BEI Menaikkan Aneka Biaya bagi Emiten

advertisement
BEI Menaikkan Aneka Biaya bagi Emiten
Pelaku pasar menganggap kanaikan ini masih dalam taraf normal
JAKARTA—Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menaikkan biaya pencatatan perdana
(listing fee) dan biaya pencatatan tahunan (annual listing fee). Keputusan ini masuk
dalam perubahan aturan pencatatatan saham dengan Nomor Kep-00001/BEI/01/2014.
Ito Warsito, Direktur Utama BEI mengatakan, kenaikan listing fee dan annual listing fee
ini karena menyesuaikan kondisi. “Semua harga kan sudah naik. Sejak tahun 1990-an
listing fee belum pernah naik,” dalih dia, Jumat (24/1). Aturan ini merevisi aturan lama
yakni Kep-305/BEJ/07-2004.
Kenaikan biaya pencatatan awal (listing fee) dibagi berdasarkan papan utama dan
papan pengembangan. Emiten pada papan utama akan dikenakan fee Rp 1 juga untuk
setiap kelipatan Rp 1 miliar dari nilai kapitalisasi saham. Adapun, minimal biaya
pencatatan sebesar Rp 26 juta dan maksimal Rp250 juta.
Sedangkan, emitan pada papan pengembangan hrus membayar listing fee minimal Rp
25 juta dan maksimal 150 juta. Ketentual listing fee ini mulai berlaku 30 Januari 2014.
Sebelumnya, BEI memukul rata biaya percatatan di papan utama maupun
pengembangan, yakni minimal Rp 10 juga dan maksimal Rp 150 juta, tergantung nilai
kapitalisasi pasar. Biaya pencatatan ini harus dibayar paling lambat dua hari sebelum
tanggal pencatatan.
Selain itu, BEI juga menaikkan biaya pencatatan tahunan atau annual listing. Semula,
biaya pencatatan tahun ini minimal Rp 5 juta dan maksimal Rp 100 juta, tergantung
nilai kapitalisasi pasar emiten. Kini, rentang biaya percatatan tahunan menjadi minimal
Rp 50 juta sampai maksimal Rp 250 juta. Biaya pencatatan tahunan harus dibayar
paling lambat hari bursa terakhir di setiap bulan Januari bagi emiten. Adapun, bagi
calon emiten wajib membayar annual listing fee di awal.
Jika calon emitan atau emiten telah membayar maka akan dikenakan sanksi berupa
denda 2% per bulan dihitung proporsional sesuai hari keterlambatan.
Ito bilang, jika ada terlambat membayar maka pihaknya akan menagih dan diberi
waktu untuk memulai. Jika dalam kurun waktu itu tidak dipenuhi maka perusahaan
bisa di delisting dari bursa. “Itu kan tandanya mereka mampu menjadi perusahaan
terbuka,” ujar dia.
Mencekik
Kenaikan biaya ini dianggap mencekik calon emiten yang skala usahanya menengah
bawah. Jika dihitung kenaikan biaya listing ini mencapai 15%. Sedangkan, kenaikan
biaya pencatatan tahunan sebesar 150%-900%. Padahal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
berencana memudahkan segmen menengah bawah untuk melantai di bursa.
Analis Danareksa Securities, Lucky Bayu bilang, kapitalisasi pasar perusahaan
menengah bawah tak besar. Menurut dia, BEI dan OJK mestinya memikirkan regulasi
khusus bagi perusahaan di segmen ini.
“Sekarang konsekuensi masuk ke bursa saja besar. Ini tak kondusif untuk perusahaan
yang menjadi calon emiten,” ujar Lucky. Ia merasa, kenaikan baiya listing ini
memberikan sentiment negative bagi para calon emiten akan masuk ke bursa. Lucky
membandingkan dengan di negara maju, otoritas pasar modal justru membuat aturan
yang memudahkan calon emiten.
Namun, Airlangga Hartanto, Ketua Asosiasi Emiten Indonesia bilang, ketentuan
tersebut masih dalam batas normal. “Biaya pencatatan masih pada level yang masih
bisa diterima.” Ujar dia. Sedangkan, Presiden Direktur Valbury Asia Securities Johanes
Soetikno menambahkan, kenaikan tarif ini membuat para emiten tak main-main di
pasar saham.
Analis MCN Securities, Reza Nugraha juga sepakat, kenaikan biaya pencatatan ini
masih normal. “Sebab, perusahaan bisa meraih dana ratusan miliar dari pasar modal,”
ujarnya.
Kenaikan biaya ini seharusnya bisa mendongkrak pendapatan BEI di tahun ini. Namun,
bagi Lucky, dengan kondisi ini, emiten akan cenderung menahan diri untuk masuk
pasar saham. Ia pun tak yakin, jika BEI bisa meraih peningkatan laba yang sama
dengan tahun lalu.
Pada 2013, BEI meraup laba Rp 120 miliar, naik 179% dari ekspektasi awal Rp 43 miliar.
Sementara, pendapatan BEI mencapai Rp 700 miliar.
Koran KONTAN, Senin 27 Januari 2014
Download