BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pemasaran 2.1.1 Ruang Lingkup Pemasaran Pemasaran lebih dari sekedar fungsi bisnis untuk melakukan kesepakatan dengan konsumen. Banyak orang yang berpikir pemasaran hanya sebuah penjualan dan periklanan, tetapi memuaskan kebutuhan konsumen. Apabila seorang pemasar mengerti kebutuhan konsumen, mengembangkan produk yang mempunyai nilai lebih dan melaksanakan penetapan harga, distribusi, dan promosi yang efektif, menjual produk akan lebih mudah. Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar. Perusahaan akan mempunyai risiko yang besar apabila mereka gagal dalam mengawasi konsumen dan pesaing serta melanjutkan stockholders, karyawan, supplier, dan klien distribusinya. Keterampilan pemasar diperlukan dalam hal tersebut, dikarenakan untuk menjadi pemasar diperlukan persiapan 9 10 untuk mengerti apa pemasaran, bagaimana pemasaran bekerja, apa yang dipasarkan, dan siapa yang melakukan pemasaran. Beberapa ahli mendefinisikan pemasaran sebagai berikut : Kotler (2009) dalam bukunya “Marketing Management” 13 Edition, mendefinisikan bahwa : “Pemasaran adalah identifikasi dan pemenuhan kebutuhan manusia dan sosial, digambarkan pula pemasaran sebagai fungsi organisasi dan kumpulan dari proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan nilai kepada konsumen dan mengelola relasi konsumen dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pihak-pihak berkepentingan (stakeholders)” Kotler dan Amstrong dalam bukunya yang berjudul “Principles of Marketing” Edisi ke 12, bahwa : “Pemasaran (marketing) sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya” Berdasarkan definisi tersebut di atas, pada dasarnya pemasaran mempunyai tujuan dan persepsi yang sama dan dapat disimpulkan, sehingga suatu rangkaian aktivitas atau kegiatan dimana individu atau suatu kelompok dapat membuat gagasan atau ide yang bernilai, proses komunikasi lalu menyampaikan nilai melalui proses pertukaran barang dan jasa yang bernilai kemudian membangun hubungan dengan pihak yang terkait untuk kepentingan organisasi dan stakeholder dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memenuhi kebutuhan sosial dan keinginan manusia. 11 2.2 Retailing 2.2.1 Ruang Lingkup Retailing Levy and Weitz (2001:8) pengertian retailing yaitu : “Retailing is the set of business activities that adds value to the products and services sold to consumers for their personal or family use”. Berman and Evans (2001:3) mengemukakan bahwa : “Retailing consists of the business activities involved in selling goods and services to consumers to their personal, family, or household use”. Kotler (2000:520) berpendapat bahwa : “Retailing includes all the activities involved in selling goods or services directly to final consumers for personal, non business use”. Dari definisi di atas, maka dapat dirumuskan beberapa hal yang berhubungan dengan usaha eceran sebagai berikut : 1. Usaha eceran adalah suatu usaha yang merupakan mata rantai terakhir dari saluran distribusi. 2. Dalam usaha eceran, tercakup berbagai kegiatan, na,un yang paling utama dalah kegiatan penjualan produk secara langsung kepada konsumen. 3. Produk yang ditawarkan dalam usaha eceran ini dapat berupa barang atau jasa maupun kombinasi dari keduanya. 4. Konsumen yang menjadi target pasar adalah konsumen akhir yaitu konsumen yang mengkonsumsi produk untuk kebutuhan pribadi, keluarga dan rumah tangga. 12 2.2.2 Karakteristik dan Fungsi Retailing Berman and Evans (2001:12) karakteristik retailing terbagi menjadi tiga, yaitu Small Average Sale, Impulse Purchase, dan Popularity of Stones. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing karakteristik. 1. Small Average Sale Tingkat penjualan pada retailing tersebut relative kecil, dikarenakan target konsumen merupakan konsumen akhir yang membeli dalam jumlah sedikit. 2. Impulse Purchase Pembelian yang terjadi pada retailing sangat tergantung dari popularitas toko atau perusahaan. Semakin popular maka tingkat kunjungan akan tinggi dan akan meningkatkan penjualan. 3. Popularity of Stones Keberhasilan dari suatu bisnis retailing sangat tergantung dari popularitas toko atau perusahaan. Semakin popular maka tingkat kunjungan akan tinggi dan akan meningkatkan penjualan. Berman and Evans (2001:12), fungsi dari retailing itu sendiri adalah : 1. Retailing merupakan tahap akhir proses distribusi dengan dilakukannya penjualan langsung pada konsumen akhir. 2. Bisnis retail berfungsi sebagai perantara antara distributor dengan konsumen akhir. Retailer berperan sebagai penghimpun barang. 3. Retail berperan sebagai penentu eksistensi barang dari manufaktur di pasar konsumsi. 13 4. Membeli dan menyimpan barang serta memindahkan hak milik barang tersebut kepada konsumen akhir. 5. Memberikan informasi mengenai sifat dasar dan pemakaian barang tersebut. 6. Memberikan kredit pada konsumen (dalam kasus tertentu). 2.2.3 Jenis Retailing Berdasarkan lima kriteria, tipe kepemilikan, produk atau jasa yang dijual, non-storeretailing, strategi penetapan harga dan lokasi, Meyer (2000:250) mengklasifikasikan retailing ke dalam dua bagian yaitu Service Retailing dan Product Retailing. 1. Service Retailing Ada tiga jenis service retailing, yaitu rented goods services, owned goods services dan non goods services. a. Rented Goods Services Dalam jenis ini, para pelanggn menyewa dan menggunakan produk-produk tertentu (Meyer, 2000:250). Contohnya penyewaan mobil. Dalam hal ini suatu produk fisik disewakan dengan tarif tertentu untuk jangka waktu tertentu pula. Konsumen dapat menggunakan produk tersebut tetapi kepemilikannya tetap berada di pihak retailer. 14 b. Owned Goods Service Pada owned goods service, produk yang dimilki oleh konsumen di reparasi, ditingkatkan atau dikembangkan untuk kerjanya (Meyer, 2000:250). Owned goods service juga mencakup perubahan bentuk pada produk yang telah dimiliki pelanggan. Contohnya adalah jasa reparasi jam tangan, mobil, dan lain-lain. c. Non Goods Service Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal yang bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada konsumen. Contohnya supir, baby sister, dan lain lain. 2. Product Retailing Product retailing terdiri atas beberapa jenis, diantaranya yaitu : a. Department Store Departemen Perdagangan Amerika Serikat mendefinisikan department store sebagai suatu perusahaan eceran yang mempekerjakan sedikit 25 orang dan memiliki penjualan pakaian dan peralatan rumah tangga sejumlah 20% atau lebih dari penjualan totalnya. b. Speciality Store Ciri khas speciality store adalah konsentrasinya pada jenis barang dagang yang terbatas atau sedikit. Contohnya Computer Land (komputer-komputer kecil), Toys “R” Us (mainan anak-anak), dan Athlete Foot (sepatu olahraga). Biasanya terletak di pusat perbelanjaan yang besar. 15 c. Catalog Showroom Menawarkan harga rendah, merek nasional, dan daerah perbelanjaan yang kecil yang berdekatan dengan tempat pajangan (display) ecerannya. d. Food and Drug Retailer Ada tiga jenis utama food and drug retailer, yaitu bisnis pasar swalayan (supermarket) dan superdrug store, convenience store, dan combination store. Pasar swalayan dan superdrug store adalah toko besar yang menjual makanan atau obat obatan dalam jumlah besar dengan harga yang rendah. 