arah kebijakan dan program pengembangan sislognas , dan

advertisement
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM
PENGEMBANGAN SISLOGNAS , DAN
INTEGRASI JASA LOGISTIK ASEAN
“LOGISTIK YAN
YANG
G TERINTEGRASI SECARA NASIONAL
DAN TERHUBUNG SECARA GLOBAL UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT”
RAKYAT”
DISAMPAIKAN PADA ACARA SARASEHAN “INTEGRASI JASA LOGISTIK ASEAN, DAN PERAN PERSJASTIP
DALAM KETAHANAN SISTEM LOGISTIK JAWA BARAT DAN NASIONAL
DI BANDUNG, 28 MEI 2013
Sekretariat Tim Kerja Pengembangan Sislognas
Kemenko Perekonomian
OUTLINE
A. Arah Kebijakan dan Program Pengembangan SISLOGNAS
B. Dirver dan Rencana Aksi Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik
2011-2015
C. Bigwin Capaian Sislognas 2015
D. Integrasi Jasa Logistik ASEAN
1. Bentuk-Bentuk Kerjasama Ekonomi Internasional
2. Pilar ASEAN Economic Community
3. Roadmap for the Integration of Logistics Services
4. Pasar Bisnis Logistik di Indonesia
5. Kesiapan Indonesia dalam Integrasi Jasa Logistik
ASEAN
2
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
A
Arah Kebijakan dan Program
Pengembangan SISLOGNAS
Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional berfungsi sebagai acuan bagi menteri,
pimpinan lembaga non kementerian, gubernur, dan bupati/walikota dalam rangka
penyusunan kebijakan dan rencana kerja yang terkait pengembangan Sistem Logistik
Nasional di bidang tugas masing-masing, yang dituangkan dalam dokumen rencana
strategis masing-masing kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dan
pemerintah daerah sebagai bagian dari dokumen perencanaan pembangunan (Pasal 2
Perpres No.26 Tahun 2012)
Sislognas & MP3EI
Misi Ekonomi Indonesia 2025
“Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil,
dan makmur”
MP3EI
2
1
Koridor
Ekonomi
Konektivitas
Sistem Logistik
Nasional
Meningkatkan
Daya Saing
IPTEK /
INOVASI
3
Meningkatkan
Kesejahteraan
IPTEKS
•
Cetak Biru SISLOGNAS merupakan arah dan pola pengembangan Sislognas pada tingkat kebijakan
makro yg dijabarkan lebih lanjut dalam RKP dan RK-Kementerian/Lembaga setiap tahunnya
•
Cetak Biru SISLOGNAS berperan dalam mencapai sasaran RPJMN, menunjang Implementasi MP3EI, dan
mewujudkan visi ekonomi Indonesia Tahun 2025
Visi, Misi dan Tujuan
Visi 2025
Locally Integrated, Globally Connected for National Competitiveness and Social Welfare
Misi
1. Memperlancar arus barang secara efektif dan efisien untuk menjamin pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat dan peningkatan daya saing produk nasional di pasar
domestik, regional, dan global.
2. Membangun simpul simpul logistik nasional dan konektivitasnya mulai dari pedesaan,
perkotaan, antar wilayah dan antar pulau sampai dengan Pelabuhan Hub Internasional
melalui kolaborasi antar pemangku kepentingan.
Tujuan
Memperlancar arus barang secara efektif dan efisien
1. Menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang dan meningkatkan pelayanan logistik sehingga
meningkatkan daya saing produk nasional di pasar global dan pasar domestik.
2. Menjamin ketersediaan komoditas pokok dan strategis di seluruh wilayah Indonesia dengan harga yang
terjangkau sehingga mendorong pencapaian masyarakat adil dan makmur, dan memperkokoh kedaulatan
dan keutuhan NKRI;
3. Mempersiapkan diri untuk mencapai target integrasi logistik ASEAN pada tahun 2013, integrasi pasar
ASEAN pada tahun 2015, dan integrasi pasar global pada tahun 2020
5
Cetak Biru Sistem Logistik Nasional
JARINGAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL
Desa
Antar Pulau
Pelabuhan Hub
Internasional
AFRIKA
Desa
Kota/
Kab
Desa
Pelabuhan Hub
Internasional
EROPA
Desa
Kota/
Kab
Desa
Antar Pulau
Desa
Desa
Desa
Pelabuhan Hub
Internasional
Indonesia
Pelabuhan Hub
Internasional
ASIA
Kota/
Kab
Antar Pulau
Desa
Integrasi Jaringan Lokal dan Nasional
Pelabuhan Hub
Internasional
AUSTRALIA
Pelabuhan Hub
Internasional
AMERIKA
