BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikalan Sebagai Salah Kegiatan Pemasaran Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antara individu, atau antara organisasi dengan individu. Sedangkan pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Tentu saja pemasaran lebih umum pengertiannya dari pada komunikasi pemasaran, namun kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktifitas komunikasi1. Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller2, komunikasi pemasaran adalah sarana dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung, tentang produk dan merek yang dijual. Komunikasi pemasaran dapat memberitahu atau memperlihatkan kepada konsumen tentang bagaimana dan mengapa produk itu digunakan, oleh orang seperti apa, serta dimana dan kapan. Konsumen dapat mempelajari tentang produk apa, siapa yang memproduksi, mereknya apa, cocok dikonsumsi oleh siapa, apa keunggulannya, dapat diperoleh di mana, dan bagaimana 1 Terence A. Shimp. Periklanan dan Promosi : Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu, Jakarta: Erlangga, 2003 hal 4 2 Philip Kotler & Kevin Lane Keller. Marketing Management. 13th Edition, Erlangga, Jakarta, 2009. hal. 234 9 10 caranya memperoleh produk itu. Dengan demikian komunikasi pemasaran memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan produk yang dipasarkan kepada pasar sasaran secara lebih luas, bahkan dapat berkontribusi terhadap ekuitas merek dengan menanamkan merek dalam ingatan dan menciptakan image merek, serta mendorong penjualan, dan memperbesar pasar. Kontribusi komunikasi pemasaran dalam membentuk ekuitas merek yaitu melalui bauran komunikasi pemasaran. Bauran komunikasi pemasaran terdiri dari penjualan perorangan (personal selling), promotion), periklanan (advertising), pemasaran sponsorship promosi penjualan (sponsorship marketing), (sales publisitas (publicity), dan komunikasi ditempat pembelian (point of purchase)3. Berdasarkan kumpulan teori diatas mengenai komunikasi pemasaran sebagai jembatan perusahaan untuk menginformasikan produk mereka terhadap khalayak luas, komunikasi pemasaran juga erat kaitannya dengan periklanan. Periklanan merupakan salah satu kegiatan bauran pemasaran yang berfungsi memberikan informasi, mengajak, membentuk citra pada merek, membangun khalayak, dan yang paling utama merupakan salah satu alat komunikasi bagi produk. Iklan dapat di definisikan segala bentuk penyajian dan promosi, ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. 3 Terence A. Shimp, Periklanan dan Promosi : Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu, Jakarta : Erlangga, 2003 hal 5 11 Definisi iklan secara sederhana adalah pesan membujuk yang menawaran suatu produk yang ditujukan kepada khalayak khusus melalui media massa yang bertujuan agar khalayak mau membeli produk yang ditawarkan. menurut Rhenald Kasali ”Iklan/advertisement merupakan suatu pesan mengenai suatu produk yang disampaikan melalui media, ditujukan ke masyarakat”4. Maka dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan menggunakan media komunikasi untuk memperkenalkan dan menawarkan suatu produk kepada masyarakat. Menurut Kotler iklan merupakan bentuk komunikasi non-personal yang dilaksananakan lewat media dan dibayar oleh sponsor yang jelas, karenanya iklan merupakan media yang dapat diserao sehingga iklan sebagai sumber informasi menjadi stimulus bagi organisme seseorang yang akan memberikan respon dari stimulus yang diterimanya5. Periklanan adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan sponsor tertentu, yakni si pemasang iklan (pengiklan), yang membayar jasa sebuah media massa atas penyiaran iklannya, misalnya melalui program siaran televisi6. Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Bagi para produsen untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka yang harus di lakukan dalam kegiatan periklanan 4 Rhenald Kasali, Management Periklanan Konsep dan aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1992 hal 9 5 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan Implementasi Dan Kontrol, Jilid I, Jakarta, PT. Prehalindo, 1997 hal 234 6 Suhandang, Kustandi, Periklanan : Manajemen, kiat dan strategi, Bandung, Penerbit Nuansa, 2005 hal 13 12 tentu saja harus lebih dari sekedar memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan harus bisa membujuk khalayak ramai agar mencapai target yang sesuai dengan strategi pemasaran untuk mencetak penjualan dan keuntungan. Periklanan harus mampu mengarahkan konsumen membeli produk-produk yang oleh departemen pemasaran telah di rancang sedemikian rupa, sehingga diyakini dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Tepatnya, periklanan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembeli. 