5 BAB II TINJAUAN PUSTAKAAN 2.1 Anatomi dan Histologi Kulit Manusia Kulit manusia merupakan organ yang paling luas pada tubuh, dengan luas permukaan sekitar 1,8 m,2 dangan berat kurang lebih 16% dari berat badan manusia. Kulit memiliki banyak fungsi, fungsi terpenting yaitu untuk melindungi tubuh dari faktor luar berbahaya dan menjaga sistem dalam tubuh tetap utuh.2,29 Kulit terdiri dari 3 lapisan: lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis.29 Tujuh fungsi utama kulit yaitu: (1) Pelindung, stratum korneum merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel mati yang mencegah infeksi yang masuk ke dalam kulit. Lapisan ini juga tahan air, mencegah kehilangan atau masuknya cairan. Keseimbangan pH asam menghambat pertumbuhan bakteri. Lapisan ini melindungi dari kerusakan mekanis seperti abrasi dan keretakan, melindungi dari efek sinar matahari (sinar ultraviolet), melalui pengaturan melanin yang dihasilkan oleh sel melanosit. Ketika kulit terpapar sinar matahari, sel menghasilkan lebih banyak melanin yang timbul sebagai warna kecokelatan akibat sinar matahari; (2) Pengatur panas tubuh, suhu tubuh dikontrol dengan merasakan suhu lingkungan melalui ujung saraf dan kemudian menyesuaikan aliran darah dan produksi keringat dengan menghasilkan lebih banyak keringat dari kelenjar keringat yang mengalami evaporasi dan dengan dilatasi pembuluh darah untuk mengurangi suhu tubuh dan cara sebaliknya untuk meningkatkan suhu tubuh; (3) Sensasi, dengan adanya banyak ujung saraf berakhir di lapisan dermis, kulit menjadi mampu merasakan banyak Universitas Sumatera Utara 6 benda seperti suhu lingkungan, tekanan, getaran, sentuhan dan rasa sakit dan kemudian bereaksi sesuai rangsangan; (4) Absorpsi, walaupun kulit tahan air, beberapa bahan larut lemak dapat melakukan penetrasi, termasuk vitamin laruk lemak, oksigen, karbon dioksida, beberapa obat dan juga bahan toksik; (5) Sekresi sebum disekresikan dari kelenjar sebasea, sebum menyeimbangi lapisan keasaman kulit. Sebum menyebabkan kulit berminyak jika produksinya berlebihan. Sebum melembabkan kulit dan menjaga kulit tetap lembut, sehingga mencegah keretakan dan terbukanya kulit; (6) Eliminasi, sejumlah kecil urea, asam urat, ammonia dan asam laktat dikeluarkan tubuh di keringat yang dihasilkan oleh kelenjar keringat; dan (7) Pembentukan vitamin D, kulit dengan bantuan UVB membentuk vitamin D. Sinar UV mengubah zat lemak yang disebut Ergosterol menjadi vitamin D yang bersirkulasi di dalam tubuh dan digunakan dalam pembentukan dan perawatan tulang bersama dengan kalsium dan fosfor.29 Gambar 2.1. Diagram tiga dimensi kulit, meliputi folikel rambut.19 Universitas Sumatera Utara 7 2.1.1 Lapisan Epidermis Lapisan epidermis terdiri dari epitel skuamous berlapis yang merupakan keratinosit, bergabung dengan melanosit, sel Langerhans dan sel Merkel.30 Fungsi utama lapisan ini yaitu sebagai lapisan pelindung. Sel terpenting pada lapisan epidermis adalah keratinosit, yang menghasilkan protein keratin.2 Lapisan epidermis berbatasan dengan lapisan dermis dengan bentuk yang bergelombang, lapisan epidermis yang menonjol ke bawah (epidermal ridges atau pegs) dan lapisan dermis yang menonjol ke atas (papillae dermis).19 Lapisan epidermis tidak mengandung pembuluh darah, ketebalannya bervariasi, kurang dari 0,1 mm pada kelopak mata sampai hampir 1 mm pada telapak tangan dan kaki. Sel yang dihasilkan naik didorong oleh aktivitas mitotik ke permukaan, melewati lapisan spinosum dan lapisan granulosum sebelum menjadi lapisan tanduk (corneum). Perjalanan dari lapisan basal ke permukaan (pergantian lapisan epidermis atau turn over time) berlangsung sekitar 60 hari. Selama waktu ini, penampilan sel berubah (Gambar 2.2).19 Universitas Sumatera Utara 8 Gambar 2.2. Perubahan selama keratinisasi.19 Empat lapisan epidermis mewakili tahap-tahap maturasi keratin oleh keratinosit yaitu: (1) Lapisan basal (stratum basale), terletak pada membran basalis, yang melekat pada lapisan dermis, merupakan lapisan sel kolumnar tunggal.19 Sel-sel mengandung tonofibril keratin dan melekatkan pada membran basalis oleh hemidesmosom (Gambar 2.3). Melanosit mengisi 5-10% populasi sel basal. Sel-sel ini mensintesis melanin dan mengirimkannya melalui proses dendritik menuju keratinosit di sekitarnya. Melanosit paling banyak terdapat pada wajah dan bagian tubuh lain yang terpapar. Sel Merkel juga ditemukan pada lapisan ini, walaupun jarang. Sel-sel ini dihubungkan dengan ujung saraf -saraf kutaneus dan memiliki peranan dalam sensasi/rangsangan. Sitoplasma mengandung granula neuropeptida, seperti filamen-filamen saraf dan keratin; (2) Lapisan spinosum (stratum spinosum), sebagian sel basal bergerak ke atas untuk membentuk sel polihedral lapisan ini dihubungkan oleh desmosom (terlihat seperti duri pada mikroskop cahaya). Universitas Sumatera Utara 9 Tonofibril keratin membentuk tautan sitoplasma pada sel ini. Sel Langerhans terbanyak ditemukan pada lapisan ini; (3) Lapisan sel granuler (stratum granulosum), sel-sel menjadi rata dan kehilangan nukleusnya pada lapisan sel granuler. Granul keratohialin terlihat pada sitoplasma; (4) Lapisan tanduk (stratum corneum), hasil akhir maturasi keratinosit, yang terdiri dari beberapa lapis sel-sel tanduk polihedra yang saling tumpang tindih, tanpa adanya nukleus (korneosit). Lapisan ini merupakan lapisan beberapa sel tebal pada telapak tangan dan telapak kaki, tetapi kurang tebal di bagian tubuh lainnya. Penutup sel korneosit diperluas, dan sitoplasma digantikan oleh tonofibril keratin di dalam matriks dibentuk dari granul keratohialin.2 Gambar 2.3. Anatomi lapisan epidermis potongan melintang. (a) Lapisan epidermis dan struktur lainnya. (b) Gambaran daerah membran basalis pada dermo-epidermal junction. Komponen tersusun dalam tiga lapisan. Lamina lucida dilalui oleh filamen yang menghubungkan sel basal dengan lamina densa, yang mengaitkan fibril sampai lapisan papillar dermis. Lamina ini juga merupakan tempat kelainan bullosa tertentu.2 Universitas Sumatera Utara 10 2.1.2 Lapisan Dermis Lapisan dermis merupakan matriks jaringan ikat pendukung yang kuat, ditemukan langsung di bawah dan berhubungan erat dengan lapisan epidermis.2 Lapisan dermis terletak antara lapisan epidermis dan lemak subkutan. Lapisan dermis menyokong lapisan epidermis dari segi struktur dan nutrisi.9 Lapisan ini bervariasi ketebalannya, dari tipis (0,6 mm) pada kelopak mata dan tebal (3 mm atau lebih) di punggung, telapak tangan dan kaki. Lapisan papillar dermis terletak di bawah dan berlekatan dengan pembatas lapisan epidermis (rete ridges). Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat kolagen longgar, secara horizontal dan bergelombang ditemukan di lapisan retikuler dermis yang lebih dalam dan lebih tebal.2 Serat-serat kolagen mengisi 70% lapisan dermis memberikan kekuatan dan kepadatan struktur lapisan. Serat elastin tersusun longgar di dalam semua lapisan dermis dan memberikan elastisitas kepada kulit.2 Serat elastin terdapat sebanyak 2% dari berat lapisan dermis orang dewasa.19 Serat elastin terdapat banyak di dekat folikel rambut dan kelenjar keringat, dan sedikit pada lapisan papillar dermis. Isi lapisan dermis bagian bawah merupakan matriks glikosaminoglikan (GAG) yang kurang padat, menyebabkan struktur lapisan dermis dapat bergerak.2 Lapisan dermis bagian bawah memiliki beberapa fungsi: mengikat air, menyediakan nutrisi, hormon, dan zat-zat yang dibuang melewati lapisan dermis; berperan sebagai pelumas antara kolagen dan serat elastin selama pergerakan kulit; dan memungkinkan lapisan dermis berperan sebagai bantalan dari trauma.19 Lapisan dermis mengandung fibroblast (yang mensintesis kolagen, elastin, jaringan ikat lain Universitas Sumatera Utara 11 dan GAG), dendrosit dermis (sel-sel dendrit dengan fungsi imun), sel mast, makrofag dan limfosit.2 2.1.3 Lapisan Subkutaneus Lapisan kulit terdalam yaitu lapisan subkutis.1 Subkutis terdiri dari jaringan ikat longgar dan lemak (sampai ketebalan 3 cm pada lapisan perut).2 Lapisan subkutis membantu tubuh menjaga panas tubuh dan melindungi organ tubuh dari trauma.24 2.2 Kanker Kulit Kanker kulit merupakan kanker terbanyak di Amerika Serikat, dengan insidensi yang semakin tinggi. Kanker kulit dikelompokkan ke dalam 2 kelompok utama yaitu kanker kulit melanoma dan kanker kulit bukan melanoma. Kelompok kanker kulit bukan melanoma terdiri dari KSB dan KSS. Sekitar 1.200.000 kasus kanker kulit bukan melanoma berkembang setiap tahunnya di Amerika Serikat.9 Kebanyakan tumor merupakan kanker sel basal. Kanker sel skuamosa jarang terjadi.16 Kanker kulit bukan melanoma ini jarang menyebabkan kematian, tetapi jika tumor ini diabaikan, tumor ini akan merusak jaringan di sekitarnya.1 Universitas Sumatera Utara 12 Tabel 2.1. Pembagian kanker kulit berdasarkan WHO5 2.3 Karsinoma Sel Basal KSB adalah tumor ganas pada kulit yang berasal dari sel-sel primordial pluripotensial di lapisan basal epidermis, dan dapat juga berasal dari selubung akar luar folikel rambut atau kelenjar sebasea, atau adneksa kulit lainnya.1-4 Sel epitelnya lebih mirip dengan sel germinatif folikel rambut dibandingkan lapisan sel basal epidermis sendiri.4 Tumor ini juga merupakan tumor fibroepitelial yang terdiri dari komponen stroma (jaringan ikat fibrous) dan epitelial, dengan ciri-ciri adanya lobulus-lobulus, kolom-kolom, pita-pita, dan korda dari sel-sel basaloid (sel germinativum).5 KSB merupakan salah satu tipe dari Non Melanoma Skin Cancer Universitas Sumatera Utara 13 (NMSC) 3,6,8 dan termasuk dalam tumor keratinositik menurut klasifikasi WHO.5,11 Nama lain dari KSB adalah basalioma, basal cell epithelioma, ulkus rodens, ulkus Jacob, tumor Kromprecher, dan karsinoma trikhoblastik.5 2.3.1 Epidemiologi KSB merupakan jenis kanker terbanyak pada kulit 2,3,10,16-19 dan penyakit keganasan tersering pada manusia.1,3,11,13,16,20,22 Insidennya 80% dari seluruh keganasan epidermal dan 80% dari seluruh non melanoma skin cancer. 13,21 Menurut data American Cancer Society (2000), 75% dari seluruh kanker kulit adalah KSB, dan data ACS (2008) dijumpai lebih dari 1 juta kasus baru.9 Tumor ini juga merupakan kanker kulit terbanyak di Amerika Serikat dan Australia.3,8,14,23 Australia merupakan negara dengan insiden KSB tertinggi di dunia.1,8,10,15,22-23 Angka kejadian KSB meningkat pada kelompok usia yang lebih tua di mana pada usia tua laki-laki lebih sering daripada perempuan, namun pada usia yang lebih muda perempuan cenderung lebih sering dijumpai daripada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh peningkatan paparan terhadap sinar matahari, sehubungan dengan proses pencokelatan kulit. KSB nodular terjadi pada usia lebih lanjut daripada KSB superfisial dan lebih sering terjadi pada kepala sementara tubuh merupakan tempat paling sering untuk tumor superfisial.5 KSB dapat terjadi di mana saja pada tubuh.31 Namun lokasi tersering adalah area yang sering terpapar oleh sinar matahari. Daerah kepala dan leher adalah lokasi terbanyak untuk KSB, yakni sekitar 85%.1,9,13-14,16-17,30,32-33 Hanya sekitar 10-15% saja terjadi pada pada kulit yang terlindung dari paparan sinar matahari.1,9,20,30,32-33 Universitas Sumatera Utara 14 Tumor ini dapat dijumpai pada daerah wajah, dahi, tubuh bagian atas, punggung, telinga, bahu, dan tangan.2,13,18,20,33 2.3.2. Etiologi Faktor risiko terjadinya KSB yaitu: (1) Paparan terhadap sinar ultraviolet (UV), radiasi UV diperkirakan menjadi faktor resiko utama untuk kebanyakan kanker kulit. Paparan terhadap sinar matahari merupakan sumber utama sinar UV, yang dapat merusak DNA di sel kulit. Orang-orang yang banyak terpapar sinar matahari dari sumber ini, memiliki resiko kanker kulit yang lebih besar.30,34 Radiasi ultraviolet dibagi ke dalam 3 rentang panjang gelombang, yaitu: (a) UVA menyinari sel-sel tua dan dapat merusak DNA sel. Hal ini berhubungan dengan kerusakan kulit jangka panjang seperti terbentuk kerutan, dan diperkirakan memegang peranan pada beberapa kanker kulit;30 (b) Sinar UVB (290-320 nm) dapat merusak DNA secara langsung, dan menjadi penyebab utama kulit terbakar sinar matahari. Sinar UVB juga diperkirakan menyebabkan kebanyakan kanker kulit;22,30 dan (c) Sinar UVC tidak melewati atmosfer bumi karena itu tidak terdapat pada sinar matahari, sinar UVC tidak menyebabkan kanker kulit.16 Ketika sinar UVA dan UVB terdapat dalam sebagian kecil sinar matahari, sinar-sinar ini menjadi penyebab utama efek kerusakan sinar matahari pada kulit. Sinar UV merusak DNA sel kulit. Kanker kulit mulai terjadi saat kerusakan ini mempengaruhi DNA gen yang mengontrol pertumbuhan sel kulit. Kedua sinar UVA dan UVB dapat merusak kulit dan menyebabkan kanker kulit. Sinar UVB lebih berpotensi menyebabkan beberapa kanker kulit, tetapi berdasarkan pengetahuan sekarang ini, tidak ada sinar UV yang aman.16 Jumlah paparan sinar UV Universitas Sumatera Utara 15 yang mengenai seseorang tergantung pada kekuatan sinarnya, lama paparan sinar terhadap kulit, dan apakah kulit dilindungi dengan pakaian atau krim pelindung sinar matahari;30 (2) Memiliki kulit terang, risiko kanker kulit lebih tinggi untuk orang berkulit putih daripada orang Afrika Amerika atau Hispanik. Hal ini disebabkan efek protektif pigmen kulit melanin pada orang-orang berkulit gelap. Orang berkulit putih dengan kulit berwarna terang sangat mudah terbakar oleh paparan sinar matahari sehingga sangat berisiko tinggi. Hal ini merupakan salah satu alasan angka kejadian kanker kulit yang tinggi di Australia.1 Albinisme merupakan kelainan kongenital akan pigmen pelindung kulit. Orang-orang dengan keadaan ini akan memiliki kulit putih-kemerahan dan rambut putih. Mereka memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker kulit jika mereka tidak berhati-hati melindungi kulit mereka;30 (3) Usia yang lebih tua, risiko kanker kulit sel basal dan sel skuamosa meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena paparan sinar matahari yang semakin tinggi. Kanker ini sekarang terlihat pada orang berusia lebih muda, hal ini disebabkan mereka lebih banyak menghabiskan waktu di bawah sinar matahari dengan kulit mereka yang terpapar sinar matahari;30 (4) Jenis Kelamin, lakilaki berjumlah 2 kali lebih banyak daripada perempuan, yang menderita kanker sel basal. Hal ini diperkirakan akibat tingginya tingkat paparan terhadap sinar matahari;30 (5) Paparan terhadap bahan kimia tertentu, paparan terhadap zat arsen dalam jumlah besar meningkatkan risiko berkembangnya kanker kulit bukan melanoma. Zat arsen merupakan suatu zat logam berat yang ditemukan alamiah di air sumur beberapa daerah. Zat arsen ini juga digunakan untuk membuat beberapa pestisida.16 Para pekerja yang terpapar pada bahan industri tar, batu bara, minyak tanah, dan minyak Universitas Sumatera Utara 16 lainnya dapat juga memiliki peningkatan risiko kanker kulit bukan melanoma;1,2,16 (6) Paparan Radiasi, orang-orang yang menjalani terapi radiasi memiliki risiko berkembangnya kanker kulit yang lebih tinggi di bagian tubuh yang mendapatkan pengobatan. Hal ini menjadi perhatian khusus pada anak-anak yang telah menjalani terapi radiasi kanker;30,35 (7) Seseorang yang sebelumnya pernah menderita kanker kulit skuamosa, memiliki kemungkinan perkembangan kanker kulit lain yang lebih tinggi;21,30 (8) Inflamasi kulit jangka panjang atau luka berat, jaringan parut dari kulit terbakar yang berat, daerah kulit di sertai infeksi tulang berat, dan kulit yang rusak oleh beberapa penyakit kulit inflamasi berat, lebih cenderung mengalami kanker kulit, walaupun risiko ini kecil;1,30 (9) Pengobatan psoriasis, psoralens 1,35 dan pengobatan menggunakan sinar ultraviolet (psoralens and ultraviolet light treatments/PUVA) diberikan kepada beberapa pasien dengan psoriasis (penyakit kulit inflamasi yang berlangsung lama), dapat meningkatkan risiko berkembangnya kanker kulit sel skuamosa dan mungkin juga mengembangkan kanker kulit lainnya;30 (10) Xeroderma pigmentosum (XP), penyakit yang sangat jarang diturunkan ini mengurangi kemampuan kulit memperbaiki kerusakan DNA akibat paparan sinar matahari. Orang-orang dengan kelainan ini sering menderita beberapa kanker kulit, dimulai sejak masa kanak-kanak;30 (11) Sindrom nevus sel basal (sindrom Gorlin), pada keadaan kongenital yang jarang ini, orang akan mengalami beberapa kanker kulit sepanjang masa hidupnya;16 (12) Penurunan imunitas, sistem imun tubuh membantu tubuh melawan kanker kulit dan kanker organ lain. Orang-orang dengan sistem imun lemah (dari penyakit tertentu atau akibat pengobatan medis) lebih mudah menderita kanker kulit bukan melanoma, meliputi karsinoma sel skuamosa dan jenis Universitas Sumatera Utara 17 kanker seperti sarkoma Kaposi dan karsinoma sel Merkel.1,21,30 menyebabkan kematian.16 Pengobatan dengan dosis tinggi kortikosteroid dapat juga menekan sistem imun tubuh. Hal ini juga meningkatkan risiko kanker kulit seseorang;16 (13) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV), human papilloma viruses (HPVs) merupakan kelompok virus yang dapat menyebabkan papilloma, atau kutil. Kutil yang biasanya terjadi di tangan dan kaki, tidak berhubungan dengan bentuk kanker apapun. Tetapi beberapa jenis HPV, terutama jenis HPV yang sering diderita di daerah genitalia dan anal, diperkirakan berhubungan dengan kanker kulit; (14) Kebiasaan merokok, orangorang yang merokok cenderung lebih sering menderita kanker kulit sel skuamosa, terutama di bibir. Merokok diketahui bukan merupakan faktor resiko untuk kanker sel basal;30 (15) Faktor lain, seperti individu dengan mata biru atau hijau, kulit berbintikbintik, rambut merah atau pirang, sindrom Rasmussen, sindrom Rothmund-Thomsen, sindrom Bazex