Koneksi Jaringan Global
Aplikasi
Sarana Transportasi
Data
Jaringan Fisik
Informasi
Penyedia
Fasilitas
Penyimpanan
Sarana Transportasi
Intermodal Node
Node
Jaringan
Distribusi
Moda
Dokumen
Aplikasi
Aplikasi Khusus
Keamanan
Cash
Basis
T/T
Saluran Pengiriman
Messaging Hub
Jaringan Telekomunikasi
PJL (4PL, 3PL, Jasa Pengurusan Transportasi)
W/H, CY, Container Freight Station (CFS), Container, Bag, Pallet, Depot
Kapal Laut, Kereta Api, Kapal Udara, Truck, Pipa
Dermaga
Pelabuhan
Laut
Dermaga
Pelabuhan
Sungai
Terminal
Bandar
Udara
Terminal
Pelabuhan
Daratan
Terminal
Terminal
Stasiun
Depot
Laut
Sungai
Udara
Jalan
Rel
Pipa
Penyedia
Produsen, Importir, Eksportir
Penyalur
Pedagang, Distributor, Grosir, Agen, Peritel
Prasarana
Terminal Agri, pasar Induk, Pasar Tradisional, Kios, Warung,
Hyper/Super/Mini Market/ e-Market
Infrastruktur Logistik Barang
Jaringan
Transportasi
Jaringan
Informasi
Pesan
SMS
Banking
Money
Internet
Banking
ATM
Freight
Sarana
Perbankan, Asuransi, LKBB
Data
Penyedia Jasa
Trade
Jaringan
Keuangan
INFRASTRUKTUR LOGISTIK NASIONAL BARANG
MILESTONE KINERJA LOGISTIK NASIONAL SAMPAI 2025
KUNCI PENGGERAK SISLOGNAS
Regulasi, Peraturan & Perundangan
Manajemen
Sumber Daya
Manusia
Teknologi
Pelaku dan
Informasi dan Penyedia Jasa
Komunikasi
Logistik
Infrastruktur Transportasi
Komoditas
Penggerak
Utama
Visi
Logistik
Indonesia
2025
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
B
DRIVER :
PELAKU DAN PENYEDIA JASA
LOGISTIK
TUJUAN:
Terwujudnya Pelaku Logistik (PL) dan Penyedia Jasa Logistik (PJL) yang tidak hanya
mampu mendominasi sektor logistik dalam tataran lokal dan nasional, tetapi juga
mampu bersaing di tataran global;
Terwujud “pemain lokal kelas dunia” (world class local players)
Strategi:
Membangun aparatur Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Lokal berkelas
dunia
ESENSI PROGRAM AKSI
Pelaku Logistik (PL) dan Penyedia Jasa Logistik (PJL)
Tahap I
Tahap II
Tahap III
(2011-2015)
(2016-2020)
(2021-2025)
Disetiap Koridor Ekonomi
terdapat PL dan PJL yang
menjadi pemain lokal dan
nasional yang handal dan berdaya saing
Disetiap koridor ekonomi terdapat
UKM dan koperasi penyedia jasa
logistik sebagai pemain lokal dan
nasional yang handal dan berdaya
saing
Meningkatnya peran BUMN PJL
(Pos, BGR, Bulog, dll) dalam
Logistik pedesaan dan nasional
Revitalisasi BUMN Niaga sebagai trading house komoditas pokok
dan strategis serta komoditas
ekspor
Disetiap Koridor Ekonomi
•
terdapat PL dan PJL yang
menjadi pemain handal regional
Terwujudnya PL dan PJL Nasional
klas dunia (world class player)
Disetiap Propinsi terdapat UKM
dan koperasi penyedia jasa
logistik sebagai pemain lokal
dan nasional yang handal dan
berdaya saing
Terwjudnya BUMN PJL sebagai •
pemain andalan dalam logistik
pedesaan dan nasional
Terwujudnya PL dan PJL Nasional
klas dunia (world class player)
Terwujudnya BUMN Niaga
sebagai trading house klas dunia
(world class player)
11
RENCANA AKSI
PELAKU LOGISTIK (PL) DAN PENYEDIA JASA LOGISTIK (PJL)
TAHUN 2011-2015
Pemberdayaan dan Penguatan Pelaku dan
Penyedia Jasa Logistik;
Peningkatan kapasitas Pelaku dan Penyedia Jasa
Logistik
Penciptaan Iklim Usaha yang kondusif bagi
Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik
Meningkatkan Efektivitas Pelayanan, dan
Penguatan dan Perluasan Jejaring Kerjasama
Internasional
1. RENCANA AKSI PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN
PELAKU LOGISTIK (PL)
PL) DAN PENYADIA JASA LOGISTIK (PJL)
PJL)
Indikator
Penanggung
Jawab
Meningkatnya kompetensi dan profesionalisme perusahaan PL
baik BUMN, Koperasi, maupun swasta, dan regulator di
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
Kemenko-Ekon
Kemenhub
Kemendag, dll
Meningkatnya daya saing Pelaku Logistik Nasional (Produsen
Pedagang Besar, Distributor, Grosir, Agen, Pengecer, dsb)
Kemenko-Ekon
Meningkatnya daya saing PJL Nasional (BUAM, Forwarder,