2.2.4 Bauran Ritel (Retailing Mix) Retailing Mix menurut Ma’ruf (2006:115) merupakan kombinasi dari place (lokasi), merchandise (barang dagangan), pricing (strategi harga), periklanan dan promosi, atmosfer dalam gerai dan retail service untuk menjual barang atau jasa pada target sasaran/konsumen akhir. Kombinasi ini memproyeksikan positioning toko yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap stimuli-stimuli yang diberikan oleh lokasi, barang dagangan, penetapan harga, promosi dan pelayanan yang diberikan oleh minimarket kepada konsumen. 16 Bisnis eceran sering dikatakan sebagai suatu aktifitas yang mencakup penjualan barang dan jasa kepada konsumen akhir. Keberhasilan ritel dicapai dengan menawarkan produk yang tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat yang tepat dan pada saat yang tepat untuk memperoleh keuntungan. Demi mencapai semua ini, retailer perlu memahami apa yang diinginkan pelanggan serta penawaran yang diberikan pesaing saat ini dan di masa mendatang. Kata eceran (retail) berasal dari bahasa Perancis retailler, yang berarti memotong atau membagi dalam bagian yang lebih kecil. Eceran merupakan tahap paling akhir dari proses distribusi. Memuaskan konsumen merupakan hal yang penting bagi pengecer, pengecer yang baik akan lebih memfokuskan kegiatan penjualan pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen agar konsumen menjadi loyal pada perusahaan barang atau jasa tersebut. Dalam melaksanakan strategi eceran, retailler mengembangkan retail mix untuk memuaskan kebutuhan pasar sasarannya lebih baik dibandingkan dengan pesaing. Dunne, Lusch dan Griffith (Bob Foster, 2008:51) menyatakan bahwa : “Bauran eceran adalah kombinasi dari merchandise, harga, periklanan dan promosi, pelayanan konsumen dan penjualan, serta suasana toko dan desain toko yang digunakan untuk memuaskan konsumen” 17 Strategi Pengecer Bauran Pemasaran Pengecer Pasar Sasaran Positioning Bauran Produk Layanan Suasana Toko Harga Promosi Lokasi Sumber: Kotler dan Amstrong (2004:442) Gambar 2.1 Strategi Bauran Pemasaran Penjualan Eceran Berdasarkan gambar tersebut di atas salah satu komponen ritel adalah suasana toko dan lokasi yang berhubungan dengan topik yang dijadikan observasi penelitian skripsi oleh penulis. 2.2.5 Faktor-faktor Bauran Retail (Retailing Mix) Levy & Weitz (2004:29) elemen-elemen bauran bisnis eceran memandang sebagai suatu kombinasi dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu : 1. Place (Lokasi Toko) Lokasi toko sering menjadi keputusan terpenting bagi retailer sehingga menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk memilih tempat berbelanja. Pemilihan dan penempatan posisi toko yang tepat juga 18 menjadi pertimbangan utama retailer, sebab lokasi toko sulit dipindahkan setelah kegiatan operasional dilakukan. 2. Product (Barang dan Jasa yang Ditawarkan) Berkaitan dengan keragaman dan banyaknya produk yang ditawarkan retailer dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. 3. Price (Kebijakan Harga) Keputusan harga berkaitan erat dengan keragaman produk dan pelayanan yang ditawarkan. Retailer perlu memperhatikan kebijakan penetapan harga produk yang ditawarkan. 4. Store atmosphere (Suasana Toko) Suasana toko merupakan salah satu kunci diferensiasi yang membedakan retailer dengan pesaingnya. Suasana toko dapat mempengaruhi perilaku pengunjung saat berbelanja. Retailer harus menciptakan suasana toko yang disesuaikan dengan pasar sasaran serta mendorong pengunjung untuk melakukan pembelian. 5. Service (Pelayanan) Aktivitas dan program pelayanan yang diberikan retailer bertujuan menciptakan shopping experience serta memberikan penghargaan kepada konsumennya. 6. Promotion (Metode Promosi yang Digunakan) Promosi berkaitan dengan penggunaan alat-alat pemasaran guna mendukung positioning serta memberikan informasi mengenai retailer yang bersangkutan dan pada akhirnya mendorong pengunjung melakukan pembelian. 19 2.3 Store atmosphere (Suasana Toko) Suasana toko memiliki peran penting dalam kegiatan pemasaran. Oleh karena itu store atmosphere harus dirancang sedemikian rupa sesuai dengan pasar sasarannya sehingga dapat menarik perhatian konsumen untuk masuk, merasakan kenyamanan dan ingin berlama-lama di dalamnya. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian store atmosphere, penulis mengemukakan pengertian sebagai berikut : Christina Widhya Utami (2010: 255) mengatakan bahwa : “Suasana Toko (Store atmosphere) merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, aroma secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen”. Kotler Keller (2011:177) berpendapat bahwa : “Atmosfer adalah unsur lain dalam gudang persenjataan toko. Setiap toko memiliki tata letak yang mempersulit atau memudahkan pembeli berjalan ke sana ke mari. Setiap toko mempunyai “penampilan”. Toko tersebut harus mempunyai atmosfer terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan memikat konsumen untuk membeli” Gilbert (Bob Foster, 2008:61) menyatakan bahwa : “Atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan. Atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindak pembelian” Berdasarkan definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa store atmosphere merupakan karakteristik fisik sebuah toko atau perusahaan yang dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menarik konsumen mengunjungi toko tersebut, mempengaruhi suasana hati konsumen, membuat 20 konsumen ingin berlama-lama dalam toko, menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan bagi konsumen dan akhirnya dapat membuat konsumen merasa puas dan loyal. 2.3.1 Cakupan Store atmosphere Cakupan strategi Store atmosphere bisa dikelompokan menjadi Instore dan Outstore. “Store atmosphere bisa dipahami sebagai penataan ruang dalam (Instore) dan ruang luar (Outstore) yang dapat menciptakan kenyamanan bagi pelanggan”, (Sutisna dan Pawitra 2001). Levi dan Weitz (2001: 118), Store atmosphere terdiri dari dua hal, yaitu Instore atmosphere dan Outstore atmosphere: 1. Instore atmosphere Instore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di dalam ruangan yang menyangkut: a. Internal Layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas dalam ruangan yang terdiri dari tata letak meja kursi pengunjung, tata letak meja kasir, dan tata letak lampu, pendingin ruangan, sound. b. Suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live music yang disajikan restoran dan alunan suara musik dari sound system. 21 c. Bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan untuk meniptakan selera makan yang timbul dari aroma makanan dan menuman dan aroma yang ditimbulkan oleh pewangi ruangan. d. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan-bahan yang digunakan untuk meja dan kursi dalam ruangan dan dinding ruangan. e. Desain interior bangunan adalah penataan ruang-ruang dalam restoran kesesuaian meliputi kesesuaian luas ruang pengunjung dengan ruas jalan yang memberikan kenyamanan, desain bar counter, penataan meja, penataan lukisan-lukisan, dan sistem pencahayaan dalam ruangan. 2. Outstore atmosphere Outstore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di luar ruangan yang menyangkut: a. External Layout yaitu pengaturan tata letak berbagai fasilitas restoran diluar ruangan yang meliputi tata letak parker pengunjung, tata letak papan nama, dan lokasi yang strategis. b. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahanbahan yang digunakan bangunan maupun fasilitas diluar ruangan yang meliputi tekstur dinding bangunan luar ruangan dan tekstur papan nama luar ruangan. 