dan penyakit Darier.1,3,20,35 2.3.3 Patogenesis KSB dapat diturunkan dalam pola autosom dominan akibat mutasi gen yang terletak pada kromosom 9q22.3-q31.29 Radiasi sinar ultraviolet B (UVB) dianggap merupakan faktor penting yang memicu tumor. Radiasi UVB merusak DNA dan merusak sistem tubuh, dan mengubah sistem imun yang menyebabkan perubahan genetik progresif dan pembentukan neoplasma.21 CYLD merupakan gen yang mengkode protein mengatur berbagai proses sel seperti proliferasi sel dan pertahanan sel. Mutasi dan loss of heterozygocity gen CYLD menyebabkan perkembangan cylindromatosis, tumor jinak yang berasal dari kulit. Universitas Sumatera Utara 18 Kuphal, et al. menemukan bahwa supresi CYLD memiliki peranan penting dalam progresi KSB.3 Sekitar 30% dan 75% kasus sporadik, berhubungan dengan gen hedgehog (PTCH) yang merupakan gen supresor tumor yang terletak di 9q22 (PTCH1) dan 1p32 (PTCH2).11 Gen ini juga dalam semua kasus berhubungan dengan sindrom nevus sel basal. Perubahan genetik lainnya juga dijelaskan pada percobaan dengan aktivasi lintasan penyinalan hedgehog.5,12 Selain itu, ada hubungan KSB dengan abnormalitas gen hedgehog sonik. Hipotesis ini selanjutnya diperkuat dengan jarangnya lesi mukosa dan palmoplantar, yang tidak mengandung folikel rambut. Baskurt dkk. melaporkan dua saudara laki-laki yang mengalami albinisme dan samasama mengalami KSB pada daerah tubuh mereka. Hal ini menunjukkan perkembangan keganasan yang sama pada masa hidup sama pada lokasi yang sama, mengingatkan akan pentingnya peranan genetik.3 Lee, et al. mempublikasikan satu laporan kasus mengenai ekspresi RUNX3 pada kanker kulit. Mereka menemukan bahwa ekspresi RUNX3 yang tinggi terdapat pada beberapa kanker. Sebagai hasilnya, mereka memperkirakan bahwa RUNX3 memiliki potensi onkogenik pada kanker kulit.3 Aktivasi faktor Gli-1 memicu transkripsi beberapa onkogen yang terlibat dalam perkembangan KSB dan keganasan lain. Gen lain penyebab KSB yaitu gen SMO2 yang merupakan protein yang terdapat pada membran yang diekspresikan oleh gen SMO. Chinem, et al. melaporkan bahwa mutasi pada gen SMO terdapat pada 10-21% kasus KSB, mutasi pada gen p53 terdapat pada 50% kasus, walaupun gen p53 lebih berhubungan dengan progresi dari pada penyebab asal KSB.3,11 Universitas Sumatera Utara 19 Fernandez-Flores melaporkan satu kasus mengenai imunosupresi D2-40 pada penyebab KSB. Mereka melaporkan bahwa ekspresi imun ini merupakan konotasi prognosis pada karsinoma organ lain selain kulit. Pada kasus mereka, pertumbuhan yang cepat telah terlihat dalam beberapa bulan terakhir.3 Pertumbuhan dan perkembangan beberapa KSB dihubungkan dengan polimorfisme genetik pada glutathione S-transferase, NADPH dan sitokrom P-450. Juga trisomy kromosom 6 berhubungan dengan peningkatan agresifitas KSB.3 2.3.4 Gambaran Klinis KSB secara spesifik menunjukkan tampilan mutiara disertai telangiektasia yang dapat muncul sebagai papula atau nodulus yang dapat mengalami ulserasi. Gambaran ini mungkin lebih terlihat pada bentuk superfisial yang muncul sebagai plak eritematosa di daerah dermatitis. Lesi menyerupai jaringan parut pucat dapat muncul pada KSB dan KSB ini tumbuh perlahan-lahan selama bertahun-tahun. KSB berpigmen dapat menyerupai melanoma, tetapi biasanya dapat dibedakan dengan adanya komponen mutiara.5 Keterlambatan dalam dignosis klinik dapat terjadi pada KSB yang terdapat dalam bagian tubuh yang tidak terpapar sinar matahari seperti daerah perianal atau daerah di antara sela-sela jari kaki, terjadinya pada usia muda dengan pertumbuhan tumor yang sangat lambat, atau plak-plak eritematosa superfisial yang muncul sebagai dermatitis atau tumor sebagai komplikasi jaringan parut, rhinophyma atau ulkus vena.5 Universitas Sumatera Utara 20 Di negara dengan angka kejadian KSB yang tinggi, belum ditemukan adanya satu individu dapat menderita beberapa KSB sekaligus, pemeriksaan rutin diperlukan untuk mengetahui adanya tumor kulit baru. Pengangkatan tidak lengkap dari lesi KSB dapat menyebabkan kekambuhan yang lambat tidak diketahui selama bertahuntahun, terutama jika kekambuhan tumor letaknya lebih dalam.5 2.3.5 Gambaran Histopatologi Berbagai varian KSB dengan gambaran histopatologi yaitu lobulus, kolum, jaringan ikat dan sel basaloid (sel germinativum) berhubungan dengan sedikit sitoplasma dan gambaran sel menyerupai palisading, dengan stroma fibromyxoid longgar di sekitarnya. Adanya ruang retraksi antara tumor dan stroma bisa dijumpai. Interaksi tumor-stroma terjadi oleh karena kurangnya karakteristik hemidesmosom yang melekatkan lapisan epidermis normal terhadap lapisan dermis. Pelepasan keratin ke dalam stroma sebagai hasil apoptosis dapat menyebabkan pembentukan deposit amiloid. Melanosit dapat berproliferasi dalam beberapa tumor dan menghasilkan pigmentasi yang di produksi oleh melanin yang disimpan di dalam sel tumor atau di dalam melanofag di sekitarnya.5 2.3.6.1. Karsinoma sel basal superfisial. Varian ini muncul sebagai plak-plak eritematosa yang banyak dan memiliki diameter yang bervariasi, dari beberapa milimeter sampai lebih dari 10 cm. Dengan batas berbentuk mutiara atau erosi superfisial dengan riwayat perdarahan jika disentuh. Daerah regresi muncul sebagai plak-plak pucat atau fibrosis. Varian ini Universitas Sumatera Utara 21 muncul pada 10-30% KSB dan varian ini terjadi paling sering di bagian tubuh/badan.2 Varian ini sering terjadi pada orang berusia muda.37 Histopatologi KSB superfisial terdiri dari lobulus-lobulus sel basaloid superfisial yang berasal dari lapisan epidermis atau dari bagian folikel atau duktus ekrin ke dalam lapisan dermis, dan dikelilingi oleh stroma miksoid longgar. Lobulus-lobulus biasanya ditemukan di lapisan papillary dermis. Beberapa kasus KSB superfisial muncul secara multifokal pada garis vertical. Pola gabungan dengan KSB tipe nodular, mikronodular atau infiltratif dapat terlihat pada beberapa tumor.5 Gambar 2.4. Karsinoma sel basal superfisial.36 Gambar 2.5. KSB subtipe superfisial. Dengan sel basaloid atipikal solid muncul pada lapisan epidermis, dengan gambaran palisading di bagian perifer, tampak celah antara sarang tumor dan stroma. Pada dermis menunjukkan fibrosis dan infiltrat limfosit. 