Poster PIP-ringkas-W04 - Wetlands International Indonesia

advertisement
Paket Informasi Praktis
Pengembangan dan Implementasi
Proyek KARBON HUTAN
Gambut merupakan salah satu faktor yang potensial dalam
mempengaruhi perubahan iklim. Tanah gambut terdiri dari
timbunan bahan organik yang belum terdekomposisi
sempurna, sehingga menyimpan karbon dalam jumlah yang
besar. Vegetasi yang tumbuh di atas tanah gambut dan
membentuk ekosistem hutan rawa akan mengikat
karbondioksida dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan
menambah simpanan karbon dalam ekosistem tersebut.
MATAHARI
Radiasi
gelombang
pendek
Perubahan iklim
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
Merupakan fenomena global yang ditandai dengan perubahan suhu udara dan distribusi hujan
Semua tempat di bumi akan mengalami suhu yang lebih panas dari rata-rata suhu selama ini
dan menerima curah hujan yang berbeda jumlah dan waktunya
Terjadi melalui proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dan secara
berangsur-angsur
Terjadi disebabkan adanya peningkatan konsentrasi gas-gas di atmosfer yang memiliki
kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang yang bersifat panas
Peningkatan tersebut menyebabkan kesetimbangan radiasi berubah dan suhu bumi menjadi
lebih panas
Gas-gas tersebut dinamakan Gas Rumahkaca (GRK) dan efek yang ditimbulkannya disebut
Efek Rumahkaca
Termasuk dalam GRK utama antara lain adalah karbondioksida (CO2), metana CH4) dan
nitrous oksida N2O)
GRK, terutama CO2 , meningkat secara tajam sejak jaman industri ketika manusia mulai banyaj
menggunakan bahan bakar fosil (BBF) seperti minyak bumi, batubara, dan gas alam
Beberapa hal yang akan terpengaruh secara langsung oleh terjadinya peningkatan suhu dan
perubahan distribusi dan besaran curah hujan diantaranya adalah produktivitas tanaman,
ketersediaan air, perkembangan hama dan penyakit tanaman, serta distribusi vektor penyakit
manusia. Dalam jangka panjang ketahanan pangan dan air pun akhirnya akan terganggu.
Perubahan iklim dapat diatasi (mitigasi) dengan cara mengurangi emisi dari sumbernya atau
meningkatkan kemampuan penyerapan.
Sistem buatan manusia dapat juga melakukan atau dirancang untuk melakukan penyesuaian
(adaptasi) terhadap perubahan iklim.
BUMI
Sebagian besar radiasi
gelombang pendek diserap
dan memanaskan permukaan
bumi setelah diubah menjadi
gelombang panjang
!
!
!
!
!
Karbon hutan
!
!
!
!
!
Dengan bantuan cahaya matahari dan air dari tanah, tanaman yang
berklorofil mampu menyerap CO2 dari atmosfer dalam proses
fotosintesis
Hasil fotosintesis ini antara lain disimpan dalam bentuk biomassa yang
menjadikan tanaman tumbuh menjadi makin besar atau makin tinggi
Menanam hutan pada lahan yang kosong atau merehabilitasi hutan
yang rusak akan membantu menyerap kelebihan CO2 di atmosfer
Karbon hutan adalah salah satu bentuk cadangan karbon dalam
ekositem daratan yang dapat ditingkatkan besarnya melalui
peningkatan luas
Jika pengelolaannya kurang tepat cadangan di dalam hutan dapat juga
menjadi sumber emisi.
Dokumen proyek
!
!
!
A CA
!
!
Radiasi balik gelombang
panjang (inframerah) yang
dipancarkan permukaan bumi
!
Efek rumahkaca yang ditimbulkan oleh gas rumahkaca yang makin
meningkat konsentrasinya
!
!
Lahan gambut tropis meliputi areal seluas 40 juta ha
50% diantaranya terdapat di Indonesia
Lahan gambut di Indonesia (yang tersebar di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua) merupakan cadangan karbon terestrial yang
penting
Jika dilindungi dalam kondisi alami, lahan gambut dapat meningkatkan
kemampuannya dalam menyerap karbon. Tetapi jika mengalami
gangguan, lahan gambut tidak hanya dapat menjadi sumber CO2, tetapi
juga GRK lainnya seperti CH4, dan N2O
Pembentukan gambut di berbagai pantai Indonesia dimulai sejak zaman
glasial akhir sekitar 3.000-5.000 tahun yang lalu
Untuk gambut pedalaman bahkan lebih lama lagi, yaitu sekitar 10.000
tahun yang lalu (Brady, 1997)
Gambut di Indonesia, seperti gambut tropis lainnya, dibentuk oleh
akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan lignin dan
nitrogen
Di ekosistem rawa gambut masih dapat dijumpai adanya potonganpotongan batang, cabang dan akar tanaman yang besar karena
lambatnya proses dekomposisi,
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
Luas
: 16 juta ha
Ketebalan gambut rata-rata : 5 m
Cadangan Karbon
: 46 Gt
Umur
: 5000 - 10.000 tahun
Penyebaran
: Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, Irian Jaya
Sungai
Tanah Mineral
Gambar 2. "Kubah gambut" yang menggambarkan akumulasi ba h a n
organik
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
Fakta tentang Hutan Gambut Indonesia
Setelah PIN tersusun, pengembang proyek
harus mengikuti siklus yang telah digariskan
oleh Konferensi Para Pihak
Proyek yang sedang berjalan akan dipantau
oleh pengembang, meliputi perolehan karbon
dan pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan
Hasil pemantauan diverifikasi oleh entitas
operasional yang diakreditasi oleh Badan
Pelaksana CDM Global
Jika semuanya sesuai dengan ketentuan,entitas
operasional akan merekomendasikan agar Badan
Pelaksana CDM menerbitkan sertifikat penurunan
emisi (Certified Emission Reduction, CER).