Shipping liner, Transporter, Warehouser, dsb)
Kemenhub
Disetiap Propinsi terdapat UKM dan koperasi penyedia jasa
logistik sebagai pemain lokal dan nasional yang handal dan
berdaya saing
Sinergi BUMN untuk menciptakan supply chain network kelas dunia
yang efisien dan efektif sehingga mampu mendorong peningkatan
daya saing Perekonomian Nasional
Perusahaan PJL Nasional (Freight forwarder / Shipping Line/
Transporter, dsb) telah menjadi Badan Usaha Angkutan Multimoda
(BUAM)
Kemenkop
&UKM
Kemen BUMN
Kemenhub
2. RENCANA AKSI PENINGKATAN KAPASITAS PELAKU DAN PENYEDIA
JASA LOGISTIK
Indikator
Penanggung Jawab
Terbitnya kebijakan/ skema insentif (fiskal, moneter, perijinan,
dsb) kepada Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik
Kemenko Ekon
Terbitnya kebijakan untuk meningkatkan dukungan lembaga
keuangan (perbankan, asuransi, dsb) kepada industri
transportasi logistik, Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik
Kemenko Ekon
Terbitnya kebijakan institutional capacity building bagi Pelaku
dan Penyedia Jasa Logistik
Kemenko Ekon
3. RENCANA AKSI PENCIPTAAN IKLIM USAHA YANG KONDUSIF BAGI
PELAKU DAN PENYEDIA JASA LOGISTIK
Indikator
Penanggung Jawab
Terbentuk Badan Sertifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Badan Usaha Angkutan Multimoda (BUAM)
Kemenhub
Terciptanya peluang usaha di dalam bidang logistik
BKPM
Tersedianya insentif fiskal dan kemudahan akses usaha bagi
penyelenggara jasa logistik
Kemenkeu
4. RENCANA AKSI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PELAYANAN DAN
PENGUATAN JEJARING KERJASAMA INTERNASIONAL
Indikator
Penanggung jawab
Tersusunnya standar, sistem mekanisme dan prosedur
penyelenggaraan angkutan multimoda yang efisien untuk
kelancaran arus barang dan penurunan biaya logisik
Kemenhub
Terbangunnya sistem perijinan usaha secara elektronik (e-permit)
yang cepat, tepat dan transparan
Kemendagri dan
BKPM
Meningkatnya peran organisasi asosiasi bidang logistik dalam
upaya peningkatan pelayanan jasa logistik
Kemendag
Terfasilitasinya PL dan PJL dalam penguatan dan
perluasan jejaring bisnis global
Kemendag
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
C
Bigwin Capaian SISLOGNAS 2015
BIGWIN CAPAIAN SISLOGNAS
Tahap I (2011-2015)
1. Penetapan dan pengembangan Pelabuhan Hub Laut Internasional di
Kuala Tanjung dan Bitung (termasuk rencana rincinya), dan Pel Hub.
Udara Internasional di Jakarta, Kuala Namu, dan Makasar.
2. Terbangunnya Pelabuhan Kalibaru sebagai Perluasan Pelabuhan
Tanjung Priok
3. Beroperasinya Short Sea Shipping di jalur perairan Pantura dan Jalintim
Sumatera
4. Peningkatan Peran Kargo kereta Api di Jawa dan Sumatera.
5. Pembangunan sistem otomasi dan informasi logistik nasional yang
terintegrasi secara elektronik (INALOG)
6. Peningkatan kapasitas angkut armada kapal perintis dan nasional untuk
transportasi penumpang dan kargo di kawasan Timur Indonesia
7. Peningkatan ketersediaan, kualitas dan kapasitas angkutan laut antar
pulau melalui pemberdayaan pelayaran nasional dan pelayaran rakyat.
8. Terbangunnya logistics center untuk melayani consolidated container
bagi LCL cargo eksportir UKM
BIGWIN CAPAIAN SISLOGNAS
Tahap I (2011-2015)
9. Beroperasinya model sistem pelayanan 24/7 kargo udara di Bandara
Soekarno Hatta
10.Terwujudnya beberapa Penyedia Jasa Logistik Nasional sebagai
pemain logistik kelas dunia
11.Revitalisasi BUMN Niaga sebagai Trading House Komoditas Pokok
dan Strategis serta Komoditas unggulan ekspor
12.Meningkatnya Peran BUMN (Pos, BGR dan Bulog) dalam Logistik
Pedesaan
13.Terselenggaranya sistem pendidikan dan pelatihan profesi logistik
nasional yang berstandar internasional
14.Terwujudnya Pusat Distribusi Regional Komoditas pokok dan
Strategis pada setiap koridor ekonomi
15.Sinkronnya regulasi dan kebijakan yang mendorong efisiensi kegiatan
ekspor impor
16.Penetapan tarif pelayanan jasa logistik dengan denominasi Rupiah.
