PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJP) KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2005 - 2025 PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG 2007 PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2005 - 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDAR LAMPUNG Menimbang : a. Bahwa dalam Undang-undang Dasar 1945 dan amandemen menentukan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tidak perlu dibuat lagi, namun Pengelolaan Pembangunan memerlukan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah; b. Bahwa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah memerlukan perencanaan yang sistemik dan berkesinambungan untuk menentukan arah dan prioritas kegiatan pembangunan; c. Bahwa pasal 150 ayat: (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan pasal 13 ayat (1) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJID) ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda); d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman dimaksud pada huruf a, b, dan c perlu menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2005 - 2025 dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Undangundang Nornor 4 Drt. Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 55); Undang-undang Nomor 5 Drt. Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 56); dan Undang-undang Nomor 6 Drt. Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57) Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Surnatera Selatan, sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 5. Peraturan Pernerintah Nomor 3 Tahun 1982, tentang Perubahan Batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3213); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983 tentang Perubahan Nama Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3254); 7. Peraturan Pernerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pernerintah, Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara nomor 4737); 8. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 03 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Kota Bandar Lampung; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG Dan WALI KOTA BANDAR LAMPUNG Menetapkan : MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2005 2025. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kota Bandar Lampung b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah kota Bandar Lampung c. Walikota adalah Walikota Bandar Lampung; d. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJPD Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025 adalah dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk peride 20 (dua puluh) Tahun terhitung sejak Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2025; e. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2005-2010yang selanjutnya disebut sebagai RPJMD Kota Bandar Lainpung Tahun 2005-2010 adalah dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2010; BAB II SISTEM PERENCANAAN Pasal 2 RPJP Daerah Kota Bandar Lampung diharapkan memberikan jaminan sebagai berikut: a. Terlaksananya koordinasi perencanaan ; b. Terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi rencana baik antarwaktu, antarfungsi Pemerintah Daerah Kota Bandar antar ruang, Lampung dengan Pemerintah Propinsi Lampung dan Pemerintah Pusat ; c. Adanya konsistensi antara perencanaan, penganggaran, d. pelaksanaan dan pengawasan; e. Tercapaiya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan; dan f. Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaa, penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan rencana. BAB III PENYUSUNAN Pasal 3 1) Penyusunan RPJP Daerah Kota Bandar Lampung mengacu pada RPJP Propinsi Lampung dan RPJP Nasional. 2) Dalam menyusun RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Bappeda Kota Bandar Lampung dapat melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Bappenas, Depdagri Cq. Ditjen Bangda dan Pemda Propinsi Cq. Bappeda Propinsi Lampung. Pasal 4 1) Pemerintah Propinsi Lampung melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah Kota Bandar Lampung. 2) Tatacara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 5 1) Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2005- 2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJP Daerah Kota Bandar Lampung. 2) RPJP Daerah Kota Bandar Lampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Peratuaran Daerah ini. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP Pasal 6 Ketentuan mengenai RPJM Daerah Kota Bandar Lampung yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini wajib disesuaikan dengan RPJP Daerah Kota Bandar Lampung sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 7 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bandar Lampung. Ditetapkan di Bandar Lampung Pada Tanggal 31Desember 2007 WALI KOTA BANDAR LAMPUNG EDDY SUTRISNO Diundangkan di Bandar Lampung Pada tanggal 2 Januari 2008 SEKRETARIS DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG SUDARNO EDDI, SH, MH Pembina Utarna Muda NIP. 460 013 375 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2008 NOMOR 03 SERI E NOMOR'03 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2005-2025 1. UMUM Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Propinsi Lampung. Oleh karena itu Kota Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan, Berta merupakan pusat kegiatan perekonomian dari Propinsi Lampung. Sebelum tanggal 18 Maret 1964 Propinsi Lampung merupakan keresidenan, dengan ditetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Propinsi Lampung dengan Ibu KotanyaTanjungkarang-Telukbetung. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983 Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang -Telukbetung diganti menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983, dan tahun 1999 berubah menjadi Kota Bandar Lampung. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun1982 tentang Perubahan Batas Wilayah, maka Kota Bandar Lampung diperluas dengan pemekaran dari 4 kecamatan 30kelurahan menjadi 9 kecamatan58 kelurahan.Kemudian Berdasarkan SK Gubernur nomor G/185.B.111IHk/1988 tanggal 6 Juli1988 serta surat persetujuan MENDAGRI nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei198 tentang Pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Bandar Lampung, maka Kota Bandar Lampung terdiri dari 9 kecamatan dan 84 kelurahan. Pada Tahun 2001 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04,Tahun 2001 tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kecamatan dan Kelurahan Kota Bandar Lampung menjadi 13 Kecamatan dengan 98 Kelurahan. Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar Lampung disusun sebagai penjabaran visi, misi,dan arah pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung. Dengan demikian, dokumen ini lebih bersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar sedemikian sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana jangka menengah dan tahunannya. Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025 adalah untuk: a) Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi rencana baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan Pemerintah Propinsi Lampung dan Pemerintah Pusat; b) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; c) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan; dan d) mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar Lampung diwujudkan dalam visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mencerminkan cita- cita kolektif yang akan dicapai oleh masyarakat Kota Bandar Lampung serta strategi untuk mencapainya. Visi merupakan penjabaran dari apa yang dicita-citakan sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 45, yaitu terciptanya masyarakat yang terlindungi, sejahtera dan cerdas serta berkeadilan. Bila visi telah terumuskan, maka juga perlu dinyatakan secara tegas misi, yaitu upaya-upaya ideal untuk mencapai visi tersebut. Misi ini dijabarkan ke dalam arah kebijakan dan strategi Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar Lampung. Perencanaan jangka panjang lebih condong pada kegiatan olah pikir yang bersifat visioner, sehingga penyusunannya akan lebih menitik beratkan partisipasi segmen masyarakat yang memiliki olah pikir visioner seperti perguruan tinggi, lembaga-lembaga strategic, individu-individu pemikir-pemikir visioner serta unsur-unsur penyelenggara negara yang memiliki kompetensi olah pikir visioner. Oleh karenanya, rencana pembangunan jangka panjang daerah Kota Bandar Lampung yang dituangkan dalam bentuk visi, mini dan arah pembangunan daerah adalah produk dari semua elemen masyarakat, pemerintah, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik. Mengingat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar Lampung menjadi lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, maka batang tubuh dari PERDA tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025 cukup terdiri dari 7 (tujuh) pasal yang mengatur tentang pengertian-pengertian, muatan RPJP, hubungan konsultasi dalam penyusunan RPJP Daerah Kota Bandar Lampung, pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Daerah Kota Bandar Lampung, dan ruang untuk melakukan perubahan terhadap RPJM Daerah Kota Bandar Lampung dengan berlakunya PERDA RPJP Daerah Kota Bandar Lampung Tahun,2005-2025 ini. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup Jelas Pasal 2 Cukup Jelas Pasal 3 Konsultasi dan koordinasi adalah merupakan proses yang sangat penting untuk menciptakan sinkronisasi antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025 dengan RPJP Propinsi Lampung dan RPJP Nasional. Pelaksanaan konsultasi dan koordinasi diperlukan karena berdasarkan Pasal 5 UU Nomor 25 Tahun 2004, penyusunan RPJP Daerah Kota Bandar Lampung mengacu pada RPJP Propinsi Lampung dan RPJP Nasional. Sehingga setelah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025 ditetapkan menjadi PERDA berdasarkan Pasal 13 UU Nomor 25 Tahun 2004, maka Kepala Bappeda perlu melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Bappenas, Depdagri Cq. Ditjen Bangda, dan Bappeda Provinsi Lampung untuk menyusun RPJP Daerah Kota Bandar Lampung yang akan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 4 Pengendalian dan evaluasi yang dilakukan oleh Kepala Bappeda Kota Bandar Lampung terhadap pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025 merupakan bagian dari proses perencanaan pembangunan daerah secara keseluruhan dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan daerah Kota Bandar Lampung. Sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, pengendalian pelaksanaan dan evaluasi Pelaksanaan rencana pembangunan Kementrian / Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah dilakukan oleh masingmasing pimpinan Kementrian/Lembaga /Satuan Kerja Perangkat Daerah. Dalam hal ini Kepala Bappeda Kota Bandar Lampung menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Berdasarkan hasil evaluasi secara keseluruhan tersebut, maka Kepala Bappeda Kota Bandar Lampung menyusun RPJP Daerah Kota Bandar Lampung berikutnya. Pengendalian dilakukan dengan maksud untuk dapat menjamin bahwa pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan ini meliputi kegiatan pemantauan, pengawasan dan tindak lanjut. Serangkaian kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Evaluasi yang dilakukan mencakup evaluasi terhadap pelaksanaan substansi perencanaan, Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa mendatang. Fokus utama evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan diarahkan kepada hasil, manfaat, dan dampak dari rencana pembangunan,sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 30 UU Nomor 25 Tahun 2004, maka Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. DAFTAR ISI Halaman BAB I BAB II PENDAHULUAN..................................................................... 1.1 PENGANTAR.................................................................... 1.2 PENGERTIAN .................................................................. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN ... ............................................ 1.4 LANDASAN ...................................................................... 1.5 TATA URUT ..................................................................... KONDISI UMUM DAERAH................................................... 2.1 Kondisi Pada Saat Ini ... ..................................................... A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama ...................... B. Ekonomi.......................................................................... C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi................................... D. Sarana dan Prasarana...................................................... E. Politik.............................................................................. F. Keamanan dan Ketertiban............................................... G. Hukum dan Aparatur ...................................................... H. Wilayah dan Tata Ruang ................................................ I. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup .................... 2.2 Tantangan ... ....................................................................... A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama..................... B. Ekonomi ........................................................................ 1 1 7 8 9 10 11 11 11 D. Sarana dan Prasarana .................................................... E. Politik............................................................................. F. Keamanan dan Ketertiban ............................................. G. Hukum dan Aparatur..................................................... H. Wilayah dan Tata Ruang............................................... I. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup .................. 2.3 MODAL DASAR .............................................................. 42 43 43 44 22 23 25 28 30 32 35 36 38 38 40 BAB. III ANALISIS ISU STRATEGIS .................................................. 45 46 47 49 3.1 Permasalahan Umum ... ..................................................... A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama ..................... B. Ekonomi......................................................................... C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.................................. D. Sarana dan Prasarana..................................................... E. Politik ............................................................................. 49 49 51 51 52 52 BAB.IV BAB. V BAB VI F. Keamanan dan Ketertiban.............................................. G. Hukum dan Aparatur ..................................................... H. Wilayah dan Tata Ruang ............................................... I. umberdaya Alam dan Lingkungan Hidup ... ................. 3.2 Isu-Isu Strategis ................................................................. VISI DAN MIST PEMBANGUNAN DAERAH .................... 4.1 Visi Pembangunan Daerah ................................................ 4.2 Misi Pembangunan Daerah ... ............................................ ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH JANGKA PANJANG TAHUN 2005-2025 ............ 5.1 Arah Pembangunan ............................................................ 1. Mewujudkan Sumberdaya Manusia Berkualitas Yang Dilandasi Keimanan dan Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa ..................................... 52 53 54 2. Mewujudkan Pembangunan Ekonomi .......................... 76 3 Mewujudkan Pembangunan Industri Kepariwisataan... 78 54 55 56 56 59 68 68 68 4. Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, Berwibawa . dan Bertanggung Jawab ... ........................................ 78 5. Mewujudkan Stabilitas dan Kesadaran Politik dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara ................... 79 6. Mewujudkan Penegakan Supremasi Hukum, Keamanan dan Ketertiban Berdasarkan Keadilan yang Demokratis ................................................................... 80 7. Mewujudkan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana Perkotaan yang Berkualitas............................................ 81 8. Mewujudkan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Secara Adil dan Berkualitas....................... 84 5.2 TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS .......................... 86 1. TAHAP PEMBANGUNAN KE-1 (2005- 2010) .......... 86 2. TAHAP PEMBANGUNAN KE-2 (2010- 2015) .......... 90 3. TAHAP PEMBANGUNAN KE-3 (2015- 2020) .......... 95 4. TAHAP PEMBANGUNAN KE-4 (2020- 2025) .......... 99 Matrik Tahapan dan Skala Prioritas .............................. 104 KAIDAH PEMBANGUNAN .................................................. 130 BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGANTAR 1 Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung, dan sebagai konsekuensinya Kota Bandar Lampung berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, serta merupakan pusat kegiatan perekonomian di Provinsi Lampung. Sebelum tanggal 18 Maret 1964 Provinsi Lampung merupakan keresidenan, dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undangundang Nomor 14 tahun 1964. Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Provinsi Lampung dengan Ibu Kota-nya Tanjungkarang-Telukbetung. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1983 Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung diganti menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983, dan tahun 1999 berubah menjadi Kota Bandar Lampung. Dengan Undang-undang No. 5 Tahun1975 dan Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 1982 tentang perubahan wilayah, maka Kota Bandar Lampung diperluas dengan pemekaran dari 4 kecamatan 30 kelurahan menjadi 9 kecamatan 58 kelurahan.KemudiaN berdasarkan SK Gubernur nomor G/185.B.111 /Hk/1988 tanggal 6 Juli 1988 serta surat persetujuan MENDAGRI nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei 1987 tentang pemekaran kelurahan di Wilayah Kota Bandar Lampung, maka Kota Bandar Lampung terdiri dari 9 kecamatan dan 84 kelurahan. Pada tahun 2001 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 04 Tahun 2001 Kota Bandar Lampung menjadi 13 kecamatan dengan 98 Kelurahan. 2. Sejak berdirinya Kota Bandar Lampung, upaya peningkatan potensi-potensi yang ada terus dilakukan dengan upaya peningkatan pembangunan daerah yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan yang lebih terpadu dan terarah agar sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Perkembangan pembangunan yang digerakan pemerintah, swasta dan masyarakat, sebagian dilakukan dalam rangka deregulasi dan debirokratisasi sebagai terobosan terhadap tatanan yang ada untuk mempercepat tercapainya pertumbuhan dan pemerataan pembangunan serta persiapan menghadapi era globalisasi. 3. Perencanaan pembangunan untuk suatu daerah adalah suatu paradoks, semakin kita membutuhkannya, semakin kita sulit/rumit untuk melakukannya. Di satu pihak, perencanaan itu makin esensial jika kelangkaan sumber daya dan kegunaan strategisnya makin besar. Di pihak lain, justru kelangkaan ini pula yang membuat perencanaan formal kian tidak mudah. Untuk Perencanaan tidak saja berasumsi bahwa perencanaan berarti alokasi sumber, tetapi kelembagaan. harus Karena dibarengi dengan pembangunan merencanakan biasanya menuntut perubahan perubahan institusional, proses perencanaan yang tidak mengacuhkan komponen ini akan menggerogoti kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya sendiri. Dalam pembangunan daerah/kota pada hakekatnya mempunyai tujuan yang mengarah pada dua aspek utama, yaitu: (1) bertujuan memacu pertumbuhan/ perbaikan ekonomi, sosial, budaya dan hukum, pertahanan dan keamanan (Hankam) dan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS), (2) memperbaiki serta meningkatkan kemampuan daerah dalam melaksanakan pembangunan melalui kemampuan menyusun perencanaan sendiri dan pelaksanaan program/proyek dalam rangka pembangunan daerah secara efisien dan efektif. 4. Secara internal, upaya-upaya pembangunan yang mengarah pada kedua aspek tersebut di atas, tentunya harus dipahami sebagai upaya-upaya pemanfaatan potensi-potensi yang ada(SDA,SDM), serta dengan memperhitungkan daya dukung lahan yang terdapat pada suatu daerah/wilayah tertentu secara seimbang, serasi dan berkeadilan, dengan letap memperhatikan karakteristik fisik dan ke-aneka-ragaman sumberdaya lersebut. Secara eksternal, pembangunan daerah dipengaruhi oleh potensi pada skala regional dan internasional. Beberapa potensi tersebut adalah,secara geografis posisi Bandar Lampung yang berdekatan dengan daerah-daerah yang mempunyai pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang begitu cepat, akan berpengaruh pula pada pola pembangunan Kota Bandar Lampung ini_ Begitu pula keadaan internasional, terjadinya pergeseran perdagangan ke Asia khususnya ASEAN. Perkembangan ekonomi di dunia internasional seperti AFTA dan APEC, serta kerjasama ASEAN seperti IMT-GT, IMS-GT BIMP-AGA dan AIDA yang pasti akan mempengarui terhadap perkembangan wilayah di daerahdaerah di Indonesia. Secara umum, potensi-potensi regional dan internasional tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bangkitan dalam pelaksanaan pembangunan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan (poleksosbudhankam) dan IPTEKS. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka perlu dilakukan suatu analisis yang rasional dan obyektif terhadap potensi dan sebaran sumberdaya yang terdapat pada daerah dimaksud. Selanjutnya hasil analisis tersebut merupakan dasar untuk penyusunan perencanaan pembangunan yang merupakan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan tersebut sangat dibutuhkan sebagai arahan koordinasi program-program pembangunan daerah lintas sektoral dan sub sektor sekaligus sebagai informasi penting bagi pihak lain (stakeholders) tentang pola pembangunan yang direncanakan. 5. Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 telah berdampak pada pergeseran nilai-nilai pembangunan. Perubahan nilai yang terjadi setelah reformasi meliputi pergeseran kebijakan pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik, dari top down menjadi bottom up, dari keseragaman menjadi keberagaman, dari budaya petunjuk menjadi budaya prakarsa, dan dari instruksi menjadi pilihan. Kenyataan tersebut telah memberikan kewenangan yang Iebih besar kepada daerah/kota untuk mengurus rumah tangganya sendiri. 6. Desentralisasi daerah sebagai suatu antitesis dari pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan sebelumnya, memiliki beberapa tujuan yaitu: Pertama, desentralisasi dilaksandkan untuk mewujudkan suatu kondisi yang akan Iebih membuka kesempatan bagi masyarakat daerah tersebut untuk dapat berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik di tingkat lokal. Kedua, desentralisasi dimaksudkan sebagai pemenuhan kehendak untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Dan ketiga, desentralisasi akan memberikan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah, dengan dasar bahwa Pemerintah Daerah Iebih mengetahui permasalahan maupun kearifan lokal, sehingga akan mempermudah antisipasi terhadap persoalan dan kebutuhan masyarakat serta dapat Iebih mengarahkan pada upaya percepatan program-program pembangunan. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah tersebut dilaksanakan sesuai dengan Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah; pengaturan, pembagian, dan pemanfatan sumber daya nasional yang berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tap MPR tersebut selanjutnya diimplementasikan dengan merevisi UU Nomor 5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan UU No. 5/1979 Tentang Pemerintahan Desa, menjadi UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Antar Pusat dan Daerah. Kebijakan otonomi ini berlaku secara efektif sejak Januari 2001. Implementasi UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999 pada perkembangannya menimbulkan persoalan seperti: (i) belum jelasnya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, (ii) berbedanya persepsi para pelaku pembangunan terhadap kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, (iii) masih rendahnya kerjasama antar pemerintah daerah, (iv) belum terbentuknya kelembagaan pemerintah daerah yang efektif dan efesien, (v) masih terbatasnya dan rendahnya kapasitas aparatur pemerintah, (vi) masih serbatasnya kapasitas keuangan daerah dan pembentukan daerah otonom baru yang masih belum sesuai dengan tujuannya. Hal-hal tersebut, antara lain yang menyebabkan tuntutan kuatnya revisi terhadap UU tentang Pemerintahan Daerah, dan kemudian ditindaklanjuti dengan keluarnya Ut) Nomor 32/2004 dan UU Noomor 33/2004. Revisi tersebut membawa implikasi pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang berimbang, dimana peran pemerintah pusat terhadap daerah relatif memberi keleluasaan, yang ditandai dengan adanya peran kewenangan pemerintah daerah yang dapat mengambil kebijakan terkait dengan daerah. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan pemerintah daerah agar bersinergis dengan pemerintah pusat. 7. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan UU Pemerintahan Daerah No. 32/2004 harus didasarkan pada kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian tata pemerintahan. Kriteria eksternalitas merupakan pendekatan dalam pernbagian urusan pemerintahan dengan memperhatikan dampak yang ditimbulkan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Kriteria akuntabilitas merupakan pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan tingkat pemerintahan dalam menangani urusan pemerintahan yang lebih dekat dengan dampak dari urusan yang ditangani. Sedangkan kriteria efisiensi merupakan pendekatan dari sisi ketersediaan sumberdaya (personil, Jana, dan peralatan) untuk mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan. Kriteria-kriteria tersebut merupakan batasan bagi subtansi pelaksanaan otonomi daerah. Substansi otonomi daerah antara lain adalah: (i) pemberdayaan (ekonomi, politik, dan sosial, dll.) masyarakat, (ii) efisiensi dan efektivitas pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat, (iii) pemerataan dan percepatan pembangunan di daerah. Perpaduan kriteria dan subtansi dalam penyelenggaraan otonomi daerah tersebut harus dilakukan dengan perencanaan yang matang. Secara akademik, perencanaan adalah bagian dari fungsi manajemen, dimana manajemen sendiri adalah sebuah proses pencapaian optimal dari tujuan organisasi (Stoner & Freeman, 1992). Dalam konteks pembangunan daerah, perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan m}asa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia (UU No. 25/2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Bab I point 1). Sebagai salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, perencanaan merupakan sebuah input yang harus dapat merangku aspek-aspek yang tidak hanya fisik, melainkan juga faktor manusianya yang merupakan subjek danobjek pembangunan. Sebagai subjek, faktor manusia adalah pelaku pembangunan itu sendiri, sedangkan sebagai objek dimaksudkan bahwa muara dari seluruh upaya pembangunan adalah peningkatan kualitas hidup manusianya. Ketentuan umum yang berlaku tentang nasional adalah satu kesatuan tatacara sistem perencanaan perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah (UU No. 25/2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Bab I point 3). Dengan demikian proses perencanaan harus terintegrasi dengan perencanaan pada tingkat di atasnya. Hal ini berarti bahwa penyusunan rencana pembangunan Kota Bandar Lampung harus sesuai dengan arah dan kebijakan umum rencana pembangunan Provinsi dan nasional, dimana setiap institusi penyelenggara negara diwajibkan untuk menyusun rencana-rencana tersebut termasuk provinsi dan kabupaten/kota. 8. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, yang mengatur sistem perencanaan pembangunan nasional, yang disesuaikan dengan era otonomi daerah. Salah satu amanat dalam Undang-undang tentang sistem perencanaan pembangunan nasional tersebut adalah kewajiban untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Berkaitan dengan hal tersebut, Kota Bandar Lampung berkepentingan bagi adanya sebuah rancangan rencana yang terintegrasi dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Tujuan integrasi tersebut adalah untuk menjamin terciptanya sinergi kebijakan dan sinkronisasi program secara vertikal antar tingkat pemerintahan yang berbeda. Salah satunya adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). RPJP tersebut sebagai payung hukum bagi penyelenggaraan pembangunan jangka panjang. Penyusunan RPJP Kota Bandar Lampung dibuat untuk menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif untuk 20 (dua puluh) tahunan, yang akan digunakan sebagai acuan dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka menengah (RPJM) 5 tahunan, dan Rencana Pembangunan Jangka Pendek (RPJP) tahunan. Fungsi RPJP adalah sebagai dokumen publik yang merangkum daftar rencana kegiatan 20 (dua puluh) tahunan di bidang Pelayanan umum pemerintahan. 1.2 PENGERTIAN Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Bandar Larhpung merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai penjabaran dari RPJP Provinsi dan RPJP Nasional yang telah disesuaikan dengan kondisi yang ada di Kota Bandar Lampung. Dokumen perencanaan tersebut mencakup visi, misi den arah pembangunan Kota Bandar Lampung untuk masa 20 (dua puluh) tahun he depan, dengan kurun waktu 2005-2025 RPJP disusun melalui serangkaian forum musyawarah perencanaan pertisipatif yang melibatkan seluruh stakeholders di Kota Bandar Lampung. Dengan demikian, matriks rencana program dan kegiatan dua puluh tahunan yang demikan dalam dokumen RPJP merupakan hpsil kesepakatan seluruh unsur pelaku pembangunan dengan tetap memperhatikan kebijakan dan program s -ategis nasional dan Provinsi. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Bandar Lampung 2005-2025 disusun dengan maksud untuk memberikan arahan yang sekaligus acuan bagi seluruh komponen masyarakat (pemerintah dan stakeholders) dalam mewujudkan cita-cita yang sesuai dengan visi, misi dan arch pembangunan yang disepakati bersama, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pembangunan akan Iebih sinergis, koordinatif, dan sating melengkapi. Selain itu, juga sebagai acuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sampai kepada penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka RPJP Kota Bandar lampung 2005-2025 ini disusun dengan tujuan sebagai berikut : 1. Tersedianya satu pedoman resmi bagi seluruh jajaran pemerintah kota dan DPRD dalam menentukan arah program dan kegiatannya yang akan dibiayai oleh APBD maupun APBN. 2. Mendukung koordinasi antara perilaku pembangunan. 3. Menjamin tercapainya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi balk antar daerah, antar waktu, antar fungsi pemerintah daerah dan pusat. 4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat Kota Bandar Lampung. 5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya Kota Bandar Lampung yang efesieri, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. 6. Menjaga kesinambungan pembangunan Kota Bandar Lampung yang dilaksanakan per-lima tahunan. 7. Tersedianya satu tolok ukur untuk melakukan evaluasi kinerja dalam pembangunan (jangka menengah dan jangka pendek). 8. Memberi gambaran tentang kondisi umum daerah Kota Bandar Lampung saat ini dalam konstalasi regional dan nasional sekaligus memahami arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah. 9. Adanya arahan dalam memahami dan menilai arah kebijakan dan program serta kegiatan operasional pembangunan jangka menengah maupun jangka pendek 1.4 LANDASAN Yang menjadi landasan idiil dad penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Bandar Lampung adalah Pancasila dan Undangmdang Dasar 1945. Sedangkan yang menjadi landasan operasionalnya, perencanaan tersebut di atas mengacu kepada seluruh ketentuan perundangmdangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan nasional dan daerah, yaitu : 1. Undang-undang Nomor 17 tahun2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No. 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4286). 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia No.4400). 3. Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Keuangan Negara. 4. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4437). 6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Rebublik Indonesia No.4438) 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 8. Ketetapan MPR Republik Indonesia Nomor VII / MPR / 2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. 9. Peraturan Perfierintah No.56 Tahun2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerinbtahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4124. 10. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun2000 tentang Pembinaan danPengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. 11. 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 Tentang 12. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007, Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. 13. 13. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2007 tanggal 21 Nopember 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Lampung Tahun 2005-20025. 1.5 TATA URUT Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025, dilakukan dengan sitematika sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan Bab II. Kondisi Umum Daerah Bab III Analisis Isu Strategis Bab IV Visi dan Misi Pembangunan Kota Bandar Lampung Tahun 2005 - 2025 Bab V Arah, Tahapan, dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005 – 2025 Bab VI Kaidah Pembangunan KONDISI UMUM DAERAH 2.1 KONDISI PADA SAAT INI Pembangunan Kota Bandar Lampung yang telah dilaksanakan selama ini menunjukkan kemajuan diberbagai bidang kehidupan masyarakat yang meliputi bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni (ipteks), politik, ketentraman dan ketertiban, hukum dan aparatur, pembangunan wilayah dan tata ruang, penyediaan sarana dan prasarana, serta pengelolaan sumberdaya alam dan Iingkungan hidup. Disamping banyak kemajuan yang telah dicapai, masih banyak pula tantangan atau masalah yang belum sepenuhnya terselesaikan. Untuk itu masih diperlukan upaya mengatasinya dalam penbangunan daerah 20 tahun ke depan. A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama Pembangunan bidang sosial budaya dan keagamaan terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Kondisi kehidupan masyarakat dapat tercermin pada aspek kuantitas dan struktur umur penduduk serta kualitas penduduk, seperti pendidikan, kesehatan, dan Iingkungan. 1. Pendidikan Pada dasarnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menentukan kehidupan berbangsa dan bernegara, baik yang telah terjadi yang kita rasakan pada saat ini maupun pada perkembangannya di kemudian hari. SDM yang berkualitas tentu dihasilkan oleh salah satu faktor yang terpenting yaitu proses pendidikan yang berkualitas pula. Oleh karenanya pembangunan pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang komprehensif pada rencana pembangunan dua puluh tahun kedepan. Selain sarana dan prasarana yang memadai balk kuantitas maupun kualitasnya, jumlah dan kualitas guru juga masih perlu ditingkatkan. 2. Kesehatan Kota Bandar Lampung sebagai kota besar dan lbukota Provinsi Lampung saat ini menghadapi berbagai permasalahan di bidang kesehatan. Kondisi bidang kesehatan di Bandar Lampung antara lain: 1) Derajat dan kondisi kesehatan masyarakat Kota Bandar Lampung secara umum relatif masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari tingginya angka (kasus) kematian ibu melahirkan, angka kematian bayi, morbidity rate, persentase penduduk dengan masalah kesehatan, persentase penduduk yang melakukan pengobatan sendiri, serta masih adanya kasus gizi masyarakat. Beberapa faktor penyebab langsung kematian ibu melahirkan antara lain: (a) eklampsia (25%), (b) pendarahan, (50%), (c) infeksi (5%), (d) dan lain-lain (20%). 2) 2) Sementara itu beberapa faktor penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain: rendahnya status gizi, tingginya KEK (Kekurangan Energi Kronis), tingginya prevalensi anemia ibu hamil, kehamilan 4 terlalu (terlalu dini, terlalu rapat, terlalu sering, dan terlalu tua), 3 terlambat (3T): terlambat datang, terlambat merujuk, terlambat penanganan; rendahnya tingkat ekonomi dan pendidikan, serta bias gender dan sosial budaya yang merugikan. Sementara itu, penyebab langsung Angka Kematian Bayi (AKB) antara lain adalah: BBLR, asfeksia, tetanus neonatorum, dan lain-lain. Adapun penyebab tidak langsung tingginya angka kematian bayi antara lain adalah: rendahnya status gizi masyarakat. Hal ini berarti upaya untuk menurunkan AKI dan AKB diperlukan upaya preventif dan promotif yang lebih sistematis dan kontinyu. 3) Tingginya persentase penduduk yang melakukan pengobatan sendiri secara implisit menunjukkan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu juga hal itu menunjukkan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap insititusi pelayanan kesehatan medis. Fakta ini mengisyaratkan bahwa di masa mendatang, diperlukan intensifikasi upaya-upaya preventif dan promotif kesehatan. 4) Secara umum rendahnya derajat kesehatan masyarakat Bandar Lampung yang ditunjukkan berbagai indikator tersebut, diduga disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama adalah rendahnya investasi yang dialokasikan untuk pengembangan sumberdaya manusia terutama sektor kesehatan. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya alokasi dana yang bersumber balk dari APBD dan APBN maupun sumber-sumber lain untuk pembangunan kesehatan. Kedua, rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, dan ketiga rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat terutama keluarga miskin. Faktor terakhir ini sangat berkaitan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang belum menjadi acuan bagi petugas kesehatan di puskesmas sebagai provider terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Hal ini terjadi, mengingat ketentuan yang berakitan SPM merupakan ketentuan baru yang belum sepenuhnya dipahami petugas. 5) Kondisi kebersihan lingkungan hidup di beberapa kawasan di Kota Bandar Lampung belum kondusif bagi terwujudnya pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Beberapa kawasan yang masih tergolong kumuh di Bandar Lampung meliputi Kota Karang, Kaliawi, Panjang, Kampung Sawah. Salah satu indikasi rendahnya kualitas lingkungan tersebut adalah tingginya tingkat polusi (pencemaran) air dan udara dan dampaknya terhadap kasus kesehatan yaitu terjadinya penyakit menular. 6) Saat ini tingkat polusi di kawasan tersebut sudah sampai pada tingkat yang membahayakan bagi kelangsungan hidup penduduk sekitar. Kondisi ini semakin "lengkap" dengan rendahnya akses masyarakat terhadap air bersih. Berdasarkan data National Human Development Report, persentase penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air besih masih sebesar 33,9% pada tahun 2002. Hal ini secara langsung berakibat tingkat penyebaran beberapa penyakit yang bersifat epidemik (seperti malaria, diare, ISPA, TB paru) menjadi sangat cepat dan berpotensi menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa tingkat morbiditas untuk penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan tersebut niasih cukup menonjol. 7) Tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan kesehatan sebagai hak asasi manusia sebagaimana visi Indonesia sehat 2010, amanat UUD 1945, serta berbagai mandat internasional seperti MDG's (Milenium Development Goals), ICPD Kairo, masih sangat berat. 8) Komponen yang membentuk HDI adalah umur harapan hidup (life expectacy), persentase penduduk dewasa yang melek huruf (adult literacy rate), rata rata lama sekolah (mean years of schooling), dan rata-rata pengeluaran perkapita per tahun. Data tahun 2002 menunjukkan untuk masing-masing komponen tersebut adalah67,8; 96,5%; 9,6tahun; dan594,9ribu rupiah. Tingginya angka HPI di Bandar Lampung terutama ditunjang oleh tingginya persentase penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih (33,9%) serta tingginya persentase balita yang kekurangan gizi (28,7%). GDI merupakan ukuran kesenjangan jender di suatu wilayah. Kesenjangan jender yang terjadi di Bandar Lampung terutama terlihat dari persentase penduduk dewasa yang melek huruf (perempuan:laki-laki=94,2%:98,7%), rata-rata lama sekolah (perempuan:laki-laki = 9,1:10,2) dan share pendapatan keluarga (perempuan: Iaki-laki=28,3%:71,7%). Sementara itu, rendahnya GEM di Bandar Lampung ditunjang oleh rendahnya partisipasi perempuan di parlemen (2,2%), rendahnya angkatan kerja perempuan (35,4%), serta kesenjangan rata-rata tingkat upah kerja di sektor non pertanian antara perempuan dan laki-laki (416,4 ribu rupiah:578,6 ribu rupiah). 9) Puskesmas sebagai pusat pembinaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, memilki sumberdaya kesehatan berupa sarana yang masih jauh dari memadai. Hal ini ditunjukkan dari keberadaan puskesmas yang belum friendly (comfortable) bagi masyarakat miskin. Fakta menunjukkan bahwa pada tahun 2003, persentase keluarga miskin yang memanfaatkan puskesmas sebagai tempat layanan kesehatan dasar hanya berjumlah 42,5%. Persoalan lain yang berkaitan dengan puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan masyarakat adalah rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar. 10) Kondisi yang ada menunjukkan bahwa puskesmas sebagai ujung tombak layanan kesehatan masyarakat belum didukung oleh tenaga kesehatan yang memadai (terutama tenaga paramedis), akan tetapi tenaga Dokter sudah lebih dari cukup. Hal ini berimplikasi terhadap rendahnya aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan. Untuk mencapai kondisi ideal masih diperlukan langkah-langkah terobosan yang inovatif, sehingga pelayanan kesehatan yang merupakan public good benar-benar memenuhi lima prasyarat keberhasilan yakni availability, accesability, affordability, acceptability, dan quality. 11) Peran dan fungsi puskesmas pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan tetapi melakukan pembinaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya secara komprehensif dan terpadu (preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif). Namun demikian dalam kenyataannya, puskesmas saat ini masih cenderung hanya menitikberatkan pada upaya kuratif dan rehabilitatif. Hal ini disebabkan puskesmas masih dibebani dengan fungsinya sebagai sumber PAD, pencapaian berbagai target penemuan kasus-kasus penyakit, serta beban kerja-kerja dalam mendukung birokrasi kesehatan (18 program kerja, kerja administrasi, rapat-rapat koordinasi dsb). Sementara itu dukungan sarana dan prasarana, tenaga, menejemen, dan finansial masih sangat terbatas. 12) Mutu pelayanan kesehatanmasyarakat yang diberikan oleh (puskesmas/pustu) belum sesuai dengan standar pelayanan minimal. Hal ini terlihat dari capaian rata-rata beberapa indikator SPM (Standar Pelayanan Mutu) puskesmas di Bandar Lampung. Menurut Surat Edaran Mendagri No 100/757/OTDA/2002, SPM adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan Kewenangan Wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator, dan nilai. 13) Kondisi yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar indikator SPM belum terpenuhi oleh puskesmas yang ada di Bandar Lampung. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab belum terpenuhinya indikator SPM antara lain bahwa SPM sebagai salah satu acuan kinerja puskesmas belum disosialisasikan atau belum dipahami oleh petugas kesehatan. Sebagai perbandingan, hasil penelitian yang dilakukan oleh Koalisi untuk Lampung Tengah sehat yang melakukan penelitian di 7 puskesmas di Lampung Tengah menujukkan bahwa SPM belum tersosialisasi sampai ke petugas puskesmas. Selanjutnya beberapa faktor lain yang menghambat pelaksanaan SPM meliputi: keterbatasan Jana, rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan, rendahnya dukungan masyarakat/pihak lain, serta keterbatasan tenaga serta sarana/prasarana (KULTS, 2005). 