BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit 2.1.1 Definisi Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 meter persegi dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 2011). 2.1.2 Anatomi Kulit Struktur Kulit terdiri struktur bagian-bagian lapisan anatomi kulit dengan fungsi yang berbeda-beda. Bagian-bagian kulit terbagi atas tiga bagian yaitu kulit ari (epidermis), kulit jangan (dermis), dan jaringan ikat bawah. Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat di permukaan tubuh. Pada permukaan kulit terdapat kelenjar keringat yang mengekskresikan zat-zat sisa. Zat-zat sisa tersebut dikeluarkan melalui pori-pori kulit yang berupa keringat. Keringat tersusun dari air dan garam-garam mineral khususnya garam dapur (NaCl) yang merupakan hasil metabolisme protein. Kulit terdiri atas 3 bagian dimana setiap bagian-bagian tersebut masingmasing lapisan tersusun dari beberapa lapisan yang mempunyai fungsi sendirisendiri, yaitu: 7 Universitas Sumatera Utara 8 2.1.2.1 Kulit Ari (Epidermis) Kulit ari adalah bagian terluar yang sangat tipis Fungsi kulit ari (epidermis) adalah melindungi tubuh dari berbagai zat kimia yang terdapat diluar tubuh, melindungi tubuh dari sinar UV, melindungi tubuh dari bakteri . Kulit ari terdiri atas dua lapis. Lapisan-lapisan kulit ari (epidermis) dan fungsinya adalah sebagai berikut. A. Lapisan Tanduk/Stratum korneum Lapisan tanduk adalah lapisan kulit ari yang paling luar dan merupakan lapisan mati sehingga mudah mengelupas, tidak memiliki inti, dan mengandung zat keratin. Lapisan ini akan selalu baru, jika mengelupas tidak akan terasa sakit atau mengeluarkan darah karena tidak terdapat pembuluh darah dan saraf. Ciri-Ciri Lapisan Tanduk : 1. Lapisan paling luar dan tersusun dari sel yang telah mati 2. Mudah terkelupas 3. Tidak memiliki pembuluh darah dan saraf sehingga tidak terasa sakit dan tidak mengeluarkan darah bila lapisan terkelupas B. Lapisan Malpighi Lapisan malpighi adalah kulit ari yang berada dibawah lapisan kulit tanduk. Lapisan Malpighi tersusun atas sel-sel hidup yang selalu membelah diri. Terdapat pembuluh kapiler, fungsi lapisan pembuluh kapiler adalah untuk penyampaian nutrisi. Sel-sel yang hidup mengandung melanin. Melanin adalah pigmen yang mewarnai kulit dan melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan dari sinar matahari. Pada produksi melanin akan bertambah, jika kita terlalu Universitas Sumatera Utara 9 banyak mendapatkan sinar matahari sehingga kulit akan berwarna gelap. Selain dari melanin, terdapat juga pigmen keratin. Jika pigmen keratin dan melanin bergabung maka warna kulit akan tampak kekuningan. Jika seseorang tidak memiliki pigmen, maka orang ini disebut albino. Setiap orang mempunyai pigmen yang tidak sama sehingga terdapat macam-macam warna kulit seperti kuning langsat, hitam, warna putih, dan sawo matang. Ciri-Ciri Lapisan Malpighi : 1. Tersusun atas sel-sel hidup 2. Terdapat ujung saraf 3. Terdapat pigmen yang berguna dalam memberikan warna pada kulit dan melindungi kulit oleh sinar matahari. Di Permukaan kulit ari (epidermis) terdapat pori-pori yang merupakan tempat kelenjar minyak dan yang ditumbuhi rambut, kecuali pada kulit ari (epidermis) yang terdapat di telapak tangan dan kaki tidak tumbuhi rambut. Kulit ari (epidermis) pada telapak tangan dan kaki terdapat empat lapisan. Lapisanlapisan pada telapak tangan dan kaki adalah sebagai berikut. 