BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat manusia sebagai makhluk sosial adalah untuk hidup berdampingan dengan orang lain. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak bisa hidup sebagai manusia apabila tidak berinteraksi dengan yang lain. Sebagai makhluk yang diberi kesempurnaan akal dan pikiran, sudah seharusnya manusia menggunakan akal dan pikiran tersebut untuk bertukar pikiran satu dengan yang lainnya. Dengan begitu maka manusia membutuhkan kelompok-kelompok dalam kehidupan bermasyarakat sebagai wadah untuk bertukar pikiran dan berinteraksi. Kelompok tersebut tercipta dengan sendirinya ketika manusia saling berinteraksi, topik-topik yang muncul ketika saling berinteraksi menentukan kelompok tersebut. Kemudian kelompok tersebut membentuk sebuah organisasi dimana didalamnya merupakan individu yang memiliki ketertarikan yang sama atas suatu hal. Ada beberapa teori yang mampu menjelaskan mengenai terjadinya dinamika kelompok, salah satunya adalah Teori Alasan Praktis milik Rietz menekankan segi motif/maksud orang berkelompok. Teori ini mengacu pada teori kebutuhan Maslow, yang menurut practical theory ini “the group it self is the source of needs” (kelompok itu sendiri mampu memenuhi kebutuhannya sendiri) (Huraerah dan Purwanto, 2006:29). Dengan kata lain bahwa kelompok-kelompok yang terbentuk cenderung memberikan kepuasan atas kebutuhan-kebutuhan sosial yang 1 mendasar dari orang yang berada didalam kelompok tersebut. Misalnya musik, salah satu organisasi yang didalamnya memiliki banyak orang dengan ketertarikan dan juga kebutuhan yang sama mengenai musik adalah Organisasi Marching Band. Marching band adalah satuan musik lapangan yang dimainkan secara berbaris oleh para pemainnya. Mereka terdiri dari kelompok perkusi sebagai penunjang derap dan pemain alat musik tiup sebagai penunjang melodi. Pada awalnya marching band adalah bentuk dari military band yang terdiri dari para pemuda eks perang dunia kedua. Military band tersebut dibentuk untuk membakar semangat untuk para veteran perang, selain itu juga dipertunjukkan dalam pawai – pawai militer. Di Indonesia sendiri military band ini terbentuk karena interaksi kultural bangsa pribumi dengan penjajah barat yang dibawa oleh penjajah Belanda. Para pemain dalam korps musik tersebut adalah para abdi dalem kraton (Kirnadi 2004 : 43). Seiring perkembangan waktu Marching Band telah berkembang menjadi sebuah korps musik yang modern dengan menggunakan alat-alat yang lebih beragam jenisnya, seperti alat tiup brass (trumpet, mellophone, baritone, euphonium, tuba) alat pukul/perkusi baik yang bernada beserta assesorisnya (marimba, vibraphone, timpani) atau yang ritmis (snare, bass drum, cymbal), dan color guard yaitu penari yang memainkan (flag, sabre, riffle). Marching Band merupakan organisasi yang terdiri dari banyak individu yang tentunya memiliki karakter masing-masing. Dalam sebuah organisasi seperti marching band maka individu yang berada didalamnya harus memiliki tujuan yang sama sehingga berjalan beriringan dan selaras. Tujuan ini dapat disamakan ketika 2 dalam organisasi tersebut memiliki visi dan misi yang jelas. Dengan begitu maka dibutuhkan AD/ART (anggaran dasar / anggaran rumah tangga) yang mencangkup berbagai visi, misi dan aturan sebagai pakem untuk menjalankan proses berorganisasi. Tidak hanya aturan tertulis saja yang ada pada organisasi Marching Band, ada aturan tidak tertulis yang berlaku dan biasa disebut dengan budaya organisasi. Meskipun aturan tersebut tidak tertulis, ketika seseorang melanggar maka aka nada konsekuensi yang harus diterima selayaknya dengan aturan yang tercantum dalam AD/ART. Marching Band merupakan organisasi dengan tingkat latihan yang tinggi. Untuk mencapai sebuah prestasi yang diinginkan maka harus dimbangi dengan usaha yang setimpal seperti proses latihan yang intensif. Dalam proses latihan intensif ini maka tentunya banyak hal yang harus dikorbankan, seperti waktu belajar, waktu tidur dan waktu bermain. Ketika seseorang telah memutuskan untuk bergabung dalam organisasi marching band maka harus siap untuk menerima konsekuensinya, harus memiliki tingkat kemauan dan usaha yang tinggi pula. Dengan begitu maka anggota marching band dituntut unutuk pintar membagi waktu sehingga tetap dapat mengimbangi antara kegiatan akademis dan marching band. Kondisi ini menciptakan marching band dikenal dengan anggota yang ‘tambal-sulam”, maksudnya adalah anggota yang sudah terlibat dalam marching band tidak dapat dipastikan siapa saja yang terlibat hingga akhir, bisa saja tiba-tiba menghilang atau menggundurkan diri. Kondisi ini dialami hampir semua organisasi marching band di Indonesia dan sudah dianggap menjadi hal yang lumrah. 