pengaruh nilai perusahaan, ukuran perusahaan

advertisement
PENGARUH NILAI PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR
PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP
PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
RIFKI SULVIAR
NIM: 109082000111
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
Nama
: Rifki Sulviar
Tempat & Tanggal Lahir
: Jakarta, 3 November 1991
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Nama Ayah
: Abu Nasir
Nama Ibu
: Suciyati
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kp. Gunung Indah IV No. 41 RT/RW
004/011,
Cirendeu,
Ciputat
Timur,
Tangerang Selatan, Banten
II.
Telepon
: 082221159636
Email
: [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1996-1997: TK Darul Mu’minah, Tangerang Selatan
1997-2003: SDN Situ Gintung 1, Tangerang Selatan
2003-2006: SMPN 3 Ciputat, Tangerang Selatan
2006-2009: SMAN 1 Ciputat, Tangerang Selatan
2009-2013: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
vi
IV. SEMINAR DAN TRAINING
1. Talkshow Pemberantasan Korupsi KPK oleh BMJ Akuntansi Syarif
Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009.
2. Workshop “Accounting Fair 2011´ bersama BEMJ Akuntansi Syarif
Hidayatullah Jakarta, 20-22 Desember 2010.
3. Peserta Seminar Nasional dengan Tema: “Peran Asuransi Dalam Era
Globalisasi” yang diselenggarakan tanggal 20 Mei 2010 oleh ACA
Asuransi dan CAR Life Insurance bekerja sama dengan Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010.
4. Peserta Visit Company PT. Amerta Indah Otsuka Tahun 2010.
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of value, size, age,
and profitability of firm to intellectual capital disclosure. The research was
conducted by selecting 24 banking firm who listed on the Indonesia Stock
Exchange in the period 2011 until 2014. This research using purposive sampling
and multiple regression analyzing method.
The result of research showed that value and size of firm have influenced
intellectual capital disclosure. While whereas age and profitability of firm have
not influenced intellectual capital disclosure. Simultaneous testing showed four
variables influence the intellectual capital disclosure.
Keywords: value of firm, size of firm, age of firm,
intellectual capital disclosure.
viii
profitability of firm,
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh nilai
perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas perusahaan
terhadap pengungkapan modal intelektual. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan sampel 24 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2011 hingga 2014, yang ditentukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. sedangkan
umur perusahaan dan profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual. Pengujian secara simultan menunjukkan
keempat variabel mempengaruhi pengungkapan modal intelektual.
Kata kunci: nilai perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas
perusahaan, pengungkapan modal intelektual.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Sumber Ilmu Pengetahuan,
Sumber Cahaya yang mampu menerangi jalan menuju kepada kebenaran sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai Perusahaan,
Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan Profitabilitas Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Modal Intelektual Pada Perusahaan Perbankan di
Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Shalawat serta salam selalu dipanjatkan pada
Nabi Muhammad S.A.W, Sang Suri Tauladan sepanjang zaman. Penyusunan
skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah tulus memberikan doa, saran, dan
kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ayahanda Rasiman dan Ibunda Sri Winarni yang selalu memberikan
perhatian, kasih sayang dan dukungan serta doa yang terus menerus kepada
Yang Kuasa teruntuk penulis.
2. Adik-adikku, Robi Zulkarnain dan Riandika Rifauzi, yang selalu memberikan
inspirasi, doa, dan semangat untuk terus berusaha memberikan yang terbaik.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Rini, M.Si., AK., CA selaku dosen pembimbing I, yang sabar dan
senantiasa meluangkan waktu untuk berdiskusi, membimbing dan memberi
nasihat, serta segala kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan kepada
penulis.
6. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE, M.Ak, selaku dosen pembimbing II, yang sabar
dan senantiasa meluangkan waktu untuk berdiskusi, membimbing dan
memberi nasihat, serta segala kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan
kepada penulis.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.
8. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya bagian
akademik yang telah membantu dalam kegiatan administrasi penulis.
9. Teman-teman terdekat membuat penulis bersemangat menyelesaikan skripsi
(Laila Badriah, Fahmi Setiawan, Muhammad Umar, dan Agus Sukoco).
10. Rekan-rekan ACID yang telah membagi tawa dan duka serta menjadi teman
terbaik dalam menempuh petualangan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih atas segala
motivasi dan doa yang diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
xi
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya
bidang penelitian di Indonesia.
Jakarta, Juni 2016
(Rifki Sulviar)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .........................................................................................
i
Lembar Pengesahan Skripsi ....................................................................
ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .............................................
iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ..........................................................
iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .........................................
v
Daftar Riwayat Hidup .............................................................................
vi
Abstract ......................................................................................................
viii
Abstrak ......................................................................................................
ix
Kata Pengantar ........................................................................................
x
Daftar Isi ...................................................................................................
xiii
Daftar Tabel ..............................................................................................
xvi
Daftar Gambar .........................................................................................
xvii
Daftar Lampiran ......................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Perumusan Masalah ...................................................................
9
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori ..........................................................................
12
1. Teori Agensi .........................................................................
12
2. Stakeholder Theory ..............................................................
15
3. Definisi Modal Intelektual ...................................................
17
4. Pengungkapan Modal Intelektual ..........................................
24
xiii
5. Nilai Perusahaan....................................................................
28
6. Ukuran Perusahaan................................................................
29
7. Umur Perusahaan ..................................................................
30
6. Profitabilitas ..........................................................................
31
B. Keterkaitan Antar Variabel ........................................................
31
C. Penelitian Terdahulu ..................................................................
36
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................
41
E. Hipotesis ....................................................................................
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .........................................................
47
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................
48
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................
49
D. Metode Analisis Data ................................................................
49
1. Uji Statistik Deskriptif .........................................................
50
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................
50
a. Uji Normalitas ..................................................................
50
b. Uji Multikolinieritas ........................................................
51
c. Uji Autokorelasi ...............................................................
51
d. Uji Heteroskedastisitas ....................................................
53
3. Uji Hipotesis ........................................................................
54
a. Koefisien Determinasi .....................................................
54
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F) ........................
55
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ....
56
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .........................................
57
1. Variabel Independen ............................................................
57
xiv
2. Variabel Dependen ...............................................................
60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..........................................
63
B. Hasil Analisis dan Pembahasan .................................................
64
1. Statistik Deskriptif ...............................................................
64
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................
67
a. Uji Normalitas ..................................................................
67
b. Uji Multikolinearitas ........................................................
68
c. Uji Heterokedastisitas ......................................................
69
d. Uji Autokorelasi ..............................................................
70
3. Hasil Uji Hipotesis ...............................................................
71
a. Hasil Uji R2 ......................................................................
71
b. Hasil Uji F .......................................................................
72
c. Hasil Uji t .........................................................................
73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
78
B. Saran ..........................................................................................
79
Daftar Pustaka ..........................................................................................
81
Daftar Lampiran ......................................................................................
85
xv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Terdahulu
38
3.1
Kriteria Auto Korelasi Durbin-Watson
51
3.2
Komponen Pengungkapan Modal Intelektual
62
3.3
Operasional Variabel Penelitian
62
4.1
Rincian Sampel Penelitian
64
4.2
Hasil Statistik Deskriptif
65
4.3
Hasil Uji Normalitas
68
4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
68
4.5
Hasil Uji Heterokedastisitas
69
4.6
Hasil Uji Auto Korelasi
70
4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
71
4.8
Hasil Uji Simultan F
72
4.9
Hasil Uji Parsial (Uji t)
73
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Bagan Kerangka pemikiran
41
3.1
Kriteria Auto Korelasi Durbin-Watson
52
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Daftar Komponen Pengungkapan Modal Intelektual
86
2
Daftar Sampel Perusahaan Perbankan
87
3
Data Diolah
88
5
Statistik Deskriptif
90
6
Hasil Uji Normalitas
90
8
Hasil Uji Multikolinearitas
91
9
Hasil Uji Autokorelasi
92
10
Hasil Uji Heterokedastisitas
92
11
Hasil Uji Adj R2
92
12
Hasil Uji F
92
13
Hasil Uji t
93
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sejak tahun 1990-an, perhatian terhadap praktik pengelolaan aset
tak berwujud (intangible assets) telah meningkat secara dramatis. Salah
satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran
intangible assets tersebut adalah intellectual capital (IC) atau modal
intelektual yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang,
baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi
(Ulum, et. al 2008).
Selain
itu,
adanya
fenomena
perdagangan
bebas
yang
menciptakan struktur ekonomi global menyebabkan arus lalu lintas
barang, jasa, modal, dan tenaga kerja dapat berpindah dari satu negara
ke negara lain tanpa adanya batasan dan rintangan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pergeseran paradigma dari penekanan
paradigma physical capital ke paradigma baru yang memfokuskan pada
modal intellectual capital (Suhendah, 2012).
Pada
mulanya
paradigma
akuntansi
menganggap
laporan
keuangan memiliki fungsi pertanggungjawaban pengelola kepada
pemilik. Namun saat ini paradigma akuntansi baru menunjukkan bahwa
laporan keuangan memiliki fungsi decision making bagi para
stakeholders untuk pengambilan keputusan ekonomi. Perubahan
1
paradigma tersebut menyebabkan timbulnya perubahan paradigma
pelaporan akuntansi (Suniarsih, 2012).
Perubahan paradigma akuntansi tersebut menimbulkan tuntutan
untuk melakukan perubahan pada pengukuran akuntansi tradisional ke
pengukuran intellectual capital. Akuntansi tradisional belum mampu
mengidentifikasi dan mengukur intangible assets untuk organisasi yang
berbasis
pengetahuan.
Keterbatasan
pelaporan
keuangan
pada
akuntansi tradisional dalam menjelaskan nilai perusahaan menunjukkan
bahwa sumber ekonomi tidak berupa aset fisik melainkan penciptaan
intellectual capital. (Guthrie et al, 1999)
Intellectual capital merupakan topik yang baru berkembang
beberapa tahun belakangan ini. Definisi intellectual capital pun masih
bermacam-macam, The Society of Management Accountants of Canada
(SMAC) mendefinisikan intellectual capital sebagai berikut: Dalam
neraca, intellectual capital adalah pengetahuan berbasis waktu, yang
dimiliki perusahaan yang akan menghasilkan sebuah keuntungan masa
depan bagi perusahaan (IFAC, 1998).
Sementara itu Leif Advinson seperti yang dikutip oleh
Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyamakan intellectual capital
sebagai jumlah dari human capital dan structural capital (misalnya,
hubungan dengan konsumen, jaringan teknologi informasi, dan
manajemen).
2
Di
Indonesia,
secara
tidak
langsung
intellectual
capital
didefinisikan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 19 (revisi 2000) sebagai aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK No.
19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk
digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa,
disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2007).
Berdasarkan sejarah, perbedaan antara aset tak berwujud dan
intellectual capital tidak jelas karena intellectual capital dihubungkan
sebagai goodwill padahal keduanya berbeda. Fakta tersebut dapat
ditelusuri kembali pada awal tahun 1980-an ketika gagasan umum nilai
aktiva tak berwujud selalu dinamai sebagai goodwill sejak praktik
bisnis dan akuntansi diterapkan (Efandiana, 2011).
Sebenarnya masih banyak definisi dari intellectual capital
menurut pakar dan kalangan bisnis, namun secara umum menurut
Sawarjuwono dan Kadir (2003) jika diambil suatu benang merah dari
berbagai definisi intellectual capital yang ada, maka intellectual capital
dapat didefinisikan sebagai jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga
elemen utama organisasi (human capital, structural capital, costumer
capital) yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi yang dapat
memberikan nilai lebih tinggi bagi perusahaan berupa keunggulan
bersaing organisasi.
3
Penelitian mengenai modal intelektual dalam konteks Indonesia
menjadi
sangat
menarik
karena
ternyata
isu-isu
mengenai
pengungkapan modal intelektual merupakan salah satu dari sepuluh
jenis informasi yang dibutuhkan pemakai. Selain itu, Abidin (2013)
menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat
bersaing apabila menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh
melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual
perusahaan. Penelitian mengenai modal intelektual menjadi penting
karena modal intelektual merupakan salah satu aset vital perusahaan
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan
mencapai keunggulan kompetitif (Ni wayan, et.al 2010).
Sebagai pendukung penelitian ini, terdapat faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual yang dijadikan
variable independen, yaitu nilai perusahaan. Dalam Wahyu (2011)
modal intelektual adalah sekelompok aset pengetahuan yang merupakan
atribut organisasi dan berkontribusi signifikan untuk meningkatkan
posisi persaingan dengan menambahkan nilai bagi pihak-pihak yang
berkepentingan (Solikhah et al., 2010).
Modal intelektual oleh Williams (2001) didefinisikan sebagai
informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk
menciptakan nilai. Chen et al., (2005) menyatakan bahwa investor akan
memberikan nilai yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki
sumber daya intelektual yang lebih tinggi dibandingkan dengan
4
perusahaan yang memiliki sumber daya intelektual yang rendah. Nilai
yang diberikan oleh investor kepada perusahaan tersebut akan tercermin
dalam harga saham perusahaan.
Variabel lain yang berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual adalah ukuran perusahaan. Menurut Purnomosidhi (2005)
dalam Efandiana (2011) menyatakan ukuran perusahaan digunakan
sebagai variabel independen dengan asumsi bahwa perusahaan yang
lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak dan biasanya
memiliki banyak unit usaha dan memiliki potensi penciptaan nilai
jangka panjang. Perusahaan lebih besar lebih sering diawasi oleh
stakeholder yang berkepentingan dengan bagaimana manajemen
mengelola intellectual capital yang dimiliki seperti pekerja, pelanggan,
dan organisasi pekerja.