1. Stratum Korneum adalah lapisan kulit yang paling luar. Stratum korneum, lapisan yang paling tebal di telapak kaki dan paling tipis pada dahi, pipi dan pelupuk mata 2. Stratum Granulosum adalah lapisan yang mengandung dua atau empat lapisan sel yang disatukan oleh desmodom. Sel-sel ini mengandung granula keratohialin yang memiliki pengaruh dalam pembentukan keratin pada lapisan atas epidermis. Universitas Sumatera Utara 10 3. Stratum Lusidum adalah lapisan yang mengandung dua sampai tiga lapisan sel yang tidak memiliki inti yang biasanya terdapat pada kulit yang tebal yaitu telapak tangan dan tumit kaki. 4. Stratum Germinalis adalah lapisan sel yang mengandung satu lapisan sel piral yang secara aktif yang membelah diri secara mitosis untuk menghasilkan sel-sel yang berpindah ke dalam lapisan-lapisan atas epidermis dan akhirnya ke permukaan kulit. 2.1.2.2 Kulit Jangat (Dermis) Kulit jangat atau dermis adalah lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi dari membran basalis. Dermis atau lapisan jangat lebih tebal dari pada epidermis. Dermis mempunyai serabut yang elastik dengan memungkinkan kulit dapat merenggang pada saat orang tersebut bertambah gemuk, dan kulit dapat bergelambir disaat orang menjadi kurus. Lapisan-Lapisan Dermis (Kulit Jangat) - Pada lapisan dalam dermis terdapat berbagai macam lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan dermis adalah sebagai berikut : 1. Pembuluh Kapiler, berfungsi untuk menghantarkan nutrisi/zat-zat makanan pada akar rambut dan sel kulit 2. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), tersebar diseluruh kulit dan berfungsi untuk menghasilkan keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori kulit 3. Kelenjar Minyak (grandula sebaceae), berfungsi untuk menghasilkan minyak supaya kulit dan rambut tidak kering dan mengkerut Universitas Sumatera Utara 11 4. Kelenjar Rambut, memiliki akar dan batang rambut serta kelenjar minyak rambut. Pada saat dingin dan rasa takut, rambut yang ada di tubuh kita terasa berdiri. Hal ini disebabkan karena didekat akar rambut terdapat otot polos yang memiliki fungsi dalam menekakkan rambut. 5. Kumpulan saraf rasa nyeri, saraf panas, saraf rasa dingin dan saraf sentuhan. 2.1.2.3 Jaringan Ikat Bawah Kulit (Hypodermis) Jaringan ikat bawah kulit berada dibawah dermis. Jaringan ini tidak memiliki pembatas yang jelas dengan dermis, sebagai patokan dalam batasannya adalah mulainya terdapat sel lemak. Pada lapisan kulit ini banyak terdapat lemak. Fungsi lapisan lemak adalah untuk melindungi tubuh dari benturan, sebagai sumber energi cadangan dan menahan panas tubuh. Gambar 2.1 Anatomi Kulit Universitas Sumatera Utara 12 2.1.3 Fungsi Kulit Secara umum kulit mempunyai fungsi. Fungsi kulit adalah sebagai berikut: a. Fungsi Proteksi. Kulit berfungsi dalam menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik yang berada diluar tubuh. Seperti gesekan, tekanan, tarikan, dan zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan. Gangguan yang bersifat panas seperti sengatan UV, radiasi, gangguan infeksi luar terutama kuman maupun jamur. b. Fungsi Absorbsi. Kulit lebih mudah menyerap yang menguap dari pada benda cair atau padat, begitu pun yang larut seperti lemak. c. Fungsi Ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit akan mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna sebagai hasil dari metabolisme dalam tubuh yang berupa asam urat, NaCl, ammonia dan urea. d. Fungsi Persepsi. Kulit yang mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas yang diperankan oleh badan-badan ruffini didermis dan subkutis e. Fungsi Pengaturan suhu tubuh f. Fungsi Pembentukan Pigmen. Sel pembentuk pigmen (melanosoit yang terletak pada lapisan basal dan sel yang berasal dari rigi saraf. g. Fungsi Keratinisasi. Pada lapisan epidermis dewasa terdapat tiga lapisan yaitu lapisan melanosoit, keratinosit, dan sel langerhans. 