22 c. Desain eksterior bangunan merupakan penataan ruangan-ruangan luar restoran meliputi desain papan nama luar ruangan, penempatan pintu masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan sistem pencahayaan luar ruangan. 2.3.2 Aspek-aspek Atmosphere Hendri Ma’ruf (2005:206) atmosphere dapat tercipta melalui aspekaspek berikut ini : 1. Visual, yang berkaitan dengan pandangan seperti warna, terang tidaknya suatu cahaya, ukuran, serta bentuk bangunan. 2. Tactile, berkaitan dengan sentuhan tangan atau kulit atau bahkan kaki jika itu membuat pelanggan ingin merasakan dengan kakinya (misalnya lantai kayu atau karpet). Aspek tactile diwujudkan dalam permukaan yang empuk, lembut, kasar, atau berupa udara yang sejuk atau dingin. 3. Olfactory, tujuan penggunaan aroma adalah menciptakan kesan rasa tertentu, misalnya segar atau rasa lain seperti kesejukan. 4. Aural, suasana dan music menurut volume, tempo berpengaruh pada suasana hati (mood). Music yang lembut membuat pengunjung suatu gerai terpengaruh menjadi santai dibandingkan dengan music yang menghentakan keras. Sebaliknya, music yang berirama mars membuat bawah sadar pengunjung gerai terdorong menjadi cepat. 23 2.3.3 Elemen Store atmosphere Store atmosphere merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan nilai lebih bagi konsumen, oleh karena itu dalam merancang store atmosphere perlu direncanakan sebaik mungkin. Dalam merancang store atmosphere yang baik, unik dan dapat menarik konsumen, pihak toko harus merencanakan, memilih dan memperhatikan setiap elemen yang ada dalam atmosphere sebaik mungkin. Elemen-elemen tersebut dapat saling mempengaruhi dan menunjang satu sama lain. Exterior Store Layout Store atmosphere Create by The Retail General Interior Interior Display Sumber: Berman dan Evan (2007:545) Gambar 2.2 Elemen Store atmosphere Elemen Store atmosphere ini meliputi : bagian luar toko, bagian dalam toko, tata letak ruangan, dan pajangan (interior point of interest display), akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini: 24 1. Exterior (bagian luar toko) Karakteristik exterior mempunyai pangaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin. Kombinasi dari exterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk ke dalam toko. Elemen-elemen eksterior ini terdiri dari sub elemen-sub elemen sebagai berikut: a. Storefront (Bagian Muka Toko), meliputi kombinasi papan nama, pintu masuk, dan konstruksi bangunan. Storefront harus mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. Khususnya konsumen yang baru sering menilai toko dari penampilan luarnya terlebih dahulu sehingga merupakan exterior merupakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen untuk mengunjungi toko. b. Marquee (Simbol) adalah suatu tanda yang digunakan untuk memejang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf, atau penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja, atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainya. Supaya efektif, marquee harus diletakan diluar, terlihat berbeda, dan lebih menarik atau mencolok daripada toko lain disekitarnya. 25 c. Entrance (Pintu Masuk), harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat mengundangkonsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan juga mengurangi kemacetan lalu lintas keluar masuk konsumen. d. Display Window (Tampilan Jendela), tujuan dari display window adalah untuk mengidentifikasikan suatu toko denganmemajang barang-barang yang mencerminkan keunikan toko tersebut sehingga dapat menarik konsumen masuk. Dalam membuat jendela pajangan yang baik harus dipertimbangkan ukuran jendela, jumlah barang yang dipajang, warna, bentuk, dan frekuensi penggantiannya. e. Height and Size Building (Tinggi dan Ukuran Gedung), dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut. Misalnya, tinggi langit-langit toko dapat membuat ruangan seolah-olah lebih luas. f. Uniqueness (Keunikan), suatu toko bisa dihasilkan dari desain bangunan toko yang lain dari yang lain. g. Surrounding Area (Lingkungan Sekitar), keadaan lingkungan masyarakat diaman suatu toko berada, dapat mempengaruhi citra toko. Jika toko lain yang berdekatan memiliki citra yang kurang baik, maka toko yang lain pun akan terpengaruh dengan citra tersebut. 26 h. Parking (Tempat Parkir), merupakan hal yang penting bagi konsumen. Jika tempat parkir luas, aman, dan mempunyai jarak yang dekat dengan toko akan menciptakan Atmosphere yang positif bagi toko tersebut. 2. General Interior (bagian dalam toko) Hal paling utama yang dapat membuat penjualan setelah pembeli berada di toko adalah display. Desain interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Display yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu meraka agar mudah mengamati, memeriksa, dan memilih barang dan akhirnya melakukan pembelian. Ada banyak hal yang akan mempengaruhi persepsi konsumen pada toko tersebut. Elemen-elemen general interior terdiri dari: a. Flooring (Lantai), penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan warna lantai sangat penting, karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat. b. Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan), setiap toko harus menpunyai pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari toko. Konsumen yang berkunjung akan tertarik pada sesuatu yang paling terang yang berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat 27 suasana yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya. c. Scent and Sound (Aroma dan Musik), tidak semua toko memberikan pelayanan ini, tetapi jika layanan ini dilakukan akan memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen, khusunya konsumen yang ingin menikmati suasana yang santai dengan menghilangkan kejenuhan, kebosanan, maupun stress sambil menikmati makanan. d. Fixture (Penempatan), memilih peralatan penunjang dan cara penempatan meja harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena penempatan meja yang sesuai dan nyaman dapat menciptakan image yang berbeda pula. e. Wall Texture (Tekstur Tembok), tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik. f. Temperature (Suhu Udara), pengelola toko harus mengatur suhu udara, agara udara dalam ruangan jangan terlalu panas atau dingin. g. Width of Aisles (Lebar Gang), jarak antara meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa agar konsumen merasa nyaman dan betah berada di toko. 28 h. Dead Area, merupakan ruang di dalam toko dimana display yang normal tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal. Misal : pintu masuk, toilet, dan sudut ruangan. i. Personel (Pramusaji), yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, cepat, dan tanggap akan menciptakan citra perusahaan dan loyalitas konsumen. j. Service Level, macam-macam tingkat pelayanan menurut Kotler (2000) yang dialih bahasakan oleh Teguh, Rusli, dan Molan adalah self service, self selection, limited service, dan full service. k. Price (Harga), pemberian harga bisa dicantumkan pada daftar menu yang diberikan agar konsumen dapat mengetahui harga dari makanan tersebut. l. Cash Refister (Kasir), pengelola toko harus memutuskan penempatan lokasi kasir yang mudah dijangkau oleh konsumen. m. Technology Modernization (Teknologi), pengelola toko harus dapat melayani konsumen secanggih mungkin. Misalnya dalam proses pembayaran harus dibuat secanggih mungkin dan cepat, baik pembayaran secara tunai atau menggunakan pembayaran cara lain, seperti kartu kredit atau debet. n. Cleanliness (Kebersihan), dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk makan di tempat tersebut. 