17.Efektifnya pengoperasian Dry Port
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
D
INTEGRASI JASA LOGISTIK
ASEAN
BENTUK-BENTUK HAKIKAT KERJASAMA EKONOMI DAN
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
•
Blok Pasar
•
European Economic Community (Pasar Tunggal Eropa),
termasuk Customs union dan mata uang
Masyarakat Ekonomi ASEAN (Single Market and Single
Production Base)
Wilayah
Perdagangan
Bebas
• NAFTA (North American Free Trade Area : terdiri dari United
States, Canada, and Mexico;
• Mercosur adalah - Regional Trade Agreement (RTA) : terdiri
dari Brazil, Argentina, Paraguay, Uruguay, and Venezuela
• Bilateral (US-Israel FTA, Singapore-Chille FTA, dsb)
Kawasan Ekonomi
• APEC;
• Australia-New Zealand Closer Economy, dsb
Kesamaan Historis
dan Ideologi
• Common Wealth, OKI, G-8, dsb
•
OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), OECD
(Organisation for Economic Co-operation and Development), G-20
(The Group of Twenty Finance Ministers and Central Bank
Governors) , dsb
•
•
Bilateral (IJ-EPA), rencana ID-EU CEPA
RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership : ASEAN,
China, South Korea, Japan, India, Australia and New Zealand)
Kepentingan
Tertentu
Kerjasama
Ekonomi
Komprehensif
BENTUK-BENTUK IKATAN KERJASAMA EKONOMI DAN
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Multilateral
United Nations
WTO (World Trade Organization)
WCO (World Customs Organization)
CITES (Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora)
• ISO (International Standard Organization)
•
•
•
•
Plurilateral
• Organisasi Konferensi Islam
• G-8
Regional
• APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation)
• Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) 2015
• ASEAN dan mitra Ekonomi (ASEAN-China FTA,
ASEAN-Korea FTA, ASEAN-India FTA, ASEANAustralia-New Zealand FTA, dsb)
Bilateral
• Indonesia-Japan Economic Comprehensive Parnership
Agreement
• Indonesia-EU Economic Comprehensive Partnership
Agreement (dalam proses negosiasi)
Lain-lain
•
•
G-20
INRO (International Natural Rubber Organization)
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
1
PILAR ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
(AEC) 2015
Pasar Tunggal dan
Basis Produksi
Regional
Kawasan Berdayasaing Tinggi
Kawasan dengan
Pembangunan
Ekonomi yang
Merata
Integrasi ke dalam
Perekonomian
Dunia
Pada tahun 2015, Kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka yang berbasis produksi,
dimana aliran barang, jasa, dan investasi akan bergerak bebas, sesuai dengan
kesepakatan ASEAN.
Tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif yang berbeda antar negara anggota
ASEAN akan berpengaruh dalam menentukan manfaat AEC 2015 di antara negaranegara ASEAN.
Memuat rencana aksi dan target waktu hingga tahun 2015:
1. Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional:
Regional:
Arus barang, jasa, dan investasi yg bebas, tenaga kerja yang lbh bebas,
arus permodalan yang lebih bebas, Priority Integration Sectors (PIS),
serta pengembangan sektor food-agriculture-forestry;
2. Kawasan Berdaya
Berdaya--saing Tinggi
Tinggi::
Kebijakan persaingan, perlindungan konsumen, HKI, pembangunan
infrastruktur, kerjasama energi, perpajakan, e-Commerce;
3. Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata:
Merata:
Pengembangan UKM, prakarsa bagi integrasi ASEAN (untuk CLMV);
4. Integrasi dengan Perekonomian Dunia
Dunia::
Pendekatan koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal,
Partisipasi yang semakin meningkat dalam jaringan suplai
global.
Masterplan of ASEAN Connectivity
Trade in Services:
Trade in Goods:
1.Air travel (2010)
2.E-ASEAN (2010)
3.Healthcare (2010)
4.Tourism (2010)
5.Logistics Services
(2013)
1. Agro-based products
2. Automotive
3. Electronics
4. Fisheries
5. Rubber-based products
6. Textiles & apparels
7. Wood-based products
29/05/2013
4
26
(5 sectors in services, 7 sectors in goods)
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
2
Roadmap for the Integration of
Logistics Services
ROADMAP FOR THE INTEGRATION OF
LOGISTICS SERVICES
1.Ditetapkan pada pertemuan ASEAN Economic Minister (AEM) ke39 tanggal 24 Agustus 2007 di Makati City Philippines;
2.Time line : Tahun 2013;
3.Senior Economic Officials Meeting (SEOM) menjadi Badan
Koordinasi dan Monitoring dari implementasi Roadmap,
Sementara Country Coordinator adalah Viet Nam;
4.Berdasarkan AEC Blueprint, Logistics Services merupakan bagian
dari ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS);
AFAS bersifat legally binding;
Penyampaian Schedule of commitment mengacu kepada WTO Guidelines
SL/92, dan Central Product Classification List (CPC)
Komitmen Liberalisasi adalah “General Agreement on Trade in Services
(GATS) Plus”
Pembahasan dilakukan dalam pertemuan Coordinating Commitee on
Services (CCS) dan Logistics and Transport Sectoral Working Group
(LTSSWG)
28
TUJUAN:
Pasar tunggal ASEAN tahun 2015 dengan memperkuat integrasi ekonomi
ASEAN melalui langkah liberalisasi dan fasilitasi di bidang jasa logistik.