Sebagai variabel ketiga dalam penelitian ini adalah umur
perusahaan,
penelitian Bukh et al (2005) dan White et al (2007)
menjadi acuan untuk menjadikan umur perusahaan sebagai variabel
independen. Pada penelitiannya Bukh et al (2005) menemukan bahwa
umur perusahaan tidak mempengaruhi pengungkapan modal intelektual.
Sedangkan white et al (2007) menyatakan bahwa umur perusahaan
mempunyai hubungan dengan pengungkapan modal intelektual.
Perbedaan ini menjadi motivasi untuk melakukan penelitian kembali
variabel umur perusahaan sebagai determinan pengungkapan modal
intelektual.
5
Selain umur perusahaan, sebagai faktor terakhir yang dijadikan
variabel independen adalah profitabilitas. Perusahaan yang memiliki
kinerja
dalam
menghasilkan
profitabilitasnya
masih
rendah
kemungkinan karena kegagalan model akuntansi tradisional dalam
memanfaatkan biaya yang berkaitan dengan pengembangan sumber
daya modal intelektual perusahaan. Biaya terhadap pengembangan
sumber daya modal intelektual tersebut diakui sebagai beban dalam
laporan laba rugi perusahaan sehingga mengakibatkan rendahnya
kinerja perusahaan dalam menghasilkan pendapatan di masa sekarang,
tetapi diharapkan akan memberikan prospek yang bagus untuk
perusahaan
di
masa
yang
akan
datang.
Dengan
melakukan
pengungkapan yang lebih tentang intellectual capital yang dimiliki oleh
perusahaan diharapkan akan memberikan sinyal kepada investor akan
prospek bagus yang akan diperoleh perusahaan di masa yang akan
datang yang dilakukan perusahaan dengan berinvestasi dalam bentuk
modal intelektual sehingga pada akhirnya diharapkan akan cenderung
tertarik untuk tetap berinvestasi pada perusahaan ataupun untuk
menarik calon investor baru bagi perusahaan (Marisanti, 2012).
Goh (2005) berpendapat bahwa aktivitas perusahaan sangat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu physical capital dan human capital,
dan begitu juga sebaliknya. Pada sektor pertanian dan perindustrian,
physical capital (seperti tenaga kerja) lebih penting daripada
intellectual capital dalam proses penciptaan nilai. Namun pada sektor
6
perbankan, intellectual capital (seperti ilmu pengetahuan) lebih penting
daripada physical capital dalam proses penciptaan nilai (El-Bannany,
2008).
Pendapat El-Bannany tersebut juga diperkuat oleh pendapat
Sajedeh dan Saeed (2013) yang menyatakan bahwa sektor perbankan
adalah area yang menarik dan ideal untuk penelitian intellectual capital
kerena sektor ini merupakan salah satu sektor yang paling intensif ICnya dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan bisnisnya, dari aspek
intellectual capital, secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan
lebih homogen dibandingkan sektor ekonomi lainnya.
Dalam penelitiannya, Putra (2012) berpendapat bahwa salah satu
jenis industri yang paling intensif penggunaan modal intelektual adalah
industri jasa perbankan. Sektor perbankan memiliki peranan yang
sangat vital terutama dalam mendukung pergerakan serta pertumbuhan
ekonomi di suatu negara. Hal ini mengakibatkan sengitnya persaingan
dalam industri perbankan itu sendiri dalam menyediakan layanan yang
terdepan bagi konsumen. Dalam persaingan yang begitu ketat, tidaklah
jarang memancing tenaga-tenaga intelek suatu perusahaan untuk
berpindah pada perusahaan saingan dalam mempertahankan keunggulan
bersaing atas perusahaan sejenis lainnya.
Penelitian tentang IC telah banyak di lakukan di beberapa negara,
salah satunya adalah Magdi El-Bannany pada tahun 2008, menyatakan
bahwa standard variables, seperti profitabilitas bank, resiko bank,
7
investasi pada sistem teknologi informasi, efisiensi bank, hambatan
untuk memasuki pasar, dan efisiensi investasi pada intellectual capital
mempengaruhi kinerja IC di sektor perbankan Inggris.
Sedangkan di Indonesia penelitian tentang kinerja IC di sektor
perbankan dilakukan oleh Ulum (2008) dan data yang digunakan adalah
laporan keuangan periode 2004-2006 dari 130 bank. Dengan
menggunakan metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)
Ulum juga mengelompokkan kinerja bank menjadi empat kategori.
Selain itu dalam penelitiannya tersebut Ulum juga menemukan bahwa
bank-bank asing yang beroperasi di Indonesia tidak mendominasi di
urutan teratas.
Pada saat ini sudah banyak penelitian tentang kinerja IC, namun
masih
sedikit
penelitian
yang
menghubungkan
antara
kinerja
intellectual capital dengan mempertimbangkan determinan apa saja
yang akan memepengaruhi kinerja IC. Oleh sebab itu, penelitian ini
berusaha untuk menguji kembali jurnal 2008 seperti yang dilakukan ElBannany pada sektor perbankan di United Kingdom (UK) dengan objek
penelitian yang berbeda dan juga periode waktu yang berbeda pula.
Penelitian ini dilakukan di sektor perbankan Indonesia pada
periode waktu tahun 2011-2014 untuk perusahaan perbankan yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan alasan bahwa
perusahaan yang sudah terdaftar di BEI diharapkan memiliki prospek
kinerja yang lebih bagus daripada perusahaan lain yang belum listing di
8
BEI. Hal ini akan memberikan keunggulan kompetitif tersendiri bagi
perusahaan tersebut.
Namun pada kenyataannya, sekitar tahun 2008-2009 terdapat
perusahaan yang mengalami kerugian dan delisting dari BEI. Ini
mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan tersebut mengalami
penurunan, khususnya dilihat dari kinerja human capital. Hal ini sangat
bertolak belakang dengan pendapat Kuryanto (2007) yang menyatakan
bahwa kinerja IC berpengaruh pada kinerja perusahaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dalam bentuk tulisan yang berjudul “Pengaruh
Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan
Profitabilitas
Perusahaan
Terhadap
Pengungkapan
Modal
Intelektual Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”
B. Perumusan Masalah
1.
Apakah nilai perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual?
2.
Apakah kepemilikan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual?
3.
Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual?
4.
Apakah
profitabilitas
perusahaan
berpengaruh
terhadap
pengungkapan modal intelektual?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a.
Menganalisis pengaruh struktur kepemilikan dan jenis industri
terhadap pengungkapan manajemen risiko dalam laporan
tahunan.
b.
Menganalisis seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan
dan jenis industri terhadap pengungkapan manajemen risiko
dalam laporan tahunan.
2.
Manfaat Penelitian
a.
Kontribusi
Teoritis,
sebagai
sarana
informasi
tentang
bagaimana pengaruh sruktur kepemilikan dan jenis industri
terhadap pengungkapan manajeman risiko.
b.
Kontribusi Praktis
1) Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dan membuat proses manajeman
manjadi lebih baik sehingga membuka informasi yang
lebih jelas baik dalam komponen non keuangan seperti
manajeman risiko.
2) Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi lain tentang manajeman risiko kepada investor
maupun kreditor untuk menganalisis laporan keuangan
10
dalam membuat keputusan investasi dan kredit. Sehingga
keputusan dapat diambil secara tepat.
3) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
dalam
melakukan
pengungkapan
penelitian
menajeman
risiko
tentang
dan
juga
praktik
dapat
menambah wawasan terutama tentang pengungkapan
menajeman risiko.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.
Teori Agensi
Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan
antara pemilik modal (principal) yaitu investor dengan manajer
(agent). Investor memberikan wewenang kepada manajer untuk
mengelola perusahaan. Teori agensi mendasarkan hubungan
kontrak antara principal dan agent yang sulit tercipta karena
adanya kepentingan yang saling bertentangan (conflict of interest).
Govindarajan (2008) menyatakan satu elemen kunci dari
teori keagenan adalah bahwa pricipal dan agent mempunyai
perbedaan preferensi dan tujuan. Teori agensi mengasumsikan
bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka. Para
agent diasumsikan menerima kepuasan bukan saja dari kompensasi
keuangan tetapi juga dari syarat-syarat yang terlibat dalam
hubungan agensi, seperti kemurahan jumlah waktu luang, kondisi
kerja yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. Principal
diasumsikan tertarik hanya pada hasil keuangan yang bertambah
dari investasi mereka dalam perusahaan.
Perbedaan kepentingan antara principal dengan agent dapat
menimbulkan
permasalahan
yang
dikenal
dengan
asimetri
12
informasi. Keadaan asimetri informasi terjadi ketika adanya
distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agent.
Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri informasi)
ini, dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan karena
adanya kesulitan principal memonitor dan melakukan kontrol
terhadap tindakan-tindakan agent.
Pada teori agensi, asimetri informasi dapat terjadi karena
pihak agent setiap hari berinteraksi langsung dengan kegiatan
perusahaan, sehingga bisa mengetahui kondisi perusahaan dengan
sangat lengkap. Sedangkan principal hanya mengandalkan laporan
yang diberikan oleh pihak manajemen karena tidak berinteraksi
langsung pada kegiatan perusahaan. Sehingga pemilik modal hanya
memiliki sebagian atau lebih sedikit informasi dibanding manajer
perusahaan.
Peran pengungkapan modal intelektual menjadi hal yang
penting dimana dapat dijadikan tambahan informasi mengenai
perusahaan yang dilaporkan oleh agent kepada principal. Pelaporan
mengenai modal intelektual dapat mengurangi keadaan asimetri
informasi
karena
memberikan
laporan
yang
tidak
hanya
menyangkut masalah keuangan semata, tetapi juga mengenai
masalah non-keuangan seperti human capital, structural capital,
dan relational capital yang merupakan bagian dari pengungkapan
modal intelektual.
13
Permasalahan asimetri informasi yang telah dapat diatasi
dengan
pengungkapan
modal
intelektual
dapat
mencegah
kemungkinan terjadinya permasalahan lain dalam teori agensi
seperti yang dinyatakan dalam penelitian Jensen dan Meckling
(1976). Dalam penelitiannya menyatakan permasalahan tersebut
adalah:
a.
Moral Hazard, yaitu permasalah yang muncul jika agent tidak
melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak
kerja.
b.
Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak
dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh
agent didasarkan pada informasi yang telah diperolehnya, atau
terjadi sebagai kelalaian dalam tugas.
Selain itu Jesen dan Meckling (1976) serta Subramaniam, et
al., (2009) mengungkapkan bahwa selain menggunakan laporan
mengenai modal intelektual, untuk meredam tindakan para agent
yang tidak sesuai dengan kepentingannya, pricipal memiliki dua
cara yaitu:
a.
Mengawasi perilaku agent dengan mengadopsi fungsi audit
dan mekanisme corporate governance lain yang dapat
meluruskan kepentingan agent dengan kepentingan principal.
b.
Menyediakan insentif kepegawaian yang menarik kepada
agent dan mengadakan struktur reward yang dapat membujuk
14
para agent untuk bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik
principal.
2.
Stakeholder Theory
Berdasarkan teori stakeholder, menyatakan bahwa semua
stakeholder
mempunyai
hak
untuk
memperoleh
infomrasi
mengenai aktifitas perusahaan yang mempengaruhi mereka. Teori
stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi
kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini juga
menjelaskan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela
(voluntary) mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan,
sosial, dan intelektual mereka melebihi permintaan wajibnya untuk
memenuhi ekspektasi sesungguhnya yang diakui oleh stakeholder.
Salah
satu
cara
memuaskan
stakeholder
dapat
berupa
pengungkapan informasi-informasi sukarela (voluntry disclosure)
yang dibutuhkan stakeholder (Deegan dalam Widarjo, 2011).
Menurut Ulum et al., 2008 teori stakeholder lebih
mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap
powerfull.
Kelompok
stakeholder
inilah
yang
menjadi
pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapakan atau
tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam suatu laporan
keuangan. Teori stakeholder ini membantu manajer korporasi
mengerti lingkungan stakeholder dan melakukan pengelolaan
15
dengan lebih efektif diantara keberadaan hubungan-hubungan di
lingkungan suatu perusahaan. Tujan dari teori ini adalah untuk
mendorong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari
dampak
kerugian
aktivitas-aktivitas
bagi
stakeholder
perusaannya
dan
menjalankan
meminimalisir
hubungan
dalam
perusahaan.
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, atau
komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara
parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap
perusahaan.
Individu,
kelompok,
maupun
komunitas
dan
masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki
birokrasi yang mengatur jalannya perusahaan dalam sebuah negara
yang harus ditaati oleh perusahaan melalui kepatuhan terhadap
peraturan pemerintah menjadikannya terciptanya sebuah hubungan
antara perusahaan dengan pemerintah (Istansi, 2009).
Berdasarkan teori stakeholder, manajemen perusahaan
diharapkan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan yang
diharapkan stakeholder dan melaporkannya kepada stakeholder
(Guthrie, et al., 2000). Teori ini memandang perusahaan bukan
sebagai suatu mekanisme untuk meningkatkan keuntungan
financial
stakeholder
mengkoordinasikan
dan
sebagai
kepentingan
buah
stakeholder
wahana
serta
untuk
melihat
manajemen yang mempunyai hubungan fiduciacy (gadai) tidak
16
hanya
dengan
sebagai
stakeholder
tetapi
dengan
seluruh
stakeholder (Boedi, 2008). Sedangkan menurut Nugroho, 2011,
teori stakeholder menganggap akuntabilitas organisasi disebabkan
oleh organisasi yang memperluas di luar kinerja ekonomi aau
keuangan mereka, ini menyarankan bahwa mereka akan memilih
untuk mengungkapkan informasi secara sukarela tentang kinerja
intelektual, sosial dan lingkungan mereka, melebihi dan di atas
persyaratan wajib.