3. Demografi 1) Perkembangan penduduk Kota Bandar Lampung dari tahun ke tahun (20002005) relatif meningkat, dari jumlah 743.109 jiwa (2000) menjadi 809.860 jiwa (2005) atau dengan pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1.70 % pertahun. Tingkat penyebaran penduduk tidak merata, bila dirinci perkecamatannya jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Teluk Betung Selatan yaitu sebanyak 92.506 jiwa. Apabila dilihat dad kepadatan penduduk berdasarkan luas wilayah, maka tingkat kepadatan penduduk berada di Kecamatan Tanjung Karang Pusat dengan jumlah penduduk 11.217 jiwa/km2, terjarang pada Kecamatan Kemiling dengan jumlah penduduk 1.980 jiwa/km2. 2) Jumlah penduduk miskin Kota Bandar Lampung didasarkan 14 variabel kemiskinan sebanyak 59.183 kepala keluarga, yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu hampir miskin, miskin dan sangat miskin. Yang termasuk penduduk hampir miskin berjumlah 32581 Kepala keluarga (KK), miskin berjumlah 23018 Kepala keluarga (KK), dan sangat miskin berjumlah 3584 Kepala keluarga (KK). Apabila diasumsikan setiap kepala keluarga memiliki jumlah 5 anggota keluarga, maka jumlah penduduk miskin di Kota Bandar Lampung berjumlah 295.915 jiwa, dibandingkan dengan jumlah penduduk total 809.860 jiwa pada tahun 2005, maka persentase jumlah penduduk miskin sebanyak 36,54%. Kecamatan yang memiliki persentase penduduk miskin terbesar adalah Kecamatan Telukbetung Selatan, dengan Jumlah penduduk miskin sebanyak 7.871 KK (sekitar 39.355 jiwa) atau sekitar 13.30% dari jumlah total penduduk miskin Kota Bandar Lampung. 3) Kondisi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) pada tahun 2005 anak terlantar 911 jiwa, Jompo 2769 jiwa, Wanita Rawan Sosial 2568 jiwa., Keluarga yang tinggal dilingkungan tidak layak sebesar 5.799 jiwa, anak nakal 138 jiwa, korban narkoba 29 jiwa, penyandang cacat 1925 jiwa, bekas terkena penyakit kronis 545 jiwa, gelandangan/pengemis 164 jiwa, Tuna susila 172 jiwa, bekas narapidana 98 jiwa, dan fakir miskin 16847 jiwa. Penyandang cacat menurut data dari BPS Kota Bandar Lampung dari tahun ke tahun meningkat,untuk tahun 2001 562 jiwa, tahun 2005 1.925 jiwa, dengan ratarata pertumbuhan sebesar 24,11 % pertahun. 4) Jumlah anak terlantar menurut data dari BPS Kota Bandar Lampung, padatahun 2001berjumlah 3941 jiwa, tahun 2005 berjumlah 911 jiwa. Dari data tersebut menunjukkan adanya penurunan. 5) Di Kota Bandar Lampung korban kekerasan terhadap kaum perempuan dari tahun 2000 s/d 2005 sebanyak 509 kasus atau 44,97% dari total kekerasan terhadap perempuan di Provinsi Lampung, kekerasan tersebut didominasi oleh pemerkosaan terhadap perempuan (Damar, 2006). 6) Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung pada tahun 2005 sebagai berikut; 13.715 jiwa pencari kerja laki-laki dan banyak 12. 613 jiwa perempuan hingga total pencari kerja yang terdaftar keseluruhan 26.328 Jiwa, sedangkan jumlah angkatan kerja meningkat dari tahun ke tahun, tahun 2004 saja angkatan keda berjumlah 391.247 jiwa, yang jadi masalah perkembangan jumlah angkatan kerja tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaannya lapangan kerja. 7) Struktur penduduk menurut agama di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut; penganut agama Islam berjumlah 577.029 jiwa, penganut agama Kristen Protestan berjumlah 23.844 jiwa, penganut agama Katolik berjumlah 20.859 jiwa, penganut agama Hindu berjumlah 6.066 jiwa, dan penganut agama Budha berjumlah 14.046 jiwa. Tempat ibadah untuk penganut agama Islam ada 1.198 unit, penganut agama Kristen Protestan ada 56 unit, penganut agama Katolik ada 8 unit, penganut agama Hindu ada 2 unit, dan penganut agama Budha ada 10 unit. 4. Seni dan Budaya 1) Berbagai suku yang ada di Indonesia ini memang unik dan beragam keberadaannya, dengan berbagai kehidupan budaya dan seninya yang mempunyai corak dan has pula. Tak terkecuali di Kota Bandar lmpung ini yang dihuni oleh berbagai suku yang ada di Indonesia termasuk di dalamnya suku asli yaitu suku Lampung. 2) Luasnya cakupan ruang lingkup budaya, maka pada garis besamya dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar. Pertama, kebudayaan immaterial terdiri dari filsafat, ilmu pengetahuan, kesenian, kaidah-kaidah budaya, bahasa/aksara, agama, politik, pendidikan dan sebagainya. Kedua, kebudayaan material, terdiri dari apa yang dapat kita lihat dalam bentukbentuk alat-alat penguasaan alam, alat-alat perlengkapan hidup (seperti pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat produksi, senjata, alat-alat transportasi dsb.), sawah, ladang, kebun, jalan, irigasi, alat komunikasi, dan peralatan untuk kebudayaan immaterial itu sendiri. 3) Sebagai suku bangsa yang mempunyai identitas tersendiri, suku Lampung mempunyai bentuk bahasa/aksara dan kesenian yang tersendiri pula. Yang menyangkut kesenian itu diantaranya adalah seni bangunan (arsitektur), seni rupa, seni pahat, seni lukis, seni kerajinan tangan, seni tari, dan seni sastra. Dalam bidang arsitektur rumah tradisional Lampung, kita melihat bahwa bentuk bangunan Lampung kelihatan statis. Bangunan rumah kediaman dan sejenisnya selalu merupakan rumah panggung bertiang, dengan variasi yang sederhana. Bentuk atap yang lazim dipergunakan disebut bubungan perahu (dengan sebelah menyebelah semacam trapesium dan bagian depan dan belakangnya dihubungkan dengan bagian atap. segitiga sama kaki). Kemampuan membuat rumah diutamakan oleh kelompk orang Lampung sendiri dan pengaruh dari luar belum nampak. 4) Secara umum tipologi rumah adat Lampung ada 5 macam yakni ; tipe rumah limas panjang, tipe rumah limas burung, tipe rumah limas Melayu, tipe rumah pesagi, dan tipe rumah limas Palembang, sedangkan elemen bangunan yang merupakan unsur arsitektur Lampung adalah; siger, paguk, andang-andang, tighai, dan bikkai. Motif-motif dekoratif sebagai penghias bangunan adalah ; motif paku sura, motif kain tapis, motif kain-kapal/kain-tampan, motif sulur malai pinang, motif bunga melur. Simbol-simbol lain yang dikenal sebagai budaya Lampung antara lain adalah ; simbol burung garuda, kayu arra, payung, gajah, paccah oju, dll. Penggunaan unsur arsitektur Lampung pada bangunan gedung penting dilakukan, untuk pelestarian nilai-nilai budaya masyarakat Lampung. Mendorong dan memberdayakan serta menumbuhkan peran serta masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai- nilai arsitektur Lampung sehingga tercermin identitas dan jati diri masyarakat dan budaya Lampung. Menurut Pergub Lampung No 22 tahun 2006, bahwa unsur arsitektur Lampung yang digunakan atau diterapkan pada bangunan gedung dapat berupa; tata ruang dan bentuk lingkungan bangunan, tipologi bentuk bangunan, elemen bangunan, elemen dekoratif, simbol simbol lain dalam khazanah budaya Lampung. 5) Dalam bidang Iainnnya seperti seni pahat, seni ukir, seni lukis tidak terlihat gejala bahwa kesenian ini berkembang menjadi suatu bentuk yang merupakan mata pencaharian hidup di daerah Lampung. Kalaupun ada hanya sekedar pemuasan akan perasaan keindahan saja. Dalam bidang kerajinan tangan terdapat perkembangan yang cukup Iumayan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Walaupun masih sedikit sekali kepandaian kerajinan tangan ini yang sudah mulai dikembangkan menjadi suatu pencaharian khusus (masih berupa untuk souvenir), kerajinan berupa kain tenun dan aksesoris pakaian Iainnya. Sesungguhnya kalau kita cermati di masyarakat Lampung masih terdapat adanya sisa-sisa keterampilan membuat tikar dari pandan, rotan, bambu, dan sebagainya. Oleh karena keperluan hidup sehari-hari banyak didatangkan dari luar, maka keahlian ini tidak berkembang pada saat ini. 6) Dalam bidang seni tari sebagai suatu kesenian yang tertua disamping seni suara, mempunyai sangkut paut dengan upacara adat. Dalam periode masa lalu, tarian kiasik harus dipelajari oleh setiap muda mudi kalau is tidak mau tersisih dalam masyarakat. Tari-tarian dipergelarkan pada saat upacara adat seperti pada pesta perkawinan, upacara penyambutan tamu agung, upacara pelantikan untuk memperoleh gelar adat dan sebagainya. Dalam seni sastra berkembang dengan baik yang disebut cerita rakyat (folkior dalam arti khusus), peribahasa, pepatah, pantun, teka-teki, dan sebagainya. Jadi ada prosa dan ada puisi. Yang tergolong prosa ialah serambi (cerita-cerita panjang), cerita curika (cerita pendek), dan cecawan (keluhan jiwa). Yang tergolong puisi ialah bebandung, pantun, dan campuran antara bebandung dan pantun. Tergolong juga dalam kelompok ini ialah segala dan kias, yang banyak didapati di daerah Lampung pesisir. Semua kepandaian yang diperoleh generasi penerus ialah melalui pendidikan tradisional sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Oleh karena sebelum pendidikan modern berkembang, maka pendidikan tradisional memegang peranan penting 7) Bahasa daerah sudah semestinya merupakan identitas yang sangat mencolok untuk suatu daerah/kota. Sungguh ironis apabila masyarakat Kota Bandar Lampung tidak bisa/mengerti akan bahasa daerah setempat. Oleh karena itu bahasa/aksara Lampung perlu diajarkan sejak sekolah dasar dengan porsi waktu yang cukup memadai, agar betul-betul bisa dipahami serta dimengerti, dan bahasa tersebut akan dipakai sehari-harinya, sehingga bahasa/aksara daerah Lampung akan Iebih terjamin kelestarian dan kesinambungannya. 8) Fi'il Pesanggiri merupakan falsafah orang Lampung yaitu sesuatu keharusan hidup bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri dan kewajiban. Disamping itu mereka mengenal Bejuluk dan Beadek ; yaitu keharusan berjuang meningkatkan kesempurnaan hidup, bertata tertib dan tata krama sebaik baiknya. Nemui nyimah, Nengah Nyappur, dan Sekai Sembayan. Dalam Nemui Nyimah terdapat keharusan untuk berlaku hormat terhadap sesama anggota dan menghormati tamu, Nengah Nyappur keharusan untuk bergaul dan bermusyawarah, Sakai Sembayan keharusan berjiwa sosial, gotong royong dan berbuat balk terhadap sesama manusia. Filsafat hidup orang Lampung yang dikenal sebagai Fi'il Pesanggiri seperti tersebut di atas, telah digariskan bahwa mereka itu bersifat terbuka. Bersifat terbuka ini bukan hanya dalam kelompok kesatuannya, tetapi juga terhadap orang luar atau dunia di luar mereka sendiri. Mereka akan menyambut balk semua orang, sejak dahulu kediaman mereka terbuka buat dunia luar. Dengan demikian adanya hubungan dengan dunia luar, disebabkan oleh adanya perniagaan karena memang Lampung memiliki komoditi hasil bumi. Disamping itu hubungan kekerabatan yang balk dengan daerah sekitarnya seperti Palembang maupun dengan Banten yang mereka ikat pada waktu waktu selanjutnya. Sebagai akibat dari hubungan tersebut maka daerah Lampung merupakan daerah yang terbuka bagi orang luar, baik dari utara (Palembang) dan Bengkulu mapun dari Banten sendiri yang pada periode tertentu sudah mulai mendiami daerahdaerah tertentu di Lampung. Penduduk asli dan pendatang yang menghuni "Say Bumi Ruwa Jurai" ini hidup rukun dan damai dengan rasa persatuan kebangsaan Indonesia. B. Ekonomi 1) Struktur perekonomian Kota Bandar Lampung didominasi oleh perdagangan, hotel dan restoran, dan jasa-jasa yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan PDRB Kota Bandar Lampung, 2) Inflasi Kota Bandar Lampung mencapai 9,71% lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional 9,06%. 3) PDRB perkapita Kota Bandar Lampung atas dasar harga berlaku Rp.8.207.353, sedangkan atas dasar harga konstan adalah Rp.5.881.469. lebih besar dari pendapatan regional perkapita, baik. atas dasar harga berlaku Rp.7154312, maupun atas dasar harga konstan Rp.5.130.893. rata-rata selisihnya 14%. 4) Nilai Penanaman Modal Dalam Negeri/Asing (PMDN/PMA) sebesar $ 108.870,000 dengan 3 proyek investasi. 5) Pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak daerah mengalami peningkatan realisasi di atas 100%. Pendapatan asli daerah yang berasal dari retribusi daerah mengalami fluktuasi akan tetapi masih di atas 88,55%. Selama masa pembayaran bunga pinjaman tersebut mencapai Iebih dari 100% 6) Bagian hasil pajak terus mengalami peningkatan dan melebihi dari target yang ditetapkan (145%). 7) Pendapatan yang berasal dari bagi hasil bukan pajak mengalami peningkatan yang mencapai 125,10%. 8) Bagian lain-lain pendapatan yang sah mengalami peningkatan lebih dari 115% 9) Pendapatan yang diperoleh dad DAU terus mengalami peningkatan setiap tahunnya lebih dari 103%. 10) Peningkatan penerimaan DAK mengalami perkembangan di atas 46,15%. 11) Bagian laba daerah yang diterima mengalami peningkatan di atas 59% 12) Lain-lain PAD yang sah yang diperoleh selalu mengalami peningkatan diatas 115% 13) Besarnya dana Bagian Sisa Lebih Perhitungan APBD mengalami perkembangan yang fluktuatif akan tetapi masih di atas 44%. 14) Realisasi pertumbuhan perdagangan mengalami peningkatan yang fluktuatif selama kurun waktu 10 tahun terakhir, akan tetapi secara rata-rata masih di atas 115%. 15) Kontribusi sektor perdagangan dan jasa terhadap PDRB cukup besar, sekitar 45,83%. 16) Sektor perdagangan dan jasa ternyata memberikan paluang yang cukup besar terhadap kesempatan bekerja, sekitar 90% C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 1) Kota Bandar Lampung dalam hal kemampuan pemanfaatan, pengembangan, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami peningkatan yang signifikan. Berbagai hasil penelitian, pengembangan dan rekayasa teknologi telah mulai dimanfaatkan oleh pihak industri dan masyarakat. Jumlah publikasi ilmiah terus meningkat. Hal ini menunjukkan peningkatan kegiatan penelitian, transparansi ilmiah dan aktivitas diseminasi hasil penelitian dan pengembangan, walaupun perkembangnya tergolopg masih lambat. 2) Di masyarakat juga terlihat telah mulai dimanfaatkannya teknologi, terutama pada penerapan tanaman pangan dengan berbagai hasil penelitian, pengembangan, dan rekayasa teknologi. Implikasi terjadinya pemanfaatan teknologi ini terlihat terjadinya peningkatan produktivitas komoditi tanaman pangan seperti hasil tanaman padi dan agroindustri lainnya (tanaman jamur, durian, bunga, dan lain-lain). Peningkatan produktivitas tersebut mengindikasikan terjadinya peningkatan pemanfaatan IPTEK dan aktivitas diseminasi hasil penelitian pada masyarakat pertanian di Kota Bandar Lampung, walaupun dalam perkembangannya masih jauh dari yang diharapkan. 3) Hal yang masih menjadi kendala adalah terbatasnya perkembangan IPTEK di Kota Bandar Lampung ini. Hal ini tidak terlepas dari masih rendahnya kontribusi institusi penghasil IPTEK, seperti misalnya BPPT, Balitbang maupun Perguruan Tinggi yang ada di kota ini. Keadaan ini tidak terlepas dari sangat minimnya SDM, sarana dan prasarana serta pembiayaan untuk kemajuan IPTEK itu sendiri. 4) Kemajuan IPTEK dalam dunia kesehatan yang begitu pesat pada saat ini, sangat mempengaruhi minat masyarakat Kota Bandar Lampung untuk memanfaatkannya. Namun bagi masyarakat ini akses untuk memperoleh manfaat dari kemajuan IPTEK di bidang kesehatan ini masih sangat jauh dari ideal. Hal ini disebabkan belum memadainya fasilitas kesehatan dengan peralatan canggih yang tersedia di Kota Bandar Lampung. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat mampu terpaksa berobat ke Jakarta bahkan ke luar negeri. IN tentunya, kedepan kota ini sudah harus tanggap untuk mampu menyediakan rumah sakit yang representatif yang mengikuti perkembangan teknologi kesehatan pada saat ini. 5) Kemajuan IPTEK dunia yang sangat pesat pada saat ini, telah membawa perubahan paradigma yang sangat mendasar pada sistem dan mekanisme di pemerintahan maupun pada dunia usaha/swasta. 6) Dalam kaitannya dengan globalisasi, telah terjadi revolusi teknologi dan informasi yang akan mempengaruhi terjadinya perubahan dalam berbagai bidang. Dan sampai saat ini di Kota Bandar Lampung penggunaan teknologi informasi untuk keperluan pelayanan publik masih belum begitu memadai sehingga pelayanan tersebut belum mencapai tahap yang optimal. Hal ini disebabkan masih terbatasnya sumber daya manusia maupun infrastrukturnya. 7) Pemanfaatan IPTEK yang berbasiskan teknologi informasi untuk pelayanan publik, yaitu untuk meningkatkan kualitas SDM perlu di budayakan seperti misalnya penggunan teknologi informasi dalam bentuk cyber-net (internet) baik untuk kalangan pendidikan, dunia usaha, dan institusi pemerintahan. Namun sampai saat ini, penggunaan cyber-net di kalangan tersebut diatas masih sangat terbatas, kecuali di kalangan institusi Perguruan tinggi yang sudah lebih maju. Oleh karenanya untuk masa depan, Pemerintah Kota harus sudah merancang untuk memberikan akses yang lebih luas dan dengan biaya yang terjangkau di pusat-pusat pendidikan dan sekolah-sekolah, dalam rangka peningkatan dan pengembangan kualitas SDM di Kota Bandar Lampung. 8) Pemanfaatan teknologi informasi tersebut sangat penting untuk lebih mendorong meningkatkan daya saing dan akses terhadap pasar, baik lokal maupun internasional, sehingga dunia perdagangan dan jasa akan tumbuh dan berkembang dengan lebih pesat. Namun demikian kemampuan daerah ini dalam penguasaan dan pemanfaatan IPTEK nampaknya masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing. Hal ini dapat kita lihat antara lain oleh masih rendahnya sumbangan IPTEK di sektor produksi, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya IPTEK di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya IPTEK. D. Sarana dan Prasarana 1) Saat ini, luas kawasan pemukiman menempati18,37persen dari luas kota yang 192 km2, dan ini menempatkan posisi kawasan permukiman sebagai pengguna Iahan terluas di Kota Bandar Lampung. Namun, meskipun menempati lahan yang terluas, masih banyak penduduk yang belum memiliki tempat tinggal akibat penyediaan perumahan yang tidak secepat pertambahan jumlah penduduk akibat arus urbanisasi yang tinggi, diluar angka kelahiran yang juga tinggi. 2) Panjang jalan di Kota Bandar Lampung, adalah 1009,340 km (2005), yang terdiri dari Jalan Nasional, Jalan Provinsi, dan Jalan Kota. Kondisi jalan sebagian besar dalam kondisi balk dan sedang, sementara sisanya dalam kondisi rusak. Perbaikan jalan yang dilakukan berdampak sangat rendah pada pertumbuhan panjang jalan yang dalam kondisi baik. Hal ini disebabkan oleh kualitas perbaikan jalan yang rendah dan penggunaan jalan oleh kendaraan yang membawa beban melebihi kemampuan badan jalan. Kondisi drainase jalan raya yang buruk juga turut berperan pada percepatan kerusakan badan jalan. 3) Saat ini masih kurang dari 25 persen dari total panjang jalan yang ada yang dilalui oleh angkutan umum kota. Hal ini menjadi salah satu penyebab jumlah masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi lebih besar daripada jumlah masyarakat yang menggunakan angkutan umum kota sebagai sarana pergerakannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Jumlah angkutan kota (Angkot) saat ini 2800 unit yang terdiri dari 2700 unit mikrolet dan 100 unit Bis Damri dan swasta, ditambah dengan taksi yang berjumlah 60 unit. Kuantitas dan kualitas angkutan kota saat ini masih rendah yang dibuktikan dengan semakin bertambah banyaknya penggunaan kendaraan pribadi, sementara jumlah penumpang angkot yang mengalami penurunan. Hingga saat ini, jumlah kendaraan pribadi yang ada di Kota Bandar Lampung mencapai 195.442 unit, yang terdiri dari 8.050 unit mobil dan 187.392 sepeda motor. 4) Jumlah sambungan pipa air bersih saat ini adalah 31.855 unit. Jumlah ini masih dirasa kurang mengingat masih banyak masyarakat yang belum teraliri oleh air yang berasal dari jaringan pipa air bersih milik PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung. Kondisi ini mendorong masyarakat menggunakan sumur bor untuk mengambil air tanah sebagai sumber utama air bersihnya. Jika kondisi ini dibiarkan maka ketersediaan air tanah dapat menurun dan beresiko menimbulkan krisis air tanah dan penurunan permukaan tanah. Sementara itu, ketersediaan air permukaan yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih, jika dimanfaat dengan baik akan mampu melayani 1,3 juta jiwa (2002). 5) Ketersediaan listrik pada Tahun 2004 hanya 744 juta KWH. Dan yang mampu terjual baru 616 juta KWH (2004). Data ini mengandung anomali, karena pada kenyataaannya masih banyak terjadinya pemadaman bergilir yang dilakukan oleh PT PLN selaku penyedia energi listrik di dalam Wilayah Kota Bandar Lampung. Karena itu diperkirakan bahwa ketersediaan energi listrik yang tersedia pada saat jam puncak berada dibawah jumlah permintaan akan energi. 6) Pelanggan telepon hingga Tahun 2004 mencapai 67.343 unit. Data ini menunjukkan jumlah penggunaan telepon kabel. Jika dihitung dengan memasukkan jumlah pengguna telepon nirkabel maka jumlah masyarakat yang terakses oleh sistem komunikasi telepon akan jauh Iebih besar daripada data yang ada tersebut. Penggunaan telepon kabel juga terhitung tidak mengalami pertumbuhan yang besar seperti sebelumnya, bahkan cenderung mengalami penurunan akibat beralihnya kecenderungan pemilik bangunan baru yang Iebih memilih menggunakan jaringan telepon nirkabel sebagai fasiltas bangunannya daripada telepon kabel. Kecenderungan ini diperkirakan akan terus berlangsung dimasa yang akan datang seiring dengan semakin berkembang cepatnya kemajuan teknologi. 7) Kondisi drainase Kota Bandar Lampung juga belum begitu memadai. Akibatnya, titik banjir mencapai31 titik(2006). Hal ini cukup meresahkan masyarakat yang daerahnya terendam oleh air. Dampaknya terhadap kegiatan ekonomi juga cukup besar. Upaya untuk menbatasi masalah ini harus segera dilakukan segera sehingga dampak buruknya dapat diminimalisir 8) Produksi sampah Kota Bandar Lampung adalah 416 m3 perhari, atau 129.792 m3 pertahun. Dengan produksi tersebut, TPA Bakung sebagai tempat pembuangan akhir sampah, hanya dapat beroperasi hingga Tahun 2012. Itu artinya, Pemerintah Kota Bandar Lampung perlu segera memanfaatkan sampah yang ada sehingga dapat memperpanjang usia penggunaan TPA Bakung, atau pemerintah mencari alternatif lokasi TPA yang baru. E.Politik 1) Kesadaran politik pada suprastruktur politik dirasakan masih rendah, hal ini dapat terlihat dari sikap dan perilaku yang lebih mendahulukan kepentingan personal, sedangkan pada infrastruktur politik terlihat dari partisipasi publik yang formil dalam proses pengambilan keputusan politik. Sementara itu, kesadaran hidup bernegara, balk pada suprastruktur maupun infrastruktur politik, juga masih rendah, karena mereka cenderung lebih mementingkan atau menuntut hak-haknya daripada kewajiban terhadap negara. 2) DPRD Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai lembaga legislatif masih belum representatif dan kurang efektif dalam menjalankan fungsi-fungsi pengawasan ( controlling), legislasi ( legislation ), dan anggaran (budgeting). 