Natalia Wistriany-Spesialis-FK-Full Text

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
SUBTIPE CLUSTER OF DIFFERENTIATION 14 SOLUBEL
(SCD14-ST) SEBAGAI PENANDA PROGNOSTIK SEPSIS
TESIS
dr. Natalia Wistriany
0806485764
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
JAKARTA
2014
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
HALAMAN JUDUL
UNIVERSITAS INDONESIA
SUBTIPE CLUSTER OF DIFFERENTIATION 14 SOLUBEL
(SCD14-ST) SEBAGAI PENANDA PROGNOSTIK SEPSIS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Spesialis Patologi Klinik
dr. NATALIA WISTRIANY
0806485764
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
JAKARTA
JULI 2014
i
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
iii
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa dengan berkat
dan karunia-Nya maka tesis ini dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini untuk
memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Spesialis Patologi Klinik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Saya menyadari selama masa pendidikan hingga penyusunan tesis ini
didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
a. dr. Farida Oesman, SpPK(K), selaku guru dan pembimbing tesis yang telah
mencurahkan waktu, pikiran dan tenaganya selama pendidikan hingga
penyelesaian tesis ini;
b. Prof. dr. Riadi Wirawan, SpPK(K) selaku guru dan penguji tesis ini; dr.
Yusra, SpPK PhD, selaku sekretaris program studi, guru, sekaligus penguji
tesis ini; dr. Dewi Wulandari SpPK(K) MSc, selaku guru dan penguji tesis
ini; Prof. dr. Suzanna Immanuel, SpPK(K) selaku ketua program studi serta
guru, Prof. dr. Rahajuningsih D. Setiabudy, DSc, SpPK(K), selaku mantan
ketua program studi serta guru; dan dr. Ninik Sukartini, DMM, SpPK(K),
selaku guru dan kepala Departemen Patologi Klinik FKUI/RSCM, yang telah
memberikan masukan dan bimbingan selama masa pendidikan;
c. Dr. dr. Khie Chen, SpPD-KPTI, yang telah bersedia menjadi pembimbing
thesis dan menyediakan waktu untuk berdiskusi di tengah-tengah proses
beliau menjadi doktor; dan dr. Aria Kekalih, MTI yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan konsultasi statistik hingga terselesaikannya
penelitian ini;
d. Semua guru saya: Prof. dr. Marzuki Suryaatmadja, SpPK(K), Prof. Dr. dr.
Rustadi Sosrosumihardjo, DMM, MS, SpPK(K), dr. Alida R Harahap
SpPK(K), Dr. dr. Ina S Timan, SpPK(K), Dr. dr. Diana Aulia, SpPK(K), dr.
Dalima AW Astrawinata, SpPK(K), MEpid, dr. Tonny Loho, DMM,
SpPK(K), dr. July Kumalawati, DMM, SpPK(K), SpPK, dr. Astuti Giantini,
SpPK, dr. Nuri Dyah I., SpPK(K), dr. Merci Monica, SpPK, dr. Thyrza L
iv
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
Darmadi, SpPK, dan dr. Sri Soeryo Adiyanti, SpPK. yang telah mengajar,
mendidik dan membantu saya dalam studi;
e. Suami serta anak saya, Achu dan Adut, yang selalu memberikan
penghiburan, ‘happines [is] only real, when shared’;
f. Orangtua saya yang mendoakan dan mendukung saya dalam menyelesaikan
pendidikan ini;
g. Pendahulu-pendahulu saya yang hebat, dr. Fredy Harsono, SpPK, dr. Umar
Soh, SpPK, dr Merry Nitalia, SpPK, yang telah memberikan tips dan trik
dalam melewati hidup di lantai 7 ini;
h. Para adik-adik kelas laboratorium Imunologi dan divisi Imunologi yang telah
menemani saya, tertawa bersama saya, selama 1 tahun terakhir ini;
i.
dr. Asep Tantula yang telah dengan sabar dan murah hati memberikan
pencerahan statistik kepada saya;
j.
dr. Hubertus Hosti Hayuanta yang telah menjadi penasehat spiritual;
k. Teman seperjuangan saya yang telah lulus, dr. Santy Pudjianto, SpPK, dan
dr. Riana SpPK, serta teman saya yang masih berjuang dengan gayanya
masing-masing, dr. Dian Rosdiana, dan dr. Edy Sukoto;
l.
Sahabat dan rekan-rekan PPDS Departemen Patologi Klinik yang membantu
saya selama pendidikan dan penelitian, mucho mucho mucho gracias;
m. Para analis dan karyawan Departemen Patologi Klinik FKUI/RSCM,
khususnya Ibu Odah; para analis laboratorium IGD RSCM yang lucu-lucu
dan baik hati; serta sekretaris dr. Khie Chen, ibu Gita, yang akan melahirkan
dalam waktu dekat ini;
n. Pak Joko dan PT. Nusa Bina Diagnostika atas segala bantuan, kemudahan,
dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat berlangsung.
Akhir kata, saya berharap Tuhan berkenan membalas semua kebaikan
kalian dan saya mohon maaf bila ada yang tidak berkenan. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 24 Juli 2014
Penulis
v
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
vi
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: Natalia Wistriany
Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik
Judul
: Subtipe Cluster of Differentiation 14 solubel (sCD14-ST)
sebagai penanda prognostik sepsis
Sepsis merupakan tantangan besar di dunia kedokteran. Terdapat banyak
penelitian yang mencari penanda sepsis yang handal dan soluble Cluster of
Differentiation-14 subtype (sCD14-ST) mulai banyak diteliti sebagai penanda
sepsis. Kadar sCD14-ST meningkat secara bermakna di dalam sirkulasi pada fase
awal inflamasi dan sepsis. Saat ini belum terdapat data mengenai apakah sCD14ST dapat digunakan sebagai penanda prognostik sepsis. Tujuan penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah sCD14-ST dapat digunakan sebagai penanda
prognostik pada pasien sepsis yang datang di instalasi gawat darurat.
Desain penelitian potong lintang, terdiri dari 65 pasien sepsis dibagi
bedasarkan mortalitas 28 hari, yaitu 37 pasien hidup dan 28 pasien meninggal.
Diagnosis sepsis berdasarkan modifikasi definisi sepsis oleh International Sepsis
Definitions Conference 2001. Kadar sCD14-ST didapatkan menggunakan
pemeriksaan dengan prinsip noncompetitive chemiluminescent enzyme
immunoassay pada alat Pathfast. Pada kedua kelompok tersebut dicatat data
karakteristik subyek dan dilakukan pemeriksaan sCD14-ST.
Median kadar sCD14-ST pada pasien hidup adalah 618,00 pg/mL dengan
rentang 349,50 – 1628 pg/mL dan median kadar sCD14-ST pada pasien yang
meninggal adalah 1287,00 pg/mL dengan rentang 720,75 – 2738,00 pg/mL.
Terdapat perbedaan bermakna kadar sCD14-ST pada kedua kelompok dengan
nilai p 0,005. Ditentukan nilai cut-off sCD14-ST 677,00 pg/mL untuk menentukan
prognosis pasien sepsis, dengan AUC 0,706 (IK 95% 0,582 – 0,831), sensitivitas
82,1%, dan spesifisitas 54,1%. Kurva Kapplan Meier berdasarkan nilai cut-off
677,00 pg/mL menunjukkan gambar yang memenuhi asumsi proporsional hazard
dengan rasio hazard 3,794 (IK 95% 1,437 – 10,013), p 0,007.
Kami menyimpulkan kadar sCD14-ST pasien sepsis dapat digunakan
untuk memprediksi pasien yang meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari, dengan
nilai AUC sedang. Cut-off kadar sCD14-ST 677,00 pg/mL dapat digunakan
sebagai cut-off dalam tatalaksana pasien sepsis.
Kata kunci: sCD14-ST, sepsis, kesintasan, prognostik.
vii
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
ABSTRACT
Name
: Natalia Wistriany
Study Program : Clinical Pathologist
Title
: Soluble Cluster of Differentiation-14 subtype (sCD14-ST) as
sepsis prognostic marker
Sepsis is a major challenge in the medicine world. Many studies try to find
reliable sepsis marker and scientists start to explore soluble Cluster of
Differentiation-14 subtype (sCD14-ST) as sepsis marker. Concentration of
sCD14-ST significantly increases in circulation on early phase of inflammation
and sepsis. Nowadays there is no data whether sCD14-ST can be used as
prognostic marker of sepsis. The objective of this study is to investigate the
prognostic value of sCD14-ST in sepsis patients presenting at the emergency
department.
This was a cross-sectional study, from 65 sepsis patient grouped based on
28-day mortality, 37 patients are survivors and 28 patients are nonsurvivors.
Sepsis diagnosis is made based on modified sepsis definition from International
Sepsis Definitions Conference 2001. The concentration sCD14-ST was analysed
using Pathfast analyzer with noncompetitive chemiluminescent enzyme
immunoassay test method. Baseline characteristics of subjects were recorded and
sCD14-ST concentration were measured in study subjects.
Median of sCD14-ST in the survivors group is 618,00 pg.mL with range
of 349,50 – 1628,00 pg/mL and the median in the nonsurvivors group is 1287,00
pg/mL with range of 720,75 – 2738,00 pg/mL. The difference between the two
groups is significant with p 0,005. sCD14-ST cut-off of 677,00 pg/mL is found
with AUC 0,706 (CI 95% 0,582 – 0,831), sensitivity 82,1%, and specificity
54,1%. Kapplan Meier curve based on 677,00 pg/mL cut-off demonstrates that
hazard proportion is fulfilled with hazard ratio 3,794 (CI 95% 1,437 – 10,013), p
0,007.
It is concluded that sCD14-ST concentration in sepsis patients can be used
to predict nonsurvivors based on 28-day mortality, with moderate AUC. Cut-off
sCD14-ST of 677,00 pg/mL can be used as cut-off for sepsis patient management.
Keywords: sCD14-ST, sepsis, survival, prognostic.
viii
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH ....................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................... 1
1.2. PERMASALAHAN ............................................................................... 2
1.3. TUJUAN PENELITIAN ........................................................................ 3
1.3.1. Tujuan umum .................................................................................. 3
1.3.2. Tujuan khusus ................................................................................. 3
1.4. MANFAAT PENELITIAN .................................................................... 3
1.4.1. Manfaat klinis ................................................................................. 3
1.4.2. Manfaat akademik ........................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1 SEPSIS .................................................................................................. 4
2.1.1 Patogenesis sepsis ........................................................................... 4
2.1.1.1 Respons pejamu .............................................................................. 4
2.1.1.2 Respons inflamasi ........................................................................... 4
2.1.1.3 Respons anti-inflamasi dan imunosupresi ........................................ 7
2.1.1.4 Disfungsi organ ............................................................................... 8
2.1.2 Faktor risiko sepsis .......................................................................... 9
2.1.3 Kriteria diagnostik ......................................................................... 10
2.1.4 Penanda sepsis .............................................................................. 12
2.1.5 Pengobatan.................................................................................... 16
2.2 CD14 ................................................................................................... 17
2.2.1 sCD14 ........................................................................................... 17
2.2.2 sCD14-ST (presepsin) ................................................................... 19
2.3 KERANGKA TEORI........................................................................... 21
2.4 KERANGKA KONSEP PENELITIAN ............................................... 22
BAB 3 METODOLOGI................................................................................... 23
3.1 JENIS PENELITIAN ........................................................................... 23
3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN .............................................. 23
3.3 SUBJEK PENELITIAN ....................................................................... 23
3.3.1 Kriteria masukan ........................................................................... 23
3.3.2 Kriteria tolakan ............................................................................. 23
ix
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
3.4 PENGAMBILAN SAMPEL DAN BESAR SAMPEL ......................... 23
3.6 IDENTIFIKASI VARIABEL ............................................................... 27
3.8 CARA KERJA PENELITIAN ............................................................. 27
3.9 ALUR PENELITIAN........................................................................... 28
3.10 PEMERIKSAAN sCD14-ST (PRESEPSIN) ........................................ 28
3.10.1 Prinsip pemeriksaan ...................................................................... 28
3.10.2 Alat dan reagensia ......................................................................... 30
3.10.3 Cara pemeriksaan .......................................................................... 32
3.10.3.1 Kalibrasi ....................................................................................... 32
3.10.3.2 Uji ketelitian ................................................................................. 32
3.10.3.3 Pemeriksaan sampel ...................................................................... 32
3.11 PENGOLAHAN DATA ...................................................................... 33
BAB 4 HASIL PENELITIAN .......................................................................... 35
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
KALIBRASI ........................................................................................ 35
UJI KETELITIAN WITHIN RUN ........................................................ 35
KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN ...................................... 35
KADAR sCD14-ST ............................................................................. 37
PEMBUATAN KURVA ROC UNTUK MENENTUKAN CUT-OFF
sCD14-ST ............................................................................................ 38
4.6 KURVA KAPPLAN MEIER SERTA RASIO HAZARD PADA
KELOMPOK SEPSIS DI ATAS DAN DI BAWAH NILAI CUT-OFF
KADAR sCD14-ST 677,00 PG/ML ...................................................... 40
4.7 VARIABEL LUAR.............................................................................. 41
BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................. 43
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
KALIBRASI ........................................................................................ 43
UJI KETELITIAN WITHIN RUN ........................................................ 43
KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN ...................................... 43
KADAR sCD14-ST PENELITIAN ...................................................... 45
KURVA ROC DAN CUT-OFF sCD14-ST DALAM
MENENTUKAN PROGNOSIS PASIEN SEPSIS ............................... 47
5.6 KURVA KAPPLAN MEIER SERTA RASIO HAZARD PADA
KELOMPOK SEPSIS DI ATAS DAN DI BAWAH NILAI CUT-OFF
KADAR sCD14-ST 667,00 PG/ML ....................................................... 47
5.7 PELUANG VARIABEL LUAR ........................................................... 47
5.8 KETERBATASAN PENELITIAN ...................................................... 48
BAB 6 KESIMPULAN .................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 50
x
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kriteria diagnostik sepsis pasien dewasa. .......................................... 12
Tabel 4.1. Hasil uji ketelitian within run kontrol dan sampel, serta uji ketepatan
kontrol sCD14-ST ........................................................................... 35
Tabel 4.2. Karakteristik subyek penelitian.......................................................... 36
Tabel 4.3. Kadar sCD14-ST pada beberapa keadaan. ......................................... 37
Tabel 4.4. Hasil perhitungan sensitivitas dan spesifisitas sCD14-ST dengan
beberapa nilai cut-off ....................................................................... 39
Tabel 4.5. Rerata waktu meninggal .................................................................... 41
Tabel 4.6. Analisis bivariat variabel keparahan penyakit, usia lanjut, dan
keganasan ........................................................................................ 42
Tabel 4.7. Hasil uji regresi logistik variabel dependen mortalitas 28 hari ........... 42
Tabel 5.1. Karakteristik dan hasil penelitian prognostik sCD14-ST. ................... 45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. PRR pada membran dan sitoplasma sel. ........................................... 5
Gambar 2.2. Respons inflamasi pejamu pada sepsis berat. ................................... 6
Gambar 2.3. Kegagalan organ pada sepsis berat serta disfungsi endotel vaskular
dan mitokondria. ............................................................................. 9
Gambar 2.4. mCD14 membentuk kompleks dengan TLR4 dan kompleks LBPLPS. .............................................................................................. 15
Gambar 2.5. Struktur peptida CD14. .................................................................. 18
Gambar 2.6. Produksi sCD14-ST. ...................................................................... 19
Gambar 2.7. Kerangka teori penelitian. .............................................................. 21
Gambar 2.8. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 22
Gambar 3.1. Prinsip pemeriksaan sCD14-ST metode noncompetitive CLIA....... 29
Gambar 3.2. Cartridge reagen PATHFAST® Presepsin...................................... 31
Gambar 4.1. Boxplot kadar sCD14-ST pada kelompok yang hidup dan yang
meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari........................................ 38
Gambar 4.2. Kurva ROC pemeriksaan sCD14-ST untuk membedakan subyek
penelitian yang hidup dan yang meninggal dilihat dari mortalitas 28
hari................................................................................................ 39
xi
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
Gambar 4.3. Distribusi subyek dengan kadar sCD14-ST <677,00 pg/mL dan
≥677,00 pg/mL pada kelompok yang hidup dan yang meninggal ... 40
Gambar 4.4. Kurva Kapplan Meier serta rasio hazard pada kelompok sepsis di
atas dan di bawah nilai cut-off 667,00 pg/mL................................. 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data karakteristik subyek ............................................................... 57
Lampiran 2. Data penyebab dan terapi ............................................................... 59
Lampiran 3. Data variabel luar ........................................................................... 61
Lampiran 4. Persetujuan komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
...................................................................................................... 63
xii
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
DAFTAR SINGKATAN
ACCP
APTT
ATS
AUC
CD
CD14
CDC
CLIA
CLRs
CRP
CV
DAMPs
DIC
DM
dsRNA
EGDT
ELISA
ESICM
FDP
American College of Chest Physicians
Activated partial thromboplastin time
American Thoracic Society
Area Under the Curve
Cluster of Differentiation
Cluster of Differentiation-14
Centers for Disease Control
Chemiluminescent enzyme immunoassay
C-type lectin-like receptors
C-reactive protein
Coefficient of Variation
Damage-associated molecular patterns
Disseminated Intravascular Coagulation
Diabetes mellitus
double stranded ribo nucleic acid
Early Goal Directed Therapy
Enzyme-linked immunoassay
European Society of Intensive Care Medicine
Fibrin degradation products
FiO2
FKUI
GPI
HIV
HLA
HMGB1
HSP
IFN-γ
IK
IL
INR
ISK
LBP
LPS
mCD14
MD2
MOF
NF-κB
NLRs
Inspired oxygen fraction
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Glikofosfatidilinositol
Human immunodeficiency virus
Human leukocyte antigen
High-mobility group box 1
Heat shocked proteins
Interferon-γ
Interval kepercayaan
Interleukin
International normalized ratio
Infeksi saluran kemih
Lipopolysaccharide binding protein
Lipopolisakarida
membran Cluster of Differentiation-14
Myeloid differentiation protein 2
Multi organ failure
nuclear factor kappa B
Nucleotide oligemerization domain-containing protein-like
receptors
PaCO2
Partial carbon dioxyde pressure in arterial blood
xiii
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
PAMPs
Pathogen-associated molecular patterns
PaO2
PCT
PPK
PPOK
PRR
RLRs
ROC
ROS
RSCM
RTA
SB
SCCM
sCD14
sCD14-ST
SIRS
SIS
SOFA
SSC
ssRNA
sTNFrI
TDS
TF
TGF-β
Partial oxygen pressure in arterial blood
Prokalsitonin
Penyakit paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronik
Pattern recognition receptors
Retinoid acid-inducible gene-like receptors
Receiver Operating Characteristic
Reactive oxygen species
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Rerata tekanan arteri
Simpang baku
Society of Critical Care Medicine
soluble Cluster of Differentiation-14
soluble Cluster of Differentiation-14 subtype
Systemic inflammatory response syndrome
Surgical Infection Society
Sequential Organ Failure Assessment
Surviving Sepsis Campaign
single stranded ribo nucleic acid
soluble tumor necrosis factor receptor I
Tekanan darah sistolik
Tissue factor
Transforming growth factor
TH
TLRs
TNF-α
T helper
Toll-like receptors
Tumor necrosis factor alpha
xiv
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Sepsis menurut Surviving Sepsis Campaign (SSC) adalah systemic inflammatory
response syndrome (SIRS) dengan infeksi baik terbukti maupun tidak terbukti,
yang dapat berkembang menjadi sepsis berat dan syok sepsis.1 Pada tahun 1990,
Centers for Disease Control (CDC) memperkirakan terdapat 450.000 kasus sepsis
per tahun di Amerika Serikat, dengan lebih dari 100.000 kematian.2 Penelitian
metaanalisis oleh Jawad dkk3 mendapatkan angka kematian mencapai 30% untuk
sepsis, 50% untuk sepsis berat, dan 80% untuk syok sepsis. Sampai saat ini sepsis
masih merupakan tantangan besar di dunia kedokteran.