2.1.1 Tujuan Periklanan Tujuan periklanan yang utama adalah menjual atau meningkatkan penjualan barang, mengakibatkan jasa, atau ide. Adanya kegiatan periklanan sering terjadinya penjualan dengan segera meskipun banyak juga penjualan yang baru terjadi pada waktu mendatang. Tujuan periklanan menurut Kotler adalah7: a. Memberi Informasi 1) Menginformasikan pasar 2) Mengemukakan kegunaan baru sebuah produk 3) Menginformasikan perubahan harga ke pasar 4) Menjelaskan cara kerja produk 5) Membangun citra perusahaan b. Membujuk 1) Membangun preferensi merek 7 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan Implementasi Dan Kontrol, Jilid I, Jakarta, PT. Prehalindo, 1997 hal 235 13 2) Mendorong agar beralih ke merek anda 3) Mengubah persepsi pembeli tentang atribut merek 4) Membujuk pembeli untuk membeli sekarang c. Mengingatkan 1) Meningatkan pelanggan bahwa produk bisa saja dibutuhkan dalam waktu dekat. 2) Mengingatkan pelanggan dimana harus membeli produk. 3) Agar produk tetap diingat pelanggan walaupun penjualan sedang sepi. 4) Menjaga agar kesadaran akan produk tetap menjadi hal utama. Pilihan tujuan periklanan harus didasarkan pada analisis yang mendalam mengenai situasi pemasaran sekarang. Jika kelas produk tersebut mapan dan perusahaan merupakan pemimpin pasar, dan jika penggunaan mereknya rendah, tujuan yang tepat adalah mendorong pemakaian merek yang lebih tinggi. Jika kelas produk itu baru dan perusahaan bukan pemimpin pasar maka tujuan yang tepat adalah meyakinkan pasar tentang keunggulan merek tersebut. Iklan dapat disajikan melalui berbagai macam media seperti Televisi, radio, cetakan (majalah, surat kabar), papan billboard, papan tanda dan macammacam media lain seperti balon udara atau baju kaos. Walaupun pada umumnya konsumen diekspos pada ratusan iklan setiap hari, sebagaian besar dari pesan yang disampaikan hanya menerima perhatian dan pemahaman dari konsumen dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu adalah suatu tantangan yang besar bagi pemasar untuk mengembangkan pesan dalam iklan dan memilih media 14 yang dapat mengekspos konsumen, menangkap perhatian mereka, dan menciptakan pemahaman yang tepat. Pada iklan biasanya ditampakan organisasi yang mensponsorinya. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi afeksi dan kognesi (evaluasi, perasaan, makna, kepercayaan, sikap dan citra) yang telah berkaitan dengan produk atau merek. Dalam prakteknya iklan telah dianggap sebagai manajemen citra, menciptakan dan memelihara citra dan makna dalam benak konsumen. Walaupun pertama-tama iklan akan mempengaruhi afeksi dan kognesi, tujuannya yang paling akhir adalah bagaimana mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Banyak faktor yang mempengaruhi pilihan pemasar dan alat promosi oleh karena ada banyak yang dibentuk dan penggunaan dari periklanan, sulit untuk membuat kesimpulan umum mengenai sifat mereka sebagai sebuah kesimpulan dari bauran promosi. Iklan pada umumnya mempunyai sifat yang sederhana (simplicity), mengulang (redudancy), dan kejelasan (clarity). Dengan pendekatan yang sederhana, mengulang, dan kejelasan tadi, suatu iklan berusaha untuk mengadakan persuasi agar orang mau membeli jasa atau produk yang dianjurkan atau dijajakan. Karena itu periklanan selalu cenderung membenarkan satu pihak saja yaitu pihak yang dipromosikan. Tujuan suatu iklan bukan sekedar untuk menyampaikan pesan untuk didengar atau dilihat melainkan untuk menganjurkan orang untuk bertindak (Susanto, 1989: 199). 