Pembentukan dan peningkatan daya saing basis produksi ASEAN melalui
penciptaan lingkungan logistik ASEAN terpadu.
MEASURE (TINDAKAN):
Mengupayakan integrasi jasa logistik melalui langkah-langkah progresif :
1. Liberalisasi Jasa Logistik Secara Substansial;
2. Meningkatkan daya saing layanan Penyedia Logistik ASEAN,
Trade and Customs Facilitation
Logistics Facilitation;
3. Memperluas kemampuan Pelayanan Penyedia Jasa Logistik ASEAN;
4. Pengembangan Sumber Daya Manusia;
5. Meningkatkan Infrastruktur dan Investasi Transportasi Multi-Moda.
CAKUPAN:
29/05/2013
29
Freight Logistics and aktivitas terkait
Implementasi terhadap measures tertentu tunduk pada hukum dan peraturan
nasional yang relevan
PERKEMBANGAN PERUNDANGAN LIBERALISASI AFAS
AFAS Paket ke-9:
(Jumlah: 104 subsektor)
AFAS Paket ke-10:
(Jumlah: 128 subsektor)
Penyampaian Schedule of Commitment
(SoC) dimulai Januari 2013;
Putaran pemenuhan komitmen AFAS
Paket ke-9 selesai pada Mei 2013; dan
Penandatanganan
Protokol
Implementasi pada Agustus 2013.
Dijadwalkan selesai tahun 2015
29/05/2013
30
30
AFAS Paket ke- 8:
(Jumlah: 80 subsektor)
Pada Pertemuan CCS ke-71, 26-28 Sept
2012 di Kuala Lumpur:
Semua negara AMS telah lulus
threshold (ambang batas) - pada Sept
2012;
Indonesia telah meratifikasi Protocol
AFAS paket ke-8 tahun 2013;
AFAS TARGET THRESHOLDS FOR THE 9TH AND 10TH AFAS PACKAGES
(ENDORSED AT 44TH AEM)
Completion Target
Number of Subsectors
Mode 1 (Cross Border Trade)
Mode 2 (Consumption Abroad)
Mode 3 (Commercial Presence) :
Market Access -Foreign Equity
Participation
Mode 3 (Commercial Presence):
Market Access - Limitations
Mode 3 (Commercial Presence):
National Treatment (NT)
Flexibility Allowed
Max flexibility
in one mode of supply
9th Package
AEM 2013
104
All 104: None
All 104: None
29 PIS: 70%
9 LOG: 70%
66 OTHER: 51%
29 PIS: No limitation
9 LOG: No limitation
26 OTHER: max 2 lim
26 OTHER: max 1 lim
Max 3 lim /subsector
(including horizontal)
15%*(104*3)= 47 modes
across modes 1-2-3
10th Package
AEM 2015
128
All 128: None
All 128: None
29 PIS: 70%
9 LOG: 70%
90 OTHER: 70%
29 PIS: No limitation
9 LOG: No limitation
55%*47= 26 modes
50%*58= 29 modes
90 OTHER: No limitation
Max 1 lim /subsector
(including horizontal)
15%*(128*3)= 58 modes
across modes 1-2-3
Mode 4: Presence of Natural Persons - to be agreed;
ASEAN MNP Agreement akan ditandatangani para Menteri Ekonomi ASEAN pada ASEAN
Summit ke-21 Nov 2012 di Kamboja.
CAKUPAN JASA LOGISTIK ASEAN
No.
Logistics Services
No.CPC
1
Maritime Cargo Handling Services
CPC 741
2
Storage & Warehousing Services
CPC 742
3
Freight Transport Agency Services
CPC 748
4
Other Auxiliary Services, meliputi: Bill Auditing; Freight Brokerage
Services; Freight Inspection; Weighing and Sampilng Services;
Freight receiving and Acceptance Services; Transportation
Document Preparation Services;
CPC 749
5
Courier Services- termasuk Express Delivery Services;
CPC 7512
6
Packaging Services
CPC 876
7
Custom Clearance Services
8
International Freight Transportasion excluding Cabotage
9
Implementation ASEAN Multilateral Agreement of Full
Liberalisation of Air Freight Services;
10
International Rail Freight Transport Services
CPC 7112
11
International Road Freight Transport Services
CPC 7123
CPC 7212
KOMITMEN MASING-MASING NEGARA ASEAN DALAM
AFAS PAKET-8 UNTUK SUB SEKTOR JASA LOGISTIK
Pada putaran AFAS Paket ke-8, masih terdapat kesenjangan di antara
AMS dalam hal tingkat pemenuhan persyaratan threshold (ambang
batas) untuk Mode 3 (Commercial Presence) terkait foreign equity
participation (FEP) sebesar 51%;
Dari 9 subsektor yang diliberalisasi, komitmen masing-masing AMS
sampai AFAS Ke-8, sbb:
1) Brunei Darusssalam - 8 subsektor;
2) Cambodia -6 sub sektor;
3) Indonesia – 4 sub sektor;
4) Lao PDR -7 sub sektor;
5) Malaysia - 7 sub sektor;
6) Myanmar-7 Sub Sektor;
7) Phillipines-4 Sub sektor;
8) Singapore- 6 Sub Sektor;
9) Thailand- Tidak ada yang memenuhi threshold;
10)Vietnam- 9 Sub Sektor.