3 Dibalik itu semua marching band masih memiliki ketertarikan tersendiri di masyarakat, dengan jumlah anggota yang besar dan penyajian musik yang berbeda, maka marching band masih dianggap memiliki kebanggan tersediri dan menjadi sebuah organisasi eksklusif dimasyarakat, tidak terkecuali mahasiswa. Tidak sedikit universitas di Indonesia yang memiliki marching band sebagai salah satu kegaiatan ekstrakurikulernya. Universitas Gadjah Mada adalah salah satunya. Marching Band UGM sudah dikenal dikancah Nasional dengan berbagai prestasi yang telah diraihnya hingga hampir 35 tahun ini. Prestasi ini yang membuat Marching Band UGM sering dipandang menjadi unit kegiatan mahasiswa yang eksklusif di UGM. Pandangan dan pemaknaan masyarakat khususnya mahasiswa inilah yang membuat marching band dapat menarik anggota dengan jumlah yang besar dalam suatu universitas seperti Universitas Gadjah Mada. Dengan kondisi akademis yang cukup padat tidak sedikit mahasiswa yang masih tertarik untuk mengikuti kegiatan marching band begitu pula di UGM, Marching Band UGM menjadi UKM dengan jumlah pendaftar terbanyak setiap tahunnya. Jumlah pendaftar hingga mencapai lebih dari 500 pendaftar mencerminkan bahwa Marching Band UGM masih sangat menarik dikalangan mahasiswa UGM. B. Rumusan Masalah Mengapa Mahasiswa Memilih Terlibat dalam Kegiatan Marching Band Universitas Gadjah Mada? 4 C. Tujuan 1. Mengetahui alasan mahasiswa memilih kegiatan marching band sebagai sebuah kegiatan ekstrakurikuler di Universitas Gadjah Mada 2. Dampak dan Manfaat yang diperoleh setelah terlibat dalam kegiatan Marching Band UGM D. Tinjauan Pustaka Ada sejumlah hasil penelitian yang pernah diusung mengenai tindakan sosial. Salah satunya merupakan riset skripsi milik Dwiningsih Rahmatullah tahun 2005, mahasiswi jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang berjudul “Tingkah Laku Pelajar Dalam Menghadapi Penambahan Jam Belajar Di Sekolah (Studi tentang tingkah laku siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta dalam menghadapi program pengayan Intensif)”. Dalam skripsi tersebut menjelaskan tingkah laku anak dalam menghadapi program pengayaan di sekolah, sudut pandang siswa berbeda dengan sudut pandang sekolah, sudut pandang ini mempengaruhi tingkah laku yang dimiliki terhadap program tersebut. Terdapat kemiripan dengan penelitian yang saya lakukan, yaitu pada perubahan tingkah laku yang diakibatkan adanya faktor yang mempengaruhi. Terdapat perbedaan yang jelas diantara skripsi milik Dwiningsih tersebut dengan penelitian yang saya lakukan, terletak pada indikator yang mempengaruhi perubahan tingkah laku tersebut. Dalam skripsi Dwiningsih dijelaskan bahwa faktor yang melatarbelakangi tingkah laku berupa faktor dari siswa yaitu rasa bosan dan motif tujuan, sedangkan faktor sekolah yang berupa metode guru mengajar, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa lain dan disiplin sekolah. 5 Skripsi milik Rizky Intan Rahmasaridewi yang berjudul “Sosial Media Dalam Budaya Organisasi (Studi Tentang Penggunaan Twitter dan Perubahan Perilaku Anggota UKM Marching Band UGM)” yang membicarakan pengaruh media sosial khususnya Twitter dalam kehidupan berorganisasi di UKM Marching Band UGM juga menjadi salah satu tinjauan pustaka dalam penelitian ini dalam melihat obyek yang diteliti yaitu Marching Band UGM. Terdapat kesamaan obyek antara penelitian yang saya teliti dengan penelitian milik Rizky, yaitu mengenai Marching Band UGM. Keseluruhan isi dan masalah milik Rizky sangat berbeda dengan penelitian yang saya lakukan. Sedangkan penelitian yang saya lakukan lebih menekankan pada tindakan anak dalam memilih marching band sebagai kegiatan ekstrakurikuler di Universitas Gadjah Mada. Pemilihan kegiatan tersebut tentunya dilatarbelakangi oleh beberapa alasan dan faktor serta pemaknaan mengenai marching band sendiri dikalangan mahasiswa UGM. E. Kerangka Konsep E.1. Pilihan Rasional Menurut Weber manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukan itu untuk mencapai apa yang mereka kehendaki. Setelah memilih sasaran, mereka memperhitungkan keadaan, kemudian