POLA IDEAL PENYERAPAN ANGGARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK BELANJA NEGARA “Strategi Optimalisasi Belanja Pemerintah untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Meningkatkan Peran Bendahara Umum Negara dalam Pengendalian Pelaksanaan Anggaran” Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara RINGKASAN EKSEKUTIF Permasalahan penyerapan anggaran yang tidak proporsional dan optimal selalu muncul setiap tahun anggaran. Pada tahun 2015, permasalahan tersebut kembali mengemuka dan menjadi isu nasional karena Pemerintah baru Kabinet Kerja Presiden Jokowi memberikan peran sangat besar kepada belanja negara untuk menyediakan sarana prasarana publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pengurangan anggaran subsidi energi. Sementara pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi melambat pada triwulan I dan kapasitas eksekusi Pemerintah untuk melaksanakan penyerapan anggaran masih terkendala beberapa hal, seperti reorganisasi kementerian lembaga dan tahapan pengadaan barang/jasa. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk ke depan permasalahan yang sama tidak terus menerus terjadi, telah dilakukan kajian ringkas mengenai pola penyerapan anggaran kementerian/lembaga dan alternatif strategi untuk menetapkan pola ideal penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik belanja, dan menggunakannya untuk pengendalian pelaksanaan anggaran oleh Bendahara Umum Negara. Berdasarkan kajian tersebut, dapat diformulasikan Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja sebagai berikut: Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik No. 1. 2. Karakteristik Belanja Operasional Pemerintahan Pelayanan Publik dan Pelaksanaan Tugas Fungsi 3. Infrastruktur 4. Kesejahteraan Rakyat Penyerapan Tidak Akumulatif Penyerapan Akumulatif Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 25,00% 15,00% 25,00% 35,00% 25,00% 35,00% 25,00% 15,00% 15,00% 25,00% 20,00% 20,00% 20,00% 30,00% 27,50% 47,50% 30,00% 30,00% 30,00% 77,50% 35,00% 15,00% 22,50% 100,00% Penetapan pola penyerapan anggaran ideal berdasarkan karakteristik belanja diharapkan mampu mengkonsolidasikan pelaksanaan kegiatan kementerian/lembaga lebih tertib dan berorientasi kepada capaian out put, menjamin efektivitas program-program pro rakyat, mendorong belanja infrastruktur tepat waktu namun rasional, dan mengoptimalkan peran countercyclical belanja negara terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka menjamin pola ideal penyerapan belanja tersebut dapat diterapkan, Bendahara Umum Negara perlu menggunakan kewenangan pengendalian pelaksanaan anggaran sebagaimana diberikan oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pengendalian pelaksanaan anggaran dilakukan dengan cara: menetapkan target penyerapan triwulanan; menerapkan tindakan khusus pada belanja yang tidak memenuhi target penyerapan; menetapkan kebijakan, regulasi dan pedoman pelaksanaan yang mendukung Pengguna Anggaran mencapai target penyerapan anggaran; dan melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pada seluruh tingkatan penggunaan anggaran. Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau i Halaman Ini Sengaja Dikosongkan Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................................. iv DAFTAR TABEL .................................................................................................................................................... v A. PENDAHULUAN ...........................................................................................................................................1 B. PERAN IDEAL BELANJA PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN ................................................................3 C. PENYERAPAN ANGGARAN YANG TIDAK PROPORSIONAL DAN SIFAT PROCYCLICAL BELANJA PEMERINTAH ..............................................................................................................................................5 D. MENGANALISIS PENYERAPAN ANGGARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK BELANJA PEMERINTAH .......9 E. MENYUSUN POLA IDEAL PENYERAPAN ANGGARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK BELANJA ..............15 F. PERAN BENDAHARA UMUM NEGARA DALAM PENERAPAN DAN PENGENDALIAN POLA IDEAL PENYERAPAN BELANJA NEGARA ..............................................................................................................19 G. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...........................................................................................................23 Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau iii Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara DAFTAR GAMBAR Gambar B-1 Ketepatan Waktu Untuk Optimalisasi Kinerja ............................................................................... 4 Gambar C-1 Rata-Rata Realisasi Belanja K/L per Triwulan T.A. 2009-2013 ...................................................... 5 Gambar C-2 Penyerapan Belanja Kementerian/Lembaga Tahun 2014 ............................................................. 6 Gambar C-3 Kontribusi Konsumsi Pemerintah dalam PDRB Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional ................ 7 Gambar D-1 Penyerapan Anggaran Tahun 2014 Menurut Karakteristik Belanja ........................................... 12 Gambar E-1 Penyerapan Ideal Nasional 2015 ................................................................................................. 17 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau iv Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara DAFTAR TABEL Tabel D-1 Karakteristik Belanja Negara ............................................................................................................10 Tabel D-2 Karakteristik Belanja Negara Berdasarkan RKA-KL ..........................................................................11 Tabel E-1 Pola Penyerapan Ideal Berdasarkan Karakteristik Belanja ...............................................................16 Tabel E-2 Simulasi Penyerapan Ideal dalam Belanja Kementerian/Lembaga APBN-P Tahun 2015 .................18 Tabel G-1 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik ...........................................................24 Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau v Halaman Ini Sengaja Dikosongkan Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara A. PENDAHULUAN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2015 diharapkan berperan sangat penting dalam mendukung pencapaian kebijakan Pemerintah yang dikenal sebagai Tri Sakti dan Nawa Cita. Prioritas tersebut tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Tahun 2015 yang telah ditetapkan sebesar Rp1.793 triliun. Namun demikian dalam pelaksanaan anggaran Triwulan I Tahun 2015, menunjukkan peran belanja negara belum optimal dalam perekonomian. Perekonomian tumbuh 4,71% lebih rendah dari target APBN sebesar 5,7%. Sementara belanja negara baru terserap sebesar 18,5%. Dari belanja negara tersebut, belanja Pemerintah Pusat hanya terserap 13,2%. Permasalahan dalam penyerapan anggaran atau kapasitas eksekusi pemerintah dalam melaksanakan program-program yang telah didukung alokasi anggaran dituding sebagai penyebab pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai harapan. Pemerintah diharapkan lebih bergerak cepat untuk menggenjot belanja modal melalui proyek infrastruktur, sehingga dapat menyerap anggaran dan mendorong investasi ataupun konsumsi. Percepatan pencairan anggaran khususnya infrastruktur, melalui Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA), diharapkan berperan dalam percepatan pencairan anggaran belanja pemerintah sehingga dapat menggerakkan ekonomi daerah melalui efek berlapis (multiplier effect) hingga empat kali lipat. Pengadaan barang dan jasa untuk belanja modal pada proyek infrastruktur akan memberikan sumbangan cukup besar pada perekonomian. Pertumbuhan akan didongkrak oleh konsumsi pemerintah pada triwulan II dan III. Namun demikian pertanyaannya, apakah penyerapan belanja modal khususnya infrastruktur benar-benar naik secara signifikan pada Triwulan II? Atau apakah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi hanya dilakukan dengan mendorong penyerapan belanja modal? Kemudian bagaimana dengan kecenderungan penyerapan belanja yang selalu tidak proporsional dan menumpuk pada akhir tahun anggaran? Apakah ada cara lain mendorong penyerapan anggaran yang proporsional selain cara klasik mempercepat penunjukan pejabat perbendaharaan, percepatan pengadaan barang dan jasa dan pencairan belanja modal?. Berdasarkan latar belakang tersebut, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau melakukan analisis terhadap pelaksanaan belanja Pemerintah Pusat dengan meneliti kecenderungan penyerapan anggaran menurut karakteristik belanja dan merumuskan strategi alternatif mendorong penyerapan dengan memperkuat peran budget execution pada fungsi treasury. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menjelaskan kondisi pelaksanaan anggaran di daerah/lapangan. Berdasarkan kondisi di lapangan, yang kemungkinan juga akan terjadi pada banyak daerah, dapat dirumuskan peran strategis Ditjen Perbendaharaan sebagai CFO dari sisi budget execution. Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 1 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara Halaman Ini Sengaja Dikosongkan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 2 Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara B. PERAN IDEAL BELANJA PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN Dalam konteks makro ekonomi, government expenditure (pengeluaran pemerintah) merupakan salah satu variabel pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) bersama dengan konsumsi masyarakat, investasi swasta dan net ekspor. Secara teori, kebijakan pengeluaran pemerintah ini merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang merupakan salah satu wujud intervensi pemerintah di dalam perekonomian untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban pemerintah dapat dilakukan dengan kebijakan fiskal dengan salah satu penekanannya melalui kebijakan pengeluaran/belanja pemerintah. Kebijakan belanja pemerintah diyakini akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Di dalam teori pertumbuhan endogen, pengeluaran pemerintah memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi dengan asumsi implikasi pengeluaran pemerintah adalah untuk kegiatan produktif misalnya belanja infrastruktur. Belanja yang bersifat produktif dan bersentuhan langsung dengan kepentingan publik akan dapat menstimulus perekonomian. Misalnya, pembangunan infrastruktur akan mendorong investasi, dengan adanya investasi ekonomi akan berkembang dan menciptakan lapangan kerja baru sehingga akan menyerap pengangguran dan memperkecil kemiskinan. Berdasarkan teori tersebut, terdapat relevansi atau hubungan antara tingkat belanja negara dengan pertumbuhan ekonomi, jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan. Peningkatan belanja modal dan barang akan menurunkan tingkat kemiskinan secara moderat. Hal ini dikarenakan kenaikan alokasi belanja barang dan modal akan menaikkan produktifitas dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat kemiskinan. Hubungan belanja barang dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi positif. Artinya, ketika belanja barang dan modal dinaikkan maka pertumbuhan ekonomi secara moderat juga mengalami peningkatan. Dalam menjamin fungsi belanja negara berpengaruh optimal dalam perekonomian, ketepatan waktu penyaluran belanja pemerintah dalam suatu periode fiskal sangat penting. Dalam kerangka anggaran berbasis kinerja, dalam satu periode fiskal, anggaran seharusnya mencapai out put, out come, dan impact. Sehingga anggaran pada tahun berikutnya dapat berkesinambungan dengan sasaran kebijakan fiskal dalam rencana pengeluaran jangka menengah. Pada sisi lain, dalam pendekatan ekonomi makro, peran belanja pemerintah seharusnya bersifat countercyclical pada saat investasi dan konsumsi rendah. Pada suatu periode tahun anggaran, terdapat sasaran kinerja berdasarkan rumusan dalam Rencana Kerja Pemerintah. Sasaran kinerja tersebut pada intinya adalah target out put (hasil), out come (manfaat), dan impact (dampak). Mengingat saat ini kita telah menganut anggaran berbasis kinerja yang berlandaskan pada kerangka pengeluaran jangka menengah, pencapaian kinerja pada suatu tahun menjadi pijakan untuk perumusan dan pencapaian kinerja tahun berikutnya. Dengan demikian, Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 3 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara kinerja Pemerintah dalam RPJMN, sesuai usia pemerintahan, akan dapat tercapai secara berkesinambungan. Gambar B-1 Ketepatan Waktu Untuk Optimalisasi Kinerja Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, dalam suatu periode fiskal, tahunan, seharusnya dijamin out put dan out come tercapai, sehingga impact-nya dapat dirasakan oleh perekonomian maupun masyarakat. Oleh karena itu, secara umum, dalam satu tahun anggaran, dapat dibagi menurut triwulan untuk menetapkan target pencapaian kinerja. Dalam prinsip manajemen pengeluaran pemerintah, Triwulan I sampai dengan Triwulan III adalah waktu untuk memproduksi out put. Dengan demikian, pada Triwulan III dan Triwulan IV, out come maupun impact telah dapat dirasakan oleh masyarakat maupun perekonomian. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 4 Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara C. PENYERAPAN ANGGARAN YANG TIDAK PROPORSIONAL DAN SIFAT PROCYCLICAL BELANJA PEMERINTAH Penyerapan anggaran dari waktu ke waktu tidak pernah proporsional. Data penyerapan tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan rata-rata penyerapan pada Triwulan I hanya sekitar 9,5% dan Triwulan II sekitar 18,4 %. Hal ini menyebabkan anggaran menumpuk pada akhir tahun anggaran atau Triwulan IV hingga 40,5%. Hal ini menyebabkan realisasi anggaran Kementerian/Lembaga ratarata tercapai hanya 88 %. Gambar C-1 Rata-Rata Realisasi Belanja K/L per Triwulan T.A. 2009-2013 100% 100% 88,0% 80% 80% 60% 60% 49,4% 40,5% 40% 40% 18,4% 20% 20% 9,5% 0% TRIWULAN I TRIWULAN II 27,9% 21,6% TRIWULAN III TRIWULAN IV 9,5% 0% TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV Demikian pula pada tahun 2014. Penyerapan anggaran juga rendah di awal tahun anggaran dan melonjak tajam pada akhir tahun anggaran. Kondisi tersebut selama ini ditengarai oleh alasan-alasan klasik, seperti: keterlambatan pengesahan DIPA, keterlambatan penunjukan Pejabat Perbendaharaan, DIPA yang masih harus direvisi, proses pengadaan barang/jasa yang perlu waktu, serta kegiatan-kegiatan yang tidak segera dilaksanakan. Analisis terhadap penyerapan anggaran pun selama ini ditinjau dari sisi input berdasaran klasifikasi ekonomi dan fungsi APBN. Pada tahun 2014, penyerapan anggaran menurut jenis belanja juga memiliki kecenderungan yang sama. Penyerapan pada Triwulan I sekitar 10,42% dan pada Semester I menjadi 35,37%. Berarti penyerapan pada Semester II mencapai hampir 65 %, dan diantaranya lebih dari 30% menumpuk pada Triwulan IV. Penyerapan total sampai dengan akhir tahun anggaran juga mencapai 91,48%. Masih relatif sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 5 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara Gambar C-2 Penyerapan Belanja Kementerian/Lembaga Tahun 2014 89,99% 35,28% 1,59% 14,65% 54,71% 0,40% 15,43% 12,31% 0,69%14,41% 8,57% 16,25% 60,08% Triwulan I B. Pegawai 30,42% 0,31% 14,41% 8,57% 24,49% Triwulan II Triwulan III B. Modal 21,06% 26,22% 12,31% 0,69% 14,41% 24,17% 45,31% 48,42% B. Barang 14,68% B. Bansos 3,43% 13,44% 36,48% Triwulan IV B. Lain-lain 18,11% 0,05% 14,24% 15,13% 8,57% 30,09% 60,08% 40,49% 16,25% Triwulan I B. Pegawai Triwulan II B. Barang 24,30% 0,52% 16,84% 30,95% 17,44% 23,77% 29,38% 41,42% 22,79% Triwulan III B. Modal B. Bansos Triwulan IV B. Lain-lain Berdasarkan komposisi penyerapan jenis belanja sepanjang tahun anggaran, belanja pegawai cenderung memberikan kontribusi penyerapan yang relatif proporsional pada setiap triwulan. Sedangkan belanja modal, harus diakui sulit untuk didorong penyerapannya di awal tahun anggaran, bahkan sekitar 30% penyerapan terdapat pada triwulan IV. Namun demikian yang anomali adalah belanja barang, yang seharusnya menggambarkan pembiayaan atas pelayanan publik dan operasional pemerintahan, juga menunjukkan rendah di awal tahun anggaran dan menumpuk hingga 30% pada triwulan IV. Apabila kecenderungan penyerapan anggaran tersebut dihubungkan dengan kontribusi terhadap perekonomian, ternyata selama ini peran belanja negara masih bersifat procyclical, belum countercyclical sesuai tujuan kebijakan fiskal. Pada saat pertumbuhan ekonomi rendah di awal tahun, konsumsi Pemerintah ternyata juga rendah. Pada saat konsumsi Pemerintah meningkat pada akhir tahun, ternyata pergerakan ekonomi juga telah meningkat. Sehingga hanya porsi sumbangan konsumsi Pemerintah terhadap PDRB yang meningkat tiap periode triwulan yang terlihat. Dengan kondisi tersebut, asumsi bahwa perekonomian lebih digerakkan oleh konsumsi rumah tangga dan sektor lainnya di luar Pemerintah mendapatkan pembenarannya. Peran fiskal Pemerintah yang bersifat procyclical selama ini kurang dipermasalahkan karena pendekatan kebijakan fiskal lebih dititikberatkan untuk menjaga situasi makro ekonomi yang mendukung bergeraknya sektor riil dan menjaga daya beli masyarakat. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 6 Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara Gambar C-3 Kontribusi Konsumsi Pemerintah dalam PDRB Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional PDRB Nasional 2014 Sisi Permintaan (dalam trilyunan Rupiah) PDRB Kepulauan Riau 2014 Sisi Permintaan (dalam milyaran Rupiah) 39,12% 39,39% 41,09% 0,62%Rp51,46 44,24% 3,64% Rp52,24 0,64% 44,96% 0,65%Rp53,26 46,49% 51,68% Triwulan I -39,31% 3,69% 51,87% Triwulan II -40,54% Ekspor 3,78% 49,41% Triwulan III -41,42% Pemerintah 35,92% 0,22% 42,37% Rp48,00 10,5% 84,06% Rp3,29 Rp2,22 Rp2,30 60,9% 60,13% Rp2,45 52,5% 58,87% 33,50% Triwulan IV 33,27% 7,3% 25,56% 33,94% 8,65% 25,07% 33,03% -73,07% Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV -27,04% - -25,25% -21,89% Ekspor Pemerintah 9,88% 23,47% PMTB 12,20% 23,69% Rumah Tangga Impor Namun demikian, mulai tahun 2015, pendekatan tersebut mengalami pergeseran dengan dikuranginya subsidi energi yang berakibat pada kenaikan harga BBM dan kebutuhan pokok. Konsekuensinya daya beli masyarakat akan berkurang, dan konsumsi masyarakat akan turun. Pemerintah memilih untuk mulai menggeser belanja subsidi ke alokasi anggaran yang lebih produktif, yaitu untuk belanja infrastruktur. Dalam APBN-P Tahun 2015, belanja infrastruktur mengalami kenaikan yang signifikan. Harapannya, Pemerintah dapat memberikan stimulus fiskal yang optimal, menyerap tenaga kerja, menurunkan biaya logistik, pemerataan pembangunan dan ujungnya meningkatkan produksi, daya beli dan kesejahteraan rakyat. Pemilihan kebijakan fiskal untuk mengurangi subsidi dan memberikan peran lebih besar kepada pemerintah dalam penyediaan sarana prasarana publik sangat tepat untuk menyehatkan APBN, memperbaiki struktur ekonomi dan menjamin kesinambungan program-program ekonomi. Namun demikian, peningkatan peran pemerintah melalui peningkatan belanja negara, membawa ketergatungan pada sistem eksekusi pada internal pemerintah. Alokasi anggaran yang besar, membutuhkan realisasi yang optimal dan proporsional. Realisasi yang proporsional sangat diperlukan untuk menjamin konsumsi Pemerintah bersifat countercyclical dalam rangka mengurangi perlambatan pertumbuhan karena konsumsi yang yang turun karena pengurangan subsidi energi, khususnya pada awal tahun anggaran. Realisasi anggaran yang proporsional untuk mendukung perekonomian, sangat tergantung pada kapasitas eksekusi pemerintah yang meliputi kelembagaan pengguna anggaran, sistem pengelolaan keuangan, prosedur pengadaan barang/jasa, dan yang sangat penting karakteristik belanja negara yang menentukan norma pelaksanaan kegiatan. Pengalaman selama ini, betapapun upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kelembagaan pengguna anggaran, sistem pengelolaan keuangan, dan prosedur pengadaan barang/jasa, tetap sulit untuk membuat penyerapan anggaran lebih proporsional dan optimal. Oleh karena itu, perlu dikaji untuk melakukan kebijakan alternatif, yaitu dengan cara memahami karakteristik belanja negara, dan target kinerja belanja negara dalam mendukung kebijakan fiskal yang countercyclical. Untuk kemudian dirumuskan strategi pengendalian pelaksanaan anggaran yang dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan, melalui instrumen yang dimiliki selaku Bendahara Umum Negara atau Chief Financial Officer. Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 7 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara Halaman Ini Sengaja Dikosongkan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 8 Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara D.MENGANALISIS PENYERAPAN ANGGARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK BELANJA PEMERINTAH Analisis penyerapan anggaran berdasarkan klasifikasi ekonomi, atau jenis belanja, sebenarnya bermanfaat untuk menggambarkan penggunaan anggaran dari sisi input (Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Belanja Bantuan Sosial). Namun memiliki keterbatasan untuk menjelaskan dari sisi out put. Padahal saat ini struktur RKA-KL maupun DIPA terus menerus disempurnakan untuk disusun berdasarkan out put, sesuai prinsip anggaran berbasis kinerja. Demikian pula analisis anggaran berdasarkan jenis belanja, ternyata juga sulit untuk mengidentifikasi permasalahan dan merumuskan strategi yang tepat serta bentuk intervensi yang akurat untuk mendorong percepatan penyerapan yang dikaitkan dengan pencapaian kinerja serta peran mendorong pertumbuhan ekonomi. Belanja Pegawai selalu relatif proporsional sepanjang tahun anggaran dan Belanja Modal selalu menumpuk di akhir tahun. Belanja Barang dan Belanja Bantuan Sosial, ternyata kecenderungannya juga rendah di awal tahun dan dicairkan setelah semester pertama. Berdasarkan indikasi permasalahan tersebut, selama ini langkah-langkah percepatan penyerapan anggaran selalu diarahkan untuk: mempercepat pengesahan dan penyerahan DIPA, kemudahan penetapan Pejabat Perbendaharaan, fleksibilitas revisi DIPA, percepatan pengadaan barang/jasa ataupun himbauan percepatan kegiatan. Namun kembali data membuktikan, penyelesaian tersebut belum memberikan hasil yang nyata untuk percepatan penyerapan anggaran. Oleh karena itu, perlu dikaji alternatif penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik Belanja Negara. Karakteristik belanja negara, sebenarnya mengklasifikasikan fungsi fiskal Pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan, pelayanan publik dan menyediakan infrastruktur publik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta menjamin standar minimal kesejahteraan masyarakat. Melalui karakteristik belanja negara, dapat diidentifikasi indikator kinerja yang diharapkan dapat dicapai. Berdasarkan indikator kinerja yang seharusnya dicapai dapat dirumuskan pola penggunaan anggarannya. Berdasarkan karakteristiknya, Belanja Negara dapat dibagi ke dalam empat kelompok besar, yaitu: 1. 2. 3. Belanja yang bersifat mendukung operasional pemerintahan; Belanja yang bersifat mendukung pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi organisasi pemerintahan; Belanja yang bersifat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Belanja yang mendukung opersional pemerintahan dapat berupa belanja pegawai, belanja barang maupun belanja modal yang digunakan untuk pembayaran gaji, tunjangan, operasional sehari-hari perkantoran, pemeliharaan, dan belanja peralatan/pengolah data dalam skala kecil. Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 9 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara Belanja yang bersifat mendukung pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi kementerian/lembaga, sebagaian besar berupa belanja barang dalam rangka mendukung pelayanan/penyediaan jasa publik dan kegiatan-kegiatan yang mendukung fungsi koordinasi, supervisi, konsultasi, monitoring dan evaluasi dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi. Sedangkan belanja yang mendukung perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, adalah belanja modal untuk pembangunan infrastruktur publik (gedung, jalan, jembatan, jaringan dan lain-lain), dan belanja bantuan sosial atau belanja barang yang ditransfer langsung kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan minimal kesejahteraan. Masing-masing karakteristik belanja memiliki indikator kinerja yang mendukung pencapaian tujuan kebijakan fiskal pemerintah maupun rencana kerja pemerintah. Belanja operasional pemerintahan, indikator kinerjanya adalah berjalannya birokrasi dan regulasi. Belanja pelayanan publik, indikator kinerjanya adalah terselenggaranya pelayanan publik (perijinan, otorisasi, perlindungan hukum dan sejenisnya). Belanja infrastruktur, indikator kinerjanya adalah terbangunnya infrastruktur publik yang memperlancar aktivitas perekonomian. Sedangkan belanja kesejahteraan masyarakat indikator kinerjanya adalah kemampuan masyarakat ekonomi lemah untuk mengakses kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan dan permukiman. Tabel D-1 Karakteristik Belanja Negara Fungsi Belanja Negara Operasional Pemerintahan Karakteristik Belanja Pelayanan Publik Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat Belanja pegawai untuk pembayaran gaji, tunjangan, lembur, dst Belanja barang untuk pemeliharaan kantor, pembelian keperluan seharihari perkantoran Belanja modal untuk pembelian