2.2 Gejala dan Jenis Penyakit Kulit Menurut Wibowo (2008) penyakit pada kulit sering terjadi karena berbagai faktor penyebab, antara lain yaitu iklim, lingkungan tempat tinggal, kebiasaan Universitas Sumatera Utara 13 hidup yang kurang sehat, alergi, dan lain-lain. Adapun gejala penyakit kulit antara lain : 1. Gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari) 2. Muncul bintik-bintik merah (kemerahan, kehitaman, bercak keputihan, bentol-bentol, berair dan bengkak. 3. Timbul ruam-ruam, bersisik. 4. Kadang disertai demam. Di Indonesia saat ini penyakit kulit masih cukup tinggi, terutama penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial. Sedangkan penyakit kulit karena infeksi jamur yang dalam, baik sistemik maupun subkutan hanya dijumpai pada beberapa daerah. Beberapa penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial diantaranya sebagai berikut : 1. Tinea Manus Et Pedis Tinea pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung kaki, serta daerah interdigital. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang tumbuh dengan subur dalam keadaan lembab. Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat basah, mencuci, disawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanda keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan (Harahap, M, 2000). Universitas Sumatera Utara 14 2. Tinea Versicolor Merupakan infeksi jamur superfical pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculate. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Lokasi yang sering mengalami penyakit ini adalah muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha dan lipatan paha. Tanda-tanda penyakit ini berupa bercak-bercak berwarna-warni terutama badan, dibentuk tidak teratur sampai teratur dengan keluhan gatal-gatal terutama pada waktu berkeringat, dapat menyerang setiap orang terutama pada mereka-mereka yang hygienenya buruk (Harahap,M, 2000). 3. Miliaria Rubra Merupakan suatu keadaan tertutupnya pori-pori keringat sehingga menimbulkan retensi keringat didalam kulit dimana sumbatan terletak didalam epidermis. Miliaria rubra banyak terjadi didaerah panas, kelembaban yang tinggi tetapi dapat juga terjadi pada daerah lain, sekitar 30% orang yang tinggal didaerah tersebut bisa mengalami Miliaria Rubra. Penyakit ini terjadi karena ada sumbatan keratin pada saluran keringat. Pada permulaan musim hujan atau udara lembab. Udara lembab ini mempengaruhi keratin disekeliling lubang keringat yang mula-mula kering kemudian menjadi lembab dan membengkak, sehingga lubang kering tertutup. Dapat juga bahan kimia menyebabkan keratin menjadi basah dan menutupi lubang keringat. Tanda-tanda dari miliaria rubra ditandai dengan rasa gatal dan kadang rasa panas seperti terbakar, biasanya timbul bersamaan dengan rangsang yang menimbulkan keringat. (Harahap, M, 2000). Universitas Sumatera Utara 15 4. Tinea Ungurium Merupakan kelainan kuku disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita. Penyakit ini biasanya menyertai tinea pedis atau tinea manus. Keluhan penderita berupa kuku menjadi rusak dan warnanya suram. Tergantung penyebabnya, destruksi kuku dapat mulai dari distal, lateral ataupun keseluruhan. 5. Tinea Korporis Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada kulit halus tanpa rambut seperti pada muka, badan, lengan dan gluteal. Seringkali bersama-sama dengan Tinea Kruris, Tinea korporis memiliki bentuk dengan tanda radang lebih nyata, lebih sering dijumpai pada orang dewasa. Lesi biasanya sangat gatal terutama waktu berkeringat (Harahap, 2000). 