!
!
Sebagian besar cadangan karbon lahan gambut terdapat di bawah
permukaan berupa bahan organik yang telah terakumulasi selama
ribuan tahun (Gambar 2)
Secara global lahan gambut menyimpan sekitar 329 - 525 Gt C atau 15
- 35% dari total C terestrial
Sekitar 86% (455 Gt) dari karbon di lahan gambut tersebut tersimpan
di daerah temperate (Kanada dan Rusia) sedangkan sisanya sekitar 14%
(70 Gt) terdapat di daerah tropis (Maltby dan Immirizi, 1993)
Jika diasumsikan bahwa kedalaman rata-rata gambut di Indonesia adalah
5 m, bobot isi 114 kg/m3 dan luasnya 16 juta ha, maka cadangan C di
lahan gambut Indonesia adalah sebesar 46 Gt.*
Kegiatan penggunaan lahan, alih-guna lahan dan kehutanan (land use,
land use change and forestry - LULUCF) adalah salah satu sumber
(source) CO2 utama yang menyebabkan perubahan iklim (IPCC, 2001)
Kegiatan LULUCF di daerah tropis menyumbangkan lebih dari 25%
emisi CO2 total tahunan yang selama dekade terakhir besarnya
mencapai 8 Gt (IPCC, 2001)
Gangguan terhadap ekosistem lahan basah, berupa konversi lahan
setelah hutan rawa gambut mengalami deforestasi, kebakaran dan
drainase yang meluas, akan mempengaruhi cadangan dan siklus C
Cadangan C yang besar ini yang menyebabkan tingginya jumlah C yang
dilepaskan ke atmosfer ketika lahan gambut di Indonesia terbakar pada
tahun 1997, yaitu berkisar antara 0,81-2,57 Gt (Page, 2002)
Pada kawasan lahan gambut di sekitar Taman Nasional Berbak,
Sumatera, diduga besarnya emisi karbon adalah sebesar 7 juta ton C
(Murdiyarso et al., 2002)
Pemeliharaan cadangan karbon dan peningkatan serapan C dapat
dilakukan melalui kegiatan konservasi dan pengelolaan seperti
pengayaan tanaman, dan pengelolaan air.
!
!
Lahan gambut alam memiliki peranan hidrologis yang
penting karena secara alami menyimpan cadangan air
dengan kapasitas yang besar, sekitar 0,8-0,9 m3/m3
Dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit air
pada musim hujan dan kemarau
Keberadaan air pada setiap musim sangat penting agar
pembentukan pirit terhambat sehingga kemasaman tanah
dan keracunan terhadap tanaman dapat dihindari
Sulfat yang terlarut juga akan berpengaruh terhadap
kehidupan mahluk akuatik di perairan
Secara ekologis, hutan rawa gambut merupakan tempat
pemijahan ikan yang ideal selain menjadi habitat berbagai
jenis satwa liar termasuk yang endemik
Dengan kata lain hutan gambut merupakan sumberdaya
biologis penting yang perlu dikonservasi dan dapat
dimanfaatkan secara bijaksana
Hasil utama hutan gambut yang banyak dimanfaatkan
masyarakat adalah kayu, khususnya Gelam (Mellaleuca sp.)
yaitu untuk arang, bahan bangunan ringan, kerangka
pembangunan gedung dan bagan penangkap ikan dan
daunnya untuk bahan balsam
9
*Catatan: 1 Gt = 10 ton
Http://www.indo-peat.net
The Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI) Project undertaken with the financial support of
the Government of Canada provided through the Canadian International Development Agency (CIDA)
Canadian International
Development Agency
Indonesia Programme
Ditjen. PHKA
Proses
Pelaksana
Perkiraan waktu
Penyusunan Dokumen Proyek
Pengembang proyek
1 - 2 tahun
Pengesahan
Otoritas nasional
-
Validasi
Entitas operasional
1 bulan
Pendaftaran
Badan Pelaksana CDM
8 minggu
Implementasi dan Pemantauan
Pengembang proyek
Sepanjang periode proyek
Verifikasi dan Sertifikasi
Entitas operasional
15 hari
Penerbitan CER
Badan Pelaksana CDM
-
Dibentuk dan bekerja untuk dan atas nama CoP/moP
Beranggotakan 10 orang
Masa kerja dua tahun
Pengawas implementasi CDM pada tingkat global
Menerbitkan CER
Diakreditasi oleh Badan Pelaksana CDM
Bertugas dalam validasi, pendaftaran, verifikasi dan sertifikasi proyek
Dapat bekerjasama dengan konsultan nasional
Dibentuk dan bekerja untuk dan atas nama pemerintah
Mengesahkan proyek
Memberi kemudahan kepada calon investor dan tuan rumah proyek
Investor dan tuan rumah boleh merupakan entitas pemerintah, swasta, maupun masyarakat
Agence canadienne de
Développement international
!