peralatan dan mesin perkantoran Belanja pegawai untuk honor tetap penyuluh, petugas pelayanan masyarakat Belanja barang untuk perjalanan dinas, penyelenggaraan kegiatan pelayanan Belanja modal untuk pembangunan sarana pelayanan, penyediaan peralatan mesin layanan Belanja pegawai untuk honor panitia pengadaan Belanja barang untuk perjalanan dinas, sosialisasi, penyuluhan Belanja modal untuk pembangunan gedung, bangunan, jaringan, infrastruktur, konstruksi Belanja bantuan sosial untuk Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 10 Indikator Kinerja out put-out come-impact Pegawai masuk kantor Operasional kantor berjalan lancar Birokrasi berjalan Regulasi dan peraturan diterbitkan Pelayanan cepat, transparan, prima Masyarakat puas terlayani Kegiatan sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi masyarakat berjalan lancar Barang dan jasa dihasilkan Masyarakat menikmati barang dan jasa yang disediakan Pertumbuhan ekonomi meningkat, indikator kesejahteraan meningkat Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara Pada setiap RKA-KL, DIPA dan POK pada masing-masing satuan kerja pasti terdapat kelompok belanja tersebut. Hanya saja proporsi pada masing-masing satuan kerja berbeda-beda sesuai tipe satuan kerjanya. Pada satuan kerja yang bersifat pelayanan, maka unsur alokasi untuk pelayanan publik akan signifikan. Demikian pula untuk satuan kerjayang dibentuk untuk melakukan pembangunan infrastruktur, unsur belanja untuk infrastruktur akan dominan. Namun pada setiap satuan kerja pemerintahan, pasti selalu terdapat alokasi untuk operasional pemerintahan dan pelaksanaan tugas dan fungsi. Setiap karakteristik belanja juga telah memiliki kelompok kinerja atau out put, meskipun inputnya dapat berupa jenis belanja yang berbeda-beda. Sejak RKA-KL tahun 2012, pengelompokan rincian pengeluaran telah dilakukan menurut out put. Pengelompokan tersebut sejalan dengan tahapan penyempurnaan anggaran berbasis kinerja, yang berwawasan kerangka pengeluaran jangka menengah. Pengelompokan out put tersebut juga dilakukan untuk membedakan belanja operasional pemerintah yang bersifat tetap, dan belanja yang mendorong pencapaian target RPJMN yang berdasarkan prioritas, yang kemudian dikenal dengan sistem base line dengan new initiative. Apabila masing-masing karakteristik belanja tersebut dikaitkan dengan kofigurasinya dalam RKA-KL ataupun POK, maka dapat diuraikan sesuai tabel di bawah ini. Tabel D-2 Karakteristik Belanja Negara Berdasarkan RKA-KL Karakteristik Belanja Operasional Perkantoran Definisi Pengeluaran dalam bentuk uang atau barang untuk mendukung penyelenggaraan operasional pemerintahanan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi, yaitu : pembayaran Gaji Pegawai; pengeluaran untuk operasional kendaraan bermotor; pengeluaran untuk operasional pengelolaan data dan perangkat komunikasi. Kode Output/BKPK (994) Layanan Perkantoran (995) Kendaraan Bermotor (996) Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Pelayanan Publik Pengeluaran berupa barang atau jasa dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi,dan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat/yang menerima layanan berdasarkan sasaran dan target kinerja. Seluruh out put pada 52 (Belanja Barang) tapitidak termasuk belanja pada kode output 994,995, 996,997,998 dan 999 Pembangunan/ Infrastruktur/ Peralatan Mesin Pengeluaran dalam rangka pengadaan tanah, pengadaan peralatan dan mesin, pembangunan gedung dan bangunan, pembangunan jalan, irigasi dan jaringan dan belanja modal lainnya Out put 997, 998, dst Bantuan Sosial / Kesejahteraan Rakyat Pengeluaran dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan kepada masyarakat untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial dan meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat atau esejahteraan masyarakat. Out put pada BKPK (57) Belanja Bantuan Sosial Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 11 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara Berdasarkan pengelompokan tersebut, apabila data belanja kementerian/lembaga tahun 2014 dimasukkan, maka dapat dilihat perspektif yang berbeda terhadap penyerapan anggaran. Pada Triwulan I, penyerapan anggaran sebesar 10,31%. Penyerapan belanja untuk operasional pemerintahan sebesar 16,34%, dan memberikan kontribusi sebesar 50,76% terhadap total penyerapan pada triwulan yang bersangkutan. Sementara belanja untuk kesejahteraan masyarakat penyerapan sebesar 13,10%, dan berkontribusi 20,10%. Sedangkan belanja untuk pelayanan publik dan infrastruktur masih di bawah 10%, sehingga kontribusinya di bawah 20%. Hal ini menunjukkan hal yang dapat dipahami untuk belanja infrastruktur, namun adanya anomali pada belanja pelayanan publik. Kondisi ini menjelaskan pelayanan publik dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan tugas fungsi kementerian/lembaga belum dapat dilaksanakan secara optimal pada awal tahun anggaran. Gambar D-1 Penyerapan Anggaran Tahun 2014 Menurut Karakteristik Belanja Karakteristik Realisasi Belanja APBN Nasional 2014 (Tidak Akumulasi) 37,85% Perkembangan Karakteristik Belanja APBN Nasional 2014 (Tidak Akumulatif) 14,64% 23,68% 10,31% 20,10% 11,56% 17,58% 50,76% 20,20% 17,23% 16,62% 18,86% 29,36% 23,67% 28,46% 25,88% 37,27% 37,69% Triwulan I Operasional 17.49% 30,11% Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Pelayanan Publik Infrastruktur Kesejahteraan Masyarakat Karakteristik Realisasi Belanja APBN Nasional 2014 (Akumulasi) 89,33% Triwulan I Triwulan II Operasional 16,24% 20,46% Triwulan III Triwulan IV 27,38% 30,40% Pelayanan Publik 6,61% 18,17% 20,46% 40,57% Infrastruktur 4,86% 11,84% 18,19% 46,41% Kesejahteraan Masyarakat 13,10% 19,05% 30,23% 35,03% Perkembangan Karakteristik APBN Nasional 2014 (Akumulatif) 17,25% 51,48% 19,17% 16,64% 24,08% 27,80% 18,30% 14,74% 24,43% 42,53% 10,31% 20,10% 11,56% 17,58% 50,76% Triwulan I Operasional 40,11% Triwulan II Pelayanan Publik 22,35% 26,32% 34,08% Triwulan III Triwulan IV Infrastruktur Kesejahteraan Masyarakat Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Operasional 16,24% 36,69% 64,07% 94,47% Pelayanan Publik 6,61% 24,79% 45,25% 85,82% Infrastruktur 4,86% 16,69% 34,88% 81,29% Kesejahteraan Masyarakat 13,10% 32,15% 62,38% 97,41% Pada Triwulan II, penyerapan anggaran telah meningkat menjadi 27,80 %. Kontribusi penyerapan terbesar masih belanja operasional pemerintahan sebesar 37,68%. Namun demikian, kegiatan pelayanan publik dan tugas fungsi kementerian/lembaga telah mulai dilaksanakan sehingga menyerap anggaran sebesar 18,17%, dan memberikan kontribusi sebesar 28,46%. Sementara anggaran untuk infrastruktur masih belum dapat berkontribusi Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 12 Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara besar, hanya terserap sekitar 16,68% dan berkontribusi 16,62%. Hal ini menunjukkan, kegiatan pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi juga masih belum optimal dilaksanakan sampai dengan Trwulan II. Belanja infrastruktur pun masih menyelesaikan perencanaan dan proses pengadaan barang dan jasa. Pada Triwulan III, penyerapan anggaran terus meningkat menjadi 51,48%. Belanja untuk operasional pemerintahan masih memberikan kontribusi terbesar terhadap penyerapan anggaran (sebesar 37,27%), meskipun dengan proporsi yang lebih rendah dari pada trwulan sebelumnya. Belanja untuk pelayanan publik dan kegiatan-kegiatan pendukung tugas fungsi secara masif telah dilaksanakan sehingga menyerap anggaran hingga 45,25%, dan berkontribusi sebesar 23,67%. Sementara belanja untuk infrastruktur telah memasuki pencairan dana tahap awal sehingga menyerap anggaran sebesar 34,88%, namun kontribusi terhadap penyerapan triwulan bersangkutan masih berkisar 18,86%. Sementara bantuan sosial terus dicairkan secara proporsional seperti triwulan sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan, konsumsi pemerintah ditopang oleh operasional pemerintahan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan kementerian/lembaga, masih belum dapat didukung oleh penyerapan anggaran infrastruktur. Kondisi ini juga menunjukkan pencapaian out put, khususnya yang bersifat mendukung penyerapan tenaga kerja dan sarana prasarana publik belum optimal mendukung perekonomian dan pencapaiian sasaran fiskal. Pada Triwulan IV, penyerapan anggaran secara akumlulatif mencapai 89,33%. Pada periode ini, seluruh belanja dicairkan secara serentak. Proporsi belanja operasional pemerintahan semakin turun, meskipun masih 25,88%, sesuai siifatnya yang mendukung belanja aparatur. Belanja pelayanan publik