29 3. Layout Ruangan (Tata Letak Toko) Pengelola toko harus mempunyai rencana dalam penentuan lokasi dan fasilitas toko.Pengelola toko juga harus memanfaatkan ruangan toko yang ada seefektif mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang layout adalah sebagai berikut: a. Allocation of floor space for selling, personnel, and customers. Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk : 1) Selling Space (Ruangan Penjualan) Ruangan untuk menempatkan dan tempat berinteraksi antara konsumen dan pramusaji. 2) Personnel Space (Ruangan Pegawai) Ruangan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pramusaji seperti tempat beristirahat atau makan. 3) Customers Space (Ruangan Pelanggan) Ruangan yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan konsumen seperti toilet, ruang tunggu. b. Traffic Flow (Arus Lalu Lintas) Macam-macam penentuan arus lalu lintas toko, yaitu: 1) Grid Layout (Pola Lurus) Penempatan fixture dalam satu lorong utama yang panjang. 30 2) Loop/Racetrack Layout (Pola Memutar) Terdiri dari gang utama yang dimulai dari pintu masuk, mengelilingi seluruh ruangan, dan biasanya berbentuk lingkaran atau persegi, kemudian kembali ke pintu masuk. 3) Spine Layout (Pola Berlawanan Arah) Pada spine layout gang utama terbentang dari depan sampai belakang toko, membawa pengunjung dalam dua arah. 4) Free-flow Layout (Pola Arus Bebas) Pola yang paling sederhana dimana fixture dan barang-barang diletakan dengan bebas. 4. Interior Point of Interest Display (Dekorasi Pemikat dalam Toko) Interior point of interest display mempunyai dua tujuan, yaitu memberikan informasi kepada konsumen dan menambah store atmosphere, hal ini dapat meningkatkan penjualan dan laba toko. Interior point of interest display terdiri dari : a. Theme Setting Display (Dekorasi Sesuai Tema) Dalam suatu musim tertentu retailer dapat mendisain dekorasi toko atau meminta promusaji berpakaian sesuai tema tertentu. b. Wall Decoration (Dekorasi Ruangan) Dekorasi ruangan pada tembok bisa merupakan kombinasi dari gambar atau poster yan ditempel, warna tembok, dan sebagainya yang dapat meningkatkan suasana toko. 31 Levi & Weitz (2000: 45), Ketika peritel hendak menata atau mendekorasi ulang sebuah toko manajer harus memperhatikan tiga tujuan dari atmosphere berikut: 1. Atmosphere harus konsisten dengan citra toko dan strategi secara keseluruhan. 2. Membantu konsumen dalam menentukan keputusan pembelian. 3. Ketika membuat suatu keputusan mengenai desain, manajer harus mengingat mengenai biaya yang diperlukan dengan desain tertentu yang sebaik-baikanya sesuai dengan dana yang dianggarkan. 2.4 Lokasi 2.4.1 Pentingnya Lokasi Salah satu variabel atau faktor dari pemasaran jasa yaitu saluran distribusi atau lokasi tak luput pula memberikan andil dalam kesuksesan suatu restoran atau café. Karena harus diakui bahwa konsumen atau calon konsumen akan sangat terbantu sekali apabila mereka menginginkan suatu produk atau jasa maka mereka menginginkan untuk sesegera mungkin menikmati produk atau jasa tersebut. Lokasi itu sendiri merupakan perencanaan dan pelaksanaan program penyaluran produk atau jasa melalui tempat atau lokasi yang tepat (Levy, 2007:213). Pentingnya lokasi dari suatu café tidak bisa diremehkan. Pemilihan suatu lokasi dalam bisnis café bisa juga dianalogikan dalam bisnis retail. Dalam bisnis retail, pemilihan lokasi merupakan tiga hal yang sangat penting dalam industri tersebut. 32 Levy dan Weitz (2007:185) mengatakan bahwa pemilihan lokasi sangat penting dalam industri ini dikarenakan : 1. Lokasi merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pemilihan toko atau penyedia jasa yang mereka inginkan. 2. Pemilihan lokasi merupakan hal yang penting karena faktor ini bisa digunakan untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang mapan. 3. Pemilihan lokasi sangat berisiko. Dalam bisnis retail, secara umum lokasi yang bagus bisa mendorong kesuksesan dari suatu pedagang walaupun strategi pemasarannya kurang mendukung. Sebaliknya, suatu lokasi yag tidak bagus justru akan menghambat kesuksesan dari seorang pedagang (Berman, 1995:264). Lokasi atau tempat juga tidak hanya mempresentasikan suatu kemudahan yang akan didapat oleh konsumen. Seperti yang telah dikatakan oleh Kotler (2009:94-95), lokasi atau tempat juga harus bisa memasarkan atau mempromosikan dirinya sendiri. Lokasi atau tempat pada dasarnya melakukan empat aktivitas, yaitu : 1. Jasa yang ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 2. Harga yang ditawarkan harus bisa menarik konsumen dan memperkuat citra yang ingin dibentuk. 3. Menghadirkan lokasi yang strategis sehingga memudahkan bagi konsumen. 33 4. Lokasi atau tempat akan mempromosikan nilai dan citra dari tempat atau lokasi itu sendiri sehingga konsumen bisa membedakannya dengan toko lain. Lokasi yang strategis akan menjadi salah satu keuntungan bagi perusahaan karena mudah terjangkau oleh konsumen, namun sekaligus juga akan menjadikan biaya rental atau investasi tempat menjadi mahal. Tingginya biaya lokasi yang kurang strategis akan membutuhkan biaya marketing lebih mahal untuk menarik konsumen agar berkunjung. Di samping faktor lokasi, bangunan dan kelengkapannya, menjadi faktor penting dalam tempat ntuk perusahaan. Dekorasi sering kali menjadi daya tarik yang besar bagi konsumen dalam memilih tempat. Bahkan terdapat kecendrungan saat ini gerai-gerai disukai dan popular dikalangan masyarakat adalah bercorak kontemporer dan minimalis. Kondisi bangunan merupakan persyaratan yang memberikan kenyamanan. Sedangkan lokasi strategis bagi konsumen akan memperkecil pengorbanan energy dan waktu (Widjaja, 2009:81). 2.4.2 Tipe-tipe Lokasi Pertimbangan yang dilakukan oleh ritel dalam mengambil keputusan terkait dengan lokasi ritel, yaitu : 1. Merupakan pertimbangan yang dipilih oleh konsumen 2. Merupakan strategi yang penting untuk dikembangkan menjadi persaingan yang sehat, karena beragamnya barang yang dijual. 34 Beberapa jenis lokasi yang tersedia bagi ritel memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Menurut Christina Whidya Utami (2010:151) ada tiga jenis lokasi yang bisa dipilih : 1. Pusat Pembelanjaan (Shopping Center) Yaitu sekelompok ritel dan ketentuan komersial lainnya yang direncanakan, dikembangkan dan dimiliki serta dikelola sebagai property tunggal. Pusat pembelanjaan itu sendiri dibagi menjadi sembilan lokasi, yaitu : a. Pusat Pembelanjaan Kecil Manfaat dari pusat pembelanjaan kecil (Shop Center) adalah menawarkan pelanggan kenyamanan lokasi dan kemudahan parkir serta memerlukan biaya sewa yang relative rendah untuk ritel. Kerugiannya adalah sedikit memberikan penawaran serta pilihan hiburan pelanggan dari pada mall. b. Mall Mempunyai keuntungan yaitu banyak jenis toko yang berbeda (bisa mengkombinasikan perbelanjaan dan hiburan), pengalaman belanja konsumen yang tidak berhenti dengan bermacam-macam barang dagangan yang diseimbangkan dan manajemen mall melakukan pemeliharaan area bersama (lingkungan eksternal). Selain itu, mall juga mempunyai kerugian diantaranya, sewa yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pusat perbelanjaan lainnya, dan beberapa penyewa mungkin tidak menyukai manajer mall mengkontrol pekerjaannya. 