3) Partai politik belum efektif menjalankan fungsi pendidikan politik kepada para kader politik dan' masyarakat. Budaya politik dan etika politik belum melembaga (institutionalized) dalam peraturan organisasi dan praktiknya yang tercermin dalam perilaku politik yang balk. Orientasi kepentingan dari para pelaku politik (political actors) tidak jelas tujuannya, yaitu memperjuangkan kepentingan rakyat, partai politik atau justru kepentingan pribadinya. 4) Benturan kepentingan (conflict of interests) potensi terjadi antaranggota legislatif, antarpartai politik, maupun antar lembaga-lembaga legislatif dan eksekutif, sehingga dapat berakibat terhadap kelancaran proses pembangunan daerah 5) Penegakan supremasi hukum masih belum efektif untuk memberikan pengaruh yang baik terhadap sikap dan perilaku para pelaku politik. 6) Komunikasi politik masih belum kondusif dengan tuntutan pembangunan daerah. Kinerja dari organisasi non-pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat sebagai representasi dari civil society masih belum efektif dan potensi untuk disalahgunakan sebagai sarana untuk memperjuangkan tujuantujuan yang tidak jelas orientasinya. 7) Stabilitas politik masih belum mantap karena komunikasi politik dan konsolidasi demokrasi belum mengarah pada kesamaan tujuan (common objective) sebagaimana tertuang dalam Alinea IV Pembukaan UUD 45.Kesadaran dan partisipasi politik masih berupa mobilitas politik, sehingga dukungan politik atas keputusan politik lebih bersifat formil atau semu. 8) Proses rekrutmen politik dalam pengisian jabatan politik di lembaga DPRD masih belum demokratis, akibat para kader politik lebih berorientasi pada kepentingan sesaat dan bersifat sempit ketika menjadi anggota legislatif. Rekrutmen Kepala Daerah lebih didasarkan pada figur personal daripada pertimbangan rasional, hal ini dikarenakan partai politik belum melakukan rekrutmen politik yang rasional dan demokratis. 9) Partai politik dan para kadernya masih belum optimal dalam menyerap, menghimpun, dan menyalurkan aspirasi politik dari warga masyaraka Rekrutmen politik oleh partai politik belum sebanding berdasarkan keadilan gender. 10) Penyelenggaraaan pemilihan langsung Walikota Bandar Lampung pada tahun 2004 masih belum optimal, karena cukup besar jumlah warga atau pendudukyang tidak terdaptar dalam daftar pemilih tetap (DPT). Berdasarkan data pemilih dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Bandar Lampung mencapai 543.018pemilih dan menurut panitia pengawas (PANWAS)sebanyak 226.238 orang tidak terdaftar dalam DPT dan sebanyak 28.350 orang memiliki atau memegang kartu, pemilih rangkap atau dobel. 11) Partai politik belum berperan efektif secara optimal dalam menciptakan iklim politik yang kondusif agar stabilitas politik dapat mendukung untuk kesejahteraan masyarakat. F. Keamanan dan Ketertiban 1) Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di Kota Bandar Lampung secara umum relatif cukup aman, namun masih perlu ditingkatkan patroli dari petugas atau aparat keamanan di lokasi-lokasi tertentu seperti di pusat-pusat keramaian kota dan pads waktu tertentu mengingat kejahatan seringkali muncul pada jam jam tertentu (crime time). Kriminalitas atau kejahatan di Kota Bandar Lampung didominasi oleh kejahatan yang bersifat konvensional, seperti pembunuhan, pencurian dengan kekerasan, perampokan, penodongan, penjambretan, perkosaan, penganiayaan, penipuan dan pencopetan. 2) Kejahatan dengan menggunakan intelektual dan dilakukan oleh pelaku terpelajar (blue collar crime) berkenaan dengan tindak pidana korupsi, seperti kasus korupsi yang dilakukan oleh petugas atau pelaksana proyek, kolusi dan konspirasi antara petugas proyek dan rekanan, bagaikan fenomena "gunung es" kasus yang diajukan ke pengadilan jumlahnya relatif sedikit, sedangkan dalam praktiknya banyak terjadi, namun tidak diproses, antara lain seperti penyuapan kepada aparat pemerintah dan "premanisme" yang dilakukan oleh aparat birokrasi dan bahkan oleh aparat penegak hukum. 3) Kemacetan lalulintas semakin sering terjadi dan merata di Kota Bandar Lampung, hal ini karena jumlah petugas polisi Lalulintas (Polantas) masih belum sebanding dengan tingkat penggunaan jalan dan volume kendaraan. 4) Keamanan dan ketertiban masyarakat belum kondusif dengan pembangunan daerah dan iklim investasi. 5) Pemerintah Kota Bandar Lampung belum memiliki perencanaan yang komprehensif dalam penataan Pedagang Kaki Lima (PKL), akibatnya timbul status quo dan kerancuan (ambiguity) tidak hanya bagi aparat pemerintah, melainkan juga bagi masyarakat dan PKL. Padahal, PKL merupakan sektor informal yang keberadaannya di butuhkan, namun karena lokasi PKL terkesan kumuh dan menimbulkan kemacetan, sehingga harus diusir atau dievakuasi dari lokasi berdagang tanpa kejelasan solusi. 6) Jumlah gelandangan dan anak jalanan masih menjadi faktor pengganggu terhadap ketertiban kota. Meskipun angka dan jumlah anak jalanan berdasarkan data Tahun 2000 dari Kantor Dinas Sosial mencapai 1.975 orang dan cenderung menurun poada tahun 2001, yaitu mencapai 1.314 orang (33,47%) dan tahun 2005 menurun lagi menjadi 911 orang. Berdasarkan data dari BPS daerah Lampung pada Tahun 1999 berjumlah 227 orang, pada Tahun 2000 jumlah PSK meningkat sehingga mencapai 544 orang dan pada Tahun 2005 menurun menjadi 172 orang. 7) Kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandar Lampung masih terjadi dan bahkan cenderung meningkat, baik kekerasan dalam rumah tangga (ranah privat) maupun di masyarakat (ranah publik). Kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandar Lampung dari tahun 2000 s/d 2005 terjadi 509 kasus (44,97%) dari total kekerasan terhadap perempuan di Provinsi Lampung yang didominasi oleh pemerkosaan terhadap perempuan. 8) Pengguna atau pemakai narkoba cenderung meningkat, jumlahnya semakin meluas di kalangan profesional dan pelajar, dari SMP hingga Mahasiswa. 9) Meningkatnya kejahatan di Kota Bandar Lampung banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi seperti kemiskinan sehingga daya beli masyarakat menurun, sebagai dampak dari naiknya harga BBM, meningkatnya angka pengangguran karena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau terbatasnya kesempatan kerja. Sementara itu, tuntutan dan desakan akan pemenuhan kebutuhan ekonomi itu sangat kuat karena dipengaruhi oleh faktor-faktor gaya hidup perkotaan yang cenderung konsumtif dan tidak produktif, kecemburuan sosial sebagai akibat dari kesenjangan (GAP) sosial dan ekonomi. G. Hukum dan Aparatur 1) Budaya hukum dan kesadaran hukum pada segenap lapisan masyarakat Kota Bandar Lampung masih rendah, karena walaupun masyarakat sadar dan tahu tentang hukum dan peraturan yang berlaku, namun baru akan mematuhinya jika ada petugas atau aparat penegak hukum, atau jika peraturan hukum itu menguntungkan kepentingannya. Hukum belum berfungsi secara efektif, sehingga hukum belum digunakan atau dimanfaatkan dengan optimal dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 2) Penegakan supremasi hukum dirasakan masih belum mencerminkan nilai-nilai dan rasa keadilan masyarakat karena ternyata masih bersifat diskriminatif. Keberadaan dan jumlah peraturan hukum yang ada sudah banyak, namun belum responsif karena substansinya tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jumlah peraturan hukum yang banyak belum menjamin terciptanya ketertiban dan kepastian hukum dalam penerapan dan implementasinya. 3) Masyarakat masih sulit memperoleh akses atas hukum positif atau peraturan yang berlaku. Apalagi peraturan hukum yang berkenaan kepentingannya, yaitu hukum perolehan hak dan perizinan usaha. dengan 4) Sinkronisasi vertikal dan horizontal antarperaturan hukum yang berlaku masih belum balk dan kurang tertib, karena ada ketidaksesuaian substansi dalam UUD 45, Undang-undang, Peraturan perundang-undangan, dan Peraturan daerah (Perda). Peraturan hukum yang berlaku masih lemah dalam penyusunan, perancangan, dan perumusannya, sehingga pelaksanaannya kurang dapat dipahami oleh masyarakat. 5) Peraturan daerah (Perda) Kota Bandar Lampung masih belum responsif dan antisipatif dengan kebutuhan masyarakat perkotaan. Karena selain jumlah Perda Kota Bandar Lampung dirasakan masih kurang, subtansi atau mated yang diatur dalam Perda itu pun ternyata Iebih banyak yang memuat ketentuan tentang pajak daerah, retribusi dan pungutan-pungutan daripada yang berkenaan dengan kepentingan masyarakat seperti partisipasi publik dalam pembangunan daerah dan hak-hak serta kepentingan rakyat. Hukum adat belum digunakan dengan efektif dalam proses penegakan hukum. 6) Penegakan hukum dalam bidang Iingkungan hidup masih bersifat diskriminatif, karena terhadap pengusaha dan perusahaan besar tidak dikenakan tindakan tegas, meskipun belum atau tidak memenuhi persyaratan dan kualifikasi baku mutu Iingkungan. Aparat penegak hukum masih bersikap diskriminatif dalam penegakan hukum, jika orang miskin yang melapor tidak segera direspon, begitu pula jika pelaku tindak pidana orang miskin cenderung akan segera di proses dan dihukum. Aparat penegak hukum masih belum bersikap profesional dalam penanganan perkara ; sehingga berpotensi merugikan kepentingan pelapor atau pun pelaku tindak pidana. 7) Lembaga penegak hukum cenderung belum imparsial dalam penegaka hukum, sehingga rentan terhadap intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan kasus hukum yang sedang ditanganinya. 8) Anggaran biaya operasional lembaga penegak hukum dirasakan masih belum memadai dalam menangani perkara hukum yang ada. Akibatnya, patroli oleh pihak Pori dirasakan masih kurang,intensif. Fasilitas pendukung bagi aparat dan petugas penegak hukum dari Polri dan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai aparat penegak Pemda Kota Bandar Lampung masih belum memadai. Citra Polisi dan Polisi Pamong Praja terkesan Iebih bersifat militeristik daripada sebagai pelayan masyarakat. 9) Proses penegakan hukum belum transparan sehingga masyarakat beranggapan lebih merasa sebagai obyek daripada sebagai subyek dalam penegakan hukum. Proses penegakan hukum terkesan lamban, berbelit-belit, dan memakan biaya yang mahal. 10) Kinerja dari aparat penegak hukum yang kurang baik berpengaruh terhada wibawa hukum secara keseluruhan, sehingga mendorong masyarakat untuk mengambil tindakan hukum sepihak. Hukum belum berfungsi dengan efektif dan optimal sebagai sarana untuk membentuk masyarakat yang adil dan makmur. 11) Kebijakan Walikota Bandar Lampung yang dituangkan dalam Peraturan dan Keputusan belum responsif dan akomodatif dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat perkotaan yang heterogen atau pluralistis. Kinerja Pemerintah Kota Bandar Lampung masih belum mewujudkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang balk (good governance) ke dalam praktek pelaksanaan secara nyata. 12) Pemerintah Kota Bandar Lampung belum efektif dalam pencapaian tujuan kemakmuran bagi masyarakat Kota Bandar Lampung dan terkesan kurang efisien dalam melaksanakan fungsi pemerintahan. Partisipasi publik dalam pembangunan daerah, belum optimal dan cenderung hanya bersifat formalitas, itu pun belum setiap tahap pembangunan melibatkan masyarakat. 13) Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam merencanakan dan menggunakan anggaran dalam APBD masih belum sesuai dengan prinsip-prinsip akuntabilitas (accountability) karena alokasi anggaran lebih berorientasi pada proyek (project oriented) daripada untuk kesejahteraan rakyat. 14) Aparat birokrasi Pemerintah Kota Bandar Lampung belum berorientasi pada pelayanan kepentingan publik, belum memiliki pedoman dan standar pelayanan minimal (SPM) yang didasarkan pada kebutuhan dan kemampuan pembiayaan. Jabatan pada struktur pemerintahan terkesan belum memenuhi persayaratan kualifikasi sesuai dengan analisis jabatan. 15) Sistem dan proses pemerintahan dirasakan masih belum bersih dari unsur unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), sehingga citra dan wibawa para aparat pemerintah menurun di masyarakat. Penegakan hukum di bidang administrasi pemerintah belum efektif, sehingga disiplin kerja dan tata aliran kerja antarsatuan kerja belum terkoordinasi dengan balk. 16) Para aparat birokrasi cenderung bersikap parsial dan ego sektoral sehingga kurang sinkron dengan misi pelayanan. Prosedur dan mekanisme kerja birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan publik belum terpadu, kurang sederhana, dan cenderung mempersulit. Pengawasan terhadap proses dan jalannya pemerintahan masih sebatas pada pengawasan formal yang dilakukan secara kelembagaan. 17) Struktur Pemerintah Kota Bandar Lampung cenderung kurang fungsional, sehingga terkesan belum responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Rekrutmen pegawai daerah masih belum transparan dan tidak berorientasi pada profesionalisme, sehingga terkesan bernuansa korupsi, kolusi, dan nepotisme. 18) Reformasi birokrasi masih belum dilaksanakan secara sistematik, sehingga kinerja birokrasi pemerintah dirasakan belum efektif dan belum dapat diandalkan untuk dapat mengundang dan meningkatkan investasi. H. Wilayah dan Tata Ruang 1) Secara Geografis Wilayah Kota Bandar Lampung terletak diantara 5°20' - 5°30' Lintang Selatan, dan 105°28' - 105°37' Bujur Jimur. Letak wilayah tersebut berada pada Teluk Lampung di ujung selatan pulau Sumatra, dengan luas wilayah 192 Km2 yang terdiri dari13 Kecamatan dan 98 Kelurahan. Posisi Kota Bandar Lampung yang strategis karena sebagai daerah transit kegiatan perekonomian antara pulau Sumatera dan pulau Jawa. 2) Topografi Kota Bandar Lampung sangatlah beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 700 m diatas permukaan taut (dpl). Kondisi kemiringan wilayah dibedakan dalam beberapa tingkatan yaitu kemiringan 0-2 % seluas 6.178,50 ha (32%), daerah yang landai dengan kemiringan 2-20 % seluas 10.746 ha (56 %), daerah dengan kemiringan 20-40 % seluas 1.549,50 ha (8 %) dad daerah yang sangat miring samai curam dengan kemiringan lebih dari 40 % seluas 726 ha (4 %). Kondisi geologi terdiri dari: a. Formasi Tarahan (Tpot) yang mengandung struktur-stuktur "mats ikan", b. Formasi Lampung (Qti) berupa Tuf riolit-dasit dan vulkano kiasika tufaan dan c. Satuan Gunung Api Muda (Qhp) berupa lava andesit basal, breksi dan tuf. 3) Kota ini mempunyai dua sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil, semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung. Secara keseluruhan kondisi tata guna dikelompokkan dalam kawasan terbangun dan ruang terbuka. Was lahan kawasan terbangun kota Bandar Lampung mencapai 6.448,49 ha atau sekitar 33,55% dari wilayah kota, selebihnya merupakan lahan non terbangun (ruang terbuka). 1. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 1) Geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5° 20' sampai dengan 5° 30' lintang selatan dan 105° 28' sampai dengan 105° 37' bujur timur. Sumber daya alam dan lingkungan hidup dapat dijadikan sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource based economy) dan juga berfungsi sebagai penopang sistem kehidupan (life support system). Keunikan morfologi mulai dari pegunungan, perbukitan, daratan, hingga pantai yang terletak dibagian dalam teluk Lampung, menjadikan Kota Bandar Lampung sangat potensial. 2) Kerupakan lingkungan karena penambangan yang tidak melakukan penataan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku dibidang pertambangan. Jumlah sungai yang ada di Bandar Lampung merupakan aset untuk dimanfaatkan dan dilestarikan, akan tetapi Iemahnya kesadaran masyarakat/swasta dengan membuang Iimbah padat maupun cair ke sungai membuatkualitas air sungai semakin buruk. Secara fisik, kimia maupun biologi air sungai telah menunjukkan penurunan, hanya bagian hulunya saja yang masih baik. Bukit atau gunung yang dieksplorasi terus menerus dengan cara penggundulan hutan dan pekerjaan galian C. Kegiatan tersebut sedikit banyak akan menggangu sistem tata air karena berkurangnya kawasan/daerah resapan air. 3) Wilayah pesisir Bandar Lampung memiliki garis pantai sepanjang 27,01 km, akan tetapi pemanfaatan dan pengelolaannya masih rendah. Belum adanya perencanaan makro menyebabkan pesisir menjadi daerah kumuh di kota ini. Sampah-sampah yang berasal dari daerah hulu yang terbawa oleh songai menumpuk di sepanjang pantai. 4) Minimnya daerah atau ruang terbuka hijau di perkotaan, dan belum adanya upaya yang sistematis oleh pemkot untuk merealisasikan daerah atau ruang terbuka hijau (RTH) di ruang publik menjadikan kota ini tampak gersang. Penerapan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) juga semakin menghilangkan daerah hijau di rumah-rumah tinggal, perkantoran dan sebagainya. 5) Peningkatan aktivitas masyarakat yang kurang peka terhadap pencemaran sehingga membawa keterpurukan kualitas lingkungan hidup. Sebagai misal adalah semakin meningkatnya pencemaran udara akibat gas buangan kendaran roda dua maupun empat. Akibat eksploitasi air tanah yang tidak terkendali dan terkontrol menyebabkan intrusi air laut ke daratan, ancaman land subsidence (penurunan muka tanah) mulai menghantui kota ini. 6) Ancaman bencana alam sering terjadi. Bencana alam seperti gempa bumi, ongsor, tsunami, angin puting beliung terkait erat dengan kondisi geomorfologi kota dan kedekatan dengan anak gunung Krakatau. Semua jenis bencana tersebut pernah terjadi di kota ini misalnya adalah gempa bumi yang mengguncang daerah Kemiling dan sekitarnya tahun 2006, lalu puting beliung yang merobohkan rumah penduduk, pohon-pohon dan atribut kota (misal tiang-tiang reklame) dan longsor di beberapa bukit/gunung. 7) Sistem, regulasi dan penerapan hukum yang Iemah. misal belum tertatanya sistem drainase yang baik dan tidak adanya sistem pengendalian banjir mengakibatkan ancaman banjir semakin tak terkendali. Kemudian, regulasi terkait dengan pengendalian Iingkungan masih minim apalagi Iemahnya Low Enforcement menjadi semakin memprihatinkan. 2.2 TANTANGAN A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama 1. Pendidikan 1) Tuntutan mutu pelayanan pendidikan semakin tinggi, meliputi sarana,prasarana, proses pendidikan, tenaga pendidik dan hasil pendidikan (anak didik). Dan menghendaki perluasan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (perdagangan, jasa, kelautan). 2) Perkembangan teknologi informasi, komunikasi di bidang pendidikan yang cepat, tidak diimbangi dengan perkembangan sarana dan prasarananya. 3) Era globalisasi akan berpengaruh terhadap persaingan global di dunia pendidikan, dan persaingan pendidikan di tingkat lokal (negeri maupun swasta) 2. Kesehatan 1) Menghendaki pelayanan kesehatan yang murah dan Iebih terjangkau masyarakat Kota secara luas. Dan pelayanan kesehatan gratis untuk rakyat misikin. 2) Profesionalisme dan kualitas pelayanan yang semakin baik. 3) Persaingan dengan tenaga kesehatan yang berasal dari luar negeri akan semakin ketat dan bersaing. 4) Meningkat kualitas dan kenyamanan rumah sakit yang ada, sesuai dengan perkembangan kemampuan ekonomi dan selera masyarakat. 5) Kondisi rumah sakit saat ini masih perlu dibenahi untuk menghadapi tantangan ke depan dengan kemungkinan keberadaan rumah sakit yang berasal dari luar negeri dengan sarana dan prasarana yang sangat modern. 6) Untuk meningkatkan kepercayaan pada masyarakat berpenghasilan tinggi, perlu penguasaan teknologi dan SDM kesehatan yang canggih dengan pelayanan yang aman dan nyaman. 3. Demografi 1) Pada tahun2025 diperkirakan jumlah penduduk Kota Bandar Lampung mencapai 1.084373 jiwa, di mana hal ini akan membawa konsekuensi: (a)Semakin beratnya usaha untuk memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan infrastruktur, untuk masa 20 tahun ke depan. (b) Semakin beratnya usaha yang harus dilakukan dalam usaha meningkatkan kualitas SDM dan mengentaskan kemiskinan, memperluas kesempatan dan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, sebagai konsekuenasi semakin meningkatnya jumlah penduduk Kota Bandar Lampung. 2) Usaha mengurangi masalah PMKS. Di mans pada 20 tahun ke depan jumlah anak terlantar diperkirakan mencapai 3.246 orang, korban narkoba mencapai 4.20 orang, dan fakir miskin mencapai 26.000 orang. Mengurangi tindak kekerasan terhadap kaum perempuan. 3) Implementasi yang Iebih tegas terhadap tindak kekerasan terhadap perempuan. 4) Mengatasi kurangnya alokasi waktu untuk pendidikan agama 5) Memelihara sarana ibadah, dan mengaktifkan kegiatan ibadah keagamaan 6) Agama tidak dijadikan alasan perselisihan (konflik),akan tetapi agama menjadi bagian pengikat kerukunan masyarakat. 4. Seni dan Budaya 1) Tingginya persaingan globalisasi perdagangan dan jasa yang berhubungan dengan seni, budaya dan parawisata. 2) Perkembangan teknologi yang mungkin bisa mengembangkan kualitas seni dan Budaya daerah dalam arti yang luas. 3) Persaingan usaha perdagangan dan jasa yang berbasiskan seni dan budaya daerah. 4) Kurangnya sumber Jana untuk pengembangnan sektor seni dan budaya daerah. 5) Kurangnya kerjasama bidang seni dan budaya dengan pihak lain, baik di tingkat nasional maupun internasional B. Ekonomi 1) Meningkatkan kemandirian pendanaan untuk mengurangi ketergantungan sumber - sumber pembiayaan dari pemerintah pusat. Untuk itu perlu terus meningkatkan dan mencari sumber-sumber penerimaan baru, 2) Meningkatkan kontribusi pelabuhan panjang sebagai pelabuhan perdagangan nasional dan internasional yang strategis, terhadap pembangunan Kota Bandar Lampung. 3) Penyediaan fasilitas jasa perdagangan seperti perdagangan eceran, grosir dan jasa bisnis seperti jasa keuangan dan perbankan, jasa administrasi pemerintahan, jasa kepentingan sosial dan pribadi seperti rumah sakit, restoran dan salon kecantikan dan lain sebagainya. 4) Penguasaan dan penerapan teknologi serta peningkatan produktivitas SDM. 5) Menekan Inflasi yang cenderung terus naik terutama yang disumbang oleh sektor pangan. 6) Meningkatkan daya bell masyarakat. 7) Globalisasi dan perdagangan bebas yang berlaku, mengakibatkan persaingan menjadi semakin terbuka. 8) Meningkatkan daya saing yang tinggi. 9) Regulasi biaya tinggi terhadap prosedur investasi ekonomi biaya tinggi. 