Teori
stakeholder
sangat
mendasari
dalam
praktek
pengungkapan modal intelektual, karena adanya hubungan antara
manajemen perusahaan dengan stakeholder. Hubungan tersebut
diwujudkan di dalam dua cara pelaporan yaitu pelaporan secara
mandatory disclosure dan voluntary disclosure. Secara mandatory
disclosure
yaitu manajemen melakukan pengungkapan laporan
keuangan terkait aktivitas perusahaan yang dianggap penting dalam
meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan voluntary disclosure
manajemen melakukan pengungkapan sukarela yang dibutuhkan
pada stakeholder berupa pengungkapan modal intelektual.
3.
Definisi Modal Intelektual
Hingga saat ini definisi modal intelektual seringkali dimaknai
secara berbeda. Sebagai sebuah konsep, modal intelektual merujuk
pada modal-modal non fisik atau modal tidak berwujud (intangible
17
assets) atau tidak kasat mata (invisible) yang terkait dengan
pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang
digunakan (Istanti, 2009). Di samping itu, modal intelektual
seringkali dianggap sebagai nilai misterius (mysterious value) yang
terletak di antara nilai buku (book value) dan nilai pasar
perusahaan. (Purnomosidhi, 2006).
Modal intelektual dapat didefinisikan sebagai aktiva tidak
berwujud, termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, pengalaman,
dan informasi yang potensial digunakan oleh karyawan untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif melalui strategi-strategi yang
dapat menciptakan nilai ekonomi bagi perusahaan. Salah satu
definisi modal intelektual yang komprehensif adalah yang
dipaparkan oleh CIMA (2001), diungkapkan bahwa modal
intelektual merupakan pengetahuan dan pengalaman, kemampuan
profesional, hubungan dan kerjasama yang baik, serta kapasitas
kemampuan
teknologi.
Penerapan
modal
intelektual
akan
memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Banyak praktisi yang menyatakan bahwa Intellectual Capital
terdiri dari tiga elemen utama (Stewart, 1998; Sveiby, 1997; SaintOnge, 1996; Bontis, 2000 dalam Sawarjuwono 2003) yaitu:
a.
Human Capital (Modal Manusia)
Human Capital
merupakan
lifeblood
dalam modal
intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement,
18
tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human
capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan
yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam
suatu
organisasi
mencerminkan
atau
perusahaan.
Human
capital
kemampuan
kolektif
perusahaan
untuk
menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut.
Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu
menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.
b.
Structural Capital atau Organizational Capital (Modal
Organisasi)
Structural Capital merupakan kemampuan organisasi
atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan
dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja
bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional
perusahaan, proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi
manajemen dan semua
bentuk intellectual property yang
dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat
intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki
sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak
19
dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada
tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
c.
Relational Capital
Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang
memberikan nilai secara nyata. Relational Capital merupakan
hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki
oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari
para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari
pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan
perusahaan
yang bersangkutan,
berasal
dari
hubungan
perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat
sekitar.
Relational Capital dapat muncul dari berbagai bagian
diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi
perusahaan tersebut. Edvinsson seperti yang dikutip oleh
Brinker (2000) dalam Sawarjuwono (2003) menyarankan
pengukuran beberapa hal berikut ini yang terdapat dalam
modal pelanggan, yaitu:
1) Customer Profile
Siapa pelanggan-pelanggan kita, dan bagaimana mereka
berbeda dari pelanggan yang dimilki oleh pesaing. Hal
potensial apa yang kita miliki untuk meningkatkan
20
loyalitas, mendapatkan pelanggan baru, dan mengambil
pelanggan dan pesaing.
2) Costumer Duration
Seberapa sering pelanggan kita berbalik kepada kita? Apa
yang kita ketahui tentang bagaimana dan kapan pelanggan
akan menjadi pelanggan yang loyal? Serta seberapa sering
frekuensi komunikasi kita dengan pelanggan.
3) Costumer Role
Bagaimana kita mengikutsertakan pelanggan ke dalam
desain produk, produksi, dan pelayanan.
4) Costumer Support
Program apa yang digunakan untuk mengetahui kepuasan
pelanggan
5) Customer Success
Berapa besar rata-rata setahun pembelian yang dilakukan
oleh pelanggan.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal
intelektual merupakan suatu konsep yang dapat memberikan
sumberdaya berbasis pengetahuan baru dan mendeskripsikan aktiva
tak berwujud yang jika digunakan secara optimal memungkinkan
perusahaan untuk menjalankasn strateginya dengan efektif dan
efisien.
Dengan
demikian
modal
intelektual
merupakan
pengetahuan yang memberikan informasi tentang nilai tak
21
berwujud perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan
keunggulan bersaing.
Organization for Economic Co-operation and Development
((OECD), 1999) mendefinisikan modal intelektual sebagai nilai
ekonomik dari dua kategori intangibles assets perusahaan: (1)
organizational (structural) capital; dan (2) human capital.
Structural
capital
meliputi
proprietary
software
system,
distribution networks, dan supply chains, sedangkan human capital
mencakup human resources baik dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan, seperti customers dan suppliers. Berdasarkan definisi
OECD tersebut, modal intelektual merupakan bagian (subset) dari
intangible assets secara keseluruhan karena ada unsur yang bersifat
intangible secara logis bukan merupakan bagian dari modal
intelektual, misalnya reputasi, yang merupakan hasil dari
penggunaan modal intelektual.
Guthrie et al., (2004) mengemukakan teori-teori riset
(research theories) yang dapat digunakan untuk menjelaskan
kecenderungan pengungkapan modal intelektual, yaitu stakeholder
theory dan legitimacy theory yang menggunakan content analysis
sebagai suatu pendekatan dalam pengumpulan dan analisis data.
Stakeholder theory mengemukakan bahwa manajemen perusahaan
diharapkan melakukan aktivitas-aktivitas yang diharapkan para
stakeholders dan melaporkan aktivitas-aktivitas tersebut kepada
22
mereka. Stakeholders memiliki hak untuk diberi informasi
bagaimana dampak aktivitas perusahaan bagi mereka meskipun
mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut, atau
tidak dapat memainkan peran kontruktif dalam kelangsungan hidup
perusahaan. Selain itu, teori ini menganggap bahwa akuntabilitas
organisasional tidak hanya terbatas pada kinerja ekonomi atau
keuangan
saja
sehingga
perusahaan
perlu
melakukan
pengungkapan tentang modal intelektual dan informasi lainnya
melebihi dari yang diharuskan (mandatory) oleh badan yang
berwenang.
Legitimacy
theory
mengemukakan
bahwa
perusahaan
berusaha memastikan bahwa kegiatan operasinya masih dalam
batas-batas ikatan dan norma masyarakat tempat perusahaan
bekerja. Dengan demikian, perusahaan akan melaporkan dengan
suka rela aktivitas tertentu yang dilakukan jika manajemen
mengang-gap aktivitas tersebut menjadi perhatian masyarakat di
sekitarnya. Legitimacy theory didasarkan pada suatu gagasan
bahwa terdapat suatu kontrak sosial antara perusahaan dengan
masyarakat di sekitarnya. Kontrak sosial tersebut menggambarkan
setumpuk harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya
perusahaan beroperasi. Harapan-harapan tersebut tidak bersifat
tetap dan selalu berubah setiap saat sehingga menuntut perusahaan
untuk selalu tanggap terhadap lingkungan tempat perusahaan
23
beroperasi. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu beroperasi
dengan cara-cara yang konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku di
lingkungannya. Untuk itu, perusahaan perlu melakukan komunikasi
secara tertulis melalui laporan-laporan telah yang disiapkan.
Legitimacy theory sangat erat hubungannya dengan pelaporan
modal intelektual dan penggunaan metode content analysis untuk
mengukur keluasan pelaporan modal intelektual.
Perusahaan
akan
melaporkan
modal
intelektual
jika
manajemen merasa perlu melakukannya karena tidak dapat
meligitimasi statusnya melalui aktiva berwujud (hard assets) yang
dikenal sebagai suatu simbol keberhasilan perusahaan. Keluasan
pelaporan
modal
menggunakan
intelektual
content
paling
analysis.
baik
Dengan
diukur
dengan
demikian,
antara
legitimacy theory, modal intelektual, dan content analysis saling
berkaitan (intertwined). (Purnomosidhi, 2006).
4.
Pengungkapan Modal Intelektual
Perubahan
memberikan
lingkungan
banyak
bisnis
pengaruh
dalam
yang
semakin
pelaporan
pesat
keuangan
perusahaan, terutama dalam hal penyajian dan penilaian aset tidak
berwujud. Agency theory, mungkin merupakan pusat teori bagi
semua teori akuntansi, yang menjelaskan bahwa separasi
kepemilikan dan pengendalian perusahaan menciptakan suatu
24
moral hazard, dimana manager sebagai agen untuk pemilik
pemegang saham, bertindak atas nama kepentingan diri ekonomi
mereka sendiri (Jensen dan Meckling, 1976).
Pernyataan AICPA 1994 yang dikutip oleh Purnomosidhi
(2006),
mengajukan
suatu
framework
untuk
kepentingan
pengungkapan sukarela berdasarkan informasi yang dibutuhkan
informasi dan kreditur, yaitu:
a.
Data keuangan dan non keuangan.
b.
Analisis data keuangandan data non keuangan.
c.
Informasi yang berorientasi pada masa depan
d.
Informasi
tentang
manajer
dan
pihak-pihak
yang
berkepentingan terhadap perusahaan.
e.
Latar belakang perusahaan
Sawarjuwono (2003) menyatakan Badan akuntansi
internasional seperti International Federation of Accountants
(IFAC),
International
Accounting Standards
Committee
(IASC), Society of Management Accountants of Canada
(SMAC) juga sedang melakukan pengujian terhadap kerangka
kerja pengelolaan dan pelaporan modal intelektual perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan porsi pengungkapan setiap
elemen modal intelektual, dimana 30% indikator digunakan
untuk mengungkapkan human capital, 30% organizational
capital (internal structure) dan 40% customer capital (external
25
structure). Disamping hal-hal diatas, riset Guthrie et al. (2000)
menunjukkan bahwa:
1) Pengungkapan modal intelektual lebih banyak (95%)
disajikan secara terpisah dan tidak ada yang disajikan
dalam angka atau kuantitatif. Hal ini mendukung
pandangan yang selama ini kuat yaitu aktiva tidak
terwujud
atau
modal
intelektual
sulit
untuk
dikuantifikasikan.
2) Pengungkapan mengenai modal eksternal lebih banyak
dilakukan oleh perusahaan. Tidak terdapat pola tertentu
dalam laporan-laporan tersebut. Hal-hal yang banyak
diungkapkan menyebar diantara ketiga elemen modal
intelektual.
3) Pelaporan dan pengungkapan modal intelektual dilakukan
masih secara sebagian dan belum menyeluruh.
4) Secara keseluruhan perusahaan menekankan bahwa modal
intelektual merupakan hal penting untuk menuju sukses
dalam menghadapi persaingan masa depan. Namun hal itu
belum dapat diterjemahkan dalam suatu pesan yang solid
dan koheren dalam laporan tahunan.
Pada
penelitian
ini
pengungkapan
modal
intelektual
digunakan sebagai variabel dependen yang menjadi pusat perhatian
penelitian.
Sedangkan
karakteristik
perusahaan
yang
26
mempengaruhi pengungkapan modal intelektual yang digunakan
sebagai variabel independen adalah nilai perusahaan, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas perusahaan. Index
Pengungkapan modal intelektual menyimpulkan pengungkapan
perusahaan pada 6 area, yaitu karyawan, pelanggan, teknologi
informasi, pemrosesan, pengembangan riset dan statemen strategis.
Dengan adanya perubahan global pada laporan lingkungan, para
manajer diharapkan lebih memahami dan dapat menunjukkan
konsekuensi ekonomi yang penting untuk membuat pengungkapan
modal intelektual perusahaan. Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa biaya keagenan ditimbulkan oleh para manajer,
sehingga mereka termotivasi untuk menyediakan informasi secara
sukarela untuk mengurangi biaya keagenan tersebut.
Sawarjuwono
(2003)
menyatakan
bahwa
dalam
hal
pengukuran, ada banyak konsep pengukuran modal intelektual
yang dikembangkan oleh para peneliti saat ini. Namun secara
umum metode yang dikembangkan tersebut dapat dikelompokkan
kedalam dua kelompok, yaitu: pengukuran non monetary (non
financial) dan pengukuran monetary (financial). Model-model
pengukuran
yang
dikembangkan
masing-masing
memiliki
kelebihan dan kekurangan.
27
5.
Nilai Perusahaan
Menurut Hasan (2000) yang dimaksud dengan nilai
perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Apabila, perusahaan
menawarkan saham ke publik maka nilai perusahaan akan
tercermin pada harga sahamnya. Jadi, dengan meningkatnya harga
saham atau sudah barang tentu seorang pemegang saham akan
menjadi lebih kaya atau lebih makmur. Cahyadi (2012).
Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya
(Fama, 1978). Dalam penelitiannya, Jensen (2001), menjelaskan
bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai
ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi juga semua klaim
kuangan seperti hutang, warran, maupun saham preferen.
Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan
dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan,
dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi
keputusan keuangan lainnnya dan berdampak pada nilai perusahaan
(Fama dan French, 1998 dalam Wahyuni Untung, 2006). Nilai
perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham,
sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Pengeluaran
investasi
memberikan
sinyal
positif
tentang
pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang, sehiingga meningkatkan
harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (signaling theory).
28
6.
Ukuran Perusahaan
Purnomosidhi
(2006)
menyatakan
ukuran
perusahaan
digunakan sebagai variabel independen dengan asumsi bahwa
perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih besar
melakukan aktivitas yang lebih banyak dan biasanya memiliki
banyak unit usaha dan memiliki potensi penciptaan nilai jangka
panjang. Perusahaan besar lebih sering diawasi oleh kelompok
stakeholder yang berkepentingan dengan bagaimana manajemen
mengelola modal intelektual yang dimiliki, seperti pekerja,
pelanggan dan organisasi pekerja.
Menurut Miswanto et al.
(1999), ukuran perusahaan
dapat diukur menggunakan total assets, penjualan atau ekuitas.
Jika jumlah aset, penjualan atau ekuitas tersebut besar, maka
logaritma terhadap jumlah tersebut digunakan untuk tujuan
penelitian. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara,
antara lain: total aktiva, jumlah tenaga kerja, log size, nilai
pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan
hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large
firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil
(small firm).
29
Menurut definisi diatas bahwa ukuran perusahaan merupakan
gambaran besar kecilnya perusahaan yang ditunjukan berdasarkan
total aset yang dimiliki perusahaan.
7.
Umur Perusahaan
Yularto et al (2003) dalam Istianti (2009) menyatakan bahwa
umur perusahaan menunjukkan perusahaan tetap eksis, mampu
bersaing
dan
memanfaatkan
peluang
bisnis
dalam
suatu
perekonomian. Dengan mengetahui umur perusahaan, maka akan
diketahui pula sejauh mana perusahaan tersebutdapat survive.
Semakin
panjang
umur
perusahaan
akan
memberikan
pengungkapan informasi keuangan yang lebih luas dibanding
perusahaan lain yang umurnya lebih pendek dengan alasan
perusahaan
tersebut
memiliki
pengalaman
lebih
dalam
pengungkapan laporan tahunan.
Menurut
definisi
diatas
bahwa
umur
perusahaan
menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan
menjalankan operasionalnya. Dalam kondisi normal, perusahaan
yang telah lama berdiri akan mempunyai publikasi perusahaan
yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang masih
baru.
30
8.
Profitabilitas
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal
saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003). Sedangkan menurut
Michelle
dan
Megawati
(2005)
profitabilitas
merupakan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan
menjadi dasar pembagian dividen perusahaan.
Tingkat profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan
Return on
Equity (ROE). ROE merupakan rasio yang baisa
digunakan
untuk
mengukur
dan
membandingkan
kinerja
profitabilitas menilai kinerja perusahaan. ROE menunjukkan
kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang
tersedia untuk mendapatkan net income (Mudrajad dan Suharjono,
2001).
Menurut Brigham (1993) profitabilitas adalah hasil bersih
dari sejumlah besar kebijakan dan keputusan, rasio yang diperiksa
sejauh ini mengungkapkan hal menarik tentang kecondongan
operasi perusahaan, namun rasio profitabilitas menunjukkan objek
gabungan dari likuiditas, manajemen aset, dan manajemen hutang
dalam banyak operasi.
B. Keterkaitan Antar Variabel
1.
Nilai Perusahaan dan Pengungkapan Modal Intelektual
31
Modal intelektual menjadi aset yang sangat bernilai dalam
dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para
akuntan
untuk
mengidentifikasi,
mengukur,
dan
mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Seperti yang
diungkapkan oleh Pulic (1998; 1999; 2000) tidak mengukur secara
langsung IC perusahaan, tetapi mengajukan suatu ukuran untuk
menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan
intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient –
VAIC).
Menurut Pulic (1998), tujuan utama dari ekonomi yang
berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan Value Added.
Sedangkan untuk dapat menciptakan Value Added
dibutuhkan
ukuran yang tepat tentang Physical Capital (yaitu dana-dana
keuangan) dan Intellectual Capital. Lebih lanjut Pulic (1998)
menyatakan bahwa Intellectual Ability (VAIC) menunjukkan
sejauh mana kedua sumber daya tersebut (Physical Capital dan
Intellectual Capital) telah dimanfaatkan secara efisien oleh
perusahaan.
2.
Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Modal Intelektual
Freedman et al. (2005) dalam Suhardjanto et al (2010)
menemukan bahwa semakin besar perusahaan akan semakin
banyak aktivitas dan semakin tinggi tingkat pelaporan termasuk
32
pengungkapan modal intelektual. Semakin besar perusahaan
semakin besar pula perhatian atau sorotan stakeholder, oleh karena
itu perusahaan akan semakin banyak melaporkan informasi
pengungkapan modal intelektual.
Purnomosidhi (2006) menyatakan bahwa asumsi utama yang
melandasi digunakannya variabel ini dalam model adalah bahwa
perusahaan-perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang
lebih banyak, dan biasanya memiliki berbagai macam unit usaha
yang masing-masing memiliki critical success factors dan potensi
penciptaan nilai jangka panjang yang berbeda. Artinya, semakin
banyak informasi yang perlu diungkapkan untuk memberi
gambaran
yang
lengkap
suatu
perusahaan
kepada
para
stakeholders-nya. Di samping itu, size juga merupakan variabel
penting dalam menjelaskan variasi pengungkapan informasi karena
adanya kebutuhan untuk memperoleh dana dengan biaya yang
paling rendah, tekanan dari shareholders dan para analis investasi
untuk melakukan pengungkapan yang lebih banyak, pemantauan
yang lebih ketat dari pihak penguasa (regulatory authorities),
kerumitan struktur bisnis, dan permintaan yang lebih besar untuk
menyediakan informasi kepada berbagai kelompok pemakai
(Haniffa et al, 2002).
Penelitian yang dilakukan White et al (2007) menunjukan
adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan
33
modal intelektual. Hasil yang sama juga terdapat pada penelitian
Singh et al dalam White et al (2007). Penelitian Istanti (2009) juga
menyebutkan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan
pengungkapan modal intelektual. Hal sebaliknya dikemukakan oleh
Purnomosidhi (2006) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
antara
ukuran
perusahaan
terhadap
pengungkapan
modal
intelektual.
3.
Umur Perusahaan dan Pengungkapan Modal Intelektual
Penelitian White et al. (2007) menjelaskan bahwa terdapat
hubungan antara umur perusahaan dengan pengungkapan modal
intelektual. Namun Suhardjanto et al (2010) menyatakan hal
sebaliknya, bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual. Hasil yang sama juga terdapat
pada penelitian Istanti (2009) yang menyatakan bahwa umur
perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual.
Suhardjanto (2010) menyatakan bahwa Perusahaan yang
umur listingnya muda berupaya untuk mendapatkan tambahan
modal
dengan
perusahaan
semakin
termasuk
banyak
mengungkapkan
pengungkapan
modal
informasi
intelektual
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih lama listing di bursa
efek. Dengan semakin banyak informasi yang diungkapkan,
34
diharapkan akan semakin tinggi tingkat kepercayaan investor.
Perusahaan muda memiliki keinginan yang lebih besar untuk
mengurangi skeptisme dan meningkatkan kepercayaan investor
(Haniffa et al, 2002).
4.
Profitabilitas dan Pengungkapan Modal Intelektual
Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja kuangan yang
baik dan profitabilitas yang positif, akan semakin terbuka dalam
memberikan informasi laporan keuanan maupun IC dalam laporan
keuangan tahunannya, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian
Ulum (2011) membuktikan bahwa keberadaan profit center
berpengaruh terhadap pengungkapan IC pada official website.
Penelitian Ulum (2011) didukung penelitian Suhardjanto, dkk.,
(2010) yang menyatakan profitabilitas berpengaruh terhadap
pengungkapan intellectual capital. Namun penelitian Yau, et al.,
(2009) dalam Rezki (2012) menemukan bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap luas pengungkapan modal intelektual.
Selain itu dalam Purnomoshidi (2004) menyebutkan bahwa
penelitian-penelitian yang menggunakan variabel profitabilitas
sebagai determinan terhadap praktik prngungkapan belum mampu
menghasilkan suatu simpulan yang konslusif. Hannifa dan Cooke
(2002) dan Khanna et al., (2004) menemukan pengaruh dan
hubungan antara profitabilitas dengan praktik pengungkapan.
35
5.
Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
Profitabilitas, dan Pengungkapan Modal Intelektual
White et al., (2007) menemukan bahwa ukuran perusahaan
dan umur perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap
pengugkapan modal intelektual. Penemuan White (2007) tersebut
didukung oleh hasil penelitan Istanti (2009) yang dalam
penelitiannya menemukan bahwa ukuran perusahaan, umur
perusahaan, serta nilai perusahaan berpengaruh secara simultan
terhadap pengungkapan modal intelektual. Kemudian dalam
penelitian lain, seperti yang dilakukan oleh Li et al., (2008) dan
Artinawati (2009) ditemukan bahwa profitabilitas berpengaruh
terhahap pengungkapan modal intelektual, dimana semakin tinggi
profitabilitas perusahaan maka perusahaan akan mengungkapkan
lebih banyak informasi tentang modal intelektual.
Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh White et al
(2007), Istanti (2009), Li et al (2008), dan Artinawati (2009), dapat
disimpulkan bahwa secara simultan nilai perusahaan, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh
terhadap pengungkapan modal intelektual.
C. Penelitian terdahulu
Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang dilakukan
terkait dengan Pengaruh Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur
36
Perusahaan,
dan
Profitabilitas
Terhadap
Pengungkapan
modal
intelektual. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1 di halaman
selanjutnya.
37
Tabel 2.1.
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Pengaruh Nilai Perusahaan (X1), Ukuran Perusahaan (X2), Umur Perusahaan (X3), dan Profitabilitas Perusahaan (X4)
terhadap Pengungkapan Modal Intelektual (Y)
No
1
2
Peneliti, Judul,
Tahun
Adi Putra Setianto dan
Agus Purwanto,
Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Pengungkapan Modal
Intelektual (studi
Empiris pada
Perusahaan yang
terdaftar di “Index
Kompas 100”, 2014
I Gede Cahyadi Putra,
Pengaruh Modal
Intelektual Pada Nilai
Perusahaan Perbankan
Yang Go Public di
Bursa Efek Indonesia,
2012
Metode Penelitian
 Sampel: 48 Perusahaan
periode 2010-2012
 Metode Analisis: Regresi
Berganda
Variabel
X1 X2 X3 X4 Y
√
√
√
√
 Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa
ukuran
perusahaan
terbukti
secara
signifikan
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
modal
intelektual.
Sedangkan 38variable profitabilitas tidak
terbukti
berpengaruh
terhadap
pengungkapan modal intelektual.
Hasil
 Sampel: 25 perusahaan
 Hasil analisis menunjukkan bahwa modal
perbankan periode 2008intelektual berpegaruh positif terhadap nilai
2010.
perusahaan.
 Metode Analisis: Regresis
Berganda
√
√
√
38
3
4
5
Setyarini Santoso,
Pengaruh Modal
Intelektual dan
Pengungkapannya
Terhadap Kinerja
Perusahaan, 2012
Ahmadi Nugroho,
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Intellectual Capital
Disclosur, 2012
 Sampel: 31 perusahaan
periode 2006-2008
 Metode Analisis: Regresi
Berganda
Yuniasih Ni Wayan,
et al, Eksplorasi
Kinerja Pasar
Perusahaan: Kajian
Berdasarkan Modal
Intelektual, 2010
 Sampel: 205 Perusahaan
pperiode 2004-2008
 Metode Analisis: Regresi
Berganda
 Sampel: 68 Perusahaan
pada periode 2010
 Metode Analisis: Regresi
Berganda
 Modal Intelektual tidak berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan di Indonesia.
Perusahaan
di
Indonesia
masih
mengandalkan peningkatan value added-nya
melalui efisiensi modal fisik dan bukan
modal intelektual.
 Hasil penelitian ini menunjukkan secara
parsial variabel ukuran perusahaan tidak
mempengaruhi
pengungkapan
modal
intelektual.
Umur
perusahaan
tidak
mempengaruhi
pengungkapan
modal
intelektual. Pengujian simultan juga tidak
menunjukkan variabel yang digunakan
dalam penelitian tidak mempengaruhi
modal intelektual.
 Hasilnya mungkin merupakan indikasi
bahwa pasar tidak mampu untuk menilai
nilai modal intelektual perusahaan karena
tidak memiliki ukuran standar dan
pengungkapan kuantitatif terbatas mengenai
modal intelektual.
√
√
√
√
√
√
√
39
 Sampel: 31 Perusahaan
pada pada periode 19972000
 Metode Analisis: Regresi
Berganda
6
Wahyu Widarjo,
Pengaruh Modal
Intelektual dan
Pengungkapan Modal
Intelektual, 2011
7
White et al, Drivers of  Sampel: 96 perusahaan
Voluntary Intellectual
pada periode 2005
Capital Disclousure in  Metode Analisis: Regresi
Listed Bio Technology
Berganda
Companies, 2007
 Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yg
mempengaruhi
pengungkapan
modal
intelektual positif terhadap nilai perusahaan.