35 c. Pusat Belanja Regional (Regional Shopping Center) Merupakan tempat belanja yang menyediakan barang-barang dan jasa pelayanan yang lengkap dan bervariasi. Tujuannya adalah untuk menarik departemen, toko diskon dan toko pakaian khusus. d. Pusat Belanja Super Regional (Super Reginal Shopping Center) Merupakan pusat perbelanjaan mirip dengan pusat perbelanjaan regional, konfigurasi khususnya merupakan mall dengan atap banyak tingkat. e. Pusat Belanja Gaya Hidup (Lifestyle Shopping Center) Merupakan rancangan tradisional luar ruangan bermacam-macam ritel seperti William Sonoma dan Pottery Barm di AS, tetapi tidak ada jasa pelayan toko diskon seperti Best Buy dan Target. Pusat ini menawarkan kenyamanan, keamanan, ragam penyewa yang banyak, dan atmosfer kepuasan. Pusat belanja gaya hidup terdiri atas toko dan restoran, gedung bioskop dan hiburan, sedangkan yang lainnya masih ruko. f. Pusat Mode atau Pusat Belanja Khusus (Specialty Shopping Center) Merupakan pusat belanja yang sebagian besar terdiri atas pakaian mahal, butik atau toko souvenir dengan berbagai macam model pilihan atau pernak pernik unik berkualitas tinggi atau bernilai. 36 g. Pusat Belanja Gerai (Outlet Shopping Center) Pusat perbelanjaan yang sebagian besar terdiri atas pemilik gerai (Outlet) dan pabrik yang menjual merek buatannya sendiri, juga mencakup ritel dengan harga banting. h. Pusat Belanja Festival atau Bertema Merupakan pusat perbelanjaan khusus yang menggabungkan tema tertentu dengan rancangan arsitektual dan sebagai hiasan dalam pernak pernik pusat perbelanjaan tersebut. i. Kios Meskipun tidak setiap kios barang dagangan ditemukan disemua jenis mall, kios merupakan suatu alternatif penempatan yang popular bagi ritel untuk kebutuhan lingkup pasar yang kecil. 2. Lokasi di kota besar atau bertempat di tengah kota, maupun kota kecil. Walaupun pusat perbelanjaan berada di kota besar dan kota kecil, pemilihan lokasi tetap harus direncanakan secara khusus, karena banyaknya kepemilikan serta akses masuk dari jalan. Berikut ini akan dibahas definisi dari distrik pusat bisnis, lokasi dalam kota, dan lokasi di jalan utama sebagai berikut : a. Distrik Pusat Bisnis Yaitu area tradisional yang ramai di kota besar atau kecil. Distrik pusat bisnis juga merupakan pusat transportasi umum, lalulintas pejalan kaki dan pedagang eceran dalam jumlah besar pemukiman di daerah tersebut. 37 b. Lokasi Dalam Kota Lokasi alternatif lain di kota besar atau kecil adalah dalam kota. Dalam kota merupakan area perkotaan dengan intensitas yang tinggi dan terdiri atas bangunan perumahan serta populasi terbesar dengan berbagai etnik. c. Lokasi Jalan Utama Lokasi jalan utama merupakan tempat dimana Distrik Pusat Bisnis berada pada area belanja tradisional dari kota kecil atau distrik yang kedua di daerah pinggiran kota besar atau kota kecil. Lokasi ini tidak mampu menarik pengunjung seperti Distrik Pusat Bisnis, karena sedikit sekali orang yang bekerja dan pemukiman di area ini. 3. Lokasi Bebas (Free Standing) Lokasi bebas mengembangkan kegunaan yaitu mengkombinasikan kegunaan yang berbeda atau kompleks, seperti pusat perbelanjaan dengan gedung perkantoran, hotel, perumahan, dan kompleks pejabat. Kotler (Bob Foster, 2008:52) menyatakan bahwa peritel dapat menempatkan tokonya di lokasi sebagai berikut : 1. Daerah pusat bisnis merupakan daerah kot yang sejak dulu paling padat arus lalu lintasnya disebut pusat kota. 2. Pusat perbelanjaan regional, merupakan mall-mall daerah pinggiran yang terdiri dari 4 sampai lebih dari 10 to ko dan menarik pengunjung dengan jarak 5 sampai 10 mil. 38 3. Pusat perbelanjaan lingkungan, ini merupakan mall-mall yang lebih kecil adri satu toko utama dan 20 sampa i 40 toko kecil. 4. Jalur perbelanjaan, merupakan suatu linkungan seperti makanan dan minuman, peralatan logam, cucian dan bensin. 2.4.3 Karakteristik Lokasi Dalam memilih suatu lokasi harus dipertimbangkan banyak hal. Ada beberapa karakteristik dari lokasi yang bisa mempengaruhi penjualan dari suatu toko atau café, yaitu (Levy; 2007:213) : 1. Alur lalu lintas yang melewati lokasi tersebut dan aksesabilitas menuju lokasi tersebut. 2. Karakteristik dari lokasi. 3. Biaya yang terkait dengan pemilihan lokasi tersebut. Ketiga karakteristik tersebut mempunyai indicator-indikator tertentu yang bisa menggambarkan kondisi-kondisi yang bisa mempengaruhi penjualan dari suatu toko. Indikator-indikator dari karakteristik lokasi tersebut bisa kita lihat pada Tabel 2.1 di bawah ini : Tabel 2.1 Karakteristik Lokasi Alur Lalu Lintas dan Aksesabilitas Larangan/Peraturan a. Lalu lintas jalan a. Zona (zoning) b. Easy of vehicular accses b. Tanda/promosi (signage) c. Akses menuju jalan utama c. Restrictions on tenant mix d. Street congestion d. Safety code restrictions e. Alur pejalan kaki f. Ketersediaan dari angkutan umum 39 Karakteristik Lokasi Biaya-biaya a. Area parkir a. Biaya sewa b. Akses untuk masuk dan keluar b. Biaya perawatan café c. Pajak c. Visibilitas café dari jalan d. Biaya iklan dan promsi d. Akses untuk penghantaran e. Length of lease e. Ukuran dan bentuk dari toko f. Kondisi dari bangunan g. Adjacent retailers Sumber : Levy (2007:213) Dari indikator karakteristik di atas, tidak semuanya dapat diaplikasikan untuk kasus Siete Garden and Café karena perbedaan karakteristik dari bidang industrinya. Dalam kasus Siete Garden and Café, ada beberapa indicator yang tidak tepat untuk diterapkan. Ada pula beberapa indicator yang dapat digabungkan dengan indikator lainnya sehingga lebih ringkas. Indikator-indikator dari karakteristik yang dipakai dalam penelitian ini bisa kita lihat pada Tabel 2.2 berikut : Tabel 2.2 Indikator Lokasi untuk Siete Garden and Café Karakteristik Alur Lalu Lintas dan Aksesabilitas Indikator a. Kestrategisan lokasi b. Ketersediaan angkutan umum Karakteristik Lokasi a. Akses keluar masuk café b. Visibilitas café dari jalan 40 2.5 Loyalitas Pelanggan 2.5.1 Ruang Lingkup Loyalitas Pelanggan Harapan utama setiap perusahaan adalah dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen yang setiap saat berubah-ubah. Jika hal tersebut sudah terpenuhi oleh perusahaan maka konsumen akan selalu memberikan loyalitasnya terhadap perusahaan dengan cara membeli produk perusahaan melakukan pembelian ulang, bahkan dapat memberitahukannya kepada orang lain. Secara harfiah, loyal berarti setia ayau loyalitas dapat diartikan sebagai suatu kesetiaan. Loyalitas sendiri timbul bukan karena adanya paksaan dari pihak manapun akan tetapi timbul dengan sendirinya sejalan dengan yang sudah dilakukan oleh perusahaan bagi konsumennya. Lovelock (2005:4) menyatakan bahwa: “Loyalitas merupakan istilah kuno yang secara tradisional telah digunakan untuk melakukan kesetiaan dan pengabdian antusias kepada negara, citacita atau individu. Sedangkan loyalitas secara sukarela terus berlangganan dengan perusahaan tertentu dalam jangka waktu yang lama” Oliver yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2007:175) di dalam bukunya “Manajemen Pemasaran”, mengatakan bahwa : “Loyalitas adalah komitmen yang dipegang kuat untuk membeli lagi atau berlangganan lagi produk atau jasa tertentu di masa depan meskipun ada pengaruh situasi dan usaha pemasaran yang berpotensi menyebabkan peralihan perilaku” 41 Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa loyalitas merupakan suatu sikap dari konsumen atau pelanggan yang melakukan pembelian berulang untuk produk atau jasa yang sama secara konsisten yang ditawarkan oleh perusahaan atau produsen, dan konsumen terhadap produk atau jasa tersebut positif dan melalui suatu proses evaluasi. 