2.3 Penyakit Kulit Akibat Kerja Kulit terdiri atas dua unsur dasar yaitu epidermis dan dermis. Epidermis luar bertindak sebagai pelindung dan tidak bisa basah, sedangkan dermis memberikan kekuatan pada kulit yang sebagian besar karena kandungan kolagennya. Kemampuan epidermis untuk menahan air, merupakan masalah potensial karena permukaan yang berlekuk memudahkan penyerapan bahan yang mudah larut, dan ini merupakan jalan masuk banyak bahan-bahan kimia organik. Penyakit kulit dapat ditandai oleh lesi yang timbul dan tersebar, bercak kemerahan yang membentuk gambaran geografik berbatas tegas di daerah yang terkena serangan dari luar, dan iritasi tegas terbatas yang merupakan sisa wilayah cedera. Universitas Sumatera Utara 16 Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang sangat sering ditemukan, biasanya disebabkan oleh zat kimia, seperti asam/basa kuat, pelarut lemak, logam yang dapat mengakibatkan iritasi, alergi, atau luka bakar; mekanik, misalnya akibat gesekan atau tekananpada kulit; fisik misalnya akibat lingkungan kerja yang terlalu panas; dan infeksi (Harrianto, 2013). Penyakit kulit akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan pekerjaan, banyak penyebabnya antara lain agen sebagai penyebab penyakit tersebut antara lain berupa agen-agen fisik, kimia, maupun biologis. Dermatosis akibat kerja adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Istilah lain untuk dermatosis akibat kerja adalah dermatosiss atau penyakit kulit yang timbul karena hubungan kerja. Penyakit tersebut timbul pada waktu tenaga kerja bekerja melakukan pekerjaan atau disebabkan oleh faktor-faktor yang berada pada lingkungan kerja. Terminologi dermatosis lebih tepat dari pada penggunaan kata dermatitis, sebab kelainan kulit akibat kerja tidak selalu berupa suatu peradangan (infeksi), melainkan juga tumor atau alergi atau rangsangan fisik dan lainnya dapat menjadi penyebab penyakit tersebut. Jadi penamaannya yang benar bukan dermatitis akibat kerja, karena dermatitis akibat kerja hanya merupakan salah satu aspek saja dari dermatosis akibat kerja. Selain itu dapat pula dipergunakan istilah kelainan kulit akibat kerja. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, terdapat 2 (dua) jenis kelompok penyakit kulit akibat kerja, yaitu: 1. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisis, kimiawi atau biologis, dan 2. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak Universitas Sumatera Utara 17 mineral, antrasen atau persenyawaannya, produk atau residu dari zat tersebut (Suma’mur, 2014). Definisi penyakit kulit akibat kerja menurut American Medical Assosiation (1939) adalah penyakit kulit dimana papara bahan-bahan pada tempat kerja merupakan penyebab utama timbulnya penyakit kulit. Di banyak jenis pekerjaan, kulit dapat terpapar oleh dengan bahan-bahan yang bersifat iritan atau alergen seperti: bahan-bahan kimia, bahan biologi, dan tekanan fisik serta mekanik. Sensitivitas kulit terhadap bahan-bahan tersebut dan kemampuan untuk sembuh kembali berbeda setiap individu. Penyakit kulit akibat kerja dapat bertambah parah jika keseimbangan antara pertahanan kulit dan bahan-bahan iritan atau alergen terganggu. Keparahan penyakit kulit diukur dari kualitas kulit dan bahan iritan atau alergen, usaha pencegahan, dan pengobatannya. Kerusakan yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat berupa : sensasi terbakar, gatal, serta eksema kronis, dengan gambaran yang memililki pola polimorfik, seperti makula atau papul, eritema, vesikel, dan skuama (Kenerva dan Diepgen,2003). Penyakit kulit akibat kerja berdampak pada seluruh pekerja di segala usia dengan variasi tempat kerja. Industri-industri yang pekerjanya memiliki resiko paling tinggi adalah manufaktur, produksi makanan, konstruksi, pengoperasian mesin dan barang, percetakan, tukang