Hal ini merupakan indikasi bajwa
pengungkapan modal intelektual akan
mengurangi asimetri informasi sehingga
membantu investor dalam penilaian kinerja
perusahaan dan dapat melakukan analisis
yang benar mengenai prospek perusahaan di
masa depan.
 Leverage, komisaris independen, umur
perusahaan, ukuran perusahaan berpengaruh
secara signifikan terhadap pengungkapan
modal intelektual. Sedangkan konsentrasi
kepemilikan tidak berpengaruh secara
signifikan.
√
√
√
√
√
√
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya
40
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, gambar berikut merupakan
kerangka pemikiran penelitian ini. Kerangka pemikiran mengenai
hubungan antara Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, dan Profitabilitas yang merupakan variabel independen (X)
serta Pengungkapan Modal Intelektual sebagai variabel dependen (Y).
Gambar 2.1 Bagan Kerangka pemikiran
“Pengaruh Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Modal Intelektual Pada
Industri Keuangan Sub Sektor Perbankan yang Terdaftar Di BEI”
Laporan Keuangan Perusahan Perbankan
Nilai Perusahaan (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Pengungkapan Modal
Intelektual (Y)
Umur perusahaan (X3)
Profitabilitas (X4)
Uji Model regresi
Uji Asumsi Klasik
1. Normalitas
2. Multikolorieritas
3. Autokorelasi
4. Heterokedastisitas
1. Uji R2
2. Uji F
3. Uji T
Kesimpulan dan Saran
41
E. Hipotesis
Dari beberapa penelitian sebelumnya dan berdasarkan teori yang
digunakan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.
Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual
Pada penelitiannya, Chen et al., (2005), menyebutkan
terdapat hubungan antara nilai perusahaan dengan modal
intelektual. Chen (2005) menyatakan bahwa investor cenderung
akan membayar lebih tinggi atas saham perusahaan yang memiliki
sumber daya intelektual yang lebih dibandingkan perusahaan
dengan daya intelektual lebih rendah. Harga yang dibayar oleh
investor tersebut mencerminkan nilai perusahaan. Hasil penelitian
Chen (2005) didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Firer dan Williams (2003) dan Tan et al., (2007) yang telah
membuktikan secara empiris bahwa modal intelektual memiliki
hubungan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan nilai pasar.
Dengan demikian dapat ditarik hipotesis:
Ha1: Nilai perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual.
2.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual
42
Penelitian White et al., (2007) menunjukkan adanya
hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan modal
intelektual. Hasil yang sama juga terdapat pada penelitian Signh et
al (dalam White et al, 2007) yang meneliti adanya pengaruh ukuran
perusahaan pada pengungkapan modal intelektual di perusahaan
gas dan minyak Australia. Penelitian Joia (2000) juga menyebutkan
adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan
modal intelektual. Ukuran perusahaan dalam berbagai penelitian
terbukti merupakan faktor berpengaruh dalam menjelaskan tingkat
pengungkapan informasi di sejumlah negara. Berdasarkan hasilhasil penelitian di atas dapat ditarik hipotesis penelitian ini adalah:
Ha2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual.
3.
Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual
Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan terhadap
kualitas pengungkapan informasi perusahaan. Alasan
yang
mendasarinya adalah perusahaan yang berumur lebih tua memiliki
pengalaman yang lebih banyak dala mempublikasikan laporan
keuangannya. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak
akan lebih mengetahui kebutuhan akan informasi perusahaan.
Penelitian White et al., (2007)
menjelaskan bahwa terdapat
43
hubungan antara umur perusahaan dengan pengungkapan modal
intelektual. Hipotesis yang dapat disimpulkan adalah:
Ha3: Umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual
4.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Modal Intelektual
Profitabilitas diduga dapat mempengaruhi pengungkapan
modal intelektual suatu perusahaan. seperti yang ditunjukkan dalam
penelitian Ulum (2011) disebutkan bahwa
perusahaan yang
memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik dan profitabilitas
yang positif, akan semakin terbuka dalam memberikan informasi
laporan keuangan maupun modal intelektual dalam laporan
tahunannya. Dalam penelitiannya Ulum (2011) membuktikan
bahwa
keberadaan
profit
center
berpengaruh
terhadap
pengungkapan modal intelektual pada official website. Dalam
penelitian Suharjanto, dkk (2010) juga menyatakan bahwa
profitabilitas
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
modal
intelektual. Hipotesis yang dapat disumpulkan adalah:
Ha4: Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual.
5.
Pengaruh Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Modal Intelektual
44
Menurut Istanti (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
“Faktor-faktor
Intelektual”
yang
Mempengaruhi
menemukan
bahwa
Pengungkapan
Modal
perusahaan,
ukuran
nilai
perusahaan, dan umur perusahaan berpengaruh secara simultan
terhadap pengungkapan modal intelektual. Hal yang serupa juga
ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh White et al.,
(2007) dengan judul “Drivers of Voluntary Intellectual Capital
Disclosure” yang menyebutkan bahwa ukuran perusahaan dan
umur
perusahaan
berpengaruh
secara
simultan
terhadap
pengungkapan modal intelektual.
Li et al, (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan
berdasarkan teori sinyal, perusahaan yang memiliki profitabilitas
yang tinggi dapat menggunakan pengungkapan modal intelektual
untuk membedakan dengan perusahaan lain yang kurang
menguntungkan. Dengan demikian, semakin tinggi profitabilitas
perusahaan maka perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak
informasi tentang modal intelektual. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Artinawati (2009) yang menemukan
bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual.
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
45
Ha5: Nilai perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan
profitabilitas
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
modal
intelektual.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas
yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu
nilai
perusahaan,
profitabilitas
ukuran
perusahaan
perusahaan,
terhadap
umur
variabel
perusahaan,
dependen,
dan
yaitu
pengungkapan modal intelektual. Populasi penelitian ini adalah industri
keuangan sub-sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2011-2014.
Peneliti menggunakan populasi perusahaan perbankan karena
masih terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan perbankan,
kebanyakan penelitian sebelumnya mengenai intellectual capital masih
terkonsentrasi pada perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur
dan perusahaan nonkeuangan. Alasan lainnya sektor perbankan adalah
area yang menarik dan ideal untuk penelitian modal intelektual karena
sektor perbankan merupakan sektor yang paling intensif modal
intelektualnya dalam pelaksanaan bisnisnya. Secara keseluruhan
karyawan di sektor perbankan lebih homogen dibanding sektor ekonomi
lainnya. (Mavridis, 2004)
47
B. Metode Penentuan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala
sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh subjek atau
objek itu (Djatmiko, 2010).
2.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut atau sebagian dari elemen-elemen
populasi. Sampel pada penelitian ini adalah perusahan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 20112013. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel
penelitian
adalah
pemilihan
sampel
bertujuan
(purposive
sampling), dengan kriteria sebagai berikut:
a.
Perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2011-2014.
b.
Perusahaan tersebut sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari
2011
c.
Perusahaan yang tidak delisting atau keluar dari BEI selama
periode pengamatan.
48
d.
Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
independen dari tahun 2011-2014.
e.
Memiliki data perusahaan yang lengkap berupa annual report
sesuai dengan variabel yang akan diteliti.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian
lapangan.
1.
Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti menggunakan data yang berkaitan dengan masalah
yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan
perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2.
Penelitian Lapangan (Field Research)
Data pada penelitian ini diperoleh melalui data sekunder.
Data sekunder merupakan yaitu dari pihak kedua (BEI). Dengan
subjek penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI selama periode 2011-2014.
D. Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan
menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan statistik deskriptif, uji
asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan bantuan perangkat
49
lunak Microsoft Excel 2007 dan SPSS (Statistical Package for Social
Sciences) versi 20.0.
1.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011).
2.
Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini,
maka peneliti melakukan uji multikoloniearitas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas dan uji normalitas. Keempat asumsi klasik yang
dianalisa
dilakukan
dengan
menggunakan
program
SPSS
(Statistical Package for Social Sciences) versi 20.0.
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di
dalam model regresi variabel pengganggu atau residual
mempunyai distribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Ghozali,
2011).
Untuk mendeteksi uji normalitas yaitu dengan analisis
grafik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik
histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
50
distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih
handal adalah dengan melihat Normal Probability Plot (P-P
Plot) yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Ghozali, 2011).
b.
Uji Multikoloniearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2011).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di
dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jika nilai tolerance ≤ 0.10 atau
sama dengan VIF ≥ 10, nilai tersebut menunjukkan adanya
multikolonieritas (Ghozali, 2011).
c.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
51
t
dengan
kesalahan
pengganggu
pada
periode
t-1
(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
(Ghozali, 2011).
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat
menggunakan uji Durbin Watson (DW test), dimana hasil
pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watsos (DW).
Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
dengan menggunakan Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW)
Hipotesis nol
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi, positif
atau negatif
Sumber :Ghozali, 2011
Keputusan
Tolak
No decision
Tolak
No decision
Tdk ditolak
Jika
0 < DW < dL
dL ≤ DW ≤ dU
4 – dL< DW < 4
4 – dU≤ DW ≤ 4 – dL
dU< DW < 4 - dU
Untuk lebih menjelaskan tabel diatas dapat dijelaskan
dengan gambar sebagai berikut:
Gambar 3.1
Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW)
52
d.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut
homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013)
Uji heteroskedastisitas bisa dilakukan melalui analisis
dengan grafik dan juga uji statistik. Namun analisis dengan
grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh
karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh
sebab itu uji statistik lebih dapat menjamin keakuratan hasil.
(Ghozali, 2013). Uji statistik yang digunakan adalah uji
Glejser.
Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut
residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam
Ghozali, 2013). Jika variabel independen signifikan secara
statistik mempengaruhi varibel dependen, maka ada indikasi
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Jika probabilitas
signifikansinya di bawah tingkat kepercayaan 0.05 atau 5%
maka terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan jika probabilitas
53
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 0.05 atau 5% maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Pada kasus regresi berganda terdapat satu variabel
dependen dan lebih dari satu variabel independen. (Santoso, 2009)
Persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan:
Y
= Pengungkapan modal intelektual
α
= Intercept atau konstanta
β
= Koefisien regresi,
X1 = Nilai Perusahaan
X2 = Ukuran Perusaahaan
X3 = Umur Perusahaan
X4 = Profitabilitas Perusahaan
e
= Error
Dalam pengujian hipotesis peneliti menggunakan alat analisis
berupa koefisien determinasi, uji statistik F dan uji statistik t.
a.
Koefisien determinasi (R2)
54
Koefisien determinasi
(R2) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan 1 atau (0 < x < 1). Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variabel-variabel dependen amat terbatas.
Nilai
yang mendekati
1
berarti
variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Secara umum, koefisien determinasi untuk data silang
(crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data
runtun waktu (time series) biasanya memiliki nilai koefisien
determinasi yang tinggi. (Ghozali, 2011)
b.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat (Ghozali, 2011).
Menurut Ghozali (2011) kriteria pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
55
1) Jika nilai F lebih besar daripada 4 pada derajat
Kepercayaan 5%, maka Ho ditolak atau Ha diterima. Hal
ini menyatakan bahwa semua variabel independen secara
serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Jika nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka Ho
ditolak atau Ha diterima.
c.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik tmenunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. (Ghozali, 2011).
Menurut Ghozali (2011) uji t dapat dilakukan sebagai
berikut:
1) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah ≥ 20 pada
derajat kepercayaan sebesar 5% dan nilai t lebih besar
dari 2 (dalam nilai absolut), maka Ho ditolak atau Ha
diterima. Hal ini menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel
dependen.
2) Jika nilai statistik t hitung lebih tinggi dibandingkan t
tabel, maka Ho ditolak atau Ha diterima.
56
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data-data yang digunakan meliputi
laporan keuangan periode 2011-2013, gambaran umum perusahaan dan
data lain yang dibutuhkan dalam penelitian. Variabel independen terdiri
dari nilai perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan
profitabilitas
perusahaan
terhadap
variabel
dependen,
yaitu
pengungkapan modal intelektual. Definisi operasional variabel-variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Variabel Independen
a.
Nilai Perusahaan (X1)
Menurut Husnan (2000), nilai perusahaan merupakan
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual. Apabila, perusahaan menawarkan
saham ke publik maka nilai perusahaan akan tercermin pada
harga sahamnya. Jadi, dengan meningkatnya harga saham atau
sudah barang tentu seorang pemegang saham akan menjadi
lebih kaya atau lebih makmur.
Nilai perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan
keuangan berupa rasio keuangan dan dari segi perubahan harga
saham. Pada penelitian ini, nilai perusahaan diukur dari segi
harga pasar saham menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q
dihitung dengan formula sebagai berikut (Permanasari, 2010):
57
Q=
(EMV) + (𝐷)
TA
Dimana:
Q
= Rasio Tobins Q
EMV = Nilai pasar ekuitas
b.
TA
= Nilai buku dari total aktiva perusahaan
D
= Nilai buku dari total hutang
Ukuran Perusahaan (X2)
Purnomosidhi (2006) menyatakan bahwa asumsi utama
yang melandasi digunakannya variabel ini dalam model adalah
bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar melakukan
aktivitas yang lebih banyak, dan biasanya memiliki berbagai
macam unit usaha yang masing-masing memiliki critical
success factors dan potensi penciptaan nilai jangka panjang
yang berbeda. Artinya, semakin banyak informasi yang perlu
diungkapkan untuk memberi gambaran yang lengkap suatu
perusahaan kepada para stakeholders-nya.