5 Universitas Sumatera Utara 22 2.3.6.2 Karsinoma sel basal nodular. KSB nodular (solid/padat) sering muncul sebagai nodulus-nodulus mutiara dengan permukaan meningkat, dengan telangiektasia, ulserasi atau membentuk kista. Nodulus endofitik dapat muncul sebagai lesi indurasi datar. Adanya lesi hemorrhagik menunjukkan hemangioma atau melanoma yang berpigmentasi. KSB tipe nodular bisa terjadi sekitar 60-80% dari kasus dan terjadi pada daerah kepala.5 Histopatologi menunjukkan lobulus sel basaloid besar (sel germinativum) dengan bentuk palisading di perifer yang menuju lapisan retikuler dermis atau lapisan yang lebih dalam.4,5 Lobulus berhubungan dengan degenerasi musin dengan kista atau memiliki pola adenoid atau kribiform. Nodulus di perifer harus dicari untuk memastikan pola mikronodular di bagian jauh, yang belum ditemukan.5 Gambar 2.6. KSB subtipe nodular. A dan B. Pada lapisan epidermis meningkat dengan flatt rete ridges dgn kelompok sel basaloid atipikal solid dan kistik, palisading perifer tampak invasi ke lapisan dermis. C. Gambaran karsinoma sel basal nodular menunjukkan perubahan kistik fokal, palisading perifer dan celah antara sarang tumor dan stroma. 5 Universitas Sumatera Utara 23 Gambar 2.7. Karsinoma sel basal noduloulseratif berpigmen pada kelopak mata kanan bagian bawah.35 Gambar 2.8. Karsinoma sel basal jenis nodular, berpigmen. Penampakan karsinoma sel basal jenis nodular dengan gambaran pigmentasi melanin pada sarang tumor.5 Gambar 2.9. Karsinoma sel basal nodular,dengan pola kribiform.5 Universitas Sumatera Utara 24 Gambar 2.10. Karsinoma sel basal nodular dengan sel raksasa.5 2.3.6.3. Karsinoma sel basal mikronodular. KSB mikronodular muncul sebagai tumor infiltrasi pada dermis. Tempat paling sering yaitu di daerah punggung. Varian ini terdiri dari nodul-nodul kecil, relatif monoton yang menyusup di lapisan dermis,5,22 dipisahkan oleh kolagen normal.5,18 Berbeda dengan KSB tipe nodular dengan batas sayatan yang jelas, batas sayatan pada mikronodular tidak jelas sehingga insiden rekurensi lokal tinggi dan perluasan perineural dapat ditemukan.5 Gambar 2.11. Karsinoma sel basal mikronoduler nodular.5 Universitas Sumatera Utara 25 2.3.6.4. Karsinoma sel basal infiltratif. Variasi KSB ini terdiri dari sel-sel basaloid yang membentuk gambaran untaian tipis dan sarang, korda yang menginfiltrasi di antara kumparan kolagen lapisan dermis dan menyebar ke jaringan yang lebih dalam.5 KSB tipe infiltratif muncul sebagai plak berindurasi pucat. Tumor ini selalu ditemukan pada tubuh bagian atas atau wajah. Paraestesia atau kehilangan sensasi dapat muncul sebagai perwujudan perluasan perineural, terutama pada lesi di wajah. Varian ini penting mengetahui batas sayatan yang mungkin sering diperkirakan.5 Pola KSB tipe infiltratif muncul dengan sedikit sitoplasma, Palisading perifer dan ruang retraksi antara massa tumor dan stroma, biasanya tidak terlihat mitosis tinggi, dengan area nekrosis dari sel-sel neoplastik. Stroma terdiri dari jaringan ikat kolagen dan fibroblast. Pola infiltratif khusunya berhubungan dengan invasi perineural.5 Varian ini secara morfologi menyerupai pola tumor yang ditemukan pada karsinoma adneksa mikrokistik (karsinoma duktus kelenjar keringat sklerosing), KSS desmoplastik dan trikoepitelioma desmoplastik.5 Gambar 2.12. A. Karsinoma sel basal infiltratif. B. Karsinoma sel basal campuran infiltratif dan nodular.5 Universitas Sumatera Utara 26 2.3.6.5. Karsinoma sel basal fibroepitel. Varian KSB dengan karakteristik perilaku jinak. Tumor ini sering juga disebut fibroepitelioma Pinkus, atau tumor Pinkus.5,29 Lesi ini sering ditemukan di punggung dan jarang berjumlah banyak. Radioterapi sebelumnya menjadi predisposisi tumor ini.5 Histopatologi tumor ini dikarakteristikkan dengan proliferasi sel-sel basaloid atipik yang membentuk pita (korda) menjalar ke bawah dari lapisan epidermis 5,29,31 dan menciptakan pola berlubang-lubang. Ini merupakan rantai sel basaloid yang mengelilingi stroma fibrovaskular.5 Fibroepitelioma, menyerupai KSB, dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk tumor tambahan. Tumor-tumor ini mengalami mutasi gen PTCH1. Varian fibroepitelioma dengan sel Paget di luar jaringan mammae terdapat di daerah perianal.5 Gambar 2.13. Karsinoma sel basal fibroepitel (fibroepitelioma Pinkus).5 Universitas Sumatera Utara 27 2.3.6.6. Karsinoma sel basal dengan differensiasi adneksa. Varian ini dikarakteristikkan secara histologi oleh differensiasi adneksa pada KSB, dengan adanya differensiasi adneksa mencakup elemen folikel rambut, kelenjar sebasea, komponen duktus. Diferensiasi ekrin dan apokrin juga bisa dijumpai. Hal ini penting untuk membedakan tumor tertentu dari karsinoma kelenjar keringat yang mengalami peningkatan risiko metastasis. Beberapa bentuk KSB adneksa menunjukkan ciri-ciri yang tumpang tindih dan diklasifikasikan sebagai tumor adneksa jinak seperti hamartoma folikuler basaloid, trikoepitelioma, trikoblastoma atau trichilemma.5 Gambar 2.14. Karsinoma sel basal dengan differensiasi adneksa; hamartoma folikuler basaloid. 