrasikan
strategi perusahaan dengan anggaran. Program yang telah ditetapkan melalui
analisis BSC mempengaruhi jumlah biaya operasional perusahaan.
Anggaran biaya operasional terbesar perusahaan adalah untuk persediaan.
Biaya tersebut berhubungan dengan strategi perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan sebagaimana proyeksi permintaan pelanggan pada tabel
4.12. Biaya terbesar lainnya adalah beban umum, yang didalamnya mencakup
berbagai biaya yang mendukung program-program dalam action plan.
Dengan integrasi tersebut, perusahaan diperkirakan memperoleh laba bersih
sebesar 9% dari total pendapatan perusahaan dan ROE 17,2%. Hasil tersebut
sesuai dengan target yang ditetapkan.
4.7 Pengawasan dan Pengendalian Profit Plan
Profit plan yang telah ditetapkan membutuhkan pengawasan agar target
yang ditentukan tercapai. PT APS dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian anggaran, sebaiknya:
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
74
a. Mengkomunikasikan BSC dan action plan serta anggaran kepada setiap
individu yang berada di dalam perusahaan. Tujuannya agar setiap individu
dapat lebih fokus bekerja sesuai dengan strategi dan target yang ditetapkan
perusahaan.
b. Memantau secara berkala KPI perusahaan. Hal ini secara akurat dan aktual
menginformasikan ketidaksesuaian implementasi strategi perusahaan dengan
perencanaan.
c. Melakukan evaluasi varians terhadap anggaran. Hal ini bertujuan untuk
mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Munculnya
deviasi dapat menjadi pertanda bahwa perusahaan perlu melakukan perbaikan
terhadap implementasi strategi. PT APS telah menetapkan bahwa pelaporan
pencapaian realisasi RKAP akan dilakukan setiap 6 bulan sekali. Mengingat
sebagai perusahaan yang baru berdiri, pengendalian anggaran sangat penting,
untuk menjaga informasi tetap aktual, maka sebaiknya manajemen membuat
laporan perkuartal.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian
Kesimpulan hasil penelitian ini, yaitu:
a. PT Angkasa Pura Support (APS) telah memiliki ukuran kinerja atau key
performance indicator (KPI) untuk menilai target dalam implementasi
strategi. Namun berdasarkan analisis balanced scorecard (BSC) yang
diakukan, KPI tersebut belum merepresentasikan seluruh strategi dan target
perusahaan. Hal ini dikarenakan, PT APS tidak membuat strategy map dan
balanced scorecard yang selaras dengan strategi yang telah ditetapkan. KPI
diperoleh
dari
kerangka
yang diberikan oleh BUMN
berdasarkan
pertimbangan manajemen.
b. Profit plan PT APS tidak memperlihatkan hubungan yang jelas dengan
strategic plan perusahaan. Hal ini juga dikarenakan perusahaan tidak
memiliki strategy map. Apabila program yang dihasilkan dalam action plan
BSC dihubungkan dengan anggaran yang telah dibuat oleh manajemen untuk
tahun 2012, terdapat biaya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam komponen
biaya yang telah ada, seperti rekrutmen dan pelatihan karyawan serta sistem
informasi untuk procurement dan customer and supplier distribution. Dapat
dikatakan bahwa beberapa strategi perusahaan ternyata belum dihubungkan
ke dalam anggaran. Namun setelah dilakukan penambahan biaya (tabel 4.14),
maka strategic plan perusahaan telah terhubung dengan profit plan.
c. PT APS telah menyusun profit plan sesuai dengan teknik yang dikemukakan
Simons (2001).
d. Anggaran PT APS dari manajemen belum menghasilkan laba yang optimal,
yaitu hanya 6% dari pendapatan. Meskipun laba tersebut telah memenuhi
ekspektasi perusahaan induk, namun tingkat laba tersebut tampaknya masih
rendah, terutama apabila dihubungkan dengan latar belakang pendirian PT
APS yang ditujukan sebagai profit center PT Angkasa Pura I (Persero).