2.5.2 Loyalitas dan Siklus Pembelian Setiap kali konsumen membeli, maka konsumen akan bergerak melalui siklus pembelian. Menurut Griffin (2005:18) pembelian pertama kali akan bergerak melalui lima langkah. Langkah pertama menyadari produk. Kedua melakukan pembelian awal kemudian pembeli bergereak melalui dua tahap pembentukan sikap, yang satu disebut evaluasi pasca pembelian dan yang lainnya disebut keputusan membeli. Langkah terakhir adalah pembelian kembali. 1. Kesadaran Langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan kesadaran pelanggan akan produk perusahaan. Pada tahap inilah perusahaan mulai membentuk pangsa pikiran yang dipikirkan untukmemposisikan kedalam pikiran calon pelanggan bahwa produk atau jasa perusahaan lebih unggul dari pesaing. Kesadaran dapat timbul dengan berbagai cara : iklan konvensional (radio, tv, surat kabar, billboards), iklan di web, melalui pos secara langsung, e-mail, terbitan khusus industri, komunikasi dari mulut ke mulut (online dan offline). 42 2. Pembelian Awal Pembelian pertama kali merupakan langkah penting dalam memelihara loyalitas, baik itu dilakukan secara online maupun offline, pembelian pertama kali merupakan pembelian percobaan sehingga perusahaan dapat menanamkan kesan positif atau negatif kepada pelanggan dengan produk atau jasa yang diberikan perusahaan. 3. Evaluasi Pasca Pembelian Setelah pembelian dilakukan, pelanggan secara sadar maupun tidak sadar akan mengevaluasi transaksi. Bila pelanggan merasa puas, atau ketidakpuasannya tidak terlalu mengecewakan sampai dapat dijadikan dasar pertimbangan beralih ke pesaing maka pelanggan akan membeli kembali di waktu mendtang. 4. Keputusan Membeli Kembali Komitmen untuk membeli kembali merupakan sikap yang paling penting bagi loyalitas, bahkan lebih penting dari kepuasan. Singkatnya, tanpa pembelian berulang, tidak ada loyalitas. Motivasi untuk membeli kembali berasal dari lebih tingginya sikap positif terhadap produk atau jasa alternative yang potensional. 5. Pembelian Kembali Langkah terakhir dalam siklus pembelian adalah pembelian kembali yang aktual. Untuk dianggap benar-benar loyal, pelanggan harus terus membeli kembali dari perusahaan yang sama, menulangi langkah ketiga sampai kelima berkali-kali. 43 2.5.3 Jenis-jenis Loyalitas Griffin (2005:22) ada empat jenis yang dikemukakan tentang loyalitas konsumen, yaitu : 1. Tanpa Loyalitas Untuk berbagai alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Keterkaitan pelanggan yang rendah terhadap produk atau jasa perusahaan dikombinasikan dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukan tidak adanya loyalitas. Secara umum, perusahaan harus menghindari membidik para pembeli jenis karena mereka tidak akan pernah menjadi pelanggan yang loyal. 2. Loyalitas yang Lemah Keterkaitan yang rendah digaung dengan pembelian berulang yang tinggi menhasilkan loyalitas yang lemah (inertia loyalty). Jenis pelanggan yang mempunyai sifat seperti ini biasanya membeli berdasarkan kebiasaan. Alasan yang digunakan untuk pembelian produk atau jasa biasanya karena sudah terbiasa memakia atau karena faktor situasi. Loyalitas macam ini paling umum terjadi pada produk atau jasa yang sering dipakai, akan tetapi tidak menutup kemungkinan dapat mengubah loyalitas lemah ke dalam bentuk loyalitas yang lebih tinggi dengan cara perusahaan lebih aktif mendekati pelanggan dan meningkatkan diferensiasi positif di benak pelanggan mengenai produk atau jasa perusahaan dibandingkan dengan produk pesaing. 44 3. Loyalitas Tersembunyi Tingkat preferensi yang relative tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukan loyalitas tersembunyi (latent loyalty). Bila pelanggan memiliki loyalitas yang tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berulang. 4. Loyalitas Premium Merupakan jenis loyalitas yang terjadi jika suatu tingkat keterkaitan yang tinggi berjalan selaras dengan tingkat pemeblian ulang yang tinggi pula. Loyalitas jenis inilah yang diharapkan dalam setiap usaha. Pada tingkat preferensi yang paling tinggi maka orang-orang akan merasa bangga jika menemukan dan menggunakan produk atau jasa tersebut dengan senang hati membagi pengetahuan dari pengalaman mereka kepada teman atau keluarga mereka. 2.5.4 Karakteristik Loyalitas Pelanggan Griffin (2005:31) mengatakan bahwa pelanggan yang loyal merupakan asset yang tidak ternilai bagi perusahaan sehingga membagi karakteristik loyal sebagai berikut : 1. Melakukan pembelian ulang secara teratur (makes regular repeat purchase). 2. Membeli antar lini produk atau jasa (purchases across product and service lines). 45 3. Mereferensikan kepada orang lain (refers other). 4. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing (demonstrates an immunity to the full of the competition). Dari indikator karakteristik di atas, tidak semuanya dapat diaplikasikan untuk kasus Siete Garden and Café karena perbedaan karakteristik dari bidang industrinya. Dalam kasus Siete Garden and Café, ada beberapa indikator yang tidak tepat untuk diterapkan. Indikator-indikator dari karakteristik yang dipakai dalam penelitian ini bisa kita lihat pada Tabel 2.3 berikut : Tabel 2.3 Indikator Loyalitas untuk Siete Garden and Café Indikator a. Melakukan pembelian ulang b. Mereferensikan kepada orang lain c. Menunjukkan Kekebalan Terhadap Tarikan dari Pesaing 2.5.5 Tahap Pembentukan Loyalitas Pelanggan Griffin (2005:35) mengatakan bahwa loyalitas pelanggan terdiri dari tujuh tahapan, yaitu : 1. Suspect Merupakan orang yang mugkin membeli produk atau jasa perusahaan. Dikatakan suspect karena perusahaan percaya atau menyangka mereka akan membeli, tetapi perusahaan masih belum cukup yakin. 46 2. Prospek Merupakan orang yang membutuhkan produk atau jasa perusahaan dan memiliki kemapuan untuk membeli. Meskipun prospek belum dari perusahaan, ia mungkin telah mendengar tentang perusahaan, membaca tentang perusahaan, atau ada seseorang yang merekomendasikan perusahaan kepadanya. Prospek mungkin tahu siapa perusahaan, dimana perusahaan dan apa yang perusahaan jual, akan tetapi mereka masih belum membeli produk perusahaan. 3. Prospek yang Diskulifikasi Merupakan prospek yang telah cukup dipelajari oleh perusahaan untuk mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan, atau tidak memiliki kemampuan membeli produk perusahaan. 4. Pelanggan Pertama Kali Merupakan orang yang telah membeli arang atau jasa dari perusahaan satu kali. Orang ytersebut bisa jadi merupakan pelanggan perusahaan dan sekaligus juga pelanggan pesaing perusahaan. 5. Pelanggan Berulang Merupakan otrang-orang yang telah membeli dari perusahaan dua kali atau lebih. Mereka mungkin telah membeli produk dua kali atau membeli dua produk atau jasa pada dua kesempatan atau lebih. 47 6. Klien Klien member paapun yang perusahaan jual yang dapat mereka gunakan. Orang ini membeli secara teratur. Perusahaan memliki hubungan yang kuat dan berlanjut, yang menjadikannya kebal terhadap tarikan pesaing. 