menunjukkan, kegiatan-kegiatan juga mengalami puncak pelaksanaannya, sehingga pada triwulan bersangkutan saja terserap 40,57%. Belanja infrastruktur juga memasuki tahap penyelesaian pembangunan, sehingga penyerapan triwulan bersangkutan mencapai 46,41%, dan mendominasi kontribusi penyerapan hingga 30,11%. Hal inilah yang menunjukkan penuhnya hotel-hotel pada akhir tahun anggaran dan tingginya frekuensi perjalanan dinas aparatur pemerintah. Demkian juga hal ini menunjukkan kesibukan proyek-proyek pembangunan di daerah yang berkejaran dengan batas waktu pencairan dana. Pada periode tersebut, seluruh KPPN di Indoensia mengalami periode peak season yang menyita energi. Demikian pula bagi treasury, pada triwulan tersebut, meningkatkan adrenalin karena kekhawatiran ketidakcukupan kas Pemerintah. Analisis penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik belanja negara, dalam hal ini belanja kementerian/lembaga, menunjukkan kembali pola penggunaan anggaran yang tidak sehat dan kurang mendukung tujuan kebijakan fiskal untuk berkontribusi positif terhadap perekonomian (countercyclical). Demikian pula bila ditinjau dari prinsip anggaran berbasis kinerja, kondisi tersebut menunjukkan dalam satu tahun anggaran hanya dapat maksimal melakukan pencapaian out put, belum dapat diharapkan untuk dapat mencapai out come. Baik belanja yang menghasilkan out put penyediaan pelayanan publik dan perumusan regulasi dan kebijakan, maupun belanja penyediaan sarana prasarana publik, menghasilkan out putnya pada ujung tahun fiskal. Sehingga manfaatnya tidak dapat dirasakan optimal pada tahun bersangkutan. Padahal pada tahun anggaran berikutnya, Pemerintah telah memiliki rencana kerja yang berbeda dan sasaran kinerja fiskal yang berbeda pula. Oleh karena itu, perlu dikaji pola penyerapan anggaran ideal dengan memperhatikan karakteristik belanja yang berorientasi pada kinerja, tidak hanya berdasarkan jenis belanja. Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 13 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara Pola penyerapan ideal tersebut dengan mempertimbangkan bahwa masing-masing karakteristik belanja memiliki peran yang sama untuk menjadi instrumen fiskal, dan Bendahara Umum Negara memiliki kapasitas untuk mengarahkan eksekusi belanja sesuai dengan kewenngan yang dimilikinya. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 14 Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara E. MENYUSUN POLA IDEAL PENYERAPAN ANGGARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK BELANJA Karakteristik Belanja Kementerian/Lembaga terdiri dari Belanja Operasional Pemerintahan, Belanja Pelayanan Publik dan Tugas Fungsi, Belanja Infrastruktur dan Belanja Kesejahteraan Rakyat. Masing-masing karakteristik tersebut memiliki pola yang berbeda dalampenggunaan anggarannya. Pola penggunaan anggaran nantinya akan berpengaruh terhadap pola penyerapan anggaran. Pola penyerapan anggaran lebih tepat dirumuskan per triwulan untuk memberikan fleksibilitas dan ruang penyesuaian terhadap deviasi antara rencana dan realisasi anggaran bulanan. Penggunaan anggaran belanja operasional pemerintahan seharusnya dilakukan secara proporsional selaras dengan keperluan pembayaran biaya gaji, tunjangan, dan keperluan sehari-hari perkantoran. Oleh karena itu, secara ideal penyerapan belanja tersebut proporsional setiap triwulan. Belanja pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi, penggunaan anggarannya untuk membiayai kegiatan-kegiatan dalam rangka pelayanan dan pelaksanaan tugas fungsi kementerian/lembaga yang dilaksanakan oleh satuan kerja. Kegiatan pelayanan dan pelaksanaan tugas fungsi dilakukan dalam bentuk pembentukan tim, penyelenggaraan rapat, perjalanan dinas, dan pembelian bahan untuk operasional dan pelaporan. Penyerapan belanja untuk karakteristik tersebut sebaiknya dilakukan sesuai siklus manajemen pemerintahan. Pada triwulan pertama kegiatan-kegiatan yang bersifat koordinasi seharusnya telah dilaksanakan. Selanjutnya untuk Triwulan kedua, kegiatan-kegiatan yang bersifat sosialisasi diselenggarakan. Pada triwulan ketiga, belanja digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat monitoring. Pada akhirnya pada triwulan keempat, kegiatan-kegiatan diarahkan untuk melakukan evaluasi. Dengan pola demikian, penyerapan anggaran dapat ditargetkan sesuai dengan sifat dan skala kegiatan. Asumsinya, pada triwulan I dapat menyerap anggaran sebesar 15%, triwulan II menyerap sebesar 35%, triwulan III menyerap sebesar 35%, dan triwulan IV menyerap sebesar 15%. Belanja infrastruktur, sesuai dengan karakteristiknya memerlukan tahapan dalam perencanaan teknis, pembebasan lahan dan pengadaan barang dan jasa. Bagaimanapun belanja untuk infrastruktur pasti akan rendah di awal tahun anggaran, dan penyerapan anggaran cenderung dilakukan pada Semester II pada saat prestasi atas barang telah memenuhi syarat untuk dicairkan anggarannya. Hal yang dapat dilakukan adalah memberikan target penyerapan yang rasional, mendorong disiplin anggaran serta penerapan manajemen proyek yang baik. Pada triwulan pertama, secara realistis belanja untuk infrastruktur ditetapkan 15%, karena masih tahap perencanaan, pengadaan barang/jasa ataupun paling cepat adalah uang muka. Pada akhir triwulan kedua, diharapkan seluruh proyek infrastruktur telah selesai dilelang dan mulai mencairkan uang muka atau termin pertama, sehingga penyerapan anggaran ditargetkan 20%, sehingga akumulasi penyerapan dapat mencapai 35%. Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 15 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara Sedangkan pada triwulan ketiga, pembayaran untuk belanja infrastruktur telah memasuki termin kedua, ketiga atau bahkan beberapa proyek telah selesai. Sehingga penyerapan anggaran dapat didorong menjadi 30%, dan akumulasinya mencapai 65%. Akhirnya pada triwulan keempat, adalah periode penyelesaian pembayaran termin terakhir dan jaminan pemeliharaan. Khususnya untuk proyek-proyek besar yang kontraknya hingga akhir tahun anggaran. Pada triwulan keempat ini, penyerapan dapat mencapai 35%, dengan asumsi seluruh belanja infrastruktur dilaksanakan. Belanja kesejahteraan rakyat, saat ini gunakan untuk pembayaran berbagai belanja bantuan sosial maupun belanja barang yang diserahkan kepada masyarakat/lembaga non Pemerintah. Belanja tersebut membutuhkan petunjuk teknis yang memuat kebijakan, target sasaran, mekanisme penyaluran dana dan pertanggungjawaban. Mengingat tujuannya adalah menjamin standar minimal kesejahteraan rakyat, seharusnya sejak awal tahun anggaran, belanja tersebut telah direalisasikan. Belanja inilah yang dapat menjadi instrumen pendorong konsumsi dan mempertahankan daya beli rakyat pada saat perekonomian masih “dingin” pada awal tahun anggaran. Oleh karena itu, target penyerapan yang dapat ditetapkan adalah triwulan I sebesar 25%, triwulan II sebesar 30%, triwulan III sebesar 30%, dan triwulan IV sebesar 25%. Tabel E-1 Pola Penyerapan Ideal Berdasarkan Karakteristik Belanja Karakteristik Belanja 1.Operasional Pemerintahan Asumsi Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 25,00% 25,00% 25,00% 25,00% 15,00% 35,00% 35,00% 15,00% 15,00% 20,00% 30,00% 35,00% 25,00% 30,00% 30,00% 15,00% 20,00% 27,50% 30,00% 22,50% Gaji dan Tunjangan (prorata 1/12) Keperluan Perkantoran (prorata 1/12) Pemeliharaan (prorata 1/12) 2.Pelayanan Publik dan Pelaksanaan Tugas Fungsi 3.Infrastruktur Triwulan I : Pelayanan + Koordinasi Triwulan II : Pelayanan + Sosialisasi Triwulan III : Pelayanan + Monitoring Triwulan IV : Pelayanan + Evaluasi Triwulan I : Lelang, Penetapan Pemenang, Uang Muka Triwulan II : Uang Muka/Termin I Triwulan III : Termin II s.d. III 4.Kesejahteraan Masyarakat Triwulan IV : Termin akhir Triwulan I Sosialisasi, Penetapan Juknis dan Pencairan Tahap I Triwulan II Pencairan tahap II Triwulan III Pencairan tahap III Triwulan IV Pencairan tahap akhir Rata-Rata Penyerapan Anggaran per Triwulan Pola penyerapan ideal berdasarkan karakteristik belanja tersebut, dapat mendorong penyerapan anggaran tiap triwulan lebih landai dan proporsional. Target penyerapan tersebut tidak hanya proporsional secara akumulatif, namun juga proporsional dan realistis dari sisi kontribusi masing-masing karakteristik belanja per triwulan. Penyerapan akumulatif dapat ditargetkan 20% pada triwulan pertama, 47,5 % pada triwulan kedua, 70,5% pada triwulan ketiga, dan maksimal 100% pada triwulan keempat. Sedangkan secara periodik, belanja direalisasikan 20% pada triwulan I, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 16 Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara 27,5% pada