Di samping itu, size juga merupakan variabel penting
dalam menjelaskan variasi pengungkapan informasi karena
adanya kebutuhan untuk memperoleh dana dengan biaya yang
paling rendah, tekanan dari shareholders dan para analis
investasi untuk melakukan pengungkapan yang lebih banyak,
58
pemantauan yang lebih ketat dari pihak penguasa (regulatory
authorities), kerumitan struktur bisnis, dan permintaan yang
lebih besar untuk menyediakan informasi kepada berbagai
kelompok pemakai (Haniffa dan Cooke, 2002).
c.
Umur Perusahaan (X3)
Suhardjanto (2010) menyatakan bahwa Perusahaan yang
umur listing-nya muda berupaya untuk mendapatkan tambahan
modal dengan semakin banyak mengungkapkan informasi
perusahaan
termasuk
pengungkapan
modal
intelektual
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih lama listing di
bursa
efek.
diungkapkan,
Dengan
semakin
diharapkan
akan
banyak
semakin
informasi
tinggi
yang
tingkat
kepercayaan investor. Perusahaan muda memiliki keinginan
yang
lebih
besar
untuk
mengurangi
skeptisme
dan
meningkatkan kepercayaan investor (Haniffa dan Cooke,
2002). Umur listing perusahaan dihitung dari tanggal
perusahaan tercatat di BEI sampai tanggal 31 Desember 2012,
dalam hitungan tahun. Perusahaan harus fully listed dan secara
konsisten, minimal 2 tahun berturut-turut terdaftar di BEI.
59
d.
Profitabilitas (X4)
Berdasarkan teori sinyal, perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang tinggi dapat menggunakan pengungkapan
modal intelektual untuk membedakan dengan perusahaan lain
yang kurang menguntungkan. Selain itu, melalui sinyal
tersebut perusahaan dapat menunjukkan bahwa profitabilitas
mungkin hasil dari investasi dalam modal intelektual dan
perusahaan
akan
menggunakan
pengungkapan
modal
intelektual untuk memberikan sinyal penggunaan yang
signifikan dalam bentuk investasi tersebut (Li et al., 2008).
Dengan demikian, semakin tinggi profitabilitas perusahaan
maka perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi
tentang modal intelektual.
Variabel profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan rasio laba bersih sebelum pajak terhadap total
aset (ROA) (Ferreira et al., 2012). Kemudian, nilai ROA yang
diperoleh dikonversikan ke dalam bentuk logaritma natural.
2.
Variabel Dependen
a.
Pengungkapan Modal Intelektual (Y)
Pengungkapan modal intelektual dapat didefinisikan
sebagai jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen
utama organisasi (human capital, structural capital, costumer
60
capital) yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi
yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa
keunggulan bersaing organisasi, yang mencakup pengetahuan,
pengalaman, keterampilan, hubungan baik, dan kemampuan
teknologi.
Pengukuran pengungkapan modal intelektual dapat
dilakukan dengan mengadopsi skema yang digunakan oleh
Guthrie dan Petty (2000). Dalam skema ini PMI dikategorikan
dalam 3 kelompok: internal structure (organisational capital:
9 item); external structure (customer/relational capital: 9
item); dan employee competence (human capital: 10 item)
dengan 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑛/𝑘, dimana 𝑛 menunjukkan jumlah
item pengungkapan yang dipenuhi perusahaan dan 𝑘
menunjukkan jumlah semua item yang mungkin dipenuhi.
Dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 =
𝑛
𝑘
Komponen pengungkapan modal intelektual dapat
dilihat dihalaman selanjutnya:
61
Tabel 3.2
Komponen PMI (skema Guthrie dan Petty, 2000)
Internal (structural) External
Employee
capital
(customer/relational) competence
capital
(human capital)
19. Know-how
Intellectual property 10. Brands
1. Patents
11. Customers
20. Education
2. Copyrights
12. Customer loyalty
21. Vocational
3. Trademarks
13. Company names
qualification
22. Work-related
Infrastructure assets 14. Distribution
4. Management
channels
knowledge
philosophy
15. Business
23. Work-related
5. Corporate culture
collaborations
competencies
6. Management
16. Licensing
24. Entrepreneurial
processes
agreements
spirit
7. Information
17. Favorable
25. Innovativeness
systems
contracts
26. Proactive
8. Networking
18. Franchising
27. Reactive ability
systems
agreements
28. Changeability
9. Financial
relations
Sumber: Jurnal Ulum (2007)
Selengkapnya untuk pengukuran operasional variabel penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel
Nilai perusahaan (X1)
Ukuran Perusahaan
(X2)
Umur Perusahaan (X3)
Profitabilitas (X4)
Pengungkapan Modal
Intelektual (Y)
Sumber : Data diolah
Indikator
Skala
(EMV) + (𝐷)
Q=
TA
Rasio
Ukuran perusahaan = Ln
Total aset
Diukur dari mulai
perusahaan berdiri
ROA = Ln ROA
𝑛
𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 =
𝑘
Rasio
Nominal
Rasio
Rasio
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Analisis dan pembahasan yang tersaji pada bab ini akan menunjukan
hasil dari analisis data berdasarkan pengamatan variabel dependen
maupun variabel independen, untuk mengetahui pengaruh nilai
perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas
perusahaan
terhadap
pengungkapan
modal
intelektual,
dengan
menggunakan model analisis regresi berganda.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
keuangan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara
purposive sampling, sehingga sampel dalam penelitian ini merupakan
representasi dari populasi sampel yang ada, serta sesuai dengan tujuan
penelitian. Berdasarkan kriteria sampel diperoleh sampel penelitian
sebanyak 24 perusahaan selama tahun 2011-2014. Selengkapnya
mengenai rincian sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
63
Tabel 4.1
Rincian sampel penelitian
No.
Kriteria
Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI
selama 2011-2014.
2.
Terdaftar sesudah 1 Januari 2011.
3.
Perusahaan mengalami kerugian selama
periode pengamatan.
4.
Kelengkapan Data (Annual report)
Jumlah Sampel
Periode Penelitian
Total Jumlah Sampel Selama Periode Penelitian
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Pelanggaran
Kriteria
Juml
ah
41
(10)
(4)
31
27
1.
(3)
24
24
4
96
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
maksimum, dan minimum dari masing masing variabel (Ghozali,
2013). Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang
bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Nilai
maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang
bersangkutan. Nilai minimum digunakan untuk mengetahui jumlah
terkecil data yang bersangkutan. Variabel yang digunakan meliputi
variabel independen yaitu nilai perusahaan, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, dan profitabilitas perusahaan serta variabel
dependen yaitu pengungkapan modal intelektual. Dari hasil
64
pengujian statistik deskriptif atas keempat variabel independen, satu
variabledependen melalui data asli maka diperoleh hasil sesuai
dengan table 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Hasil statistik deskriptif
Keterangan
Jumlah
Minimum
Maksimum
PMI
96
0,43
Value
96
0,19
Size
96
28,36
Age
96
19
Profitability
96
-7,26
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
0,71
8,90
33,95
80
-0,12
Ratarata
0,61
0,98
31,22
43,17
-4,13
Std.
Deviasi
0,07
0,83
1,50
16,50
0,76
Tabel 4.2 merupakan hasil statistik deskriptif dari data-data
yang dikumpulkan yang menunjukkan bahwa variabel dependen
pengungkapan modal intelektual (PMI) memiliki nilai minimum
sebesar 0,43 yang diperoleh dari Bank Nusantara Parahyangan
Tbk.pada tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 0,71 diperoleh
dari Bank Agro Niaga Tbk. pada tahun 2014.
Nilai minimum 0,43 menunjukkan bahwa paling sedikit
perusahaan mengungkapkan 12 item dalam pengungkapan modal
intelektualnya.
Nilai
maksimum
0,71
menunjukkan
bahwa
perusahaan mengungkapkan 20 item dalam mengungkapkan modal
inteltualnya. Nilai rata-rata menunjukkan 0,61 yang artinya rata-rata
perusahaan mengungkapkan 17 item dalam pengungkapan modal
intelektualnya dan nilai standar deviasinya sebesar 0,07.
65
Variabel nilai perusahaan (value) memiliki nilai minimum
sebesar 0,19 yang diperoleh dari Bank Himpunan Saudara 1906 pada
tahun 2014 dan nilai maksimum sebesar 8,90 yang diperoleh dari
Bank Nusantara Parahyangan Tbk. pada tahun 2011. Nilai rata-rata
menujukkan nilai 0,98 dan nilai deviasi sebesar 0,83.
Variabel ukuran perusahaan (size) memiliki nilai 28,36 atau
Rp 2.080.428.000.000 diperoleh dari Bank Swadesi Tbk. pada tahun
2011. Nilai
maksimum sebesar 33,95 atau Rp 552.424.000.000
diperoleh dari Bank Central Asia Tbk. pada tahun 2014. Nilai ratarata menunjukkan nilai 31,22 dan standar deviasi sebesar 1,50.
Variabel umur perusahaan (age) memiliki nilai minimum
sebesar 19 yang diperoleh dari Bank Victoria International Tbk dan
nilai maksimum sebesar 80 yang diperoleh dari Bank Tabungan
Negara Tbk., yang berarti sampel dengan umur perusahaan terendah
19 tahun dan umur tertinggi 80 tahun. Nilai rata-rata sebesar 43,17
yang berarti sampel perusahan rata-rata memiliki umur 43 tahun
dengan standa deviasi sebesar 16,50.
Variabel profitabilitas (profitability) memiliki nilai minimum
sebesar -7,36 yang diperoleh dari perusahaan Bank Swadesi Tbk.
pada tahun 2013. Nilai maksimum menunjukkan nilai -0,12
diperoleh dari perusahaan Bank NISP OCBC Tbk. Nilai rata-rata
menunjukkan -4,13 dengan standar deviasi sebesar 0,76.
66
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil regresi,
terlebih dahulu melakukan pengujuan terhadap asumsi-asumsi klasik
sehingga hasil tersebut layak digunakan. Pengujian ini diperlukan
agar model regresi menjadi suatu model yang lebih representatif.
Analisis data uji asumsi klasik dalam penelitian ini antara lain
melalui uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji
heterokedastisitas.
a) Uji Normalitas
Suatu model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data yang normal atau mendekati normal. Dalam menguji
normalitas suatu nilai residual dideteksi menggunakan uji
statistik.
Pengujian ini menggunakan analisis statistik untuk
menguatkan data residual secara normal. Penelitian ini
menggunakan uji statistik yaitu dengan uji Kolmogorov-smirnov.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non
parametic Kolmogorov Smirnov (K-S) menunjukan nilai K-S
sebesar 1,009 dengan signifikansi 0,261 Hal ini menunjukan
bahwa nilai signifikansi di atas 0,05 (α> 0.05)maka tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji
dengan data normal baku, artinya data yang diuji adalah normal
karena tidak berbeda dengan normal baku H0 diterima. Hal ini
67
menunjukan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas
karena tingkat signifikansinya melebih 0,05 (α> 0.05).
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Nilai Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa
96
0,000
0,070
Mean
Std. Deviation
Most Extream Differences Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-SmirnovZ
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
0,103
0,081
-0,103
1,009
0,261
b) Hasil Uji Multikolonieritas
Suatu
model
regresi
dikatakan
tidak
memiliki
kecendrungan adanya gejala multikolonieritas adalah apabila
memiliki VIF yang lebih kecil dari 10 dan tolerancelebih dari
0.10 (Ghozali, 2013). Hasil pengujian model regresi dapat dilihat
dari tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel
Tolerance
Coefisientsa
VIP
Kesimpulan
Value
0,992
1,008
Size
0,684
1,461
Age
0,660
1,516
Profitability
0,946
1,057
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
68
Dari tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa semua variabel
independen memiliki VIF kurang 10. Hasil perhitungan nilai
tolerance juga menunjukan tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai tolerance kurangdari 0.10 yang berarti tidak ada
korelasi antar variabel independen. Maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi dalam penelitian ini telah terbebas dari
masalah multikolonieritas. Hal ini menunjukan bahwa semua
variabel bebas tersebut layak digunakan sebagai prediktator.
c) Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
residual
satu
pengamatan
ke
pengamatan
lain.
Untuk
menentukan heteroskedastisitas maka yang digunakan adalah
dengan menggunakan Uji Glejser. Berikut hasil Uji Glejser:
Tabel 4.5
Hasil Uji Heterokedastisitas
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1 (Constant)
0,076
0,012
Value
-0,005
0,005
Size
-1,001
0,000
Age
0,000
0,000
Profitability
-0,042
0,000
a. Dependent variabel: AbsUt
Model
Standardized
coefficients
Beta
-0,114
-0,210
-0,191
-0,096
Sig.
T
6,389
-1,179
-1,801
-1,608
-0,962
0,000
0,242
0,075
0,111
0,339
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
69
Hasil
tampilan
output
SPSS
pada
tabel
4.6
memperlihatkan bahwa tidak ada satupun variabel independen
yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen
nilai Absolute UT (Abs UT). Hal ini terlihat dari probabilitas
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat
disimpulkan model regresi yang ini tidak mengandung adanya
heterokedastisitas.
d) Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin Watson (D-W). Model regresi yang baik adalah model
regresi yang bebas dari masalah autokorelasi. Selengkapnya
mengenai hasil uji autokorelasi penelitian dapat dilihat pada
tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi-Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted Std.