75
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
76
5.2 Rekomendasi
Rekomendasi untuk perusahaan, yaitu:
a. PT APS sebaiknya merancang strategy map. Dengan strategy map, PT APS
dapat menetapkan KPI dengan tepat dan membuat program kerja dan
anggaran yang berhubungan dengan strategi perusahaan. KPI tersebut juga
akan
memudahkan
manajemen
dalam
melakukan
pengawasan
dan
pengendalian atas profit plan perusahaan.
b. Manajemen PT APS sebaiknya melakukan revisi atas anggaran dengan cara
menurunkan biaya umum. Tujuannya adalah agar perusahaan dapat
meningkatkan laba sehingga ROE yang dihasilkan menjadi lebih baik dan
kompetitif dibanding perusahaan lain yang sejenis.
c. PT APS sebaiknya mengkomunikasikan balanced scorecard dan action plan
kepada seluruh individu yang ada dalam perusahaan. Dengan demikian,
semua pihak dapat mengetahui fokus dalam kegiatan operasional perusahaan
dan ikut serta dalam melakukan pengawasan dan pengendalian atas KPI.
Selain itu, perusahaan sebaiknya juga membuat prosedur untuk pengawasan
dan pengendalian tersebut.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak secara komprehensif menilai ketepatan penetapan
strategi perusahaan, yang dimulai dari analisis lingkungan eksternal dan internal
serta hubungannya dengan visi dan misi, hingga akhirnya diperoleh anggaran
perusahaan. Oleh sebab itu untuk penelitian yag akan datang, diharapkan adanya
penilaian komprehensif tersebut sehingga dapat diketahui bahwa perusahaan telah
menetapkan strategi yang tepat.
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
DAFTAR REFERENSI
Adams, Chris., Andy Neely, & Mike Bourne. (2003). Better budgeting or beyond
budgeting. Measuring Business Excellent, Vol. 7, Iss: 3, 22 – 28.
Anthony, R.N., & Govindarajan. (2004). Management Control System. McGrawHill.
Armesh, Ahmed., Habibollah Salarzehi, & Baqer Kord. (2010, October).
Management control system. Interdiciplinary Journal of Contemporary
Research in Business, Vol. 2, No. 6, 193-206.
Ireland, Hoskisson, & Hitt. (2011). The management of strategy; Concept and
cases (9th ed). South Western.
John, Amalokwu Obiajulum., & Lawrence Njilefack Ngoasong. (2008).
Budgetary and management control process in a manufacturing: Case of
Guinness Nigerian PLC. Malardalen University.
Kaplan, Robert S., & Norton, David P. (1992, January-February). The balanced
scorecard-measures that drive performance. Harvard Business Review, p.
71-79.
--------. (2001). The strategy focused organization; how balanced scorecard
companies thrive in the new business environment. Harvard Business
School Press.
--------. (2004). Strategy maps; converting intangible assets into tangible
outcomes. Harvard Business School Press.
Otley, D. Did Kaplan and Johnson get it right?. (2007). Accounting, Auditing, and
Accountability Journal, Vol. 21, No. 2, 229-239.
77
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
78
Simons, Robert. (1987). Planning, control, and uncertainty: A process view.
Accounting and Management: Field Study Perspectives. Harvard
Business School Press, 339-362.
--------. (1991, January). Strategic orientation and top management attention to
control system. Strategic Management Journal, Vol. 12, No. 1, 49-62.
--------. (1994). How new top managers use control systems as levers of strategic
renewal. Strategic Management Journal, Vol. 15, 169-189.
--------. (2000). Performance measurement and control systems for implementing
strategy. Prentice-Hall.