Proses infeksi pada individu melibatkan interaksi kompleks antara
mikroba dan pejamu.4 Bone dkk mengatakan bahwa respons pro-inflamasi yang
bertujuan untuk mengeliminasi patogen, kemudian akan berlanjut ke respons antiinflamasi yang bertujuan untuk membatasi cedera jaringan lokal dan sistemik.
Dahulu dipikirkan bahwa gambaran klinis sepsis merupakan akibat dari inflamasi
yang berlebihan, sekarang gambaran klinis sepsis juga mencakup akibat dari
proses anti-inflamasi yaitu meningkatnya kerentanan terhadap infeksi sekunder.5
Parameter SIRS terdiri dari variabel umum, variabel inflamasi dan variabel
hemodinamik.1 Penanda sepsis berperan pada variabel inflamasi. Berdasarkan
kegunaan dan dampaknya secara klinis, penanda sepsis diklasifikasikan ke dalam
4 tipe, yaitu diagnostik,
pemantauan,
stratifikasi, dan prognostik.6 Banyak
penanda yang diusulkan sebagai penanda sepsis, tapi manfaatnya dan validitas
dari penanda ini belum diteliti lebih lanjut. Sampai saat ini C-reactive protein
(CRP) dan procalcitonin (PCT) merupakan penanda diagnostik dan pemantauan
sepsis yang paling banyak digunakan. 1, 7, 8
Pada tahun 2005, Yaegashi dkk9 meneliti penanda sepsis baru, yaitu
subtipe cluster of differentiation 14 solubel (soluble cluster of differentiation 14–
subtype [sCD14-ST]). CD14 merupakan reseptor kompleks lipopolisakarida
(LPS) dan protein pengikat LPS (LPS binding protein [LBP]).6
CD14
diekspresikan pada permukaan monosit dan neutrofil. Terdapat 2 tipe CD14 yaitu
1
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
2
membran (mCD14) dan solubel (sCD14).10 sCD14-ST yang disebut presepsin
adalah bentuk sCD14 yang terpotong di dekat ujung peptida nitrogen dan
memiliki berat molekul 13 kDa. Mekanisme produksi in vivo dan fungsi biologis
sCD14-ST masih belum diketahui. Kadar sCD14-ST meningkat secara bermakna
di dalam sirkulasi pada fase awal inflamasi dan sepsis. Dilaporkan bahwa
pengukuran kadar sCD14-ST berguna untuk diagnosis, pemantauan, stratifikasi
keparahan, dan prognostik sepsis.6, 9, 11-14
Penelitian Shozushima dkk14 pada pasien sepsis, menyimpulkan bahwa
sCD14-ST lebih baik dibandingkan PCT dalam menegakkan diagnosis sepsis.
Shozushima dkk mendapatkan kadar sCD14-ST pada kelompok SIRS, infeksi
lokal, sepsis, dan sepsis berat berbeda bermakna. Hasil yang sama didapatkan oleh
penelitian prospektif Endo dkk11 di banyak rumah sakit, mendapatkan kadar
sCD14-ST pada pasien dengan infeksi bakteri sistemik dan lokal secara bermakna
lebih tinggi dibandingkan pasien dengan penyakit infeksi non-bakterial. Penelitian
prospektif Liu dkk15 menilai sCD14-ST sebagai penanda prognostik sepsis,
menyimpulkan bahwa kadar sCD14-ST lebih tinggi bermakna pada kelompok
yang meninggal dibandingkan kelompok yang hidup, dilihat berdasarkan
mortalitas 28 hari.
1.2.PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1.
Berapa kadar sCD14-ST pada pasien sepsis yang hidup dan yang
meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari?
2.
Apakah terdapat perbedaan kadar sCD14-ST pada pasien sepsis yang
hidup dan yang meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari?
3.
Bila terdapat perbedaan, berapa nilai cut-off, area under the curve
(AUC), sensitivitas dan spesifisitas sCD14-ST untuk memprediksi pasien
yang meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari?
4.
Bagaimana gambaran kurva Kapplan Meier serta rasio hazard pada
kelompok sepsis di atas dan di bawah nilai cut-off?
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
3
1.3.TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui peranan pemeriksaan sCD14-ST pada pasien sepsis sebagai
penanda prognostik
1.3.2. Tujuan khusus
1 Menilai perbedaan kadar sCD14-ST pada pasien sepsis yang hidup dan
yang meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari.
2. Mendapatkan nilai cut-off, area under the curve (AUC), sensitivitas dan
spesifisitas sCD14-ST dalam memprediksi pasien yang meninggal dilihat
dari mortalitas 28 hari.
3. Menilai kurva Kapplan Meier dan rasio hazard pada kelompok sepsis di
atas dan di bawah nilai cut-off.
1.4.MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Manfaat klinis
Bila terdapat perbedaan kadar sCD14-ST pada pasien sepsis yang hidup dan yang
meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari, maka pemeriksaan kadar sCD14-ST
dapat digunakan sebagai penanda prognostik sepsis dalam penatalaksanaan
pasien.
1.4.2. Manfaat akademik
Kadar sCD14-ST pada pasien sepsis yang hidup dan yang meninggal dilihat dari
mortalitas 28 hari dapat menjadi landasan penelitian lebih lanjut mengenai peran
sCD14-ST pada sepsis
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
SEPSIS
Definisi sepsis menurut konsensus internasional pada tahun 1992 adalah respons
inflamasi sistemik terhadap infeksi oleh berbagai mikroorganisme.5 Stratifikasi
sepsis dibuat berdasarkan adanya disfungsi organ atau hipoperfusi jaringan.1
Penelitian meta-analisis oleh Jawad dkk3 menyimpulkan bahwa 1 dari 1000 orang
di negara maju menderita sepsis setiap tahunnya. Sekitar sepertiga sampai
setengah kasus ini berkembang menjadi sepsis berat. Angka kematian sepsis
sangat tinggi, karena pasien sepsis biasanya merupakan populasi yang rentan yaitu
pada bayi, anak kecil, dan usia lanjut.
2.1.1 Patogenesis sepsis
2.1.1.1 Respons pejamu
Kejadian penting pada infeksi adalah masuknya mikroorganisme, invasi dan
kolonisasi mikroorganisme pada jaringan pejamu, serta cedera jaringan.4 Infeksi
memicu respons pejamu kompleks yang tergantung dari faktor mikroorganisme
yaitu jumlah dan virulensi mikroorganisme, serta faktor pejamu yaitu karakteristik
genetik dan penyakit penyerta. Dahulu dipikirkan bahwa gambaran klinis sepsis
merupakan hasil dari inflamasi yang berlebihan. Respons pro-inflamasi bertujuan
untuk mengeliminasi patogen tetapi dapat menyebabkan kerusakan jaringan, yang
akan berlanjut ke respons anti-inflamasi yang bertujuan untuk membatasi cedera
jaringan tetapi dapat meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi sekunder. Bone
dkk mengatakan bahwa gambaran klinis sepsis juga mencakup infeksi sekunder.5
2.1.1.2 Respons inflamasi
Sistem imun bawaan mengenali struktur molekul yang khas untuk patogen
mikroba yaitu pathogen-associated molecular patterns (PAMPs), contohnya
lipopolisakarida (LPS) dan lipotheicoic acid. Sistem imun bawaan mengenali
molekul endogen yang diproduksi atau dilepaskan dari sel yang rusak yaitu
damage-associated molecular patterns (DAMPs), contohnya heat shock proteins
4
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
5
(HSP), urat monosodium, dan high-mobility group box 1 (HMGB1). Sistem imun
mengenali PAMPs dan DAMPs melalui pattern recognition receptors (PRR).
Pattern recognition receptors ini diekspresikan pada membran dan sitoplasma sel
oleh hampir semua sel terutama neutrofil, makrofag, dan sel dendritik.16 Terdapat
4 kelompok penting PRR yang telah diketahui yaitu Toll-like receptors (TLRs),
C-type lectin-like receptors (CLRs), retinoid acid-inducible gene-like receptors
(RLRs), dan nucleotide oligomerization domain-containing protein-like receptors
(NLRs).5 (Gambar 2.1). TLR2 berikatan dengan peptidoglikan, lipoteichoic acid
dari bakteri Gram positif, dan DAMPs. TLR4 berikatan dengan LPS dari bakteri
Gram negatif, mannan dari jamur, fosfolipid dari parasit, protein envelope dari
virus, serta DAMPs. TLR3, TLR7, dan TLR8 berikatan dengan dsRNA (double
stranded ribo nucleic acid) dan ssRNA (single stranded ribo nucleic acid) dari
virus. CLRs berikatan dengan manosa dari mikroba serta glukan dari jamur. RLRs
berikatan dengan RNA dari virus. NLRs berikatan dengan peptidoglikan dari
bakteri Gram positif, serta DAMPs.16
Gambar 2.1. PRR pada membran dan sitoplasma sel.16 TLR=Toll-like receptors, CLR=Ctype lectin receptors, NLR=nucleotide-binding oligomerization domain-like receptors,
RLR=retinoic acid inducible gene-like receptors
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
6
Contoh dari PAMP bakteri adalah LPS, yang diekspresikan oleh semua
bakteri Gram-negatif yang virulen. Suatu famili spesifik dari PRR yang
dinamakan Toll-like receptors (TLR) memainkan peran penting dalam inisiasi
respons imun bawaan selular.17 Penelitian mengenai PRR makrofag cenderung
lebih banyak mengenai PAMP dominan yaitu LPS dan reseptor utamanya,
TLR4.18 LPS akan diikat oleh LBP, suatu protein fase akut. CD14 yang terletak di
permukaan fagosit mononuklear (mCD14) akan berikatan dengan kompleks LPSLBP Reseptor CD14 tidak memiliki domain intraselular, jadi membutuhkan
bantuan dari TLR4 di dekatnya. TLR4 mampu memediasi sinyal ke dalam sel.8, 19
Ikatan PRR dengan PAMPs atau DAMPs akan menyebabkan aktivasi
nuclear factor kappa B (NF-κB), suatu faktor transkripsi yang memicu sintesis
dan pelepasan berbagai
sitokin pro-inflamasi seperti tumor necrosis factor-α
(TNF-α), interleukin-1β (IL-1β), IL-6, dan kemokin, serta sitokin anti-inflamasi
seperti IL-10, IL-4, transforming growth factor-β (TGF- β), dan interleukin 1
receptor antagonist (IL-1ra).8,
16, 19, 20
Sitokin pro-inflamasi serta mikroba
menyebabkan respons inflamasi berlebihan melalui mekanisme aktivasi leukosit,
aktivasi komplemen, dan aktivasi koagulasi.5 (Gambar 2.2).