memilih tindakan. Keadaan sosial yang tercipta karena tindakan itu menjadi hambatan sebagai kekuatan struktural, tetapi bagaimanapun tindakan sejatinya tetap mental-yang dipilih dalam konteks persepsi pelaku dari hambatan struktural itu. Memahami realitas sosial yang dihasilkan oleh tindakan itu berarti menjelaskan mengapa manusia menentukan 6 pilihan (Jones, 2010:114). Berbagai alasan manusia melakukan suatu tindalan, misalnya adanya kejadian historis secara berurutan yang mempengaruhi karakter mereka maka tindakan dibagi menjadi beebrapa tipe seperti tipe tindakan tradisional, tindakan afektif, tindakan berorientasi nilai dan tindakan berorientasi tujuan. Ketika seseorang melakukan suatu tindakan pasti ada yang melatarbelakangi tindakan tersebut dapat tercipta. Hal ini dapat difokuskan pada Teori Rational Choice atau Teori Pilihan Rasional. Menurut Coleman, kunci dari pilihan rasional adalah aktor dan sumber daya. Para pelaku sering dipandang sebagai entitas yang memiliki tujuan/maksud, yang berarti bahwa para pelaku memiliki batas akhir atau tujuan dari tindakan-tindakan mereka. Para pelaku juga memiliki pilihan/ preferensi (nilai-nilai, kegunaan). Teori pemilihan rasional tidak berkaitan dengan apa yang menjadi pilihanpilihan tersebut, atau sumber-sumber mereka. Kemudian yang terpenting adalah fakta bahwa tindakan mereka dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan mereka yang konsisten dengan hierarki preferensi seorang pelaku (Wirawan, 2012:245). Teori pilihan rasional dianggap tepat untuk menganalisis masalah yang diteliti karena memiliki beberapa kelebihan, seperti (1) memiliki kontribusi pada area pengukuran, (2) sebagai pendekatan pertikaian dalam institusi sosial (seperti: dalam hukum, peraturan-peraturan, norma, dan nilai-nilai budaya) dan (3) memberikan kemungkinan tentang cara untuk menjawab pilihan tujuan individu. Sama halnya dengan pemilihan Marching Band UGM sebagai kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di UGM, pemilihan tersebut tidak dapat terlepas dari faktor yang mendorong keikutsertaannya pada Marching Band UGM. Misalnya saja adanya relasi yang mendorong seorang mahasiswa untuk terlibat dalam Marching Band UGM, relasi 7 tersebut bisa merupakan teman yang terlebih dahulu telah bergabung atapun teman yang sama-sama ingin bergabung dalam Marching Band UGM. selain itu bisa juga pengalaman atas keikutsertaan Marching Band di masa lalu, saat masih berada di sekolah dasar, menengah maupun atas. Hal ini dapat mempengaruhi alasan pemilihan Marching Band sebagai kegaiatn ekstrakurikuler di UGM. Beberapa tipe tindakan diatas juga dapat dijadikan salah satu alasan pemilihan Marching Band sebagai kegiatan ekstrakurikuler di UGM, seperti tipe tindakan yang berorientasi pada tujuan. Sangat dimungkinkan ketika seorang mahasiswa memilih marching band sebagai kegiatan ekstrakurikulernya di UGM dikarenakan adanya tujuan yang ingin dicapai, seperti tujuan untuk berprestasi dalam Grand Prix Marching Band. Dalam memilih sesuatu tindakan individu harus mengantisipasi hasil alternatif tindakan dan menghitung bahwa yang terbaik untuk mereka. Rasional individu memilih alternatif yang memberi mereka kepuasan terbesar. Ketika memilih Marching Band UGM sebagai kegiatan Ekstrakurikuler maka harus mempertimbangkan segala aspek yang ada di dalamnya dan konsekuensi yang dihadapi. Dengan mengetahui hal tersebut maka setelah bergabung nantinya tidak merasa menyesal. Untuk sebagian orang tidak rasional memang memilih terlibat dalam Marching Band UGM melihat jadwal latihan yang sangat padat dan berat, hal ini tidak bagi mahasiswa yang memilih kegiatan tersebut, mereka memiliki pemikiran rasionalnya sendiri dalam menentukan pilihannya. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor. 8 E.2. Dinamika Kelompok Dalam organisasi Marching Band yang memiliki anggota dengan berbagai latar belakang, sifat dan karakter masing-masing maka pasti muncul dinamika dalam kehidupan berorganisasinya. Teori Sintalitas Kelompok milik Cattell yang menyatakan bahwa sintalitas analog dengan kepribadian para individu dan mencakup hal-hal seperti kebersamaan, dinamika, tempramen dan kemampuan kelompok. Cattell mengemukakan adanya 3 panil dalam kelompok, yaitu: (1) Sifat-sifat Sintalitas adalah pengaruh dari adanya kelompok sehingga sebagai keseluruhan, baik terhadap kelompok lain maupun terhadap lingkungan, (2) Sifat-sifat struktur kelompok adalah hubungan antar anggota kelompok, perilaku-perilaku di dalam kelompok dan pola organisasi kelompok, (3) Sifat-sifat populasi adalah sifat rata-rata dari anggota-anggota kelompok. Sesuai dengan teori Cattell bahwa dalam kelompok mencakup sebuah dinamika yang disebut dengan dinamika kelompok. Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Dinamika yang berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan, keadaan ini terjadi secara dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu. Dalam sebuah kelompok harus memiliki aturan yang disepakati bersama dan apabila aturan (norma) tersebut dilanggar maka mendapat ganjaran. Berdasarkan aturan inilah individu melakukan berbagai kegiatan dalam kelompok. Di dalam sebuah kelompok tentunya dibutuhkan adanya interaksi untuk menciptakan sebuah dinamika kelompok menyesuaikan satu dengan lainnya dengan berbagai cara. Anggota kelompok yang 9 berinteraksi, secara tetap mempengaruhi dan dipengaruhi oleh penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuan dan memelihara kelompok. Dibutuhkan komunikasi dalam pencapaian tujuan tersebut, tidak ada komunikasi tanpa kekuatan, dengan demikian kekuatan merupakan hal yang esensi bagi semua aspek keberfungsian kelompok. Kekuatan terscermin pada kemampuan seseorang untuk membuat orang lain bertingkah laku tertentu. Jadi kekuatan adalah pengaruh. Apabila di dalam kelompok ada kondisi kooperatif dan tujuan kelompok memungkinkan untuk dicapai, para anggota kelompok menggunakan kekuatannya kearah yang sama, dan hanya ada sedikit atau tidak ada perlawanan untuk menerima pengaruh dari anggota lain dan sebaliknya (Huraerah dan Purwanto, 2006:41). Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Mustahil rasanya tidak ada interaksi yang terjadi dalam Marching Band UGM dengan kondisi dimana anggota didalamnya memiliki karakter yang berbeda-beda. Interaksi tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dalam Marching Band UGM. Tentu saja interaksi tersebut dipengaruhi oleh kekuatan dan pengaruh. Orang-orang yang berada didepan, seperti pelatih, pengurus harian dan manajer memiliki kekuatan untuk memberikan pengaruh kepada seluruh anggota mengenai persamaan tujuan yang ingin dicapai. Ketika kekuatan itu ditularkan pada seluruh anggota dan masing-masing anggota menularkan perngaruh yang sama maka terjadi kesepakatan untuk mencapai tujuan yang sama. Sebaliknya apabila terjadi perlawanan dari anggota mamupun orang-orang tertentu didalam kelompok mengenai pengaruh tersebut maka terjadi konflik dalam kelompok. Konflik ini dapat diatasi 10 ketika didalam kelompok tersebut memiliki kekuatan untuk memecahkan masalah bersama. Dalam Marching Band UGM pemecahan masalah dilakukan secara musyawarah demi mencapai kesepakatan bersama. Dalam Marching Band UGM adanya dinamika kelompok guna membangkitkan kepekaan diri seorang anggota terhadap anggota yang lain sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai, kemudian juga untuk menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain. Dengan adanya dinamika sosial maka komunikasi terbuka terhadap sesama anggota Marching Band UGM yang berpengaruh pada timbulnya hubungan yang baik antar sesama anggota Marching Band UGM. F. Metode Penelitian F.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskripsif. Dalam penelitian ini penggunaan metode kualitatif karena permasalahan yang belum jelas dan kompleks. Selain itu peneliti bermaksud untuk memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori. Penelitian kualitatif dianggap mampu memberikan gambaran menyeluruh atas masalah yang diteliti sehingga dapat memeberikan penjelasan beserta penjabaran yang jelas dan lengkap. F.2. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah Anggota Marching Band UGM yang berstatus player, pengurus maupun senior. 