5 2.3.6.7. Karsinoma basoskuamosa. Karsinoma basoskuamosa merupakan satu istilah yang digunakan untuk menjelaskan KSB yang berhubungan dengan differensiasi skuamosa. Karsinoma basoskuamosa disebut juga karsinoma metatipikal, karsinoma sel basoskuamosa.5 Sel tumor memiliki lebih banyak sitoplasma dengan keratinisasi yang lebih mencolok dari pada KSB. Inti pleomorfik dengan kromatin vesikuler dan susunan Universitas Sumatera Utara 28 sel-sel perifer palisading yang terbentuk tidak sempurna, morfologi sel basal sulit ditemukan. Tumor ini memiliki fibrosis sentral, bisa dijumpai sel-sel tumor atipik menginfiltrasi dermis dan subkutis varian ini didiagnosa banding dengan KSB tipe keratotik. Metatypical KSB atau basosquamous carcinoma adalah subtipe dari KSB yang dibingungkan dengan KSS, karena menunjukkan kedua gambaran KSB dan KSS yang menimbulkan kontroversi dalam menentukan klasifikasi histomorfologi yang tepat, bila tanpa zona transisi. Varian ini lebih agresif pertumbuhannya dan berhubungan dengan metastasis luas.4,5,31 Gambar 2.15. Metatypical basal cell carcinoma. Pulau-pulau tumor yang sedikit basaloid tanpa palisading dan retraksi stroma. Diskeratosis dan mutiara tanduk dijumpai.5 2.3.6.8 Karsinoma sel basal keratotik Varian ini dikarakteristikkan dengan adanya pembentukan keratinisasi yang menonjol, memiliki gambaran yang sama dengan nodular KSB, berupa sarang tumor sel basal yang besar, bulat menunjukkan sentral keratinisasi dan degenerasi kistik. Varian ini muncul seperti mutiara dan bertatahkan kista keratin kecil.5 Universitas Sumatera Utara 29 Tumor ini memiliki ciri-ciri struktur seluruh KSB nodular. Kalsifikasi distrofi sering terlihat. Keratin trichilemma dapat dihubungkan dengan apoptosis yang meningkat pada sel tumor di sekelilingnya dan adanya keratinosit pucat.5 Varian ini dibedakan dari karsinoma basoskuamosa dengan adanya sejumlah kista keratin kecil superfisial. Karsinoma basoskuamosa biasanya lebih besar dan memiliki batas yang kurang jelas.5 Gambar 2.16 . Karsinoma sel basal tipe keratotik. A. Keratin horn cyst yang menonjol pada daerah sentral dari sarang tumor. B. Trichilemmal keratinisasi.5 2.3.6.9. Variasi lain Variasi lain terhitung kurang dari 10% dari semua kasus KSB. Banyak dari varian ini tidak memiliki gambaran klinis khas yaitu: (a) Tipe Kistik, bisa terbentuknya satu atau lebih ruang kista, dengan berbagai ukuran, yang muncul dekat pusat sarang tumor. Ada musin diantara sel-sel tumor;5 (b) Tipe Adenoid, ada untaian tipis sel basaloid pada pola retikular. Musin pada stroma sering dijumpai. Jenis adenoid dapat dijumpai bersamaan dengan tipe nodular;5 (c) Sklerosis/bentuk morfea, untaian dan sarang sel tumor melekat pada stroma fibrosa padat.4-5 Varian ini selalu Universitas Sumatera Utara 30 muncul sebagai plak pucat, berindurasi dengan permukaan yang sedikit mengkilat dan batas yang tidak tegas.5,23 Gambar 2.17. Karsinoma sel basal bentuk morfea.32 Gambar 2.18. Karsinoma sel basal bentuk morfea: korda infiltratif sel basaloid dengan adanya pembatas perifer, dan mempunyai struktur menyerupai duktus-duktus.34 (d) Infundibulokistik, sering dibingungkan dengan jenis keratotik, varian ini terdiri dari struktur menyerupai infundibular kecil dengan sumbat keratin dan komponen sel basaloid perifer. Sarang tumor disusun dalam pola anastomosis. Beberapa lesi kadang-kadang terlihat.5 (e) Pigmented, pigmented sering terjadi pada beberapa varian, meliputi jenis nodular, mikronodular, superfisial multifokal dan keratotik. Melanosit tersebar melalui sarang tumor, sedangkan melanofag terdapat di dalam stroma. Varian ini dapat salah didiagnosa secara klinis sebagai melanoma maligna.5 Universitas Sumatera Utara 31 Gambar 2.19. Karsinoma sel basal. A. KSB adenoid. B. KSB bentuk morfea. C. KSB dengan hiasan berbentuk mawar. D. KSB dengan diferensiasi sebaseus.5 2.3.7 Diagnosis Banding KSB didiagnosa banding berdasarkan gambaran morfologi, dari asal yang sama, dan adanya juga tipe campuran: (1) Trichoblastoma, merupakan diferensiasi dari folikel rambut, tampak sarang-sarang tumor yang terdiri dari sel-sel basaloid relatif seragam, sel tumor dipisah dari jaringan ikat fibrous, terjadinya celah, tidak berhubungan dengan epidermis; (2) Desmoplastik trichoepithelioma, terlihat bagian sentral dari tumor basaliod yang membentuk mikrokistik berisi massa keratin tidak sampai ke dermis; dan (3) Microcystic adnexa carcinoma, dengan gambaran mikrokistik, bangian sentral penuh berisi keratin pada bagian superfisial, untaian sel-sel tumor basaloid dan sel epitel squoamous, pada sitologi gambaran inti sel tanpa atypia dan mitosis.27 2.3.8 Penatalaksanaan Terdapat prinsip dasar pengobatan KSB yaitu: (1) Eradikasi tumor; (2) Mempertahankan fungsi jaringan; (3) Menciptakan hasil kosmetik yang baik, Universitas Sumatera Utara 32 beberapa penatalaksanaan untuk KSB, diantaranya adalah bedah eksisi, kuretasi, kauter, radioterapi, topikal, sitostatik dan imunomodulator.20 Pengobatan harus disesuaikan dengan jenis tumor, letak tumor, usia dan kesehatan umum pasien. Secara umum, pengobatan eksisi, dengan ukuran lesi 0,5 cm di sekitar kulit normal, merupakan pilihan pengobatan untuk tumor kistik dan noduler yang tersebar pada pasien berusia di atas 60 tahun.19 Teknik pembedahan mikrografi Mohs sangat efektif; teknik ini mencakup pemeriksaan histologi pada semua jaringan yang dieksisi selama operasi. Teknik pembedahan Mohs juga menjadi pilihan pengobatan untuk tumor berukuran besar (>1 cm) dan tumor pada tempat yang penting secara kosmetik, seperti hidung, dan tumor pada daerah anatomi tertentu, seperti kantus bagian dalam dan lipatan nasolabia.20 Radioterapi juga efektif; tetapi jarang digunakan untuk lesi yang didiagnosa dengan biopsi pada pasien-pasien di bawah 70 tahun, tetapi radioterapi ini pada saat pembedahan dikontra indikasikan. Cryotherapy, kuret dan kauter dan terapi fotodinamik kadang-kadang berguna untuk lesi superfisial. Terkadang pengobatan paliatif dengan kuret dan kauter lebih disukai untuk pengobatan KSB yang agresif untuk pasien berusia lanjut dengan kesehatan umum yang buruk.20 Kuret dan kauter terkadang digunakan untuk lesi pada badan atau ekstremitas atas. Bedah cryo digunakan untuk lesi superficial yang banyak contohnya pada tubuh.14 Tingkat kesembuhan 5 tahun untuk semua jenis karsinoma sel basal melebihi 95%, tetapi pemeriksaan