10) Tuntutan lklim usaha yang sehat serta adanya kepastian hukum, sehingga memungkinkan para investor akan menjadi lebih tertarik dalam berinvestasi. Pelayanan kebutuhan dasar (infrastruktur) yang belum memadai (listrik, air minum). C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 1) Persaingan globalisasi perdagangan dan teknologi yang semakin tinggi. 2) Persaingan antar produsen teknologi informasi, teknologi produksi dll. 3) Perkembangan teknologi yang semakin tinggi, sehingga teknologi yang ada cepat kadaluwarsa. 4) Persaingan usaha perdagangan dan jasa yang berbasiskan IPTEK. 5) Terbatasnya sumber dana. 6) Mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam (Gempa, Tsunami, dll.), Sehubungan dengan perubahan iklim dan cuaca serta sering terjadinya bencana alam. 7) Terbatasnya ketersediaan dan kualitas sumber daya IPTEK, balk SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan IPTEK. D. Sarana dan Prasarana 1) Transportasi Kota Bandar Lampung akan semakin parah seiring dengan semakin bertambah banyaknya jumlah penggunaan kendaraan pribadi yang hadir akibat ketidakmampuan pemerintah untuk menyediakan sistem angkutan umum massal yang handal di Kota Bandar Lampung. 2) Pencemaran akibat aktivitas industri dan rumah tangga, juga oleh aktivitas transportasi akan berdampak pada penurunan kesehatan Iingkungan dimana manusia berada. Akibatnya kesehatan manusia juga turut penurunan. Dan hal ini berdampak pada semakin rendahnya produktivitas kerja. sebagai pusat kegiatan, sangat membutuhkan produktivitas Padahal, kota penduduknya yang tinggi untuk mengimbangi kebutuhan kota dan daerah lainnya, yang menjadikan kota sebagai daerah yang dapat memenuhi / menyuplai kebutuhan daerah lain tersebut. Upaya menangani pencemaran lingkungan hidup yang hingga saat ini tidak gencar, beresiko pada terjadinya kerusakan Iingkungan hidup yang semakin parah di Kota Bandar Lampung. 3) Ketersediaan air bersih yang sudah semakin terbatas, berdampak pada timbulnya ancaman terjadi krisis air bersih. Pameo hujan banjir kemarau kekeringan, sudah cenderung dianggap biasa. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah untuk "menabung" air dengan segala programnya. Kerusakan Iingkungan hidup mendominasi seluruh aktivitas di Kota Bandar Lampung, dan ancamannya pada kota cukup besar, balk secara langsung maupun tidak Iangsung. Jika hal ini dibiarkan maka kerusakan lingkungan ini, 20 tahun yang akan datang, akan membawa dampak negatif pada kemajuan kota seperti yang diharapkan. E. Politik 1) Partai politik yang banyak dapat mengganggu stabilitas politik jika masingmasing partai politik: tidak mengembangkan budaya politik yang berlandaskan pada etika politik yang balk, tidak ada inisiatif untuk melakukan komunikasi pilitik dengan pihak-pihak lain, tidak menjalankan fungsinya dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2) DPRD Kota Bandar Lampung sebagai lembaga legislatif dapat menjadi penghambat dalam pengambilan keputusan publik: jika tidak memiliki orentasi tujuan yang jelas, tidak menjalankan fungsinya dengan balk sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3) Kesadaran politik yang rendah akan menjadi penghambat dan kontra produktif dengan proses politik. F. Keamanan dan Ketertiban 1) Kriminalitas akan menghambat dan pembangunan Kota Bandar Lampung. tidak kondusif dengan proses 2) 2) Konflik atau benturan kepentingan-kepentingan (conflict of interest) akibat dari kenaikan harga-harga barang dan kesenjangan ekonomi akan menjadi penghambat dalam pemberantasan kriminalitas. G. Hukum dan Aparatur 1) Penegakan supremasi hukum yang diskriminatif akan menurunkan wibawa, penghormatan, dan kepercayaan terhadap hukum di masyarakat. 2) Peraturan hukum yang tidak sinkrbn dan tidak akomodatif dengan tuntutan dan kebutuhan rakyat akan menghambat daya efektifitas dalam penerapan hukumnya. 3) Sikap, perlakuan, dan kinerja para aparat penegak hukum termasuk para satuan polisi pamong praja yang tidak profesional, tidak simpatik, diskriminatif, tidak transparan, berbelit-belit dan mengenakan biaya yang mahal akan menghambat pelayanan hukum bagi rakyat dalam mencari keadilan. 4) Prasarana, sarana, dan fasilitas yang terbatas sehingga tidak responsif dengan tuntutan dan kebutuhan rakyat akan menghambat proses pemenuhan rasa Ieadilan rakyat. 5) Kesadaran dan budaya hukum yang rendah akan menghambat dan kontra produktif dengan program pembangunan Kota Bandar Lampung. 6) Meningkatnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat cenderung lebih cepat dan beragam pertumbuhannya dibandingkan dengan penyediaan prasarana, sarana, dan fasilitas termasuk mata anggarannya. 7) Pelayanan yang buruk dari Pemerintah Kota Bandar Lampung kepada rakyat akan berakibat terhadap menurunnya kewibawaan aparat birokrasi dan dukungan rakyat terhadap kebijakan dan program pembangunan daerah. 8) Pemerintah Kota Bandar Lampung jika tidak kreatif mengembangkan ikli investasi, balk yang dilakukan oleh pihak swasta (private investment) maupu oleh pihak pemerintah (public investment), akan sulit mengatasi pengangguran dan munculnya kerawanan sosial. 9) Ethos dan kiat bekerja yang tidak disiplin dan tidak berorentasi pada prestasi (need of achievement) akan cenderung menimbulkan iklim kerja yang tidak kondusif dan mendorong untuk dilakukannya KKN karena kompetisi antarpegawai menjadi tidak sehat (unfair), sehingga akan berdampak terhadap rendahnya kualitas kerja, ketidakjelasan jenjang karir aparat birokrasi, kompetisi. 10) Pemerintahan yang tidak transparan dan tidak partisipatif yang tercermin dari sulitnya memperoleh akses atas informasi dan tidak melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan dan proses pembangunan daerah akan sulit mendapat dukungan rakyat. 11) Rekrutmen dan rotasi pegawai daerah yang tidak transparan dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas akan menimbulkan iklim KKN dan menimbulkan kesenjangan dengan rakyat. 12) Mengusahakan agar pengelolaan APBD untuk kepentingan rakyat sesuai dengan prinsip-prinsip anggaran yang balk, seperti transparansi, efisiensi, efektif, responsif, partisipatif, dan akuntabilitas. H. Wilayah dan Tata Ruang 1) Pertumbuhan jumlah penduduk akan mendesak kebutuhan lahan. Hal ini dipicu dan dipengaruhi oleh meningkatnya natalitas dan menurunnya mortalitas. Disamping itu, adanya urbanisasi semakin menambah kebutuhan lahan untuk pemukiman. 2) Alih fungsi lahan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga memberikan ancaman bagi kehidupan masyarakat Bandar Lampung. 3) Kondisi geologi yang belum stabil akan menimbulkan ketegangan bagi masyarakat Bandar Lampung dimana saat menuju stabil tersebut menimbulkan getaran atau gempa juga kemCngkinan penurunan tanah. I.Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 1) Pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan yang tak terkendali. 2) Berubahnya fungsi bukit seb'agai daerah tangkapan air dan penghijauan menjadi daerah pemukiman dan atau hotel serta restoran. 3) Berubahnya fungsi hutan menjadi daerah pemukiman. 4) Daerah pesisir belum dikembangkan secara balk dan berkelanjutan. 5) Sungai-sungai yang sudah kurang layak untuk dapat dikonsumsi secara langsung. 6) Perubahan iklim global yang mempengaruhi kondisi klimatologi dan meteorologi Bandar Lampung yang menjadikan anomali bagi lingkungan. Fenomena El Nina dan La Nino menyebabkan musim penghujan dan musim kemarau tidak teramal dengan tepat, sehingga kala kemarau menjadi berkepanjangan sedangkan di musim hujan, intensitas semakin tinggi sehingga berakibat buruk seperti terjadinya angin puting beliung, banjir dan Iongsor. 7) Masih adanya sebagian oknum yang lebih mementingkan kepentingan sesaat sehingga merusak lingkungan. Hal ini terkait dengan pembiaran terhadap pelanggaran lingkungan seperti penebangan pohon, pembangunan rumah/ kantor/ perumahan di sepanjang bibir sungai, eksploitasi bukit, pencemaran sungai, pengeboran air tanah yang tak terkontrol dan sebagainya. 8) Lambannya birokrasi dalam membuat paket-paket regulasi dan mengawalnya sehingga kerusakan lingkungan menjadi tak terkendali. Laju pergerakan pencemaran lingkungan meningkat setiap saat hal ini disebabkan pertambahan jumlah penduduk namun tidak diiringi oleh kecepatan, kecermatan aparatur pemerintah dalam mengantisipasi hal tersebut. Banyak faktor mengapa itu terjadi, misalnya rendahnya SDM aparatur, kesadaran bahwa kelestarian Iingkungan adalah mutlak bagi kelangsungan pembangunan dan sistem dalam penyelenggaran terlalu birokratis. 9) Adanya ketimpangan sosial dan ekonomi dalam strata kehidupan memaksa masyarakat untuk bertindak nekad lalu merusak tatanan lingkungan yang telah tercipta. Masyarakat miskin seolah memiliki pembenaran untuk melakukan hal itu akibat desakan ekonomi yang melilit kehidupan mereka. Lalu mereka nekad dengan menebang pohon, menggerus bukit dan sebagainya. 10) Minimnya sosialisasi terhadap masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Masyarakat terbiasa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang instan seperti membuang sampah ke sungai, selokan dan MCK langsung ke sungai. Sehingga lingkungan menjadi kumuh dan kotor ini berdampak bagi kesehatan masyarakat. 11) Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang kurang mengakomodir pelestarian lingkungan oleh sebagaian stakeholders. Misalnya pengatasan kemacetan dengan membabat pepohonan di median jalan pada beberapa ruas jalan di Bandar Lampung. Pembangunan perumahan yang berada di daerah konservasi, pinggiran sungai dan bukit/gunung yang tidak melakukan kajian mendalam terhadap lingkungan. 2.3 MODAL DASAR Modal dasar pembangunan Kota Bandar Lampung adalah seluruh kekuatan Kota Bandar Lampung baik yang efektif maupun yang potensial yang dimiliki dan didayagunaklan dalam pembangunan Kota Bandar Lampung yang pada akhimya juga akan menunjang pembangunan Provinsi Lampung dan Nasional. 1. Berdasarkan letak geografis Kota Bandar Lampung, menjadikannya sebagai pintu gerbang Provinsi Lampung dan Pulau Sumatera, dengan pelabuhan internasional yang terletak di Panjang. Aktivitas pelabuhan ini melayani kegiatan impor dan ekspor berbagai komoditi, baik yang berasal dari dalam maupun luar Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung juga memiliki Stasiun Kereta Api yang menghubungkan Sumatera Selatan dan Lampung 2. Kota Bandar Lampung yang memiliki wilayah pesisir dengan panjang pantai 27,01 km, merupakan pusat kegiatan ekonomi baik bagi Kota Bandar Lampung dan juga bagi Provinsi Lampung, karena Bandar Lampung adalah juga sebagai Ibu kota Provinsi Lampung. 3. Konsekuensi Bandar Lampung sebagai Ibukota Provinsi Lampung, dan sebagai pusat berbagai aktivitas sosial, budaya, ekonomi, dapat merupakan kekuatan dan sekaligus kelemahan, dan memberikan peluang serta ancaman, yang menjadi basis bagi kebijakan pembangunan di berbagai bidang sosial, budaya, ekonomi, industri, Iingkungan hidup, dan keamanan. 4. Kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang terdapat di darat, but sangat terbatas jumlahnya, sehingga pendayagunaannya harus dilakukan secara bertanggung jawab untuk kemakmuran rakyat. 5. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung yang cukup besar dengan budaya yang sangat beragam, sebagai konsekuensi kota pantai (water front city), merupakan sumberdaya potensial dan produktif bagi pembangunan Kota Bandar Lampung yang akan menunjang pembangunan Provinsi Lampung dan Nasional. ANALISIS ISU STRATEGI 3.1. PERMASALAHAN UMUM Pembangunan Kota Bandar Lampung bertitik tolak dari kenyataan yang ada dan harapan masyarakat. Perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya permasalahan dalam pembangunan, atau dikenal adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Beberapa permasalahan yang muncul dari hasil konsultasi publik yang dilakukan dalam rangka penyusunan RPJP Kota Bandar Lampung Tahun 2005 - 2025, yang antara lain adalah sebagai berikut: A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama 1. Pendidikan 1) Kualitas tenaga pendidik yang belum merata pada setiap sekolah. Sehingga memerlukan percepatan dalam proses sertifikasi guru. 2) Gaji/pendapatan guru yang masih rendah. 3) Sarana dan prasarana gedung tempat pendidikan belum memenuhi standar pelayanan mutu. Kedepan sudah harus difikirkan pengembangan pembangunan kearah vertikal dengan utilitas yang modern, karena keterbatasan dan harga lahan di perkotaan. 4) Rendahnya kuantitas dan kualitas sarana pendukung laboratorium (bahasa IPA, dan sejarah), perpustakaan. 5) Pendidikan belum dapat menghasilakan anak didik yang dapat memenuh tuntutan dunia kerja (lokal, regional, internasional). 2. Kesehatan 1) Ratio tenaga paramedis (perawat, bidan) terhadap jumlah penduduk yang masih dibawah standar Nasional. 2) Tingginya angka kematian bayi (124 per 1.000 kelahiran). 3) Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan yang masih rendah. 4) Masih kurangnya sarana dan prasarana kesehatan di Kota Bandar Lampung. 5) Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi berpeluang penyebaran penyakit menular, seperti: flu burung, HIV/AIDS dll. 6) Belum tersedianya data base/pemetaan wilayah rawan wabah penyakit, pemetaan tipologi masyarakat miskin kota dan daerah kumuh. Data tersebut diperiukan untuk membantu dalam perencanaan pembangunan kesehatan. 3. Demografi 1) Pengendalian pertumbuhan penduduk yang sampai saat ini belum berhasil. 2) Perlunya pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM. 3) Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kurang berpihak terhadap kepentingan masyarakat miskin. 4. Tenaga kerja 1) Lapangan kerja masih rendah 2) Kerjasama dengan luar negeri dalam upaya mencari peluang kerja di luar negeri masih rendah 3) Upaya kegiatan pelatihan-pelatihan, untuk mempersiapkan tenaga kerja yang slap pakai masih rendah 5. PMKS 1) Tindak kekerasan terhadap kaum perempuan masih tinggi 2) Penegakkan hukum terhadap tindak kekerasan terhadap perempuan masih kurang tegas. 3) Fasilitasi terhadap korban tindak kekerasan terhadap perempuan masih rendah 6. Seni dan Budaya 1) Terbatasnya sumberdaya pengelola seni dan budaya 2) Rendahnya kontribusi dari sektor produk seni dan budaya. 3) Rendahnya hasil produksi yang berbasis seni dan budaya. 4) Rendahnya usaha pemasaran hasil produksi yang berbasis seni budaya. 5) Kurangnya sarana pengembangan pada sektor seni dan budaya. 6) Rendahnya pemanfaatan teknologi dalam usaha pengembangan sektor seni dan budaya. 7) Terbatasnya ketersediaan dan kualitas SDM pelaku seni dan budaya, sarana dan prasarana pendukung. 8) Mash kurangnya masukkan pendidikan seni budaya pada kurikulum pendidikan sekolah-sekolah umum. 7. Agama : 1) Tenaga pendidik bidang agama, yang sampai saat ini masih sangat minim. 2) Peran sektor agama terhadap perubahan perilaku manusia ke arah yang baik masih rendah. B. Ekonomi 1) SDM yang berkualitas dan produktif serta berjiwa wiraswasta masih terbatas. 2) Pengembangan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana dasar belum optimal. 3) Iklim investasi secara umum belum sepenuhnya kondusif 4) Kebutuhan lahan tempat usaha yang semakin sulit 5) Belum aktif dan efektifnya kinerja koperasi. 6) Pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah belum optimal C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 1) Terbatasnya sumberdaya IPTEK 2) Rendahnya kontribusi institusi penghasil IPTEK, seperti misalnya BPPT, Balitbang maupun Perguruan Tinggi. 3) Penggunaan teknologi informasi untuk keperluan pelayanan publik belum memadai sehingga pelayanan tersebut belum mencapai tahap yang optimal 4) Rendahnya pemanfaatan teknologi jasa perkantoran yang terkoneksi D.Sarana dan Prasarana 1) Penyediaan infrastruktur yang belum memadai. 2) Iklim investasi infrastruktur belum sepenuhnya kondusif 3) Kemampuan sumber daya manusia (SDM) aparatur Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam melakukan percepatan proses penyediaan infrastruktur kota juga terhitung masih sangat rendah. 4) Kondisi kota sudah cenderung tidak apik, sehingga butuh program yang dapat dengan cepat diimplementasikan. 5) Masih terbatasnya pemahaman stakeholders terkait dengan kondisi infrastruktur kota yang pasti tidak akan murah dan mudah untuk diwujudkan. E.Politik 1) Kesadaran dan pendidikan politik belum dilaksanakan dengan optimal oleh partai-partai politik. 2) Budaya politik yang mencerminkan etika politik yang baik masih belum tampak dalam perilaku politik para pelaku politik. 3) Komunikasi politik belum efektif sehingga proses politik menjadi terhambat, khususnya berkenaan dengan proses pengambilan keputusan antara DPRD dan Pemerintah Kota Bandar Lampung berkenaan dengan kebijakan publik dan pembangunan daerah. F. Keamanan dan Ketertiban 1) Rasio jumlah aparat penegak hukum dan jumlah penduduk Kota Bandar Lampung belum berimbang. 2) Perencanaan penanggulangan dan pemberantasan kriminalitas belum optimal dan pelaksanaannya masih bersifat parsial dan belum secara terpadu (integrated). 3) Prasarana, sarana, dan fasilitas untuk menjalankan operasi Kamtibmas masih belum memadai dan dengan sumber daya yang terbatas. G. Hukum dan Aparatur 1) Sinkronisasi peraturan Perundang-undangan dan Perda masih menjadi permasalahan hukum 2) Substansi peraturan Perundang-undangan dan Perda belum responsif, antisipatif, dan akomodatif dengan tUntutan dan kebutuhan rakyat. 3) Sikap, perlakuan, dan kinerja aparat penegak hukum belum memberikan pelayanan yang optimal kepada rakyat yang sedang mencari keadilan. 4) Mafia peradilan dan KKN masih dirasakan oleh rakyat dalam memperoleh pelayanan keadilan. 5) Belum terlaksananya prosedur hukum dan mekanisme cepat, sederhana, murah 6) Kinerja aparatur belum optimal dalam merealisasikan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang balk (good governance). 7) Sistem, prosedur, dan mekanisme kerja antarlembaga di dalam struktur Pemerintah Kota Bandar Lampung belum optimal dalam melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi 8) Sikap dan perilaku para aparat birokrasi belum berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat. 9) Pengelolaan APBD masih belum berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan untuk rakyat, tetapi lebih berorientasi pada proyek (project oriented). 10) Tingginya ego sektoral. 11) Jumlah dan perawatan sarana prasarana yang minim. 12) Belum ada perencanaan tenaga kerja. 13) Belum ada SPM untuk pelayanan dasar. H. Wilayah dan Tata Ruang 1) Belum adanya perencanaan yang matang dan menyeluruh dalam mengelola sumberdaya lahan kota sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. 2) Rendahnya kesadaran pihak-pihak terkait menyikapi ancaman bencana alam seperti longsor, banjir, gempa bumi dan tsunami. 3) Lemahnya peraturan dan regulasi yang mengatur keberlangsungan dan kelestarian bukit, sungai, pantai dan sebagainya akan menyulitkan penegakan hukum bahkan membuka celah bagi penyelewengan. I.Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 1) Potensi sumberdaya alam Batu Putu dan sekitarnya, serta wilayah pesisir yang belum ditata dan dikembangkan. 2) Kontribusi dan pengembangan kawasan pelabuhan taut belum menguntungkan Kota Bandar Lampung. 3) Penggunaan lahan untuk permukiman dan lain-lain akan mengancam keberadaan dataran tinggi/perbukitan ataupun hutan dan terganggunya keseimbangan tata air. 4) Meningkatnya kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh laju pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan ini, perubahan gaya hidup yang konsumtif, serta rendahnya kesadaran masyarakat lingkungan hidup. terhadap kualitas 5) Pencemaran udara sebagai dampak kemajuan transportasi dan industrialisasi, pencemaran sungai dan tanah karena limbah industri dan limbah rumah tangga memberikan dampak yang negatif dan akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan sistem lingkungan secara keseluruhan dalam menyangga kehidupan manusia. 6) Masih banyaknya kepemilikan lahan oleh beberapa pihak (perseorangan) pada bukit/gunung sehingga mempersulit proses pengawasan dan pemantauan terhadap pencemaran lingkungan. 7) Lemahnya pengawasan terhadap pencemaran Iingkungan karena minimnya SDM aparatur pemerintah. 8) Meningkatnya penggunaan kendaraan yang dapat memicu semakin buruknya kwalitas udara. 9) Sistem drainase yang tidak baik akan menimbulkan kebanjiran semakin menjadi. 10) Lemahnya pemerintah dalam menegakkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perlindungan daerah konservasi seperti hutan, situ dan daerah sempadan sungai. 11) Adanya ego sektoral di pemerintahan yang menimbulkan kerancuan dalam menjaga Iingkungan menjadi tumpang tindih bahkan saling lempar tanggung jawab. 3.2. ISU-ISU STRATEGIS Berdasarkan permasalah seperti telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan beberapa isu strategis dalam Pembangunan Jangka Panjang Kota Bandar Lampung, sebagai berikut: 1 Rendahnya kualitas sumberdaya manusia, 2 Belum optimalnya pengembangan potensi ekonomi, 3 Belum optimalnya penegakkan supremasi hukum dan peningkatan kesadaran politik, 4 Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, 5 Terbatasnya pembangunan sarana dan prasarana dasar, 6 Belum optimalnya pengelolaan sumberdaya alam dan Iingkungan hidup secara berkelanjutan, 7 Kota Bandar Lampung rawan bencana alam banjir, Iongsor, gempa bumi, dan tsunami. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1 VISI PEMBANGUNAN DAERAH Visi merupakan pandangan jauh ke depan dan merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh mempertimbangkan suatu initiation, institusi di masa ideas-idealism, depan, disusun information, dengan identification, inception dan forecasting, yakni pemikiran tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan serta memperhatikan keinginan stakeholders. Visi dibuat dengan keyakinan, rasa optimis, dan semangat membangun Kota Bandar Lampung untuk menjadi kota yang unggul berdaya saing tinggi untuk menuju terwujudnya masyarakat yang sejahtera,berbudaya, serasi, dan bertanggungjawab. Beberapa alasan dan kesepakatan dasar stakeholders Kota Bandar Lampung tentang perlunya Visi Kota Bandar Lampung 2005-2025, dengan beberapa asumsi sebagai berikut : 1. Visi dibuat dengan mempertimbangkan keunggulan potensi Bandar Lampung pada saat ini dan masa mendatang. Visi pada dasarnya mencerminkan apa yang ingin dicapai oleh sebuah kota. Fungsi visi dalam hal ini adalah sebagai alat kendali institusi sehingga memiliki arah yang jelas yang telah ditentukan. Adanya kebutuhan mengenai arah dan fokus strategi yang jelas. Visi akan mengarahkan seluruh jajaran institusi memiliki titik tolak dalam merumuskan misi dan tujuan organisasi secara lebih operasional.