Gambar 2.2. Respons inflamasi pejamu pada sepsis berat. 5
Sitokin pro-inflamasi terutama TNF-α akan mengaktivasi leukosit
menghasilkan lebih banyak sitokin serta menjalankan peran fagositosis dan
killing. Jika terjadi aktivasi berlebihan neutrofil dan makrofag maka akan terjadi
pelepasan enzim lisosom, reactive oxygen species (ROS), dan nitrit oksida yang
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
7
menyebabkan rusaknya jaringan normal pejamu. Aktivasi komplemen terutama
melalui jalur alternatif dan lektin, dimana fragmen C3a dan C5a yang bersifat
kemoatraktan akan menarik lebih banyak leukosit ke lokasi infeksi.16
TNF- α dan IL-1 akan mengaktifkan endotel dan menyebabkan endotel
meningkatkan ekspresi molekul adhesi seperti selektin-E, intracellular adhesion
molecule-1 (ICAM-1), dan vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1), serta
meningkatkan sekresi kemokin seperti CXCL1 dan CCL2. TNF- α, IL-1, dan IL-6
dinamakan
pirogen
endogen
karena
menstimulasi
hipotalamus
untuk
meningkatkan produksi prostaglandin yang akan menyebabkan naiknya suhu
tubuh. Selain itu TNF- α, IL-1, dan IL-6 menginduksi hati untuk mengekpresikan
reaktan fase akut seperti CRP, serum amyloid P (SAP), dan fibrinogen. Makrofag
menghasilkan sitokin granulocyte-monocyte colony-stimulating factors (GMCSF) yang akan bekerja pada sel progenitor di sumsum tulang untuk
berproliferasi dan berdiferensiasi. Pada infeksi berat, TNF-α dapat diproduksi
dalam jumlah besar sehingga masuk ke sirkulasi dan menyebabkan penurunan
tekanan darah, trombosis intravaskular, dan kaheksia.16
2.1.1.3 Respons anti-inflamasi dan imunosupresi
Mayoritas pasien dengan sepsis akan mampu bertahan hidup melewati hari-hari
awal, pasien akan berkembang ke keadaan imunosupresif berkepanjangan, yang
bermanifestasi dengan ketidakmampuan untuk sembuh dari infeksi awal dan/atau
berkembangnya infeksi sekunder baru.19-21 Keadaan imunosupresif ini disebabkan
oleh sitokin anti-inflamasi, yaitu IL-10, IL-4, TGF- β, dan IL-1ra. IL-10 mampu
menginhibisi
fungsi
makrofag
teraktivasi
yaitu:
menghambat
ekspresi
kostimulator, molekul MHC kelas II, serta menghambat produksi IL-12. IL-4
menstimulasi sel T CD4+ menjadi sel TH2. TGF- β menghambat proliferasi dan
aktivasi limfosit.16
Tanda awal dari imunosupresi pada pasien sepsis adalah penekanan
ekspresi protein major histocompatibility complex (MHC) kelas II (HLA-DR)
pada permukaan antigen-presenting cells (APC). HLA-DR menampilkan peptida
ke sel T lalu terjadi aktivasi sel T.22 IL-10 menekan ekspresi HLA-DR pada level
pasca-transkripsional dengan cara meningkatkan endositosis HLA-DR, sedangkan
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
8
LPS menekan ekspresi HLA-DR pada level transkripsional. Penekanan ekspresi
HLA-DR monosit akan mengganggu presentasi antigen, yang akan menyebabkan
menurunnya respons sel TH terhadap antigen tersebut.23
2.1.1.4 Disfungsi organ
Pada sepsis terjadi aktivasi kaskade koagulasi yang dapat berkisar dari ringan
sampai berat yaitu terjadinya disseminated intravascular coagulation (DIC).19
Deposisi fibrin berlebihan terjadi akibat koagulasi, terganggunya mekanisme
antikoagulan, dan pembersihan fibrin.5, 24 (Gambar 2.3). Tissue factor (TF) yang
merupakan molekul sentral inisiasi DIC yang diekspresikan oleh sel endotel
teraktivasi. Pada sepsis, lingkungan pro-inflamasi menyebabkan sel mononuklear
meningkatkan ekpresi TF pada permukaan sel yang akhirnya menyebabkan
aktivasi koagulasi secara sistemik.19 Monosit teraktivasi atau makrofag
merupakan pemicu utama koagulasi darah pada sepsis dan endotoksemia.24
Terjadinya deposisi fibrin mikrovaskular pada DIC sering dihubungkan dengan
berkembangnya kegagalan multi organ (multi organ failure [MOF]) yang
disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi.19
Mekanisme yang menyebabkan kegagalan organ pada sepsis belum terlalu
jelas, tetapi gangguan oksigenasi jaringan dianggap memainkan peran penting.
Faktor yang berkontribusi adalah hipotensi, berkurangnya deformabilitas eritrosit,
dan trombosis mikrovaskular, yang akhirnya menyebabkan berkurangnya
hantaran oksigen pada syok sepsis.5 Modifikasi komponen membran eritrosit
seperti protein, lipid, dan karbohidrat menyebabkan terjadi deformabilitas eritrosit
pada sepsis.25 Inflamasi dapat menyebabkan disfungsi endotel vaskular, kematian
sel, dan hilangnya integritas barrier, yang akan menyebabkan edema subkutan
dan rongga tubuh. Rusaknya mitokondria oleh stres oksidatif mengganggu
penggunaan oksigen selular. Selain itu, mitokondria yang cedera melepaskan
DAMPs ke lingkungan ekstraselular.(Gambar 2.3).5
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
9
Gambar 2.3. Kegagalan organ pada sepsis berat serta disfungsi endotel vaskular dan
mitokondria.5 NETs=neutrophil extracellular traps, PAI-1=plasminogen activator
inhibitor type 1, TM=trombomodulin, PAR1=protease activated receptor 1,
S1P=sphingosine-1 receptor, VE=vascular endothelial.
2.1.2 Faktor risiko sepsis
Terdapat banyak faktor risiko infeksi yang secara umum telah diketahui. Faktor
risiko ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu aspek demografik, dan aspek
komorbiditas. Aspek demografik, meliputi usia, jenis kelamin, dan ras atau etnis.
Insidens sepsis lebih tinggi pada anak dan usia lanjut, pria, dan kulit hitam.5, 26
Aspek komorbiditas yang mempengaruhi insidens sepsis terutama berhubungan
dengan keadaan imunodefisiensi, yaitu pasien keganasan, diabetes mellitus (DM),
penyakit paru kronik (PPK), dan HIV.27
Terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan individu usia lanjut
memiliki risiko tinggi menderita sepsis, yaitu adanya komorbiditas, malnutrisi dan
defisiensi endokrin. Selain itu sistem imun pada individu usia lanjut dikatakan
berada pada keadaan imunosenesens.28 Patofisiologi imunosenesens bersifat
kompleks dan multifaktorial, dimana terdapat gangguan baik pada respons imun
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
10
bawaan maupun adaptif.29 Infeksi adalah komplikasi yang sering ditemukan pada
pasien keganasan. Keadaan imunosupresi ini bisa disebabkan oleh keganasan itu
sendiri maupun pengobatan, seperti kemoterapi, radioterapi, atau kortikosteroid.
Selain itu dilaporkan bahwa terdapat gangguan fungsi leukosit pada pasien
keganasan.30
Pada pasien diabetes mellitus terjadi disregulasi sistem imun bawaan.
Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan peningkatan infiltrasi monosit dan
neutrofil, peningkatan ekspresi sitokin pro-inflamasi, dan terganggunya fungsi
killing bakteri.31 Penelitian Wang dkk27 mendapatkan pasien diabetes mellitus
memiliki risiko 1,78 kali menderita sepsis. Penelitian Wang dkk27 mendapatkan
pasien penyakit paru kronik yang meliputi penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), emfisema, dan asma, memiliki risiko 2,43 kali menderita sepsis.
Dilaporkan bahwa makrofag yang diisolasi dari pasien PPOK melepaskan lebih
banyak mediator inflamasi dengan penurunan kemampuan fagositosis.32
Infeksi HIV memiliki ciri khas keadaan imunosupresi yang berat dan
berkembangnya infeksi oportunistik. Virus ini menginfeksi sel terutama limfosit T
CD4 + dan menyebabkan gangguan sistem imun dengan melalui proses apoptosis
limfosit dan berkurangnya sekresi sitokin IL-2 dan IFN-γ oleh limfosit T CD4+.33
Bila jumlah limfosit T CD4+ <200 sel/µL maka pasien HIV tersebut akan lebih
mudah terkena infeksi oportunistik multipel.34
2.1.3 Kriteria diagnostik
Pada tahun 1992 American College of Chest Physicians (ACCP) dan Society of
Critical Care Medicine (SCCM) berkumpul dengan tujuan membuat batasan
praktis untuk mendefinisikan respons inflamasi sistemik terhadap infeksi.
Konsensus ini memperkenalkan istilah systemic inflammatary response syndrome,
yaitu temuan kompleks yang menyebabkan aktivasi sistemik respons imun
bawaan oleh sebab apapun. SIRS dapat dipicu oleh infeksi lokal atau sistemik,
trauma, cedera suhu, atau proses inflamasi. Pasien dewasa dianggap SIRS bila
memiliki lebih dari 1 kriteria berikut yaitu suhu >380C atau <360C, frekuensi
jantung >90x/menit, hiperventilasi dilihat dari frekuensi nafas >20x/menit atau
PaCO2 <32 mmHg, dan jumlah leukosit >12.000 sel/µL atau <4.000/µL. Bone
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
11
dkk mendefinisikan ‘sepsis’ sebagai SIRS ditambah dengan infeksi, ‘sepsis berat’
sebagai sepsis yang dihubungkan dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau
hipotensi, dan ‘syok sepsis’ sebagai sepsis dengan hipotensi arterial walaupun
telah diberikan resusitasi cairan yang ‘cukup’. Pada tahun 2001 International
Sepsis Definitions Conference yang disponsori oleh SCCM, European Society of
Intensive Care Medicine (ESICM), ACCP, American Thoracic Society (ATS), dan
Surgical Infection Society (SIS) mengemukakan definisi sepsis dengan berbagai
kriteria lain sebagai perluasan SIRS (tabel 2.1).35
Menurut International Sepsis Definitions Conference tidak ada perubahan
definisi sepsis berat. Disfungsi organ dapat dilihat pada variabel disfungsi organ
tabel 2-1. Syok sepsis pada dewasa didefinisikan sebagai keadaan kegagalan
sirkulasi akut dengan ciri hipotensi arterial persisten yang tidak dapat dijelaskan
oleh sebab lain. Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan arteri sistolik di bawah
90 mm Hg, rerata tekanan arteri di bawah 70 mm Hg, atau reduksi tekanan darah
sistolik lebih dari 40 mm Hg dari tekanan awal, walaupun telah diberikan
resusitasi cairan yang cukup, tanpa adanya penyebab hipotensi lainnya.35
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
12
Tabel 2.1. Kriteria diagnostik sepsis pasien dewasa.35
2.1.4 Penanda sepsis
2.1.4.1 Penanda sepsis
Di masa depan penanda biokimia dapat digunakan untuk menentukan awitan
sepsis dan mengkuantifikasi respons pengobatan yang lebih objektif dan handal
dibandingkan tanda dan gejala klinis atau parameter fisiologis. Tetapi, sampai
sekarang tidak ada penanda sepsis tunggal maupun kombinasi yang dapat
memenuhi peran di atas. Meskipun demikian, penanda yang cepat dan dapat
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
13
dipercaya untuk diagnosis awal infeksi atau sepsis akan sangat berharga secara
klinis.36
Terdapat banyak sekali senyawa yang telah diteliti sebagai penanda sepsis,
hal ini disebabkan karena kompleksnya patofisiologi sepsis yang melibatkan
banyak mediator inflamasi dan mekanisme patofisiologi lainnya. Beberapa
molekul bioaktif telah diusulkan sebagai penanda sepsis. Penanda-penanda ini
dapat dikelompokkan sebagai berikut, produk bakteri (endotoksin, DNA bakteri),
protein fase akut (CRP, PCT, LBP), mediator koagulasi (anti thrombin, D-dimer),
penanda permukaan sel (HLA-DR, CD11b/CD18), proses selular (apoptosis),
hormon (kortisol), reseptor solubel (sCD14, sTNFrI), dan sitokin (TNF-α, IL-6,
IL-8, IL-10). Berdasarkan kegunaan dan dampaknya secara klinis, penandapenanda ini dapat diklasifikasikan ke dalam 4 tipe yaitu diagnostik, pemantauan,
stratifikasi, dan prognostik. 6, 36-38
Walaupun TNF-α dan IL-1 merupakan mediator penting pada patofisiologi
sepsis, sitokin ini hanya memiliki nilai yang terbatas sebagai penanda inflamasi
sistemik pada praktek klinik. TNF-α memiliki waktu paruh yang sangat pendek,
dan metoda imunoreaktif tidak cukup akurat dalam mengukur aktivitas biologis
TNF-α dan IL-1 yang sebenarnya. Tetapi TNF-α dan IL-1 menstimulasi sintesis
sitokin lain, seperti IL-6, IL-8, dan IL-10. Pengukuran sitokin ini dapat digunakan
untuk mengukur aktivitas TNF-α dan IL-1 secara tidak langsung.8, 37
Pengukuran molekul reseptor pada permukaan sel yang terlibat dengan
proses inflamasi memiliki beberapa keuntungan. Volume darah yang dibutuhkan
untuk menghitung penanda permukaan sel menggunakan flow cytometry darah
utuh (whole blood) lebih sedikit dibandingkan volume darah yang dibutuhkan
untuk melakukan pemeriksaan penanda solubel. Contoh dari penanda permukaan
sel ini adalah HLA-DR dan CD11b/CD18. Ekspresi molekul HLA-DR
dihubungkan dengan kemampuan monosit untuk mempresentasikan antigen ke sel
T. IL-10 menurunkan ekspresi HLA-DR monosit dan proporsi monosit dengan
HLA-DR positif (HLA-DR%). Pada pasien sepsis dengan prognosis buruk,
proporsi HLA-DR% secara konsisten rendah. Pasien-pasien ini rentan terhadap
infeksi sekunder. Reseptor CD11b/CD18, salah satu penanda permukaan sel,
memediasi adhesi ireversibel dan transmigrasi fagosit dari sirkulasi ke dalam
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
14
jaringan. Reseptor ini disimpan pada granul sitoplasmik dan ekspresinya dengan
cepat ditingkatkan pada neutrofil dan monosit bila distimulasi oleh mediator
seperti TNF-α. 8
Meskipun banyak penanda yang diusulkan sebagai penanda sepsis, tapi
kehandalan dan validitas dari penanda-penanda ini belum diteliti lebih lanjut. Oleh
karena itu CRP dan PCT terus menjadi penanda sepsis yang paling banyak
digunakan. Selain itu CRP dan PCT adalah penanda sepsis yang masuk ke dalam
variabel inflamasi kriteria diagnosis sepsis berdasarkan Surviving Sepsis
Campaign 2012.1, 8 CRP adalah suatu protein fase akut dan penanda sistemik yang
sensitif terhadap inflamasi dan kerusakan jaringan. CRP terutama diproduksi oleh
hepatosit di bawah kontrol transkripsi dari sitokin (IL-6, TNF-α, IL-1β).39 PCT
diproduksi beberapa jenis sel dan banyak organ sebagai respons terhadap stimulus
elemen dinding sel bakteri dan sitokin pro-inflamasi (TNF-α dan IL-1β). Contoh
sel yang memproduksi PCT adalah adiposit, leukosit, miosit, dan tiroid. Contoh
organ yang memproduksi PCT adalah limpa, hati, ginjal, adrenal, dan pankreas.40
PCT adalah penanda yang berguna pada diagnosis dan pengkajian infeksi bakteri
berat, tapi bukan infeksi virus. Peningkatan PCT sesuai dengan keparahan sepsis,
dan banyak penelitian menunjukkan bahwa PCT mencapai kadar tertingginya
pada pasien syok sepsis. CRP dan PCT sama-sama efektif, tapi tetap tidak
sempurna, dalam membedakan sepsis dan SIRS non-infeksi. PCT terlihat lebih
dapat dipercaya sebagai penanda keparahan dan prognostik sepsis, dibandingkan
CRP.39
Metaanalisis Pierrakos dkk37 mendapatkan banyak penanda sepsis yang
masih dalam tahap penelitian, belum diterima dan dipakai di dunia klinis.