AMS AFAS-8 COMMITMENTS IN LOGISTICS SERVICES
Subsectors
CPC
Brun
1
2
Packaging services
Courier services
876
7512
51
51
NL
NL
49
100
100
3
Maritime Freight
transportation
Rail Freight
transportation
Road Freight
transportation
Cargo handling
services
Storage and
warehouse services
Freight transport
agency services
Other auxiliary services
Supporting services for
maritime transport
(Customs Clearance
only)
7212
51
100
60
100
7112
51
100
51
NL
49
4
5
6
7
8
9
10
29/05/2013
7123
741
51
742
51
748
51
749
745**
51
Cam
Ind
Lao
NL
51
51
My
m
100
100
51
100
Phil
Sin
Thai
70
NL
NL
N
49
51
51
40
NL
49
51
40
100
60
49
Mal
NL
40
NL
49
51
100
40
49
49
49
51
49
51
49
51
51
100
51
100
40
49
100
51
100
100
100
51
40
100
51
49
51
49
Viet
NL
NL
NL
34
No
KESULITAN DALAM MEMENUHI THRESHOLD
INDONESIA
No.
1
2
3
4
Sub-Sectors
Difficulties in complying with the Thresholds for Logistics
Subsectors
Maritime cargo handling services UU No.17/2008 dan PP 20/2010 :harus perusahaan nasional
Perpres No.36/2010 tentang DNI: Commercial presence hanya
(CPC 741)
melalui joint venture dengan Maximum FEP 60 per cent for
ASEAN countries.
Storage & warehousing services UU No.11/1965 tentang Pergudangan perusahaan harus
(CPC 742)
mendapat lisensi Menteri Perdanganan
Peraturan Menteri No.16/2006 lisensi hanya diberikan
kepada warga negara Indonesia
Freight transport agency services UU No.17/2008 dan PP 20/2010 harus perusahaan nasional
Perpres No.36/2010 tentang DNI: Commercial presence hanya
(CPC 748)
melalui joint venture dengan Maximum FEP 49%
Other auxiliary services (CPC
749):
Bill auditing; Freight brokerage Perpres No.36/2010 tentang DNI:
services;
Freight
inspection; Commercial presence hanya melalui joint venture dengan
Weighing and sampling services; Maximum FEP 49%
Freight receiving and acceptance
services; Transportation document
preparation service
Perpres No.36/2010 tentang DNI: 100% kepemilikan nasional
cargo condition survey
KESULITAN DALAM MEMENUHI THRESHOLD
No.
Sub-Sectors
Difficulties in complying with the Thresholds for Logistics
Subsectors
UU No.38/2009 tentang Pos, Operator Pos Asing harus
bekerjasama dengan operator pos domestik melalui joint
venture dengan mayoritas dimiliki oleh Penyedia Domestik
Perpres No.36/2010: Max FEP 49%
Perpres No.36/2010: Max FEP: 49%
Permen No.49/2009 tentang Lisnesi Perdagangan (Jasa
Packaging di luar manufakturing dan transportasi, Otoritas
pengeluaran lisensi didelegasikan ke pemerintah daerah)
Courier services
6
Packaging services
7
8
Customs clearance services
International
Freight UU No.17/2008 dan PP 20/2010 :harus perusahaan nasional
Transportation excluding Perpres No.36/2010 tentang DNI: Commercial presence hanya
melalui joint venture company dengan Maximum FEP 60 per
Cabotage
cent for ASEAN countries
International rail freight UU No.23/2010 tentang Angkutan Kereta Api :Harus
transport services
perusahaan nasional
Commercial presence hanya dimungkinkan dengan mendirikan
perusahaan joint venture
International road freight UU No.22/2009 tidak mengatur the international road freight
transport services
transport services.
5
9
10
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
3
Pasar Bisnis Logistics Services
PERBANDINGAN KINERJA INDONESIA TERHADAP
NEGARA ASEAN LAINNYA LOGISTIK NASIONAL
PERTUMBUHAN GDP DAN SEGMEN JASA 2007-2012
Dengan peningkatan kegiatan perekonomian
yang dinamis, GDP Indonesia di tahun 2012
meningkat 6,6 persen dari tahun 2011.
Sektor Jasa tumbuh mengikuti tren
pertumbuhan ekonomi nasional, seperti Jasa
keuangan, perhotelan, rumah sakit,
perdagangan eceran, telekomunikasi dan
penerbangan mengalami peningkatan yang
berkesinambungan.
Peningkatan kelas menengah di Indonesia,
menyebabkan peningkatan pertumbuhan
peluang di sektor jasa transportasi dan
logistik.
Sektor angkutan, peryimpanan dan jasa
pengiriman diharapkan akan meningkat 11,5
persen pada tahun depan, yang didukung
oleh peningkatan di sektor ekspor dan
industri pengolahan.