DurbinR Square Error of
Watson
the
Estimate
a
1
0.436 0.190
0.155
0.06035
1.924
a. Predictors: (Constat), Value, Size, Age, Profitability
b. Dependent Variable: PMI
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Dari tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa nilai D-W
sebesar 1.924, dengan total predictator sebanyak 4 buah (k=4)
70
dan sampel sebanyak 96 (n=96), berdasarkan D-W dengan
tingkat signifikansi 5% dapat ditentukan atas (du) sebesar 1,755.
Dengan demikian, berdasarkan nilai du ≤ dw ≤ 4 – du
menunjukan bahwa nilai DW 1.924 lebih besar dari 1.817 dan
kurang dari 2,245 (4 – 1,755), maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif.
3. Uji Hipotesis
a.
Hasil Uji Adj R2
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Hasil koefisien determinasi dapat dilihat
pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
1
0.436a 0.190
0.155
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Std.
Error of
the
Estimate
0.06035
Dari tampilan tabel 4.7 Adjusted R2 diperoleh sebesar
0,155. Hal ini menunjukan bahwa 15,5% dari variabel dependen
yaitu pengungkapan modal intelektual dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen yaitu nilai perusahaan, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas perusahaan.
71
Sedangkan sisanya 84,5% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak termasuk dalam model regresi.Adapun variabel lain yang
mungkin mempengaruhi pengungkapan modal intelektual yaitu,
kepemilikan perusahaan (Yuniasih et al (2012)), komisaris
independen (Istanti (2009)), leverage (Rudyawan et al (2009)),
modal struktural dan kinerja keuangan (Ciptaningsih (2013)),
dan lain-lain.
b.
Hasil Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Uji simultan dapat diketahui dengan melakukan uji
statistik F. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama atau simultan dapat
mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2013). Hasil uji
simultan (Uji F) dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Uji Simultan F
ANOVAB
Model
1
Regresion
Sum of
Squares
0,078
0,331
0,409
df
Mean
Square
4
0,019
91
0,004
95
F
Sig.
5,352
0,001a
Residual
Total
a. Predictors: Profitability, value, size, age
b. Dependent Variable: IC
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
72
Dari tabel 4.8 diketahui bahwa nilai F hitung sebesar
5.352 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.001. Hasil ini
menunjukan bahwa tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0.05
maka hipotesis diterima, dan dapat disimpulkan bahwa semua
variabel independen, nilai perusahaan, ukuran perusahaan, umur
perusahaan, dan profitabilitas perusahaan bepengaruh secara
simultan dan terhadap variabel dependen, yaitu pengungkapan
modal intelektual.
c.
Hasil pengujian secara parsial (Uji t)
Uji parsial (Uji t) dilakukan untuk menunjukan seberapa
jauh pengaruh satu variabel independen secara individu (parsial)
dalam menerangkan variasi variabel independen. Hasil uji parsial
(Uji t) dapat dilihat pada Tabel 4.9:
Tabel 4.9
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Unstandardized
Model
Coefficients
B
1 (Constant)
0,643
Value
-0,021
Size
1,002
Age
-0,001
Profitability
0,034
a. Dependent variabel: PMI
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Sig.
0,000
0,007
0,001
0,074
0,631
73
Hasil pengujian signifikansi variabel bebas secara parsial
sebagaimana pada pembahasan berikut ini:
Hasil pengujian regresi pada tabel 4.9 menunjukkan
bahwa variabel nilai perusahaan memiliki nilai significant level
0,007 < 0,05. Dengan demikian nilai perusahaan memiliki
pengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Hasil
tersebut didukung oleh penelitian oleh Chen (2005), dengan
menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan tahun 19922002 menunjukkan bahwa adanya hubungan antara nilai
perusahaan dan pengungkapan modal intelektual.
Modal intelektual memainkan peran utama dalam
efesiensi biaya. Semakin baik perusahaan dalam mengelola
modal intelektualnya maka
semakin baik perusahaan dalam
mengelola aset. Perusahaan telah mampu mengelola aset dengan
baik dan dapat menekan biaya operasional sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin tinggi kebutuhan
akan modal intelektual yang baik (Fransiskus, 2012).
Hasil pengujian regresi pada tabel 4.9 menunjukkan
bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki nilai significant
level 0,001 < 0,05. Dengan demikian ukuran perusahaan
memiliki pengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
74
Punomosidhi (2006) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap modal intelektual. Semakin besar ukuran
perusahaan, semakin tinggi pula tuntutan terhadap keterbukaan
informasi dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.
Hal tersebut sesuai dengan teori agensi (agency theory)
yang menyatakan bahwa biaya keagenan (agency cost) yang
harus ditanggung perusahaan besar jauh lebih besar dibanding
dengan perusahaan yang lebih kecil sehingga untuk menurunkan
biaya tersebut, perusahaan perlu mengungkapkan informasi yang
lebih banyak, perusahaan besar mencoba untuk mengisyaratkan
bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (good corporate governance), yaitu
akuntabilitas dan transparansi.
Begitu juga dengan penelitian Istanti (2009) yang
menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan sukarela modal intelektual.
Semakin besar tingkat kapitalisasi pasar, maka akan semakin
besar pengungkapan sukarela modal intelektual.
Bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho (2012) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual
dengan alasan perusahaan tidak menyadari, bahwa aset terbesar
75
untuk
menunjukkan
perusahaan
mereka
adalah
dengan
mengungkap modal intelektual.
Hasil pengujian regresi pada tabel 4.9 menunjukkan
bahwa variabel umur perusahaan memiliki nilai significant level
0,074 > 0,05. Dengan demikian umur perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Hasil
tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nugroho
(2012) yang menemukan alasan bahwa umur bukanlah cermin
pegalaman dan pemahaman dalam pengungkapan modal
intelektual, sehingga semakin lama umur perusahaan belum
berarti semakin baik tingkat pemahaman dan pengalamannya
terkait modal intelektual yang dimilikinya. Umur juga tidak bisa
dijadikan tolak ukur atas luasnya pengungkapan modal
intelektual karena fungsi dan peran governance yang kurang
optimal, umumnya hal tersebut terjadi di negara berkembang
seperti Indonesia.
Hasil pengujian regresi pada tabel 4.9 menunjukkan
bahwa
variabel
profitabilitas
perusahaan
memiliki
nilai
significant level 0,631 > 0,05. Dengan demikian profitabilitas
perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Firrer
dan William (2003) dalam Kartika (2013), ditemukan bahwa
76
perusahaan perbankan cenderung menggunakan physical capital
daripada menggunakan intangible capital-nya.
Irna
(2013)
mengungkapkan
hasil
yang
berbeda
mengenai hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan
modal intelektual dimana profitabilitas memiliki pengaruh
terhadap pengungkapan modal intelektual. Semakin tinggi
profitabilitas perusahaan maka tingkat pengungkapan modal
intelektualnya akan semakin luas, hal tersebut dilakukan guna
mendapatkan nilai tambah di mata investor.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai
perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas
perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual.Berdasarkan
pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah
dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Nilai perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual. Hasil ini konsisten dengan penelitian Chen (2005)
dan Fransiskus (2012)
2.
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual. Hasil ini konsisten dengan penelitian Purnomosidhi
(2006) dan Istanti (2010). Namun penelitian ini bertentangan
dengan penelitian Nugroho (2012)
3.
Umur Perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual. Hasil ini konsisten dengan penelitian
Nugroho (2012).
4.
Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual. Hasil ini konsisten dengan penelitian Kartika dan
78
Saarce (2013). Namun penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Irna (2013)
5.
Secara simultan variabel nilai perusahaan, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, dan profitabilitas perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan modal intelektual.
B. Saran
Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan dan
kekurangan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa
saran yang dapat digunakan untuk semua pihak, terutama yang akan
melakukan penelitian yang serupa, saran tersebut yaitu:
1.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menyajikan variabel
independen
yang
lebih
bervariasi
untuk
mengetahui
pengungkapan modal intelektual seperti leverage, komisaris
independen, jenis perusahaan, kepemilikan independen, kinerja
keuangan, dan lain sebagainya.
2.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji objek lebih
luas seperti seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
(BEI)
sehingga
hasil
penelitian
dapat
lebih
menjelaskan hasil yang lebih luas.
3.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah interval
tahun penelitian agar data yang didapatkan lebih banyak
sehingga dapat memberikan hasil yang lebih akurat.
79
4.
Pada penelitian ini indeks pengungkapan modal intelektual yang
digunakan adalah indeks yang digunakan oleh Gutty dan Petty
(2000) yang berjumlah 28 item. Untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk menggunakan indeks pengungkapan modal
intelektual yang lain seperti yang digunakan oleh White et al
(2007) yang berjumlah 51 item, sehingga diharapkan akan
memberikan hasil yang lebih baik.
80
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. “Non-Financial Factors in The Going
Concern Opinion”, Journal of Indonesian Economy and Business,
Volume 25, Number 3, 369-378.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No.19”. Salemba Empat. Jakarta
Anthony, Robert N, Govindarajan, Vijay. 2003. “Management Control System”.
Jakarta: Salemba Empat.
Ujiyantho, Muh. Arief, dan B. A. Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan: Studi Pada
Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur. SNA X Makassar, 26-27 Juli,
Hal. 1-26.
White, G., A. Lee, G. Tower. 2007, “Drivers of voluntary intellectual capital
disclosure in listed biotechnology companies”. Journal of Intellectual
Capital 8. Â3 : 517-537.
Yuniasih, N., Wirama D., dan Badera. I,. 2010. “Eksplorasi Kinerja Pasar
Perusahaan: Kajian Berdasarkan Modal Intelektual. SNA XIII Purwokerto.
Nugroho, Ahmadi. 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectual Capital
Dislosure”. Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang.
Astuti, P.D. dan A. Sabeni. 2005. “Hubungan Intellectual Capital dan Business
Performance”. SNA VII. Solo.pp. 694-707
Bukh, P.N., Nielsen, ., Gormsen P. and Mouritsen, J. 2005. “Disclosure of
Information on Intellectual Capital in Danish IPO Prospectus.”
Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 18 No.6, pp. 71332.
Freedman, M., Jaggi, B. 2005. “Global Warming, Commitmen to The Kyoto
Protocol, and Accounting Disclosure by The Largest Global Public
Firms from Polluting Industries”. The International Journal of
Accounting, 40, 215-232.
Ghozali, Imam, 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate dan Program IBM SPSS 19
edisi 5”, badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
81
Purnomosidhi, Bambang. 2006. “Praktik Pengungkapan Modal Intelektual Pada
Perusahaan Publik di BEJ”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 9
No. 1 Hal 1-20
Guthrie, J dan Petty. 2000. “Intellectual Capital: Australian annual reporting
practise.” Journal of Intellectual Capital, Vol.1, No.3, pp.241-251.
Guthrie, J., Petty, R., and Yongvanich, K. 2004. “Using content analysis as a
research method to inquire into intellectual capital reporting”, Journal
of Intellectual Capital, Vol. 5. No. 2, pp. 282-293.
AICPA (1994), Improving Business Reporting – A Customer Focus: Meeting the
Information Needs of Investors and Creditors, Compre-hensive Report of
the Special Committee on Financial Reporting, American Institute of
Certified Public Accountants, New York, NY.
Indriantoro, N dan Supomo, B. 2002. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi Dan Manajemen”. Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta.
Istanti, Sri Layla Wahyuni, 2009. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Modal Intelektual”. Tesis. Semarang:
Universitas
Diponegoro.
Jensen dan Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency
Cost and Ownership Structure,” Journal Of Finance Economics. Vol. 3,
October, pp. 30-60
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002.
diakses dari www.google.com pada tanggal 20 April 2012.
Kuryanto, Benny, Muchamad Syafruddin. 2007. “Pengaruh Modal Intelektual
Terhadap Kinerja Perusahaan”. SNA 11 Pontianak. Universitas
Diponogoro. Semarang.
Lakhal, F. 2005, “Voluntary Earnings Disclosures and Corporate Governance:
Evidencce from France. Review of Accounting and Finance, 4 (3), 6485.
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan Perusahaan Property dan Real Estate
Tahun 2009-2012. www.idx.co.id. Diakses Juli 2014.
Singh, I. and J-L.W.M. Zahn. 2008. Determinants of Intellectual Capital
Disclosure in prospectuses of Initial public Offerings. Accounting and
Business Research, 38 (5), 409-431.
82
Li, Yuanshun, Shujun Ding, Zhenyu Wu, Chunxin Jia. 2010. “Executive
compensation, supervisory board, and China’s governance reform: a
legal approach perspective”. Rev Quant Finan Acc 35:445–471.
Miswanto dan Suad Husnan. 1999. “The Effect of Operating Leverage,
Cyclicality, and Firm Size on Business Risk”. Gadjah Mada International
Journal of Business. Vol 1. No. 1. Mei : 29-43.
Mohammad J Abdolmohammadi. 2005. “Intellectual Capital and Market
Capitalization.” Journal of Intellectual Capital. Vol. 6 No. 3, pp. 397416.
Ongkorahardjo, Martina Dwi, Antonius Susanto, Dyna Rachmawati. 2008.
“Analisis Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja Perusahaan”.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, Mei 2008: 11-21.
Fakultas Ekonomi, Universitas Widya Mandala. Surabaya.
Organisation for Ecomonic Co-operation and Development .1999. Guidelines and
instructions for OECD symposium”, International Symposium
Measuring and Reporting Intellectual Capita: Experience, Issues, and
Prospect,
June
OECD,
Amsterdam,
Paris.
Available
at
http://www.oecd.org.
Pujiati, Diyah dan Erman widanar, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap
Nilai Perusahaan: Keputusan Kauangan Sebagai Variabel Moderating”.