Penggunaan penanda tunggal tidak dapat memberikan cukup informasi bagi
klinisi. Suatu panel penanda yang merefleksikan profil aktivasi pro-inflamasi dan
anti-inflamasi yang sederhana sehingga dapat dilakukan di laboratorium rumah
sakit selama 24 jam penuh merupakan penanda yang ideal.6, 21
2.1.4.2 Penanda dini sepsis
Induksi respons inflamasi oleh LPS dicapai oleh kerja sama dari 4 protein penting
pengikat endotoksin, yaitu: LBP, CD14, myeloid differentiation protein 2 (MD-2),
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
15
dan TLR4. LBP berinteraksi dengan membran bakteri yang kaya LPS. LPS murni
beragregasi, selanjutnya mengkatalisis ekstraksi dan transfer monomer LPS ke
CD14. CD14 akan mentransfer LPS ke heterodimer TLR4/MD-2. TLR4
membutuhkan molekul asosiasi, MD-2, supaya TLR4 dapat dipicu oleh LPS.
Glikoprotein sekretorik MD-2 membentuk kompleks yang stabil dengan TLR4
pada domain ekstraselular TLR4. (Gambar 2.4)41-43
Gambar 2.4. mCD14 membentuk kompleks dengan TLR4 dan kompleks LBP-LPS.44
Dari patofisiologi pengenalan LPS yang telah dijabarkan di atas, terdapat
beberapa senyawa yang dapat dijadikan sebagai penanda dini sepsis, karena
senyawa-senyawa ini terlibat pada proses awal sepsis, yaitu pengenalan LPS.
Senyawa-senyawa tersebut adalah LPS, LBP, sCD14, sCD14-ST. Dua senyawa
terdahulu akan dibahas di bawah.
LPS adalah bagian utama dan penting membran luar bakteri Gram negatif.
LPS disusun oleh 3 bagian berbeda, yaitu: moiety lemak hidrofobik berdasarglukosamin, dinamakan lipid A; inti oligosakarida; antigen-O yang tersusun dari
unit sakarida yang berulang dengan ukuran yang berbeda-beda tergantung spesies
dan strain bakteri. Molekul LPS tidak bersifat toksik jika masih menjadi bagian
membran luar bakteri. Bila terlepas dari dinding bakteri, lipid A, akan terpapar ke
sel imun. Pemaparan lipid A ini memicu respons inflamasi. LPS dilepaskan oleh
bakteri saat bakteri bermultiplikasi, saat bakteri mati, atau lisis.10, 18
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
16
Pada penelitian dimana agregat LPS murni disuntikkan secara intravena ke
hewan, sebagian besar LPS akan dibersihkan oleh hati dalam waktu 10 menit.
Mayoritas LPS yang tersisa secara cepat berikatan dengan lipoprotein yang
bersirkulasi, lalu dapat bersirkulasi dalam plasma selama beberapa jam sebelum
lipoprotein dibersihkan oleh hati dan organ lain.45 LPS yang berikatan dengan
leukosit dapat memicu respons inflamasi, sedangkan LPS yang berikatan dengan
lipoprotein sepertinya bersifat inaktif.46 Terikatnya LPS dengan LBP, lipoprotein,
dan protein plasma lainnya membuat pengukuran kadar LPS sulit dilakukan.
Kadar LPS tertentu mengaktivasi monosit dengan level yang berbeda-beda pada
setiap individu.47
LBP mungkin adalah protein pejamu yang paling pertama terlibat dalam
pengenalan LPS. LBP diproduksi di hati dan merupakan protein fase akut.
Produksi LBP diinduksi oleh IL-6 dan IL-1. Kadar LBP mencapai maksimum
pada fase akut trauma atau sepsis, yaitu hari ke 2 dan ke 3. Di sirkulasi LBP
mengenali dan membentuk kompleks afinitas tinggi dengan lipid A dari LPS. LPS
yang berikatan dengan LBP dapat dalam bentuk molekul bebas, fragmen, atau
masih terikat pada membran luar bakteri. Peran LBP adalah membantu LPS
berikatan dengan kompleks reseptor LPS, dengan cara berikatan dengan LPS lalu
membentuk kompleks ternari dengan CD14. Langkah ini memungkinkan LPS
dipindahkan ke kompleks reseptor LPS yang terdiri dari TLR4 dan MD-2.6, 10, 41, 48
LBP memiliki peran ganda pada patogenesis sepsis Gram negatif. Peran
ini tergantung pada kadar LBP. LBP kadar rendah meningkatkan aktivasi sel
mononuklear yang diinduksi oleh LPS, sedangkan LBP kadar tinggi pada fase
akut menghambat stimulasi sel yang diinduksi LPS dengan cara mentransfer LPS
ke lipoprotein serum dan membentuk agregat dengan LPS.6, 10, 18, 46, 48
2.1.5 Pengobatan
Dua komponen penting tatalaksana sepsis yang sukses adalah secepatnya
mengkontrol
sumber
infeksi
dan
secepatnya
menyediakan
dukungan
hemodinamik yang bertujuan untuk memperbaiki dan mempertahankan perfusi
organ. Pemberian pengobatan antimikrobial empiris merupakan hal yang penting.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa kegagalan pemberian antimikrobial
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
17
yang tepat untuk patogen yang menginfeksi akan menyebabkan hasil yang buruk,
yaitu masa perawatan di rumah sakit yang lebih lama dan kematian. Pedoman
surviving sepsis campaign (SSC) merekomendasikan pemberian antibiotik dalam
waktu 1 jam identifikasi sepsis berat. Pada 2001, Rivers dkk mempublikasi hasil
dari penelitian yang mengkaji early goal directed therapy (EGDT) pada pasien
instalasi gawat darurat dengan sepsis berat atau syok sepsis. EGDT terdiri dari
resusitasi
kristaloid
untuk
memperbaiki
preload,
vasopresor
untuk
mempertahankan RTA yang cukup, dan pemberian darah dan/atau dobutamin.
EGDT ini dapat menurunkan risiko absolut kematian di rumah sakit sebanyak
16 %.49
2.2
CD14
2.2.1 sCD14
CD14 adalah glikoprotein permukaan sel yang secara konstitutif diekspresikan
oleh berbagai jenis sel, termasuk monosit, makrofag, neutrofil, kondrosit, limfosit
B, sel dendritik, fibroblas gingival, keratinosit, dan galur sel epitelial intestinal
manusia. CD14 merupakan reseptor kompleks LPS-LBP yang memiliki afinitas
tinggi dan spesifik. Sebagai tambahan, CD14 terlibat dalam pengenalan berbagai
macam struktur mikroba lainnya, termasuk peptidoglikan, lipotheicoic acid,
lipoarabinomanan, virus RNA double stranded.6, 50, 51
Terdapat dua tipe CD14, yaitu CD14 membran dan CD14 solubel. CD14
diekspresikan di permukaan monosit dan neutrofil sebagai protein membran 55
kDa yang tertambat glikofosfatidilinositol (GPI) (Gambar 2.5). CD14 ini
dinamakan CD14 membran (mCD14). Sedangkan CD14 yang larut di plasma
dinamakan CD14 solubel (sCD14). Walaupun hanya ada 1 transkrip mRNA di
gen CD14, telah diketahui dua tipe sCD14 yang berbeda berdasarkan berat
molekulnya. Tipe yang pertama adalah sCD14 48-49 kDa merupakan sCD14 yang
dilepaskan (shedding) oleh aktivasi dari protease serin yang berhubungan dengan
membran. Tipe yang kedua adalah sCD14 55-56 kDa, langsung disekresikan dari
sel, tanpa tambatan GPI. sCD14 ini masih memiliki peptida terminal C. Pelepasan
sCD14 dari sel mononuklear dan PMN diinduksi oleh LPS dan TNF-α, dan
dihambat oleh IFN-γ dan IL-4. Pada serum orang sehat ditemukan kedua tipe
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
18
sCD14 pada kadar yang sangat rendah. Pada keadaan gagal organ multipel, kadar
sCD14 55-56 kDa meningkat secara bermakna.6,
9, 10, 12, 52-54
Sama dengan
mCD14, sCD14 berikatan secara langsung dengan LPS, yang dipromosikan oleh
LBP. Interaksi ini mampu mengaktifkan TLR4/MD-2 pada sel yang tidak
memiliki mCD14, seperti sel endotel, sel otot polos, dan sel epitel. Pengaktifan
TLR4/MD-2 pada sel-sel ini menyebabkan peningkatan ekspresi molekul adhesi
dan sekresi mediator humoral.42, 53, 55
Gambar 2.5. Struktur peptida CD14. 56
Dikatakan bahwa sCD14 mungkin merupakan protein fase akut, karena
selain dilepaskan dari leukosit, sCD14 juga diproduksi oleh hepatosit, yang
merupakan sumber utama protein fase akut.10,
53, 57
Penelitian Li dkk58
menyimpulkan bahwa LPS secara bermakna meningkatkan sintesis protein CD14
dan ekspresi mRNA CD14 di jaringan hepatik dan hepatosit yang diisolasi. Hati
bisa jadi merupakan sumber utama produksi sCD14 pada keadaan endotoksemia.
Penelitian Bas dkk51 menyimpulkan bahwa CD14 adalah suatu protein fase akut
dan produksinya di hati dipicu oleh IL-6.
Peran sCD14 pada sepsis masih belum diketahui. Dilaporkan bahwa
sCD14 berkompetisi dengan mCD14 dalam mengikat LPS, dan sCD14
menurunkan produksi sitokin yang diinduksi LPS pada monosit dan makrofag.52
Percobaan in vitro menunjukkan bahwa kadar sedang sCD14 meningkatkan
aktivasi monosit, makrofag, dan PMN yang diinduksi oleh LPS. Inhibisi aktivasi
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
19
yang diinduksi oleh LPS ditemukan pada rasio sCD14/LBP tinggi.10, 51, 59 Pada
keadaan syok endotoksin, kadar sCD14 plasma meningkat, dan hewan percobaan
menunjukkan gejala khas sepsis, seperti kegagalan organ multipel dan SIRS.53
2.2.2 sCD14-ST (presepsin)
sCD14-ST disebut presepsin adalah bentuk sCD14 yang terpotong di dekat ujung
peptida nitrogennya, terdiri dari 64 residu asam amino dengan berat molekul 13
kDa. Mekanisme produksi sCD14-ST in vivo masih belum diketahui pasti, tetapi
terdapat beberapa hipotesis mengenai produksi sCD14-ST in vivo yaitu terjadi
pemotongan oleh protease di plasma atau di fagolisosom.13,
14
Berdasarkan
penelitian pada hewan dipikirkan bahwa fagositosis sebagai respons terhadap
infeksi bakteri berperan besar dalam produksi sCD14-ST, selain itu terdapat
kemungkinan bahwa produksi sCD14-ST dibantu oleh enzim lisosomal (seperti
katepsin, dll). (Gambar 2.6)14 Yaegashi dkk9 menemukan bahwa peningkatan
kadar sCD14-ST terjadi dalam waktu beberapa jam setelah awitan sepsis,
sehingga dibuat hipotesis bahwa sCD14-ST diproduksi dengan cara dilepaskan
bukan disekresi,
karena
sekresi membutuhkan proses
sintesis protein.
Disimpulkan bahwa peningkatan kadar sCD14-ST pada sepsis lebih disebabkan
oleh protease di fagolisosom daripada protease di plasma.
Gambar 2.6. Produksi sCD14-ST.60
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
20
Fungsi biologis dari sCD14-ST belum diketahui. Polipeptida kecil ini
meningkat secara bermakna di sirkulasi pada fase awal sepsis dan inflamasi
dengan waktu paruh 4 sampai 5 jam. Dilaporkan bahwa pengukuran kadar
sCD14-ST berguna untuk diagnosis, pemantauan, stratifikasi keparahan, dan
prognostik sepsis.6,
9, 11-14
Penelitian Yaegashi dkk9 yang menyimpulkan bahwa
sCD14-ST adalah penanda diagnosis sepsis yang lebih spesifik dan sensitif
dibandingkan dengan IL-6 dan PCT. Selain itu sCD14-ST meningkat lebih cepat
dibandingkan PCT dan CRP pada sepsis dan syok sepsis.
Penelitian Shozushima dkk14 pada pasien sepsis, menyimpulkan bahwa
sCD14-ST lebih baik dibandingkan PCT dalam menegakkan diagnosis sepsis,
dengan cut-off sCD14-ST 415 pg/mL memberikan sensitivitas 80,1% dan
spesifisitas 81%, dan didapatkan area under the curve (AUC) sCD14-ST lebih
tinggi dibandingkan PCT. Penelitian ini melaporkan bahwa ditemukan perbedaan
bermakna sCD14-ST pada kelompok SIRS, infeksi lokal, sepsis, dan sepsis berat.
Hasil yang sama didapatkan oleh penelitian prospektif Endo dkk11 di banyak
rumah sakit, yang melaporkan kadar sCD14-ST pada pasien dengan infeksi
bakteri sistemik dan lokal secara bermakna lebih tinggi dibandingkan pasien
dengan penyakit infeksi non-bakterial, dengan cut-off 600 pg/mL dapat
membedakan infeksi bakteri dan non-bakteri.
Penelitian prospektif Liu dkk15 menilai sCD14-ST sebagai penanda
prognostik sepsis menyimpulkan bahwa kadar sCD14-ST secara bermakna lebih
tinggi pada kelompok yang tidak bertahan hidup selama pemantauan 28 hari
dibandingkan kelompok yang bertahan hidup, dengan median berturut-turut 748
pg/mL
dan
412
pg/mL.
Dari
segi
stratifikasi
penyakit
produsen
merekomendasikan bahwa kadar sCD14-ST <200 pg/mL dapat menyingkirkan
adanya sepsis atau infeksi, ≤300 pg/mL dapat mengeksklusi sepsis berat atau syok
sepsis, >300 pg/mL menandakan kemungkinan adanya sepsis, dan >1000 pg/mL
kemungkinan adanya sepsis berat atau syok sepsis.61
Penelitian Yaegashi dkk pada tahun 2005 melakukan pemeriksaan sCD14ST menggunakan metode ELISA konvensional. Metode ini membutuhkan waktu
5-6 jam, mempersulit kemungkinan melakukan pemeriksaan sCD14-ST pada
kondisi gawat darurat. Baru-baru ini telah tersedia pengukuran sCD14-ST plasma
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
21
menggunakan metode ELISA satu-langkah kemiluminesen komersial. Metode ini
cenderung mudah dan cepat, dengan waktu pemeriksaan total 1,5 jam. Selain itu,
metode ini dapat menggunakan sampel darah lengkap (whole blood) atau plasma,
membuat waktu pemeriksaan lebih cepat lagi.6
2.3
KERANGKA TEORI
Gambar 2.7. Kerangka teori penelitian.
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
22
2.4
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Gambar 2.8. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: Ruang lingkup penelitian
: Variabel luar
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
BAB 3
METODOLOGI
3.1
JENIS PENELITIAN
Desain penelitian potong lintang prospektif, penyajian data secara deskriptif dan
analitik.
3.2
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan di laboratorium imunologi
Departemen Patologi Klinik
FKUI-RSCM bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUIRSCM. Waktu penelitian dijadwalkan bulan April- Mei 2014.
3.3
SUBJEK PENELITIAN
Subyek penelitian adalah pasien sepsis yang dirawat di instalasi gawat darurat
RSCM.