Sumber : Indonesian Statistical Agency, Worldbank, Analysis by Frost & Sulivan
DAYA TARIK INVESTASI
DI SEKTOR TRANSPORTASI DAN LOGISTIK SELAMA
5 TAHUN (2006-2010)
SEMAKIN MENINGKAT SEJALAN DENGAN DAYA TARIK INVESTASI NASIONAL
(Compund Annual Growth Rate -CAGR)
KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI THD PASAR LOGISTIK
Sektor Transportasi menyumbang sekitar 84,1 persen dari total pasar Jasa
Transportasi, Peyimpanan dan Jasa pengiriman.
Sumber : Indonesian Statistical Agency, Worldbank, Analysis by Frost & Sulivan
TOTAL PASAR TRANSPORTASI DAN LOGISTIK DI INDONESIA
DITAKSIR RP.1.232,92 TRILLIUN TAHUN 2011
PROYEKSI PASAR TRANSPORTASI DAN LOGISTIK
INDONESIA 2011-2016
Pasar Jasa Transportasi dan Logistik di Indonesia diperkirakan akan meningkat mengikuti
perkembangan ekonomi nasional, sekitar 14,7 persen antara tahun 2011 - 2016 berdasarkan
Tingkat Pertumbuhan Tahunan Gabungan (CAGR).
Namun permasalahan bottleneck akan tetap terjadi pada tahun-tahun mendatang, jika
pembangunan infrastruktur tidak dipercepat , dan hal ini akan berakiibat memperlambat
pertumbuhan ekonomi .
Sumber : Frost & Sulivan
PASAR TRANSPORTAS DAN LOGISTIK
INDONESIA PADA TAHUN 2012
DIPROYEKSIKAN SEKITAR US $ 149 BILLION
PENDORONG UTAMA DAN PENGHAMBAT PASAR
TRANSPORTASI DAN LOGISTIK INDONESIA
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
4
Kesiapan Indonesia dalam Integrasi
Jasa Logistik ASEAN
KOMITMEN YANG HARUS DIPENUHI
Target
Accomplishment
Mode 3 (Commercial Presence):
- Foreign Equity Participation
AFAS Paket ke-9
2013
29 Sub Sectors PIS: 70%
9 Sub Sectors Logistics:
70%
AFAS Paket ke-10
2015
29 PIS: 70%
9 Logistics: 70%
Pada tahun 2013-2015, ambang batas Foreign Equity Participation (FEP) untuk semua Sub
Sektor Jasa logistik ASEAN (9 Sub Sektor) , harus mencapai 70%, dan tidak ada pembatasan
dalam akses pasar.
Perusahaan Penyedia Jasa Logistik dari satu negera ASEAN, bebas mendirikan usaha Joint
Venture di negara ASEAN lainnya, dengan kepemilikan modal dominan (70%).
Lapangan kerja ASEAN di bidang logistik semakin terbuka lebar: Sumber Daya Manusia
(SDM) atau skilled labour professional di bidang logistik, dari suatu negara anggota ASEAN
akan bebas memasuki pasar kerja di negara-negara ASEAN lainnya (movement of natural
persons).
Untuk memenuhi target komitmen ASEAN Frame Work Agreement on Services (AFAS),
Indonesia perlu mensinkronisasikan ketentuan regulasi terkait, antara lain melakukan revisi
terhadap Daftar Negatif Investasi (DNI), yang saat ini sedang dalam proses pembahasan
interdep.
ASEAN Federation of Forwarders Associations (AFFA)
Sepakat Membangun ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA)
on Logistics Professionals
Langkah-langkah yang akan dilakukan AFFA:
Menetapkan Minimum Standard of Qualification dari masing-masing professional
berdasarkan konsensus Negara Anggota ASEAN.
Study untuk mengidentifikasi tingkat keahlian masing-masing profesi di setiap
sub sektor jasa logistik >>>> AFFA telah menyampaikan TOR kepada ASEAN
Secretariat untuk pelaksanaan study tentang MRA logistics professionals guna
memperoleh pembiayaan dari Dialogue Partners.
APA YANG HARUS DILAKUKAN INDONESIA?
Pemetaan Kompetensi Profesi Logistik
Seluruh Asosiasi dan profesi di bidang logistik bersama-sama Menyusun
dan menyepakati STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
(SKKNI) Logistik
TANTANGAN DAN PELUANG
TANTANGAN
PELUANG
• Indonesia menjadi magnet di Asia Tenggara dengan
penduduk lebih 247 juta jiwa DAN kaya akan Sumber Daya
Alam, yang menjadi pasar yang menarik untuk menjadi
pasar ekspor negara lain sekaligus sumber bahan baku
murah.
• Mudahnya pelarian Investasi
• Persaingan
Tenaga Kerja Ahli, Sektor Keuangan/
pembiayan, dan jasa-jasa lain.