15 Iklan dipercaya sebagai suatu cara untuk mendongkrak penjualan oleh kebanyakan pengusaha yang punya anggaran yang besar untuk kegiatan promosinya. Proses iklan bersifat : a. Menyatakan komunikan akan adanya suatu barang atau jasa. b. Mengingatkan manusia akan eksistensi serta manfaat dari penggunaan suatu barang atau jasa. c. Sebagai akibat faktor terdahulu iklan berusaha memberi informasi kepada komunikan tentang manfaat dan sifat yang diberikan oleh barang, ide atau jasa yang dianjurkan. d. Menimbulkan suatu sikap yang menguntungkan komunikan atau pesan. e. Mencapai fase yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan anjuran atau pesan terdahulu. f. Mencapai fase yang ingin mengetahui atau menggunakan barang atau jasa yang diperkenalkan. g. Sebagai akibatnya akan sungguh-sungguh bertindak dan berusaha untuk memiliki atau menikmati barang atau jasa yang telah dianjurkan. (Susanto, 1989: 214). 2.1.2 Fungsi Periklanan Iklan mempunyai beberapa fungsi menurut William Wells 8: a. Memberikan informasi : Iklan dapat menciptakan awareness khalayak sasaran tentang produk dan merek. Jika iklan dikomunikasikan secara 8 Wells, William, Sandra Moriarty, and John Burnett. Advertising Principle and Practice, 7th edition. New Jersey : Pearson Education Inc, Prentice Hall, 2006 hal 11. 16 terus menerus kepada konsumennya dapat memberikan informasi lebih mengenai karakter produk dalam hal ini kelebihan dan kekurangan produk. Sehingga konsumen dapat lebih mengenal segala sesuatu yang berkaitan dengan produk. b. Penghibur: iklan berfungsi membuat konsumen lebih tertarik serta membentuk citra yang diinginkan. Iklan juga untuk menghibur sambil menyampaikan informasi mengenai produk. c. Pembujuk: iklan menghasilkan bujukan untuk membentuk kesan mendalam yang diinginkan tentang produk dan membangkitkan keinginan untuk membeli produk yang ditawarkan. d. Pengingat: melalui iklan yang disampaikan berulang-ulang kepada konsumen dapt membuat konsumen lebih mengingat suatu produk yang ditawarkan dengan lebih baik. Iklan yang berulang juga membantu menempatkan produk dan merek pada posisi teratas dalam benak konsumen. Dampaknya kecendrungan pola pembelian berulang-ulang pun semakin tinggi, serta dapat mengingat nama perusahaan yang menghasilkan produk tersebut dengan lebih baik. Hal ini menunjang kebiasaan untuk menggunakan produk karena adanya faktor terbiasa. e. Memberikan jaminan: iklan berperan untuk mengurangi gangguan kognitif dan menciptakan loyalitas terhadap merek dengan mengungkapkan berbagai jaminan kepuasan penggunaan produk. 17 f. Menunjang kegiatan perusahaan: ukuran kesuksesan sebuah iklan adalah dilihat dari pengingkatan penjualan produk yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi perkembangan perusahaan secara keseluruhan. 2.2 Hierarchy of Effect Model Model komunikasi ini menjelaskan bagaimana tahapan mental yang akan dilalui oleh khalayak setelah melihat terpaan iklan suatu produk. Hierarchy of effect model menjelaskan bahwa ada tiga tahapan mental yang harus dilalui oleh khalayak dan mempunyai enam proses mental. Tahapan tersebut dimulai dari bagaimana khalayak sadar akan suatu produk hingga berakhir pada tindakan untuk membeli produk. Menurut Lavidge dan Steiner, model ini memiliki tiga tahapan yang terdiri dari : 1. Tahap kognitif Kognisi mengacu kepada bagaimana khalayak merespons informasi, mempelajari, dan mengerti suatu hal9. Tahap ini adalah tahap dimana individu memikirkan dan mengetahui suatu objek atau kejadian berdasarkan pengetahuan, opini, kepercayaan, dan sistem nilai. Tahapan kognitif mempunyai dua komponen proses mental, yaitu komponen kesadaran (awareness) dan komponen pengetahuan (knowledge). Awareness adalah proses penerimaan pesan melalui indera-indera pada titik terpaan awal sehingga menuju pada suatu kesadaran10. Knowledge menurut 9 Wells, William, Sandra Moriarty, and John Burnett. Advertising Principle and Practice, 7th edition. New Jersey : Pearson Education Inc, Prentice Hall, 2006, hal 106 10 Duncan, Tom. Integrated Marketing Communication : Using Advertising and Promotion to Build Brands, New York : McGraw-Hill, 2002 hal 171. 18 Kotler didefinisikan sebagai pengetahuan yang dimiliki konsumen mengenai produk 11. 2. Tahap Afektif Tahap afektif melibatkan perasaan emosional khalayak seperti perasaan suka ataupun tidak suka terhadap suatu produk. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada tahap afektif, respon emosional atau perasaan terjadi ketika diasosiasikan dengan merek yang diiklankan dan sikap terhadap merek mulai terbentul. Tahapan ini memiliki tiga proses, yaitu liking (perasaan suka), preference (preferensi), dan conviction (keyakinan). Liking adalah perasaan khalayak baik suka ataupun tidak suka terhadap suatu produk. Menurut Morarty liking menjadi hal penting karena peran iklan adalah untuk membangun sikap positif konsumen kepada produk12. Preference adalah kecenderungan atau preferensi khalayak terhadap suatu produk. Preference adalah keadaan konsumen cenderung menyukai sebuah produk dibandingkan dengan produk sejenis lainnya13. Conviction didefinisikan sebagai keadaan mental yang tetap pada konsumen untuk membeli sebuah produk14. Conviction juga dapat berarti keyakinan yang kuat yang sudah tertanam kuat didalam pikiran seseorang15. 11 Kotler, Philip. Marketing Management the Millenium Edition. New Jersey : McGraw-Hill, 2001 hal 555. 12 Moriarty, Sandra E. Creative Advertising, Theory and Practice. New Jersey : Prentice Hall, 1986, hal 45. 13 Ibid 14 Roseberg, Jerry M. Dictionary of Mrketing and Advertising, Canada : John Willey & Son, Inc, 1995 hal 40 15 Wells, William, Sandra Moriarty, and John Burnett. Advertising Principle and Practice, 7th edition. New Jersey : Pearson Education Inc, Prentice Hall, 2006 hal 160. 19 3. Tahap Konatif Konatif adalah tahapan terakhir dalam tahapan Hierarchy of Effect Model, khalayak melakukan suatu respon terhadap iklan melalui tindakan atau perbuatan setelah sebelumnya khalayak menyadari, suka, dan yakin terhadap produk sehingga akhirnya membuat keputusan dengan tindakan pembelian (purchase). Pada tahap purchase, konsumen melakukan tindakan akhir berupa pembelian produk dengan brand yang disukainya. Menurut Dictionary of Marketing and Advertising, purchase decision adalah tahapan akhir dari proses pembelian yang memuncak ada keputusan untuk membeli barang atau jasa dari penyedia barang atau jasa tertentu. Tabel 2.1 Lavidge and Steiner’s Hirarchy of Effects Model Stages Hierarchy of Effects Model Cognitive Stage Awareness Knowledge Affective Stage Liking Preference Conviction Behavioral Stage Purchase Sumber : Nessin Hanna dan Richard Wozniak, Consumer Behavior: an Applied Approach, second edition, New Jersey: Prentice Hall, 2001, hal 183 20 Lavidge and Steiner, pencipta Hierarchy of Effects Model ini mengmukakan bahwa untuk sampai pada tingkatan dimana konsumen melakukan pembelian, iklan tidak hanya perlu memiliki kesadaran (awareness) yang tinggi. Tetapi sebuah iklan juga harus mudah dipahami dengan jelas oleh konsumen. Setelah mengetahui semua informasi atau knowledge mengenai sebuah iklan, maka konsumen akan lebih menghargai iklan, maka konsumen akan lebih menghargai iklan dan produk yang diiklankan. Perusahaan juga perlu untuk membuat khalayak merasa tertarik (liking) sehingga konsumen akan memiliki kecendrungan (preference) terhadap iklan tersebut dan yakin (convictions) terhadap iklan sehingga khalayak melakukan pembelian terhadap produk yang diiklankan (purchase). 2.3 Pengaruh Pengaruh adalah “daya yang timbul pada khalayak akibat dari pesan komunikasi yang mampu membuat mereka melakukan sesuatu.”16. Pengaruh dalam penelitian ini diartikan sebagai daya timbul yang ada pada diri masyarakat maupun khalayak luas. 2.4 Terpaan Iklan Walaupun bukan bagian dari kognisi, terpaan (exposure) terhadap informasi sangat penting untuk proses interpretasi dari khlayak. Khayak 16 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi...., hal. 176 21 terekspose pada informasi dalam lingkungan strategi pemasaran, terutama melalui perilaku mereka sendiri. Terpaan (exposure) secara sederhana dijabarkan sebagai berapa kali konsumen tertepa iklan dari pemasaran dalam kurun waktu tertentu. Harapan terpaan iklan adanya ketertarikan atau kontak antara khalayak dengan sarana periklanan maupun iklan, yaitu dengan memberikan perhatian sehingga mengetahui iklan dengan melihat, mendengar, membaca17. Pengiklanan harus dapat melihat target prospek untuk menarik minat beli baik secara emosi dan pikiran. Terpaan iklan perlu lebih terbuka mengadopsi langkah-langkah baru untuk menarik konsumen dalam membeli produk yang diiklankan18. Aaker dan Myres menambahkan bahwa “without exposure there can be no communication” tanpa terpaan tidak akan terjadi komunikasi19. Jadi terpaan media merupakan salah satu factor yang akan menentukan pengaruh sebuah iklan sebagai bagian dari bentuk komunikasi iklan yang paling efektif menerpa konsumen pada produknya ketika ketertarikan dan perhatian dari iklan yang ada cukup tinggi. Iklan pertama ditampilkan secara berurutan dan menarik untuk mendapatkan pengakuan dan mengingat pembeli melalui periklanan yang telah dilakukan dengan lebih memberikan kesan yang menarik dan gambar yang bagus 17 Jhon R. Rossiter, Larry Percy. Advertising and promotion management. New York :McGrow Hall, 1987 hal 447. 