triwulan II, 30% pada triwulan III, dan maksimal 22,5% pada triwulan keempat. Kontribusi yang proporsional dan realistis ditunjukkan dengan memberikan toleransi kepada belanja infrastruktur untuk rendah pada triwulan pertama (15%) dan kedua (35%), namun memberikan target lebih besar kepada belanja operasional pemerintahan, kesejahteraan rakyat dan pelayanan publik. Sebaliknya pada paruh kedua tahun anggaran, belanja infrastruktur mendominasi realisasi belanja pemerintah, namun tanpa harus terkonsentrasi pada triwulan keempat. Sedangkan belanja pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi, diharapkan terkendali pada akhir tahun anggaran. Gambar E-1 Penyerapan Ideal Nasional 2015 Penyerapan Ideal Nasional 2015 (Akumulatif) Penyerapan Ideal Nasional 2015 Nasional (Tidak Akumulatif) 120% 120% 100,00% 100% 15,66% 14,45% 22,51% 22,03% 80% 60% 13,59% 12,15% 24,89% 29,10% 76,00% 120% 100% 80% 20,87% 29,18% 30,18% 80% 15,66% 13,58% 12,25% 7,60% 24,00% 19,39% 21,68% 29,34% 42,45% 31,73% 16,87% 22,51% 46,24% 40% 26,85% 100% 60% 60% 40% 40% 20% 20% 20,87% 26,98% 35% 29,76% 35,17% 25% 40,95% 34,34% 31,34% 31,76% 0% 0% Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Operasional Pelayanan Publik Infrastruktur Kesejahteraan Masyarakat Column1 40,95% 29,57% 20% 15% 19,39% 20% 30% 26,68% 33,09% 0% 10% 5% 0% Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Operasional Pelayanan Publik Kesejahteraan Masyarakat Column1 Infrastruktur Apabila formula pola penyerapan ideal berdasarkan karakteristik belanja tersebut diimplementasikan dengan data belanja kementerian/lembaga tahun 2015 (status per 10 Mei 2015), dapat disajikan bahwa realisasi anggaran triwulan I yang dapat dicapai sebesar 19,39% atau sebesar Rp 157,099 triliun. Realisasi tersebut lebih tinggi 6,02% daripada realisasi riil pada triwulan pertama tahun 2015 yang sebesar 13,37%, atau sebesar 108,295 triliun. Berdasarkan formula tersebut, dapat pula diproyeksikan realisasi periodik pada triwulan IV dapat ditekan pada 24% atau Rp 194,411 triliun. Angka tersebut lebih rendah dari proyeksi penyerapan pada triwulan empat yang dapat mencapai minimal 29,25% atau sebesar Rp 236,974 triliun. Demikian pula pada triwulan kedua dan ketiga, penyerapan belanja negara dapat didorong lebih proporsional. Pada triwulan kedua, dengan pola penyerapan ideal ditargetkan sebesar 46,24%, sepertinya sulit direalisasikan oleh penyerapan riil yang diproyeksikan sebesar 37,75%. Akibatnya pada triwulan ketiga deviasi penyerapan ideal dengan penyerapan riil semakin melebar sebesar 10,25%, yaitu secara ideal sebesar 76%, namun proyeksi riil sebesar 65,75%. Hal inilah yang kembali mengakibatkan penumpukan belanja pada akhir tahun anggaran hingga 30%. Mei 2015 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 17 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara Tabel E-2 Simulasi Penyerapan Ideal dalam Belanja Kementerian/Lembaga APBN-P Tahun 2015 (milyar) Karakteristik Belanja Pagu Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 1.Operasional Pemerintahan 257.322,36 64.330,59 64.330,59 64.330,59 64.330,59 2. Pelayanan Publik dan Pelaksanaan Tugas Fungsi 3.Infrastruktur 218.617,83 32.792,67 76.516,24 76.516,24 32.792,67 235.778,34 35.366,75 47.155,67 70.733,50 82.522,42 4.Kesejahteraan Masyarakat 98.437,38 24.609,34 29.531,21 29.531,21 14.765,61 Penyerapan Ideal 810.155,91 157.099,36 217.533,71 241.111,55 194.411,29 Penyerapan riil dan proyeksi 810.155,91 108.294,70 197.556,79 226.855,11 236.974,02 Gap 810.155,91 48.804,66 19.976,92 14.256,44 42.562,73 Pola penyerapan yang memperhatikan karakteristik belanja tersebut, diharapkan dapat memenuhi : 1. 2. 3. 4. 5. Ketertiban dalam perencanaan kegiatan dan manajemen proyek; Ketertiban dalam pengelolaan keuangan; Rasionalitas dalam pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran; Menjadi alat bantu pengendalian kas Pemerintah; Mendukung peran countercyclical dalam konsumsi pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka menjamin pola penyerapan ideal berdasarkan karakteristik belanja tersebut dapat diterapkan, perlu dirumuskan kebijakan yang sederhana dan implementatif. Kebijakan tersebut mengatur dan mengendalikan agar pola penyerapan ideal tersebut selaras dengan manajemen pemerintahan pada kementerian/lembaga dan sistem manajemen keuangan Pemerintah pada Kementerian Keuangan. Oleh karena itu, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dalam aspek budget execution, dapat berperan untuk merumuskan perangkat kebijakan penerapan pola ideal penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik belanja negara. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 18 Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara F. PERAN BENDAHARA UMUM NEGARA DALAM PENERAPAN DAN PENGENDALIAN POLA IDEAL PENYERAPAN BELANJA NEGARA Bendahara Umum Negara (Chief Financial Officer) sesuai dengan teori dan peraturan perundangan memiliki tiga tugas utama, yaitu dalam bidang pelaksanaan anggaran (budget execution), pengelolaan kas (cash management) dan akuntansi pelaporan keuangan (accounting and reporting). Dalam bidang tugas tersebut, fungsi pelaksanaan anggaran sangat erat kaitannya dengan pengelolaan kas. Pada fungsi pelaksanaan anggaran, Bendahara Umum Negara harus melakukan apropriasi yang prinsipnya menyatakan bahwa seluruh kegiatan pada dokumen pelaksanaan anggaran telah siap untuk dilaksanakan dan belanja negara sebagai konsekuensi dari pembayaran kegiatan tersebut telah tersedia dananya pada waktu yang ditetapkan. Sebagai implikasinya, dalam fungsi pengelolaan kas, Bendahara Umum Negara harus mengatur sebaik-baiknya agar Kas Pemerintah mencukupi pada saat tagihan atas beban belanja negara diajukan. Oleh karena itu, informasi rencana penarikan dana menjadi bagian wajib dari dokumen pelaksanaan anggaran. Dalam rangka melaksanakan fungsi pelaksanaan anggaran, berdasarkan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, diantaranya Bendahara Umum Negara diberikan wewenang untuk menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara; dan, melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran. Dasar hukum tersebut yang menjadi landasan Menteri Keuangan dan Direktur Jenderal Perbendaharaan menerbitkan berbagai peraturan pelaksanaan anggaran belanja negara. Penetapan Pola Penyerapan Ideal Berdasarkan Karakteristik Belanja dapat menjadi bagian dari strategi Bendahara Umum Negara untuk melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran dan menjadi pedoman pelaksanaan anggaran belanja negara. Manfaat dari penerapan Pola Penyerapan Ideal Berdasarkan Karakteristik Belanja dalam pengendalian pelaksanaan anggaran adalah: 1. 2. 3. 4. Mei 2015 Pada awal tahun, bahkan sebelum tahun anggaran dimulai, setelah menerima DIPA, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melakukan berbagai persiapan dan perencanaan agar target penyerapan dapat terpenuhi; Pola penggunaan anggaran, dalam bentuk tahapan kegiatan pada satuan kerja, lebih rasional, terkoordinasi dan memiliki keselarasan ritme yang terhubungan dengan implementasi Rencana Kerja Pemerintah; Pelaksanaan kegiatan dan pencairan dana menggerakkan konsumsi dan perekonomian masyarakat sejak awal tahun anggaran (countercyclical); Pengukuran pencapaian kinerja belanja dan identifikasi permasalahan pelaksanaan anggaran lebih mudah dilakukan berdasarkan perkembangan capaian out put bukan input; Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 19 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara 5. Proyeksi dan perencanaan kas Pemerintah dapat lebih akurat. Manfaat penerapan Pola Penyerapan Ideal Berdasarkan Karakteristik Belanja dalam pengendalian pelaksanaan anggaran akan optimal, apabila Bendahara Umum Negara benar-benar menggunakan seluruh fungsi, otoritas dan kewenangannya sebagaimana diatur dalam undang-undang untuk mengendalikan pelaksanaan anggaran. Pengendalian pelaksanaan anggaran yang dapat dilakukan oleh Bendahara Umum Negara adalah: 1. 2. 3. 