bengkel, pekerja kehutanan (Peate, 2002). Universitas Sumatera Utara 18 2.4 Faktor Penyebab Penyakit Kulit Akibat Kerja Penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Faktor fisis, yaitu tekanan, tegangan, gesekan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari, sinar X, dan sinar elektromagnetis lainnya; 2. Bahan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan, yaitu daun, ranting, kayu, akar, umbi, bunga, getah, debu dan lainnya; 3. Mahluk hidup, yaitu bakteri, virus, jamur, cacing, serangga, dan kutu dan sejenisnya serta hewan lain dan bahan yang berasal dari padanya; 4. Zat atau bahan kimia, yaitu asam dan garam zat kimia anorganis, persenyawaan kimia organis hidrokarbon, oli, ter, zat pewarna dan lainnya. Dari semua penyebab itu faktor kimiawi adalah yang terpenting, oleh karena zat dan bahan kimia banyak digunakan pada proses produksi dalam berbagai industri. Ada dua mekanisme zat atau bahan kimia menimbulkan dermatosis, yaitu, pertama, dengan jalan perangsangan primer (primary irritant), penyebabnya disebut iritan primer, dan, kedua, melalui sensitisasi dan penyebabnya disebut pemeka (sensitizer). Iritan primer mengadakan rangsangan kepada kulit, dengan jalan melarutkan lemak kulit, mengambil air dari lapisan kulit, mengoksidasi dan atau mereduksi susunan kimia kulit, sehingga keseimbangan kulit terganggu dan akibatnya timbul dermatosis. Sensitisasi oleh zat kimia pemeka biasanya disebabkan oleh zat kimia organis dengan struktur molekul sedemikian rupa sehingga dapat bergabung dengan zat putih telur untuk membentuk antigen. Universitas Sumatera Utara 19 Faktor kimiawi sebagai penyebab dermatosis akibat kerja dapat berupa zat atau bahan kimia perangsang primer (iritan) atau pemeka (sensitizer). Perangsang primer adalah zat atau bahan kimia yang menimbulkan dermatosis oleh efeknya yang langsung kepada kulit normal di tempat terjadinya kontak zat atau bahan tersebut dengan kulit untuk kuantitas dan kadar zat atau bahan dimaksud yang cukup serta untuk waktu yang cukup lama pula. Pemeka kulit adalah zat atau bahan kimia yang tidak usah menimbulkan perubahan pada kulit ketika berlangsungnya kontak pertama dengan kulit, tetapi menyebabkan efek khas di kulit tempat terjadinya kontak maupun pada tempat lain setelah selang waktu 5 atau 7 hari sejak kontak yang pertama. Faktor penyebab fisis-mekanis tekanan, tegangan atau gesekan menimbulkan dermatosis akibat kerja dengan terjadinya kerusakan langsung kepada kulit. Kerusakan demikian adalah kelainan sel atau jaringan kulit. Dermatosis akibat kerja yang berupa kanker kulit timbul melalui patogenesis (proses terjadinya sakit) penyakit kanker yaitu rangsangan kronis dan sifat karsinogenisitas suatu zat atau bahan kimia. Bakteri, virus, jamur, dll menyebabkan dermatosis akibat kerja melalui mekanisme peradangan (infeksi) yang tanda-tandanya meliputi warna merah di kulit (rubor), panas (color), sakit (dolor), dan kelainan fungsi (functio laesa). Infestasi parasit adalah hidup atau menembusnya parasit di kulit yang menyebabkan iritasi dan kerusakan kulit. 2.5 Jenis-jenis Penyakit Kulit Kerja Jenis-jenis penyakit kulit akibat kerja adalah : Universitas Sumatera Utara 20 a. Dermatitis kontak primer, adalah dermatologis akibat kerja yang paling sering ditemukan. Bentuknya mirip dengan kebanyakan dermatosis yang lain dan penyebabnya tidak mudah dikenali. b. Dermatitis kontak alergi, baik akut maupun kronis, mempunyai ciri-ciri klinis yang sama dengan ekzema bukan akibat kerja. c. Akne (jerawat) akibat kerja. Mirip dengan jerawat pada umumnnya, tetapi terutama menyerang bagian yang kontak dengan agen. d. Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit yang dianggap sebagai penyakit kulit akibat kerja, yang sangat dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang digunakan dala pekerjaan tersebut. 2.6 Diagnosa Penyakit Kulit Akibat Kerja Menegakkan suatu diagnosa penyakit akibat kerja tidaklah mudah, dimana keadaan dermatosis sangatlah banyak, untuk itu haruslah diikuti cara diagnosa penyakit-penyakit akibat kerja pada umumnya. Haruslah tenang kapan dermatosis itu mulai, selanjutnya perlu pengetahuan tentang lingkungan kerja si penderita, apakah benar penyakit tersebut berada dalam lingkungan. Bila ada, bagaimana keterangannya tentang cara penyebab itu menibulkan penyakit tersebut, apakah secara infeksi, apakah perangsanagan primer, ataukah pemekaan, pertanyaan ini dapat dijawab dengan memperhatikan penyebab-penyebab yang ada dalam lingkungan kerja dan dengan uji laboratorium, ataupun klinis. Sangat penting diketahui ialah “patch test” yang dapat memastikan adanya bahan yang bekerja sebagai pemeka terhadap si pekerja. Satu cara uji sederhana, apakah dermatosis itu akibat kerja atau tidak, ialah memberi cuti beberapa hari kepada penderita, Universitas Sumatera Utara 21 apabila penyakit it bersumber kepada pekerjaan, biasanya dengan cuti demikian dermatosis menjadi berkurang, bahkan mungkin menjadi baik sama sekali. 2.7 Pencegahan dan Pengobatan Sebagaimana berlaku bagi penyakit akibat kerja pada umumnya, maka bagi dermatosis akibat kerja pun pencegahan merupakan upaya yang paling penting dan jauh lebih berarti dari pada pengobatan. Benar bahwa terapi simptomatis cukup membantu, namun faedahnya hanya bersifat sementara dan tidak mungkin meraih kesembuhan sepenuhnya, maka dari itu satu-satunya upaya yang akan berhasil adalah meniadakan faktor penyebab dermatosis akibat kerja dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan menghilangkan seluruh risiko tenaga kerja kontak kulit dengan faktor penyebab yang bersangkutan. Penggunaan pakaian kerja dan alat pelindung diri adalah salah satu bentuk upaya preventif. Demikian pula adanya kepatuhan menjalankan prosedur kerja melalui pendidikan dan pelatihan juga merupakan suatu pendekatan yang baik. Memindahkan penderita dari pekerjaan dan lingkungan kerja lain yang tidak berbahaya bagi kulit yang bersangkutan merupakan upaya terakhir dan hal itu biasanya tidak mudah dilaksanakan dan seringkali menimbulkan problema lain. Dermatosis akibat kerja selalu dapat dicegah dengan memakai cara-cara pencegahan yang telah diuraikan. Selain cara-cara umum itu, perlu diperhatikan masalah kebersihan perseorangan (higiene pribadi) dan sanitasi lingkungan kerja serta pemeliharaan ketatarumahtanggaan perusahaan yang baik. Kebersihan perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan berganti pakaian tiap hari, alat pelindung diri yang bersih dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 22 Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan ketatarumahtanggan perusahaan meliputi pembuangan air bekas dan sampah industri yang memenuhi syarat higiene, keselamatan dan kesehatan, pembersihan debu, penerapan proses produksi yang tidak menimbulkan pencemaran udara dan juga permukaan, cara sehat dan selamat penimbunan dan penyimpanan barang dan lainnya. Diagnosis dini sangat perlu dalam upaya penanggulangan dermatosis akibat kerja, sebab dengan melakukan diagnosis dermatosis akibat kerja seawal mungkin dapat dilaksanakan upaya preventif yang cepat dan tepat serta perlindungan kesehatan pada penderita dapat sesegera mungkin diselenggarakan (Suma’mur, 2014). 