3.3.1 Kriteria masukan
•
Subyek berusia ≥18 tahun
•
Diagnosis sepsis ditegakkan ≤48 jam
•
Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent.
3.3.2 Kriteria tolakan
3.4
•
Pasien infeksi HIV.
•
Pasien pindah rawat ke rumah sakit lain atau pasien pulang paksa
PENGAMBILAN SAMPEL DAN BESAR SAMPEL
Pengambilan sampel secara consecutive sampling dan perhitungan besar
sampel menggunakan rumus besar sampel uji hipotesis terhadap rerata dua
populasi independen, sebagai berikut:62
1= 2=2
+
( −
)
=2
[1,96 + 0,842]764
600
= 25,43
23
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
24
Keterangan :
zα
= 1,96 (tingkat kemaknaan = 95%)
zβ
= 0,842 (power (1-β)=80%)
s
= 764 (simpang baku)14
x1-x2
= 600 (selisih minimal yang bermakna)
Berdasarkan perhitungan besar sampel kelompok pasien sepsis yang
meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari adalah 26 sampel. Angka
mortalitas sepsis adalah 40%.3
= 26
100%
= 26
100%
= 65
40%
Total jumlah sampel adalah 65 sampel, dengan kelompok pasien sepsis
yang hidup adalah 39 sampel.
3.5
BATASAN OPERASIONAL
1.
Diagnosis sepsis, sepsis berat, dan syok sepsis ditegakkan berdasarkan
modifikasi
SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS
International
Sepsis
Definitions Conference 2001:
Parameter SIRS
•
Suhu inti tubuh: demam (suhu >38,3 0C) atau hipotermi (suhu
<36 0C)
•
Frekuensi denyut jantung > 90x/mnt
•
Frekuensi nafas > 30x/mnt
•
Leukositosis (leukosit > 12.000/µL) atau leukopenia (leukosit
< 4.000/µL) atau jumlah leukosit normal dengan > 10%
bentuk imatur
Parameter umum
•
Perubahan status mental (Glasgow Coma Scale < 15)
Parameter inflamasi
•
CRP plasma > 0,5 mg/dL
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
25
•
PCT plasma > 0,5 ng/mL
Parameter hemodinamik
•
Tekanan darah: hipotensi dengan tekanan darah sistolik < 90
mmHg; rerata tekanan arteri < 70 mmHg, atau penurunan
TDS > 40 mmHg
Sepsis adalah tersangka infeksi dengan 2 kriteria SIRS ditambah 1
kriteria dari parameter umum, inflamasi, atau hemodinamik.
Parameter disfungsi organ
•
Oliguria akut (output urin <0,5 mL/kg/jam atau 45 mmol/L
selama paling tidak 2 jam meskipun telah diberikan resusitasi
cairan yang cukup)
•
Peningkatan kreatinin >0,5 mg/dL
•
Kelainan koagulasi (INR > 1,5 atau APTT > 60 detik)
•
Ileus (bising usus negatif)
•
Trombositopenia (jumlah platelet < 100.000/µL)
•
Hiperbilirubinemia (bilirubin total plasma > 4 mg/dL atau 70
mmol/L)
Parameter perfusi jaringan
•
Hiperlaktatemia (> 3 mmol/L)
•
Penurunan capillary refill atau mottling
Sepsis berat adalah sepsis dengan adanya disfungsi organ, hipoperfusi,
atau hipotensi.
Syok sepsis adalah sepsis dengan hipotensi arterial walaupun telah
diberikan resusitasi cairan yang cukup.
2.
Pasien infeksi meliputi pneumonia, infeksi saluran kemih (ISK),
infeksi intraabdominal, infeksi kulit dan jaringan lunak. Dilakukan
pencatatan
mikroorganisme
berdasarkan
hasil
biakan
subyek
penelitian, dikelompokkan menjadi: Gram positif, Gram negatif,
Jamur, dan tidak ditemukan.
3.
Sampel diambil dalam waktu 48 jam setelah diagnosis dibuat.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
26
4.
Kelompok yang tidak bertahan hidup adalah pasien sepsis yang
meninggal dalam masa perawatan 28 hari di RSCM. Dilakukan
pencatatan data hari keberapa perawatan saat pasien meninggal.
5.
Data pengobatan: interval waktu terapi antibiotik dengan pengambilan
sampel, karbapenem; dan mendapat vasopresor dan/atau produk darah
diambil dari rekam medis.
6.
Data keganasan, diabetes mellitus, dan penyakit paru kronik diambil
dari rekam medis.
7.
Pasien usia lanjut adalah yang berusia >65 tahun.
8.
Data infeksi HIV dilihat berdasarkan klinis atau pemeriksaan anti
HIV.
9.
Data karakteristik subyek diambil dari rekam medis.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
27
3.6
IDENTIFIKASI VARIABEL
Uji statistik
Variabel
Student’s T test Dependen
atau
MannWhitney
Regresi logistik
Pasien sepsis
Independen
x= sCD14-ST
Dependen
Pasien sepsis
Kategorik
• Hidup
• Meninggal
Dilihat dari mortalitas
28 hari
Independen
Luar
x1= sCD14-ST
x2= Derajat
sepsis
Numerik
Kategorik
• Sepsis
• Sepsis Berat dan
Syok Sepsis
Kategorik
• Ya
• Tidak
Kategorik
• Hidup
• Meninggal
Dilihat dari mortalitas
28 hari
x3= Usia lanjut
x4= Keganasan
Kurva
Receiver
Operating
Characteristic
(ROC)
Hasil
akhir Pasien sepsis
(outcome)
Independen
Grafik
Meier
3.7
Skala pengukuran
Kategorik
• Hidup
• Meninggal
Dilihat dari mortalitas
28 hari
Numerik
x= sCD14-ST
Numerik
Kapplan- Membedakan 2 kelompok sepsis
di atas dan di bawah nilai cut-off
BAHAN PENELITIAN
Bahan penelitian adalah 3 mL darah vena menggunakan vacutainer
dengan antikoagulan K3EDTA yang diambil dari vena cubiti.
3.8
CARA KERJA PENELITIAN
Subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan
mengenai penelitian dan menandatangani formulir persetujuan mengikuti
penelitian (informed consent). Dilakukan pengambilan darah vena
sebanyak 3 mL menggunakan vacutainer dengan antikoagulan K3EDTA,
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
28
kemudian disentrifugasi 3000 g selama 10 menit. Plasma dimasukkan ke
dalam cup eppendorf dan disimpan pada suhu ≤-20 0C, dilakukan
pemeriksaan kadar sCD14-ST 1-2 bulan setelah pengambilan sampel.
Pemantauan subyek penelitian dilakukan selama subyek penelitian dirawat
di RSCM.
3.9
ALUR PENELITIAN
3.10
PEMERIKSAAN sCD14-ST (PRESEPSIN)
3.10.1 Prinsip pemeriksaan
Noncompetitive chemiluminescent enzyme immunoassay (CLIA) yang
dikombinasikan dengan teknologi Magtration®. sCD14-ST di dalam
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
29
sampel akan berikatan dengan antibodi monoklonal anti sCD14-ST yang
melapisi partikel magnet dan antibodi poliklonal anti sCD14-ST yang
berlabel fosfatase alkali membentuk kompleks imun. Pemisahan kompleks
imun menggunakan teknologi Magtration®, kompleks imun akan
menempel pada magnet di alat. Substansi yang tidak terikat akan dibuang
pada saat pencucian. Fosfatase alkali memecah substrat kemiluminesen
yang ditambahkan. Intensitas luminesen yang dihasilkan diukur dan
berbanding lurus dengan kadar sCD14-ST.63
Gambar 3.1. Prinsip pemeriksaan sCD14-ST metode noncompetitive CLIA.61
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
30
3.10.2 Alat dan reagensia
3.10.2.1
Alat :
1. PATHFAST ® Immunoanalyzer
2. PATHFAST ® pippete tips
3. Lemari pendingin <-20 0C dan 2-80C
4. Sentrifus dari Kubota no. seri 2420
5. Tabung K3EDTA
6. Cup eppendorf
7. Tip kuning
8. Pipet adjustable 20-200µL
3.10.2.2
Reagensia
1. PATHFAST TM Presepsin
Cartridge reagen Cartridge reagen terdiri dari 16 sumur
(6 cartridge x 10 tertutup selubung alumunium dengan bar
rak)
code di atasnya kecuali sumur sampel dan
sumur penghitung.
Sumur #2 berisi fosfatase alkali, antibodi
poliklonal anti sCD14-ST terkonjugasi,
buffer MES, dan Na azide <0,1%.
Sumur #7 berisi partikel magnet yang
diselimuti
antibodi
monoklonal
anti
sCD14-ST, dan buffer MES.
Sumur #13 berisi substrat kemiluminesen.
Sumur #11 berisi buffer dilusi sampel,
buffer Tris, dan Na azide <0,1%.
Sumur #3,4,5 berisi buffer pencuci, buffer
MOPS, dan Na azide <0,1%.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
31
Kalibrator 1,
Kalibrator 1 berbentuk cair siap pakai
kalibrator 2,
dengan
dan
kalibrator
kadar
sCD14-ST
0
pg/mL.
diluen Kalibrator 2 berbentuk bubuk dengan
kadar
sCD14-ST
direkonstitusi
10.800
pg/mL,
menggunakan
diluen
kalibrator yang mengandung Na azide
0,05%.
MC
ENTRY Entry card untuk kurva kalibrasi utama.
CARD
Control data sheet Lembaran data untuk kontrol.
MES = 2-Morpholinoetanesulfonic
acid, MOPS =
3-
Morpholinopropanesulfonic acid
Gambar 3.2. Cartridge reagen PATHFAST® Presepsin.61
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
32
2. PATHFAST TM Presepsin Control
Kontrol
1 Kontrol
mengandung
bovine
serum
(berbentuk bubuk, albumin.
diluen)
Diluen mengandung Na azide 0,05%.
sCD14-ST dengan kadar 496 – 920 pg/mL.
Kontrol
2 Kontrol
mengandung
bovine
serum
(berbentuk bubuk, albumin.
diluen)
Diluen mengandung Na azide 0,05%.
sCD14-ST dengan kadar 1508 – 2800
pg/mL
3.10.3 Cara pemeriksaan
3.10.3.1
Kalibrasi
Instal kurva kalibrasi utama dengan cara membaca bar code pada
MC ENTRY CARD menggunakan pembaca bar code alat
PATHFAST. Kalibrator CAL-1 dengan kadar sCD14-ST 0 pg/mL
dan CAL-2 dengan kadar sCD14-ST 10.800 pg/mL diperlakukan
seperti sampel dan diperiksa secara duplo. Bila pemeriksaan
kalibrator masuk dalam kurva kalibrasi utama maka dinyatakan
kalibrasi dapat diterima. Linearitas pemeriksaan 20-20.000 pg/mL.
3.10.3.2
Uji ketelitian
Dilakukan uji ketelitian within run pemeriksaan sCD14-ST
menggunakan bahan kontrol 1 (496 – 920 pg/mL) dan 2 (1508 –
2800 pg/mL) sebanyak lima kali berturutan pada hari yang sama.
Selain itu dilakukan uji ketelitian pada 1 sampel pasien sepsis
sebanyak lima kali berturutan pada hari yang sama.
3.10.3.3
Pemeriksaan sampel
1. Dinyalakan alat PATHFAST® Immunoanalyzer, lalu tunggu
sampai proses ‘warming up’ selesai.
2. Dilepaskan rak reagen.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
33
3. Diambil cartridge reagen dari lemari pendingin.
4. Dimasukkan cartridge reagen ke setiap rak. Hindari menyentuh
tutup alumunium atau sumur pendeteksi.
5. Dipipetkan 100µL sampel ke dalam sumur sampel.
6. Disingkirkan gelembung (bila ada) pada sumur sampel sebelum
memulai pemeriksaan
7. Ditaruh rak pada alat PATHFAST® Immunoanalyzer.
8. Dipasang tip pipet PATHFAST pada pemegang tip. Satu tip
untuk setiap cartridge.
9. Ditutup penutup rak reagen.
10. Ditekan tombol ‘START’.
11. Digunakan layar sentuh, pilih lajur pemeriksaan. Tekan ‘SID’
untuk mengubah data pasien (kode nomer pribadi, jenis
kelamin, dan usia). Lalu tekan ‘OK’ dua kali.
12. Diulangi langkah 11 untuk setiap lajur.
13. Ditunggu pencetakan hasil. Waktu pemeriksaan yang tersisa
terpapar di kiri atas layar.
14. Dilepas rak reagen
15. Dilepas reagen dan buang di sampah medis.
3.11
PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dilakukan menggunakan program Statistical Product and
Service Solution (SPSS) ver. 17 Karakteristik subyek penelitian disajikan
secara deskriptif. Distribusi data numerik dilakukan uji Shapiro Wilk. Jika
distribusi normal penyajian data berdasarkan nilai rerata dan simpang
baku. Jika distribusi tidak normal data disajikan dalam nilai median dan
rentang.
Perhitungan perbedaan kadar sCD14-ST kelompok pasien sepsis
yang hidup dan yang meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari
menggunakan Student’s T test bila distribusi data normal, atau uji Mann
Whitney bila distribusi data tidak normal. Peluang variabel luar terhadap
mortalitas 28 hari dievaluasi menggunakan uji regresi logistik dengan
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
34
teknik backward. Variabel luar yang akan dievaluasi adalah keparahan
penyakit, usia lanjut, dan keganasan. Bila uji perbedaan rerata memberikan
hasil berbeda bermakna, dilanjutkan dengan pembuatan kurva ROC,
sehingga diperoleh nilai cut-off, AUC, sensitivitas, dan spesifisitas.
Berdasarkan nilai cut-off yang didapat, dibuat kurva Kapplan Meier dan
dihitung rasio hazard pada 2 kelompok sepsis di atas dan di bawah nilai
cut-off. Nilai p <0,05 dianggap bermakna secara statistik.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1
KALIBRASI
Hasil pemeriksaan kalibrator sCD14-ST dengan nomor lot 1201412135 dan
kadaluarsa Desember 2014 dapat diterima.
4.2
UJI KETELITIAN WITHIN RUN
Hasil rerata, simpang baku, dan coefficient of variation (CV) hasil uji ketelitian
within run kontrol sCD14-ST (nomor lot B304, kadaluarsa Oktober 2015) dan
sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil uji ketelitian within run kontrol dan sampel, serta uji ketepatan kontrol
sCD14-ST
No
Kontrol 1
(523
1
2
3
4
5
Rerata
SB
CV (%)
4.3
971 pg/mL)
672
630
701
670
601
654,8
39,28
4,80
Kontrol 2
(1576
Sampel
2926 pg/mL)
2221
1895
2345
1996
2245
2140,4
187,33
7,28
(pg/mL)
2298
2722
2731
2821
2621
2638,6
203,15
5,43
KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian berjumlah 65 orang yang terdiri dari 37 (56,9%) pasien sepsis
yang hidup dan 28 (43,1%) pasien sepsis yang meninggal dilihat dari mortalitas
28 hari. Karakteristik subyek penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan rerata
kadar sCD14-ST pada beberapa keadaan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
35
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
36
Tabel 4.2. Karakteristik subyek penelitian.