SW Yoo. (n.d.). Profit planning, activity based budgeting, and e-budgeting.
http://biz.korea.ac.kr
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
79
Lampiran 1 Neraca PT APS Tahun 2012
PT. Angkasa Pura Supports
Proyeksi Neraca Pesimis
Per 31 Desember 2012
Aktiva
No
1
Nama Akun
Jumlah
3
No
Aktiva Lancar
1
Kas
2
Pasiva
-
Bank
Persediaan
Total Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Tanah
Gedung & Bangunan
Kendaraan
Peralatan
Furniture
Aktiva Tetap Lainnya
Akumulasi Penyusutan
Total AktivaTetap
Aktiva Lainnya
29,577,941,967
77,138,976,305
105,375,000
(6,204,802,890)
100,617,490,381
-
Total Aktiva
152,374,291,466
Nama Akun
Kewajiban
Kewajiban Lancar
6,781,203,067
44,975,598,018
51,756,801,085
2
Jumlah
Kewajiban Jangka Panjang
Sub loan
Hutang Bank
Hutang Jangka Panjang lainnya
Total Kewajiban
Ekuitas
Modal Dasar
Modal Belum Ditempatkan
Modal Ditempatkan & Disetor
Cadangan Modal
Laba Ditahan
Laba-Rugi Tahun Berjalan
Total Ekuitas
Total Pasiva
35,000,000,000
83,238,336,021
118,238,336,021
125,000,000,000
93,000,000,000
32,000,000,000
2,135,955,445
34,135,955,445
152,374,291,466
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
80
Lampiran 1 (sambungan)
PT. Angkasa Pura Supports
Proyeksi Neraca Moderat
Per 31 Desember 2012
No
1
2
3
Aktiva
Nama Akun
Jumlah
Aktiva Lancar
Kas
Bank
Persediaan
Total Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Tanah
Gedung & Bangunan
Kendaraan
Peralatan
Furniture
Aktiva Tetap Lainnya
Akumulasi Penyusutan
Total AktivaTetap
Aktiva Lainnya
29,577,941,967
77,138,976,305
105,375,000
(6,204,802,890)
100,617,490,381
-
Total Aktiva
155,159,837,051
No
1
9,566,748,652
44,975,598,018
54,542,346,670
2
Pasiva
Nama Akun
Kewajiban
Kewajiban Lancar
Kewajiban Jangka Panjang
Sub loan
Hutang Bank
Hutang Jangka Panjang lainnya
Total Kewajiban
Ekuitas
Modal Dasar
Modal Belum Ditempatkan
Modal Ditempatkan & Disetor
Cadangan Modal
Laba Ditahan
Laba-Rugi Tahun Berjalan
Total Ekuitas
Total Pasiva
Jumlah
35,000,000,000
83,238,336,021
118,238,336,021
125,000,000,000
93,000,000,000
32,000,000,000
4,921,501,030
36,921,501,030
155,159,837,051
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
81
Lampiran 1 (sambungan)
PT. Angkasa Pura Supports
Proyeksi Neraca Optimis
Per 31 Desember 2012
No
1
2
3
Aktiva
Nama Akun
Jumlah
Aktiva Lancar
Kas
Bank
Persediaan
Total Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Tanah
Gedung & Bangunan
Kendaraan
Peralatan
Furniture
Aktiva Tetap Lainnya
Akumulasi Penyusutan
Total AktivaTetap
Aktiva Lainnya
29,577,941,967
77,138,976,305
105,375,000
(6,204,802,890)
100,617,490,381
-
Total Aktiva
159,701,509,780
No
1
14,108,421,381
44,975,598,018
59,084,019,399
2
Pasiva
Nama Akun
Kewajiban
Kewajiban Lancar
Kewajiban Jangka Panjang
Sub loan
Hutang Bank
Hutang Jangka Panjang lainnya
Total Kewajiban
Ekuitas
Modal Dasar
Modal Belum Ditempatkan
Modal Ditempatkan & Disetor
Cadangan Modal
Laba Ditahan
Laba-Rugi Tahun Berjalan
Total Ekuitas
Total Pasiva
Jumlah
35,000,000,000
83,238,336,021
118,238,336,021
125,000,000,000
93,000,000,000
32,000,000,000
9,463,173,759
41,463,173,759
159,701,509,780