2.8 Pengertian Pasar Tradisional Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar (Rizki,2013). Menurut definisi lama ahli ekonomi, pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan pembeli (baik barang maupun jasa). Di dalamnya (pasar) Universitas Sumatera Utara 23 terdapat penjual dan pembeli yang melakukan suatu transaksi, yaitu suatu kesepakatan dalam kegiatan jual-beli. Suatu transaksi memiliki syarat yang semuanya harus dipenuhi, yaitu: (a) ada barang yang diperjual belikan, (b) ada pedagang dan pembeli, (c) ada kesepakatan harga barang dan (d) tidak ada paksaan dari pihak mana pun. Menurut tata cara transaksinya, pasar dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional adalah satu bentuk pasar dimana barang yang diperjualbelikan bisa dipegang oleh pembeli, dan memungkinkan terjadinya tawar menawar secara langsung antara penjual dan pembeli. Barang yang diperjualbelikan di pasar tradisional biasanya adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari. Pasar tradisional menyediakan barang/komoditas yang beraneka macam/jenis seperti beras, sayur, ikan, daging, dll, dan tidak spesifik. Kebanyakan, atau sebagian besar pasar tradisional secara keleluasaan distribusi dapat dikategorikan sebagai pasar lokal, karena hanya menjangkau daerah tertentu yang luas cakupannya adalah sempit. Pasar tradisional dapat dikatakan merupakan pasar yang paling sederhana. Dalam pasar tradisional tidak terdapat peraturan yang ketat, hanya ada aturan antar pedagang saja. Hal tersebut yang menjadikan mudahnya para penjual masuk dan keluar pasar. Di dalam aturan pasar tradisional sangat memungkinkan beberapa pedagang berbeda menjual komoditas yang sama, misal sayur, ikan ataupun bahan-bahan dapur, karenanya pasar tradisional dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pasar persaingan sempurna (Setiawan,2011). Universitas Sumatera Utara 24 2.9 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah 2.9.1 Riwayat Pekerjaan Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit pada keluarganya (Djuanda, 2011). Kelompok tertentu mempunyai resiko yang tinggi. Pekerja yang biasa terpajan dengan sensitizer, seperti kromat pada industri banguna atau pewarna, pada pabrik pengolahan kulit, mempunyai insiden yang lebih tinggi (Kabulrachman, 2003). Dermatitis akibat pekerjaan terlihat, misalnya perusahaan batik, percetakan, pompa bensin, bengkel, salon kecantikan, pabrik karet, dam pabrik plastik (Mansjoer, 2003). 2.9.2 Riwayat Penyakit Menurut Beth G. Goldstein dan Adam O. Goldstein , 2001 (dalam Cahyawati) diagnosis mengenai riwayat dermatologi yang sering diajukan untuk membedakan suatu penyakit dari penyakit lainnya adalah menanyakan pada pasien apakah mempunyai riwayat masalah medis kronik. Timbulnya dermatitis kontak alergi di pengaruhi oleh riwayat penyakit kronis dan pemakaian topikal lama (Kabulrachman, 2003). Penyakit kulit yang terkait dengan kejadian dermatitis diantaranya disebabkan oleh karena alergi, obat, suhu, dan cuaca (Mulyaningsih, 2005). 2.9.3 Hygiene Personal Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan Universitas Sumatera Utara 25 untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Saat seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena bila menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Rakhmawati, 2014). Hygiene personal merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya penyakit kulit. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit. Usaha mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab (Lestari, 2007). 2.10 Kerangka Konsep Gambaran Gejala Penyakit Kulit 1. Karakteristik a. Umur b. Pendidikan c. Lama Kerja d. Masa Kerja e. Riwayat Pekerjaan f. Riwayat Penyakit 2. Hygiene Personal Gambar 2.2 Kerangka Konsep Universitas Sumatera Utara