18 Joseph T. Plummer, Measurable Emotions: How Television Ads Really Work, Columbia Business School; Olson Zaltman Associates [email protected], diakses tanggal 27 Januari 2015 19 David Aaker& John G Myres ,hal 221 22 dan memperhatikan kualitas merek, berapa lama iklan akan diingat dan yang paling penting pembeli mempunyai keinginan untuk membeli 20. Terpaan dalam suatu iklan dalam suatu iklan dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu frekuensi (seberapa sering iklan di lihat), intensitas (seberapa jauh khalayak mengerti pesan), dan perhatian (seberapa besar perhatian khalayak terhadap iklan tersebut). Memperoleh terpaan adalah suatu keharusan jika kurang tidak cukup mencapai komunikasi21. Berdasarkan teori advertising exposure22 apabila konsumen terkena terpaan iklan maka akan tercipta perasaan dan sikap tertentu terhadap merek yang kemudian akan menggerakan konsumen untuk membeli produk. Terpaan iklan sebagai variable independen dapat diukur melalui 3 dimensi: 1. Dimensi frekuensi Dimensi frekuensi ialah seberapa sering terpaan iklan tersebut ditempatkan dalam media placement. Terpaan ditentukan dari frekuensi adalah seberapa sering iklan dilihat dan dibaca. Menurut Shimp (2003: 182), frekuensi terpaan terjadi ketika sebuah iklan ditempatkan sehingga pembeli prospektif dapat melihat (see), mendengar (hear), atau membaca (read) iklan tersebut. 2. Dimensi durasi Dimensi durasi ialah seberapa lama terpaan iklan dilihat atau ditonton. Terpaan ditentukan dari durasi adalah seberapa lama khalayak memperhatikan iklan atau suatu iklan dilihat atau dibaca. Sesering dan 20 Daniel G. Goldstein R. Preston McAfee Siddharth Suri, The Effects of Exposure Time on Memory of Display Advertisements, Jurnal, [email protected], diakses tanggal 27 Januari 2015 21 Terence A. SHimp, Op. Cit., 374 22 Batra, Myres and Aaker. Advertising Management, New Jersey : Prentice Hall, 1996 23 selama apapun seseorang melihat suatu iklan, belum tentu ia melihat iklan tersebut secara seksama (dari awal sampai akhir), bisa saja hanya sekilas atau sebagian 3. Dimensi intensitas Dimensi intensitas ialah kemungkinan suatu iklan mendapatkan perhatian. Terpaan ditentukan dari intensitas adalah seberapa jauh khalayak mengerti pesan iklan. Dimensi intensitas merupakan seberapa jauh khalayak mengerti isi pesan iklan dan seberapa lama memperhatikan iklan dan dimensi frekuensi adalah seberapa sering terpaan iklan tersebut ditempatkan dalam media placement atau penempatan media baik itu media cetak ataupun media elektronik (Ilmi, dkk., 2013: 8). 2.5 Minat Beli Minat (interest) digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum melakukan suatu tindakan tersebut. Minat beli adalah perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian.23 Minat beli merupakan bagian dari proses pembelian dari suatu produk yang dimana konsumen mempunyai keinginan dan kebutuhan terhadap suatu produk yang harus dipenuhi24. Minat beli disini yang dimaksud dimana konsumen mempunyai respon yang menunjukkan adanya keinginan, perhatian, dan ketertarikan, pengambilan keputusan dan tindakan terhadap produk untuk 23 Kotler, Philip, Manajemen Indonesia (Analisis,perencanaan,implementasi,dan pengendalian) terjemahan A.B Susanto, Jakarta: buku satu salemba empat. 2002, hal. 15 24 Howard S Peavy, et.al. Environmental Engineering. Singapura: McGraw-Hill. 1985 hal 35 24 melakukan pembelian. Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan pembelian sejumlah produk. Minat (interest) digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum melakukan suatu tindakan tersebut. Minat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian25. Beberapa pengertian dari minat sebagai berikut: 1. Minat dianggap sebagai sebuah perangkap atau perantara antara faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. 2. Minat juga mengindikasikan seberapa jauh seseorang mempunyai kemampuan untuk mencoba. 3. Minat menunjukan pengukuran kehendak seseorang. 