rutin diperlukan untuk mendeteksi kekambuhan lokal saat tumor masih kecil dan berulang.19 Universitas Sumatera Utara 33 Salep 5-fluorouracil topikal dan krim imiquimod digunakan untuk KSB superfisial, 5 kali dalam seminggu, selama 6 minggu, merupakan pengobatan yang efektif, tidak menimbulkan jaringan parut, tetapi cukup memakan waktu dan mungkin tidak membuang semua jaringan tumor secara radikal. Imiquimod memerlukan kepatuhan pasien dalam pemberian obat. Imiquimod baik terutama untuk individu berusia muda yang tidak ingin menimbulkan jaringan parut.33 2.3.9 Prognosis dan Faktor Prediktif KSB merupakan tumor invasif lokal dan jarang metastasis, angka morbiditas meningkat dengan tumor invasif dalam, yang menyebar ke jaringan dalam sampai ke tulang, mengikuti bagian yang bergabung terutama pada wajah, dimana tumor mengikuti saraf-saraf menuju tulang. Angka morbiditas selalu meningkat pada tumor yang lambat penanganannya.5 Ada bebarapa faktor yang mempengaruhi kekambuha/rekurensi karsinoma sel basal terutama pada sub tipe mikronodular, morfoik, infiltratif, salah satunya kemungkinan batas sayatan yang diabaikan. Kemungkinan BCNS terjadi pada anakanak yang menderita KSB. Keluarga yang diskrining menunjukkan adanya mutasi gen PTCH1 berisiko terjadinya KSB. tampilan protein BCL-2 yang rendah telah ditemukan pada KSB rekuren subtipe sklerosis/morfoik, infiltrative dibandingkan subtipe nodular dan superfisial. Kekambuhan KSB lebih sering pada lesi di hidung dan lipatan nasolabia, dimana keduanya menjadi satu bagian oleh karena itu sulit menentukan batas pada daerah ini. Tumor yang kambuh setelah radioterapi biasanya Universitas Sumatera Utara 34 agresif. Jarak ke batas reseksi terdekat merupakan alat prediksi penting dalam menentukan kekambuhan KSB.5 2.4. EGFR dan BCL-2 2.4.1 EGFR EGFR (epidermal growth factor reseptor) dan ligannya merupakan molekulmolekul sinyaling dalam sel, dalam berbagai fungsi seluler, antara lain proliferasi, diferensiasi, motilitas dan pertahanan sel, serta pertumbuhan jaringan. EGFR adalah glikoprotein yang merupakan reseptor bagi EGF yang berfungsi mempercepat fosforilasi beberapa protein membran endogen (Gambar2.20. EGFR signaling cascade). EGFR adalah suatu tyrosine protein kinase. Molekul EGFR memiliki 3 regio, regio pertama berupa tonjolan di luar sel yang mengandung tempat berikatan dengan EGF, regio kedua tertanam dalam membran, dan regio ketiga berupa tonjolan ke dalam sitoplasma di dalam sel. EGF juga mempengaruhi proliferasi dan defferensiasi sel pada sel-sel epitel dan non epitel. Gen EGFR terdiri dari 28 exon dan berukuran sekitar 200kb. Lokasi gen EGFR manusia terletak pada kromosom 7p12.3-p12.1.24,37 Universitas Sumatera Utara 35 Gambar 2.20. EGFR signaling cascade.37 Beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui angka rekuren KSB serta dasar terapinya. EGFR (epidermal growth factor reseptor) dan BCL-2 adalah contoh protein yang diteliti dalam KSB. Hasil penelitian Selim, et al (2009) mengenai ekspersi EGFR dan BCL-2 bermakna pada tumor karsinoma sel basal rekuren dibandingkan tumor tidak rekuren dimana p-value EGFR < 0.022 dan BCL-2 bermakna pada tumor KSB tidak rekuren dibanding tumor rekuren dengan p-value BCL-2 < 0,001, penelitian ini juga mendapatkan perbedaan antara kelompok rekuren dan non rekuren. Sebagian besar tumor (52,5%) pada kelompok rekuren, dan (66,7%) pada kelompok non rekuren ini adalah tipe nodulo-ulceratif secara klinik, dan (50%) pada kelompok rekuren dan (58,3%) pada kelompok non rekuren adalah tipe solid (secara histologi). Pada KSB rekuren ekspresi EGFR ditemukan kuat (37,5%) dan moderat (62,5%). Pada non rekuren ekspresi kuat (8,33%), moderat (33,33%), lemah (58,33%).Tingkat ekspresi EGFR terdektesi pada kelompok rekuren lebih kuat dari pada kelompok non rekuren.24 Universitas Sumatera Utara 36 Laju pertumbuhan pada lesi noeplastik sering ditentukan oleh peningkatan fraksi sel yang berproliferasi dan peningkatan dalam laju apoptosis. Sehingga jelas pada KSB adanya ketidakseimbangan antara proliferasi dan apoptosis bisa menjadi progresif. Ekspresi EGFR kuat berkorelasi dengan prognostik yang buruk dan peningkatan risiko rekurensi penyakit. Pada studi lainnya dilaporkan mengenai peningkatan ekspresi EGFR bernilai prognostik pada berbagai kanker lainnya termaksud kanker ovarium, kolon, paru, endometrium, dan kandung kemih sedangkan pada KSB yang menyebabkan berkembangnya terapi target dalam KSB.24,37 Penelitian lain seperti Yerebakan, et al. (2003) EGFR pada 26 kasus karsinoma sel basal dimana terdiri 2 kelompok yaitu 14 kasus kelompok yang rekuren, dan 12 kasus kelompok tidak rekuren, diperoleh hasil EGFR terekspresi kuat 57% pada tumor yang rekuren dan 8,3% pada tumor yang tidak rekuren.38 Berbeda halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dargaud, et al. (2008) ekspresi EGFR pada 40 kasus KSB terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok yang rekuren 20 kasus dan kelompok yang tidak rekuren 20 kasus. Pada hasil penelitian tidak di temukan hubungan yang signifikan antara kedua kelompok, dimana pvalue > 0,005.39 Penelitian lain seperti Rosell, et al. (2009) menemukan bahwa terdapat mutasi EGFR pada 16,6% penderita non-small cell lung cancer di spanyol, lebih sering dijumpai pada perempuan (69,7%), penderita tidak merokok (66,6%) dan pada penderita dengan adenokarsinoma (80,9%). Seike, et al. (2009) juga menemukan bahwa mutasi EGFR lebih sering dijumpai pada penderita lung cancer yang bukan perokok dibanding perokok.37 Universitas Sumatera Utara 37 EGFR diperlukan dalam pertumbuhan kulit. Beberapa penulis menyatakan bahwa EGFR berfungsi sebagai survival factors dalam transformasi onkogenik dan memberi nilai dalam intervensi terapeutik.24,37 Rubin, et al. (2006) menyatakan constitutive expression dari the sonic hedgehog pathway dalam sel-sel KSB berhubungan dengan meningkatnya fosforilasi EGFR, dan sonic-hedgehog yang menginduksi infiltrasi matriks seluler merupakan proses yang tergantung pada EGFR dan dapat dipergunakan untuk mengevaluasi terapi anti-EGFR pada KSB stadium lanjut.37 Terapi target menggunakan hedgehog pathway dan EGFR inhibitor menunjukkan peran penting dalam terapi orbital dan periocular basal cell carcinoma. Terapi target tersebut sesuai bagi penderita KSB yang tidak dapat dilakukan dengan terapi bedah.38 Gambar 2.21. diagram EGFR dalam terapi KSB. 40 Universitas Sumatera Utara 38 2.4.2 BCL-2 Gen BCL-2( B-cell leukemia/lymphoma 2) terletak pada kromosom 18. BCL-2 di kenal sebagai gen anti apoptotik merupakan suatu protein membran inner mitochondrial dengan berat molekul 25 kDa, berfungsi memperpanjang ketahanan sel tanpa suatu promosi proliferasi sel (Gambar 2.22.dan Gambar 2.23 Diagram peranan gen BCL-2 dalam apoptosis). Transkripsi gen BCL-2 terdiri dari 3 varian mRNA, yang ditranslasikan menjasi 2 protein yaitu BCL-2 alpha terdiri dari 239 asam amino dan BCL-2 beta terdiri dari 205 asam amino. BCL-2 diekspresikan secara normal pada sel limfosit B di mantle zone dan marginal zone, juga oleh banyak sel T.27 Gambar 2.22. Diagram peranan gen BCL-2 dalam apoptosis. 36 Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 2.23. Diagram peranan BCL-2.36 BCL-2 mengalami overekspresi pada follicular lymphoma (70-95%) dan diffuse large B cell lymphoma (20%). BCL-2 juga diekspresikan pada sel epitel normal payudara, sering positif pada karsinoma payudara.27 BCL-2 adalah gen anti apoptotik, meningkatkan kelangsungan hidup sel tanpa peningkatan proliferasi sel. Pertahanan pertumbuhan sel tumor yang menunjukkan kecenderungan rekuren.24-25,28 Sedikit pengecualian ekspresi BCL-2 yang kuat terkait dengan hasil yang baik pada tumor epitel, dimana ekspresi BCL-2 berlawanan dengan overekspresi p53 mutan.25-27 BCL-2 terwarnai dengan gambaran difus pada KSB, sedangkan pada trikoepitelioma sel-sel yang terwarnai hanya pada lapisan luar saja.27 Perbedaan ekspresi BCL-2 pada subtipe histopatologik jinak dan ganas, menyatakan bahwa ekspresi BCL-2 pada KSB Universitas Sumatera Utara 40 kemungkinan memegang peranan penting dalam patogenesis dan prilaku biologik. Ekspresi BCL-2 yang dominan menunjukkan penghambatan yang signifikan atas pertumbuhan sel yang menyebabkan laju pertumbuhan lambat dari KSB merupakan manifestasi dari kelangsungan hidup sel yang diperpanjang bukan aktifitas proliferasi yang meningkat. Sehingga ekspresi BCL-2 kuat ternyata berhubungan dengan pertumbuhan tumor yang lambat, dan ekspresi BCL-2 lemah berhubungan dengan akumulasi sel-sel neoplastik yang berasal dari sel-sel basal primitif dan pola pertumbuhan yang agresif. Oleh karena itu skor BCL-2 lemah muncul sebagai prediktor dari agresif.24,26 Menurut penelitian Claudia, et al. (2011), ekspresi BCL-2 pada KSB, superfisial, nodular, KSB sklerosing, ekspresi BCL-2 sangat signifikan pada subtipe superfisial dan nodular. Sementara KSB tipe superfisial dan nodular adalah tumor dengan pertumbuhan lambat mengekspresikan BCL-2 kuat, sedangkan KSB KSB sklerosing adalah tumor infiltratif, desmoplastik mengekspresikan BCL-2 lemah. Adanya perbedaan ekspresi BCL-2 pada berbagai subtipe klinikopatologik dari KSB menunjukkan meskipun tumor ini dari asal yang sama yaitu dari sel basal primitif dan mempunyai potensi terbatas untuk metastasis, namun tumor ini membentuk kelompok tumor heterogen yang berbeda secara signifikan dalam perilaku histologi dan biologi.25 Hasil yang berbeda ini juga berhubungan dengan ketikseragaman klasifikasi histologi. Banyak klasifikasi histopatologi KSB dibuat berdasarkan pada pola pertumbuhan histologi dan status diferensiasinya.24 Universitas Sumatera Utara 41 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Selim, et al. (2009), ekspresi BCL-2 terekspresi pada sitoplasma yang positif pada semua tipe KSB namun ekspresi kuat hanya didapat pada kelompok non rekuren dan ekspresi lemah pada kelompok rekuren. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh crowson, et al. Dalam semua jaringan epitel keberadaan BCL-2 dalam selsel basal tetapi tidak dalam sel-sel berdifferensiasi yang lebih superfisial, ini menunjukkan bahwa lokalisasi sitoarsitektural BCL-2 ini mungkin penting untuk pemeliharaan kompartemen stem cell dalam setiap jaringan yang mengalami perubahan sendiri secara kontinu yang melibatkan proses apoptosis dengan mencegah akumulasi sel-sel yang berdeferensiasi.24 Menurut penelitian Puizina, et al. (2008), menemukan adanya ekspresi BCL-2 pada KSB, SCC, aktinik keratosis, dan seborroik keratosis. BCL-2 terekpresi kuat pada KSB terutama pada tipe solid, adenoid dan kistik, ekpresi lemah pada subtipe morfea. Sementara pada jenis skuamous hanya terekspresi pada bagian sel basal, pada diferensiasi skuamous negatif. Tipe superfisial, nodular merupakan jenis yang tidak rekuren, sehingga ekspresi BCL-2 tertampil kuat, sementara tipe infiltratif ekspresi BCL-2 tertampil lemah.26,28 KSB non agresif mengekspresikan lebih banyak BCL-2 dari pada KSB agresif.24 Universitas Sumatera Utara 42 2.5 Kerangka Teori Faktor Individu Kulit Terang Usia Lebih Tua Laki-laki Pasca Radiasi Paparan Sinar UV Paparan Terapi Radiasi Paparan Bahan Kimia Lesi Pendahulu Xeroderma Pigmentosum Sindrom Gorlin Kanker Kulit sebelumnya SEL BASAL NORMAL Mutasi Genetik PTCHED p53 Karsinoma Sel Basal Aktivasi EGFR Phosporilasi P13K, AKT, mTOR Aktivasi BCL-2↓ EGF Aktivasi BCL-2↑ Pro apoptotik Bax, Bak Proliferasi ↑↑ ( cycle cell arrest -) Anti Apoptosis ↓↓ Anti Apoptosis ↑↑ KSB rekuren Universitas Sumatera Utara 43 2.6. Kerangka konsep FAKTOR RISIKO SEL BASAL NORMAL MUTASI KARSINOMA SEL BASAL GEN SUBTIPE HISTOPATOLOGI EKSPRESI BCL-2 ↓↓ EKSPRESI EGFR ↑↑ KSB Rekuren Keterangan KSB = karsinoma sel basal = Trend/ kecenderungan menjadi KSB rekuren. Universitas Sumatera Utara