7. Penganjur (Advocate) Pada saat ini sama hal nya dengan klien, pendukung membeli apapun yang perusahaan jual dan dapat digunakan serta membelinya secara teratur. Tetapi penganjur juga mendorong orang lain untuk membeli dari perusahaan, ia membicarakan perusahannya, melakukan bagi perusahaan dan membawa pelanggan bagi perusahaan.. 2.6 Restoran Restoran mempunyai beberapa definisi, di antaranya kamus besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa “Restoran atau rumah makan adalah kedai tempat makan atau menjual makanan”. Agus Sulastiyono (2004:300) menyatakan bahwa : “Restoran adalah ruangan atau tempat dengan segala fasilitasnya yang menyediakan makanan dan minuman serta pelayanan yang disesuaikan dengan permintaan pelanggan atau konsumen”. 48 2.6.1 Desain Restoran Ada bermacam-macam tipe restoran yang dikategorikan menurut desainnya. Berikut adalah pemaparan berdasarkan Agus Sulastiono (2004:300304) : 1. Ala carte restaurant adalah restoran yang telah mendapat izin penuh untuk menjual makanan lengkap dengan banyak variable dimana tamu bebas memilih sendiri makanan yang diinginkannya. Setiap makanan di restoran ini memiliki harga masing-masing. 2. Table D’hotel restaurant adalah suatu restoran khusus yang menjual menu makanan table di hotel yaitu satu susunan menu yang lengkap (dari appetizer, main course, sampai dessert) dengan harga yang telah ditentukan pula. 3. Brassene adalah suatu restoran yang pada umumnya berhubungan dengan hotel, suatu tempat dimana tamu bisa mendapatkan makan pagi, makan siang dan makan malam secara cepat dengan harga cukup. Pada umumnya system pelayanannya adalah American service dimana yang diutamakan adalah kecepatannya. Makanan sudah diatur dan disiapkan di atas piring. Kadang-kadang makanan dihidangkan secara buffet. 4. Café adalah suatu restoran kecil yang mengutamakan penjualan kue, sandwich, kopi dan teh. Pilihan makanannya terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol. 49 5. Canteen adalah restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik atau sekolah, tempat dimana para pekerja atau para pelajar dapat makan siang dan coffe break yaitu acara minum kopi disertai makanan kecil disela jam istirahat. 6. Cintinetal restaurant adalah suatu restoran yang menitikberatkan pada hidangan continental dan pelayanan yang megah. 7. Carvery adalah suatu restoran yang berhubungan dengan hotel, dimana para tamu dapat mengiris sendiri hidangan panggang sebanyak yang mereka inginkan dengan harga hidangan yang sudah ditetapkan. 8. Dinning room biasa terdapat di hotel kecil, motel, atau losmen dimana tempat-tempat yang tidak lebih ekonomis daripada tempat makan biasa. Dinning room pada dasarnya disediakan untuk tamu yang tinggal di hotel itu, tapi juga dapat terbuka bagi tamu luar. 9. Discotheque adalah suatu restoran yang pada prinsipnya berarti juga tempat dansa sambil menikmati alunan musik. Terkadang juga tempat ini menampilkan live music atau live band. Bar adalah satu fasilitas utama untuk discotheque. Hidangan yang tersedia umumnya berupa snack. 10. Fish and chip shop merupakan salah satu restoran terbanyak di daerah Inggris, dimana kita dapat membeli bermacam-macam keripik (chips dan ikan goreng, biasanya berupa ikan Cod, dibungkus dalam kertas dan dibawa pulang. Jadi makanan tersebut tidak dinikmati di dalam restoran itu. 50 11. Grill room/rotisserie suatu restoran yang menyediakan bermacammacam daging panggang. Pada umumnya antara restoran dengan dinding dapur dibatasi oleh dinding kaca, sehingga para tamu dapat memilih sendiri potongan daging yang dikehendaki dengan melihat sendiri bagaimana memasaknya. Grill room kadang disebut juga dengan steak house. 12. Inn tavern adalah suatu restoran dengan harga cukup yang dikelola oleh perorangan dan berbeda pada tepi kota. Suasananya dibuat sangat dekat dan ramah dengan tamu-tamu, sedangkan hidangannya pun lezat-lezat. 13. Night club adalah suatu restoran yang pada umumnya dibuka menjelang larut malam. Tempat ini menyediakan makan malam bagi tamu yang ingin santai, dekorasinya mewah, pelayannannya megah. Band merupakan perlengkapan yang diperlukan. Para tamupun dituntut untuk berpakaian resmi dan rapih. 14. Pizzeria adalah suatu restoran yang khusus menjual pizza. Kadangkadang juga berupa spaghetti atau makanan khas Italia yang lain. 15. Pub pada mulanya merupakan tempat hiburan umum yang mendapat izin untuk menjual minuman beralkohol atau bir. Para tamu mendapatkan minuman dari counter (meja panjang yang membatasi antara ruangan). Pengunjung dapat menikmatinya sambil berdiri atau sambil duduk di meja makan. Hidangan yang tersedia berupa snack seperti pies dan sandwich, sekarang kita banyak mendapatkan hidangan pengganti di pub. 51 16. Snack bar/milk bar adalah suatu restoran yang tidak resmi dengan pelayanan cepat dimana para tamu mengumpulkan makanan di atas baki yang diambil dari atas counter dan membawanya ke meja makan. 17. Specialty restaurant adalah restoran yang Susana dan dekorasi seluruhnya disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan. Restoran ini pada umumnya menyediakan makanan Cina, Jepang, India dan sebagainya. Pelayanannya disesuaikan beradasarkan tempat asal makanan special itu. 18. Terrace restaurant adalah suatu restoran yang pada umumnya terletak diluar bangunan, namun pada umumnya masih berhubungan dengan hotel atau restoran induk. Di negara-negara barat biasanya restoran ini hanya buka pada musim panas saja. 19. Gourmet restaurant adalah restoran yang menyelengarakan pelayanan makanan dan minuman untuk orang yang mempunyai pengalaman luas dalam bidang rasa makanan dan minuman. Keistimewaan restoran ini adalah biasanya karena makanan dan minumannya yang lezat-lezat, pelayanannya megah dan harganya cukup mahal. 20. Family type restaurant adalah suatu restoran sederhana yang menghidangkan makanan dan minuman dengan harga yang tidak mahal. Terutama disediakan untuk tamu-tamu keluarga maupun rombongan. 52 21. Main dining room adalah suatu restoran atau ruang makan utama yang pada umumnya terdapat pada hotel-hotel besar, dimana penyajian makannya bersifat resmi, pelan tapi pasti terikat oleh suatu peraturan yang ketat. Servisnya bisa mempergunakan pelayanan ala Prancis atau Rusia. Tamu-tamu hadirpun pada umumnya berpakaian resmi/formal. 2.7 Pengaruh Retailing Mix terhadap Loyalitas Pelanggan Kepuasan merupakan tanggapan akhir dari konsumen tentang sebuah persepsi yang terjadi setelah konsumen melakukan pembelian atau melakukan transaksi ke sebuah toko. Dalam memahami keinginan konsumen terhadap persepsi akhir yang akan ditimbulkannya maka perusahaan tersebut harus mampu menawarkan strategi yang baik dan tepat agar konsumen tetap melakukan pembelian, dengan kata lain konsumen tersebut telah loyal dengan toko tersebut. Elemen-elemen retailing mix sangatlah mempengaruhi proses pemilihan toko dan tingkat loyalitas konsumen. Konsumen yang memasuki toko tentunya memiliki perasaan, kesan tersendiri terhadap toko tersebut, baik kesan terhadap toko yang dekat dan strategis, keberagaman dan kelengkapan produk sesuai kebutuhan, harga yang pas menurut persepsi konsumen, promo-promo yang menarik dan pelayanan yang optimal dari karyawan toko kepada konsumennya. Strategi bauran ritel perusahaan yang kuat dapat meningkatkan kecendrungan untuk membeli dengan demikian bila suatu toko memiliki strategi pemasaran yang tepat di hati konsumennya membuat kecendrungan konsumen untuk berbelanja disana semakin tinggi. 