4. Minat berhubungan dengan perilaku yang terus-menerus Dalam penelitian ini minat beli bukan berarti sebelum membeli produk Bolt 4G, tetapi lebih didasarkan pada indikasi seberapa jauh seseorang mempunyai kemampuan untuk mencoba meggunakan Bolt 4G. Minat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan untuk konsumen dalam pembelian atas produk yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Ada 5 tahap dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli yang umum dilakukan oleh seseorang yaitu: Pengenalan kebutuhan, proses informasi, evaluasi produk atau merek pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. 25 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, Analisa perencanaan, Implementasi dan control, Edisi Kesembilan, Jakarta: Salemba 4, 2002 hal. 15 25 Terdapat perbedaan antara pembelian aktual yang benar-benar dilakukan untuk konsumen dengan minat beli. Minat beli adalah kecendrungan pembelian untuk melakukan pembelian dimasa mendatang, namun pengukuran terhadap kecendrungan terhadap pembelian umumnya dilakukan guna memaksimalkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan mengenai pengertian minat beli adalah tahap kecendrungan perilaku membeli dari konsumen pada suatu produk atau jasa yang dilakukan pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan mempunyai sikap positif terhadap suatu produk barang atau jasa didasarkan pada pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lampau. Minat beli merupakan pembelian yang dilakukan oleh konsumen setelah mereka melakukan pembelian yang pertama kali. Ada cara untuk mengukur minat perilaku membeli yang paling mudah adalah dengan menanyakan konsumen. Dimana salah satu tipe minat konsumen adalah minat pembelian mengantisipasi yang mereflesikan apakah konsumen mengantifikasikan pembelian produk atau merek yang sama lagi26. Ada faktor-faktor yang jelas diidentifikasi dari minat beli yaitu: (1) kesadaran harga, (2) kesadaran impuls, (3) kesadaran fashion, (4) infuence sosial, (5) kebiasaan/merek atau toko loyalitas, (6) media massa influence (7) kualitas kesadaran, (8) gaya hidup infuence, (9) kesadaran kebingungan dan (10) kesadaran rekreasi27. 26 Black Well, Roger D. James F. Engel, Paul W.M., Perilaku Konsumen, Jakarta. Bina Aksara, 1994, hal 283 27 Kawee Boonlertvanich, Consumer Buying and Decision Making Behavior of a Digital Camera in Thailand, Institute of International Studides, Ramkhamhaeng University 26 Dalam melakukan sebuah proses pembelian konsumen biasanya melalui tahap-tahap pembelian. Tetapi hal ini tidak terjadi pada semua kasus, terutama pada pembelian dengan keterlibatan rendah. Namun, demikian model pembelian menggunakan tahap-tahap ini hanya berlaku pada pembelian dengan keterlibatan tinggi. Tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian untuk mengukur minat beli ini menurut terdiri dari empat yaitu: 1. Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian melalui tahap pengenalan kebutuhan dapat dipengaruhi oleh dua faktor intern dan ekstern. Faktor intern biasanya berasal dari dalam diri konsumen tersebut misalnya: dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dan lain sebagainya. Dorongan tersebut timbul sampai dorongan untuk dapat memuaskannya. Sedangkan faktor ekstern berasal dari pengaruh luar dapat diperoleh pengaruhnya dari keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. Penganalisaan ditujukan terutama untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi atau terpuaskan28. Bangkok, Thailand, E-mail: [email protected], diakses tanggal 27 Januari 2014 28 Swastha DH, Basu & Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Cetakan Kesebelas, Edisi Kedua, (Yogyakarta: Liberty, 2003), hal. 20 27 2. Pencarian Info Seorang konsumen yang tergerak oleh stimulasi akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi berkaitan dengan kebutuhannya. Pencarian informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan ke beberapa toko untuk membuat perbandingan harga dan kualitas produk. Sedangkan pencarian informasi pasif, mungkin hanya dengan membaca suatu pengiklanan di majalah atau surat kabar tanpa tujuan khusus dalam pikirannya tentang gambaran produk yang diinginkan29. 