4. Menetapkan target penyerapan ideal triwulanan untuk masing-masing Kementerian/Lembaga/Pengguna Anggaran berdasarkan karakteristik belanja dan out put pada DIPA; Menetapkan tindakan khusus terhadap realisasi yang tidak mencapai target penyerapan anggaran, berdasarkan karakteristik belanja. Tindakan khusus tersebut adalah: a. Realisasi belanja operasional yang dibawah target, dilakukan blokir sebagai efisiensi nasional. b. Realisasi belanja pelayanan dan pelaksanaan tugas fungsi yang dibawah target, dilakukan blokir dan dapat direalokasi dengan syarat-syarat tertentu dikaitkan dengan prioritas nasional dan kementerian/lembaga; c. Realisasi belanja infrastruktur yang dibawah target, dilakukan penyesuaian target triwulan berikutnya berdasarkan evaluasi berjenjang dari level satuan kerja, unit eselon I sampai dengan kementerian/lembaga; d. Realisasi belanja kesejahteraan yang di bawah target, dilakukan evaluasi kebijakan belanja secara nasional untuk menetapkan target penyerapan berikutnya berdasarkan target peningkatan kesejahteraan nasional. Menyusun regulasi dan pedoman khusus dalam bidang pelaksanaan anggaran (pembuatan komitmen, pembayaran, dan pencairan) untuk masing-masing karakteristik belanja yang dapat membantu Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan penggunaan anggaran dengan tertib, taat azas, akuntabel namun mempehatikan ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran. Merumuskan mekanisme pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran secara khusus sesuai karakteristik belanja. Pembinaan diperlukan untuk memastikan seluruh kebijakan, regulasi dan pedoman pelaksanaan dapat diimplementasikan. Monitoring diperlukan diperlukan untuk mengidentifikasi permasalahan dan memberikan solusi atau rekomendasi kebijakan. Evaluasi diperlukan untuk merumuskan penyempurnaan kebijakan ke depan. Langkah-langkah pengendalian yang ditetapkan oleh Bendahara Umum Negara, secara ex officio menjadi otoritas oleh Menteri Keuangan dan unit pelaksana adalah Ditjen Perbendaharaan. Oleh karena itu, pengendalian pelaksanaan anggaran akan menjadi otoritas Ditjen Perbendaharaan. Untuk melaksanakan otoritas tersebut, Ditjen Perbendaharaan memiliki kapasitas yang memadai, dengan alasan sebagai berikut: 1. Ditjen Perbendaharaan memiliki Direktorat Pelaksanaan Anggaran, yang memiliki tugas fungsi untuk menetapkan kebijakan, standar dan pedoman pelaksanaan anggaran. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 20 Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara 2. 3. Dalam rangka menjamin kebijakan, standar dan pedoman tersebut selaras dengan prinsip-prinsip pengelolaan perbendaharaan dan pengelolaan kas, Ditjen Perbendaharaan juga memiliki Direktorat Sistem Perbendaharaan dan Direktorat Pengelolaan Kas Negara; Ditjen Perbendaharaan juga memiliki 33 Kantor Wilayah dan 179 KPPN Konvensional yang dapat menjamin koordinasi, supervisi dan implementasi kebijakan pengendalian pelaksanaan anggaran dapat berjalan optimal. Kantor Wilayah dan KPPN telah memiliki perangkat untuk melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran di level satuan kerja. Ditjen Perbendaharaan telah menerapkan SPAN, yang menjamin seluruh data dan informasi pelaksanaan anggaran terintegrasi dan tersentralisasi. Data informasi, seperti supplier, kontrak dan pembayaran dapat menjadi bahan perumusan kebijakan. Dalam rangka melaksanakan otoritas tersebut dengan memanfaatkan kapasitas yang dimiliki oleh Ditjen Perbendaharaan, maka proses bisnis yang dapat dibangun untuk melaksanakan pengendalian pelaksanaan anggaran melalui penerapan pola ideal penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik belanja, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mei 2015 Direktorat Pelaksanaan Anggaran melakukan identifikasi terhadap out put-out put pada DIPA kementerian/lembaga, untuk selanjutnya diklasifikasi ke dalam empat karakteristik belanja. Untuk melakukan tugas tersebut, struktur organisasi Direktorat Pelaksanaan Anggaran berdasarkan PMK No. 206/PMK.01/2014, telah mendukung penugasan Subit Teknis untuk mendalami masing-masing karakteristik belanja; Direktorat Pelaksanaan Anggaran melakukan penetapan target pola ideal penyerapan anggara berdasarkan karakteristik belanja, dengan berdasarkan kajian atas sasaran kinerja Pemerintah, pengaruh masing-masing karakteristik belanja ataupun keseluruhan belanja terhadap perekonomian dan proyeksi ketersediaan kas Pemerintah. Diretorat Pelaksanaan Anggaran mengidentifikasi kebutuhan dan merumuskan regulasi, peraturan dan pedoman pelaksanaan pelaksanaan anggaran untuk menjamin Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat mencapai target penyerapan yang telah ditetapkan; Target penyerapan dan regulasi ditetapkan oleh Menteri Keuangan atau Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk menjadi dasar pelaksanaan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (satuan kerja) dan Kanwil/KPPN; Ditjen Perbendaharaan (Direktorat Pelaksanaan Anggaran, Kantor Wilayah dan KPPN) melakukan koordinasi, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan sesuai dengan level/jenjang wilayahnya (nasional, provinsi, satuan kerja); Ditjen Perbendaharaan melakukan analisis dan rilis triwulanan serta laporan kepada Menteri Keuangan mengenai perkembangan pelaksanaan anggaran dan pencapaian kinerja belanja negara serta proyeksi penyerapan dan kinerja berdasarkan karakteristik belanja. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 21 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara Melalui peran Bendahara Umum Negara dalam pengendalian pelaksanaan anggaran melalui penerapan pola ideal penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik belanja, manfaat yang dapat diperoleh Ditjen Perbendaharaan adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Ditjen Perbendaharaan dapat menyajikan analisis perkembangan pelaksanaan anggaran secara komprehensif, dan dapat menjelaskan kontribusi belanja negara terhadap perekonomian setiap triwulan serta keterkaitannya dengan pengelolaan kas Pemerintah; Ditjen Perbendaharaan juga dapat berperan aktif sebagai CFO, yang dapat mengatur irama pelaksanaan anggaran dan melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran agar terhubung dengan sasaran kebijakan fiskal Pemerintah dari sisi out put dan kinerja dengan tetap memperhatikan kemampuan kas Pemerintah; Ditjen Perbendaharaan dapat terus merumuskan, meneyempurnakan dan menetapkan kebijakan, peraturan dan pedoman pelaksanaan anggaran yang sesuai dengan konteks permasalahan dan perkembangan lingkungan eksternal dengan tertib, taat asas, akuntabel dan memperhatikan efisiensi, efektvitas dan ketepatan waktu pelaksanaan anggaran; Ditjen Perbendaharaan dapat memiliki otoritas yang bermanfaat untuk mengembangkan dan menggerakkan kapasitas organisasi, sumber daya manusia, sarana prasarana dalam bidang pelaksanaan anggaran, baik pada Kantor Pusat, Kantor Wilayah dan KPPN; Ditjen Perbendaharaan dapat memiliki indikator untuk menetapkan kinerja di bidang pengelolaan perbendaharaan negara, yang bermanfaat untuk memberikan sistem reward kepada pegawai Ditjen Perbendaharaan. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 22 Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara G. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Permasalahan penyerapan anggaran yang tidak proporsional dan optimal selalu muncul setiap tahun anggaran. Pada tahun 2015, permasalahan tersebut kembali mengemuka dan menjadi isu nasional karena Pemerintah baru Kabinet Kerja Presiden Jokowi memberikan peran sangat besar kepada belanja negara untuk menyediakan sarana prasarana publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pengurangan anggaran subsidi energi. Sementara pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi melambat pada triwulan I dan kapasitas eksekusi Pemerintah untuk melaksanakan penyerapan anggaran masih terkendala beberapa hal, seperti reorganisasi kementerian lembaga dan tahapan pengadaan barang/jasa. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk ke depan permasalahan yang sama tidak terus menerus terjadi, telah dilakukan kajian ringkas mengenai pola penyerapan anggaran kementerian/lembaga dan alternatif strategi untuk menetapkan pola ideal penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik belanja, dan menggunakannya untuk pengendalian pelaksanaan anggaran oleh Bendahara Umum Negara. Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian tersebut adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Mei 2015 Penyerapan anggaran kementerian/lembaga dari waktu ke waktu tidak pernah proporsional dan optimal. Penyerapan pada setiap triwulan I hanya sekitar 9,5% dan triwulan II sekitar 18,4 %. Hal ini menyebabkan anggaran menumpuk pada akhir tahun anggaran atau Triwulan IV hingga 40,5%. Hal ini menyebabkan realisasi anggaran Kementerian/Lembaga rata-rata tercapai dibawah 90 %. Penyerapan anggaran yang tidak proporsional tersebut, menyebabkan peran konsumsi Pemerintah dalam PDRB dan pertumbuhan ekonomi bersifat procyclical. Kondisi tersebut membuat multiplier effect kebijakan fiskal Pemerintah kurang optimal. Berdasarkan teori ekonomi pembangunan, seharusnya peran belanja Pemerintah bersifat countercyclical sehingga pelaksanaan kegiatan dan kucuran belanja dapat menggerakkan ekonomi sejak awal tahun, mempertahankan daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja, anggaran dalam satu tahun fiskal harus mencapai kinerja pada waktu yang tepat (out put dan out come), sehingga berkesinambunga dengan anggaran tahun berikutnya dalam kerangka pengeluaran jangka menengah; Untuk mendorong penyerapan anggaran yang proporsional, perlu dilakukan analisis dari sisi karakteristik belanja pemerintah sesuai fungsinya dalam APBN. Karakteristik belanja tersebut adalah: belanja operasional pemerintahan; belanja pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi; belanja infrastruktur, dan belanja kesejahteraan rakyat. Pengelompokan belanja berdasarkan karakteristik dilakukan berdasarkan jenis-jenis out put pada DIPA Kementerian/Lembaga; Dari analisis penyerapan anggaran menurut karakteristik belanja, dapat dirumuskan kondisi riil dan kondisi ideal penyerapan anggaran, sebagai berikut: a. Belanja operasional pemerintahan, selama ini relatif proporsional namun masih relatif rendah pada triwulan pertama. Seharusnya belanja opersional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 23 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara 6. pemerintahan merata proporsional sejalan dengan berfungsinya birokrasi dan operasional kantor-kantor Pemerintah; b. Belanja pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi, selama ini penyerapannya tidak proporsional, rendah di awal tahun anggaran dan relatif menumpuk pada akhir tahun anggaran. Seharusnya belanja tersebut lebih proporsional, sejalan dengan pemberian layanan publik, dan siklus manajemen pemerintahan (koordinasi, sosialisasi, monitoring dan evaluasi). c. Belanja infrastruktur, selama ini sulit untuk didorong penyerapannya di atas 10% pada triwulan pertama dan lebih dari 20% pada triwulan kedua, atau dikendalikan agar tidak menumpuk lebih dari 30% pada triwulan keempat. d. Belanja kesejahteraan rakyat, selama ini juga relatif rendah pada awal tahun anggaran karena masih menunggu petunjuk teknis dan tahapan kegiatan. Seharusnya belanja kesejahteraan rakyat dapat dimulai segera dan dalam jumlah optimal sejak awal tahun anggaran, dan proporsional sepanjang tahun anggaran sesuai dengan kebijakan untuk mempertahankan tingkat minimal kesejahteraan rakyat. Berdasarkan analisis tersebut, dapat diformulasikan Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja sebagai berikut: Tabel G-1 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik No. Karakteristik Belanja 1. 2. Operasional Pemerintahan Pelayanan Publik dan Pelaksanaan Tugas Fungsi 3. Infrastruktur 4. Kesejahteraan Rakyat Penyerapan Tidak Akumulatif Penyerapan Akumulatif 7. 8. Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 25,00% 15,00% 25,00% 35,00% 25,00% 35,00% 25,00% 15,00% 15,00% 25,00% 20,00% 20,00% 20,00% 30,00% 27,50% 47,50% 30,00% 30,00% 30,00% 77,50% 35,00% 15,00% 22,50% 100,00% Penetapan pola penyerapan anggaran ideal berdasarkan karakteristik belanja diharapkan mampu mengkonsolidasikan pelaksanaan kegiatan kementerian/lembaga lebih tertib dan berorientasi kepada capaian out put, menjamin efektivitas program-program pro-rakyat, mendorong belanja infrastruktur tepat waktu namun rasional, dan mengoptimalkan peran countercyclical belanja negara terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka menjamin pola ideal penyerapan belanja tersebut dapat diterapkan, Bendahara Umum Negara perlu menggunakan kewenangan pengendalian pelaksanaan anggaran sebagaimana diberikan oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pengendalian pelaksanaan anggaran dilakukan dengan cara: a. Menetapkan target penyerapan triwulanan, b. Menerapkan tindakan khusus pada belanja yang tidak memenuhi target penyerapan; c. Menetapkan kebijakan, regulasi dan pedoman pelaksanaan yang mendukung Pengguna Anggaran mencapai target penyerapan anggaran; Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 24 Mei 2015 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara d. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pada seluruh tingkatan penggunaan anggaran. 9. Peran Bendahara Umum Negara dalam pengendalian pelaksanaan anggaran dilaksanakan oleh Ditjen Perbendaharaan. Melalui penerapan Pola Ideal Penyerapan Anggaran berdasarkan Karakteristik Belanja, peran Ditjen Perbendaharaan dalam pengendalian pelaksanaan anggaran dapat lebih optimal. Ditjen Perbendaharaan (Kantor Pusat, Kanwil dan KPPN) juga memiliki kapasitas organisasi dan sumber daya manusia yang memadai untuk melaksanakan kewenangan tersebut. 10. Melalui kemampuan pengendalian pelaksanaan anggaran Ditjen Perbendaharaan, diharapkan Ditjen Perbendaharaan dapat melakukan: a. Menyajikan analisis belanja negara yang dikaitkan dengan kontribusi terhadap perekonomian; b. Mengatur dan menyelaraskan pola penggunaan anggaran oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berdasarkan kinerja (out put dan out come) dan memperhatikan pengelolaan kas Pemerintah; c. Mengembangkan kebijakan pengelolaan perbendaharaan yang berorientasi pada efektivitas, efisiensi dan ketepatan waktu belanja negara, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip hukum keuangan negara; d. Mengembangkan pengukuran kinerja pengelolaan perbendaharaan untuk perumusan sistem reward terhadap pegawai Ditjen Perbendaharaan. Berdasarkan kesimpulan tersebut, rekomendasi kebijakan yang dapat diusulkan untuk mempertajam peran pengendalian pelaksanaan anggaran oleh Bendahara Umum Negara, adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Mei 2015 Ditjen Perbendaharaan melakukan identifikasi terhadap out put-out put pada DIPA kementerian/lembaga, untuk selanjutnya diklasifikasi ke dalam empat karakteristik belanja. Untuk melakukan tugas tersebut, struktur organisasi Direktorat Pelaksanaan Anggaran berdasarkan PMK No. 206/PMK.01/2014, telah mendukung penugasan untuk mendalami masing-masing karakteristik belanja; Ditjen Perbendaharaan melakukan penetapan target pola ideal penyerapan anggara berdasarkan karakteristik belanja, dengan berdasarkan kajian atas sasaran kinerja Pemerintah, pengaruh masing-masing karakteristik belanja ataupun keseluruhan belanja terhadap perekonomian, dan proyeksi ketersediaan kas Pemerintah. Ditjen Perbendaharaan mengidentifikasi kebutuhan dan merumuskan regulasi, peraturan dan pedoman pelaksanaan pelaksanaan anggaran untuk menjamin Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat mencapai target penyerapan yang telah ditetapkan; Penetapan target penyerapan dan regulasi oleh Menteri Keuangan untuk menjadi dasar pelaksanaan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (satuan kerja) dan Kanwil/KPPN; Ditjen Perbendaharaan (Direktorat Pelaksanaan Anggaran, Kantor Wilayah dan KPPN) melakukan koordinasi, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan sesuai dengan level/jenjang wilayahnya (nasional, provinsi, satuan kerja). Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 25 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara FUNGSI ANGGARAN `BELANJA NEGARA Operasional Pemerintahan Pembangunan Infrastruktur Pelayanan Publik Kesejahteraan Masyarakat PENYERAPAN ANGGARAN SEHARUSNYA 1. 2. 3. 4. Proporsional sepanjang tahun anggaran; Optimal mencapai kinerja; Mendorong pertumbuhan ekonomi; Mempertahankan kesejahteraan minimal rakyat. PERMASALAHAN 1. 2. 3. 4. Rendah di awal tahun, menumpuk di akhir tahun; Kinerja hanya sampai out put, realisasi akumulatif di bawah 95%; Kontribusi terhadap perekonomian rendah di awal tahun (bersifat procyclical); Program dan kegiatan tidak dilaksanakan sejak awal tahun. POLA IDEAL PENYERAPAN BELANJA No. Karakteristik Belanja 1. 2. Operasional Pemerintahan Pelayanan Publik dan Pelaksanaan Tugas Fungsi 3. Infrastruktur 4. Kesejahteraan Rakyat Penyerapan Tidak Akumulatif Penyerapan Akumulatif Triwulan I 25,00% 15,00% Triwulan II 25,00% 35,00% Triwulan III 25,00% 35,00% Triwulan IV 25,00% 15,00% 15,00% 25,00% 20,00% 20,00% 20,00% 30,00% 27,50% 47,50% 30,00% 30,00% 30,00% 77,50% 35,00% 15,00% 22,50% 100,00% PENGENDALIAN PELAKSANAAN ANGGARAN 1. Menetapkan target penyerapan triwulanan; 2. Menerapkan tindakan khusus pada belanja yang tidak memenuhi target penyerapan; 3. Menetapkan kebijakan, regulasi, dan pedoman pelaksanaan yang mendukung Pengguna Anggaran mencapai target penyerapan anggaran; 4. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pada seluruh tingkatan Pengguna Anggaran. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau 26 Mei 2015