KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH PERKAWINAN (Studi Perkawinan Masyarakat Bugis Bone) Oleh: Hamzah Latief E-mail: [email protected] Abstract yang bertujuan untuk membina The results showed that the content of the hadith Aulim Walau bi Sya>tinindicates marriage eventin simple concept implementation. DescriptionBugisBone community in the implementation of assorted colored marriage event customs setempet is still very strong. Relevance execution marriage event beetwen Hadith Aulim Walau bi Syatin with indigenous communities Bugis Bone is considered less relevant. It is seen in the implementation marriage event of the Bugis Bone community too complicated with many customs that seem wasteful and enforced, while the concept marriage event in the hadith Aulim Walau bi Syatin more emphasis on the principles of simplicity and ability. hubungan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri bahagia. dalam (QS. keluarga yang al-Nisā/4:21)Dengan perkawinan, manusia dapat berketurunan dan dapat melestarikan kehidupannya setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif dan mewujudkan tujuan perkawinan.Demi menjaga martabat kemuliaan manusia, maka khusus umat muslim yang telah mampu untuk kawin sangat dianjurkan untuk melakukannya, karena di samping perkawinan tersebut adalah sunnatullah, juga merupakan Keywords: hadis-walimah-adat اﻟﻨﻜﺎحsunnah Rasul. (Sabda Nabi Saw. “ ” artinya; ﺳﻨﺘﻰ ﻓﻤﻦ رﻏﺐ ﻋﻦ ﺳﻨﺘﻰ ﻓﻠﯿﺲ ﻣﻨﻰ Nikah (kawin) itu adalah sunnahku, Pendahuluan barang Perkawinan adalah salah satu sunnatullah, hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan, merupakan naluri segala khususnya manusia. makhluk, siapa sunnahku, yang bukanlah benci kepada golonganku.) Praktisnya bahwa manusia (umat Islam) yang melakukan perkawinan, akan mendapatkan pahala. (QS. al- Zariyat/51:49)Perkawinan bagi Salah satu hal yang terkait manusia, merupakan miśāqan galīẓan dengan perkawinan adalah masalah “walimah perkawinan” atau walīmah al- Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1 82 | Hamzah Latief ‘ursy yang dalam bahasa Indonesia ﻋﻦ أﻧﺲ رﺿﻰ ﷲ ﻋﻨﮫ أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ... disebut dengan “acara pesta” atau ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ رأى ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ “acara resepsi perkawinan”. Kata walimah yang sudah di Indonesiakan secara sederhana dapat diartikan ﻗﺎل ﻣﺎ ھﺬا ؟ ﻗﺎل إﻧﻰ,ﻋﻮف أﺛﺮ ﺻﻔﺮة :ﺗﺰوﺟﺖ اﻣﺮأة ﻋﻠﻰ وزن ﻧﻮاة ﻣﻦ ذھﺐ ﻗﺎل berupa .(ﺑﺎرك ﷲ ﻟﻚ أوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺸﺎة )رواه اﻟﺒﺨﺎري perayaan pesta perkawinan maupun (al-Bukhari, 254) sebagai perayaan, baik perayaan acara berupa aqīqah dan Artinya: sejenisnya.Namun, walimah bahwasanya Nabi saw., melihat pada seringdiidentikkan dengan perayaan diri Abd Rahman bin ‘Auf wangi- pesta kata wangian, Nabi bertanya: untuk apa dengan itu ?. Abd Rahman menjawab: Saya perkawinan, walimah sangat sehingga populer perayaan pesta Pelaksanaan walimah perkawinan. merupakan telah …dari mengawini Nabi mengadakan walimah adalah untuk memberi memberikan perjamuan kepada khalayak (masyarakat luas) bahwa fitnah dikala keduanya berjalan berbarengan dalam keadaan mesra sebagaimana halnya suami istri. Sebagai sunnah Rasul, masalah walimah banyak penjelasannya Mengadakan ditemukan dalam Hadis. walimah, termasuk wanita bersabda: semoga berkah (walimah) Allah adakanlah sekali pun dengan seekor kambing’. kedua mempelai sah menjadi suami istri. Selain itu, untuk menghindari seorang r.a. dengan biji-bijian setimbang emas, sunnah, salah satu tujuan anjuran informasi Anas Riwayat yang semakna dengan Hadis di atas, tentu masih dapat ditelusuri dalam berbagai kitab rujukan melalui Mu’jam al-Hadis. Hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Mālik tersebut cukup populer dikalangan ahli hadis maupun para ahli tafsir. Kendatipun Hadis tersebut dikatakan sebagai Hadis shahih,tetapi bentuk anjuran Nabi saw., sebagaimana dalam pengamalannya tidak mendapat respon sabdanya yang diriwayatkan oleh Anas di kalangan masyarakat khususnya umat bin Mālik, yang redaksinya adalah Islam. sebagai berikut: Kenyataan menunjukkan bahwa pesta perkawinan di era modern ini, AL-RISALAH| Januari -Juni 2016 KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH... | 83 banyak dilaksanakan di gedung-gedung Kabupaten Bone yang kaya akan dengan menu-menu yang disediakan pesta untuk tamu cukup megah dan mewah, sangat menarik untuk diteliti secara sehingga kadar seekor kambing sebagai gradual. besar-besaran, maka akan ukuran kuantitas dan kualitasnya tidak Kabupaten Bone merupakan lagi diperhitungkan. Paradigma mereka daerah di Sulawesi Selatan yang tentang ukuran kuantitas adalah menu- memiliki menu yang harganya lebih mahal dari 2004:112) yang dipegang teguh oleh kambing. Di sisi lain, yang mereka masyarakatnya. jadikan 1984:20) Paham masyarakat akan ukuran kualitas adalah hukum adat, (Bisri, (Abdurahman, mewahnya dan atau meriahnya acara adat tersebut. Sehingga dalam pelaksanaan walimah yang tidak sesuai dengan walimah tidak merasa lengkap tanpa adat istiadat yang berkembang dalam adanya hiburan-hiburan seperti elekton masyarakat, maka akan mendapat dan sejenisnya dengan biaya yang sanksi sosial. Budaya walimah di mahal karena ukuran kualitasnya adalah Kabupaten Bone banyak dipengaruhi maraknya.Bila oleh resepsi ditilik pelaksanaan perkawinan, saat ini sangat adat istiadat tersebut.Kajian yang untuk mewah megah.Kedudukan hadis dan sebagai yang sedikit bertentangan dengan makna hadis dilaksanakan dalam jamuan makan bertaraf kental.Pelaksanaan ini membuka wawasan dimaksudkan wacana keislaman, dan khususnya sumber hukum kedua tidak lagi dalam diperhitungkan pedoman membicarakan perihal resepsi atau walimah walimah perkawinan dan kemudian dalam sebagai perayaan perkawinan. dihubungkan Pendekatan kontekstual dalam memahami kajian Hadis, dengan yang adat pelaksaanaan walimah perkawinan di lebih masyarakat Bugis Bone. Di samping membuka pemahaman pada kadar itu, deskripsi akan adat pelaksanaan kuantitas walimah perkawinan dalam walīmah al-ursy di Kabupaten Bone Hadis akan mencoba untuk disoroti melalui secara akan Hadis utuh dan komprehensifdihubungkandengan adat walimah perkawinan pemahaman hadis secara kontekstual. di Maka dengan begitu pemahaman Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1 84 | Hamzah Latief walīmah terhadap al-ursy lebih Metode analisis yang digunakan konprehensif dan dengan sendirinya penulis akan mengikis fanatisme pendapat yakni manganalisa antara data yang serta berkembang beragam dan kemudian menganalisa khususnya satu dengan yang lainnya, sehingga paham dalam yang masyarakat pelaksanaan walimah dalam perkawinan di Kabupaten Bone. adalah dapat metode diketahui Komparasi, unsur-unsur yang relevan dan tidak relevan, guna menarik sebuah kesimpulan. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian pustaka (library Walimah Perkawinan Dalam Kajian Hadis research) yakni menelaah dan meneliti Walimah dalam kamus dari terhadap sumber-sumber kepustakaan, kata ( اﻟﻮﻟﯿﻤﺔjamuan, pesta), وﻟﯿﻤﺔ اﻟﻌﺮش baik al-Qur’an, as-sunnah, kitab-kitab (pesta perkawinan), fiqih dan buku adat yang berkaitan (berpesta, mengadakan dengan adat perkawinan masyarakat (Munawir, 1984:1689)ﻣﺄدﺑ ِﺔ Bugis (perjamuan, pesta, makan-makan) (Ali Bone. Selain itu, untuk jamuan) : & lapangan sebagai sumber data.Penelitian perkawinan tesis ini bersifat deskriptif analitis, yaitu dengan menguraikan 2013:160-161) adalah pecahan dari diperoleh dan dianalisis.Pendekatan yang kemudian yang dipakai kata وﻟﻢ Karena 2003:2041). وﻟﯿﻤﺔ menguatkan data maka dilakukan studi sumber-sumber Muhdlor, ﺻﻨﻊ وﻟﯿﻤﺔ: ا ً ْوﻟَ َﻢ atau disebut “walimah” artinya dengan Pesta juga (Zuhaly, mengumpulkan. pesta tersebut adalah normatif, yaitu pendekatan yang dimaksudkan untuk memberi doa dapat menuju kapada persoalan dapat restu agar kedua mempelai mau tidaknya sesuatu dipergunakan sesuai bertemu dengan 1986:382)Ensiklopedi ketentuan syariat dengan rukun.(Umar, Hukum Islam.Pendekatan Sosial Historis yang Islammenerangkan dapat memberikan informasi tentang walīmah adalah berkumpul karena keadaan sosial masyarakat Arab saat pada waktu itu kedua mempelai Nabi menyabdakan hadisnya. dipersandingkan, perkawinan. AL-RISALAH| Januari -Juni 2016 bahwa al-‘ursy al- adalah KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH... Menurut Sayyid Sābiq, arti | 85 dijelaskan adalah waīimah adalah berkumpul, sebab Hadiswalimah tersebut. pada waktu itu suami istri akan redaksi Hadis riwayat Ahmad bin berkumpul. (Sabiq, 1987:210)Dalam Hanbal yakni: istilah kamus, walīmah adalah makanan-makanan pada acara pesta perkawinan yang disediakan kepada para tamu undangan. (Sabiq, 1987: 210)Dia juga menyebutkan bahwa walimah itu berarti jamuan khusus yang diadakan dalam perkawinan atau setiap jamuan pesta lainnya.Tetapi biasanya kalau 210) Jadi, walimah perkawinan merupakan acara pesta perkawinan berupa jamuan dilaksanakan makan, yang sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah swt., atas terjalinnya hubungan yang sah (akad Hadis اﻟﺮﺣْ َﻤ ِﻦ ﺑ ِْﻦ ﻋ ْﺒ ِﺪ ﱠ َ ﻋﻠَﻰ َ ﺳ ﱠﻠ َﻢ َرأَى َ ُا ﱠ َ ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو ﺻ ْﻔ َﺮةٍ ﻓَﻘَﺎ َل َﻣﺎ َھﺬَا ﻗَﺎ َل ِإ ّﻧِﻲ ُ ﻋ ْﻮفٍ أَﺛ َ َﺮ َ ﺐ ٍ ﻋﻠَﻰ َو ْز ِن ﻧ ََﻮا ٍة ِﻣ ْﻦ ذَ َھ ْ ُﺗ َﺰَ ﱠوﺟْ ﺖ َ ً اﻣ َﺮأَة ﺎركَ ا ﱠ ُ ﻟَﻚَ أ َ ْو ِﻟ ْﻢ َو َﻟ ْﻮ ِﺑﺸَﺎة)رواه أﺣﻤﺪ َ ﻓَﻘَﺎ َل َﺑ (Hanbal, 1978:226-227) Kaitanya dengan kritik sanad, al-Hadis(Ismail, 1992:43), namun dalam tulisan ini tidak dilakukan oleh karena kualitas Hadis yang menyebut أوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺸﺎةdinilai sahih, karena diriwayatkan oleh sahih Bukhari dan Muslim dan seterusnya (muttafaqu alaih). Dengan demikian, hal yang dianggap tidak dibutuhkan lagi karena Hadis tentang walimah, diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.Kedua kitab Hadis itu sudah diakui kesahihannya, olehnya itu tidak dibahas lagi kritik sanad.Namun pada penting pembahasan kali ini lebih menekankan pada kritik matan. (ash- Pertama, Kritik Matan Hadis walimah dapat diukur dengan melakukan proses takhrij satu Shiddieqy, 2009:148) nikah) antara kedua mempelai. Kehujjahan Salah ﺲ َوﺳُ َﺮ ْﯾ ٌﺞ ﻗَ َﺎﻻ َﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ َﺣ ﱠﻤﺎد ٌ ﯾَ ْﻌﻨِﻲ ُ َُﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ ﯾُﻮﻧ ٍ ﻋ ْﻦ ﺛَﺎ ِﺑ ﺻﻠﱠﻰ َ ﺖ َ اﺑْﻦَ زَ ْﯾ ٍﺪ َ ﻲ ﻋ ْﻦ أَﻧَﺴٍﺄ َ ﱠن اﻟﻨﱠ ِﺒ ﱠ menyebut walīmah al-‘ursy artinya perayaan pernikahan. (Sabiq, 1987: kandungan untuk ()أوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺸﺎة, hadis yang menjadi obyek penelitian keseluruhan para menampilkan yang ini, lafaz secara mukharrij matan berbeda-beda, Hadis sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan lafaz, karena diriwayatkan secara makna.Akan tetapi bila klausa “ أوﻟﻢ ﺑﺸﺎة ”وﻟﻮ yang menjadi pokok Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1 86 | Hamzah Latief penelitian ini diriwayatkan secara boleh lafzi. mengadakan jamuan walimah tidak Penelitian matan, penulis berlebih-lebihan, namun terlepas dari norma-norma keislaman hanya berfokus pada klausa أوﻟﻢ وﻟﻮ dan ﺑﺸﺎة.Pada klausa ini dipahami, adanya kemubaziran karena hal demikian petunjuk menyerupai walimah untuk bagi kesanggupan, ekonomi melaksanakan yang baik mempunyai pada maupun tidak mengedepankan setan dan sifat termasuk perbuatan ingkar kepada Allah swt. Asbāb bidang al-Wurūd hadis kekuatan terdapat dalam matan Hadis yang mental.Demikian bagi pelaksanaan dibahas, bila dipahami secara utuh suatu walimah, dianjurkan oleh Nabi materinya, terdapat asbāb al-wurūd dengan matan Hadis dimaksud, ukuran minimal pesta perkawinan. sehingga Nabi mengucapkan sabdanya. Terlebih lagi, bila dipahami Kedua,Makna Mufradat dan dalam Ijmāli, pada klausa ““ أوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺸﺎة, melaksanakan perjamuan dan tidak sebagai anjuran untuk mengadakan dengan atau jamuan makan (walimah), sekali pun menghambur-hamburkan dengan memotong seekor kambing, sesuatu.Hal ini senada dengan salah karena secara antropologis kambing satu ayat dalam QS.al-Isra/17: 27., pada saat itu merupakan peliharaan yang berbunyi: sehari-hari bangsa Arab. Lafaz ““ ﻟﻮ, bahwa bahkan kesederhanaan bermewah-mewah (٢٧). saudara syaitan dan syaitan itu adalah (larangan tapi atau menunjukkan Ayat di atas dimaksudkan bahwa pelaksanaan walimah tidak perkawinan (walimah).(al- Asqalani)&(Abadi:140) Lafaz “ “أوﻟﻢberasal dari kata “ kepada Tuhannya.(Kementrian Agama:284) AL-RISALAH| Januari -Juni 2016 mencegah), resepsi pemboros-pemboros itu adalah saudara- ingkar al-intina’iyah kuantitas minimal dalam pelaksanaan Terjemahnya:Sesungguhnya sangat berarti bukan menunjukkan fungsi “وﻟﯿﻤﺔ, diartikan sebagai berkumpul, (al-Nawawiy, kedua mempelai 1924:216)karena (suami istri) KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH... dipersandingkan. Indonesia, Dalam walimah bahasa mengandung yang lain tidak demikian, | 87 boleh. Namun Abu Dawud menurut makna, pertama, seluruh perayaan bahwa perintah ini yang melibatkan orang banyak, dan ditujukan kedua, peresmian perkawinan yang secara pribadi dan yang lain boleh bertujuan memberitahukan khalayak saja.(Abadi:140) kepada hanyalah Abd. Rahman ramai bahwa kedua mempelai telah Ketiga,Pandangan Ulama dan sah menjadi suami istri, sekaligus Tahqiq, menurut al-Iyadh, bahwa sebagai rasa syukur keluarga kedua kadar minimal pelaksanaan resepsi belah perkawinan, pihak atas berlangsungnya perkawinan tersebut.(al- Asqalani:240) yaitu disesuaikan dengan kesanggupan dan kondisi ekonomi suami sebagai pelaksana Menurut Ibnu Aśir bahwa pada acara tersebut. Imam Syafii walimah, yaitu jamuan makan (pesta) mengatakan bahwa perintah untuk atau memotong seekor kambing hanyalah tiap-tiap menghidangkan pesta yang makan dan semacamnya.Al-Iyadh menambahkan, perjamuan kepada Abd.Rahman, walimah makan ditujukan (pesta) perkawinan.Imam diri sebab pribadi Nabi tidak yaitu pernah meninggalkan pesta dan dari dalam perintah itu menunjukkan adanya Syafi’i usaha untuk melaksanakan walimah berpendapat bahwa semua pesta yang (pesta) menunjukkan kegembiraan kepada Asqalani:225)Sebagai yang baru seperti pernikahan dan batas khitanan.(al-Asqalani:241) kambing, salah satu pendapat bahwa Matan Hadis di atas, Hadis sesuai kemampuan.(al- minimal ini penolakan memotong hanyalah merupakan menunjukkan penetapan Nabi Saw., anjuran untuk walimah.Demikian pula penetapan melaksanakan perjamuan untuk seekor makan atau resepsi perkawainan. Nabi Seandainya kambing bukanlah kemutlakan, akan tidak disebutkan Saw., memotong sekalipun seekor kambing oleh Nabi, tetapi maka kondisi ekonomi dan adat dalam akan dipahami adalah kemutlakan seekor kambing, berarti masih untuk melaksanakan disesuaikan dengan suatu masyarakat. Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1 88 | Hamzah Latief Keempat,Kontekstual Hadis, mengisahkan pada diri Abd. Rahman walimah atau resepsi lazim dikaitkan bin ‘Auf dapat dengan acara perjamuan makan atau kandungan hukum. ditarik beberapa pesta dalam perkawinan (walīmah al- Lafaz “ “أوﻟﻢadalah perintah ursy). Akan tetapi bila ditinjau lebih (fi‘il amr), bila teksual dipahami dalam lagi, maka makna walimah adalah mempunyai makna yang lebih luas walimah. Akan tetapi, mengadakan lagi.Makna walimah pesta disinonimkan pada jamuan makan. tersebut setiap Hal inilah kewajiban melaksanakan perkawinan itu hanyalah acara merupakan anjuran, karena tidak yang semua orang mampu melakukannya, mendasari al-Nawawi dan Abi al- tergantung Iyadh membagi walimah, yaitu: 1) ekonomi bagi kedua belah pihak, walimah khususnya bagi suami. khitanan, 2) aqiqah pada kemampuan kelahiran, 3) aqiqah hari ketujuh, 4) Memotong seekor kambing, pesta rujuk dari perceraian (talak), 5) rumah baru, 6) menyambut datang perantau, 7) ditimpa musibah, dan 8) jamuan makan tanpa sebab tertentu.(al-Asqalani:225)Dari acara tersebut, dalam masyarakat tidak melupakan sajian perjamuan dipahami menunjukkan kadar minimal perjamuan makan dalam pesta perkawinan. menunjukkan Hal perlunya ini pula diadakan pesta, sebagai rasa kesyukuran bagi keluarga mempelai. Redaksi bersama.Atas dasar inilah, dipahami hadis tersebut bahwa term walimah dikaitkan pada meyebutkan dua perihal yakni Nabi setiap mempertanyakan acara perjamuan maharnya makan.Namun demikian kenyataan menganjurkan dalam kali walimah. Dari Hadis tersebut secara mengadakan acara jamuan makan tidak langsung menyebutkan kadar tidak disebut sebagai walimah dalam mahar lebih tinggi dengan walimah, arti pesta yang lebih spesifik. karena maharnya dengan setimbang masyarakat setiap Kelima,Kandungan hadis yang menjadi Hukum, bahasan, kuantitas walimah perkawinan yang AL-RISALAH| Januari -Juni 2016 untuk dan mengadakan emas dibandingkan walimah dengan seekor kambing. Kambing yang nilainya pada masa Nabi hanya 5 KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH... dirham atau 0,5 dinar jika sanksi sosial.Budaya | 89 Mappakeade diemaskan. Olehnya itu, kedudukan (penghormatan kepada adat) melekat mahar pada pribadi masyarakat Bugis Bone. mestinya ditonjolkan dibandingkan dengan walimah yang Proses pra nikah pesta terkadang mengeluarkan dana yang perkawinan adat istiadat daerah Bone tidak sedikit. sejak Berdasar uraian dari sebelumnya, dikemukakan beberapa maka kesimpulan akan bahwa dahulu ditempuh dengan melalui beberapa tahapan, meskipun dalam pelaksanaannya kini ada yang dipermudah. Tetapi yang masih tetap Hadis yang menguraikan kuantitas sifatnya walimah perkawinan, dilakukan.Sebelum acara perkawinan dipahami sebagai anjuran Nabi saw., dilangsungkan, maka ada beberapa untuk melaksanakan jamuan makan pase yang dilalui. Pase-pase tersebut dalam adalah sebagai berikut:PertamaPra dalam perkawinan. dimaksudkan sebagai Hal ini tanda rasa prisipil hal-hal Perkawinan, langkah awal dari syukur dan sarana silaturrahim bagi proses penyelenggaraan perkawinan sesama.Kadar kuantitas pelaksanaan adalah walimah memantau atau mengamati dari jauh tergantung pada paita, artinya laleng melihat, kesanggupan bagi kedua mempelai mabbaja (membuka (suami istri), dan lebih khusus lagi jalan).(Latif, 2008:190-191)Langkah bagi calon suami. kedua yang dilakukan Mammanu’manu’ artinya melakukan kegiatan seperti burung yang terbang Deskripsi Adat Walimah Masyarakat Bone kesana kemari. Tujuannya adalah untuk Secara sosial kultural bahwa menemukan seorang gadis yang kelak akan dilamarnya. Setelah orang Bugis Bone sangat menjunjung menemukan tinggi nilai budaya yang berkembang menurut pertimbangan bisa dijadikan di tengah-tengah masyarakat, hal ini istri dianggap kegiatan sebagai siri’ ketika oleh seorang gadis anaknya, ini kepada yang dilanjutkan langkah kebiasaan yang berkembang tidak selanjutnya yang disebut Mappese’ dijalangkan maka tidak lepas dari pese’(Lamallongeng, 2007:11) Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1 90 | Hamzah Latief Kemudian dilanjutkan Madduta/ Massuro. tersebut. Dilanjutkan Mabbaruga/Massarapo, budaya bahasa perkawinan masyarakat Bugis Bone, Bugis disebut Massuro atau Madduta mabbaruga atau mendirikan baruga yakni mengutus beberapa orang ke (massarapo) merupakan salah satu rumah rangkaian dari prosesi perkawinan Meminang dalam perempuan yang akan yang dilamar.(Lamallongeng, demikian meminang karena mabbaruga diadakan untuk kelanjutan daripada tahap menampung undangan keluarga dan 2007:12)Malamar adalah penting.Dikatakan atau pertama (Mappese’pese’).Proses ini undangan resmi. diterimah maka dilanjutkan Mappetu Mappasau dan Cemme Passili Ada’, ini dilaksanakan dalam bentuk (Mandi Sauna dan Tolak Bala)berarti dialog antara juru bicara pihak laki- merawat laki pihak dilakukan dalam satu ruangan tertentu perempuan. Dalam acara mappetu selama tiga hari berturut-turut sebelum ada’ hari dengan juru sudah bicara tidak perselisihan ada “H” ini perkawinan.Kemudian karena Tudang Penni yang terdapat duan memang sudah dituntaskan segala acara yakni MappanréTemme (khatam sesuatunya al-Quran),Barazanjidan Mappacci. ada’.Acara pendapat lagi pengantin.Kegiatan sebelum ini dilakukan mappetu dengan Ketiga,Proses Pelaksanaan mengundang keluarga, handai taulan, Perkawinan (Tudang Botting), secara tetangga dan lain sebagainya.(Ahmad garis MS, 2006:140) perkawinan dibagi menjadi dua tahap besar, upacara atau resepsi Kedua,Persiapan Perkawinan, yaitu : a) Mappénré botting adalah fase dalam persiapan perkawinan mengantar mempelai pria ke rumah diantaranyaMappuada atau mempelai wanita untuk melaksanakan mattampa (mengundang) dilakukan beberapa serangkaian kegiatan seperti baik oleh pihak laki-laki maupun madduppa botting, akad nikah, dan pihak mappasiluka.Madduppa perempuan untuk memberi Botting informasi kepada segenap keluarga, (menyambut kedatangan handai pengantin)berarti menyambut tolan tentang akan dilaksanakannya pesta perkawinan AL-RISALAH| Januari -Juni 2016 kedatangan mempelai pria di rumah KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH... | 91 mempelai wanita untuk melakukan akad iringan yang biasanya membawa hadiah nikah.Ijab sarung khutbah qabul nikah dimulai oleh dengan tenun untuk keluarga imam atau suaminya.Setelah mempelai wanita dan mempelai pria pengiringnya tiba di rumah mempelai duduk berhadap-hadapan dengan imam pria, mereka langsung disambut oleh atau penghulu sambil berpegangan ibu seksi padduppa (penyambut) untuk jari (jempol) kemudian dibawa ke pelaminan. penghulu.Kemudian tangan kanan.Dengan bimbingan imam, mempelai pria mulai Seluruh rangkaian walimah mengucapkan beberapa bacaan seperti perkawinan masyarakat Bugis Bone istigfar, dua kalimat syahadat, shalawat, tidak dan ijab qabul.Sighat atau kalimat ijab makanan qabul yang disampaikan oleh mempelai dalam prosesi walimahnya. Bahan- pria harus jelas kedengaran oleh para bahan dan perlengkapan dalam proses saksi untuk sahnya akad nikah.Oleh perkawinanmasyarakat karena itu, tak jarang mempelai pria pada umumnya terdiri atas: 1) makanan harus mengulanginya hingga dua tiga disuguhkan pada walimah masyarakat kali.(Pelras, 2006:183) Bugis Setelah proses akad nikah selesai, lepas dari yang Bone berbagai macam disuguhkan sebagai tidak Bugis lengkap Bone tanpa memotong sapi sebagai menu utama mempelai pria dituntun oleh orang yang dalam dituakan menuju ke dalam kamar Selebihnya mempelai wanita untuk Mappasikarawa pelengkap lainya seperti ayam, acara’, atau paccala, doko-doko, dan lain-lain,yang Mappasiluka pertama). Dan mempelai duduk (persentuhan kemudian kedua bersanding telah prosesi dibuat pernikahannya. makanan-makanan oleh jennang (juru di masak/koki); 2) makanan kue berupa pelaminan, selanjutnya diadakan acara kue-kue tradisional Bugis seperti onde- nasehat onde,beppa perkawinan.Selanjutnya upacara mappénré nennu-nennu, ditutup palopo, barongko, paloleng, sanggara, dengan upacara jamuan santap bersama. lapisi, cangkuli, banddang-banddang, b)Marola indo beppa, beppa bangke, sokko dan atau botting puteh, mapparola adalah kunjungan balasan dari pihak mempelai wanita ke rumah mempelai masih banyak kue lainnya. pria. Pengantin wanita diantar oleh iring- Pelaksanaan walimah al-‘ursy pada masyarakat Bugis Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II Bone | No. 1 92 | Hamzah Latief membutuhkan waktu yang lama sekitar tegaknya adat.Karena kondisi demikan empat sampai dua minggu.Banyak hal menjadi sanksi sosial tatkalah walimah yang harus dilengkapi sebagaimana yang yang meriah.Bahkan telah disebutkan di atas.Di dilakukan samping kelengkapan adat istiadat yang perkawinan harus sehingga ditunaikan dan beberapa berkesan tidak dianggap sebagai masolang/makkasolang, pelaksanaan walimah rangkaian acara lainya.Kesemuanya ini diupayakan semeriah mungkin demi dianggap mempertahankan masyarakat urgen dalam Bugis walimah Bone.Pelaksanaan walimah pada masyarakat Bugis Bone lebih diutamakan adat sekaligus menghidari anggapan miring yang bisa menjatuhkan martabak (mappakasiri). Analisis Dan Pembahasan kemeriahannya.Karena sebuah bentuk malu (masiri) ketika walimah dengan tidak meriah, sehingga mulai dari pelaksanaan adat istiadat walimah perkawinan sampai kepada resepsinya Pokok pelaksanaan dilaksanakan secara meriah.Perkawinan Bugis Bone, salah dijadikan perbandingan sebagai merelevansikan dengan adat Hukum, jalan antara Bugis Waktu yang untuk al-sunnah Bone dan yakni: Bentuk pelaksanaan walimah perkawinan. Pertama, hukum pelaksanaan satu hal yang wajib ada ketika malam hiburan). Hiburan dulunya dalam pesta ﺑﺸﺎةsebagaimana dijelaskan sebelumnya perkawinan bahwa ada dua pendapat yakni jumhur terlalu Hadis أوﻟﻢ walimah tidak dalam وﻟﻮ resepsi adalah elekton (kelompok musik ini ulama mangatakana bahwa walimah masyarakat akan merasa malu ketika perkawinan hukumnya sunnah, dan tidak menampilkan hiburan (elekton). ulama al-Zahiriyyah mengatakan wajib. dipermasalahkan, Dalam tetapi walimah saat perkawinan masyarakat Bugis Bone tidak lepas dari sikap siri’, maka tidak salah ketika pelaksanaan walimah terkesan dipaksakan, dan memakan dana yang tidak sedikit. Hal ini sangat teguh dipegangnya demi AL-RISALAH| Januari -Juni 2016 memperjuangkan Perbedaannya dalam memahami Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Anas “ أوﻟﻢ ”وﻟﻮ ﺑﺸﺎةMenurut Jumhur ‘Ulama, sekalipun Rasulullah Saw., dalam sabdanya itu menggunakan fi‘il ‘amar (kata yang mengandung perintah), namun perintah disini adalah sunnah, KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH... | 93 karena tidak semua orang mampu pada masyarakat Bugis Bone sebuah mengadakan suatu hal yang sangat disakralkan.Pesta perkawinan. Perintah wajib menurut adat perkawinan merupakan tradisi Jumhur turun temurun yang masih sangat walimah ulama dilakukan dalam semestinya oleh setiap mampu orang.(Latif, 2010:114-115) kuat mempengaruhi Bugis Ulama al-Zhahiriyyah berbeda Bone.(Ahmad 2006:138)Keadaan sebagai diwajibkan atas setiap orang yang moyang yang melangsungkan dipegangnya, Jumhur, dia mengatakan perkawinan untuk MS, demikian dianggap dengan masyarakat warisan nenek tetap kokoh maka salah mengadakan walimah al-‘ursy, baik jikalau secara kecil-kecilan maupun secara masyarakat Bugis Bone yang tidak besar-besaran sesuai dengan keadaan melakukan walimah secara meriah, yang maka mengadakan sebuah tidak dianggap perkawinan perkawinan di yang perkawinan.(Syarifuddin, 2006:156- masolang (sanksi sosial).Kendatipun 157)Menurut ‘amar demikian, perkawinan yang kadang wajib, dianggap mereka mengandung fi’il perintah masolang berdasarkan kaidah usul fikih اﻟﻠْ ﺼﻞ (bermasalah)tetap diakui, hanya saja ﻓﻲ ا ﻻْ ﻣﺮ ﻟﻠﻮﺟﻮب.(Latif, 2010, hal 115) anggapan masyarakat yang kurang Antara lain yang mereka kemukakan terhormat.Olehnya itu, pelaksanaan adalah kisah perkawinan Ali bin Abi walimah perkawinan di masyarakat Thalib dengan Fatimah putri Nabi Bugis Bone menghendaki keharusan Muhammad walimah. Konteks keharusan untuk Saw. Dalam Hadis walīmah tersebut juga mengandung kemestian melaksanakan untuk mengadakan walimah.(Dahlan, adalah 1996:1918) kedua..........??? Kaitanya dengan hukum walimah pada bukti al-‘ursy relevansi Kedua,waktu dari pelaksanaan walimah sebagaimana yang masyarakat Bugis Bone tidak ada dianjurkan dalam yang ketentuan diriwayatkan Anas bin Malik tidak pelaksanaan perlu jelas.Namun digaris pelaksanaan hal bawahi walimah yang bahwa perkawinan mengungkap keadaan secara demikan Hadis jelas.Namun para Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II ulama | No. 1 94 | Hamzah Latief mengambil dasar pada pernikahan mazhab Hanafi tidak menentukan Nabi waktu yang jelas, karena menurut dengan pendapat di Zainab. Beberapa antaranya Mazhab mereka diserahkan Syafi’i mempunyai dua pendapat, kebisaan segolongan 1996:1918) berpendapat bahwa penyelenggaraan walimah sebelum kepada adat setempat.(Dahlan, Sejalan dengan hal demikian, terjadi hubungan suami istri dengan waktu kata lain setelah dilakukan akad perkawinan masyarakat Bugis Bone nikah. Pendapat ini dikemukakan dianggap relevan dengan pendapat oleh Imam al-Mawardi. Segolongan Imam al-Mawardi pada golongan lain bahwa dengan mazhab Hambali setelah akad nikah berpendapat penyelenggaran walimah setelah berlangsungnya hubungan suami pelaksanaan dan mazhab walimah Imam mazhab Syafi’i, Hanafi yang istri. Pendapat ini dikemukakan oleh menyerahkan Imam Tajuddin dan Subki, karena setempat. Hal ini terbukti bahwa menurutnya waktu waktu inilah yang pada walimah kebiasaan perkawinan terdapat dalam sunnah Rasulullah masyarakat Bugis Bone dilaksanakan saw.(Latif, 2010:117-118) setelah akad nikah. Menurut mengatakan Mazhab bahwa Maliki pelaksanaan Ketiga, walimah, bentuk bagi pelaksanaan masyarakat Bugis walimah setelah terjadi hubungan Bone, antara ini pernikahan, masih tetap berpegang riwayat teguh pada nilai agama, budaya dan bahwa adat istiadatnya, bahkan yang lebih kedua mempelai, disandarkan pada Hadis Bukhari disebutkan hal bila akan mengadakan Rasulullah mengudang para sahabat menonjol untuk acara walimah sesudah beliau istiadatnya.Begitu tinggal yang dilalui mulai dari meminang serumah dengan adalah nilai banyak adat proses Zainab.(Sabiq S. , 2004:128)Ulama (mappettu mazhab waktu belanja (mappaenre doi), Tudang pelaksanaan walimah disunnahkan Penni, Mappacci, aqad nikah dan setelah resepsi Hambali bahwa akad nikah berlansung.Sedangkan menurut AL-RISALAH| Januari -Juni 2016 keseluruhan ada), naiknya perkawinan. proses uang Dari pelaksanaan KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH... perkawinan tersebut, menghabiskan dana akan yang begitu | 95 memahami substansi perkawinan itu sendiri.Sekalipun perkawinan itu besar. Pengaruh adat tersebut tidak bersifat sakral, nilai kesakralan itu terlepas dari proses aktualisasi dan dapat hilang hanya dengan sebab pemahaman pelaksanaan pernikahan cenderung agama secara kontekstual. materialis. Fenomena ini sering terjadi Bila pelaksanaan pesta dalam masyarakat Bugis Bone yakni perkawinan dikaitkan dengan “ أوﻟﻢ وﻟﻮ pemberian uang belanja dari pihak “ﺑﺸﺎة, menunjukkan sebagai anjuran laki-laki kepada wanita merupakan melaksanakan walimah perkawinan, simbol bahwa pria tersebut akan maka bertangung dimana, jawab dan bersedia perlu dipahami kapan konteks dan menjamin kelangsungan hidup rumah masyarakat tangga dilamarnya. Pada saat itu, Nabi saw., baru saja Jumlah uang belanja pun bervariasi berhijrah di Madinah dan kehidupan sesuai dengan kesepakatan kedua para belah pihak, apakah dilaksanakan belum secara meriah atau sederhana.Lebih demikian pula dengan Abd. Rahman. dari Suatu wanita itu yang stratifikasi sosial dan yang kondisi dihadapi Nabi. sahabatnya secara otomatis dalam keadaan mapan, kewajaran bila Nabi kemampuan ekonomi kedua belah menganjurkan dengan “ “أوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺸﺎة, pihak hal ini menunjukkan kadar minimal sangat menentukan pelaksanaan pernikahan.Bagi kelompok bangsawan pelaksanaan dengan dalam pernikahan meriah pengaruh dan adat menonjol.Misalnya acara dalam perkawinan. juta simbol tetapi, berarti terkadang pelaksanaan resepsi perkawinan, hal lebih ini tergantung pada keadaan ekonomi dengan adanya bukan pemaksaan bagi yang ingin melaksanakan pesta. Adapun pelaksanaan walimah rupiah menunjukan perkawinan pada adat masyarakat ketinggian martabat Bugis Bone dianggap relevan dengan tersebut makna seseorang.Melihat nampaknya Akan walimah dilakukan dinaikkannya uang belanja hingga puluhan pelaksanaan jumlah masyarakat kurang Hadis Aulim Syātin.Kendatipun Walau bi demikian Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1 96 | Hamzah Latief pelaksanaan walimah masyarakat Bugis pada Bone etis.Akan tetapi perlu ditegaskan sedikit bahwa hal demikian bukan lagi adat berbeda, karena walimah adat Bugis masyarakat Bugis Bone, karena adat Bone Bugis membutuhkan waktu yang Bone sangat menjunjung cukup lama serta prosesnya begitu tinggi nilai-nilai siri’ serta perilaku panjang, namun di luar daripada itu terpuji makna yang terkadung di dalamnya disebut adalah Perilaku demikian dianggap sebagai melaksanakan walimah dan sopan santun dengan yang mappakkiade. sebagai bentuk perintah atau anjuran modernisasi Nabi, tengah-tengah masyarakat dan sulit sebagaimana menganjurkan Nabi untuk menikah. yang berkembang di lagi untuk dipisahkan. Bahkan dalam beberapa rangkaian Pelaksanaan walimah al-ursy acara adat perkawinan masyarakat pada masyarakat Bugis Bone dengan Bugis Bone selalu mengedepankan makna Hadis Aulim Walau bi Syātin perilaku Islami, yakni pada acara dianggap relevan, meskipun tingkat tudang relevansinya penni yang dengan acara mappacci dan ketiga hal mengandung dirangkaikan mabbarasanji, mappanre ini secara hanya sebatas pada kebolehannya, tidak sampai kepada temme, prosesnya sacara keseluruhan. Hal filosofi ini nilai-nilai agama di dalamnya. terbukti bahwa, pelaksanaan walimah perkawinan menurut makna Hadis Aulim Walau bi Syātin lebih Kaitanya dengan hiburan mengedepankan kesederhanaan, di dalam walimah perkawinan dalam samping Hadis untuk pelaksanaan walimah yang sifatnya perkawinan tidak dipaksakan, karena adanya kata menganjurkan ( وﻟﻮwalaupun). Sedangkan dalam Nabi menganjurkan mengumumkan أﻋﻠﻨﻮھﺪاﻟﻨﻜﺎح dan itu tergambar pula memukul rebana atasnya واﺿﺮﺑﻮا ﻋﻠﯿﮫ adat ﺑﺎﻟﺪﻓﻮف. Kedaan demikian juga terjadi masyarakat dalam pelaksanaannya terlalu panjang dan pelaksanaan walimah pelaksanaan Bugis Bone, proses memerlukan selalu hiburan lama.Hal ini dikarenakan banyak hal (elekton), yang terkadang kurang yang harus dipenuhi sebelum acara AL-RISALAH| Januari -Juni 2016 oleh yang pada perkawinan masyarakat Bugis Bone, dimeriahkan waktu walimah cukup KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH... | 97 pesta perkawinan.Selain itu, proses mempelai.Pelaksanaan pelaksanaan walimah yang terkesan perkawinan antara Hadis Aulim Walau boros dan dipaksakan, juga terlihat bi Syātin dan adat Bugis Bone dianggap pada relevan dari segi hukum melakukan prosesnya yang panjang.Di samping itu menu-menu dihidangkan walimah. terlalu banyak dan terkesan mewah, pelaksanaannya tidak relevan, karena dan bisa menelan anggaran yang pelaksanaan walimah dalam konteks tidak sedikit. Hadis Aulim Walau bi Syātin lebih Kesimpulan Kandungan HadisAulim Walau bi Syātin menunjukkan adanya perintah untuk mengadakan walimah dalam perkawinan. Konsep pelaksanaan walimah yang ditawarkan pada Hadis Aulim Walau bi Syātin adalah bentuk walimah yang sifatnya sederhana sesuai dengan kemampuan Namun walimah pada proses megedepankan kesederhanaan dan kesanggupan kedua mempelai, sedangkan pada adat Bugis Bone membutuhkan waktu yang lama serta terkesan pemborosan dan dipaksakan. Selain itu, proses pelaksanaan walimah masyarakat Bugis Bone menghabiskan dana yang tidak sedikit karena yang ditonjolkan adalah adatnya. kedua Daftar Pustaka Al-Qur’anul Karim Abdurahman.Hukum Adat Menurut Perundang-Undangan Refublik Indonesia. Edisi I Cet. I; Jakarta: Cendana Press, 1984. Ali, Atabik dan A. Zuhdi Muhdlor.Kamus Kontemporer Arab Indonesia.Cet. VIII; Yongyakarta: Multi Karya Grafika, 2003. Ahmad, Abd. Kadir Sistem Perkawinan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.Cet. I; Makassar: Indobis, 2006. al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari, Jilid III. Beirut: Dar al-Fikr, t.th. Bisri, Ilhami. Sistem Hukum Indonesia Prinsip-Prinsip dan Implementasi Hukum di Indonesia.Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Dahlan, Abdul Azis. Ensiklopedia Hukum Islam.Cet. I; Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeva, 1996. Hanbal, Abū Abdillah Ahmad Ibn. Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III. Bairut: al-Maktab al-Islāmi, 1978. Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1 98 | Hamzah Latief Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis. Cet.I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992. al-Jamal, Ibrahim Muhammad. Fiqih Wanita (Terjemahan Anshori Umar). Cet. I; Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1986. Lamallongeng, Asmat Riady. Dinamika Perkawinan Adat dalam Masyarakat Bugis Bone.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2007. Latif, Syarifuddin. Budaya Perkawinan Masyarakat Bugis Tellumpoccoe Perspektif Hukum Islam (Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2008 ---------.Hukum Perkawinan di Indonesia Buku 1.Cet. I; Watampone: CV Berkah Utami, 2010. Munawir, Ahmad Warso. Kamus Arab Indonesia.t.c. Yongyakarta: Pustaka Progressif, 1984. al-Nawawiy, Abu Zakariya Yahya bin Syaraf. Shahih Muslim bin Syarh alNawawiy, jilid IX. Mesir: al-Matba’ah al-Misriyah, 1924 Pelras, Cristian. Manusia Bugis.t.c. Jakarta: Forum Jakarta-Faris École Français, 2006. Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqih Munaqahat dan Undang-undang Perkawinan.Cet. V; Jakarta: Kencana, 2006.. Sabiq, Sayid. Fiqh as-Sunnah Jilid. II, Cet. VIII; Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, 1987 M/1407 H. Zuhaly, Muhammad. Fikih Munakahat Kajian Fiqih Pernikahan dalam Perspektif Mazhab Syafi’I .Cet. I; Surabaya: CV Imtiyaz, 2013. AL-RISALAH| Januari -Juni 2016