3. Evaluasi Alternatif Setelah konsumen melalui tahap-tahap pengenalan kebutuhan dan pencarian informasi mengenai kebutuhannya, tahap selanjutnya adalah mengevaluasi keputusan. berorientasi Sebagian secara kognitif yaitu besar mereka proses evaluasi melihat konsumen konsumen dalam membuat pertimbangan produk sebagian besar secara sadar dan rasional. Tahap ini meliputi dua tahap, yaitu: menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya30. 4. Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan suatu keputusan konsumen sebagai pemilikan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif mengenai proses, 29 30 Ibid., hal. 20 Ibid., hal. 21. 28 cara, perbuatan membeli, dengan mempertimbangkan fator lain tentang apa yang dibeli, waktu membeli, dimana membelinya serta cara pembayarannya.31 Para konsumen setelah melalui tahap-tahap tersebut diatas tahap terakhir yaitu tahap keputusan pembelian dalam tahap ini konsumen dipengaruhi oleh faktor situasi yang tidak diantisipasi. Konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Keputusan pembelian merupakan proses dalam pembelian yang nyata, banyak orang yang menemui kesulitan dan membuat keputusan. Oleh karena itu perusahaan dapat mengusahakan untuk menyederhanakan pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh para konsumen. 2.6 Elemen-elemen Televisi Kreatifitas iklan adalah how to say sebuah pesan periklanan atau cara yang dilakukan untuk mengkomunikasikan pesan iklan kepada audiens. Prinsip pertama kreatifitas dalam sebuah iklan adalah bahwa kreatifitas tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Kreatifitas membuka, memilih, kemudian mengatur kembali, menggabungkan, menghasilkan fakta, keahlian dan ide yang sudah ada sebelumnya. Dalam arti lain bahwa kreatifitas adalah penggabungan ide-ide yang telah 31 ada Ibid., hal. 21. untuk menciptakan sesuatu yang baru.32 Beragam elemen iklan 29 biasanya terpadu untuk menciptakan dampak visual dari iklan-iklan di televisi. Namun elemen seperti audiovisual tidak bisa berdiri sendiri, elemen audiovisual harus didampingi elemen-elemen lain agar dapat menciptakan iklan televisi yang spektakuler, efektif dan kreatif. Berikut ini adalah elemen-elemen yanxg harus ada dalam iklan televisi:33 1. Elemen visual dalam iklan adalah apa yang terlihat pada layar TV. Elemen ini meliputi : the product, action sequences, demonstration/ setting, and the talent dan faktor lainnya seperti copy (produk, urutan adegan, latar belakang, model, iklan, tulisan). a. Product (produk) Produk merupakan objek yang ingin dipersuasikan kepada khalayak b. Action sequences (urutan adegan) Urutan jalan cerita menggambarkan khalayak akan pesan yang ingin disampaikan dalam iklan. Jalan cerita yang jelas memudahkan khalayak dalam memahami pesan yang terdapat dalam iklan. c. Setting (latar belakang) Latar belakang berfungsi dalam menghidupkan suasana, sehingga sesuai dengan jalan cerita. Membuat suatu pengaturan yang cocok dengan produk akan memudahkan konsumen mengerti alur cerita dari awal hingga selesai. Latar belakang juga memperkuat dari keseluruhan adegan iklan. 32 Roman, Maas & Nisenholtz, How to Advertise, Membangun Merek dan Bisnis dalam Dunia Pemasaran Baru, Jakarta, PT. Elex Media Kompetindo, 2005 33 George E. Belch & Michael A. Belch. Advertising and promotion 5th edition, New York : MC Graw Hill, 2001, hal. 28 30 d. Talent (model iklan) Model iklan merupakan orang yang muncul dalam iklan. Orang tersebut memainkan berbagai peran sebagai announcers, spoke persons, character types, maupun selebritis. Model iklan yang mampu membawa pesan iklan dan meyakinkan kepada khalayak, menciptakan citra yang baik dimata konsumen. e. Copy (tulisan) Kalimat-kalimat yang tertulis dan terucap saat iklan berlangsung. Beberapa konsep kreatif terutama berbentuk visual, tetapi ide yang menarik dapat diekspresikan dengan tulisan. Teks iklan yang efektif harus ringkas, focus, spesifik, personal, focus tunggal, konversasional, orisinal, bervariasi dan menggunakan deskripsi imajinatif. 2. Elemen audio yakni suara dan musik pada iklan a. Sound (Suara) Merupakan elemen penting iklan. Suara dapat terdengar dalam jingle, spoken dialogue (perbincangan) dan announcement (pengumuman). Suara dialog biasanya menggunakan suara dari karakter untuk memperlihatkan siapa yang sedang berbicara. Misalnya, suara anak – anak, orang tua, eksekutif muda, penyanyi opra. Hampir semua iklan mempunyai 31 announcer, yang berperan sebagai central voice / sebagai penutup iklan yang menyebutkan indetifikasi produk34. b. Music (suara) Music merupakan elemen dari audio yang tidak kalah pentingnya. Musik merupakan jingle, biasanya bersifat persuasif karena dapat membuat khalayak mengingat informasi ketika menyanyikannya. 