Ventura, Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, vol 12, No. 1, April,
2009.
Peraturan Bapepam No. Kep. 29/PM/2004 tanggal 24 September 2004. diakses
dari www.google.com pada tanggal 20 April 2015.
Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, SNA 10 Makassar
.
Sawarjuwono Tjiptohadi, dan Agustin Prihatin. 2003. “Intellectual Capital:
Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research)”.
Jurnal Akuntans dan Keuangan. Vol. 5 No. 1.
Setiarso, Bambang. 2006. “Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management)
dan Modal Intelektual (Intellectual Capital) untuk Pemberdayaan
UKM”. PDII LIPI.
Singh, I. and J-L.W.M. Zahn. 2008. Determinants of Intellectual Capital
Disclosure in prospectuses of Initial public Offerings. Accounting and
Business Research, 38 (5), 409-431.
83
Solikhah, B., A. Rohman dan W. Meiranto. 2010. Implikasi Intellectual Capital
Terhadap Financial Performance, Growth, dan Market Value: Studi
Empiris Dengan Pendekatan Simplistic Specification. Paper
dipresentasikan pada acara Simposium Nasional Akuntansi XIII,
Purwokerto.
Suhardjanto, Joko, dan Mari Wardhani. 2010. “Praktik Intellectual Capital
Disclosure Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Akuntansi. Vol. 14 No. 1. Tahun 2010. Juni. Hal 71-85.
Tarjo. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage
terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity
Capital. Universitas Trunojoyo Bangkalan. Madura .
Ulum, Ihyaul. Imam Ghazali dan Anis Chariri, 2007. “ Intellectual Capital dan
Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis dengan Pendekatan
Partial Least Squere”. SNA XI: Pontianak.
Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri, 2006. “Implikasi Struktur
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan
Sebagai Variabel Intervening”, SNA 9 Padang.
Widyaningrum, A. 2004. “Modal Intelektual. Departemen Akuntansi FEUI. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1, 16-25.
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
85
Lampiran 1
DAFTAR KOMPONEN PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL
Internal (Structural ) Capital
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Intellectual Property
Patents
Copyrights
Trademarks
Infrastructure assets
Management philosophy
Corporate culture
Management processes
Information system
Networking systems
Financial realations
External (Customer/relational) Capital
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Brands
Customer
Customer loyalty
Company names
Distribution channels
Business collaborations
Licensing agreements
Favorable contracts
Franchising agreements
Employee Competance (Human Capital)
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Know-how
Education
Vocational qualification
Work-related knowledge
Work-related compentencies
Enterpreneurial spirit
Reactive ability
Changeability
86
Lampiran 2
DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN PERBANKAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Kode
AGRO
BACA
BAEK
BBCA
BBKP
BBNI
BBNP
BBTN
BDMN
BNBA
BNGA
BNII
BNLI
BSIM
BSWD
BTPN
BVIC
INPC
MAYA
MCOR
MEGA
NISP
PNBN
SDRA
Perusahaan IPO Tahun 2012
Nama
Bank Agro Niaga Tbk
Bank Capital Indonesia
Bank Ekonomi Raharja Tbk
Bank Central Asia Tbk
Bank Bukopin Tbk
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Bank Nusantara Parahyangan (Persero) Tbk
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Bank Danamon Indonesia Tbk
Bank Bumi Arta Tbk
Bank CIMB Niaga Tbk
Bank Internasional Indonesia Tbk
Bank Permata Tbk
Bank Sinar Mas Tbk
Bank Swadesi Tbk
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
Bank Victoria International Tbk
Bank Artha Graha International Tbk
Bank Mayapada International Tbk
Bank Windu Kentjana International Tbk
Bank Mega Tbk
Bank NISP OCBC Tbk
Bank Pan Indonesia Tbk
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
Tanggal IPO
08 Agustus 2003
08 Oktober 2007
08 Januari 2008
31 Mei 2000
10 Juli 2006
25 Nopember 1996
10 Januari 2001
17 Desember 2009
06 Desember 1989
31 Desember 1999
29 Nopember 1989
21 Nopember 1989
15 Januari 1990
13 Desember 2010
01 Mei 2002
12 Maret 2008
30 Juni 1999
29 Agustus 1990
29 Agustus 1997
03 Juli 2007
17 April 2000
20 Oktober 1994
29 Desember 1982
15 Desember 2006
Lampiran 3 – Data Diolah
DATA DIOLAH
Keterangan:
Y
= Pengungkapan Modal Intelektual
X1
= Nilai Perusahaan
X2
= Ukuran Perusahan
X3
= Umur Perusahaan
X4
= Profitabilitas Perusahaan
87
2012
2011
Tahun
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kode
Perusahaan
AGRO
BACA
BAEK
BBCA
BBKP
BBNI
BBNP
BBTN
BDMN
BNBA
BNGA
BNII
BNLI
BSIM
BSWD
BTPN
BVIC
INPC
MAYA
MCOR
MEGA
NISP
PNBN
SDRA
AGRO
BACA
BAEK
BBCA
BBKP
BBNI
BBNP
BBTN
BDMN
BNBA
BNGA
BNII
BNLI
BSIM
BSWD
BTPN
BVIC
INPC
MAYA
MCOR
MEGA
NISP
Y
PMI
0,7143
0,7143
0,7143
0,7143
0,6429
0,6429
0,6429
0,6429
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6786
0,6786
0,6786
0,6786
0,7143
0,7143
0,7143
0,7143
0,6429
0,6429
0,6429
0,6429
0,4286
0,4286
0,4286
0,4286
0,5714
0,5357
0,5357
0,5357
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6786
0,6786
0,6786
0,6786
0,5714
0,5357
X1
Nilai
0,7975
0,8704
0,8889
0,1870
1,0068
0,8800
8,9752
0,9731
0,8217
0,8424
0,8993
0,9187
0,9132
0,9322
0,8335
0,8982
0,9157
0,9435
0,8716
0,9222
0,9213
0,9123
0,8806
1,0100
0,9130
0,8853
0,8942
0,9581
0,9610
0,9478
0,9195
0,9593
0,8406
0,8582
0,8861
0,9171
0,9075
0,8834
0,8530
0,8791
0,9023
0,9217
0,9167
0,8881
0,9031
0,8877
X2
Ukuran
28,88
29,18
30,74
33,58
31,68
33,33
29,51
32,12
32,59
28,72
32,85
32,18
32,25
30,44
28,36
31,47
30,10
30,59
30,19
29,50
31,76
31,72
32,46
29,26
29,03
29,37
30,86
33,72
31,82
33,44
29,74
32,35
32,68
28,88
32,92
32,38
32,51
30,35
28,56
31,71
30,29
30,65
30,47
29,50
31,81
32,00
X3
X4
Umur Profitabilitas
22
0,0129
22
0,0073
22
0,0117
56
0,0357
41
0,0164
65
0,0249
39
0,0140
77
0,0171
55
0,0325
44
0,0192
56
0,0268
22
0,0104
57
0,0154
22
0,0093
43
0,0313
52
0,0380
19
0,0203
38
0,0007
22
0,0178
37
0,0075
42
0,0192
70
0,8899
40
0,0219
37
0,0240
23
0,0127
23
0,0110
23
0,0097
57
0,0332
42
0,0162
66
0,0267
40
0,0140
78
0,0167
56
0,0352
45
0,0222
57
0,0293
23
0,0146
58
0,0143
23
0,0188
44
0,0291
53
0,0421
20
0,0176
39
0,0110
23
0,0205
38
0,0197
43
0,0240
71
0,0154
88
2014
2013
Tahun
No
23
24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kode
Perusahaan
PNBN
SDRA
AGRO
BACA
BAEK
BBCA
BBKP
BBNI
BBNP
BBTN
BDMN
BNBA
BNGA
BNII
BNLI
BSIM
BSWD
BTPN
BVIC
INPC
MAYA
MCOR
MEGA
NISP
PNBN
SDRA
AGRO
BACA
BAEK
BBCA
BBKP
BBNI
BBNP
BBTN
BDMN
BNBA
BNGA
BNII
BNLI
BSIM
BSWD
BTPN
BVIC
INPC
MAYA
MCOR
Y
PMI
0,5357
0,5357
0,6429
0,6429
0,6429
0,6429
0,5357
0,5000
0,5000
0,5000
0,5357
0,5357
0,5357
0,5357
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6429
0,6429
0,6429
0,6429
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6429
0,6429
0,6429
0,6429
0,6429
0,6429
0,6429
0,6429
0,5714
0,5714
0,5714
0,5714
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
0,6071
X1
Nilai
0,8891
1,2393
0,8367
0,8849
0,8969
0,9479
1,0180
0,9522
0,9017
0,9439
0,8566
0,8622
0,8825
0,9360
0,9163
0,8456
0,8738
0,9607
0,9177
0,8788
0,9561
0,8728
0,9081
0,8619
0,8932
1,0810
0,8548
0,8952
0,8983
0,9383
0,9308
1,0920
0,8798
1,2679
0,8518
0,8838
0,8785
0,8979
0,9081
0,8533
0,8922
0,8122
0,9182
0,8847
0,9232
0,8767
X2
Ukuran
32,63
29,66
29,26
29,60
30,99
33,84
31,87
33,59
29,93
32,51
32,85
29,03
33,02
32,58
32,74
30,49
28,91
31,87
30,58
30,68
30,81
29,70
31,83
32,21
32,73
29,74
29,49
29,86
31,02
33,95
32,00
33,66
29,88
32,60
32,91
29,27
33,08
32,60
32,85
30,69
29,28
31,95
30,69
30,79
31,22
29,91
X3
X4
Umur Profitabilitas
41
0,0204
38
0,0210
24
0,0140
24
0,0131
24
0,0113
58
0,0359
43
0,0172
67
0,0292
41
0,0142
79
0,0163
57
0,0300
46
0,0195
58
0,0266
24
0,0155
59
0,0139
24
0,0164
45
0,0029
54
0,0412
21
0,0172
40
0,0063
24
0,0211
39
0,0150
44
0,0095
72
0,0157
42
0,0198
39
0,0204
25
0,0134
25
0,0107
25
0,0030
59
0,0375
44
0,0123
68
0,0325
42
0,0138
80
0,0077
58
0,0182
47
0,0137
59
0,0137
25
0,0067
60
0,0110
25
0,0094
46
0,0027
55
0,0336
22
0,0057
41
0,0076
25
0,0160
40
0,0073
89
Tahun
No
21
22
23
24
Kode
Perusahaan
MEGA
NISP
PNBN
SDRA
Y
PMI
0,5357
0,5357
0,5357
0,5357
X1
Nilai
0,8958
0,8561
0,8729
0,7642
X2
Ukuran
31,83
32,27
32,78
30,43
X3
X4
Umur Profitabilitas
45
0,0105
73
0,0172
43
0,0201
40
0,0115
Lampiran 4 – Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Sum
Mean
Std. Deviation
PMI
96
,43
,71
4563,69
,61
,07
Value
96
,19
8,90
42,00
,98
,83
Size
96
28,36
33,95
44,25
31,22
1,50
Age
96
19
80
2489,00
43,17
16,50
Sprofitability
96
-7,26
-0,12
1372,07
-4,13
,76
Valid N (listwise)
96
Lampiran 5 – Hasil Uji Normalitas (Nonparametic – One Samploe Test)
Hypothesis Test Summary
Null Hypothesis
Test
The distribution of Unstandardized One-Sample
1 Residual is normal with mean Kolmogorov0,000 and standard deviation 0,06. Smirnov Test
Sig.
Decision
,261
Retain the null
hypothesis.
Asymptotic significances are displayed. The significance level is ,05.
90
Lampiran 6 – Hasil Uji Multikoleniaritas
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
Value
1
Size
Age
Coefficientsa
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,643
-,021
,020
,007
-,264
32,946
-2,785
,000
,007
,992
1,008
1,002E-013
-,001
,000
,000
,391
-,210
3,428
-1,809
,001
,074
,684
,660
1,461
1,516
,071
,047
,482
,631
,946
1,057
Profitability
a. Dependent Variable: IC
,034
91
Lampiran 7 – Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson
Model
R
,436a
1
Model Summaryb
R Square
Adjusted R
Std. Error of the Durbin-Watson
Square
Estimate
,190
,155
,0603517
1,924
a. Predictors: (Constant), Profitability, Value, Size, Age
b. Dependent Variable: IC
Lampiran 8 – Hasil Uji Heterokedastisitas (Glejser)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
,076
,012
-,005
,005
Size
-1,001E-013
Age
Value
1
Std. Error
Profitability
Beta
6,389
,000
-,114
-1,179
,242
,000
-,210
-1,801
,075
,000
,000
-,191
-1,608
,111
-,042
,044
-,096
-,962
,339
a. Dependent Variable: Abs_Ut
Lampiran 9 – Hasil Uji Adj R2
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1
,436a
,190
,155
,0603517
Lampiran 10 – Hasil Uji F
ANOVAa
Sum of Squares
Df
Model
1
Regression
Residual
,078
,331
4
91
Mean Square
,019
,004
F
5,352
Sig.
,001b
Total
,409
95
a. Dependent Variable: IC
b. Predictors: (Constant), Profitability, Value, Size, Age
92
Lampiran 11 – Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
Value
1
Size
Age
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
,643
-,021
,020
,007
-,264
32,946
-2,785
,000
,007
1,002E-013
-,001
,000
,000
,391
-,210
3,428
-1,809
,001
,074
,071
,047
,482
,631
Profitability
a. Dependent Variable: IC
,034
93
Download