53 Dengan demikian berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh bauran ritel yaitu store atmosphere dan lokasi terhadap loyalitas pelanggan. 2.8 Hubungan antara Bauran Ritel (Retailing Mix) dengan Loyalitas Persaingan industri ritel yang semakin ketat menuntut para peritel untuk melakukan kinerja yang optimal dalam tiap pengelolaan keempat fungsi dari manajemen ritel, seperti yang disebutkan Levy & Weitz (2006:14) keempat fungsi manajemen dalam industri ritel yakni store management, merchandise management, finance & audit management dan retail marketing management. Fungsi retail marketing management yakni mengelola dalam pencapaian target pasar yang ingin dicapai oleh peritel, untuk mendapatkan target pasar yang diinginkan peritel melakukan strategi pemasaran melalui kelima elemen bauran ritelnya yang terdiri dari place (lokasi), merchandise (barang dagangan), price (harga), periklanan dan promosi, atmosfer dalam gerai dan retail service. Bauran ritel ini akan dipandang konsumen sebagai apa yang dipikirkan oleh konsumen tentang sebuah toko, termasuk didalamnya persepsi dan sikap yang didasarkan pada sensasi dari rangsangan yang berkaitan dengan toko yang diterima melalui panca indera seseorang. Bauran ritel yang ditawarkan kepada konsumen akan membentuk persepsi terhadap stimuli-stimuli yang diberikan oleh store atmosphere, lokasi, barang dagangan, penetapan harga, promosi pelayanan yang diberikan oleh café kepada pelanggan. 54 2.9 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai store atmosphere, lokasi, dan loyalitas pelanggan. Analisis penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan peneliti tersebut dipaparkan pada Tabel 2.4 berikut ini : Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No 1. Peneliti Ibrahim Imaduddin Islam 107401935 Judul dan Tahun Penelitian Pengaruh Strategi Lokasi dan Tata Letak Terhadap Citra Perusahaan dan Keputusan Pembelian (Studi Kasus : ASTRA BizCenter Bandung). Metode Variabel Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Setelah data dikumpulkan, kemudian data diolah dengan menggunakan statistic deskriptif dan path analysis. Variabel Independen : X1= Strategi lokasi X2= Strategi tata letak Variabel Dependen : Y1= Citra Perusahaan Y2= Keputusan Pembelian Dimensi Hasil dan Kesimpulan Hasil perhitungan path analysis menunjukan bahwa secara simultan lokasi, tata letak Astra Biz-Center dan Citra PT. Astra Internasional Tbk. Secara bersama-sama mempengaruhi keputusan pembelian. Kemudian hasil perhitungan secara parsial menunjukan bahwa variabel tata letak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variable citra perusahaan dan keputusan pembelian. Sedangkan variable lokasi dan citra perusahaan masing masing memiliki pengaruh secra signifikan terhadap keputusan pembelian 55 No 2 Peneliti Endang Nurmawati Judul dan Tahun Penelitian Pengaruh Store atmosphere tehadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Pada Mulia Toserba dan Swalayan Godean Sleman Yogyakarta) 2012 Sumber : http;//eprints.uny.ac.i d/8757 Metode Variabel Dimensi Store atmosphere - Exterior - General interior - Store layout - Interior display Keputusan Pembelian Keputusan pembelian Hasil dan Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh store atmosphere yang terdiri dari exterior, general exterior, store layout, interior display terhadap keputusan pembelian konsumen di Mulia Toserba dan Swalayan. Hasil dari peneliatian ini menetapkan bahwa tanggapan konsumen terhadap store atmosphere yang ada di Mulia Toserba dan Swalayan ditinjau dari dimensi exterior dalam kategori tinggi, general interior dalam kategori sedang, store layout dalam kategori tinggi. Oleh karena itu manajemen Mulia Toserba dan Swalayan disarankan untuk menambah tanda petunjuk pada setiap kelompok produk yang dijual agar mempermudah pengunjung dalam mencari lokasi produk yang diinginkan. 56 No Peneliti 3 Okky Khairrurizky 2.10 Judul dan Tahun Penelitian Pengaruh Store atmosphere terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada pada Clio Café dan Resto Bandung (2012) Metode Variabel Store atmosphere Keputusan Pembelian Dimensi Hasil dan Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh store atmosphere yang dilakukan oleh Clio Café and Resto Bandung. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Loyalitas pelanggan dinilai memiliki pengaruh positif baik bagi peritel maupun konsumen. Munculnya loyalitas pelanggan dapat disebabkan karena berbagai hal diantaranya adalah atmosfer toko dan lokasi penjualan. Atmosfer toko merupakan kegiatan merancang lingkungan pembelian melalui penataan barang dan fasilitas fisik lainnya yang dapat mempengaruhi emosi konsumen untuk melakukan pembelian (Berman dan Evan, 2007:545). Jika diamati berdasarkan alur pengambilan keputusan konsumen ada berbagai hal yang mempengaruhi keputusan konsumen, seperti lingkungan toko yang dapat dikategorikan sebagai stimulus yang berasal dari lingkungan. Hasil dari stimulus tersebut dapat berupa anggapan khusus mengenai toko tersebut, anggapan ini dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Kotler (1973:74) menyatakan bahwa lingkungan toko merupakan bagian penting dari pengalaman belanja dan dapat mempengaruhi keputusan untuk mengunjungi toko. 57 Dengan melihat hal tesebut sangat penting untuk memperhatikan atmosfer toko agar konsumen tertarik dan mau melakukan pembelian ditoko. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kocamaz (2000) dinyatakan bahwa atmosfer toko berpengaruh terhadap niat konsumen untuk loyal terhadap suatu produk. Niat tersebut merupakan pengembangan dari peningkatan kepuasan konsumen dan bentuk pembelian. Hasil penelitian yang dilakukan Wijayanto, Endang dan Lisytorini, 2013 menyatakan bahwa atmosfer toko berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan karena dengan mendesain toko yang cukup menarik, penataan rak dan barang yang rapi, serta adanya dukungan fisik bagunan seperti pendingin ruangan, penerangan, pengharum ruangan, dan kebersihan ruangan akan membuat pelanggan merasa betah dan nyaman berada ditoko sehingga dapat membuat mereka kembali berbelanja ditoko tersebut. Sementara itu, pembelian ulang dianggap sebagai salah satu indikator dari loyalitas pelanggan.Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirumuskan hipotesis : H1 : Atmosfer toko berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada Siete Garden and Café Bandung. Faktor lain yang mempengaruhi minat beli selain store atmosphere, harga, keragaman produk adalah lokasi. Lokasi yang baik menjadi keunggulan dan ciri khas tersendiri dari sebuah toko. Lokasi yang strategis, mudah dijangkau, bersih, aman, tersedia parkir yang luas, lancarnya arus transportasi untuk ke toko, dan terletak di tengah kota merupakan kriteria yang diinginkan oleh banyak konsumen dalam memilih tempat belanja. 58 H2 : Lokasi berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada Siete Garden and Café Bandung. Berikut ini merupakan model penelitian yang diajukan dalam penelitian ini : Store Atmosphere a. Exterior (Bagian Luar) b. General Interior (Interior Umum) c. Store Layout (Tata Letak) d. Interior Display H1 Loyalitas Pelanggan H2 Lokasi a. Kemudahan akses dalam mencapai lokasi b. Keamanan lokasi c. Keramaian lokasi Gambar 2.3 Paradigma Pemikiran a. Melakukan Pembelian Ulang b. Mereferensikan kepada Orang Lain c. Menunjukkan Kekebalan Terhadap Tarikan dari Pesaing