Karakteristik
Jenis Kelamin, n(%)
Pria
Wanita
Usia, rerata(SB)
Interval perawatan saat meninggal, n(%)
< 7 hari
≥ 7 hari
Diagnosis awal , n(%)
Sepsis
Sepsis berat / syok sepsis
Sumber infeksi, n(%)
Pneumonia
ISK
Infeksi intraabdomen
Infeksi kulit dan jaringan lunak
Interval terapi antibiotik dengan
pengambilan sampel, n(%)
0-24 jam
25-48 jam
Terapi Karbapenem, n(%)
Ya
Tidak
Terapi vasopresor dan/atau produk
darah, n(%)
Ya
Tidak
Usia lanjut (>65 tahun), n(%)
Ya
Tidak
Diabetes Mellitus, n(%)
Ya
Tidak
Keganasan, n(%)
Ya
Tidak
Penyakit Paru Kronik, n(%)
Ya
Tidak
* mortalitas 28 hari
Hidup*
37
Meninggal*
28
Total
65
19 (51)
18 (49)
52,0 (15,8)
15 (54)
13 (46)
53,0 (18,6)
34 (52)
31 (48)
52,4 (16,9)
17 (61)
11 (39)
26 (70)
11 (30)
5 (18)
23 (82)
31 (48)
34 (52)
20 (54)
2 (6)
9 (24)
6 (16)
14 (41)
1 (3)
5 (18)
8 (29)
34 (52)
3 (4)
14 (22)
14 (22)
32 (87)
5 (13)
23 (82)
5 (18)
55 (85)
10 (15)
23 (62)
14 (38)
20 (71)
8 (29)
43 (66)
22 (34)
12 (32)
25 (68)
17 (61)
11 (39)
29 (45)
36 (55)
8 (22)
29 (78)
7 (25)
21 (75)
15 (23)
50 (77)
17 (46)
20 (54)
14 (50)
14 (50)
31 (48)
34 (52)
11 (30)
26 (70)
13 (46)
15 (54)
24 (37)
41 (63)
0 (0)
37 (100)
3 (11)
25 (89)
3 (5)
62 (95)
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
37
Tabel 4.3. Kadar sCD14-ST pada beberapa keadaan.
Keseluruhan
Mortalitas 28 hari
Hidup
Meninggal
Interval perawatan saat meninggal
<7 hari
≥7 hari
Diagnosis awal
Sepsis
Sepsis berat / syok sepsis
Mikroorganisme penyebab
Gram positif*
Gram negatif
Jamur
Polimikrobial
Gram positif, Gram negatif*
Gram positif, Jamur*
Gram negatif, Jamur*
Gram positif, Gram negatif, Jamur*
* disebutkan kadar sCD14-ST.
4.4
n (%)
Kadar sCD14-ST (pg/mL)
median (rentang)
65 (100)
875,00 (496,50 – 2020,50)
37 (57)
28 (43)
618,00 (349,50 – 1628,00)
1287,00 (720,72 – 2738,00)
17 (61)
11 (39)
1048,00 (726,50 – 2550,00)
1661,00 (502,00 – 7408,00)
31 (48)
34 (52)
524,00 (289,00 – 1127,00)
1467,00 (790,50 – 2656,00)
2 (6)
21 (58)
4 (11)
875 dan 1661
883,00 (528,50 – 2077,00)
1213,50 (329,50 – 6571,25)
2 (6)
3 (8)
2 (6)
2 (6)
1127 dan 4016
453, 738, dan 13433
618 dan 2779
222 dan 7408
KADAR sCD14-ST
Uji normalitas Shapiro-Wilk dilakukan terhadap kadar sCD14-ST pada tiap
kelompok didapatkan distribusi data tidak normal dengan nilai p untuk subyek
yang hidup dan yang meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari berturut-turut 0,000
dan 0,000. Median kadar sCD14-ST pada kelompok yang hidup adalah 618,00
pg/mL dengan rentang 349,50 – 1628,00 pg/mL. Median kadar sCD14-ST pada
kelompok yang meninggal adalah 1287,00 pg/mL dengan rentang 720,75 –
2738,00 pg/mL. Uji Mann-Whitney dilakukan terhadap kedua kelompok
didapatkan nilai p 0,005 Boxplot kadar sCD14-ST masing-masing kelompok
disajikan pada Gambar 4.1.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
38
Gambar 4.1. Boxplot kadar sCD14-ST pada kelompok yang hidup dan yang meninggal
dilihat dari mortalitas 28 hari.
a. batas atas; b. persentil 75; c. median; d. persentil 25; e. batas bawah;
o. pencilan; *. data ekstrim
4.5
PEMBUATAN KURVA ROC UNTUK MENENTUKAN CUT-OFF
sCD14-ST
Untuk mendapatkan nilai cut-off sCD14-ST dalam menentukan prognosis pasien
sepsis dilakukan analisa menggunakan kurva ROC, seperti terlihat pada Gambar
4.2. Dari kurva ROC didapatkan AUC 0,706 (IK 95% 0,582 – 0,831). Dari kurva
ROC tersebut disajikan beberapa nilai cut-off sCD14-ST yang mempunyai nilai
prognostik. Masing-nilai tersebut memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
berbeda seperti terlihat pada Tabel 4.4.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
39
Gambar 4.2. Kurva ROC pemeriksaan sCD14-ST untuk membedakan subyek penelitian
yang hidup dan yang meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari.
Tabel 4.4. Hasil perhitungan sensitivitas dan spesifisitas sCD14-ST dengan beberapa nilai
cut-off
Cut-off sCD14-ST
(pg/mL)
Sensitivitas
(%)
Spesifisitas
(%)
677,00
863,00
885,50
998,50
1467,00
1649,00
82,1
67,9
60,7
57,1
50,0
42,9
54,1
59,5
62,2
64,9
73,0
78,4
Berdasarkan beberapa nilai cut-off tersebut dipilih 677,00 pg/mL yang
memiliki sensitivitas 82,1% (IK95% 0,644 – 0,921) dan spesifisitas 54,1%
(IK95% 0,384 – 0,690). Gambar 4.3 menunjukkan distribusi subyek dengan kadar
sCD14-ST <677,00 pg/mL dan ≥677,00 pg/mL pada kelompok yang hidup dan
meninggal.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
40
sCD14-ST <677 pg/mL
sCD14-ST ≥677 pg/mL
23 (82,1%)
20 (54,1%)
17 (45,9%)
5 (17,9%)
Hidup
Meninggal
Gambar 4.3. Distribusi subyek dengan kadar sCD14-ST <677,00 pg/mL dan ≥677,00
pg/mL pada kelompok yang hidup dan yang meninggal
4.6
KURVA KAPPLAN MEIER SERTA RASIO HAZARD PADA
KELOMPOK SEPSIS DI ATAS DAN DI BAWAH NILAI CUT-OFF
KADAR sCD14-ST 677,00 PG/ML
Dilakukan pembuatan kurva Kapplan Meier serta penghitungan rasio hazard pada
kelompok sepsis di atas dan di bawah nilai cut-off 677,00 pg/mL yang dapat
dilihat pada Gambar 4.4. Kurva Kapplan Meier ini memenuhi asumsi proporsional
hazard yang berarti perbandingan kecepatan terjadinya kejadian ‘meninggal’ antar
kelompok setiap saat adalah sama. Didapatkan nilai rasio hazard sebesar 3,79 (IK
95% 1,438 – 10,013) dengan nilai p = 0,007. Rerata waktu bertahan hidup untuk
kedua kelompok dapat dilihat di Tabel 4.5.
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
41
rasio hazard = 3,79 (IK 95% 1,438 –10,013)
p 0,007
waktu meninggal (hari)
Gambar 4.4. Kurva Kapplan Meier serta rasio hazard pada kelompok sepsis di atas dan di
bawah nilai cut-off 667,00 pg/mL.
Tabel 4.5. Rerata waktu meninggal
Indeks
Kepercayaan 95%
Kadar sCD14-ST
<677,00 pg/mL
≥677,00 pg/mL
* uji Log Rank (Mantel-Cox)
4.7
Hari
23,9
15,9
bawah
20,6
12,3
atas
27,2
19,5
nilai p
0,003*
VARIABEL LUAR
Dilakukan analisis bivariat pada derajat sepsis, usia lanjut, dan keganasan dengan
hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.6. Variabel yang akan diikutkan ke analisis
multivariat adalah variabel dengan p < 0,250, yaitu derajat sepsis dan keganasan.
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
42
Tabel 4.6. Analisis bivariat variabel keparahan penyakit, usia lanjut, dan keganasan
Hidup
Derajat sepsis
Sepsis
Sepsis berat /
syok sepsis
> 65 tahun
≤ 65 tahun
Ya
Tidak
Usia lanjut
Keganasan
Total
Meninggal
n
26
11
%
70
30
N
5
23
%
18
82
p
0,000*
8
29
11
26
22
78
30
70
7
21
13
15
25
0,749*
75
46
54
0,167*
37
100
28
100
*uji Chi square
Tabel 4.7. Hasil uji regresi logistik variabel dependen mortalitas 28 hari
Langkah 1
Langkah 2
Variabel
p
Koefisien
Odds Ratio
Derajat sepsis
Keganasan
Konstanta
Derajat sepsis
Konstanta
0,001
0,410
0,000
0,000
0,000
2,228
0,529
-2,262
2,237
-2,106
9,28
1,70
0,10
9,36
0,12
IK 95%
Bawah
2,62
0,48
Atas
32,88
5,98
2,67
32,84
Hasil analisis multivariat uji regresi logistik dengan teknik backward dapat
dilihat pada Tabel 4.7, variabel yang berpengaruh terhadap mortalitas 28 hari
pasien adalah derajat sepsis, dengan persamaan regresi logistik
= −2,106 + 2,237 (
)
dengan p dari tes Hosmer and Lemeshow sebesar 0,721 yang berarti persamaan
terkalibrasi dengan baik.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1
KALIBRASI
Alat Pathfast menyatakan bahwa kalibrasi pemeriksaan sCD14-ST dapat diterima.
Alat Pathfast ini tidak menyediakan kurva kalibrasi, hanya memberikan
pernyataan bahwa ‘Calibration Passed’.
5.2
UJI KETELITIAN WITHIN RUN
Hasil uji ketelitan within run bahan kontrol sCD14-ST dengan kadar 747 pg/mL,
2251 pg/mL, serta sampel dengan rerata kadar sCD14-ST 2638,60 pg/mL
didapatkan CV berturut-turut 4,80%, 7,28%, dan 5,43%. Hasil uji ketepatan bahan
kontrol sCD14-ST level 1 dan 2 didapatkan penyimpangan berturut-turut -46 –
-146 (-6,2%
-19,5%) dan -6 – -356 (-0,3%
-15,8%). Penelitian Ulla dkk64
mendapatkan uji ketelitian within run menggunakan 3 pool plasma dengan CV
berkisar dari 2,8% sampai 12,3%. Produsen reagen melakukan uji ketelitian
menggunakan kontrol dengan kadar sCD14-ST 882 pg/mL dan 4801 pg/mL
mendapatkan hasil CV within run secara berturut-turut 2,9%, dan 3,2%.63
Berdasarkan contoh CV dari sumber-sumber yang disebutkan di atas maka CV
within run penelitian ini tidak berbeda jauh dari hasil penelitian Ulla dkk dan
pemeriksaan produsen.
5.3
KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN
Penelitian Zhao dkk65 mendapatkan proporsi subyek penelitian dengan mortalitas
28 hari adalah 26,7%. Penelitian Spanuth dkk66 mendapatkan proporsi subyek
penelitian dengan mortalitas 30 hari adalah 16,4%. Penelitian ini mendapatkan
proporsi subyek penelitian dengan mortalitas 28 hari sebesar 43,1%, berbeda
dengan penelitian Zhao dkk dan Spanuth dkk. Hal ini dapat disebabkan oleh
banyaknya subyek penelitian dengan sepsis berat dan syok sepsis adalah 52%
subyek penelitian.
Penelitian Zhao dkk65 yang mendapatkan proporsi subyek penelitian pria
55,7%, dan penelitian Ulla dkk64 59,4%. Pada penelitian ini proporsi pria adalah
43
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
44
52%, sama dengan penelitian Zhao dkk dan Ulla dkk. Penelitian Zhao dkk65
mendapatkan median usia subyek penelitian 74 (61-80) dan penelitian Spanuth
dkk66 mendapatkan rerata usia subyek penelitian 68 (27 - 80). Rerata usia subyek
penelitian ini adalah 52,4 (SB 16,9) dengan rentang usia tahun 19 – 85 tahun,
hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Zhao dkk dan Spanuth dkk.
Penelitian Otto dkk67 di Jerman pada 999 pasien sepsis yang dirawat di
ICU memberikan hasil 308 pasien meninggal, 36,7% pasien meninggal pada hari
perawatan 1 - 5, 30,8% pasien meninggal pada hari perawatan 6 - 15, dan 32,5%
pasien meninggal pada hari perawatan 16 - 160. Pada penelitian ini 61% pasien
meninggal kurang dari 7 hari perawatan, hal ini berbeda dengan hasil Otto dkk
kemungkinan disebabkan mayoritas pasien meninggal karena proses inflamasi
yang berlebihan.
Berbagai kepustakaan menyatakan infeksi saluran nafas merupakan
penyebab utama terjadinya sepsis. O’Brien dkk26 melaporkan bahwa infeksi
saluran nafas dan intraabdomen paling sering menyebabkan sepsis. Penelitian
Wang dkk27 mendapatkan infeksi yang tertinggi adalah pneumonia (43,4%),
disusul dengan ISK (15,9), infeksi intraabdomen (13,6%), dan infeksi kulit dan
jaringan lunak (7,3%). Pada penelitian ini sumber infeksi terbanyak adalah
pneumonia (52%), selanjutnya berturut-turut infeksi intraabdomen (22%), infeksi
kulit dan jaringan lunak (22%), dan ISK (4%), sama dengan penelitian O’Brien
dkk dan Wang dkk.
Penelitian Zhao dkk65 pada 501 pasien sepsis di IGD mendapatkan
proporsi usia lanjut 70,1%, DM 24,6%, dan keganasan 24,6%. Penelitian Marino
dkk68 pada pasien sepsis di IGD mendapatkan proporsi DM 34,7%, dan kanker
12,9%. Faktor risiko sepsis pada subyek penelitian ini didapatkan proporsi
terbanyak adalah DM (48%), disusul dengan keganasan (37%), usia lanjut (23%),
dan penyakit paru kronik (5%), sama dengan penelitian Zhao dkk dan Marino
dkk.
Penelitian Sundararajan dkk69 pada 33.741 pasien sepsis di Australia
mendapatkan 45% hasil pemeriksaan mikrobiologi tidak ditemukan atau steril,
13,4% Staphylococcus aureus, 11,5% Escherichia coli, 7,3% Streptococci, dan
6,6% batang Gram negatif. Sebaran mikroorganisme penyebab sepsis pada
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
45
penelitian ini didapatkan proporsi terbanyak adalah Gram negatif 58%, disusul
dengan jamur 11%, Gram positif 6%, dan polimikrobial 32%, hasil ini berbeda
dengan penelitian Sundararajan dkk. Pada banyak negara di dunia, mayoritas
mikroorganisme penyebab sepsis adalah bakteri Gram negatif, kecuali pada
negara maju dimana bakteri Gram positif merupakan penyebab tersering sepsis.70
Penelitian Shozushima dkk14 mendapatkan rerata kadar sCD14-ST pada
sepsis dan sepsis berat berturut-turut adalah 817,9 pg/mL dan 1992,9 pg/mL.
Penelitian ini mendapatkan median kadar sCD14-ST pada sepsis dan sepsis berat /
syok sepsis berturut-turut adalah 524,00 pg/mL dan 1467,00 pg/mL, sama dengan
penelitian Shozushima dkk. Median sCD14-ST pada subyek penelitian yang
meninggal pada hari perawatan < 7 hari lebih rendah dibandingkan yang
meninggal pada hari perawatan ≥7 hari. Selain itu, kadar sCD14-ST lebih tinggi
pada infeksi yang disebabkan jamur dan Gram positif dibandingkan Gram negatif,
hal ini mendukung kepustakaan yang mengatakan bahwa CD14 dapat berikatan
dengan lipoteichoic acid dari bakteri Gram positif dan lipoarabinoman dari jamur.