11 F.3. Informan Informan dalam penelitian ini adalah (1) Anggota Utama Marching Band UGM, yaitu mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang telah resmi dilantik oleh pengurus harian Marching Band UGM dan memiliki hak beserta kewajiban sebagai anggota Marching Band UGM, (2) Anggota Terbatas Marching Band UGM, yaitu mahasiswa UGM yang biasanya berpartisipasi dalam kegiatan Marching Band UGM namun belum resmi dilantik oleh Marching Band UGM sehingga tidak memiliki hak dan kewajiban seperti yang dimiliki AU meskipun sama – sama mahasiswa UGM. Informan yang dipilih merupakan anggota aktif minimal 1 tahun dan masih aktif dalam kegiatan Marching Band UGM sehingga data yang diambil berkualitas. Anggota tersebut dipilih 10 anggota yang semuanya merupakan Anggota Utama Marching Band UGM, 2 diantara mereka dahulu merupakan Anggota Terbatas Marching Band UGM yang saat ini telah dilantik menjadi Anggota Utama. Informan yang dipilih juga berdasarkan Gender, yaitu 5 perempuan dan 5 laki-laki. Informan ini dipilih karena memiliki kriteria yang sesuai dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab masalah yang diteliti. F.4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara dengan 10 informan. Selanjutnya adalah sumber data sekunder, sumber data ini berasal dari literaturliteratur lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 12 F.5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi dilakukan terhadap situasi yang terkait dengan masalah yang diteliti untuk dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah yang ada. Dengan melakukan observasi maka peneliti memperoleh informasi tambahan mengenai pemaknaan masalah yang diteliti dan juga tindakan individu dalam menghadapi masalah tersebut. Observasi dilakukan saat latihan Marching Band UGM berlangsung dengan teknik observasi berpartisipasi secara langsung atau participant observatory di dalam Marching Band UGM. Selain mendapatkan data yang lengkap, terperinci, sampai pada data di ranah yang privat, hal ini dianggap mampu membuat peneliti menjadi lebih bijak untuk menempatkan situasi ketika di dalam atau di luar Marching Band UGM tersebut dengan berganti peran sesuai kebutuhan. b. Wawancara Mendalam Selanjutnya, teknik yang digunakan untuk menggumpulkan data adalah wawancara mendalam. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, dalam Sugiyono, 2008). Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tak berstruktur, untuk mendapatkan informasi tanpa harus memaksa informan menjawab pertanyaan dengan terpaksa. Dalam wawancara tak berstruktur peneliti belum mengetahui pasti data yang diperoleh, wawancara dilakukan lebih fleksibel dan lebih luwes sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan cerita dari responden. Wawancara dilakukan pada sepuluh informan yang terpilih dan diseuaikan dengan status informan saat ini dalam 13 Marching Band UGM. Wawancara dilakukan dalam kurun waktu satu minggu setelah peneliti melakukan observasi terlebih dahulu. F.6. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2008:244) Dalam penelitian kualitatif analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Tahap dalam penelitian kualitatif adalah tahap memasuki lapangan dengan grand tour dan minitour question, analisis datanya dengan analisis domain. Kemudian tahap selanjutnya adalah menentukan fokus, teknik pengumpulan data dengan minitour question, analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Kemudian ketika melakukan wawancara maka analisis yang digunakan adalah analisis komponensial, setelah itu dilanjutkan analisis tema. Menurut Spradley dilakukan secara berurutan, melalui proses analisis domain, taksonomi, komponensial dan tema budaya (Spradley, dalam Sugiyono, 2008) Terdapat macam-macam cara dalam melakukan analisa data. Salah satu cara yang dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang masih sangat bersifat umum, yakni (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil kesimpulan dan 14 verifikasi. Dalam reduksi data, data yang diperoleh dalam lapangan dan ditulis dalam bentuk laporan dengan cara dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya. Laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkat, direduksi, disusun lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Display data dapat membantu peneliti untuk dapat menguasai data yang diperoleh. Data yang begitu banyak dan bertumpuk-tumpuk akan membuat peneliti kesulitan untuk dapat melihat hubungan antara detail dan sulit pula untuk melihat gambaran keseluruhan untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Informasi yang tersusun dalam display data dapat mempermudah dalam penarikan kesimpulan. Kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data yang telah dikumpulkan. Dari data yang diperoleh dicari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya. Dalam penarikan kesimpulan dilakukan pencarian arti atau penjelasan dari data yang diperoleh (Nasution, 2002: 129-130). 15