pendidikan multikultural dalam al- qur`an

advertisement
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM ALQUR’AN (TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK)
SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
Sakinatul Birroh
NIM: 11113190
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
i
ii
3
4
vi
MOTTO
﴾٢٨﴿ ‫اِمَّنَا اَْم ُرهُ اِذَا اََر َاد َشْيئًا اَ ْن يم ُق ْو َل لَوُ ُك ْن فَيَ ُك ْو ُن‬
Artinya: Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghenaki sesuatu, Dia hanya
berkata kepadanya , “jadilah!” maka jadilah sesuatu itu (QS. Yâsîn/36: 82).
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku (Mustaqim & Siti Khotimah) yang senantiasa
mendoakan dan selalu percaya denganku.
2. Saudara-saudaraku (Muh Darsul Hafidz, Siti Zahroil Batul, Siti Ayamil
Choliyah) dengan adanya mereka telah memberi motivasi tersendiri.
3. Abah & Umi (K.Muhlasin & Nyai Choiriyatik) yang telah membimbing
menjadi lebih baik.
4. Dosen pembimbing (Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.), serta para guru dan
dosen yang telah membagikan ilmu.
5. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu menghiburku yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
6. Laki-laki terbaik yang selalu setia mendampingi, mendukung, serta
memberikan kebahagian dunia dan akhirat.
7. Sivitas akademik IAIN Salatiga.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang maha Rahman yang
telah mengangkat dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia
dan paling sempurna. Dan hanya dengan petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam selalu penulis haturkan
kepada uswatun khasanah Nabi Muhammad SAW, suri tauladan yang baik bagi
seluruh umat manusia. Sebagai insan yang lemah
penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, akhirnya dengan
berbekal kemauan serta dukungan dari berbagai pihak, maka tersusunlah skripsi
ini dengan judul “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL QUR‟AN
TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK. Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung serta
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan
penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi penulis serta bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 22 maret 2017
Sakinatul Birroh
NIM. 11113190
viii
ABSTRAK
Birroh, Sakinatul. 2017. Pendidikan Multikultural dalam Al Qur’an
Telaah Interpretatif Tematik. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK). Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.
Kata Kunci: Pendidikan Multikultural dalam Al Qur’an
Begitu banyak keragaman (multikultural) yang ada di dunia ini mulai dari
budaya, suku, etnis, bahasa, agama, bahkan kepercayaan yang berbeda. Tak jarang
hal ini bisa menjadi salah satu sebab timbulnya suatu konflik. Sebenarnya
keragaman tersebut tidak perlu dipermasalahkan karena memang sudah menjadi
sunatullah. Jadi hal yang mustahil jika ada seseorang yang mempunyai keinginan
untuk menyeragamkan keragaman tersebut. Melalui pendidikan multikultural
diharapkan mampu menjadi solusi untuk mengahadapi keragaman (multikultural)
yang ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pendidikan
multikultural, serta untuk mengetahui ajaran multikultural yang terdapat dalam Al
Qur‟an yaitu dalam QS. Ar Rum ayat 22, Qs. Al Hujurat Ayat 13, Qs. Fatir Ayat
28, Qs. Al Maidah Ayat 48, Qs. Hud Ayat 118-119.
Dalam penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan
(library research) dengan menggunakan pendekatan kajian tafsir maudlu‟i, atau
biasa disebut juga dengan tafsir tematik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pendidikan multikultural
merupakan sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk menghadapi berbagai
ragam perbedaan dalam bentuk budaya, bahasa, suku, ras, serta agama, untuk
membentuk sikap saling menghormati dan menghagai antar sesama manusia.
Kemudian terdapat ajaran multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22 mengenai
keragaman dalam hal komunikasi yaitu keragaman dalam bentuk bahasa, serta
keragaman ras yaitu keragaman bentuk dan warna kulit, dimana setiap manusia
atau individu memiliki bentuk dan warna kulit yang berbeda. Sedangkan dalam
QS. Al Hujurat ayat 13 menjelaskan tentang diciptakannya laki-laki dan
perempuan yang berpasang-pasang dalam bangsa-bangsa dan suku yang berbeda.
Kemudian dalam QS. Fatir ayat 28 dijelaskan adanya perbedaan pada setiap
makhluk. Dijelaskan pula dalam QS. Al Maidah ayat 48 yaitu tentang adanya
perbedaan pendapat dari setiap umat. Serta QS. Hud ayat 118-119 yang memiliki
perbedaan prinsip pada setiap umat bahkan dalam beragama.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian.............................................................. 6
E. Metode Penelitian.................................................................. 7
F. Pennegasan Istilah ................................................................. 9
x
G. Sistematika Penulisan ........................................................... 11
BAB II
KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURAL ................ 13
A. QS. Ar Rum Ayat 22 .............................................................. 13
B. QS. Al Hujarat Ayat 13 .......................................................... 16
C. QS. Fatir Ayat 28 ................................................................... 18
D. QS. Al Maidah Ayat 48 .......................................................... 19
E. QS. Hud Ayat 118-119 ........................................................... 22
BAB III
ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH ............................... 24
A. Asbabun Nuzul ....................................................................... 24
B. Munasabah ............................................................................. 29
BAB IV
PEMBAHASAN.......................................................................... 42
A. Pendidikan Multikultural ......................................................... 42
B. Analisis Ajaran Multikultural dalam Al Qur‟an ...................... 51
BAB V
PENUTUP .................................................................................... 70
A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Saran ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah bangsa besar, memiliki georafis yang
sangat luas, terdiri lebih dari 13.000 pulau besar maupun kecil, memiliki
penduduk lebih dari 250 juta jiwa, terbentuk dari berbagai budaya, suku,
etnis, bahasa, serta agama yang berbeda. Indonesia mempunyai ratusan
suku, yang menggunakan hampir dari 200 bahasa daerah, serta menganut
agama atau kepercayaan yang berbeda pula, seperti Islam, Katolik,
Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu. Dengan demikian, maka tidak
heran jika Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di
dunia. Para pendiri bangsa telah sadar akan hal tersebut sehingga
megukuhkan semboyan berbangsa dan bernegara Bhinneka Tunggal Ika
yang berarti berbeda-beda tapi tetap bersatu. Dengan harapan semboyan
tersebut dapat menjadikan jiwa bagi tubuh yang mampu mewujud ke
dalam sikap berbagai kelompok untuk saling mengenal, saling memahami,
saling percaya, saling menghargai, saling mengakui, dan akhirnya saling
memberi manfaat.
Meskipun demikian, adanya berbagai perbedaan dan keragaman
tersebut jika tidak diimbangi dengan sikap menghargai dan menghormati
satu sama lain dapat memicu persoalan dan mengakibatkan berkurangnya
1
rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang lain.
Kekerasan, pemberotakan, dan pembunuhan tidak dapat dielakkan lagi.
Pembunuhan besar-beasaran terhadap Partai Komunis Indonesia pada
tahun 1965, kekerasan terhadap etnis Cina di Jakarta pada Mei 1998,
perang Islam-Kristen di Maluku Utara pada tahun 1999-2003, perang antar
etnis antara warga Dayak-Madura pada tahun 1931-2000, merupakan
sejarah kelam yang dialami Indonesia menyebabkan kurang lebih 2000
nyawa manusia melayang sia-sia. Selain itu, yang sedang terjadi pada
akhir-akhir ini konflik perseteruan politik dan perseteruan yang mengatas
namakan agama telah mengakibatkan terusiknya ketentraman masyarakat
selama ini.
Maka dari itu, menjadi keharusan bagi kita bersama untuk
memikirkan upaya pemecahannya (solution). Bukan hanya dari pihak
pemerintah saja yang harus bertanggung jawab dalam hal ini, akan tetapi
dari kalangan pendidikan juga harus ikut memikirkannya. Para kalangan
pendidikan sudah selayaknya berperan dalam menyalesaikan masalah
konflik perseteruan yang terjadi di masyarakat. Minimal, pendidikan
diharapkan mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa
konflik atau perseteruan bukan suatu hal yang baik untuk dibudayakan.
Dan seharusnya para kalangan pendidikan mampu memberikan tawarantawaran yang mencerdaskan, seperti dengan mendesign materi, metode,
hingga kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya
sikap saling toleran, menghormati perbedaan suku, agama, ras, etnis dan
2
budaya masyarakat Indonesia yang multikultural. Sudah selayaknya
pendidikan berperan sebagai media transformasi sosisal budaya dan
multikulturalisme. Telebih bagi pendidikan agama Islam (Mahfud, 2006:
4).
Multikultural dimaknai sebagai paham yang menghendaki adanya
persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status
sosial
politik
yang
sama
dalam
masyarakat
modern.
Istilah
multikulturalisme juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan
berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Multikultural
secara etimologi berasal dari dua kata yaitu multi (banyak/beragam) dan
kultural (budaya atau kebudayaan), yang berarti keberagaman budaya.
Budaya dalam hal ini dipahami sebagai seluruh dialektika manusia
terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah,
seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain. Pada
awalnya istilah multikultural dikenal dengan istilah pluralisme yang
mengacu pada keragaman etnis dan budaya dalam suatu daerah atau
negara.
Ketika memaknai pendidikan Islam multikultural, kita akan dibawa
pada sebuah justifikasi yang menyatakan bahwa sebelum adanya konsep
multikultural ini, Islam tidak menghargai perbedaan dalam bentuk apapun.
Seperti perbedaan dalam bentuk budaya, wajah, bahasa, suku dan agama.
Padahal sesungguhnya, Islamlah yang paling pertama menghargai
perbedaan yang terjadi antar umat manusia. Jika ditelusuri secara
3
mendalam, ternyata sejarah Islam lebih banyak diwarnai perdamaian.
Benar bahwa terjadi banyak peperangan, tetapi kehidupan umat Islam
secara keseluruhan ketika itu lebih banyak diwarnai suasana damai.
Rasulullah Saw diutus menjadi Rasul ketika berumur 40 tahun. Kemudian
beliau berdakwah selama kurang lebih 23 tahun yang bisa dibagi menjadi
2 periode, yaitu periode Makkah
yang berlangsung selama 13 tahun,
sedangkan periode Madinah berlangsung selama kurang lebih 10 tahun.
Berdasarkan sejarah, dakwah Rasulullah saw di Makkah tidak terjadi
peperangan, bahkan Rasul menjadi teladan agung dalam hal kesabaran,
ketabahan, dan jiwa pemaaf. Adapun periode Madinah, memang terjadi
banyak peperangan, itu karena umat Islam berusaha membela dirinya dari
serangan
kaum
Quraish
yang
memusuhi
mereka
dan
berjuang
mengembalikan hak yang telah dirampas oleh kaum Quraish. Namun,
meskipun banyak peperangan, Islam tetap menunjukkan keluhurannya
sebagai agama yang damai. Contoh nyata dalam hal ini adalah adanya
piagam Madinah yang bertujuan untuk menghadirkan kehidupan sosial
yang stabil, aman, dan sejahtera di kota Madinah yang dihuni oleh
masyarakat majemuk. Adanya Perjanjian Hudaibiyah yang dibuat untuk
suatu kesepakatan atau perjanjian perdamaian. Serta peristiwa pembebasan
kota Makkah (fathul Makkah) yang bertujuan agar masyarakat Madinah
yang beragam itu tetap berkomitmen untuk hidup bersama secara beradap
dengan membuat kontrak-kontrak sosial yang dihormati dan dipatuhi.
4
Begitu banyak ayat dalam Al Qur‟an yang menjelaskan tentang
ajaran multikultural, salah satunya dalam Q.S Ar Rum ayat 22 yang
menjelaskan adanya kebesaran Allah yang penciptaan langit dan bumi
serta perbedaan bahasa dan warna kulit. Perbedaan bahasa adalah sebuah
kewajaran. Begitu juga warna kulit, ada yang berkulit putih, hitam, coklat,
dan lain-lain. Perbedaan ini adalah hal yang sudah menjadi kehendak
Allah dan suatu hal yang mustahil jika ada pihak yang mempunyai
keinginan
untuk
menyeragamkan
perbedaan.
Al
Qur‟an
telah
mengingatkan bahwasannya Islam telah mengajarkan untuk saling
menghormati antar manusia satu dengan yang lainnya. Islam adalah agama
yang mengajarkan nilai-nilai universal dengan tujuan untuk memberikan
rahmat bagi semesta alam, (rahmatan lil‟alamin) sehingga terdapat ayatayat dalam Al Qur‟an yang mengajarkan tentang perdamaian, kasih
sayang, menghormati perbedaan, dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi telaah pada Q.S Ar Rum
ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat
48, dan QS. Hud ayat 118-119.
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana konsep pendidikan multikultural?
2. Bagaimana ajaran multikultural yang terkandung dalam Q.S Ar Rum
ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat
48, dan QS. Hud ayat 118-119?
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin
dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada
isi dan rumusan masalah (Tim, 2008: 16). Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural.
2. Untuk mengetahui ajaran multikultural yang terkandung dalam Q.S Ar
Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al
Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat menambah
kesadaran akan pentingnya pendidikan multikultural bagi bangsa
Indonesia, serta menambah khasanah pengetahuan tentang adanya
pendidikan multikultural dalam Islam.
2.
Manfaat Praktis
Secara praktis, ada beberapa manfaat penyampaian pesan melalui
buku yaitu:
a. Bagi bidang kepenulisan, penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat karya
buku yang sarat dengan pendidikan multikultural.
6
b. Bagi bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan dalam pengembangan pendidikan bebasis multikultural
terlebih pada pendidikan agama Islam
c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan
di masa yang akan datang.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan
menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan
tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research), merupakan penampilan argumentasi penalaran keilmuan
yang memaparkan hasil kajian pustaka dan hasil olah pikir peneliti
mengenai suatu masalah/topik kajian.
2. Pendekatan
Dalam pencapaian hasil yang maksimal, maka metodologi
penelitian ini menggunakan pendekatan kajian tafsir maudlu‟i, atau
biasa disebut juga dengan tafsir tematik, yaitu cara menafsirkan kitab
suci dengan menghimpun ayat-ayat Al Qur‟an dari berbagai ayat yang
berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan. Dalam hal ini
peneliti akan membahas mengenai satu topik yaitu pendidikan
7
multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat Ayat 13, QS.
Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud Ayat 118-119.
Kemudian peneliti membahas dan menganalisis kandungan ayat
tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mendapatkan
pemahaman mengenai esensi dari kandungan ayat dalam Al Qur‟an
sehingga memperoleh suatu konsep yang lebih relevan.
3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumendokumen atau transkip yang telah ada. Adapun data penelitian ini
dibagi menjadi menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Merupakan bahan pokok yang diperoleh melalui buku
seperti Tafsir Jalalain.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang berupa bahan pustaka yang memiliki kajian
yang sama yang dihasilkan dari beberapa sumber lain.
Sehingga dapat membantu memecahkan permasalahan yang
menjadi fokus penelitian skripsi ini. Misalnya Pendidikan
Multikultural oleh Choirul Mahfud, serta sumber lainnya yang
relevan.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan ialah Content Analysis (analisis
isi), yaitu upaya menggali sejauh mungkin produk tafsir yang
8
dilakukan ulama-ulama tafsir terdahulu berdasarkan literature tafsir.
Disini penulis hanya menafsirkan pendidikan multikultural dalam
kandungan QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir
ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119. Kemudian
dari hasil penafsiran surah tersebut dianalisa secara mendalam dan
seksama mengenai pendidikan multikultural.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menelaah judul
penelitian, maka penulis akan menjelaskan istilah pokok yang terkandung
dalam judul, yaitu:
1. Pendidikan
Dalam arti khusus Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan
adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang
belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
Sedangkan dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha manusia
untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung
sepanjang hayat (Sadullah, 2014: 3).
Pendidikan menurut Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun
1973 juga dijelaskan bahwasannya pendidikan pada hakikatnya
merupakan suatu usaha yang disadari, untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam
maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.
9
Terdapat pula dalam UU RI No. 20 th 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dengan demikian dari berbagai pengertian diatas, penulis
mengambil kesimpulan bahwasannya pendidikan merupakan usaha
seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan dan menjadikan
seseorang agar menjadi lebih baik dari segi apapun secara sadar yang
berlangsung seumur hidup.
2. Multikultural
Secara etimologis multikultural dibentuk dari kata multi yang
berarti banyak, dan kultur yang berarti budaya. Dalam kata tersebut
terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam
komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik
(Mahfud, 2006: 75).
3. Pendidikan Multikultural
Pendidikan
multikultural
adalah
strategi
pendidikan
yang
diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara
menggunakan perbedaan-perbedaan kultur yang ada pada siswa seperti
10
perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, ras, kemampuan, dan umur
agar proses belajar menjadi efektif dan mudah (Yaqin, 2005: 25).
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini tersusun dalam tiga bagian, yaitu:
1. Bagian Awal
Yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan,
motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, dan daftar isi.
2. Bagian Inti
Bagian inti dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima
bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini
dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan
istilah, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab kedua berisi kompilasi ayat-ayat yang berkenaan dengan
multikultural.
Bab ketiga merupakan asbabun nuzul dan munasabah dari ayatayat multikultural.
Bab keempat berisi pembahasan mengenai pengertian pendidikan
multikultural, ciri-ciri penidikan multikultural, urgensi pendidikan
multikultural, tujuan pendidikan multikultural dan analisis tentang
11
pendidikan multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat
ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, QS. Hud ayat 118119.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang merefleksikan kembali
ringkasan skripsi dalam bentuk kesimpulan dan saran
3. Bagian Akhir
Yaitu bagian yang memuat daftar pustaka, daftar riwayat hidup dan
lampiran-lampiran.
12
BAB II
KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURAL
Kebereagaman antara umat di bumi ini telah menjadi kehendak Allah dan hal
yang mustahil dilakukan bagi siapa pun untuk menyeragamkan keberagaman
tersebut. Seperti yang telah diisyaratkan dalam firman Allah:
A. QS Ar Rum Ayat 22
ِ
ِ
ِ ‫وِمن ايتِو خ ْلق ال مسمو‬
ٍ ‫ك َْلي‬
ِ ‫ت َو ْاْلَْر‬
‫ت‬
ُ ‫اختِ ََل‬
َ ‫ف اَلْ ِسنَتِ ُك ْم َواَلْ َوانِ ُك ْم ۗ ا من ِ ِْف ذل‬
ْ ‫ض َو‬
ُ َ
ْ َ
ِِ ِ
﴾٨٨﴿‫ي‬
َ ْ ‫ل ْلعلم‬
Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan
langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu, sungguh, pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang mengetahui. (QS Ar Rum/30: 22)
ِ ‫(وِمن ايتِو خ ْلق ال مسمو‬
ِ ‫ت َو ْاْلَْر‬
)‫ف اَلْ ِسنَتِ ُك ْم‬
ُ ‫اختِ ََل‬
ْ ‫ض َو‬
ُ َ
ْ َ
Dan diantara tanda-
tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainlainan bahasa kalian, maksudnya dengan bahasa yang berlainan
(‫)واَلْ َوانِ ُك ْم‬
َ
dan berlain-lainan pula warna kulit kalian, diantara kalian ada yang
berkulit putih, ada yang hitam, dan lain sebagainya, padahal kalian berasal
dari seorang lelaki dan seorang perempuan yaitu Nabi Adam dan Siti
ٍ ‫َْلي‬
Hawa (‫ت‬
ِ
ِ
‫ك‬
َ ‫ )ا من ِ ِْف ذل‬sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
13
terdapat tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt
ِِ ِ
(‫ي‬
َ ْ ‫)ل ْلعلم‬
bagi orang-orang menhetahui yaitu bagi orang-orang yang berakal dan
berilmu (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 454).
Ayat di atas mejelaskan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang
menciptakan langit dalam hal ketinggian, keluasan, yang dihiasi dengan
beraneka bintang dan planet-planet yang tetap maupun yang beredar, serta
menciptakan bumi yang mempunyai gunung, sungai, laut, daratan,
binatang, dan tumbuhan. Semakin maju ilmu pengetahuan manusia,
semakin banyak hal baru terungkap dari keagungan dan kekuasaan Allah.
Dahulu manusia menganggap bahwa jumlah bintang sekitar lima hingga
enam ribu saja, hal ini karena mereka melihatya hanya dengan mata
telanjang. Kini setelah ada teleskop yang lebih kuat, kebesaran dan
keberagaman bintang-bintang dilangit semakin bertambah, dan jumahnya
belum diketahui seorangpun, hanya Allah Swt yang mengetahui jumlah
seluruh bintang yang ada dilangit (Imani, 2008: 141).
Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah yang lain adalah adanya
berbagai macam bahasa percakapan manusia di bumi yang tidak dapat
dihitung jumlahnya. Kata
)‫(ألسنتكم‬
alsinatikum adalah jamak dari kata
)‫ (لسان‬yang berarti lidah. kata ini berasal dari )‫(لسن‬
lasina yang berarti
fasih dan lancar. Kata lisân mempunyai dua bentuk jamak dengan
14
pengertian yang berbeda. Bentuk pertama adalah
)‫ (ألسن‬alsun
kata lisan
disini dipandang sebagai muanas yang berarti kata dan sebutan.
Sedangkan bentuk kedua adalah
)‫(السنة‬
alsinah yang dipandang sebagai
mudzakar yang berarti bahasa atau pembicaraan (Quraish Shihab, 2007:
79). Berarti perbedaan lidah disini dapat diartikan sebgai perbedaan
bahasa, dialek dan intonasi (Quraish Shihab, 2007: 190).
Meskipun manusia hidup di satu bumi, dan berasal dari asal-usul
yang sama namun diantara mereka terdapat bahasa yang berbeda-beda.
Hampir dari setiap negara memiliki bahasa yang berbeda bahkan di
Indonesia sendiri memiliki lebih dari 250 bahasa daerah yang berbeda.
Disamping adanya perbedaan bahasa juga terdapat perbedaan
dalam hal warna kulit. Kata alwân, merupalan jamak dari laun, yang pada
mulanya berarti warna, namun di ayat ini berarti warna kulit. Semua
manusia yang ada di bumi ini tidak ada yang sama, meskipun mirip,
bahkan anak kembar sekalipun pasti ada perbedaan antara satu dengan
yang lainnya. Mulai dari sidik jari, raut muka, bentuk mata, bentuk hidung,
bentuk telinga, semuanya tidak ada yang sama (Hamka, 1988: 68). Ayat di
atas ditutup dengan
)‫(للعاملي‬
li al-„âlimîn/bagi orang-orang yang alim,
yakni bagi orang-orang yang berakal dan berilmu. Maksudnya terhadap
apa yang telah dijelaskan itu terdapat tanda-tanda yang nyata bagi orang-
15
orang yang mengetahui rahasia alam dan aturan-aturan bermasyarakat
(Ash-Shiddieqy, 2000: 3171).
B. QS Al Hujarat Ayat 13
ِ ‫يآيُّهاالن‬
‫ماخلَ ْقن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍرمواُنْثى َو َج َع ْلن ُك ْم ُشعُ ْوبًا موقَبَآئِ َل لِتَ َع َارفُ ْواۗ اِ من اَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َداللّ ِو‬
َ ‫ماس ان‬
ُ َ
﴾۳۱﴿‫اَتْق ُك ْم ۗ اِنماللّوَ َعلِْي ٌم َخبِْي ٌر‬
Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti. (QS Al
Hujarat/49: 13)
ِ ‫( يآيُّهاالن‬Hai manusia, sesungguhnya Kami
‫ماخلَ ْقن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍرمواُنْثى‬
َ ‫ماس ان‬
ُ َ
menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) yakni
dari bangsa Adam dan Hawa
‫( َو َج َع ْلن ُك ْم ُشعُ ْوبًا‬dan Kami menjadikan kalian
berbangsa-bangsa ) lafadz syu‟ûban adalah bentuk jamak dari lafadz
sya‟bun, yang artinya tingkatan nasab keturunanyang paling tinggi
‫َوقَبَآئِ َل‬
(dan bersuku-suku) kedudukan suku berada dibaawah bangsa, setelah suku
atau kabilah disebut Imarah, lalu Batn kemudian Fakhs dan yang paling
bawah adalah Fasilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah nama suatu
bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah
nama satu Imarah, Qusay adalah nama suatu Batn, Hasyim adalah nama
16
suatu Fakhs, dan Al Abbas adalah nama suatu Fasilah.
‫لِتَ َع َارفُ ْوا‬
(supaya
kalian saling mengenal) lafaz ta‟ârafû asalnya adalah tata‟ârafû,
kemudian salah satu dari kedua huruf ta dibuang sehingga jadilah ta‟ârafû,
maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang
lain, bukan saling untuk membanggakan ketinggian nasab atau keturunan,
karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dari segi ketakwaan.
‫اِ من اَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َداللّ ِو اَتْق ُك ْم ۗ اِنماللّوَ َعلِْي ٌم‬
(sesungguhnya orang yang paling
mulia diantata kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang kalian
‫َخبِْي ٌر‬
(lagi Maha
Mengenal) apa yang tersimpan didalam batin kalian (Al-Mahalli & As
Suyuti, 2016: 895).
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij,
dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun ketika Fathul
Makkah Bilal naik ke atas Ka‟bah untuk adzan. Berkatalah beberapa
orang: “Apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka‟bah?”. Maka
berkatalah yang lainnya: “Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti
Allah akan meggantinya”. Kemudian ayat ini turun sebagai penegasan
bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah
yang paling taqwa (Shaleh, Dahlan & Dahlan, 1990: 475).
17
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptan
makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia
berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Dijadikannya
makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan
harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara baik
dan positif. Adanya perbedaan-perbedaan itu bukanlah ukuran untuk
menilai apakah seseorang itu baik atau buruk. Derajat kebaikan manusia
diukur dari ketaqwannya. Tidak peduli apakah dia laki-laki atau
perempuan, berkulit putih atau hitam, asal bertaqwa kepada Allah Swt,
maka dia tergolong orang baik (Ihsan, 2015: 27).
C. QS Fatir Ayat 28
ِ
ِ
ِ ‫َوِم َن الن‬
ۗ ‫ك ۗ امَّنَا ََيْ َشى اللّوَ ِم ْن ِعبَ ِاد ِه الْعُلَم ُؤا‬
ِّ ‫مو‬
ٌ ‫آب َو ْاْلَنْعاَِم ُُْمتَل‬
َ ‫ف اَلْ َوانُو َكذل‬
َ ‫ماس َواالد‬
﴾٨٢﴿‫اِ من اللّوَ َع ِزيٌْز َغ ُف ْوٌر‬
Artinya: Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk
bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacammacam warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba Allah yang
takut kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa,
Maha Pengampun. (QS Fatir/35: 28)
ِ
ِ
ِ ‫َوِم َن الن‬
‫ك‬
ِّ ‫مو‬
ٌ ‫آب َو ْاْلَنْعاَِم ُُْمتَل‬
َ ‫ف اَلْ َوانُو َكذل‬
َ ‫ماس َواالد‬
(Dan demikian pula
diantara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang
ternak
ada
yang
bermacam-macam
warnanya)
beranekaragamnya buah-buahan dan gunung-gunung.
18
sebagaimana
‫امَّنَا ََيْ َشى اللّ َو ِم ْن ِعبَ ِادهِ الْعُلَم ُؤا‬
(sesungguhnya yang takut kepada Allah
diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama).
Allah maha perkasa),
‫َغ ُف ْوٌر‬
‫ ( اِ من اللّوَ َع ِزيٌْز‬Sesungguhnya
(lagi maha pengampun) terhadap dosa-dosa
hamba-Nya yang mukmi (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 576).
Pada ayat ini menerangkan tentang adanya pebedaan bentuk dan
warna makhluk hidup. Firman-Nya:
)‫(كذلك‬
kadzaalika dipahami oleh
banyak ulama dalam arti keragaman. Ayat ini menggarisbawahi tentang
adanya perbedaan dari setiap makhluk meskipun berasal dari sumber
materi yang sama (Quraish Shihab, 2012: 62).
D. QS Al Maidah Ayat 48
ِ
ِ
ِ
ِ ‫ك الْ ِكت‬
ِ ‫ي يَ َديِْو ِمن الْ ِكت‬
‫اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم‬
َ ‫َواَنْ َزلْنَآالَْي‬
َ ْ َ‫ص ِّدقًالِّ َماب‬
ْ َ‫ب َوُم َهْيمنًا َعلَْيو ف‬
َ ‫ب ب ْل َح ِّق ُم‬
َ
َ
ِ ْ ‫ِِبآاَنْزَل اللّو وْلَتَتمبِع اَىوآءىم ع مماجآء َك ِمن‬
ِ
ِ
ِ
ۗ ‫اجا‬
ً ‫اْلَ ِّق ۗل ُك ٍّل َج َع ْلنَا مْن ُك ْم ش ْر َع ًة مومْن َه‬
َ َ َ َ ْ َُ َ ْ ْ َ ُ َ َ
ِ ‫ااْلي ر‬
ِ
ِ
‫ت ۗاِ ََل اللّ ِو َم ْرِجعُ ُك ْم‬
َْْ ‫َولَ ْو َشآءَاللّوُ ََلَ َعلَ ُك ْم اُم ًة مواح َد ًة مولك ْن لِّيَْب لَُوُك ْم ِ ِْف َمآات ُك ْم فَ ْستَبِ ُقو‬
َِ
﴾٨٢﴿ ‫َجْي ًعافَيُنَبِّئُ ُك ْم ِِبَا ُكْنتُ ْم فِْي ِو ََتْتَلِ ُف ْو َن‬
Artinya: Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur‟an) kepadamu
(Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitabkitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah
engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, Kami
19
berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlombalombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali,
lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu
perselisihkan (QS Al Maidah/5: 48).
Dalam surat Al Maidah ayat 48 ini menerangkan bahawa Al Qur‟an
adalah bukti dan saksi kebenaran kandungan kitab-kitab yang terdahulu
(Quraish Shihab, 2012: 276). Al Qur‟an menghapus sebagian hukum pada
kitab terdahulu, yang didalamya terdapat kesulitan, beban, dan belenggu.
Syariat memang berbeda, namun dasar agama tetap satu, yaitu Islam. Umat
Yahudi memiliki syariat yang terperinci dalam hukum-hukum yang
dikhususkan untuk mereka. Begitu pula umat Kristen dan umat Islam. Kendati
demikian, sesungguhnya agama yang disisi Allah Swt adalah Islam (Tim
Qisthi Press, 2008: 522).
ِ
‫ك‬
َ ‫َواَنْ َزلْنَآالَْي‬
(Dan telah Kami turunkan padamu) hai Muhammad
(kitab) Al Qur‟an
‫بِْل َح ِّق‬
ِ ‫الْ ِكت‬
‫ب‬
(dengan kebenaran) berkaitan dengan anzalna
‫ي يَ َديِْو‬
َ ْ َ‫ص ِّدقًالِّ َماب‬
َ ‫( ُم‬membenarkan apa yang terdapat dihadapannya) maksudnya
yang sebelumnya
batu ujian
terdahulu.
‫َعلَْي ِو‬
ِ ‫ِمن الْ ِكت‬
‫ب َوُم َهْي ِمنًا‬
َ
(diantara kitab dan menjadi saksi) atau
(terhadapnya). Kitab disini maksudnya ialah kitab-kitab
‫اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم‬
ْ َ‫ف‬
(sebab itu putuskanlah perkara mereka) maksudnya
20
antara ahli kitab jika mereka mengadu kepadamu
diturunkan Allah) kepadamu
‫َوْلَتَتمبِ ْع اَ ْى َوآءَ ُى ْم‬
hawa nafsu mereka) dengan menyimpang
ِ
ُ‫( ِبَآاَنْ َزَل اللّو‬dengan apa yang
(dan jaganlah kamu mengikuti
‫اْلَ ِّق ۗلِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِمْن ُك ْم‬
ْ ‫اجآءَ َك ِم َن‬
َ ‫َع مم‬
(dari kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat diantara
ِ
kamu Kami beri) hai manusia ‫اجا‬
ً ‫مومْن َه‬
ً‫( ِش ْر َعة‬aturan dan jalan) maksudnya jalan
yang nyata dalam agana yang akan mereka tempuh.
ِ ‫ولَو َشآءاللّو ََلعلَ ُكم اُمةً مو‬
‫اح َد ًة‬
ْ ََ ُ َ ْ َ
(sekiranya dikehendaki Allah, tentulah kamu dijadikan-Nya satu umat) degan
hanya satu syariat,
golongan
‫لِّيَْب لَُوُك ْم‬
‫مولكِ ْن‬
(tetapi) dibagi-baginya kamu kepada beberapa
(untuk mngujimu)
‫ِ ِْف َمآات ُك ْم‬
(mengenai apa yang telah
diberikan-Nya kepadamu) berupa syariat yang bermacam-macam untuk
melihat siapakah diantara kamu yang taat dan siapa pula yang durhaka (AlMahalli & As-Suyuti, 2016: 450).
Pada ayat ini menjelaskan sebenarnya Allah bekuasa untuk membuat
manusia menjadi umat yang satu dan seragam tanpa perbedaan. Namun itu
tidak dikehendakinya. Sebaliknya, Allah menciptakan umat manusia berjenisjenis dan beraneka ragam. Ketetapan Allah ini bertujuan untuk menguji
hamba-hamba-Nya membuat mereka berbeda dalam syariat agar Allah Swt
melihat siapa yang taat dan siapa yang bermaksiat kepada-Nya, serta siapa
21
yang membenarkan dan siapa yang mendustakan-Nya. Serta mendorong
mereka untuk saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Artinya perbedaan
fisik, agama, budaya, suku, ras dan jenis kelamin, bukanlah suatu hal yang
perlu dipersoalkan, melainkan anugerah Allah Swt agar manusia saling
mengenal dan saling memahami.
E. QS. Hud Ayat 118-119
ِِ
ِ
‫﴾ اِْلمَم ْن مرِح َم‬١١٢﴿ۗ ‫ي‬
َ ُّ‫َولَ ْو َشآءََرب‬
َ ْ ‫ماس اُمةً مواح َدةً موْلَيََزالُْو َن ُُْمتَلف‬
َ ‫ك ََلَ َع َل الن‬
ِ ‫ربُّك ۗولِذلِك خلَ َقهم ۗوََتم‬
ِ ِ ‫اَلِن ِمة والن‬
ِ ‫ك َْلَملَئ من جهن‬
﴾۳۳۱﴿‫ي‬
ْ َ ُْ َ َ َ َ َ
َ ْ ‫ماس اَ َْجَع‬
َ ْ ‫مم م َن‬
َ َ َ َ ْ َ ِّ‫ت َكل َمةُ َرب‬
Artinya:
118. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat
yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.
119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah
Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap,
“Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia
(yang durhaka) semuanya. (QS. Hud/11: 118-119)
ِ ‫ك ََلعل النماس اُمةً مو‬
‫اح َد ًة‬
َ
َ َ َ َ ُّ‫َولَ ْو َشآءََرب‬
Kata
)‫(لو‬
law dalam firman-Nya:
sekiranya Allah menghedaki menunjukkan bahwa hal tersebut tidak
dikehendaki-Nya karena kata law tidak digunakan kecuali untuk
mengandaikan sesuatu yang tidak mungkin terjadi/mustahil. (Jikalau
Tuhanmu menghendaki tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu)
pemeluk agama.
ِِ
‫ي‬
َ ْ ‫موْلَيََزالُْو َن ُُْمتَلف‬
(tetapi mereka senantiasa berselisih
pendapat) dalam masalah agama. ‫ك‬
َ ُّ‫َرب‬
22
‫( اِْلمَم ْن مرِح َم‬kecuali orang-orang yang
diberi rahmat oleh Tuhanmu) artinya Allah telah menghendaki kebaikan
dari mereka sehingga mereka tidak berselisih pendapat tentangnya,
ِِ
‫ك َخلَ َق ُه ْم‬
َ ‫َولذل‬
(dan untuk itulah Allah menciptakan) sebagian diantara
mereka yang suka berselisih dan sebagian yang lain ada yang diberi
rahmat oleh-Nya sehingga mereka tidak berselisih mengenai agama (AlMahalli & As-Suyuti, 2016: 884). Ini berarti bahwa Allah Swt tidak
menghendaki menjadikan manusia semua sejak dahulu hingga kini satu
umat saja, yakni satu pendapat, satu kecerendungan, bahkan satu agama
dalam segala prinsip dan perinciannya. Karena jika Allah Swt
menghendaki demikian, Dia tidak akan memberi manusia kebebasan
memilah dan memilih, termasuk kebebasan memilih agama dan
kepercayaan (Quraish Shihab, 2012: 784).
23
BAB III
ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH
A. Asbabun Nuzul
1. Pengertian Asbabun Nuzul
Kata asbab merupakan jamak taksir dari sabab yang artinya
“sebab”. Menurut lisan al-Arab diartikan saluran, yaitu segala sesuatu
yang menghubungkan satu benda ke benda lainya (Efendi, Fathurrohman,
2014: 77). Kata nuzul adalah isim masdar dari nazala yang berarti
menurunkan sesuatu atau kejadian sesuatu (Budiharjo, 2012: 21)
Menurut istilah Dr. M. Quraish Shihab menjelaskan asbabun nuzul
adalah:
a. Peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat dimana ayat tersebut
menjelaskan pandagan Al Qur‟an tentang peristiwa tersebut atau
mengomentarinya.
b. Peristiwa yang terjadi sesudah turunnya suatu ayat, dimana peristiwa
tersebut dicakup pengertiannya atau dijelaskan hukumnya oleh ayat
tersebut (Baidan, 2011: 135)
Zuhdi mengatakan asbabun nuzul adalah semua yang disebabkan
diturunkan suatu ayat yang mengandung sebabnya, memberi jawaban
terhadap sebabnya atau memberi jawaban terhadap sebabnya atau
menerangkan hukumnya pada saat terjadinya peristiwa itu (Zuhdi, 1997:
78).
24
Dengan demikian secara singkat asbabun nuzul dapat diartikan
sebagai sebab turunnya ayat-ayat Al Qur‟an. Asbabun nuzul biasanya
terkait dengan adanya pertanyaan yang ditujukan kepada Nabi maupun
peristiwa tertentu yang bukan dalam bentuk pertanyaan.
Asbabun nuzul sangat penting untuk memberikan dampak yang
sangat besar dalam membantu memahami ayat-ayat maupun surah-surah
dalam Al Qur‟an yaitu: lebih memberikan petunjuk untuk mengetahui
hikmah yang dikehendaki Allah atas apa yang telah ditetapkan,
memberikan petunjuk tentang adanya ayat-ayat tertentu yang memiliki
kekhususan hukum tertentu, merupakan cara efisien untuk memahami
makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al Qur‟an, membantu
memudahkan penghafalan ayat dan pengugkapan makna yang terkandung
di dalam ayat, serta untuk menghindari adanya kesalahan yang mungkin
terjadi dalam proses memahami maksud dalam Al Qur‟an tersebut.
Meskipun demikian, ada sebagian ulama yang menganggap bahwa
asbabun nuzul tidak begitu penting. Salah satunya adalah Al-Syaikh
Muhammad „Abduh yang menganggap bahwa asbabun nuzul bersumber
dari hadis-hadis yang tidak mempunyai sanad, karenanya tidak shahih.
Selain itu Muhammad „Abduh juga menganggap bahwa para perawi dalam
meriwayatkan hadis hanya mengaitkan ayat dengan kisah-kisah tertentu
dan hanya dalam bentuk makna saja. Jadi pada hakikatnya asbabun nuzul
itu hanya hasil ijtihad.
25
Menurut sejarah, proses turunnya ayat-ayat Al Qur‟an ada yang
didahului dengan sebab dan ada pula ayat-ayat Al Qur‟an yang turun tanpa
didahului dengan sebab. Ayat-ayat Al Qur‟an yang turun dengan didahulu
suatu sebab biasanya berupa ayat-ayat tasyri‟yyah atau ayat-ayat hukum.
Dan sebab turunnya ayat itu adakalanya berupa peristiwa yang terjadi di
masyarakat Islam dan adakalnya berupa pertanyaan dari kalangan Islam
atau kalangan lainnya yang ditunjukkan kepada Nabi. Sedangkan ayat-ayat
Al Qur‟an yang turun tanpa didahului dengan sebab biasanya berupa
sejarah yang mengisahkan tentang umat-umat terdahulu beserta para
Nabinya, menceritakan
tentang hal-hal
gaib
yang akan terjadi,
meggambarkan keadaan hari kiamat beserta nikmat surga dan siksa
neraka. Ayat-ayat demikian diturunkan oleh Allah untuk memberi
petunjuk manusia agar menempuh jalan yang lurus. Jadi secara garis besar
tidak semua ayat Al Qur‟an diturunkan dengan suatu sebab tertentu.
2. Asbabun Nuzul QS. Ar Rum Ayat 22, QS. Al Hujurat Ayat 13, QS.
Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119
a. Asbabun Nuzul QS. Al Hujurat ayat 13
Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadist
melalui Ibnu Abu Mulaikah yang telah menceritakan bahwa ketika
penaklukan Makkah, Bilal langsung naik ke atas Ka‟bah, kemudian
mengumandangkan suara azan. Lalu sebagian orang mengatakan:
“Apakah hamba sahaya yang hitam
26
ini berani azan di atas
Ka‟bah?”. Lalu Allah Swt menurunkan QS. Al Hujurat ayat 13 (Al
Mahalli & As Suyuti, 2016: 904).
b. Asbabun Nuzul QS. Al Maidah ayat 48
Imam Ahmad dan Imam Abu Daud telah meriwayatkan
dari Abdullah ibnu Abbas yang telah mengatakan: “Ayat ini
diturunkan berkenaan dengan dua golongan orang-orang Yahudi
yang satu sama lainnya saling berperang, sehingga salah satu
diantaranya
menang
atas
golongan
lainnya.
Kejadian
itu
berlangsung ketika zaman jahiliyah; akhirnya lahirlah suatu
perjanjian, bahwa setiap orang yang dibunuh oleh golongan yang
menang dari kalangan golongan yang kalah, maka diyatnya adalah
lima puluh wasaq. Dan setiap orang yang dibunuh oleh golongan
yang kalah dari golongan yang menang, maka diyatnya seratus
wasaq. Keadaan itu terus
berlangsung sampai datangnya
Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah ada seorang dari kalangan
golongan yang kalah membunuh seseorang dari golongan yang
menang. Lalu dari golonga yang menang segera mengutus
seseorang kepada golongan yang yang kalah untuk meminta
diyatnya sebanyak seratus wasaq. Akan tetapi golongan yang kalah
mengatakan: “Apakah hal seperti ini pernah terjadi pada dua
kabilah yang agama, kebangsaan, dan negrinya satu, yaitu diyat
sebagian diantara mereka separo dari diat yang lainnya? Dahulu
kami memberikannya kepadamu karena perbuata aniya kamu
27
kepada kami dan kami takut kepada kamu serta demi memelihara
kesatuan karena kami takut menjadi becerai-berai. Akan tetapi
sekarang, setelah kedatangan Muhammad, kami tidak akan
memberikannya lagi kepadamu”. Hal ini hampir saja membawa
kedua golongan itu kearah pertempuran. Akan tetapi akhirnya
meraka setuju untuk mengemukakan kasus ini kepada Rasulallah
SAW agar beliau melerai perselisihan diantara kedua golongan
tersebut. Lalu mereka mengutus beberapa orang dari kalangan
orang-orang yang munafik untuk menguj kebijaksanaan beliau.
Kemudian Allah menurunkan QS. Al Maidah ayat 41-48 (Al
Mahalli & As Suyuti, 2016: 495).
c. Asbabun Nuzul QS. Ar Rum Ayat 22, QS. Fatir Ayat 28, dan QS.
Hud Ayat 118-119
Setelah penulis berusaha mencari dari berbagai sumber
mengenai asbabunnuzul dari QS. Ar Rum ayat 22, QS. Fatir ayat
28, dan QS. Hud ayat 118-119 ternyata penulis tidak menemukan
asbabunnuzul dari QS. Ar Rum ayat 22, QS. Fatir ayat 28, dan QS.
Hud ayat 118-119 tersebut. Mulai dari buku-buku tafsir, maupun
sumber lain dari internet. Hal ini tidak perlu dipersoalkan karena
memang
tidak
semua
ayat
dalam
Al
Qur‟an
asbabunnuzul seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
28
memiliki
B. Munasbah
1. Pengertian Munasabah
Kata munasabah berasal dari kata
‫ مناسبة → يناسب → ناسب‬.
Kata tersebut merupakan bentuk tsulasi mujaradnya
‫نسب‬
(nasaba) yang
berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain (Budihardjo, 2012: 39).
Menurut Al- Qaththan munasabah adalah menghubungkan antara
jumlah dengan jumlah dalam suatu ayat, atau antara ayat dengan ayat, atau
antara surah dengan surah (Hermawan, 2011: 122).
Dalam redaksi yang sama, Ibnu Al-„Arabi mengatakan bahwa,
munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Al Qur‟an sehingga seolah-olah
merupakan satu ungkapan yang mempunyai satu kesatuan.
Selanjutnya Quraish Shihab menyatakan (menggaris bawahi AsSuyuthi) bahwa munasabah adalah adanya keserupaan dan kedekatan
diantara berbagai ayat, surat, dan kalimat yang menyebabkan adanya
hubungan (Fathurrahman & Efendi, 2014: 111).
Dari berbagai definisi diatas, penulis dengan singkat dapat
menyimpulkan bahwa munasabah adalah keterkaitannya ayat satu dengan
ayat lainnya dalam Al Qur‟an.
Jumhur ulama telah sepakat bahwa urutan ayat dalam satu surah
merupkan urutan-urutan tauqifiy, yaitu urutan yang sudah ditentukan oleh
Rasulullah sebagai penerima wahyu, yang sesuai dengan wujud teks
imanen yang sudah ada di lauh mahfudz. Secara sepintas jika diamati
29
urutan teks dalam Al Qur‟an terdapat kesan bahwa Al Qur‟an memberikan
informasi yang tidak sistematis dan melompat-lompat. Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan antara urutan turunnya ayat maupun surah dalam
susunan teks Al Qur‟an. Satu sisi realitas teks ini menyulitkan pembacaan
secara utuh akan tetapi realitas teks itu dapat menunjukkan stilistika
(retorika bahasa) yang merupakan bagian dari kemukjuzatan Al Qur‟an
pada aspek kesustraan dan gaya bahasa. Maka dari itu dibutuhkan„ilm
munasabah untuk pembacaan secara holistik pesan spiritual dalam Al
Qur‟an.
Selanjutnya, secara garis besar munasabah Al Qur‟an dapat di bagi
menjadi dua yaitu munasabah antar ayat dalam Al Qur‟an dan munasabah
antar surah dalam Al Qur‟an. Berikut ini pembagian munasabah Al Qur‟an
menurut Imam Suyuthi:
a. Tartib surah-surah dalam Alqur‟an dan hikmah dibalik peletakan satu
surah pada tempatnya.
b. Hubungan antara pembukaan surah dengan akhir surah sebelumnya.
c. Hubungan antara awal surah dengan isi surah.
d. Hubungan antara awal surah dengan akhir surah.
e. Hubungan antara satu ayat dengan ayat setelahya.
f. Hubungan antara akhiran ayat dengan awal ayat.
g. Hubungan antara nama surah sengan kandungan surah (Said, 2014:
xxii).
30
2. Munasabah Ayat
Dari berbagai macam munasabah diatas, disini penulis hanya akan
menerapkan munasabah antara ayat dengan ayat dalam Al Qur‟an yaitu:
a. QS. Ar Rum ayat 21-23
ِ
ِ ِ
ۗ ً‫اجالِّتَ ْس ُكنُ ْوآاِلَْي َه َاو َج َع َل بَْي نَ ُك ْم م َومد ًة موَر ْْحَة‬
ً ‫َوم ْن ايتو اَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم ِّم ْن اَنْ ُفس ُك ْمَ اَْزَو‬
ِ
ِ
ٍ ‫ك َْلي‬
﴾٨۳﴿‫ت لَِّق ْوٍم يمتَ َف مك ُرْو َن‬
َ ‫ا من ِ ِْف ذل‬
Artinya: Dan, diantara tanda-tanda-Nya adalah Dia menciptakan
untuk kamu pasangan-pasanan dari jenis kamu sendiri supaya kamu
tenang kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu mawaddah dan
rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (QS.Ar Rum/30: 21).
ِ
ِ ِ
‫اجا‬
ً ‫َوم ْن ايتو اَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم ِّم ْن اَنْ ُفس ُك ْمَ اَْزَو‬
(Dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari
jenis kalian sendiri) Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam,
sedangkan manusia lainnya tercipta dari air mani laki-laki dan
perempuan
‫لِّتَ ْس ُكنُ ْوآاِلَْي َها‬
(supaya kalia cenderung dan merasa tentram
kepadanya) supaya kalian merasa betah dengannya
‫َو َج َع َل بَْي نَ ُك ْم‬
dijadikan-Nya diantara kamu sekalian) semuanya
‫م َومد ًة موَر ْْحَةً ۗ اِ من ِ ِْف‬
ِ
‫ك‬
َ ‫ذل‬
(dan
(rasa kasih sayang. Sesugguhnya pada yang demikia itu) hal
31
yang telah disebutkan itu
ٍ ‫َْلي‬
‫ت لَِّق ْوٍم يمتَ َف مك ُرْو َن‬
(benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir) yakni yang memikirkan tentang
penciptaan Allah (Al Mahalli & As Suyuti, 2016: 454).
Ayat diatas menguraikan tentang adanya kekuasaan dan keesaan
Allah yang menciptakan pria dan wanita dengan berpasang-pasangan.
Seperti Siti Hawa yang tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam,
sedangkan manusia yang lainnya tercipta dari air mani laki-laki dan
perempuan, serta dampak yang dihasilkannya yaitu rahmat pada
suami istri dengan lahirnya anak (Quraish Shihab, 2012: 185).
ِ
ِ
ِ ‫وِمن ايتِو خ ْلق ال مسمو‬
ٍ ‫ك َْلي‬
ِ ‫ت َو ْاْلَْر‬
‫ت‬
ُ ‫اختِ ََل‬
َ ‫ف اَلْ ِسنَتِ ُك ْم َواَلْ َوانِ ُك ْم ۗا من ِ ِْف ذل‬
ْ ‫ض َو‬
ُ َ
ْ َ
ِِ ِ
﴾٨٨﴿‫ي‬
َ ْ ‫ل ْلعلم‬
Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah
penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu,
sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang mengetahui (QS. Ar Rum/30: 22)
ِ ‫(وِمن ايتِو خ ْلق ال مسمو‬
ِ ‫ت َو ْاْلَْر‬
)‫ف اَلْ ِسنَتِ ُك ْم‬
ُ ‫اختِ ََل‬
ْ ‫ض َو‬
ُ َ
ْ َ
Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasa kalian, maksudnya dengan bahasa yang
berlainan
(‫)واَلْ َوانِ ُك ْم‬
َ
dan berlain-lainan pula warna kulit kalian,
diantara kalian ada yang berkulit putih, ada yang hitam, dan lain
sebagainya, padahal kalian berasal dari seorang lelaki dan seorang
32
perempuan yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa
ِ
ِ
ٍ ‫ك َْلي‬
(‫ت‬
َ ‫)ا من ِ ِْف ذل‬
sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt
ِِ ِ
(‫ي‬
َ ْ ‫)ل ْلعلم‬
bagi orang-
orang menhetahui yaitu bagi orang-orang yang berakal dan berilmu
(Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 454).
Ayat diatas menjelaskan tentang adanya kekuasaan dan keesaan
Allah yang menciptakan langit dan bumi beserta semua sistemnya
yang sangat teliti, rapi dan serasi. Serta adanya kata
)‫(ألْ ِسنَتِ ُك ْم‬
alsinatikum yang merupakan bentuk jamak dari kata )‫ (لسان‬lisân yang
berarti lidah dimana kata ini juga digunakan dalam arti bahasa atau
suara. Berarti perbedaan lidah disini dapat diartikan sebgai perbedaan
bahasa, dialek dan intonasi. Selain itu pebedaan juga terjadi pada
warna kulit, ada yang hitam, sawo matang, dan putih meskipun pada
awalnya bersumber dari asal-usul yang sama ( Quraish Shihab, 2007:
190).
Sedikit dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat diketahui
dengan melihat begitu banyak benda langit yang beredar di angkasa,
namun tidak terjadi tabrakan antar benda-benda itu. Jika benda-benda
di langit tabrakan maka akan mengakibatkan kehancuran bumi.
Terjadi sekian banyak tanda-tanda kekuasaan Allah melalui salah satu
33
benda langit yang paling berperan dalam kehidupan manusia dan
makhluk di bumi yaitu matahari. Dimana dengan adanya peredaran
matahari dan bumi menyebabkan terjadinya perbedaan malam dan
siang, serta mengakibatkan adanya perbedaan musim. Hal inilah yang
menyebabkan adanya perbedaan lidah (bahasa) karena perbedaan
tempat tinggal di bumi, serta perbedaan warna kulit yang dipengaruhi
oleh sinar matahari.
ِ ِ َ‫وِمن ايتِو منام ُكم بِلمي ِل والنمها ِر وابتِغآ ُؤُكم ِّمن ف‬
ِ
ٍ ‫ك َْلي‬
‫ت لَِّق ْوٍم‬
ْ ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ ُ ََ
َ ‫ضلوۗ ا من ِ ِْف ذل‬
ْ َ
﴾٨۱﴿‫يم ْس َمعُ ْو َن‬
Artinya: Dan, diantara tanda-tanda-Nya adalah tidur kamu diwaktu
malam dan siang dan usaha kamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
bukti-bukti bagi kaum yang mendengarkan (QS.Ar Rum/30: 23)
ِ ِ
ِ
‫مها ِر‬
َ ‫( َوم ْن ايتو َمنَ ُام ُك ْم بلمْي ِل َوالن‬Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah tidur kalian di waktu malam dan siang hari) dengan
kehendak-Nya sbagai waktu istirahat buat kalian
kalian) disiang hari
‫ضلِو‬
ْ َ‫ِّم ْن ف‬
‫َوابْتِغَآ ُؤُك ْم‬
(dan usaha
(mencari sebagian dari karunia-
Nya)mencari rezeki dan penghidupan berkat kehendak-Nya
ِ
ِ
‫ك‬
َ ‫ا من ِ ِْف ذل‬
ٍ ‫( َْلي‬sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
‫ت لَِّق ْوٍم يم ْس َمعُ ْو َن‬
34
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarakan) dengan
pendengaran yang dibarengi pemikiran dan mengambil pelajaran (Al
Mahalli & As Suyuti, 2016: 455).
Pada ayat sebelumnya menjelaskan akan kekuasaan dan keesaan
Allah mengenai penciptaan langit dan bumi dengan sistem dan
peredaran yang ditetapkannya, dapat menciptakan siang dan malam.
Dalam ayat ini masih menerangkan tentang adanya kekuasaan dan
keesaan Allah yang berkaitan dengan siang malam. Dalam hal ini
ulama memahami dalam arti “ Diantara tanda-tanda-Nya adalah tidur
kamu diwaktu malam dan usahamu mencari rezeki diwaktu siang”
adalah bahwa Allah menjadikan malam untuk istirahat dan siang
untuk mencari rezeki. Memang secara umum waktu malam adalah
waktu untuk tidur, dan siang adalah untuk bekerja. Akan tetapi adanya
kata
)‫(فضلو‬
fadhlihi berarti kelebihan dari kadar kebutuhan,
sebagaimana ia dipahami pula dalam arti pemberian adalah sesuatu
yang melebihi kebutuhan, berarti siapa yang bekerja siang dan malam
atau dimalam hari, upayanya ketika itu dapat dinilai sebagai upaya
meraih kelebihan dari kadar kebutuhannya (Quraish shihab, 2007:
192).
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil munasabah pada ayatayat tersebut yang menerangkan bahwa adanya bukti-bukti kekuasaan,
dan kebesaran Allah, diantaranya penciptaan manusia secara
35
berpasang-pasangan
yang
kemudian
berkembang
biak
yaitu
dijadikannya anak dalam setiap pasangan. Pada ayat selanjutnya
dijelaskan adanya kekuasaan dan kebesaran Allah lainya yaitu
penciptaan langit dan bumi yang mempunyai kesamaan dengan
adanya penciptaan pria dan wanita (manusia). Dalam penciptakan
manusia tersebut, dengan keadaan warna kulit yang berbeda serta
bahasa yang berbeda pula. Perbedaan warna kulit dan bahasa
dipengaruhi daerah masing-masing yang memiliki iklim maupun
cuaca yang berbeda, dan daerah yang berbeda tersebut dipengaruhi
oleh adanya langit dan bumi dengan peredarannya. Allah menciptakan
langit dan bumi dengan peredarannya dapat menghasilkan siang dan
malam, dan agar
pada malam hari digunakan sebagai kebutuhan
untuk tidur dan waktu siang digunakan untuk berusaha atau bekerja
(Departemen Agama RI Jilid VII, 2007: 78).
b. Munasabah QS. Al Hujurat Ayat 11 &13
‫يَآيُّ َها الم ِذيْ َن ا َمنُ ْواْلَيَ ْس َخ ْرقَ ْوٌم ِم ْن قَ ْوِم ْن َعسۗى اَ ْن يم ُك ْونُ ْوا َخْي ًرِّمْن ُه ْم َوْلَ نِ َسآءٌِّم ْن‬
ٍ ‫ن‬
ِ
ِ ِ
ِ
‫م‬
‫س‬
َ
َ ‫ِّسآء َعسى اَ ْن يم ُك ْون َخْي ًرا ِّمْن ُه من ۗ َوْلَتَ ْلم ُزْوآ اَنْ ُف َس ُك ْم َوْلَتَنَا بَ ُزْوابا ْْلَلْ َقاب ۗبْئ‬
ِ ِ
ِ
﴾۳۳﴿‫ك ُى ُم الظملِ ُم ْو َن‬
َ ُ‫ب فَا‬
َ ِ‫ولۗئ‬
ْ ُ‫اْل ْس ُم الْ ُف ُس ْو ُق بَ ْع َد ْاْل ْْيَان ۗ َوَم ْن مَّلْ يَن‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suau kaum
mengolol-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolol-olok), dan
jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan
lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih
baik dari perempuan (yang mengolok-olokkan). Janganlah kamu
36
saling mencela satu sama lain, dan jangankah saling memanggil
dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa
tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al
Hujarat/49:11)
Ayat diatas melarang mengejek diri sendiri, dalam arti jangan
mengejek orang lain karena mengejek orang lain sama dengan
mengejek diri sendiri. Ini karena masyarakat adalah satu kesatuan
(Quraish Shihab, 2012: 13).
ِ ‫يآيُّهاالن‬
‫ماخلَ ْقن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍرمواُنْثى َو َج َع ْلن ُك ْم ُشعُ ْوبًا موقَبَآئِ َل لِتَ َع َارفُ ْواۗ اِ من اَ ْكَرَم ُك ْم‬
َ ‫ماس ان‬
ُ َ
﴾۳۱﴿‫ِعْن َداللّ ِو اَتْق ُك ْم ۗ اِنماللّ َو َعلِْي ٌم َخبِْي ٌر‬
Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui,
maha teliti. (QS Al Hujarat/49: 13)
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptan
makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia
berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Dijadikannya
makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan
harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara
baik dan positif.
37
c. Munasabah QS. Fatir Ayat 27-28
ِ
ٍ ‫آءمآءۗ فَاَخرجنَا بِِو ََثَر‬
ِ
‫اَلِبَ ِال‬
ْ ‫ت ُمُْتَلِ ًفا الْ َوانُ َهاَۗ َوِم َن‬
ْ َْ
ً َ ‫اَ ََّلْ تَ َراَ من اللّ َو اَنْ َزَل م َن ال مس َم‬
ِ
ِ
ِ ‫﴾ َوِم َن الن‬٨٢﴿‫ب ُس ْوٌد‬
‫آب َو ْاْلَنْعاَِم‬
ِّ ‫مو‬
ٌ ‫ض موْحٌُْر ُُّْمتَل‬
ٌ ‫ُج َد ٌد بِْي‬
َ ‫ماس َواالد‬
ُ ‫ف اَلْ َوا نُ َها َو َغَرا بْي‬
ِ
ِ
‫ك ۗ امَّنَا ََيْ َشى اللّوَ ِم ْن ِعبَ ِادهِ الْ ُعلَم ُؤا ۗ اِ من اللّ َو َع ِزيٌْز‬
ٌ ‫ُُْمتَل‬
َ ‫ف اَلْ َوانُو َكذل‬
﴾٨٢﴿‫َغ ُف ْوٌر‬
Artinya:
27. Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit
lalu dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka
macam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis
putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula)
yang hitam pekat.
28. Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak
yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba Allah yang takut
kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa,
Maha Pengampun (QS Fatir/35: 27-28).
Ayat diatas menerangkan adanya tanda-tanda kekuasaan Allah
ialah diturunkannya hujan yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
yang menghasilkan buah-buahan yang beraneka ragam macamnya,
dan diciptakannya gunung-gunung yang dilengkapi dengan jalan-jalan
yang beraneka ragam. Demikian juga manusia, binatang-binatang
melata, dan binatang-binatang ternak diciptakan Allah bermacammacam jenis warnanya sebagai tanda kekuasaan-Nya (Departemen
Agama RI, 2009: 163).
38
d. Munasabah QS. Al Maidah Ayat 84-49
ِ
ِ
ِ
ِ ‫ك الْ ِكت‬
ِ ‫ي يَ َديِْو ِمن الْ ِكت‬
‫اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم‬
َ ‫َواَنْ َزلْنَآالَْي‬
َ ْ َ‫ص ِّدقًالِّ َماب‬
ْ َ‫ب َوُم َهْيمنًا َعلَْيو ف‬
َ ‫ب ب ْل َح ِّق ُم‬
َ
َ
ِ
‫اْلَ ِّق ۗلِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِمْن ُك ْم ِش ْر َع ًة‬
ْ ‫اجآءَ َك ِم َن‬
َ ‫ِبَآاَنْ َزَل اللّوُ َوْلَتَتمبِ ْع اَ ْى َوآءَ ُى ْم َع مم‬
ِ ‫موِمْن هاجا ۗ ولَو َشآءاللّو ََلعلَ ُكم اُم ًة مو‬
‫اح َد ًة مول ِك ْن لِّيَْب لَُوُك ْم ِ ِْف َمآات ُك ْم‬
ً َ
ْ ََ ُ َ ْ َ
ِ ‫ااْلي ر‬
َِ ‫ت ۗاِ ََل اللّ ِو مرِجع ُكم‬
‫﴾ َواَ ِن‬٨٢﴿ ‫َجْي ًعافَيُنَبِّئُ ُك ْم ِِبَا ُكْنتُ ْم فِْي ِو ََتْتَلِ ُف ْو َن‬
َْْ ‫فَ ْستَبِ ُقو‬
ْ ُ َْ
ِ
ِ ‫اح َذ ْرُى ْم اَ ْن يم ْفتِنُ ْو َك َع ْن بَ ْع‬
‫ض َمآاَنْ َزَل‬
ْ ‫اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم ِبَآاَنْ َزَل اللّوُ َوْلَ تَتمبِ ْع اَ ْى َوآءَ ُى ْم َو‬
ْ
ِ
ِ
ِ ُّ‫اعلَم اَمَّنَا ي ِري ُداللّو اَ ْن ي‬
ِ ‫صْيبُ ُه ْم بِبَ ْع‬
‫ض ذُنُ ْوِبِِ ْمۗ َواِ من َكثِْي ًر ِّام َن‬
َ ‫اللّوُ الَْي‬
ُ ْ ُ ْ ْ َ‫كۗ فَا ْن تَ َولمْوا ف‬
ِ ‫الن‬
﴾٨٤﴿‫ماس لَف ِس ُق َن‬
Artinya:
48. Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur‟an) kepadamu
(Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitabkitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan
janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikanNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu
terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.
49. Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti
keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai
mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah
39
diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang
telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan
sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia
adalah orang-oang yang fasik (QS. Al Maidah ayat 48-49).
Ayat-ayat yang pertama menerangkan tentang diturunkannya
Kitab Taurat dan Injil, dan bahwa kedua Kitab itu mengandung
petunjuk cahaya. Allah memerintahkan supaya para penganut kitabkitab tersebut menegakkan hukum-hukum yang ada di dalamnya,
Allah
mengancam
akan
menyiksa
orang-orang
yang
tidak
melaksanakan hukum-hukum tersebut. Pada ayat selanjutnya Allah
menerangkan bahwa Allah telah menurunkan pula Al Qur‟an kepada
Nabi terakhir Muhammad Saw, dan menerangkan kedudukan Al
Qur‟an terhadap kitab samawi sebelumnya (Departemen Agam RI,
2009: 411).
e. Munasabah QS. Hud Ayat 118-119
ِِ
ِ
‫﴾ اِْلمَم ْن مرِح َم‬١١٢﴿ۗ ‫ي‬
َ ُّ‫َولَ ْو َشآءََرب‬
َ ْ ‫ماس اُمةً مواح َدةً موْلَيََزالُْو َن ُُْمتَلف‬
َ ‫ك ََلَ َع َل الن‬
ِ
ِِ
ِ ‫اَلِن ِمة َوالن‬
‫ماس‬
ْ ‫مم ِم َن‬
َ ِّ‫ت َكل َمةُ َرب‬
َ ‫ك ۗ َولذل‬
َ ُّ‫َرب‬
ْ ‫ك َخلَ َق ُه ْم ۗ َوََتم‬
َ ‫ك َْلَ ْملَئَ من َج َهن‬
ِ
﴾۳۳۱﴿‫ي‬
َ ْ ‫اَ َْجَع‬
Artinya:
118. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia
umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.
119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk
itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah
tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan
manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. Hud/11: 118-119)
40
Dalam QS. Hud ayat 118 menjelaskan bahwa jika Allah
menghendaki, maka manusia menjadi umat yang satu dalam beragama
sesuai fitrah asal kejadiannya. Sekalipun pada mulanya manusia itu
merupakan merupakan umat yang satu tidak terdapat perselisihan di
antara mereka, tetapi setelah mereka berkembang biak, timbullah
keperluan dan keinginan yang berbeda-beda maka timbul pulalah
perbedaan dan perselisihan yang tak habis-habisnya. Kemudian dalam
QS. Hud ayat 119 melanjutkan ayat sebelumnya yaitu tentang
perselisihan mereka yang tidak saja tentang agama yang dianut oleh
masing-masing kaum seperti agama Yahudi, Nasrani, Majusi, Islam,
atau syirik, tetapi juga penganut dari satu agama, kecuali orang-orang
yang mendapat rahmat dari Allah dan diberi taufik serta hidayah.
Mereka itu bersatu dan selalu mengusahakan persatuan agar manusia
taat kepadanya peraturan dan ketentuan Allah, mengerjakan apa yang
diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya (Departemen
Agama RI, 2009: 488).
41
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Multikultral
1. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural merupakan gabungan dari dua kata
yaitu pendidikan dan multikultural. Dalam arti khusus Langeveld
mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan
oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Baik dewasa dari segi intelektual, emosional, sosial,
moral, maupun spiritual.
Sedangkan dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha
manusia
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
hidupnya,
yang
berlangsung sepanjang hayat (Sadullah, 2014: 3).
Terdapat pula dalam UU RI No. 20 th 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Berdasrkan berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan usaha seseorang yang bertujuan untuk
42
mendapatkan dan menjadikan seseorang agar menjadi lebih baik dari
segi apapun secara sadar yang berlangsung seumur hidup.
Selanjutnya secara etimologis multikultural dibentuk dari kata
multi yang berarti banyak, dan kultur yang berarti budaya. Dalam kata
tersebut terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup
dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik
(Mahfud,
2006:
75).
Secara
sederhana
multikultural
berarti
keberagaman budaya. Menurut Agus Iswanto multikultural adalah
sebuah gerakan menuntut pengakuan terhadap semua perbedaan
sebagai entitas dalam masyarakat yang harus diterima, dihargai,
dilindungi, serta dijamin eksistensnya (Agus, 2009: 7). Kemudian
pendidikan
multikultural
menurut
Tilaar
adalah
pendidikan
untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan
demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan
dunia secara keseluruhan (Baidhawy, 2005: VIII).
Baidhawy juga berpendapat bahwa pendidikan multikultural
adalah suatu cara untuk mengajarkan keragaman. Pendidikan
multikultural menghendaki rasionalisasi etis, intelektual, sosial, dan
pragmatis
secara
inter-relatif
yaitu
mengajarkan
ideal-ideal
inklusivisme, pluralisme, dan menghargai semua orang.
Begitu
juga
Andersen
dan
Cusher
bahwa
pendidikan
multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman
kebudayaan. Kemudian, James Banks mendefinisikan pendidikan
43
multikultural sebagai suatu rangkaian kepercayaan dan penjelasan
yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis
didalam membentuk gaya hidup, pengalama sosial, identitas pribadi,
kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun
negara (Agus Iswanto, 2009: 8). Selain itu Muhaemin el Ma‟hadi juga
berpendapat bahwa secara sederhana pendidikan multikultural dapat
didefinisikan sebagai pendidikan tentang keragaman kebudayaan
dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan
masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendidikan
multikultural merupakan sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuk menghadapi berbagai ragam perbedaan dalam bentuk budaya,
bahasa, agama, suku, ras, dll.
2. Ciri-Ciri Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural biasanya mempunyai ciri-ciri:
a. Tujuan membentuk “manusia budaya” dan menciptakan
“masyarakat berbudaya (berperadaban)”.
b. Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilainilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis.
c. Metodenya
demokratis,
yang
menghargai
aspek-aspek
perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok
etnis.
44
d. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku
anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi,dan tindakan
terhadap budaya lainnya (Mahfud, 2006: 179).
3. Urgensi Pendidikan Multikultural
Untuk mewujudkan multikulturalisme dalam dunia pendidikan,
maka pendidikan multikultural juga perlu di masukkan ke dalam
kurikulum nasional, yang pada akhirnya dapat menciptakan tatanan
masyarakat indonesia yang multikultural, serta upaya-upaya lain yang
dapat dilakukan guna mewujudkannya. Berikut Mahfud memaparkan
urgensi pendidikan multikultural yaitu:
a.
Sebagai sarana alternatif pemecah konflik
Penyelenggaraan pendidikan multicultural di dunia
pendidikan diyakini dapat menjadi solusi nyata bagi konflik
dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnya
yang kerap terjadi di masyarakat Indonesia yang secara
realitas plural. Dengan kata lain, pendidikan multicultural
dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial
budaya (Mahfud, 2006: 208)
Pendidikan merupakan alat yang strategis dalam
mengembangkan visi dan misi pendidikan multikultural.
Melalui pendidikan berbasis multikultural, diharapkan para
pendidik
dapat
membantu
45
internalisasi
nilai-nilai
multikulturalisme dalam diri masing-masing anak didik.
Ketika peserta didik telah sampai kepada pemahaman dan
penghayatan mengenai nilai-nilai multiculturalisme, peserta
didik diharapkan mampu mengubah sikap (bagi yang
menafikkan adanya setiap perbedaan), sebagai wujud
pengimplementasian nilai-nilai multikulturalisme yang
sudah disampaikan oleh masing-masing pendidik.
Sebab pendidikan tetap masih akan dikatakan gagal
apabila ia belum mampu membawa perubahan. Pendidikan
harus mampu mengubah terma-terma yang mendoktrin
peserta didik, sehingga diharapkan peserta didik dapat
merubah perilaku mereka menjadi lebih baik. Tugas
seorang pendidikan tidak hanya sebatas menyampaikan
materi saja, namun harus memenuhi lingkup ketiganya,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Supaya siswa tidak tercabut dari akar budaya
Selain sebagai sarana alternatif pemecahan konflik,
pendidikan multikultural juga signifikan dalam membina
siswa agar tidak tercerabut dari akar budaya yang ia miliki
sebelumnya, tatkala dia berhadapan dengan realitas sosialbudaya di era globalisasi. (Mahfud, 2006: 210)
Melalui pendidikan multikultural, peserta didik
tidak akan mudah terpengaruh dengan arus global yang
46
terkadang membawa budaya baru yang akan berdampak
padaperkembangan setiap peserta didik. Dengan maksud,
peserta didik mampu mengelola budaya-budaya “asing”
agar tidak menjadi dampak yang negative bagi dirinya
maupun lingkungannya.
Beragamnya budaya yang beradu, tidak menjadikan
limpung. Peserta didik akan dapat memilah-memilah
budaya yang masuk setelah mereka memahaminya.
c. Sebagai landasan pengembangan kurikulum nasional
Dalam
melakukan
pengembangan
kurikulum
sebagai titik tolak dalam proses belajar mengajar, atau guna
memberikan sejumlah materi dan isi pelajaran yang harus
dikuasai oleh siswa dengan ukuran atau tingkatan tertentu,
pendidikan multikultural sebagai landasan pengembangan
kurikulum menjadi sangat penting (Mahfud, 2006: 214).
d. Menuju masyarakat Indonesia yang multikultural
Dalam masyarakat multikultural ditegaskan, bahwa
corak masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika ini
bukan hanya dimaksudakan pada keanekaragaman suku
bangsa saja, melainkan juga keanekaragaman kebudayaan
yang ada dalam masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Eksistensi
keberagaman
kebudayaan
tersebut
selalu
dijaga/terjaga yang bisa tampak dalam sikap saling
47
menghargai, menghormati, toleransi antar satu kebudayaan
dengan kebudayan lainnya. Dalam konteks ini ditegaskan,
bahwa perbedaan bukan menjadi penghalang untuk bersatu
padu meraih tujuan dan mewujudkan cita-cita dalam
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara
sebagaimana
termaktub dalam UUD 1945 dan Pancasila (Mahfud, 2006:
227).
Keragaman sosial, baik dalam kelompok budaya
maupun pemikiran (perbedaan pendapat)
merupakan
sunnatullah yang wajib kita syukuri. Selanjutnya, tinggal
bagaimana caranya mengembangkan langkah yang bijak
dalam menyikapi perbedaan tersebut secara arif.
4. Tujuan Pendidikan Multikultural
Berdasarkan setiap uraian yang disampaikan oleh para pakar
mengenai pendidikan multikultural, dapat dirumuskan beberapa tujuan
diusulkannya pendidikan yang berbasis multikulturalisme. Pendidikan
mutikultural mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Menanamkan
kesadaran
akan
keragaman
(plurality),
kesetaraan (equality), kemanusiaan (humanity), keadilan
(justice), dan nilai-nilai demokrasi (demokration values)
yang dibutuhkan oleh setiap individu maupun kelompok
masyarakat.
48
Peserta didik diharapkan mampu menerima setiap
perbedaan yang ada, memahami, dan menyikapinya secara
arif. Minimal peserta didik dapat menyikapi perbedaan
yang sederhana seperti yang sering mereka temui di bangku
sekolah. Seperti kelas ekonomi, kelas sosial, perbedaan
warna kulit, bahasa, atau bahkan bagi penyandang
disabilitas yang kadang dimasukkan ke dalam kaum
minoritas.
Setelah itu, peserta didik akan dapat menjunjung
tinggi hak-hak kemanusiaan. Memuliakan manusia sebagai
ciptaan
Tuhan
yang
paling
sempurna.
Menjadikan
semuanya berkedudukan sama, sederajat, dan berlaku adil
terhadap semua golongan. Hal-hal tersebut sudah termasuk
kedalam nilai-nilai demokrasi yaitu asas kedaulatan rakyat,
penghormatan hak-hak asasi manusia, serta keadilan sosial.
(Yaqin, 2009: 76).
b. Membangun Paradigma keberagamaan Inklusif
Paradigma keberagamaan yang inklusif berarti lebih
mementingkan dan menerapkan nilai-nilai agama daripada
hanya
melihat
dan
mengagungkan
simbol-simbol
keagamaan. Paradigma pemahaman keagamaan aktif sosial
berarti agama tidak hanya menjadi alat pemenuhan
kebutuhan rohani secara pribadi saja. Akan tetapi yang
49
terpenting adalah membangun kebersamaan dan solidaritas
bagi seluruh manusia melalui aksi-aksi sosial yang nyata
yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia
(yaqin, 2005: 31).
Tuhan tidak menghendaki kejahatan dan kekerasan.
Sebab keduanya hanya akan meninggalkan luka dan duka.
Manusia diciptakan Tuhan bukan untuk menebarkan
kekerasan dan kejahatan, melainkan untuk menebarkan
kebahagiaan dan kedamaian. Karena itu, tidak ada jalan lain
kecuali berusaha menjadikan iman dan amal saleh sebagai
basis toleransi. Iman dan amal saleh harus mampu
membangun kesadaran kolektif, bahwa untuk hidup rukun
landasan paradigmatiknya adalah iman dan amal saleh.
Keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang
lain. iman dan amal saleh pada akhirnya harus mampu
menerjemahkan ajaran toleransi di antara sesama makhluk
Tuhan. Artinya, iman seseorang tidak bermakna apa-apa
bilamana tidak membangun kepekaan sosial, terutama
dalam rangka mengatasi konflik yang pada umumnya
mengatasnamakan iman.
Oleh sebab itu, untuk sampai kepada masyarakat
yang
rukun
dan
damai,
seseorang
dituntut
untuk
mempelajari agamanya melalui esensi yang terkandung
50
dalam setiap agama yang dipeluknya. Karena sejatinya,
setiap agama mengajarkan kebaikan dan kebijaksanaan
dalam menjalani kehidupan yang penuh perbedaan ini.
Sikap tidak menerima akan perbedaan akan
berakibat menimbulkan sikap kekakuan dalam beragama
atau sikap “ekstrim”. Ektrimisme sering tampak pada orang
yang
selalu
menolak
untuk
mengubah
atau
mempertimbangkan pendapat orang lain. Berpegang teguh
pada prasangka-prasangka dan kekakuan dalam beragama.
Hal ini akan menjadi lebih berbahaya ketika ada ungkapan
bahwa
dirinyalah
satu-satunya
yang
berada
dalam
kebenaran.
B. Analisis Ajaran Multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. AL
Hujurat Ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud
Ayat 118-119
Islam sebagai agama rahmatan li al‟alamin memberikan penyelesaian
mengenai perbedaan melalui al Qur‟an yang mulia. Perbedaan di sini tidak
sekedar dalam perbedaan bermakna sempit. Namun, dapat diperluas
mengenai perbedaan yang ada pada setiap individu, suku, ras, bahasa,
agama, dan sampai kepada pengkelasan bagian-bagian tertentu, seperti
perbedan dalam hal bahasa dan warna kulit. Berikut analisis pendidikan
multikultural dalam Al Qur‟an yaitu:
51
1. QS. Ar Rum Ayat 22
a. Penciptaan Langit Dan Bumi
Pada QS Ar Rum ayat 22 dalam penciptaan langit dan bumi
terdapat dalam ayat
ِ ‫)وِمن ايتِو خ ْلق ال مسمو‬, kata penciptaan itu
(‫ت َو ْاْلَْرض‬
ُ َ
ْ َ
sendiri menggunakan kata
(‫ )خلق‬khalaqa yang berarti mencipta, baik
ciptaan itu telah ada yang serupa degannya sebelum yang ini
diciptakan, maupun dalam bentuk baru. Kata ini secara umum hanya
membutuhkan satu objek. Kata
(‫ )خلق‬dari segi pengertian kebahasaan
memiliki sekian banyak arti, antara lain menciptakan (dari tiada),
menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu), mengukur,
memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya (Quraish Shihab,
2012: 395). Kata ini biasanya memberikan tekanan tentang kehebatan
dan kebesaran Allah
dalam Ciptaan-Nya
serta
menunjukkan
aksentuasinya pada kemahakuasaan dan kehebatan Allah Swt. Ia maha
kuasa menciptakan apa saja sesuai dengan ketentuan yang ditentukanNya sesuai dengan ukuran yang ditetapkan-Nya, walaupun proses dan
sebab-sebab penciptaannya kadang-kadang tidak terjangkau oleh daya
nalar manusia (Quraish Shihab, 2007: 458). Dalam ayat ini idak
menggunakan kata
)‫(جعل‬
ja‟ala yang mengandung penekanan
terhadap manfaat yang harus atau dapat ditperoleh dari sesuatu yang
52
dijadikan itu (Quraish Shihab, 2012: 458), dengan kata lain, kata
)‫(جعل‬
ja‟ala berarti menjadikan dari sesuatu, ke sesuatu yang lain, karena itu
ia membutuhkan dua objek. Yang pada intinya kata
)‫(جعل‬
ja‟ala
adalah menjadikan sesuatu dari sebelumnya yang sudah ada.
Dengan pengamatan terhadap ayat-ayat yang menggunakan kedua
kata itu ditemukan bahwa kata
(‫ )خلق‬khalaqa yang pelakunya Allah
digunakan dalam konteks penekanan terhadap keagungan Allah dan
kekuasaan ciptaan-Nya, sedang kata
)‫(جعل‬
ja‟ala adalah penekanan
pada rahmat Allah yang dengan kehadirannya manusia dapat meraih
manfaat yang besar (Quraish Shihab, 2007: 133).
Keagungan dan kekuasaan Allah dalam QS. Ar Rum ayat 22
dibuktikan dengan adanya penciptaan langit dengan kata
berasal dari kata
ِ ‫)ال مسمو‬
(‫ت‬
ِ
ُ ‫ ال مسموت → ََسََو‬yang berarti tinggi, langit,
ُ‫ات → ََسَاء‬
awan, atap, tiap-tiap yang diatasmu (Amalia Hasanah, 2013: 217). Ini
berarti Allah menciptakan langit dalam hal ketinggian, keluasan, yang
dihiasi dengan beraneka bintang dan planet-planet yang tetap maupun
yang beredar (yang berarti tinggi) kata ini pada mulanya berarti segala
sesuatu yang berada diatas seseorang, namun secara umum ia
53
dipahami dalam arti langit yang memang langit selalu berada diatas
orang (Quraish Shihab, 2007: 202).
Dalam ayat ini kata
ِ ‫)ال مسمو‬
(‫ت‬
mengunakan dalam bentuk jamak
karena ada hubungannya dengan lapisan langit yang berjumlah 7 lapis
seperti dalam ayat berikut:
ٍ ‫اَللّو الم ِذي حلَق سبع ََسو‬
ِ ‫ت موِم َن اْْلَْر‬
...‫ض ِمثْ لَ ُه من‬
َ َْ َ َ ْ ُ
Artinya: Bahwasannya Allah-lah yang menciptakan tujuh langit
dan seperti itu pula bumi,... (QS. Thalaq ayat 12).
Selain penciptaan langit, keagungan dan kehebatan Allah dalam
ayat ini dibuktikan dengan adanya penciptaan
)‫ (ارض‬ardh, yaitu yang
ada dalam Al Qur‟an biasa diartikan sebagai bumi. Akan tetapi, tidak
semua kata itu diartikan sebagai bumi, karena ada juga yang digunakan
untuk meginformasikan penciptaan alam semesta dengan sistem tata
surya belum terbentuk seperti sekarang. Kata
)‫ (ارض‬ardh didalam Al
Qur‟an disebut sebanyak 461 di dalam 86 surah hanya disebut dalam
bentuk mufrad (tunggal) saja dan tidak pernah muncul di dalam bentuk
jamak. Ini dimaksudkan agar manusia tidak menuntut kepada
Rasululah saw untuk menunjukan bumi yang lain. Bila bumi
disebutkan secara eksplisit berjumlah tujuh, tentu saja bertentangan
dengan apa yang mereka saksikan setiap hari karena mereka hidup di
54
bumi. Oleh sebab itu, penyebutnya secara eksplisit hanya satu, sangat
sesuai dengan dengan daya nalar manusia (Quraish Shihab, 2007: 94).
b. Perbedaan Bahasa
Dalam QS. Ar Rum ini perbedaan dibuktikan dengan adanya kata
)‫(ألسنتكم‬
alsinatikum merupakan jamak dari kata
berarti lidah. Kata
)‫(لسان‬
lisân yang
)‫ (لسان‬lisân mempunyai dua bentuk jamak dengan
pengertian yang berbeda. Bentuk pertama adalah
)‫(ألسن‬
alsun kata
lisan disini dipandang sebagai muanas yang berarti kata dan sebutan.
Sedangkan bentuk kedua adalah
)‫(السنة‬
alsinah yang berarti bahasa
atau pembicaraan (Quraish Shihab, 2007: 79). Berarti perbedaan lidah
disini bukan hanya dapat diartikan sebagai perbedaan bahasa, akan
tetapi juga dapat diartikan dengan dialek dan intonasi (Quraish Shihab,
2012: 190).
Bahasa adalah sebuah kumpulan dari bermacam-macam simbol
yang dibentuk dengan menggunakan aturan-aturan yang kemudian
digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Selain itu
bahasa juga dapat dikatakan sebagai instrumen sosial yang berfungsi
sebagai alat untuk berkomunikasi dimana individu dapat bertukar
pikiran dan perasaan antara satu dengan yang lainnya. Yang pada
55
intinya bahasa merupakan alat manusia untuk berkomuniasi dan
berinteraksi antara satu dan yang lainnya (yaqin, 2005: 74).
Dalam agama samawi (Islam, Kristen, dan Yahudi) diyakini bahwa
nenek moyang manusia di dunia adalah Adam dan Siti Hawa. Mereka
diturunkan ke dunia karena melanggar larangan Allah Swt di surga.
Ada yang meyakini bahwa keduanya diturunkan secara terpisah, Adam
dipegunungan Himalaya dan Siti Hawa di Timur Tengah yang
akhirnya bertemu di wilayah Arafah Arab Saudi. Keyakinan seperti ini
tentu akan memberikan turunan bahwa asal muasal bahasa manusia di
dunia ini hanya satu yaitu bahasa yang dipakai Adam dan Siti Hawa.
Berkembangnya anak cucu Adam dan Siti Hawa serta penyebarannya
ke seluruh penjuru dunia mempunyai konsekuensi berkembangnya
bahasa itu sesuai dengan kebutuhan kelompok anak manusia atau
sesuai dengan perkembangan kebudayannya.
Akan tetapi pendapat ini berbeda yang dikemukakan oleh orangorang yang percaya kepada teori evolusi dari Charles Darwin, yang
mengatakan bahwa manusia berevolusi dari monyet. Mereka
mempercayai bahwa sebelum manusia ada di bumi bersama dengan
bahasanya yang berdiam di Afrika, Asia, Eropa, Amerika dan tempat
tertentu lainnya di dunia ini. Itu artinya setiap kelompok monyet
mempunyai bahasa yang berbeda dari kelompok monyet lainnya,
terutama apabila mereka berbeda pulau sebagai tempat berdiam atau
56
tidak bersinggungan antara satu dengan lainnya (Muzril Zahari, 2011:
301).
Begitu banyak bahasa yang ada di dunia. Seorang atropolog,
Michael Krauss menganalisa bahwa kurang lebih 10.000 tahun yang
lalu diperkirakan ada sekitar 15.000 macam bahasa di seluruh dunia.
Namun sekarang sudah berkurang jumlahnya menjadi hanya sekitar
6000 macam bahasa saja. Sedangkan di Indonesia sendiri memiliki
lebih dari 250 macam bahasa yang berbeda (Yaqin, 2005: 72).
Kemudian, sebagaimana bahasa dalam penjelasan diatas, bahasa
secara umum berfungsi untuk mengungkapkan ide-ide manusia.
Namun demikian, ada fungsi lain dari bahasa yaitu sebagai kekuatan
bahasa itu sendiri. Meskipun keberadaan fungsi bahasa ini seriing tidak
disadari. Seperti yang dikatakan Rodman dan Adler bahwa ada delapan
kategori kekuatan bahasa yaitu:
1) Memberi Penamaan
Penamaan adalah kekuatan bahasa dimana bahasa dapat
dipakai sebagai tanda untuk meyebut sesuatu. Sesuatu tersebut
dapat berupa benda-benda hidup, termasuk manusia atau bendabenda mati. Setiap manusia dibelahan dunia dimanapun berada
mempunyai sebutan atau nama dengan menggunakan suku dari
bahasa yang mereka gunakan.
57
2) Menunjukkan Kredibilitas
Bahasa dapat digunakan oleh seseorang untuk mengetahui
kredibilitas orang lain yang sedang berbicara.
3) Menunjukkan Status
Bahasa dipercaya mempunyai kekuatan yang dapat
menunjukkan status seseorag. Misalnya ketika seseorang berbicara
dengan intonasi yang keras, dengan kata-kata yang kasar, maka
orang lain akan menilai bahwa orang tersebut berstatus rendah.
Sedangkan seseorang yang selalu menggunakan kata-kata yang
sopan, dan penuh dengan sikap menghormati orang lain, maka
orang lain akan menilai bahwa orang tersebut berstatus tinggi.
4) Menunjukkan Jenis Kelamin
Bahasa juga mempunyai kekuatan untuk membedakan jenis
kelamin seseorang.
5) Membedakan Ras
Bahasa mempunyai kekuatan untuk memberikan sebuah
identitas dan mengkategorikan dari ras apa orang yang sedang
menggunakan bahasa tersebut.
6) Menunjukkan Kekuatan
Seseorang yang menggunakan bahasa dengan ciri-ciri
seperti gaya, intonasi bahasa yang tegas, dan penuh kepercayaan
diri, adalah tanda bahwa orang tersebut mempunyai kekuatan.
58
7) Menunjukkan Adanya Keinginan Seseorang
Bahasa mempunyai kekuatan untuk menjelaskan maksud
dan keinginan oarng yang menggunakannya.
8) Memperlihatkan Adanya Afilasi
Bahasa mempunyai kekuatan yang dapat digunakan untuk
menunjukkan solidaritas terhadap orang lain (Yaqin, 2005: 79)
c. Perbedaan Warna Kulit
Perbedaan warna kulit disini menggunakan kata
merupalan jamak dari
)‫ (لون‬laun,
)‫(ألوان‬
alwân,
yang pada mulanya berarti warna,
rupa, macam (Amalia Hasanah, 2013: 512), namun diayat ini berarti
warna kulit. Pada ayat ini tidak menggunakan kata
)‫ (بشر‬basyar yang
mempunyai makna pokok tampaknya sesuatu dengan baik dan indah.
Dari makna tersebut terbentuk kata kerja basyara yang berarti
bergembira, menggembirakan dan menguliti. Menurut Al- Ashfahani,
kata basyar adalah jamak dari kata
Kata
)‫(بشر‬
)‫ (بشرة‬basyarah yang berarti kulit.
basyar digunakan Al Qur‟an untuk meunjuk manusia
secara umum yang kesemuanya memiliki persamaan dalam potensi
kemanusiaan, tanpa mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam
sifat-sifat individual manusia (Quraish Shihab, 2012: 184). Manusia
disebut basyar karena kulit manusia tampak jelas dan berbeda
59
dibanding dengan kulit hewan lainnya. Oleh karena itu dalam Al
Qur‟an kata basyar secara khusus merujuk kepada tubuh dan lahiriah
manusia (Quraish Shihab, 2007: 137).
Semua manusia yang ada di bumi ini tidak ada yang sama,
meskipun mirip, bahkan anak kembar sekalipun pasti ada perbedaan
antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari sidik jari, raut muka,
bentuk mata, bentuk hidung, bentuk telinga, semuanya tidak ada yang
sama (Hamka, 1988: 68).
2. QS. AL Hujurat ayat 13
ِ ‫يآيُّهاالن‬
‫ماخلَ ْقن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍرمواُنْثى َو َج َع ْلن ُك ْم ُشعُ ْوبًا موقَبَآئِ َل لِتَ َع َارفُ ْواۗ اِ من اَ ْكَرَم ُك ْم‬
َ ‫ماس ان‬
ُ َ
﴾۳۱﴿‫ِعْن َداللّ ِو اَتْق ُك ْم ۗ اِنماللّ َو َعلِْي ٌم َخبِْي ٌر‬
Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui,
maha teliti. (QS Al Hujarat/49: 13)
ِ ‫(يآيُّهاالن‬Hai
‫ماخلَ ْقن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍرمواُنْثى‬
َ ‫ماس ان‬
ُ َ
manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) yakni
dari bangsa Adam dan Hawa
‫( َو َج َع ْلن ُك ْم ُشعُ ْوبًا‬dan Kami menjadikan kalian
berbangsa-bangsa) lafadz syu‟ûban adalah bentuk jamak dari lafadz
60
sya‟bun, yang artinya tingkatan nasab keturunanyang paling tinggi
‫َوقَبَآئِ َل‬
(dan bersuku-suku) kedudukan suku berada dibaawah bangsa, setelah suku
atau kabilah disebut Imarah, lalu Batn kemudian Fakhs dan yang paling
bawah adalah Fasilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah nama suatu
bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah
nama satu Imarah, Qusay adalah nama suatu Batn, Hasyim adalah nama
suatu Fakhs, dan Al Abbas adalah nama suatu Fasilah.
‫لِتَ َع َارفُ ْوا‬
(supaya
kalian saling mengenal) lafaz ta‟ârafû asalnya adalah tata‟ârafû,
kemudian salah satu dari kedua huruf ta dibuang sehingga jadilah ta‟ârafû,
maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang
lain, bukan saling untuk membanggakan ketinggian nasab atau keturunan,
karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dari segi ketakwaan.
‫اِ من اَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َداللّ ِو اَتْق ُك ْم ۗ اِنماللّوَ َعلِْي ٌم‬
(sesungguhnya orang yang paling
mulia diantata kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang kalian
‫َخبِْي ٌر‬
(lagi Maha
Mengenal) apa yang tersimpan didalam batin kalian (Al-Mahalli & As
Suyuti, 2016: 895).
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij,
dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun ketika Fathul
Makkah Bilal naik ke atas Ka‟bah untuk adzan. Berkatalah beberapa
61
orang: “Apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka‟bah?”. Maka
berkatalah yang lainnya: “Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti
Allah akan meggantinya”. Kemudian ayat ini turun sebagai penegasan
bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah
yang paling taqwa (Shaleh, Dahlan & Dahlan, 1990: 475).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptan
makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia
berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Dijadikannya
makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan
harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara baik
dan positif. Adanya perbedaan-perbedaan itu bukanlah ukuran untuk
menilai apakah seseorang itu baik atau buruk. Derajat kebaikan manusia
diukur dari ketaqwannya. Tidak peduli apakah dia laki-laki atau
perempuan, berkulit putih atau hitam, asal bertaqwa kepada Allah Swt,
maka dia tergolong orang baik (Ihsan, 2015: 27).
3. QS. Fatir Ayat 28
ِ
ِ
ِ ‫َوِم َن الن‬
‫ك ۗ امَّنَا ََيْ َشى اللّوَ ِم ْن ِعبَ ِاد ِه‬
ِّ ‫مو‬
ٌ ‫آب َو ْاْلَنْعاَِم ُُْمتَل‬
َ ‫ف اَلْ َوانُو َكذل‬
َ ‫ماس َواالد‬
﴾٨٢﴿‫الْعُلَم ُؤا ۗ اِ من اللّوَ َع ِزيٌْز َغ ُف ْوٌر‬
Artinya: Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk
bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba
Allah yang takut kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah
Maha Perkasa, Maha Pengampun (QS Fatir/35: 28).
62
ِ
ِ
ِ ‫َوِم َن الن‬
‫ك‬
ِّ ‫مو‬
ٌ ‫آب َو ْاْلَنْعاَِم ُُْمتَل‬
َ ‫ف اَلْ َوانُو َكذل‬
َ ‫ماس َواالد‬
(Dan demikian pula
diantara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang
ternak
ada
yang
bermacam-macam
warnanya)
sebagaimana
beranekaragamnya buah-buahan dan gunung-gunung.
‫امَّنَا ََيْ َشى اللّ َو ِم ْن ِعبَ ِادهِ الْعُلَم ُؤا‬
(sesungguhnya yang takut kepada Allah
diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama).
Allah maha perkasa),
‫َغ ُف ْوٌر‬
‫ ( اِ من اللّوَ َع ِزيٌْز‬Sesungguhnya
(lagi maha pengampun) terhadap dosa-dosa
hamba-Nya yang mukmi (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 576).
Pada ayat ini menerangkan tentang adanya pebedaan bentuk dan
warna makhluk hidup. Firman-Nya:
)‫(كذلك‬
kadzaalika dipahami oleh
banyak ulama dalam arti keragaman. Ayat ini menggarisbawahi tentang
adanya perbedaan dari setiap makhluk meskipun berasal dari sumber
materi yang sama (Quraish Shihab, 2012: 62).
4. QS. Al Maidah Ayat 48
ِ
ِ
ِ
ِ ‫ك الْ ِكت‬
ِ ‫ي يَ َديِْو ِمن الْ ِكت‬
‫اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم‬
َ ‫َواَنْ َزلْنَآالَْي‬
َ ْ َ‫ص ِّدقًالِّ َماب‬
ْ َ‫ب َوُم َهْيمنًا َعلَْيو ف‬
َ ‫ب ب ْل َح ِّق ُم‬
َ
َ
ِ
ْ ‫اجآءَ َك ِم َن‬
ً‫اْلَ ِّق ۗلِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِمْن ُك ْم ِش ْر َعة‬
َ ‫ِبَآاَنْ َزَل اللّوُ َوْلَتَتمبِ ْع اَ ْى َوآءَ ُى ْم َع مم‬
63
ِ ‫موِمْن هاجا ۗ ولَو َشآءاللّو ََلعلَ ُكم اُم ًة مو‬
‫اح َد ًة مول ِك ْن لِّيَْب لَُوُك ْم ِ ِْف َمآات ُك ْم‬
ً َ
ْ ََ ُ َ ْ َ
ِ ‫ااْلي ر‬
َِ ‫ت ۗاِ ََل اللّ ِو مرِجع ُكم‬
﴾٨٢﴿ ‫َجْي ًعافَيُنَبِّئُ ُك ْم ِِبَا ُكْنتُ ْم فِْي ِو ََتْتَلِ ُف ْو َن‬
َْْ ‫فَ ْستَبِ ُقو‬
ْ ُ َْ
Artinya: Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur‟an) kepadamu
(Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitabkitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan
janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikanNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu
terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan (QS Al Maidah/5: 48).
Dalam surat Al Maidah ayat 48 ini menerangkan bahawa Al Qur‟an
adalah bukti dan saksi kebenaran kandungan kitab-kitab yang terdahulu
(Quraish Shihab, 2012: 276). Al Qur‟an menghapus sebagian hukum
pada kitab terdahulu, yang didalamya terdapat kesulitan, beban, dan
belenggu. Syariat memang berbeda, namun dasar agama tetap satu, yaitu
Islam. Umat Yahudi memiliki syariat yang terperinci dalam hukumhukum yang dikhususkan untuk mereka. Begitu pula umat Kristen dan
umat Islam. Kendati demikian, sesungguhnya agama yang disisi Allah
Swt adalah Islam (Tim Qisthi Press, 2008: 522).
64
ِ
‫ك‬
َ ‫َواَنْ َزلْنَآالَْي‬
ِ ‫الْ ِكت‬
‫ب‬
(Dan telah Kami turunkan padamu) hai Muhammad
(kitab) Al Qur‟an
anzalna
‫يَ َديِْو‬
‫بِْل َح ِّق‬
‫ي‬
َ ْ َ‫ص ِّدقًالِّ َماب‬
َ ‫ُم‬
(dengan kebenaran) berkaitan dengan
(membenarkan
dihadapannya) maksudnya yang sebelumnya
kitab dan menjadi saksi) atau batu ujian
apa
yang
terdapat
ِ ‫ِمن الْ ِكت‬
‫ب َوُم َهْي ِمنًا‬
َ
(diantara
‫( َعلَْي ِو‬terhadapnya). Kitab disini
maksudnya ialah kitab-kitab terdahulu.
‫اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم‬
ْ َ‫ف‬
(sebab itu
putuskanlah perkara mereka) maksudnya antara ahli kitab jika mereka
mengadu kepadamu
kepadamu
ِ
ُ‫ِبَآاَنْ َزَل اللّو‬
‫َوْلَتَتمبِ ْع اَ ْى َوآءَ ُى ْم‬
(dengan apa yang diturunkan Allah)
(dan jaganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka) dengan menyimpang
‫اْلَ ِّق ۗلِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِمْن ُك ْم‬
ْ ‫اجآءَ َك ِم َن‬
َ ‫َع مم‬
(dari
kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat diantara
ِ
kamu Kami beri) hai manusia ‫اجا‬
ً ‫مومْن َه‬
ً‫( ِش ْر َعة‬aturan dan jalan) maksudnya
jalan yang nyata dalam agana yang akan mereka tempuh.
‫َولَ ْو َشآءَاللّوُ ََلَ َعلَ ُك ْم‬
ِ ‫( اُمةً مو‬sekiranya dikehendaki Allah, tentulah kamu dijadikan-Nya satu
‫اح َد ًة‬
65
umat) degan hanya satu syariat,
kepada beberapa golongan
‫لِّيَْب لَُوُك ْم‬
‫مول ِك ْن‬
(tetapi) dibagi-baginya kamu
(untuk mngujimu)
‫( ِ ِْف َمآات ُك ْم‬mengenai
apa yang telah diberikan-Nya kepadamu) berupa syariat yang bermacammacam untuk melihat siapakah diantara kamu yang taat dan siapa pula
yang durhaka (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 450).
Pada ayat ini menjelaskan sebenarnya Allah bekuasa untuk
membuat manusia menjadi umat yang satu dan seragam tanpa perbedaan.
Namun itu tidak dikehendakinya. Sebaliknya, Allah menciptakan umat
manusia berjenis-jenis dan beraneka ragam. Ketetapan Allah ini
bertujuan untuk menguji hamba-hamba-Nya membuat mereka berbeda
dalam syariat agar Allah Swt melihat siapa yang taat dan siapa yang
bermaksiat kepada-Nya, serta siapa yang membenarkan dan siapa yang
mendustakan-Nya. Serta mendorong mereka untuk saling berlombalomba dalam kebaikan. Artinya perbedaan fisik, agama, budaya, suku,
ras dan jenis kelamin, bukanlah suatu hal yang perlu dipersoalkan,
melainkan anugerah Allah Swt agar manusia saling mengenal dan saling
memahami.
5. QS. Hud Ayat 118-119
66
ِِ
ِ
‫﴾ اِْلمَم ْن مرِح َم‬١١٢﴿ۗ ‫ي‬
َ ُّ‫َولَ ْو َشآءََرب‬
َ ْ ‫ماس اُمةً مواح َدةً موْلَيََزالُْو َن ُُْمتَلف‬
َ ‫ك ََلَ َع َل الن‬
ِ
ِِ
ِ ‫اَلِن ِمة َوالن‬
‫ماس‬
ْ ‫مم ِم َن‬
َ ِّ‫ت َكل َمةُ َرب‬
َ ‫ك ۗ َولذل‬
َ ُّ‫َرب‬
ْ ‫ك َخلَ َق ُه ْم ۗ َوََتم‬
َ ‫ك َْلَ ْملَئَ من َج َهن‬
ِ
﴾۳۳۱﴿‫ي‬
َ ْ ‫اَ َْجَع‬
Artinya:
118. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia
umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.
119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk
itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah
tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan
manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. Hud/11: 118-119)
ِ ‫ك ََلعل النماس اُمةً مو‬
‫اح َد ًة‬
َ
َ َ َ َ ُّ‫َولَ ْو َشآءََرب‬
Kata
)‫(لو‬
law dalam firman-Nya:
sekiranya Allah menghedaki menunjukkan bahwa hal tersebut tidak
dikehendaki-Nya karena kata law tidak digunakan kecuali untuk
mengandaikan sesuatu yang tidak mungkin terjadi/mustahil. (Jikalau
Tuhanmu menghendaki tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu)
pemeluk agama.
ِِ
‫ي‬
َ ْ ‫موْلَيََزالُْو َن ُُْمتَلف‬
(tetapi mereka senantiasa berselisih
pendapat) dalam masalah agama. ‫ك‬
َ ُّ‫َرب‬
‫( اِْلمَم ْن مرِح َم‬kecuali orang-orang yang
diberi rahmat oleh Tuhanmu) artinya Allah telah menghendaki kebaikan
dari mereka sehingga mereka tidak berselisih pendapat tentangnya,
ِِ
‫ك َخلَ َق ُه ْم‬
َ ‫َولذل‬
(dan untuk itulah Allah menciptakan) sebagian diantara
mereka yang suka berselisih dan sebagian yang lain ada yang diberi
67
rahmat oleh-Nya sehingga mereka tidak berselisih mengenai agama (AlMahalli & As-Suyuti, 2016: 884). Ini berarti bahwa Allah Swt tidak
menghendaki menjadikan manusia semua sejak dahulu hingga kini satu
umat saja, yakni satu pendapat, satu kecerendungan, bahkan satu agama
dalam segala prinsip dan perinciannya. Karena jika Allah Swt
menghendaki demikian, Dia tidak akan memberi manusia kebebasan
memilah dan memilih, termasuk kebebasan memilih agama dan
kepercayaan (Quraish Shihab, 2012: 784).
C. Pelajaran yang Terdapat dalam QS. Ar Rum Ayat 22, QS. AL
Hujurat Ayat 13, QS. Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud
Ayat 118-119
1. Meningkatkan Ketakwaan Terhadap Allah SWT
Takwa di sini meliputi tiga aspek yaitu, hablun min Allah, hablun
min annas, dan hablun min al‟alam. Implementasi dari takwa itu sendiri
sangatlah luas, tataran vertical menyangkut peribadatan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sedangkan tataran horizontalnya yaitu bagaimana
manusia bersikap arif terhadap kemajemukan sosial dan melestarikan
karunia Allah yaitu alam semesta. Allah menjanjikan “piala” menjadi
manusia paling mulia di sisi-Nya bagi mereka yang benar-benar
mengamalkan nilai takwa, baik secara vertical maupun horizontal. Hal ini
menjadikan manusia berlomba-lomba untuk menjadikan dirinya layak
menjadi manusia paling mulia.
2. Saling Menghargai dan Saling Menghormati
68
Salah satu alasan diciptakannya manusia dalam keadaan yang
berbeda-beda, bisa jadi karena Allah ingin menguji setiap hamba-Nya.
Apakah manusia tersebut bersikap acuh terhadap sesamanya ataukah
sebaliknya.
3. Membangun Sikap Toleransi
Sikap toleransi sangatlah penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Sikap toleransi mengakui perbedaan dan sikap siap menerima bahwa
orang lain berbeda dengan kita. Sehingga, dapat membuka peluang untuk
hidup berdampingan, saling memberi peluang untuk menjadi manusia
yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Naim dan Sauqi (2010)
memberikan pengertian, toleransin adalah kemampuan untuk menghormati
sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.
4. Dapat menumbuhkan semangat untuk belajar
Karena begitu agung Allah menciptakan alam semesta ini beserta
makhluknya. Sehingga hanya sedikit saja yang bisa dilihat dengan mata
telanjang. Dan membutuhkan pemikiran yang lebih untuk mengetahuinya
secara keseluruhan.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Pendidikan multikultural merupakan sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk menghadapi berbagai ragam perbedaan dalam bentuk
budaya, bahasa, agama, suku, ras, dll. Untuk membentuk sikap saling
menghormati dan menghagai antar sesama manusia.
2. Islam sebagai agama rahmatan li al‟alamin memberikan penyelesaian
mengenai perbedaan melalui al Qur‟an yang mulia. Berikut ajaran
multikultural yang terdapat dalam Al Qur‟an.
a. QS. Ar Rum ayat 22
1. Adanya keragaman dalam komunikasi yaitu keragaman dalam
bentuk bahasa.
2. Adanya keragaman ras yaitu bentuk dan warna kulit, dimana
setiap manusia atau individu memiliki bentuk dan warna kulit
yang berbeda.
b. QS. Al Hujurat Ayat 13
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan berpasangpasang dan menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
untuk saling berinteraksi dengan baik.
70
c. QS. Fatir Ayat 28
Allah menciptkan makhluknya, baik tumbuhan maupun hewan
dalam bentuk yang berbeda-beda meskipun dari asal yang sama.
d. QS. Al Maidah Ayat 48
Allah menciptakan umat dalam berjenis-jenis dan beraneka
ragam agar mereka saling berlomba-lomba dalam kebaikan.
e. QS. Hud Ayat 118-119
Allah
menciptakan
makhluk
dengan
kebebasannya
untuk
berpendapat dan beragama.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas,
selanjutnya penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya pendidikan Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan terkait dengan kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari
banyak kultur budaya, ras, agama yang sangat beragam, serta
terciptanya suatu keadaan masyarakat yang dinamis, yang menjunjung
tinggi akan nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta kearifan dalam
bermasyarakat, mempertimbangkan pendidikan multikultural sebagai
solusi untuk dijadikan bahan pijakan dalam rangka menata pendidikan
Indonesia menjadi lebih baik kaitannya dengan keberagaman
masyarakat Indonesia.
2. Karena adanya keragaman tersebut sudah menjadi sunatullah maka hal
mustahil jika ada seseorang untuk menyeragamkan keberagaman
71
tersebut. Dari pada demikian, akan lebih baik jika adanya
keberagaman
tersebut
kita
manfaatkan
sebagai
sarana
untuk
mendekatkan diri kepada Allah melalui habluminannas yaitu
menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya.
72
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar & Bamualim (Eds.). Pendidikan Perdamaian di Pesantren
Berspektif Islam dan HAM. Jakatra: CSRC UIN Syarif
Hidayatullah.
Al-Qarni, „Aidh. 2008. Tafsir Muyassar Jilid 1. Jakarta: Qisthi Press.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Teungku. 2000. Tafsir Al-Qur‟anul Majid AnNur. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Baidan, Nashruddin. 2011. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Baidhawy, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan
Multikultural. Jakarta: Erlangga.
Agama
Berwawasan
Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an. Yogyakarta. Lokus.
Efendi & Fatchurrohman. 2014. Studi Al-Qur‟an Memshsmi Wahyu Allah
secara Lebih Integrsl dan Komprehensif. Yogyakarta: Teras.
Hamka. 1988. Tafsir Al Azhar Juz XXI. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Hasanah, Amalia. 2013. Kamus Besar Bahasa Arab. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Imani, Faqih AK. 2008. Tasir Nurul Qur‟an Sebuah Tafsir Sederhana
Menuju Cahaya Al-Qur‟an. Jakarta: Al-Huda.
Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi
Mahasiswa. Yogyakarta: CV. Orbitus Corp.
Nizar, Samsul. 2005. Sejarah pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam.
Ciputat: Quantum Teaching
Sadullah, Uyoh. 2014. Pedagogik Ilmu Mendidik. Bandung: Alfabeta.
Said, Ahmad Hasani. 2014. Diskursus Munasabah Al Qur‟an Tinjauan
Kritis Terhadap Konsep dan Penerapan Munasabah dalam Tafsir
Al-Misbah. Jakarta: Lectura Press.
73
Shihab, Umar, Hanafi, dkk (Eds). 2007. Ensiklopedia Al Qur‟an: Kajian
Kosakata. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, Quraish. 2012a. Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari
Surah-Surah Al-Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati.
2012b. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al
Qur‟an volume 5. Jakarta: Lentera Hati.
2012. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al
Qur‟an volume 10. Jakarta: Lentera Hati.
2012. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al
Qur‟an volume 11. Jakarta: Lentera Hati.
Tim STAIN Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir.
Salatiga: STAIN Salatiga.
Yaqin,
Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural Cross-Cultural
Understanding untuk Demokrasi dan keadilan. Yogyakarta:
Nuansa Aksara.
Zahari, Musril. 2011. Menjunjung Bahasa Persatuan Sebuah Kumpulan
Karangan. Jakarta. PT Gria Media Prima.
Zuhdi, Masjfuk. 1997. Pengantar Ulumul Qur-an. Surabaya: Karya
Abditama.
74
75
SKK
Nama
: Sakinatul Birroh
NIM
: 111-13-190
Jurusan
: S1-PAI
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
No
Nama Kegiatan
1.
Opak STAIN SALATIGA 2013
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Opak HMJ Tarbiyah 2013 STAIN
Salatiga Tahun 2013
UPT Perpustakaan Library User
Education (Pendidikan Pemakai
Perpustakaan)
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Juara 1 Khitobah dalam
peringatan Maulud Nsbi SAW
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Pengajian Akbar Akhirusanah &
Khotmil Qur‟an
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
76
Tanggal
26-27 Agustus
2013
Keikutsertaan
Skor
Peserta
3
29 Agustus 2013
Peserta
3
16 September
2013
Peserta
2
10 Januari 2014
Panitia
3
20 Januari 2014
Peserta
3
10 Februari 2014
Panitia
3
10 Maret 2014
Panitia
3
10 April 2014
Panitia
3
21 Juni 2014
Panitia
3
10 Januari 2015
Panitia
3
10 Ferbruari 2015
Panitia
3
10 Maret 2015
Panitia
3
10 April 2015
Panitia
3
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Pengajian Akbar Akhirusanah &
Khotmil Qur‟an
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Seminar Nasional Kewirausahaan
bersama Dinas Perindustrian,
Perdagangan, dan koperasi
Disperindagkop) Salatiga dengan
tema Jiwa Muda, Berani
Berwirausaha
Semiar Nasional Al Hidmah
dengan tema Wacana Islam
Nusantara dalam Menjaga
Kebhinekaan dan Keutuhan NKRI
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Seminar Nasional DEMA FTIK
dengan tema Peningkatan
Profesionalisme Guru Sebagai
dalam Pembelajaran diera
Globalisasi
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
Peringatan Maulud Nabi
Muhammad SAW
Pengajian dan Mujadahan Rutinan
bersama santri, wali santri, &
alumni Pon Pes Pancasila
77
10 Mei 2015
Panitia
3
10 Juni 2015
Panitia
3
13 Juni 2015
Panitia
3
10 Juli 2015
Panitia
3
10 Agustus 2015
Panitia
3
10 September
2015
Panitia
3
10 Oktober 2015
Panitia
3
30 Oktober 2015
Peserta
8
31 Oktober 2015
Peserta
8
10 Nopember
2015
Panitia
3
23 Nopember
2015
Peserta
8
10 Desember
2015
Panitia
3
21-24 Deaember
2015
Panitia
3
10 Januaari 2016
Panitia
3
78
79
80
Download