5.4
KADAR sCD14-ST PENELITIAN
Selain penelitian ini terdapat tiga penelitian kadar sCD14-ST sebagai penanda
prognostik yaitu penelitian Liu dkk dan Spanuth dkk, keseluruhan penelitian ini
mengambil subyek penelitian dari instalasi gawat darurat. Karakteristik dan hasil
dari masing-masing penelitan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Karakteristik dan hasil penelitian prognostik sCD14-ST.
Penelitian
Lokasi
n
Usia
(tahun)
Mortalitas
Kadar sCD14-ST (pg/mL)
median (rentang)
Hidup
Meninggal
Liu15
China
680
70-an
28 hari
412
(243 - 744)
748
(385 - 1386)
Spanuth66
Jerman
140
68
30 hari
823
2124
(IK95 678-973)
(IK95 1206-3604)
Peneliti
Indonesia
65
52
28 hari
618,00
1287,00
(349,50 - 1628,00)
(720,75 - 2378,00)
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
46
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Liu dkk dan Spanuth
dkk, bahwa kadar sCD14-ST pada kelompok yang meninggal secara berbeda
bermakna lebih tinggi dibandingkan pada kelompok yang hidup. Ini menunjukkan
bahwa kadar sCD14-ST pada saat masuk berhubungan dengan inflamasi, sesuai
dengan hipotesis produksi sCD14-ST in vivo yang berhubungan dengan proses
fagositosis. Derajat inflamasi ini berhubungan dengan derajat sepsis, dan pada
akhirnya dengan kematian, sehingga dapat disimpulkan bahwa sCD14-ST
berhubungan secara tidak langsung dengan mortalitas pada pasien sepsis. sCD14ST memiliki potensi sebagai penanda prognostik sepsis untuk mengenali pasien
sepsis berisiko tinggi yang membutuhkan tatalaksana agresif sejak dari IGD.
Penelitian Spanuth dkk mendapatkan kadar sCD14-ST yang lebih tinggi
dibandingkan hasil penelitian ini. Penelitian Chenevier-Gobeaux dkk71 pada
pasien IGD tanpa infeksi akut mendapatkan bahwa kadar sCD14-ST meningkat
pada populasi usia lanjut dimana median kadar sCD14-ST pada subyek dengan
usia ≥70 tahun adalah 470 pg/mL dengan persentil 95% 750 pg/mL. Usia subyek
penelitian Liu dkk dan Spanuth dkk lebih tinggi daripada subyek penelitian ini.
Dua subyek penelitian menunjukkan hasil sCD14-ST yang ekstrim yang
mungkin disebabkan oleh proses inflamasi. Pasien dengan nomor subyek 1
memberikan hasil kadar sCD14-ST 10.762 pg/mL. Pasien ini merupakan wanita
53 tahun dengan diagnosis sepsis, Diabetes Mellitus tipe 2 dengan ketoasidosis
diabetik, dan karsinoma mammae terinfeksi, meninggal pada hari perawatan ke10. Pada pemeriksaan mikrobiologi pus ditemukan Proteus vulgaris. Pasien kedua
adalah pasien dengan nomor subyek 61 memberikan hasil kadar sCD14-ST
13.433 pg/mL. Pasien ini merupakan pria 51 tahun dengan diagnosis syok sepsis
et causa abses submandibula, Diabetes Mellitus tipe 2, penyakit ginjal kronik
stadium V, dan Health Care Associated Pneumonia, meninggal pada hari
perawatan
ke-7.
Pada
pemeriksaan
mikrobiologi
sputum
ditemukan
Staphylococcus epidermidis dan Candida albicans.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
47
5.5
KURVA ROC DAN CUT-OFF sCD14-ST DALAM MENENTUKAN
PROGNOSIS PASIEN SEPSIS
Penelitian Liu dkk15 mendapatkan AUC sCD14-ST dalam memprediksi mortalitas
28 hari pasien sepsis adalah 0,658 dengan cut-off 556 pg/mL, sensitivitas 62,2%,
dan spesifisitas 66,8%. Penelitian Spanuth dkk66 mendapatkan AUC sCD14-ST
dalam memprediksi mortalitas 30 hari adalah 0,878 (0,808 – 0,941) dengan cut-off
1622 pg/mL, sensitivitas 93,3%, dan spesifisitas 75,2%. Pada penelitian ini
didapatkan AUC 0,706 yang dapat diartikan sedang. Cut-off yang dipilih adalah
677,00 pg/mL dengan sensitivitas 82,1% dan spesifisitas 54,1%, sama dengan
hasil penelitian Liu dkk.
5.6
KURVA KAPPLAN MEIER SERTA RASIO HAZARD PADA
KELOMPOK SEPSIS DI ATAS DAN DI BAWAH NILAI CUT-OFF
KADAR sCD14-ST 667,00 PG/ML
Penelitian Ulla dkk64, menggolongkan subyek penelitian ke dalam 3 kelompok
berdasarkan kadar sCD14-ST yaitu kelompok <600 pg/mL, 600 – 1000 pg/mL,
dan >1000 pg/mL. Dilaporkan bahwa mortalitas 60-hari perawatan rumah sakit
paling tinggi pada kelompok ketiga. pada penelitian ini, kurva Kapplan Meier dua
kelompok pasien sepsis yang dibagi berdasarkan cut-off kadar sCD14-ST 677
pg/mL memenuhi asumsi proporsional hazard dengan rasio hazard sebesar 3,79
(IK95% 1,438 – 10,013), p = 0,007. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian
Ulla dkk.
Rasio hazard 3,79 dapat diartikan ‘kelompok pasien sepsis dengan kadar
sCD14-ST ≥677,00 pg/mL mempunyai kemungkinan 3,79 kali untuk meninggal
dibandingkan kelompok pasien sepsis dengan kadar sCD14-ST <677,00 pg/mL’.
Didapatkan bahwa rerata waktu bertahan hidup pasien sepsis dengan kadar
sCD14-ST <677,00 pg/mL adalah 23,9 hari, dan rerata waktu bertahan hidup
pasien sepsis dengan kadar sCD14-ST ≥677,00 pg/mL adalah 15,9 hari.
5.7
PELUANG VARIABEL LUAR
Penelitian multisenter Kang dkk72 pada 2286 pasien bakteremia Gram negatif
melaporkan bahwa sepsis berat atau syok sepsis merupakan faktor yang secara
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
48
bermakna berhubungan dengan mortalitas (OR 3,34; IK95% 2,35 – 4,74).
Penelitian ini mendapatkan hanya variabel derajat sepsis berpengaruh terhadap
mortalitas 28 hari, dengan OR 9,36 yang berarti ‘subyek dengan sepsis berat atau
syok sepsis memiliki kemungkingan mortalitas 28 hari 9,36 kali dibandingkan
subyek dengan sepsis’. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan derajat sepsis
mempengaruhi mortalitas 28 hari masih belum dapat disingkirkan pada hubungan
antara kadar sCD14-ST dengan mortalitas 28 hari.
5.8
KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan terutama dari aspek metodologi.
Kadar sCD14-ST pada penelitian ini hanya diperiksa satu kali tidak diperiksa
secara serial, sehingga sulit dipastikan apakah memang kadar sCD14-ST diambil
memang pada saat puncak atau saat sudah menurun. Semua pasien pada penelitian
ini merupakan pasien sepsis non-bedah tidak mengikutkan pasien sepsis pasca
operasi sehingga tidak menggambarkan pasien sepsis secara keseluruhan. Peneliti
tidak menghitung besar subyek penelitian untuk mencari sensitivitas dan
spesifisitas, oleh karena itu sensitivitas dan spesifisitas yang didapat memiliki
interval kepercayaan yang luas.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
KESIMPULAN
Telah dilakukan penelitian terhadap 65 pasien sepsis dengan hasil 37 pasien hidup
dan 28 pasien meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari dan didapatkan hasil
sebagai berikut :
1. Kadar sCD14-ST pada pasien sepsis yang hidup lebih rendah secara
bermakna dibandingkan pada pasien sepsis yang meninggal, (p 0,005).
2. Didapatkan nilai cut-off sCD14-ST 677,00 pg/mL dengan AUC sedang
0,706, sensitivitas 82,1 %, dan spesifisitas 54,1%. Hasil ini menunjukkan
bahwa kadar sCD14-ST dapat digunakan untuk memprediksi pasien yang
meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari.
3. Kurva Kapplan Meier dengan nilai cut-off 677,00 pg/mL memenuhi
asumsi proporsional hazard, rasio hazard 3,79, p 0,007. Hasil ini
menunjukkan bahwa kelompok pasien sepsis dengan kadar sCD14-ST
≥677,00 pg/mL mempunyai kemungkinan 3,79 kali untuk meninggal
dibandingkan kelompok pasien sepsis dengan kadar sCD14-ST <677,00
pg/mL.
6.2.
SARAN
Berhubungan ditemukan pengaruh variabel luar derajat sepsis terhadap mortalitas
28 hari, maka disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut kadar sCD14-ST
pada masing-masing kelompok derajat sepsis.
49
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
50
DAFTAR PUSTAKA
1.
Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al.
Surviving sepsis campaign: international guidelines for management of
severe sepsis and septic shock: 2012. Crit Care Med.2013;41(2):580-637.
2.
Angus DC, Linde-Zwirble WT, Lidicker J, Clermont G, Carcillo J, Pinsky
MR. Epidemiology of severe sepsis in the united states: analysis of incidence,
outcome, and associated cost of care. Crit Care Med.2001;29:1303-10.
3.
Jawad I, Luksic I, Snorri, Rafnsson B. Assessing available information on the
burden of sepsis: global estimates of incidence, prevalence and mortality. J of
Glob Health.2012;2(1):1-9.
4.
Immunity to microbes. In: Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S, editors.
Cellular and molecular immunology. 7th ed. Philadelphia: Elsevier; 2012. p.
345-64.
5.
Angus DC, Poll Tvd. Severe sepsis and septic shock. N Eng J
Med.2013;369:840-51.
6.
Mussap M, Noto A, Fravega M, Fanos V. Soluble CD14 subtype presepsin
(sCD14-ST) and lipopolysaccharide binding protein (LBP) in neonatal sepsis:
new clinical and analytical perspectives for two old biomarkers. J Matern
Fetal Neonatal Med.2011;24(S(2)):12-4.
7.
Astrawinata DAW. Peran penanda sepsis: diagnostik dan prognostik. In:
Timan IS, Wulandari D, editors. Pendidikan berkesinambungan patologi
klinik 2013: makalah lengkap. Jakarta: Departemen Patologi Klinik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2013. p. 196-207.
8.
Takala A, Repo H. Markers for the clinical diagnosis of sepsis. 2004;diunduh
dari
http://www.cli-online.com/fileadmin/pdf/pdf_general/markers-for-the-
clinical-diagnosis-of-sepsis.pdf pada 14 Januari 2013.
9.
Yaegashi Y, Shirakawa K, Sato N, Suzuki Y, Kojika M, Imai S, et al.
Evaluation of newly identified soluble CD14 subtype as a marker of sepsis. J
Infect Chemother.2005;11:234-8.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
51
10. Amersfoort ESV, Berkel TJCV, Kuiper J. Receptors, mediators, and
mechanisms involved in bacterial sepsis and septic shock. Clin Microbiol
Rev.2003;16(3):379-414.
11. Endo S, Suzuki Y, Takahashi G, Shozushima T, Ishikura H, Murai A, et al.
Usefulness of presepsin in the diagnosis of sepsis in a multicenter prospective
study. J Infect Chemother.2012 34:1-7.
12. Mussap M, Puxeddu E, Burrai P, Noto A, Cibecchini F, Testa M, et al.
Soluble CD14 subtype (sCD14-ST) presepsin in critically ill pretern
newborns: preliminary reference
ranges.
J Matern
Fetal Neonatal
Med.2012;25(S5):51-3.
13. Agilli M, Sener I, Yesildal F, Honca T, Aydin I, Agul EO, et al. A new
marker
for
the
diagnosis
of
sepsis:
presepsin.
J
Investig
Biochem.2012;1(1):55-7.
14. Shozushima T, Takahashi G, Matsumoto N, Kojika M, Okamura Y, Endo S.
Usefulness of presepsin (sCD14-ST) measurements as a marker for the
diagnosis and severity of sepsis that satisfied diagnostic criteria of systemic
inflammatory response syndrome. J Infect Chemother.2011;17:764-9.
15. Liu B, Chen Y-X, Yin Q, Zhao Y-Z, Li C-S. Diagnostic value and prognostic
evaluation of presepsin for sepsis in emergency department. Crit
Care.2013;17(R244):1-12.
16. Innate immunity. In: Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S, editors. Cellular and
molecular immunology. 7th ed. Philadelphia: Elsevier; 2012. p. 55-88.
17. Anas AA, Wiersinga WJ, Vos AFd, Poll Tvd. Recent insights into the
pathogenesis of bacterial sepsis. The Nether Jour of Med.2010;68(4):147-52.
18. Gyorfy Z, Duda E, Vizler C. Interactions between LPS moieties and
macrophage
pattern
recognition
receptors.
Vet
Immunol
Immunopathol.2013;152(1-2):28-36.
19. Rittirsch D, Flierl MA, Ward PA. Harmful molecular mechanism in sepsis.
Nat Rev Immunol.2008;8(10):776-87.
20. Reddy RC, Chen GH, Tekchandani PK, Standiford TJ. Sepsis-induced
immunosuppression from bad to worse. Immunol Res.2001;24(3):273-87.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
52
21. Hotchkiss RS, Nicholson DW. Apoptosis and caspases regulate death and
inflammation in sepsis. Nat Rev Immunol.2006;6:813-22.
22. Faix JD. Biomarkers of sepsis. Crit Rev Clin Lab.2013;50(1):23-36.
23. Hoflich C, Meisel C, Volk H-D. The role and measurement of HLA-DR in
septic patients. Adv Sepsis.2005;4(4):134-9.
24. Semeraro N, Ammollo CT, Semeraro F, Colucci M. Sepsis-associated
disseminated intravascular coagulation and thromboembolic disease. Med J
Hematol and Inf Dis.2010;2(3):1-18.
25. Serroukh Y, Djebara S, Lelubre C, Boudjeltia KZ, Biston P, Piagnerelli M.
Alterations of the erythrocyte membrane during sepsis. Crit Care Res
Pract.2012;702956:1-7.
26. O'Brien JM, Ali NA, Aberegg SK, Abraham E. Sepsis. Am J of
Med.2007;120:1012-22.
27. Wang HE, Saphiro NI, Griffin R, Safford MM, Judd S, Howard G. Chronic
medical conditions and risk of sepsis. PLoS ONE.2012;7(10):1-7.
28. Nasa P, Juneja D, Singh O. Severe sepsis and septic shock in the elderly: an
overview. World J Crit Care Med.2012;1(1):23-30.
29. Castle SC. Clinical relevance of age-related immune dysfunction. Clin Infect
Dis.2000;31:578-85.
30. Williams MD, Cooper LABLM, Johnston J, Weiss RV, Qualy RL, LindeZwirble W. Hospitalized cancer patients with severe sepsis: analysis of
incidence, mortality, and associated costs of care. Crit Care.2004;8:R291-8.
31. Graves DT, Kayal RA. Diabetic complication and dysregulated innate
immunity. Front Biosci.2011;13:1227-39.