•Adanya kebutuhan untuk mengeksploitasi potensi dan kesempatan yang ada atau untuk mengatasi tantangan baru. 2. Visi merupakan perekat yang menyatukan berbagai gagasan strategi yang terdapat dalam institusi sehingga menumbuhkan saling pengertian dalam merumuskan peran dan fungsi masing-masing jajaran dalam mewujudkan citacita kota. Visi akan menstimulasi solusi stratejik operatif terhadap masalahmasalah operasional setiap jajaran institusi. Hal tersebut akan memberikan arahan yang jelas terhadap masalah-masalah operasional yang dihadapi oleh seluruh jajaran institusi. 3. Visi akan menumbuhkan rasa kebermaknaan pada setiap jajaran institusi dalam upaya untuk mencapai tujuan institusi. Hal ini akan mendorong antusiasme dan keterlibatan emosional pada segenap jajaran institusi. Adanya kebutuhan untuk menjamin kesinambungan kepemimpinan. Oleh karena itu Visi akan memberikan pedoman bagi segenap jajaran institusi dalam aktivitas operasionalnya dalam mencapai cita-cita institusi sehingga momentum pergantian kepemimpinan kota tidak memberikan kendala bagi pelaksanaan operasional rutin institusi. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas dan berdasarkan kondisi alami saat ini, tantangan dalam 20 tahun mendatang, dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki Kota Bandar Lampung, maka disusun Visi Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2025, adalah : " BANDAR LAMPUNG PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA SUMATERA BAGIAN SELATAN 2025 " A. Perdagangan 1. Perdagangan yang disebut juga dengan perniagaan secara umum dapat diartikan sebagai aktifitas penjualan dan pembelian suatu barang atau jasa antar individu, perusahaan, negara (impor-ekspor). 2. Kondisi perdagangan di Kota Bandar Lampung sampai tahun 2025 diprediksi akan berkembang pesat dan akan menjadi pusat perdagangan barang dan jasa Sumatera Bagian Selatan, yang akan mendorong pertumbuhan industri kecil dan menengah yang kuat, mandiri, dan berkesinambungan. 3. Perkembangan pusat perdagangan dan jasa Sumatera Bagian Selatan, ditunjang oleh potensi letak geografis Kota Bandar Lampung sebagai pintu gerbang Pulau Sumatera, jaraknya yang sangat dekat dengan Jakarta, perhubungan transportasi yang sangat menunjang baik darat, laut maupun udara, potensi sumberdaya alam pesisir yang sangat strategis dan indah untuk pengembagan kepelabuhan (port), kegiatan perdagahgan internasional, wisata bahari, gunung dan bukit untuk wisata alam, dan komitment kuat masyarakat Bandar Lampung yang selama ini ingin mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa secara lebih luas lagi. Kondisi pelabuhan Panjang pada saat ini adalah sebagai Pelabuhan Laut Internasional B.Jasa 1. Jasa adalah setiap tindakan atau aktivitas yang bersifat intangible (tidak berwujud fisik), yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak ke pihak yang lain, dimana konsumen terlibat secara aktif dalam proses produksi, dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. 2. Pelayanan jasa yang dapat ditawarkan dapat berupa jasa keuangan dan perbankan, jasa lingkungan untuk kepariwisataan, jasa komunikasi dan transportasi, jasa administrasi pemerintah, dll. Untuk kondisi Bandar Lampung Jasa lingkungan untuk kepariwisataan cukup menonjol, seperti jasa lingkungan pesisir yang dapat diunggulkan untuk pengembangan pariwisata bahari, dan wilayah perbukitan yang dapat dikembangkan untuk pariwisata alam. Di wilayah bagian tengah Kota Bandar Lampung dapat dikembangkan sebagai pusat pengembangan ekonomi terpadu dan juga sebagai wisata belanja, boga, dan olahraga. 3. Dengan terwujudnya Bandar Lampung sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa Sumatera Bagian. Selatan, maka akan tercipta dan berkembang jasa pemasaran hasil produk-produk pertanian dan industri baik dari Bandar Lampung maupun dari kabupaten/kota di Provinsi Lampung serta dari kabupaten/kota provinsi-provinsi se Sumatera Bagian Selatan. 4.2 MISI PEMBANGUNAN DAERAH Misi merupakan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian visi, yang selanjutnya dijadikan sebagai suatu pedoman dalam penyusunan strategi yang dirumuskan dalam arah kebijakan dan program prioritas dalam mengalokasikan sumber daya daerah. Misi Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai berikut; 1. MENINGKATKAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA YANG DILANDASI KEIMANAN DAN KETAQWAAN KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA Pelaksanaan misi ini dilandasi oleh kesadaran bahwa keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas SDM dan orientasi pembangunan dengan paradigma pembangunan kualitas manusia yang sehat dan sejahtera serta berkarakter. Misi ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan pendidikan serta pengembangan pendidikan dan latihan yang berorientasi kepada kualitas untuk menjawab tantangan global. Melalui misi ini akan disinergikan semua potensi yang dimiliki oleh pemerintah Kota Bandar Lampung dan masyarakat melalui keterpaduan kebijakan, pendekatan program kerja, dan alokasi anggaran berimbang. Tujuan misi ini adalah: a. Pendidikan: 1) Mengembangkan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. 2) Pendidikan yang berbasis kepada potensi lokal. 3) Memperluas kesempatan mengikuti pendidikan dasar dan menengah. b. Pendidikan dan Latihan (Diktat): 1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas diktat untuk kecakapan hidup (life skill) masyarakat perkotaan. Sehingga secara bertahap akan tumbuh kelompokkelompok usaha-bersama. 2) Meningkatkan kuantitas dan kualitas diktat pada aparatur pemerintahan baik keterampilan maupun manajerialnya. 3) Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap objek-objek strategis di Iingkungan kota, yang dapat dijadikan objek wiasata. 4) Meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia dalam pengelolaan Iingkungan hidup. c. Seni dan Budaya: 1) Mengembangkan dan memberdayakan kekayaan seni budaya Lampung. 2) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sebagai wadah untuk kegiatan kebudayaan. d. Kependudukan: 1) Meningkatkan kualitas administrasi kependudukan. 2) Meningkatkan akurasi data kependudukan untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, 3) Mendorong terakomodasinya hak penduduk dan perlindungan sosial. e. Kepemudaan: 1) Meningkatkan kualitas dan partisipasi pemuda dalam pembangunan masyarakat dan lingkungannya. 2) Meningkatkan kesadaran terhadap bahaya pergaulan bebas dan bahaya narkoba. f. Keolahragaan: 1) Meningkatkan budaya dan prestasi olahraga 2) Melengkapi sarana dan prasarana olahraga yang berstandar internasional. g. Ketenagakerjaan: 1) Mendorong terciptanya lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan pekerja di sektor informal. 2) Menciptakan hubungan industrial yang harmonis, perlindungan yang layak, serta miningkatkan kualitas tenaga kerja. 3) Perlindungan terhadap hak-hak tenaga kerja perempuan sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan. h. Pemberdayaan Perempuan: 1) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumberdaya perempuan. 2) Menciptakan sumberdaya perempuan tidak rentan terhadap berbagai penyakit, dan meningkatkan status kesehatan reproduksi bagi wanita usia subur, ibu hamil dan ibu menyusui. 3) Perlindungan terhadap persamaan hak dan kehidupan perempuan 4) Meningkatkan kualitas hidup dan partisipasi perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perlindungan anak. 5) Meningkatkan kualitas hidup perempuan agar terciptanya kesetaraan lelaki dan perempuan dalam segala bidang. i. Pemberdayaan Masyarakat Miskin: 1) Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan masyarakat miskin, 2) Meningkatkan tanggungjawab sosial agar secara bertahap masyarakat dapat membangun semangat kebersamaan. 3) Perlu adanya pemetaan tipologi dan meningkatkan kemampuan masyarakat miskin di perkotaan. j.Kesehatan: 1) Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. 2) Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan sebagai kesejahteraan dan investasi keluarga. 3) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu. 4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warga negara yaitu setiap individu, keluarga, dan masyarakat tanpa meninggalkan upaya menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan kesehatan k. Kehidupan Beragama: 1) Mendorong pelaksanaan pembangunan agar tidak hanya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dari segi fisik, akan tetapi juga secara immaterial dan spiritual yang bersumber dari ajaran agama Menciptakan kehidupan beragama yang harmonis 2) Menciptakan media saling pengertian untuk mendorong antar umat beragama saling bekerja sama dalam pembangunan. 3) Peningkatan kuantitas dan kualitas tempat-tempat ibadah, yang sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga tidak akan menimbulkan konflik sosial. 4) Peningkatan kuantitas dan kualitas dalam penyelenggaraan seni dan budaya yang bernuansa keagamaan. 1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: 1) Menguasai teknologi dasar dan terapan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas. 2) Mendukung upaya pengembangan dan pelatihan teknologi pada masyarakat. 3) Melindungi hasil pengembangan dan penelitian. 2. MENINGKATKAN PEMBANGUNAN EKONOMI Meningkatkan pembangunan ekonomi secara umum termasuk di dalamnya pembangunan di bidang perdagangan dan jasa kepariwisataan, yang ditujukan untuk membangun dan mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi daerah dalam rangka memberikan peluang seluas-Iuasnya bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Misi ini bertujuan: 1) Meningkatkan kegiatan perdagangan antar daerah dan memperkokoh sistem distribusi barang yang efisien dan efektif serta menjamin kepastian berusaha. 2) Meningkatkan aktifitas impor dan ekspor melalui pelabuhan laut intemasional Panjang. 3) Meningkatkan pengembangan potensi industri kecil dan menengah, yang akan menjadi prioritas dengan didukung oleh sub sektor turunan ketiga sektor tersebut. 4) Mengembangkan objek-objek wisata seperti objek wisata bahari, wisata budaya, wisata alam, wisata pendidikan, wisata olahraga, dan wisata belanja. 5) Menciptakan iklim pariwisata yang aman, nyaman, indah, berkesan, serta meningkatkan kemampuan pemandu wisata yang sopan, ramah, menguasai bahasa dan objek wisata. 3. MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH, BERWIBAWA, DAN BERTANGGUNG JAWAB Untuk mencapai kondisi tata kepemerintahan yang baik, yaitu tata pemerintahan yang dilaksanakan secara transparan perlu dukungan aparatur yang akuntabel, profesional, efisien dan efektif serta berkeadilan. Misi ini bertujuan: 1) Meningkatkan kapasitas, kualitas dan profesionalisme aparatur berdasarkan kompetensi (Good Governance). 2) Membangun aparatur pemerintahan yang intensif, efektif, efisien dan berkesinambungan baik secara internal, fungsional maupun pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat. 3) Meningkatkan kinerja pelayanan publik yang berorientasi pada kepuasan masyarakat dan pengembangan standar pelayanan minimal, disesuaikan dengan standar ISO. 4) Menerapkan sistem kearsipan berbasis teknologi informasi yang didukung oleh SDM yang terampil dan profesional serta sarana dan prasarana kearsipan. 4. MENINGKATKAN SUPREMASI HUKUM, KEAMANAN DAN KETERTIBAN SERTA KESADARAN POLITIK DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA Misi ini dimaksudkan untuk menegakkan tata peraturan perundangundangan yang berlaku, mengatur serta memperkuat hak seluruh warga kota, dan kondisi politik yang kondusif untuk semakin memperkuat rasa persatuan dan kesatuan seluruh elemen warga kota. Misi ini bertujuan: 1) Meningkatkan pelaksanaan penegakan hukum yang transparan, adil dan bersih, sehingga ditaati oleh masyarakat dan aparat penegak hukum. 2) Meningkatkan keikutsertaan stakeholders dalam penyusunan peraturanperaturan daerah, sebagai partisipasi publik untuk mewujudkan demokrasi. 3) Menciptakan kondisi rasa aman, nyaman, dan tentram bagi semua warga kota dan dunia usaha sehingga semua aktivitas sosial, ekonomi dan budaya dapat tumbuh dan berkembang dengan lancar. 4) Mewujudkan kehidupan demokrasi yang dinamis dan sehat sebagai basis perwujudan civil society. 5) Mengembangkan etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, 6) Menumbuhkembangkan komunikasi politik, kesadaran atas hak kewajiban politik rakyat serta meningkatkan fungsi dan peran DPRD dalam penjaringan dan penyaluran aspirasi masyarakat. 5. MENINGKATKAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN YANG BERKUALITAS SESUAI DENGAN TATA RUANG Misi ini ditujukan untuk mempercepat ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan dan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan perkotaan. Pemanfaatan dan penataan sarana dan prasarna kota ini harus sesuai dengan rencana penataan ruang, yang bertujuan: 1) Melaksanakan pembangunan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung, 2) Meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan perdagangan dan jasa kepariwisataan. 3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas cakupan pelayanan sarana dan prasarana perkotaan, seperti transportasi, listrik, informasi dan telematika, air bersih, permukiman, persampahan, serta mengembangkan sarana dan prasarana barn. 4) Meningkatkan pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung. 6. MENINGKATKAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SECARA ADIL DAN BERKELANJUTAN Dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana maka semua aktivitas pembangunan tidak akan merusak lingkungan yang dapat berakibat menurunkan daya dukung lingkungan. Keberhasilan misi ini sangat tergantung dari komitmen politik pemerintah kota dan peran serta masyarakat. Oleh karenanya, pendekatan untuk membangun kesadaran publik, komitmen, kebijakan dan perencanaan tata ruang serta keterpaduan program pelestarian lingkungan hidup sangat penting dilakukan. Misi ini bertujuan: 1) Meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam secara adil, seperti lahan, bukit dan gunung, sebagai kawasan konservasi, permukiman terbatas, dan pengembangan wisata alam yang berbasis Iingkungan secara berkesinambungan, 2) Meningkatkan dan mengembangkan pengelolaan wilayah pesisir Kota Bandar Lampung. 3) Meningkatkan mutu Iingkungan hidup yang sehat untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup sehat, 4) Menyelenggarakan program peningkatan Iingkungan fisik, sosial, dan budaya masyarakat dengan memaksimalkan potensi sumber daya secara mandiri, 5) Mengembangkan sistem mitigasi bencana alam. ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAH UN 2005-2025 5.1 ARAH PEMBANGUNAN Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung selama dua puluh tahun kedepan, disusun sedemikian rupa agar Visi dan Misi pembangunan jangka panjang dapat tercapai pada tahun 2025. Indikasi keberhasilannya harus terlihat pada setiap periode lima tahunan (dalam RPJM), untuk menjamin terjadinya keterkaitan yang erat antara Visi, Misi dan Arah Kebijakan Pembangunan. Arah Pembangunan Jangka Panjang 2005 - 2025 Kota Bandar Lampung diuraikan berikut ini. 1. MEWUJUDKAN SUMBERDAYA MANUSIA BERKUALITAS YANG DILANDASI KEIMANAN DAN KETAQWAAN KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA Untuk mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhaan Yang maha Esa, maka arah pembangunannya ditujukan pada beberapa bidang yang berperan penting yaitu bidang pendidikan, kesehatan, kepemudaan, pemberdayaan perempuan, ketenagakerjaan, keolahragaan, IPTEK, pemberdayaan masyarakat miskin, pendidikan dan latihan, kependudukan, dan kehidupan beragama. Arah pembangunan bidang-bidang tersebut diuraikan berikut ini. a. Arah Pembangunan Bidang Pendidikan, adalah : 1) Terwujudnya kualitas dan kuantitas guru sesuai tuntutan kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat 2) Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan secara merata di wilayah Bandar Lampung, 3) Terwujudnya kemampuan IPTEKS dan IMTAQ bagi peserta didik, 4) Terwujudnya pemberdayaan potensi lokal dalam proses belajar mengajar, 5) Meningkatnya pendanaan bagi pendidikan, dan terjalinnya kerjasama dengan pihak swasta, 6) Berkembangnya pendidikan dasar dan menengah, termasuk pra sekolah. b. Arah Pembangunan Bidang Pendidikan dan Latihan, adalah : 1) Terbentuknya Badan Litbang Kota Bandar Lampung, yang berorientas pada kebutuhan masyarakat dan aparatur pemerintah Kota Bandar Lampung, 2) Meningkatnya kegiatan Badan Litbang untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dan latihan aparatur dan masyarakat perkotaan, 3) Berkembangnya kelompok usaha bersama masyarakat Kota Bandar Lampung, 4) Meningkatnya keterampilan masyarakat dalam usaha kecil menengah, 5) Meningkatnya pendidikan dan latihan dalam bidang keterampilan dan manajerial aparatur, 6) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pemandu wisata terhadap obejek-objek wisata, sebagai ujung tombak sosialisasi dan promosi wisata kota. 7) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan Iingkungan hidup c. Arah Pembangunan Bidang Kesehatan, adalah : 1) Meningkatnya keterampilam dan kualitas medis dan para medis dalam pelayanan kesehatan dan keluarga berencana, 2) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat meliputi: a) Menurunnya angka mortalitas dan morbiditas. b) Meningkatnya status gizi masyarakat. c) Meningkatnya kualitas Iingkungan hidup dan perilaku hidup bersih dan sehat. d) Meningkatnya sumberdaya kesehatan. e) Meningkatnya akses dan mutu layanan kesehatan. 3) Berdayanya organisasi kesehatan dan menejemen kesehatan yang efektif dan efisien. 4) Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan keluarga berencana. 5) Terpenuhinya sarana dan prasarana kesehatan dan keluarga berencana. 6) Terpenuhinya keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. 7) Meningkatnya daya tanggap terhadap penyakit berbahaya dan menular, dan peningkatan derajat kesehatan Iingkungan masyarakat. 8) Tersedianya pembiyaan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, serta pembenahan manajemen kesehatan. 9) Terwujudnya peningkatan gizi masyarakat terutama anak-anak di bawah umur lima tahun (Balita). d. Arah Pembangunan Bidang Kependudukan, adaiah : a) Terwujudnya sistem administrasi kependudukan yang berbasis Teknologi Informasi, b) Terwujudnya pelayanan kependudukan yang prima, cepat dan akurat, serta perlindungan sosial dan hak penduduk, c) Terwujudnya keseimbangan pertumbuhan penduduk dengan program keluarga berencana, d) Terwujudnya pusat informasi mobilisasi penduduk. e. Arah Pembangunan Bidang Kepemudaan, adaiah : 1) Meningkatnya kepedulian dan kesadaran pemuda terhadap pembangunan dan Iingkungannya, serta terhadap bahaya pergaulan bebas dan bahaya narkoba 2) Meningkatnya keikutsertaan pemuda dalam proses pembangunan daerah sekitarnya dan proses memberantas bahaya pergaulan bebas dan bahaya narkoba, 3) Meningkatnya penguasaan dan kualitas IPTEKS dan IMTAQ khusus bagi pemuda. f. Arah Pembangunan Bidang Keolahragaan, adaiah : 1) Terwujudnya keprofesionalan pembinaan keolahragaan secara terpadu, dengan melibatkan stakeholders yang peduli terhadap kemajuan keolahragaan, 2) Terpenuhinya sarana dan prasarana keolahragaan, untuk mencapai prestasi baik nasional maupun internasional, 3) Berkembangnya bidang keolahragaan, sesuai dengan potensi lokal, 4) Terwujudnya kualitas dan keikutsertaan olahragawan Kota Bandar Lampung ke berbagai event olahraga balk daerah, nasional, dan internasional, 5) Meningkatnya gizi dan kesejahteraan olahragawan. g. Arah Pembangunan Pemberdayaan Perempuan adalah : 1) Meningkatnya kemampuan dan kualitas sumberdaya perempuan, balk keterampilan maupun kualitas kesehatannya, 2) Terwujudnya persamaan hak, partisipasi, dan keikutsertaan perempuan dalam proses pembangunan, 3) Meningkatnya kualitas perlindungan anak, 4) Meningkatnya kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam segala bidang. h. Arah Pembangunan Bidang Ketenagakerjaan, adalah : 1) Terwujudnya penyediaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan pekerja baik di sektor formal maupun informal, 2) Terwujudnya kualitas tenaga kerja, yang mendukung produktivitas kerjanya menjadi lebih baik dan lebih efisien, 3) Terwujudnya perlindungan dan hubungan pekerja-industrial yang harmonis, untuk lebih meningkatkan efektivitas keda, 4) Terwujudnya penjaminan perlindungan terhadap hak-hak tenaga kerja perempuan. i. Arah Pembangunan Pemberdayaan, Masyarakat Miskin, adalah : 1) Meningkatnya pembinaan masyarakat miskia, dan partisipasi masyarakat sebagai tanggung jawab sosial dan semangat kebersamaan dalam pemberdayaan masyarakat miskin dan pengentasan kemiskinan, 2) Meningkatnya keikutsertaan masyarakat miskin dalam proses pembangunan dan mengisi lapangan kerja, 3) Terwujudnya pets tipologi masyarakat miskin sebagai dasar dalam menentukan Iangkah-Iangkah pembinaan masyarakat miskin. 4) Terwujudnya pemenuhan kebutuhan hak-hak dasar rakyat dengan prinsip kesetaraan dan non-deskriminasi. 5) Meningkatnya pemerataan pendapatan masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan dasar yang pada gilirannya bermuara pada peningkatan perekonomian daerah. j.Arah Pembangunan Bidang Seni dan Budaya, adaiah : 1) Terwujudnya seni dan kerajinan masyarakat Lampung, sebagai kekuatan wisata budaya Lampung, 2) Terpenuhinya sarana dan prasarana pengembangan kebudayaan masyarakat Kota Bandar Lampung, 3) Terwujudnya budaya lokal sebagai kekuatan untuk memfilter budaya asing yang tidak sesuai dengan kearifan lokal, 4) Terwujudnya budaya mandiri masyarakat. 5) Terwujudnya•revitalisasi identitas suku Lampung dalam bentuk bahasa/aksara dan kesenian, diantaranya adalah seni bangunan (arsitektur), seni rupa, seni pahat, seni lukis, seni kerajinan tangan, seni taxi, dan seni sastra. 