• Penguasaan jasa logistik oleh Perusahaan Asing (ASEAN)
karena keunggulan kapasitas dan jaringan global
• Peningkatan Kemampuan Penyedia Jasa Logistik Nasional
Perusahaan Jasa Logistik Nasional dapat ekspansi ke
negara ASEAN yang lain
Pengembangan kerjasama dan Partnership dengan
perusahaan logistik global
Demand terhadap tenaga ahli Logistik nasional tinggi
Paradigma baru > Penerapan IT dan counsumer focus
dalam pelayanan Logistik dan Supply Chain
Institusi Pendidikan Logistik Bermunculan
STRATEGI KEBIJAKAN SEKTOR JASA
MENGHADAPI AEC 2015:
Memperkuat prosedur domestik untuk sektor jasa, contoh:
melalui sertifikasi pelaku usaha jasa logistik.
Memaksimalkan penggunaan fleksibilitas yang diizinkan untuk
memberi space lebih bagi penguatan sektor jasa domestik.
Penyusunan Daftar Negatif Investasi yang menyeimbangkan
antara komitmen liberalisasi sektor jasa dan kepentingan industri
jasa domestik.
Ekspansi sektor jasa unggulan ke luar negeri, seperti sektor
perbankan dan tenaga kerja kreatif.
Memaksimalkan pemanfaatan investasi asing sektor jasa untuk
mendorong akselerasi industralisasi Indonesia.
Mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor jasa.
Peningkatan kemampuan Penyedia Jasa Logistik Nasional
Pelaku usaha (KADIN, KADINDA, dan Asosiasi), lebih berperan aktif untuk
meningkatkan kemampuan Penyedia Jasa Logistik.
Revitalisasi dan peningkatan sinergi BUMN Logistik;
Kolaborasi Usaha Jasa Logistik Nasional.
Memperkuat network di area tertentu dan nationwide;
Fokus pada Niche Market tertentu;
Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia di Bidang Logistik
Penyelenggaraan Program Studi Logistik dan Logistics Community College
(Akademi Komunitas Logistik), mulai dari SMK, sampai Perguran Tinggi (D3, S1, S2,
S3).
Logistik telah diakui sebagai salah satu Cabang Keilmuan dan Program Studi, pada Rumpun
Ilmu Terapan (Rumpun ke-6 dalam UU No.12 Tahun 2012, berdasarkan Surat Dirjen Dikti atas
nama Men DikBud No.238/E/DT/2013 Tgl. 22 Maret 2013
Penyusunan dan Kesepakatan Bersama seluruh Asosiasi dan profesi di bidang
logistik mengenai STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
(SKKNI) Logistik
Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Badan Akreditasi Logistik
Nasional.
Sinergi dan kolaborasi Pemerintah-Akademisi-Pengusaha-Asosiasi untuk
mengembangkan program vocational dan pelatihan sertifikasi profesi logistik
nasional, level operasional, Managerial, dan Strategic (Executive)
Terima Kasih
29/05/2013
52
[email protected]
DEFINISI PERDAGANGAN JASA DAN MODA PEMASOKAN
(PASAL 1 (2) GATS
53
Perdagangan Jasa didefinisikan sebagai pemasokan jasa:
1. From the territory of one Member into the territory of any other
Member (Dari wilayah salah satu negara anggota ke wilayah
negara Anggota lainnya) - Mode 1: Cross Border Trade;
Misalnya: Seorang pengguna dari negara A menerima jasa dari
luar negeri melalui infrastruktur pos dan telekomunikasinya.
Jasa tsb antara lain: Konsultasi atau Laporan Riset Pasar,
Nasihat Medis Jarak Jauh, Pendidikan Jarak Jauh, atau
Rancangan Arsitektur.
2. In the territory of one Member to the service consumer of any
other Member ( (Di dalam wilayah salah satu negara anggota
yang melayani konsumen negera anggota lain) – Mode 2:
Consumption Obroad;
Misalnya: Warga negara A bepergian ke luar negeri sebagai
turis, pelajar atau pasien dalam rangka mendapatkan jasa yang
29/05/2013
dibutuhkan
DEFINISI PERDAGANGAN JASA DAN MODA PEMASOKAN
(PASAL 1 (2) GATS
54
3. By a service supplier of one Member, through commercial
presence in the territory of any other Member (yang dilakukan
oleh pemasok jasa di suatu negara Anggota, dengan mendirikan
kegiatan usaha di negara anggota lainnya) –
Mode 3: Commercial Presence;
Misalnya: Jasa disediakan di dalam negara A oleh kantor lokal,
afiliasi atau anak perusahaan dari sebuah perusahaan asing.
4. By a service supplier of one Member, through presence of natural
persons of a Member in the territory of any other Member (yang
dilakukan oleh individu pemasok jasa dari suatu negara Anggota
di dalam wilayah negara Anggota lainnya) – Mode 4: Movement
of Natural Persons;
Misalnya :WNA memberikan jasanya di dlm negara A sbg
pemasok independen (seperti konsultan, pekerja kesehatan)
atau pekerja dari pemasok jasa (spt konsultan, rumah sakit,
29/05/2013
perusahaan konstruksi)
Download