32. Marsland BJ, Konigshoff M, Saglani S, Eickelberg O. Immune system
dysregulation in chronic lung disease. Eur Respir J.2011;38:500-1.
33. Meyaard L, Miedema F. Immune dysregulation and CD4 + T cell loss in HIV1 infection. Springer Semin Immunopathol.1997;18:285-303.
34. Liu B, Guo C, Liu L, Zhou H, Li L, Si Y, et al. Management and prognosis of
HIV
infected
patients
with
postoperative
sepsis.
Scie
Res
Essay.2011;6(11):2389-94.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
53
35. Levy MM, Fink MP, Marshall JC, Abraham E, Angus D, Cook D, et al. 2001
SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS international sepsis definitions conference.
Int Care Med.2003;29:530-8.
36. Carcillo JA, Planquois J-MS, Goldstein B. Early markers of infection and
sepsis in newborns and children. Adv Sepsis.2006;5(4):118-25.
37. Pierrakos
C,
Vincent
J-L.
Sepsis
biomarkers:
a
review.
Crit
Care.2010;14(R15):1-18.
38. Bozza FA, Bozza PA, Neto HCCF. Beyond sepsis pathophysiology with
cytokines: what is their value as biomarkers for disease severity. Mem Inst
Oswaldo Cruz.2005;100(Suppl. I):217-21.
39. Mitaka C. Clinical laboratory differentiation of infectious versus noninfectious
systemic
inflammatory
response
syndrome.
Clin
Chim
Acta.2005;351:17-29.
40. Procalcitonin new findings relating to synthesis, biochemistry and function of
procalcitonin in infection and sepsis diagnosis. Hennigsdorf: BRAHMS.
41. Palsson-McDermott EM,
O'Neill LAJ.
Signal transduction by the
lipopolysaccharide receptor, toll-like receptor-4. Immunol 2004;113:153-62.
42. Tsukamoto H, Fukudome K, Takao S, Tsuneyoshi N, Kimoto M.
Lipopolysaccaride-binding-protein-mediated toll-like receptor 4 dimerization
enables rapid signal transduction against lipopolysaccharide stimulation on
membrane-associated CD14-expressing cells. Int Immunol.2010;22(4):27180.
43. Piazza M, Calabrese V, Baruffa C, Gioannini T, Weiss J, Peri F. The cationic
amphiphile 3,4-bis(tetradecylosy)benzylamine inhibits LPS signalling by
competing with endotoxin for CD14 binding. Biochem Pharm.2010;80:20506.
44. Ouburg S, Spaargaren J, Hartog JEd, Land JA, Fennema JS, Pleijster J, et al.
The CD!4 functional gene polymorphism -260 C>T is not involved in either
the susceptibility to Chlamydia trachomatis infection or the development of
tubal pathology. BMC Infect Dis.2005;5(114):1-9.
45. Vesy CJ,
Kitchens RL,
Wolfbauer
G,
Albers JJ, Munford RS.
Lipopolysaccharide-binding protein and phospholipid transfer protein release
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
54
lipopolysaccharides from gram-negative bacterial membranes. Infect and
Immun.2000;68(5):2410-7.
46. Kitchens RL, Thompson PA, Viriyakosol S, O'Keefe GE, Munford RS.
Plasma CD14 decreases monocyte responses to LPS by tranferring cell-bound
LPS to plasma lipoproteins. J Clin Invest.2001;108:485-93.
47. Sandler NG, Wand H, Roque A, Law M, Nason MC, Nixon CE, et al. Plasma
levels of soluble CD14 independently predict mortality in HIV infection. J of
Infect Dis.2011;203:780-90.
48. Gutsmann T, Muller M, Carroll SF, MacKenzie RC, Wiese A, Seydel U.
Dual role of lipopolysaccharide (LPS)-binding protein in neutralization of
LPS and enhancement of LPS-induced activation of mononuclear cells. Infect
and Immun.2001;69(11):6942-50.
49. Skrupky LP, Kerby PW, Hotchkiss RS. Advances in the management of
sepsis and in the understanding of key immunologic defects of the disorder.
Anesth.2011;115(6):1349-62.
50. Anas A, Poll Tvd, Vos AFd. Role of CD14 in lung inflammation and
infection. Crit Care.2010;14(209):1-8.
51. Bas S, Gauthier BR, Spenato U, Stingelin S, Gabay C. CD14 is an acutephase protein. J of Immunol.2004;172:4470-9.
52. Landmann R, Reber AM, Sansano S, Zimmerli W. Function of soluble CD14
in serum from patients with septic shock. J of Infect Dis.1996;173:661-8.
53. Hozumi H, Tada R, Murakami T, Adachi Y, Ohno N. Comparative analysis
of hepatic CD14 expression between two different endotoxin shock model
mice: relation between hepatic injury and CD14 expression. PLOS
One.2013;8(1):1-10.
54. Bufler P, Stiegler G, Schuchmann M, Hess S, Kruger C, Stelter F, et al.
Soluble lipopolysaccharide receptor (CD14) is released via two different
mechanism from human monocytes and CD14 transfectants. Eur J
Immunol.1995;25:604-10.
55. Cohen J. The immunopathogenesis of sepsis. Nature.2002;420:885-91.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
55
56. Pal A, Sharma A, Bhattacharya TK, Chatterjee PN, Chakravarty AK.
Molecular characterization and SNP detection of CD14 gene of crossbred
cattle. Molec Biol Internat.2011;2011(2011):1-13.
57. Pan Z, Zhou L, Hetherington CJ, Zhang D-E. Hepatocytes contribute to
soluble CD14 production and CD14 expression is differentially regulated in
hepatocytes and monocytes. J Biol Chem.2000;275(46):36430-5.
58. Li S-W, Gong J-P, Wu C-X, Shi Y-J, Liu C-A. Lipopolysaccharide induced
synthesis of CD14 proteins and its gene expression in hepatocytes during
endotoxemia. World J Gastroenterol.2002;8(1):124-7.
59. Ferrero E, Goyert SM. Nucleotide sequence of the gene encoding the
monocyte differentiation antigen, CD14. Nucl Acids Res.1988;16(9):4173.
60. Presepsin mechanismdiunduh dari http://presepsin.com/mechanism.html pada
1 Maret 2013: Available from: http://presepsin.com/mechanism.html.
61. New sepsis marker PATHFAST presepsin. Mitsubishi Chemical Medience
Corporation. Tokyo.
62. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH.
Perkiraan besar sampel. In: Sastroasmoro S, Ismael S, editors. Dasar-dasar
metodologi penelitian klinis. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2008. p. 302-31.
63. PATHFAST presepsin.
Mitsubishi Chemical Medience Corporation.
Tokyo2011.
64. Ulla M, Pizzolato E, Lucchiari M, Loiacono M, Soardo F, Forno D, et al.
Diagnostic and prognostic value of presepsin in the management of sepsis in
the
emergency
department:
a
multicenter
prospective
study.
Crit
Care.2013;17(R168):1-8.
65. Zhao Y, Li C, Jia Y. Evaluation of the mortality in emergency department
sepsis score combined with procalcitonin in septic patients. Am J Emerg
Med.2013;31:1086-91.
66. Spanuth E, Wilhelm J, Loppnow H, Ebelt H, Ivandic B, Werdan K, editors.
Diagnostic and prognostic value of presepsin (soluble CD14 subtype) in
emergency patients with early sepsis using the new assay PATHFAST
presepsin. 21st International Congress of Clinical Chemistry and Laboratory
Medicine; 2011; Berlin: IFCC-WorldLab.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
56
67. Otto GP, Sossdorf M, Claus RA, Rodel J, Menge K, Reinhart K, et al. The
late phase of sepsis is characterized by an increased microbiological burden
and death rate. Crit Care.2011;15(R183):1-8.
68. Marino R, Struck J, Maisel AS, Magrini L, Bergmann A, Somma SD. Plasma
adrenomedullin is associated with short-term mortality and vasopressor
requirement in patients admitted with sepsis. Crit Care.2014;18(R34):1-7.
69. Sundararajan V, Korman T, Macisaac C, Presneill JJ, Cade JF, Visvanathan
K. The microbiology and outcome of sepsis in Victoria, Australia. Epidemiol
Infect.2006;134:307-14.
70. Murdoch DR. Microbiological patterns in sepsis: what happened in the last 20
years? Intern J Antimicr Agents.2009;34S:S5-8.
71. Chenevier-Gobeaux C, Trabattoni E, Roelens M, Borderie D, Claessens Y-E.
Presepsin (sCD14-ST) in emergency department: the need for adapted
threshold values? Clin Chim Acta.2014;427:34-6.
72. Kang C-I, Song J-H, Chung DR, Peck KR, Ko KS, Yeom J-S, et al. Risk
factors and pathogenic significance of severe sepsis and septic shock in 2286
patients with gram-negative bacteremia. J Infect.2011;62:26-33.
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
57
Lampiran 1. Data karakteristik subyek
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Jenis
Kelamin
Usia
(tahun)
Diagnosis saat
masuk
Wanita
Wanita
Pria
Pria
Wanita
Wanita
Wanita
Wanita
Pria
Wanita
Pria
Pria
Wanita
Pria
Pria
Wanita
Wanita
Wanita
Wanita
53
62
62
53
47
53
25
24
33
54
29
83
37
52
68
70
49
51
68
Wanita
Wanita
Pria
Pria
Pria
Pria
Wanita
Pria
Pria
Wanita
Pria
Wanita
Pria
Wanita
Pria
70
46
51
45
46
43
30
20
52
48
28
83
53
47
47
Wanita
24
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
Meninggal
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Interval
sampai
meninggal
(hari)
10
12
8
21
3
10
28
4
sCD14-ST
(pg/mL)
10762
491
1936
861
2416
186
180
2105
538
170
359
453
865
2218
515
1920
340
246
222
650
502
850
289
1127
561
533
164
3751
379
170
524
2779
993
7408
1004
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
58
No
Jenis
Kelamin
Usia
(tahun)
Diagnosis saat
masuk
Meninggal
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
Wanita
Wanita
Wanita
Wanita
Pria
Pria
Pria
Pria
Pria
Pria
Wanita
Pria
Pria
Pria
Pria
Wanita
Wanita
Pria
Wanita
Pria
Wanita
Pria
Wanita
Pria
Pria
Pria
Wanita
Wanita
Pria
Pria
50
21
59
53
55
45
85
72
49
80
80
51
54
66
53
91
52
62
60
19
76
61
25
65
66
51
39
47
67
48
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
sepsis berat
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
syok sepsis
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Interval
sampai
meninggal
(hari)
16
2
11
6
8
4
2
4
2
6
3
6
2
1
1
6
7
3
1
11
sCD14-ST
(pg/mL)
3003
875
618
3023
502
2615
1661
808
1408
1615
1684
1619
1637
888
1048
1265
704
1526
715
2485
2298
883
427
738
423
13433
4016
8222
8233
466
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
59
Lampiran 2. Data penyebab dan terapi
Terapi
Karbapenem
Interval
Terapi
antibiotik - Vasopresor
pengambilan
/Produk
sampel
Darah
sCD14ST
(pg/mL)
No
Sumber Infeksi
Mikroorganisme
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Infeksi kulit & jar. Lunak
pneumonia
infeksi intraabdomen
infeksi intraabdomen
pneumonia
pneumonia
pneumonia
pneumonia
infeksi intraabdomen
pneumonia
infeksi intraabdomen
pneumonia
infeksi intraabdomen
pneumonia
pneumonia
pneumonia
pneumonia
pneumonia
pneumonia
Gram negatif
Steril
Gram negatif
Gram negatif
Gram negatif
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Gram negatif
Jamur
Tidak tumbuh
Gram positif, Jamur
Tidak diperiksa
Gram negatif
Steril
Gram negatif
Steril
Gram negatif
Gram positif, Gram
negatif, Jamur
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
25 - 48 jam
0 - 24 jam
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
10762
491
1936
861
2416
186
180
2105
538
170
359
453
865
2218
515
1920
340
246
222
20
21
22
23
24
infeksi intraabdomen
pneumonia
pneumonia
pneumonia
Infeksi kulit & jar. Lunak
Tidak diperiksa
Gram negatif
Gram negatif
Tidak diperiksa
Gram positif, Gram
negatif
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
25 - 48 jam
25 - 48 jam
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
650
502
850
289
1127
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Infeksi kulit & jar. Lunak
Infeksi kulit & jar. Lunak
infeksi intraabdomen
Infeksi kulit & jar. Lunak
pneumonia
pneumonia
Infeksi kulit & jar. Lunak
infeksi intraabdomen
Infeksi kulit & jar. Lunak
ISK
Gram negatif
Gram negatif
Tidak diperiksa
Gram negatif
Tidak diperiksa
Steril
Gram negatif
Gram negatif, Jamur
Tidak diperiksa
Gram positif, Gram
negatif, Jamur
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
561
533
164
3751
379
170
524
2779
993
7408
35
pneumonia
Gram negatif
Ya
0 - 24 jam
Tidak
1004
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
60
Terapi
Karbapenem
Interval
Terapi
antibiotik - Vasopresor
pengambilan
/Produk
sampel
Darah
sCD14ST
(pg/mL)
No
Sumber Infeksi
Mikroorganisme
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
infeksi intraabdomen
pneumonia
pneumonia
infeksi intraabdomen
infeksi intraabdomen
pneumonia
pneumonia
pneumonia
infeksi intraabdomen
pneumonia
Infeksi kulit & jar. Lunak
ISK
pneumonia
Infeksi kulit & jar. Lunak
Infeksi kulit & jar. Lunak
pneumonia
Infeksi kulit & jar. Lunak
Infeksi kulit & jar. Lunak
pneumonia
pneumonia
pneumonia
infeksi intraabdomen
pneumonia
pneumonia
pneumonia
Infeksi kulit & jar. Lunak
ISK
Gram negatif
Gram positif
Gram negatif, Jamur
Tidak diperiksa
Steril
Tidak diperiksa
Gram positif
Jamur
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Jamur
Gram negatif
Steril
Gram negatif
Tidak diperiksa
Steril
Tidak diperiksa
Steril
Steril
Tidak diperiksa
Gram negatif
Tidak diperiksa
Gram positif, Jamur
Gram negatif
Gram positif, Jamur
Gram positif, Gram
negatif
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
25 - 48 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
25 - 48 jam
0 - 24 jam
25 - 48 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
25 - 48 jam
25 - 48 jam
0 - 24 jam
25 - 48 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
0 - 24 jam
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
3003
875
618
3023
502
2615
1661
808
1408
1615
1684
1619
1637
888
1048
1265
704
1526
715
2485
2298
883
427
738
423
13433
4016
63
64
65
Infeksi kulit & jar. Lunak
pneumonia
infeksi intraabdomen
Jamur
Steril
Gram negatif
Ya
Tidak
Ya
0 - 24 jam
0 - 24 jam
25 - 48 jam
Ya
Ya
Ya
8222
8233
466
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
61
Lampiran 3. Data variabel luar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Usia
Lanjut
(>65
tahun)
DM
Keganasan
PPK
sCD14-ST
(pg/mL)
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
10762
491
1936
861
2416
186
180
2105
538
170
359
453
865
2218
515
1920
340
246
222
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
650
502
850
289
1127
561
533
164
3751
379
170
524
2779
993
7408
1004
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
62
No
Usia
Lanjut
(>65
tahun)
DM
Keganasan
PPK
sCD14-ST
(pg/mL)
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
3003
875
618
3023
502
2615
1661
808
1408
1615
1684
1619
1637
888
1048
1265
704
1526
715
2485
2298
883
427
738
423
13433
4016
8222
8233
466
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
63
Lampiran 4. Persetujuan komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Subtipe cluster ..., Natalia Wistriany, FK UI, 2014
Download