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
82
Lampiran 2 Neraca PT APS Tahun 2012 Setelah Revisi
PT. Angkasa Pura Supports
Proyeksi Neraca Pesimis
Per 31 Desember 2012
No
1
2
3
Aktiva
Nama Akun
Jumlah
Aktiva Lancar
Kas
Bank
Persediaan
Total Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Tanah
Gedung & Bangunan
Kendaraan
Peralatan
Furniture
Aktiva Tetap Lainnya
Akumulasi Penyusutan
Total AktivaTetap
Aktiva Lainnya
29,577,941,967
77,138,976,305
105,375,000
(6,204,802,890)
100,617,490,381
-
Total Aktiva
154,112,086,314
No
1
8,518,997,915
44,975,598,018
53,494,595,933
2
Pasiva
Nama Akun
Kewajiban
Kewajiban Lancar
Kewajiban Jangka Panjang
Sub loan
Hutang Bank
Hutang Jangka Panjang lainnya
Total Kewajiban
Ekuitas
Modal Dasar
Modal Belum Ditempatkan
Modal Ditempatkan & Disetor
Cadangan Modal
Laba Ditahan
Laba-Rugi Tahun Berjalan
Total Ekuitas
Total Pasiva
Jumlah
35,000,000,000
83,238,336,021
118,238,336,021
125,000,000,000
93,000,000,000
32,000,000,000
3,873,750,293
35,873,750,293
154,112,086,314
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
83
Lampiran 2 (sambungan)
PT. Angkasa Pura Supports
Proyeksi Neraca Moderat
Per 31 Desember 2012
No
1
2
3
Aktiva
Nama Akun
Jumlah
Aktiva Lancar
Kas
Bank
Persediaan
Total Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Tanah
Gedung & Bangunan
Kendaraan
Peralatan
Furniture
Aktiva Tetap Lainnya
Akumulasi Penyusutan
Total AktivaTetap
Aktiva Lainnya
29,577,941,967
77,138,976,305
105,375,000
(6,204,802,890)
100,617,490,381
-
Total Aktiva
156,897,631,899
No
1
11,304,543,501
44,975,598,018
56,280,141,518
2
Pasiva
Nama Akun
Kewajiban
Kewajiban Lancar
Kewajiban Jangka Panjang
Sub loan
Hutang Bank
Hutang Jangka Panjang lainnya
Total Kewajiban
Ekuitas
Modal Dasar
Modal Belum Ditempatkan
Modal Ditempatkan & Disetor
Cadangan Modal
Laba Ditahan
Laba-Rugi Tahun Berjalan
Total Ekuitas
Total Pasiva
Jumlah
35,000,000,000
83,238,336,021
118,238,336,021
125,000,000,000
93,000,000,000
32,000,000,000
6,659,295,878
38,659,295,878
156,897,631,899
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
84
Lampiran 2 (sambungan)
PT. Angkasa Pura Supports
Proyeksi Neraca Optimis
Per 31 Desember 2012
No
1
2
3
Aktiva
Nama Akun
Jumlah
Aktiva Lancar
Kas
Bank
Persediaan
Total Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Tanah
Gedung & Bangunan
Kendaraan
Peralatan
Furniture
Aktiva Tetap Lainnya
Akumulasi Penyusutan
Total AktivaTetap
Aktiva Lainnya
29,577,941,967
77,138,976,305
105,375,000
(6,204,802,890)
100,617,490,381
-
Total Aktiva
161,439,304,628
No
1
15,846,216,229
44,975,598,018
60,821,814,247
2
Pasiva
Nama Akun
Kewajiban
Kewajiban Lancar
Kewajiban Jangka Panjang
Sub loan
Hutang Bank
Hutang Jangka Panjang lainnya
Total Kewajiban
Ekuitas
Modal Dasar
Modal Belum Ditempatkan
Modal Ditempatkan & Disetor
Cadangan Modal
Laba Ditahan
Laba-Rugi Tahun Berjalan
Total Ekuitas
Total Pasiva
Jumlah
35,000,000,000
83,238,336,021
118,238,336,021
125,000,000,000
93,000,000,000
32,000,000,000
11,200,968,607
43,200,968,607
161,439,304,628
Universitas Indonesia
Penggunaan Diagnostic..., Citra Ferima, FE UI, 2012
Download