6) Terpeliharanya arsitektur rumah tradisional Lampung, yaitu berupa rumah panggung bertiang, dengan variasi yang sederhana, bentuk atap bubungan perahu (dengan sebelah menyebelah semacam trapesium dan bagian depan dan belakangnya dihubungkan dengan bagian atap segitiga sama kaki). Secara umum tipologi rumah adat Lampung ada 5 macam yakni ; tipe rumah limas panjang, tipe rumah limas burung, tipe rumah limas Melayu, tipe rumah pesagi, dan tipe rumah limas Palembang. 7) Elemen bangunan yang merupakan unsur arsitektur Lampung adalah siger, paguk, andang-andang, tighai, dan bikkai. Motif-motif dekoratif sebagai penghias bangunan adalah ; motif paku sura, motif kain tapis, motif kainkapal/kain-tampan, motif sulur malai pinang, motif bunga melur. Simbolsimbol lain yang dikenal sebagai budaya Lampung antara lain adalah ; simbol burung garuda, kayu arra, payung, gajah, paccah oju, dll. 8) Berkembangnya seni sastra Lampung, berupa cerita rakyat (folklor dalam arti khusus), peribahasa, pepatah, pantun, teka-teki, dan sebagainya. Jadi ada prosa dan ada puisi. Yang tergolong prosa ialah serambi (cerita-cerita panjang), cerita curika (cerita pendek), dan cecawan (keluhan jiwa). Yang tergolong puisi ialah bebandung, pantun, dan campuran antara bebandung dan pantun. Tergolong juga dalam kelompok ini ialah segala dan kias, yang banyak didapati di daerah Lampung pesisir. 9) Bahasa/aksara Lampung perlu diajarkan sejak sekolah dasar dengan porsi waktu yang cukup memadai, agar betul-betul bisa dipahami serta dimengerti, dan bahasa tersebut akan dipakai sehari-harinya, sehingga bahasa/aksara daerah Lampung akan lebih terjamin kelestarian dan kesinambungannya. 10) Fi'il Pesanggiri merupakan falsafah orang Lampung yaitu sesuatu keharusan hidup bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu din dan kewajiban. Disamping itu mereka mengenal Bejuluk dan Beadek; yaitu keharusan berjuang meningkatkan kesempurnaan hidup, bertata tertib dan tats krama sebaik baiknya. Nemui nyimah, Nengah Nyappur, dan Sekai Sembayan. Dalam Nemui Nyimah terdapat keharusan untuk berlaku hormat terhadap sesama anggota dan menghormati tamu, Nengah Nyappur keharusan untuk bergaul dan bermusyawarah, Sakai Sembayan keharusan berjiwa sosial, gotong royong dan berbuat baik terhadap sesama manusia. k. Arah Pembangunan Kehidupan Beragama, adalah : Meningkatnya pengajaran dan pengamalan ajaran agama, 1) Tersedianya sarana dan prasarana pengajaran dan pengamalan keagamaan. 2) Terwujudnya kehidupan beragama yang harmonis, saling menghormati keyakinan agamanya masing-masing, 3) Terwujudnya komunikasi antar umat beragama, 4) Terwujudnya harmonisasi kegiatan kebudayaan yang bemuansa keagamaan, 5) Terwujudnya pemberdayaan nilai-nilai agama sebagai standar moral dalam kehidupan sehari-hari. 6) Terwujudnya sosialisasi nilai-nilai agama kepada masyarakat melalui penyuluhan dengan memanfaatkan berbagai media yang mudah diakses masyarakat, 7) Terwujudnya pemberdayaan nilai-nilai agama, dalam usaha menangkal perjudian, minum minuman keras, penyalahgunaan obat terlarang dan pergaulan bebas, 1. Arah Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, adalah : 1) Terwujudnya pelatihan keterampilan masyarakat di bidang teknologi dasar dan terapan, 2) Terwujudnya pemanfaatan teknologi dasar dan terapan oleh masyarakat, 3) Terwujudnya penelitian dan pengembangan teknologi dasar dan terapan, dan ilmu pengetahuan secara umum, 4) Terwujudnya penguasaan IPTEK untuk kesejahteraan masyarakat. 5) Berkembangnya lembaga penelitian yang memiliki kemandirian di dalampembiayaan, perwujudan sistem pengakuan atas hasil temuan (royalty system, patent) dan kualitas produk (SNI, ISO). 6) Terwujudnya standar mutu yang mengacu pada sistem pengukuran, standarisasi, pengujian, peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana iptek, untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan. 7) Terwujudnya pembangunan IPTEK untuk mendukung ketersediaan energi, teknologi informasi dan komunikasi, serta pelestarian sumber daya alam dan Iingkungan hidup. 2. MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN EKONOMI Untuk mewujudkan pembangunan perekonomian jangka panjang, maka arah pembangunan jangka panjang bidang ekonomi, adalah sebagai berikut. 1) Terwujudnya sinergi potensi pelaku ekonomi, dunia usaha, lembaga keuangan dan kelembagaan Iainnya dalam rangka membangun ekonomi berdaya saing tinggi, baik secara nasional maupun intemasional. 2) Terwujudnya pembangunan ekonomi yang tangguh dan berdaya saing tinggi. 3) Terwujudnya pemberdayaan potensi industri kecil dan menengah. 4) Meningkatnya daya saing dan akses pasar ekspor. 5) Terwujudnya kelembagaan perdagangan yang efektif melindungi konsumen dan persaingan usaha secara sehat. 6) Meningkatnya kesadaran penggunaan produksi lokal 7) Meningkatnya perdagangan antar wilayah dan ketersediaan barang pokok 8) Terwujudnya spesifikasi lokal, standar produk barang dan jasa yang berkualitas ekspor. 9) Terwujudnya ketersediaan fasilitas pelabuhan ekspor yang representative. 10) Terwujudnya kualitas jasa transportasi (udara, keuangan dan usaha Iainnya. darat, laut), perdagangan, 11) Terwujudnya penerapan sistem dan strandar pengelolaan nasional, yang mampu mendorong peningkatan ketahanan dan nilai tambah perekonomian daerah. 12) Terwujudnya penguasaan dan pemanfaatan teknologi, yang mendukung pengembangan kegiatan perekonomian. 13) Terwujudnya pembangunan hukum untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan investasi. 14) Terwujudnya peranan ekonomi kerakyatan sebagai komponen utama pembangunan ekonomi Kota Bandar Lampung. 15) Terwujudnya UMKM dan Koperasi menjadi pelaku ekonomi berbasis IPTEK, dan berdaya saing dengan produk impor, 16) Terwujudnya pengembangan UMKM melalui pengembangan rumpun industri, percepatan alih teknologi, dan peningkatan kualitas SDM. 17) Terwujudnya struktur industri yang sehat dan berkeadilan, dengan pengelolaan usaha yang balk dan benar (good corporate govemance). 18) Terwujudnya aksessibilitas masyarakat lokal dalam pemanfaatan SDA di sekitamya. Terwujudnya pasar kerja untuk mendorong terciptanya lapangan kerja 3. MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI KEPARIWISATAAN Untuk mewujudkan pengembangan dan kualitas industri kepariwisataan jangka panjang, maka arah pembangunan jangka panjang bidang kepariwisataan, adalah sebagai berikut: 1) Terwujudnya penggalian dan peningkatan kualitas objek-objek wisata. 2) Terwujudnya master plan pengembangan kepariwisataan secara terpadu, 3) Terwujudnya pengemasan objek-objek wisata bahari, wisata budaya, wisata alam, wisata pendidikan, wisata olahraga, dan wisata belanja, menjadi kegiatan terpadu dan sinergis dan disinergikan dengan wilayah Iainnya, di Sumatera Bagian Selatan, 4) Terciptanya pemandu wisata yang sopan, ramah, menguasai bahasa, dan objek-objek wisata, 5) Terwujudnya kerjasama dengan pihak swasta balk yang ada di Lampung maupun luar Lampung, untuk menumbuhkembangkan usaha-usaha kepariwisataan, 6) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung kebutuhan wisatawan seperti: bank, informasi kepariwisataan, transportasi dan akomodasi, atraksi wisata serta kebutuhan Iainnya, 7) Terwujudnya kegiatan promosi objek wisata Bandar Lampung, secara terpadu dan berkesinambungan 4. MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH, BERWIBAWA, DAN BERTANGGUNG JAWAB Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan bertanggung jawab, maka arah pembangunan jangka panjang bidang pemerintahan, diuraikan seperti di bawah ini 1 Terwujudnya pendidikaLn dan Iatihan kemampuan aparatur pemerintah menuju kepemerintahan yang baik (Good Governance). 2 Terwujudnya pembinaan pola karir berdasarkan merit system dan mengoptimalkan mekanisme pengkaderan secara terpola, konsisten dan berkelanjutan. 3 Terwujudnya sistem informasi kepegawaian sebagai bagian integral dari sistem informasi dan komunikasi pemerintahan daerah. 4 Terwujudnya kelembagaan pemerintahan daerah yang baik, ramping, luwes, responsif dan antisipatif. 5 Terwujudnya pembinaan dan pengawasan kineija pelayanan publik yang berorientasi pada pelayanan prima. 6 Terwujudnya infrastruktur pelayanan pemerintahan dengan menerapkan sistem informasi manajemen d aerah melalui pemakaian teknologi informasi. 7 Terwujudnya kearsipan berbasis teknologi informasi, yang ditunjang oleh pengembangan sarana dan prasarana kearsipan. 8 Terwujudnya penertiban dan pengawasan penyalahgunaan kewenangan aparatur Negara. 9 Terwujudnya etika birokrasi dan budaya keda yang tinggi, yang diikuti dengan peningkatan pengetahuan dan pemahaman para penyelenggara negara terhadap prinsip-prinsip ketata pemerintahan yang baik. 5. MEWUJUDKAN STABILITAS DAN KESADARAN POLITIK DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA Untuk mewujudkan stabilitas kesadaran politik dalam kehidupan bermasyarakat, maka arah pembangunan jangka panjang bidang politik, adalah sebagai berikut: 1) Terwujudnya pembinaan organisasi politik, organisasi masyarakat, dan organisasi sosial untuk meningkatkan kesadaran dan menciptakan kehidupan yang demokratis yang harmonis, sebagai basis perwujudan civil society. 2) Terwujudnya komunikasi politik dan peran DPRD dalam penjaringan dan penyaluran aspirasi masyarakat. 3) Terwujudnya etika dan budaya politik dalam proses penanaman nilai-nilai demokratis, penghormatan nilai-nilai HAM, nilai-nilai persamaan, anti kekerasan, serta nilai-nilai toleransi, melalui berbagai wacana dan media; bagi peningkatan kesadaran pentingnya memelihara persatuan bangsa, 4) Terwujudnya komunikasi dan informasi proses pencerdasan masyarakat dalam kehidupan politik. 6. MEWUJUDKAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM, KEAMANAN DAN KETERTIBAN BERDASARKAN KEADILAN YANG DEMOKRATIS Untuk mewujudkan penegakan supremasi hukum, keamanan dan ketertiban berdasarkan keadilan yang demokratis, maka arah pembangunan jangka panjang bidang hukum, keamanan, dan ketertiban, adalah sebagai berikut: 1) Terwujudnya struktur hukum yang diarahkan untuk memantapkan dan mengefektifkan organisasi dan lembaga hukum, profesi hukum dan badan peradilan sehingga aparatur hukum mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya secara profesional. 2) Terwujudnya kualitas kemampuan aparatur hukum yang profesionalisme. 3) Terwujudnya sikap aparatur hukum yang menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, keterbukaan dan keadilan, bebas dad korupsi, kolusi dan nepotisme, serta bertanggung jawab dalam bentuk perilaku yang teladan. 4) Tersedianya sarana dan prasarana hukum yang memadai. 5) Terwujudnya penegakan hukum dan HAM secara tegas, lugas dan profesional. 6) Terwujudnya kesadaran hukum masyarakat dengan Iebih memberikan akses terhadap informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. 7) Terwujudnya akses masyarakat dalam berbagai proses pengambilan keputusan pelaksanaan pembangunan daerah. 8) Terwujudnya pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat secara sederhana, murah dan cepat. 7. MEWUJUDKAN TATA RUANG, SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN YANG BERKUALITAS Untuk mewujudkan keserasian tata ruang, pembangunan prasarana dan sarana perkotaan yang berkualitas dalam jangka panjang, maka arah pembangunannya diarahkan pada bidang tata ruang, transportasi, infrastruktur kelistrikan, infrastruktur informasi dan telematika, air bersih, perumahan, dan persampahan. Arah pembangunan masing-masing bidang adalah sebagai berikut: a. Arah Pembangunan Bidang Tata Ruang, adalah : Terwujudnya pembangunan sesuai dengan rencana penataan ruang. Terwujudnya keserasian pembangunan antar kecamatan di wilayah Bandar Lampung dan keserasian pembangunan Bandar Lampung dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota Iainnya baik di dalam maupun di luar wilayah Provinsi Lampung. Terwujudnya pengembangan wilayah Kota Bandar Lampung. b. Arah Pembangunan Infrastruktur Bidang Transportasi, adalah : 1) Terwujudnya transportasi yang meningkatkan laju pergerakan orang, barang dan jasa melalui penyediaan jalan bebas hambatan yang menghubungkan Kota Bandar Lampung dengan daerah-daerah lain. 2) Terwujudnya pelayanan transportasi laut dan udara. Pengguna jasa transportasi perlu diberi banyak pilihan altematif yang sesuai dengan kebutuhan dan daya jangkau masyarakat. 3) Terwujudnya diversifikasi moda angkutan masal dengan kelengkapan infrastrukturnya, khususnya di pusat perkotaan. 4) Terwujudnya jalan kereta api yang menghubungkan Kota Bandar Lampung dengan daerah-daerah lain guna mendapatkan sistem transportasi barang, orang dan jasa yang cepat, murah dan nyaman. 5) Terwujudnya transportasi menuju objek-objek wisata dan sentra-sentra ekonomi lain. 6) Terwujudnya jalan lingkar (ring-mad) kota, dalam rangka meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa antara wilayah serta untuk mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi, serta mengatasi kemacetan lalu lintas yang melebihi daya dukung jalan yang ada. 7) Terwujudnya pengaturan dan penegakan hukum dalam kaitannya dengan bidang transportasi diarahkan pada terwujudnya penataan dan pemeliharaan sarana transportasi secara baik. Arah Pembangunan bidang Infrastruktur Kelistrikan, adalah Terwujudnya pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber energi altematif. Terwujudnya pembangunan dan pengembanngan infrastruktur kelistrikan untuk memenuhi kebutuhan kota. d. Arah Pembangunan Infrastruktur Bidang Informasi dan Telematika, adalah : 1) Berkembangnya teknologi informasi balk perangkat keras maupun lunak guna menuju era sistem pemerintahan elektronik (e-govemment) yang efektif dan efisien. 2) Meningkatnya profesionalisme SDM di bidang teknis dan manajemen statistik, komputasi data dan administrasi, sistem informasi statistik, sistem informasi geografis, diseminasi informasi statistik, dan sistem informasi manajemen guna mendukung kelancaran penyelenggaraan kegiatan statistik dasar dan memenuhi kebutuhan informasi dan data statistik bagi pemerintah maupun stakeholder. 3) Tersedianya sarana dan prasarana komunikasi yang mampu melayani sistem informasi data, 4) Tersedianya sistem informasi komoditi andalan dan unggulan Kota Bandar Lampung guna meningkatkan posisi tawar masyarakat produsen terhadap pasar. 5) Berkembangnya sistem jaringan informasi pelayanan umum dan pendidikan yang efisein. e. Arah Pembangunan Infrastruktur Bidang Air Bersih, Perumahan, dan Persampahan, adalah : 1) Terwujudnya perumahan yang layak dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. 2) Meningkatnya pembangunan rumah masal kearah vertikal sebagai kebutuhan masyarakat perkotaan dengan lahan yang terbatas. 3) Terwujudnya perumahan tahan gempa, angin puting beliung, dan tsunami (untuk kawasan pantai). 4) Terwujudnya pengelolaan limbah dan sampah rumah tangga secara modern, sehingga mempunyai nilai tambah. 8. MEWUJUDKAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SECARA ADIL DAN BERKUALITAS Untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, maka arah pembangunannya ditujukan pada bidang sumberdaya alam dan bidang lingkungan hidup, sebagai berikut: a. Arah Pembangunan Bidang Sumberdaya Alam, adalah : 1) Terwujudnya pembangunan wilayah pesisir sesuai dengan Renstra, Zonasi dan Masterplan pengelolaan wilayah pesisir. 2) Terwujudnya pengambangan Usaha perikanan berbasis agribisnis. 3) Meningkatnya keterlibatan masyarakat pesisir dalam proses pembangunan pariwisata bahari di wilayah pesisir. 4) Meningkatnya pengawasan pengembangan bukit dan gunung untuk keperluan terbatas dan lebih ditekankan untuk kawasan konservasi. 5) Meningkatnya pengelolaan hutan' kota dan hutan lindung yang berada di wilayah Kota Bandar Lampung sesuai dengen fungsinya. 6) Terwujudnya sistem drainase dan ruang terbuka hijau. 7) Meningkatnya pengelolaan daerah tangkapan air catchment area) dan menjaga kelestarian air tanah, baik air tanah dangkal (soil water) maupun air tanah dalam (ground water). 8) Terwujudnya Perda peruntukan sungai-sungai yang ada di Bandar Lampung. Peruntukan sungai ini terdiri dari peruntukan sungai untuk kebutuhan air minum, pertanian, peternakan dan industri, 9) Meningkatnya pemberdayaan dan kualitas pelayanan kelembagaan sumber daya air bagi masyarakat. b. Arah Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup, adalah : 1) Meningkatnya penataan lingkungan sesuai dengan daya dukungnya. 2) Meningkatnya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. 3) Meningkatnya usaha-usaha pemulihan dan rehabilitasi lingkungan hidup,. 4) Meningkatnya kewaspadaan dan peringatan dini terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, angin puting beliung dan banjir. 5) Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam usaha mitigasi bencana alam, dan melakukan sosialisasi bencana alam dan daerah-daerah rawan bencana alam. 6) Terwujudnya penegakan hukum bagi keselamatan SDA dan lingkungan. 7) Meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk memelihara lingkungan sehat. 8) Meningkatnya interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat secara optimal. 5.2 TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS Dalam usaha mempertajam sasaran pembangunan, maka arah jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala pembangunan prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka berikutnya yaitu pembangunan jangka menengah. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan merupakan permasalahan yang dianggap paling membutuhkan perhatian yang hendak dicarikan solusinya, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena itu, tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan tidak akan sama, tetapi semua itu harus berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan sasaran pokok pembangunan jangka panjang. Setiap sasaran pokok dalam sembilan misi pembangunan jangka panjang dapat ditetapkan prioritasnya dalam masing-masing tahapan. Prioritas masingmasing misi dapat diperas kembali menjadi prioritas utama. Prioritas utama menggambarkan makna strategis dan urgensi permasalahan. Atas dasar tersebut, tahapan dan skala prioritas utama dapat disusun sebagai berikut. 1. TAHAP PEMBANGUNAN Ke-1 (2005-2010) Tahap Pembangunan ke-1 diarahkan untuk menata kembali dan membangun Daerah Kota Bandar Lampung disegala bidang yang ditujukan untuk menciptakan kota yang aman dan damai, tertib dan bersih, indah dan nyaman, adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat yang diprioritaskan pada peningkatan ekonomi kerakyatan, kesehatan masyarakat, peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan. Prioritas pembangunan dalam Tahap Pembangunan ke-1, adalah sebagai berikut: 1) Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), wajib belajar, dan pemberantasan buta aksara. 2) Peningkatan kualitas guru. 3) Meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana, seperti: Ruang Belajar, Laboratorium, Perpustakaan, ditingkat pendidikan menengah. 4) Kurikulum telah memasukkan keunggulan daerah, dan media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi. ' 5) Peningkatan sikap kewirausahaan melalui pendidikan keterampilan hidup (Life Skill) terutama bagi yang mencari kerja. 6) Peningkatan jumlah sekolah yang kualitas kesehatan mendapat standar nasional dan intemasional. 7) Peningkatan penduduk dengan penurunan angka kekurangan gizi, yang didukung oleh peningkatan sarana dan prasarana kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas. 8) Peningkatan ketrampilan SDM bidang kesehatan (medis dan paramedis), dan adanya Perda pengaturan kerangka regulasi dan sistem pembiayaan dalam pelayanan kesehatan masyarakat miskin. 9) Peningkatan peserta Keluarga Berencana mandiri, yang ditunjang oleh Perda Pengaturan Sistem Pembiayaan dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin (pelayanan kesehatan dari swasta dan Pemerintah). 10) Pengendalian laju pertumbuhan penduduk, yang didukung oleh peningkatan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif, penurunan jumlah keluarga miskin dan tingkat pengangguran. 11) Pengendalian tingkat urbanisasi, yang didukung oleh sistem administrasi kependudukan yang berbasis teknologi informasi. 12) Penurunan angka kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan kemitraan antara pengusaha dengan buruh, peningkatan UMR menjadi 92 % dari KHL (Kebutuhan Hidup Layak) 13) Peningkatan kesetaraan gender di berbagai instansi dan lembaga, membuka kesempatan yang Was bagi perempuan untuk mengembangkan kemampuan diri, serta adanya upaya untuk membatasi ruang-gerak kekerasan terhadap kaum perempuan, yang membutuhkan perlindungan, baik berupa hukum maupun fasilitasi. 14) Peningkatan pembinaan olah raga secara terpadu dengan melibatkan stakeholders, peningkatan sarana dan prasarana olahraga untuk mencapai prestasi nasional, perkembangan bidang keolahragaan sesuai dengan potensi lokal yang ditunjang oleh peningkatan kesejahteraan olahragawan. 15) Pemberdayaan seni dan budaya, serta kerajinan Lampung sebagai kekuatan wisata budaya, yang didukung oleh sarana dan prasarana pengembangan kebudayaan Lampung. 16) Peningkatan kepedulian dan kesadaran pemuda terhadap pembangunan, Iingkungannya, bahaya pergaulan bebas dan narkoba, dan penguasaan IPTEKS dan IMTAQ. 17) Kebebasan mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya, pada sekolah-sekolah umum yang membawa misi keagamaan. Peningkatan fungsi sarana ibadah bagi masing-masing umat beragama dan peningkatan kualitas kerukunan umat beragama di berbagai wilayah perkotaan. 18) Perencanaan pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (Way Halim,Antasari dan Yos Sudarso). 19) Pembangunan infrastruktur kawasan pesisir Bandar Lampung, untuk menunjang kegiatan perdagangari, wisata bahari, dan industri perikanan. 20) Pembangunan infrastruktur kawasan wisata alam Batuputuk dan sekitarnya. 21) Pembangunan sistem informasi perdagangan dan jasa. 22) Peningkatan volume penanaman modal PMDN dan PMDA di wilayah Kota Bandar Lampung. Peningkatan dan pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi. a) Meningkatkan kemitraan antara pengusaha dengan buruh yang ditandai dengan peningkatan UMR menjadi 92 % dari KHL (Kebutuhan Hidup Layak), serta adanya jaminan hak-hak tenaga kerja. b) Pengembangan agroindustri berbasis ikan. c) Peningkatan pengembangan dan pemanfaatan IPTEKS dibidang produksi, telekomunikasi, dan jasa. d) Pembentukan Badan Litbang Kota Bandar Lampung. e) Penyusunan konsep transportasi kota yang handal, efisien, dan ramah lingkungan hidup. f) Pembangunan sistem drainase yang terpadu dan handal. g) Pembangunan dan pengembangan sistem penyediaan air minum, penanganan banjir, mitigasi bencana, penanganan tsunamai, pengelolaan sampah secara komprehensif. h) Pembangunan rumah susun bagi warga. i) Peningkatan kinerja pelaku politik wakil rakyat yang tangguh, keberpihakan terhadap kepentingan rakyat, budaya politik yang beretika tinggi, komunikasi politik yang lancar diantara pelaku politik maupun pemerintah dalam mengambil keputusan sesuai dengan harapan publik. j) Peningkatan jumlah produk hukum seperti perda-perda yang sesuai dengan kebutuhan dan sinkron dengan Perundang-undangan yang berlaku. k) Peningkatan pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat secara sederhana, murah, dan cepat, dan penegakan hukum dan HAM secara tegas, lugas, dan profesional serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. l) Peningkatan kualitas SDM, kesejahteraan aparatur serta kualitas pelayanan birokrasi, dan perencanaan yang terpadu antar dinas/instansi/lembaga serta unit-unit pelayan teknis. m) Penyediaan Sarana dan fasilitas untuk menunjang kinerja aparat kamtibmas. 23) Pengembangan kepariwisataan secara terpadu, melalui peningkatan pemandu wisata yang profesional, kerjasama kepariwisataan dengan pihak lain, pembangunan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan, dan peningkatan kegiatan promosi kepariwisataan. 24) Pembangunan kawasan wisata alam, wisata budaya dan wisata agro di wilayah Batuputuk dan sekitamya, dan pengembangan kawasan Hutan Kota Way Halim. 25) Pengelolaan dan pengawasan sumber pencemaran lingkungan hidup, seperti penambangan bukit, penimbunan pantai, Iimbah industri dan rumah tangga serta penyusunan regulasi terkait dengan lingkungan hidup. 2. TAHAP PEMBANGUNAN Ke-2 (2011-2015) Tahap Pembangunan ke-2 ditujukan untuk Iebih memantapkan penataan kembali daerah Kota Bandar Lampung di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Prioritas pembangunan dalam Tahap Pembangunan ke-2, adalah sebagai berikut: 1) 1) Sebagian besar anak usia dini (60%) telah mendapatkan pendidikan, pelaksanaan Wajib Belajar telah menjangkau seluruh anak usia sekolah, seluruh masyarakat Bandar Lampung telah Bebas Buta Aksara. Proses Pembelajaran paket-paket A, B, dan C yang diselenggarakan oleh masyarakat mutunya semakin meningkat 2) Delapan puluh persen (80%) Guru Sekolah Dasar berpendidikan Sarjana dan empat puluh persen (40%) Guru sudah mengikuti dan lulus sertifikasi. 3) Pembangunan sarana dan prasarana seperti: Ruang Belajar, Laboratorium, Perpustakaan, ditingkat pendidikan menengah telah Iengkap. 4) Peningkatan implementasi Kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah berbasis keunggulan daerah, dan peningkatan pemanfaatan teknologi, metode dan media pembelajaran. 5) Peningkatan sikap kewirausahaan melalui pendidikan keterampilan hidup (Life Skill) terutama bagi yang mencari kerja. 6) Sebagian SMP, dan SMA/SMK sudah memperoleh standar Nasional, Pondok Pesantren menjadi lembaga pendidikan yang kompetitif, lulusan SD, SMP dan SMA/SMK sederajat nilainya semakin meningkat. 7) Peningkatan kualitas kesehatan penduduk dengan penurunan angka kekurangan gizi, meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas. 8) Peningkatan ketrampilan SDM bidang kesehatan (medis dan paramedis), dan implementasi Perda pengaturan kerangka regulasi dan sistem pembiayaan dalam pelayanan kesehatan masyarakat miskin. 9) Peningkatan peserta Keluarga Berencana mandiri, yang ditunjang oleh Perda Pengaturan Sistem Pembiayaan dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin (pelayanan kesehatan dan swasta dan Pemerintah). 10) Pengendalian laju pertumbuhan penduduk, yang didukung oleh peningkatan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif, penurunan jumlah keluarga miskin dan tingkat pengangguran. 11) Pengendalian tingkat urbanisasi, yang didukung oleh sistem administrasi kependudukan yang berbasis teknologi informasi. 12) Penurunan angka kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan kemitraan antara pengusaha dengan buruh, peningkatan UMR menjadi 95 % dad KHL (Kebutuhan Hidup Layak) 13) Peningkatan kesetaraan gender di berbagai instansi dan lembaga, membuka kesempatan yang Was bagi perempuan untuk mengembangkan kemampuan diri, serta adanya upaya untuk membatasi ruang-gerak kekerasan terhadap kaum perempuan, yang membutuhkan perlindungan, baik berupa hukum maupun fasilitasi. 14) Peningkatan pembinaan olah raga secara terpadu dengan melibatkan stakeholders, peningkatan sarana dan prasarana olahraga untuk mencapai prestasi nasional, perkembangan bidang keolahragaan sesuai dengan potensi lokal yang ditunjang oleh peningkatan kesejahteraan olahragawan. 15) Pemberdayaan seni dan budaya, serta kerajinan Lampung sebagai kekuatan wisata budaya, yang didukung oleh sarana dan prasarana pengembangan kebudayaan Lampung. 16) Peningkatan kualitas kepedulian dan kesadaran pemuda terhadap pembangunan dan lingkungannya, pergaulan bebas dan narkoba, dan peningkatan penguasaan IPTEKS dan IMTAQ. 17) Kebebasan mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya, pada sekolah-sekolah umum yang membawa misi keagamaan. Peningkatan fungsi sarana ibadah bagimasing-masing umat beragama dan peningkatan kualitas kerukunan umat beragama di berbagai wilayah perkotaan. 18) Pembangunan Kawasan Ekonomi Terpadu (Way Halim, Antasari dan Yos Sudarso). 19) Pembangunan infrastruktur kawasan pesisir Bandar Lampung, untuk menunjang kegiatan perdagangan, wisata bahari, dan industri perikanan, 20) Pengembangan infrastruktur kawasan wisata alam Batuputuk dan sekitamya, 21) Pengembangan pelabuhan laut internasional Panjang. 22) Pengembangan sistem informasi perdagangan dan jasa. 23) Peningkatan volume penanaman modal PMDN dan PMDA di wilayah Kota Bandar Lampung. 24) Peningkatan dan pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi, 25) Pengembangan kemitraan antara pengusaha dengan buruh yang ditandai dengan peningkatan UMR menjadi 95 % dari KHL (Kebutuhan Hidup Layak), serta adanya jaminan hak-hak tenaga kerja. 26) Pengembangan agribisnis berbasis ikan dan produk pertanian lainnya. 27) Pengembangan IPTEK dibidang produksi, telekomunikasi, dan jasa, peningkatan fungsi Balitbangda, peningkatan temuan dan hasil karya masyarakat yang mendapat hak patent dan royalty, dan peningkatan penerapan Standar Mutu (SNI, ISO). 28) Meningkatkan fungsi Badan Lithang Kota Bandar Lampung. 29) Implementasi konsep sistem angkutan umum massal (SAUM), terlaksananya pembangunan Pelabuhan Srengsem dan pengembangan Pelabuhan Panjang, Terlaksananya proses pembangunan Ring Road Kota Bandar Lampung, Pembangunan jalan layang pada titik-titik kemacetan yang tidak mungkin untuk pelebaran jalan. 30) Pengembangan sistem drainase trpadu. 31) Pengembangan sistem penyediaan air minum, penanganan banjir, mitigasi bencana, penanganan tsunami, pengelolaan sampah secara komprehensif. 32) Pengembangan pembangunan rumah susun bagi warga. 33) Peningkatan kinerja pelaku politik wakil rakyat yang tangguh, keberpihakan terhadap kepentingan rakyat, budaya politik yang beretika tinggi, komunikasi politik yang lancer diantara pelaku politik maupun pemerintah dalam mengambil keputusan sesuai dengan harapan publik. 34) Peningkatan jumlah produk hukum seperti perda-perda yang sesuai dengan kebutuhan dan sinkron dengan Perundang-undangan yang berlaku. 35) Peningkatan pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat secara sederhana, murah, dan cepat, dan penegakan hukum dan HAM secara tegas, lugas, dan profesional serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. 36) Peningkatan kualitas SDM Aparatur yang ditandai oleh semakin meningkatnya produktifitas kerja, implementasi hasil Kajian Kebutuhan Aparatur, peningkatan kesejahteraan Aparatur rata-rata 15% per tahun, Kualitas Pelayanan Birokrasi, kebutuhan struktur organisasi pemerintah, perencanaan yang terpadu antar dinas/instansi/lembaga serta unit-unit pelayan teknis. 37) Penyediaan Sarana dan fasilitas untuk menunjang kinerja aparat kamtibmas. 38) Pengembangan kepariwisataan secara terpadu, melalui peningkatan pemandu wisata yang profesional, kerjasama kepariwisataan dengan pihak lain, pembangunan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan, dan peningkatan kegiatan promosi kepariwisataan. 39) Pembangunan kawasan wisata alam, wisata budaya dan wisata agro di wilayah Batuputuk dan sekitamya, dan pengembangan kawasan Hutan Kota Way Halim. 40) Pengembangan pengelolaan sumber pencemaran Iingkungan hidup, seperti penambangan'bukit, penimbunan pantai, limbah industri dan rumah tangga, dengan penegakkan regulasi dan pelaksanaan perda penanggulangan terhadap kegiatan yang berpotensi merusak Iingkungan hidup. 3. TAHAP PEMBANGUNAN Ke-3 (2016-2020) Tahap Pembangunan ke-3 ditujukan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh diberbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing, kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berkualiatas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Prioritas pembangunan dalam Tahap Pembangunan ke-3, adalah sebagai berikut: 1) Sebagian besar anak usia dini(80 %) telah mendapatkan pendidikan, pelaksanaan Wajib Belajar telah menjangkau seluruh anak usia sekolah, seluruh masyarakat Bandar Lampung telah Bebas Buta Aksara. 2) Sebagian Guru Sekolah Dasar (50 %) berpendidikan Sarjana. 3) Pengembangan pembangunan sarana dan prasarana seperti: Ruang Belajar, Laboratorium, Perpustakaan, ditingkat pendidikan menengah. 4) Pengembangan Kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah berbasis keunggulan daerah, dan peningkatan pemanfaatan teknologi, metode dan media pembelajaran. 5) Peningkatan sikap kewirausahaan melalui pendidikan keterampilan hidup (Life Skill) terutama bagi yang mencari kerja 6) Pondok Pesantren menjadi lembaga pendidikan yang kompetitif, lulusan SD, SMP dan SMAISMK sederajat nilainya semakin meningkat dan merata 7) Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk dengan penurunan angka kekurangan gizi, meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas menjadi Iengkap dan berstandar internasional. 8) Peningkatan kualitas SDM bidang kesehatan (dokter spesialis, dokter umum, dan paramedis), dan implementasi Perda pengaturan kerangka regulasi dan sistem pembiayaan dalam pelayanan kesehatan masyarakat miskin. 9) Lima puluh persen (50%) masyarakat menjadi peserta Keluarga Berencana mandiri. 10) Pengendalian laju pertumbuhan penduduk, yang didukung oleh peningkatan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif, penurunan jumlah keluarga miskin dan tingkat pengangguran. 11) Pengendalian tingkat urbanisasi, yang didukung oleh sistem administrasi kependudukan yang berbasis teknologi informasi. 12) Penurunan angka kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan kemitraan antara pengusaha dengan buruh, peningkatan UMR menjadi sembilan puluh sembilan (99%) dari KHL (Kebutuhan Hidup Layak). 13) Peningkatan kesetaraan gender di berbagai instansi dan lembaga, membuka kesempatan yang Was bagi perempuan untuk mengembangkan kemampuan diri, serta adanya upaya untuk membatasi ruang-gerak kekerasan terhadap kaum perempuan, yang membutuhkan perlindungan, baik berupa hukum maupun fasilitasi. 14) Peningkatan pembinaan olah raga secara terpadu dengan melibatkan stakeholders, peningkatan sarana dan prasarana olahraga untuk mencapai prestasi nasional, perkembangan bidang keolahragaan sesuai dengan potensi lokal yang ditunjang oleh peningkatan kesejahteraan olahragawan. 15) Pengembangan pemberdayaan seni dan budaya, serta kerajinan Lampung sebagai kekuatan wisata budaya, yang didukung oleh sarana dan prasarana pengembangan kebudayaan Lampung. 16) Peningkatan kualitas kepedulian dan kesadaran pemuda terhadap pembangunan dan lingkungannya, pergaulan bebas dan narkoba, dan peningkatan penguasaan IPTEKS dan IMTAQ. 17) Kebebasan mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya, pada sekolah-sekolah umum yang membawa misi keagamaan. Peningkatan fungsi sarana ibadah bagi masing-masing umat beragama dan peningkatan kualitas kerukunan umat beragama di berbagai wilayah perkotaan. 18) Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (Way Halim, Antasari dan Yos Sudarso). 19) Pengembangan pembangunan infrastruktur kawasan pesisir Bandar Lampung, untuk menunjang kegiatan perdagangan, wisata bahari, dan industri perikanan. 20) Pengembangan infrastruktur kawasan wisata alam Batuputuk dan sekitarnya. 21) Pengembangan kualitas pelayanan pelabuhan laut intemasional Panjang. 22) Pengembangan sistem informasi perdagangan dan jasa. 23) Peningkatan volume penanaman modal PMDN dan PMDA di wilayah Kota Bandar Lampung. 24) Pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi. 25) Pengembangan kemitraan antara pengusaha dengan buruh yang ditandai dengan peningkatan UMR menjadi sembilan puluh sembilan (99%) dari KHL (Kebutuhan Hidup Layak),- serta adanya jaminan hak-hak tenaga kerja. 26) Pengembangan agribisnis berbasis ikan dan produk pertanian lainnya. 27) Pengembangan IPTEK dibidang produksi, telekomunikasi, dan jasa, peningkatan fungsi Balitbangda, peningkatan temuan dan hasil karya masyarakat yang mendapat hak patent dan royalty, dan peningkatan penerapan Standar Mutu (SNI, ISO). 28) Pengembangan fungsi Badan Litbang Kota Bandar Lampung. 29) Pengembangan sistem angkutan umum massal (SAUM), teriaksananya pembangunan Pelabuhan Srengsem dan pengembangan Pelabuhan Panjang, Terlaksananya proses pembangunan Ring Road Kota Bandar Lampung, Pembangunan jalan layang pada titik-titik kemacetan yang tidak mungkin untuk pelebaran jalan. 30) Pengembangan sistem drainase terpadu. 31) Pengembangan sistem penyediaan air minum, penanganan banjir, mitigasi bencana, penanganan tsunami, pengelolaan sampah secara komprehensif. 32) Pengembangan pembangunan rumah susun bagi warga. 33) Peningkatan kinerja pelaku politik wakil rakyat yang tangguh, keberpihakan terhadap kepentingan rakyat, budaya politik yang beretika tinggi, Romunikasi politik yang lancar diantara pelaku politik maupun pemerintah dalam mengambil keputusan sesuai dengan harapan publik. 34) Peningkatan jumlah produk hukum seperti perda-perda yang sesuai dengan kebutuhan dan sinkron dengan Perundang-undangan yang berlaku. 35) Peningkatan pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat secara sederhana, murah, dan cepat, dan penegakan hukum dan HAM secara tegas, lugas, dan profesional serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. 36) Peningkatan kualitas SDM Aparatur yang meningkatnya ditandai oleh semakin produktifitas kerja, implementasi hasil Kajian Kebutuhan Aparatur, peningkatan kesejahteraan Aparatur rata-rata 15% per tahun Kualitas Pelayanan Birokrasi, kebutuhan struktur organisasi pemerintah, perencanaan yang terpadu antar dinas/instansUlembaga serta unit-unit pelayan teknis. 37) Penyediaan Sarana dan fasilitas untuk menunjang kinerja aparat kamtibmas. 38) Pengembangan kepariwisataan secara terpadu, melalui peningkatan pemandu wisata yang profesional, kerjasama kepariwisataan dengan pihak lain, pembangunan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan, dan peningkatan kegiatan promosi kepariwisataan. 39) Pembangunan kawasan wisata alam, wisata budaya dan wisata agro di wilayah Batuputuk dan sekitarnya, dan pengembangan kawasan Hutan Kota Way Halim. 40) Pengembangan pengelolaan sumber pencemaran lingkungan hidup, seperti penambangan bukit, penimbunan pantai, limbah industri dan rumah tangga, dengan penegakkan regulasi dan pelaksanaan perda penanggulangan terhadap kegiatan yang berpotensi merusak Iingkungan hidup. 4. TAHAP PEMBANGUNAN Ke-4 (2021-2025) Tahap Pembangunan ke-4 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat kota yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan diberbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Prioritas pembangunan dalam Tahap Pembangunan ke-4, adalah sebagai berikut: 1) Seluruh anak usia dini telah mendapatkan pendidikan, pelaksanaan Wajib Belajar telah menjangkau seluruh anak usia sekolah, seluruh masyarakat Bandar Lampung telah Bebas Buta Aksara. 2) Seluruh Guru Sekolah Dasar berpendidikan Sarjana. 3) Pengembangan pembangunan sarana dan prasarana seperti: Ruang Belajar, Laboratorium, Perpustakaan, ditingkat pendidikan menengah telah Iengkap dan merata. 4) Pengembangan Kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah berbasis keunggulan daerah, dan peningkatan pemanfaatan teknologi, metode dan media pembelajaran. 5) Peningkatan sikap kewirausahaan melalui pendidikan keterampilan hidup (Life Skiff) terutama bagi yang mencari kerja. 6) Pondok Pesantren menjadi lembaga pendidikan yang kompetitif, lulusan SD, SMP dan SMA/SMK sederajat nilainya semakin meningkat dan merata. 7) Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk dengan penurunan angka kekurangan gizi, meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas menjadi Iengkap dan berstandar internasional. 8) Peningkatan ketrampilan SDM bidang kesehatan (medis dan paramedis), dan implementasi Perda pengaturan kerangka regulasi dan sistem pembiayaan dalam pelayanan kesehatan masyarakat miskin. 9) 9) Lima puluh lima persen(55%) masyarakat menjadi peserta Keluarga Berencana mandiri 10) Pengendalian laju pertumbuhan penduduk, yang didukung oleh peningkatan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif, penurunan jumlah keluarga miskin dan tingkat pengangguran. 11) Pengendalian tingkat urbanisasi, yang didukung oleh sistem administrasi kependudukan yang berbasis teknologi informasi. 12) Penurunan angka kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan kemitraan antara pengusaha dengan buruh, peningkatan UMR menjadi 100 % dari i KHL (Kebutuhan Hidup Layak) 13) Peningkatan kesetaraan gender di berbagai instansi dan lembaga, membuka kesempatan yang Was bagi perempuan untuk mengembangkan kemampuan diri, serta adanya upaya untuk membatasi ruang-gerak kekerasan terhadap kaum perempuan, yang membutuhkan perlindungan, balk berupa hukum maupun fasilitasi. 14) Peningkatan pembinaan olah raga secara terpadu dengan melibatkan stakeholders, peningkatan sarana dan prasarana olahraga untuk mencapai prestasi nasional, perkembangan bidang keolahragaan sesuai dengan potensi lokal yang ditunjang oleh peningkatan kesejahteraan olahragawan. 15) Pengembangan pemberdayaan seni dan budaya, serta kerajinan Lampung sebagai kekuatan wisata budaya, yang didukung oleh sarana dan prasarana pengembangan kebudayaan Lampung. 16) Peningkatan kualitas kepedulian dan kesadaran pemuda terhadap pembangunan dan Iingkungannya, pergaulan bebas dan narkoba, dan peningkatan penguasaan IPTEKS dan IMTAQ. 17) Kebebasan mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya, pada sekolah-sekolah umum yang membawa misi keagamaan. Peningkatan fungsi sarana ibadah bagi masing-masing umat beragama dan peningkatan kualitas kerukunan umat beragama di berbagai wilayah perkotaan. 18) Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (Way Halim, Antasari dan Yos Sudarso). 19) Pengembangan kawasan pesisir Bandar Lampung, untuk menunjang kegiatan perdagangan, wisata bahari, dan industri perikanan. 20) Pengembangan kawasan wisata alam Batuputuk dan sekitarnya. 21) Pengembangan kualitas pelayanan pelabuhan laut internasional Panjang 22) Pengembangan sistem informasi perdagangan dan jasa. 23) Peningkatan volume penanaman modal PMDN dan PMDA di wilayah Kota Bandar Lampung 24) Pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi. 25) 25) Pengembangan kemitraan antara pengusaha dengan buruh yang ditandai dengan peningkatan UMR menjadi 100% dari KHL (Kebutuhan Hidup Layak),- serta adanya jaminan hak-hak tenaga kerja. 26) Pengembangan agribisnis berbasis ikan dan produk pertanian lainnya. 27) 27) Pengembangan IPTEK dibidang produksi, telekomunikasi, peningkatan dan jasa, fungsi Balitbangda, peningkatan temuan dan hasil karya masyarakat yang mendapat hak patent dan royalty, dan peningkatan penerapan Standar Mutu (SNI, ISO). 28) Pengembangan fungsi Badan Litbang Kota Bandar Lampung menjadi mandiri. 29) 29) Pengembangan sistem angkutan umum massal (SAUM), terlaksananya pembangunan Pelabuhan Srengsem dan pengembangan Pelabuhan Panjang, Terlaksananya proses pembangunan Ring Road Kota Bandar Lampung, Pembangunan jalan layang pada titik-titik kemacetan yang tidak mungkin untuk pelebaran jalan. 30) Pengembanngan sistem drainase terpadu. 31) Pengembangan sistem penyediaan air minum, penanganan banjir, mitigasi bencana, penanganan tsunami, pengelolaan sampah secara komprehensif. 32) Pengembangan perumahan bagi warga. 33) Peningkatan kinerja pelaku politik wakil rakyat yang tangguh, keberpihakan terhadap kepentingan rakyat, budaya politik yang beretika tinggi, komunikasi politik yang lancar diantara pelaku politik maupun pemerintah dalam mengambil keputusan sesuai dengan harapan publik. 34) Produk-produk hukum seperti perda-perda telah sesuai dengan kebutuhan dan sinkron dengan Perundang-undangan yang berlaku. 35) Pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat telah dilaksanakan secara sederhana, murah, dan cepat, dan penegakan hukum dan HAM secara tegas, lugas, dan profesional serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. 36) 36) Peningkatan kualitas SDM Aparatur yang ditandai oleh semakin meningkatnya produktifitas kerja, implementasi hasil Kajian Kebutuhan Aparatur, peningkatan kesejahteraan Aparatur rata-rata 15% per tahun, Kualitas Pelayanan Birokrasi, kebutuhan struktur organisasi pemerintah, perencanaan yang terpadu antar dinas/instansi/lembaga serta unit-unit pelayan teknis. 37) Pengembangan Sarana dan fasilitas untuk menunjang kinerja aparat kamtibmas. 38) 38) Pengembangan kepariwisataan secara terpadu, melalui peningkatan pemandu wisata yang profesional, kerjasama kepariwisataan dengan pihak lain, pembangunan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan, dan peningkatan kegiatan promosi kepariwisataan. 39) Pengembangan kawasan wisata alam, wisata budaya dan wisata agro di 40) wilayah Batuputuk dan sekitarnya, dan pengembangan kawasan Hutan Kota 41) Way Halim. 42) Pengembangan pengelolaan sumber pencemaran Iingkungan hidup, seperti 43) penambangan bukit, penimbunan pantai, limbah industri dan rumah tangga,