2.7 Pengaruh Terpaan Iklan Bolt 4G di Televisi Terhadap Minat Beli Pada Mahasiswa Daya tarik iklan yang besar mampu merangsang motif dan keinginan membeli atau memakai melalui pesan yang disampaikan sehingga menggugah minat dan perasaan konsumen yang pada akhirnya memiliki sikap pengembalian keputusan untuk membeli dan mencoba. Iklan yang bagus harus memiliki daya tarik, daya tarik dalam iklan sendiri terdapat berbagai macam seperti daya tarik ketakutan, humor, sex, dan lain-lain. Belakangan ini hampir sebagian besar perusahaan provider telepon seluler beriklan di televisi dengan menampilkan untuk menarik perhatian konsumennya. Bonus dipercaya dapat menciptakan ingatan yang kuat terhadap suatu iklan sehingga khalayak. PT Internux yang menggandeng Mitsui & Co secara resmi menghadirkan layanan internet berbasis 4G pertama di Indonesa dengan nama Bolt 4G. Kehadiran Bolt 4G ini tak terlepas dari alayanan internet mobile di Indonesia yang berkutat di teknologi 3G dan 3,5G atau HSDPA (High Speed 34 William Wells, John Burnett & Sandra Moriarty, advertising : principles and practice, 5th Edition, New Jersey : Prentice Hall, Inc 2000 hal. 347 32 Downlink Packet Access). Layanan HSDPA sendiri saat ini hanya mampu menghadirkan kecepatan internet hingga 14,4 mbp. Langkah Bolt 4G dengan menghadirkan bundling dengan modem MiFi gomendukung teknologi 4G masih sangat jarang di Indonesia. Paket bundling ini akan memudahkan pelanggan untuk mengakses layanan yang ditawarkan oleh Bolt 4G.Ini menandakan bahwa Perusahaan Internux mempunyai inisiatif agar tidak ditinggalkan oleh para konsumennya. Jangkuan Bolt masih terbatas yaitu Jakarta Pusat, Jakarta selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Tangerang, Bekasi dan Bogor. Connell menyatakan bahwa “terpaan iklan bisa dimulai ketika orang itu melihat iklan, saat mereka tidak memiliki kapasitas yang mencukupi untuk mempertahankan efektif terhadap iklan”.35 Peran iklan dalam mempengaruhi penjualan seperti iklan memberikan image tersendiri bagi konsumen yang dikemukakan. Proses keputusan pembelian dalam melakukan pembelian yaitu pemahaman masalah, pencarian informasi, pemilihan alternatif, keputusan pembelian, perilaku pembelian pasca pembelian, sedangkan faktor keputusan pembelian dipengaruhi oleh pemilihan produk, pemilihan merek, pemilihan saluran pembelian, penentuan waktu pembelian dan jumlah pembelian. Jadi, bisa diketahui sangat dibutuhkan dalam peranan dari bauran pemasaran melakukan keputusan pembelian karena kita akan mengetahui apakah konsumen akan merasa puas atau tidak setelah melakukan 35 Paul M. Connell, Merrie Brucks, and Jesper H. Nielsen, How Childhood Advertising Exposure Can Create Biased Product Evaluations That Persist intoAdulthoodAuthor(s): Paul M. Connell, Merrie Brucks, and Jesper H. Nielsen, Jurnal. 2014. http://www.jstor.org/stable/10.1086/675218 .diakses 27 Januari 2015 33 pembelian terhadap suatu produk tertentu. Apabila konsumen merasa puas akan melakukan pembelian ulang terhadap suatu produk. Berkaitan dengan bauran pemasaran, salah satu variabel yang terkait adalah produk dan iklan. Mengenai produk mengemukakan salah satu atribut produk adalah merek. Atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang dianggap penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Mengenai iklan, iklan merupakan salah satu atribut dari promosi. Bauran pemasaran salah satunya adalah iklan, salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Jadi merek dan iklan sama-sama sangat mempengaruhi keputusan pembelian (Tjiptono, 2000:103). 2.8 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan dugaan atau kesimpulan awal dan masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenarannya setelah data lapangan (empiris) dapat diperoleh.Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah: Ho = Terpaan iklan TV tidah berpengaruh secara signifikan terhadap Minat Beli Ha = Terpaan iklan TV berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli