VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kinerja perekonomian, jumlah uang beredar dan inflasi mempunyai kesamaan pola perkembangan dalam artian ada hubungan searah antara pertumbuhan ekonomi dengan pertambahan jumlah beredar dan pertumbuhan ekonomi dengan inflasi. Pada periode sebelum krisis (1980-1997), pertumbuhan ekonomi berhubungan searah dengan pertumbuhan jumlah uang beredar dimana pertumbuhan jumlah uang beredar sekitar 3 kali pertumbuhan ekonomi. Dari sudut pandang teori Klasik, hal ini dapat dipandang sebagai peningkatan penggunaan uang sebagai alat transaksi (M1) yang biasanya memang semakin meningkat pada saat perekonomian tumbuh. Sedangkan dari sudut pandang teori Keynesian, peningkatan jumlah uang beredar ini terjadi berkemungkinan karena suntikan kredit yang akan mendorong aktivitas investasi dan akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi. Selama periode krisis, jumlah uang beredar meningkat signifikan dengan persentase peningkatan melebihi angka 20 persen, namun pertumbuhan ekonomi justru menjadi negatif dan hampir tidak berkembang. Hal ini terjadi berkemungkinan karena kondisi abnormal selama awal krisis yang mendorong masyarakat untuk menyimpan uang untuk berjaga-jaga dan transaksi. Mulai tahun 2001, Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter yang independen menempuh kebijakan uang ketat (tight money policy) sehingga menyebabkan pertambahan jumlah uang beredar sangat terkendali menjadi sekitar 10 persen per tahun. Pengetatan jumlah uang beredar ini ternyata tidak menurunkan pertumbuhan ekonomi karena terbukti selama periode 2001-2005 pertumbuhan ekonomi tetap stabil pada kisaran angka 3-5 persen per tahun. 109 Penggunaan tenaga kerja di sektor pertanian saat ini sudah berlebih jumlahnya sehingga penambahan tenaga kerja hanya akan menurunkan jumlah produksi. Oleh karena itu peningkatan produksi sektor pertanian dapat diupayakan melalui perbaikan dan peningkatan investasi modal/kapital. Pada sektor industri, variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi dengan arah yang positif. Hasil ini menjadi cerminan bahwa struktur industri di Indonesia sebagian besarnya adalah industri kecil dan industri rumah tangga yang menggunakan teknologi intensif tenaga kerja (labor intensive). Disamping itu, tenaga kerja di sektor industri memiliki kualitas dan produktivitas kerja yang relatif lebih baik sehingga penambahan tenaga kerja di sektor industri mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap peningkatan produksi. Kebijakan moneter yang mampu menstimulasi peningkatan produksi sektor pertanian melalui peningkatan investasi kapital/modal adalah penciptaan suku bunga yang murah dan menyediakan kredit khusus bagi sektor pertanian karena jalur transmisi melalui suku bunga dan kredit khusus dari sisi pinjaman bank (bank lending channel) bekerja efektif mempengaruhi investasi sektor pertanian. Sedangkan investasi sektor industri lebih banyak dipengaruhi oleh suku bunga pasar, sedangkan alokasi kredit tidak berpengaruh nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun peranan BI sudah cukup baik dalam mempengaruhi ketersediaan kredit melalui penetapan giro wajib minimum perbankan yang selanjutnya direspon oleh perbankan dengan meningkatkan penyaluran kredit bagi sektor pertanian, namun tidak mampu meningkatkan investasi sektor tersebut. Hal ini terjadi biasanya karena kredit seringkali digunakan atau dialihkan penggunaannya untuk kegiatan yang lebih bersifat konsumtif atau adanya tenggang waktu penggunaan kredit dengan peningkatan investasi. 110 Kebijakan penurunan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kebijakan peningkatan alokasi kredit mampu meningkatkan kinerja investasi, ekspor dan output kedua sektor. Sedangkan kebijakan peningkatan giro wajib minimum dalam rangkaian kebijakan kontraktif diresponden oleh perbankan dengan menurunkan alokasi kredit untuk sektor pertanian dan industri yang selanjutnya menurunkan kinerja investasi. Kebijakan meningkatkan giro wajib minimum ini juga berdampak pada penurunan aktivitas ekspor sektor pertanian sehingga akhirnya menurunkan tingkat produksi sektor pertanian. Sedangkan pada sektor industri, kebijakan peningkatan giro wajib minimum maih mampu meningkatkan ekspor meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Hal ini terjadi karena kebijakan ini mencerminkan langkah cepat otoritas moneter dalam menjaga stabilitas perekonomian dan menjadi indikator kemampuan perbankan yang lebih baik dalam menjaga likuiditas sehingga memberikan rasa aman bagi dunia industri untuk tetap mempertahankan kinerja ekspor dan selanjutnya meningkatkan pula total produksi sektor industri Bagi kinerja perekonomian secara agregat, kebijakan yang membawa dampak positif terbesar terhadap Produk Domestik Bruto adalah kebijakan meningkatkan alokasi kredit sebesar 5 persen. Namun demikian kebijakan penurunan suku bunga SBI juga memberikan dampak positif, bahkan peningkatan investasi akibat penurunan suku bunga SBI dan akibat peningkatan alokasi kredit tidak berbeda jauh sehingga dua kebijakan ini dapat menjadi pilihan bagi otoritas moneter dalam stimulasi peningkatan investasi yang diharapkan mampu mendorong peningkatan output dalam perekonomian. 7.2. Saran Peningkatan kinerja sektor riil dapat diupayakan melalui penurunan suku bunga karena suku bunga pasar memiliki pengaruh yang nyata terhadap 111 kegiatan investasi. Hal ini dapat diatur oleh Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter dengan menurunkan suku bunga SBI dan giro wajib minimum. Secara bersamaan, pemerintah tetap perlu menciptakan stimulasi perbaikan kinerja dunia usaha melalui penyaluran paket-paket kredit sehingga dapat menjadi sumber permodalan untuk meningkatkan kapasitas produksi terutama bagi sektor pertanian. Untuk meningkatkan efektivitas kebijakan perkreditan, maka khusus pada sektor pertanian perlu kebijakan lain yang lebih mikro agar pelaku usaha pertanian memiliki akses yang lebih baik, diantaranya adalah pembinaan dan pengawasan yang ketat atau kemudahan persyaratan untuk mendapatkan kredit. Sementara itu, kebijakan perkreditan bagi sektor industri akan optimal meningkatkan kinerja apabila kondisi perekonomian mendukung diantaranya melalui penciptaan stabilisasi harga (inflasi) karena inflasi yang stabil mampu mendorong ekspor sektor penambahan investasi. industri yang selanjutnya akan mendorong