!
!
Bagi negara maju:
! Memenuhi persyaratan keabsahan yang diputuskan oleh Badan Pelaksana CDM di tingkat global
! Menyediakan dana pelaksanaan proyek
! Meratifikasi Protokol Kyoto
Bagi negara berkembang:
! Meratifikasi Protokol Kyoto
! Memiliki otoritas nasional yang ditunjuk pemerintah untuk mengawasi pelaksanaan proyek
Pasar yang mengikuti persyaratan itu disebut Pasar Kyoto
Pasar non-Kyoto, misalnya BioCarbon Fund yang dibentuk oleh Bank Dunia tidak hanya membeli
karbon dari kegiatan reforestasi dan aforestasi tetapi juga dari kegiatan rehabilitasi atau konservasi
hutan
Implikasi keuangan
Dana CDM yang diperoleh dari bagi hasil CER akan digunakan untuk membiayai proyek setelah dipotong
biaya transaksi yang terdiri dari:
! Biaya pengembangan proyek
! Biaya pemantauan proyek
Pengeluaran di atas belum termasuk:
! Pajak sebesar 2% untuk mengisi dana adaptasi bagi negara-negara terbelakang
! Biaya administrasi Badan Pelaksana CDM
! Biaya operasional otoritas nasional
Aspek Teknis Proyek Karbon Hutan
Baseline adalah awal dari integritas proyek.
Baseline harus ditentukan secara transparan.
Setelah diimplementasikan dan dipantau akan
diperoleh tambahan karbon dan informasi
tentang apakah proyek mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan atau tidak. Dari
hasil pemantauan inilah CER akan ditentukan.
Produk: Getah, rotan, obat-obatan (dari kulit, daun,
biji, buah), ikan
Sungai
Otoritas Nasional
!
Spesies: Gelam (Mellaleuca sp.), Ramin (Gonystylus
bancanus), Jelutung (Dyera costulata), Meranti
(Shorea spp.), Damar (Agathis dammara)
Tanah organik
Dalam Konvensi Perubahan Iklim disepakati sebuah perjanjian internasional yang bertujuan
untuk menstabilkan emisi GRK ke atmosfer sehingga tidak membahayakan sistem iklim
bumi
Negara-negara industri yang sudah lebih lama dan banyak mengemisikan GRK
bertanggungjawab menurunkannya
Dalam mengimplementasikan Konvensi ini, masyarakat internasional telah menyepakati
sebuah target, tentang besar dan jadwal penurunan emisi yang tertuang dalam Protokol
Kyoto
Protokol ini juga mengatur tatacara penurunan emisi termasuk kegiatan yang dilakukan di
negara lain yang dikenal dengan nama Mekanisme Kyoto dan salah satu dari mekanisme
tersebut adalah Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism, CDM)
Dengan CDM ini negara berkembang seperti Indonesia dapat berpartisipasi sambil
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutannya
Dalam sektor kehutanan, kegiatan yang diijinkan untuk dijadikan proyek karbon hutan
adalah kegiatan aforestasi dan reforestasi
Aforestasi adalah penanaman hutan kembali pada lahan yang sudah tidak berhutan sejak 50
tahun yang lalu
Reforestasi adalah penanaman hutan kembali pada lahan yang tidak berupa hutan sebelum
tahun 1990
Kegiatan konservasi dan rehabilitasi hutan tidak dapat dikategorikan sebagai kegiatan
mitigasi yang absah di bawah prosedur CDM
Namun kegiatan tersebut dapat dikategorikan sebagai kegiatan adaptasi terhadap
perubahan iklim dengan mekanisme yang tidak diatur oleh Protokol Kyoto atau CDM,
tetapi oleh Konvensi Perubahan Iklim
Melalui proyek karbon hutan, baik CDM maupun non CDM, pertumbuhan hutan dari
kondisi sebelum proyek dilaksanakan ditunjukkan oleh adanya penambahan biomassa
hutan (ton/ha). Separuh dari biomassa tersebut adalah karbon (ton/ha), yang merupakan
seperempat dari CO2 atmosfer yang diserap.
Dokumen proyek yang paling awal adalah Catatan Ide Proyek (Project Idea Note, PIN)
PIN disusun oleh pengembang proyek (investor dan tuan rumah) dan disahkan oleh otoritas nasional
PIN kemudian divalidasi oleh entitas operasional yang diakreditasi oleh Badan Pelaksana CDM untuk
memastikan kebenaran informasi yang disajikan dalam PIN
Jika tidak sesuai, entitas operasional dapat meminta penjelasan kepada pengembang
Setelah dokumen dianggap lengkap, entitas operasional akan mendaftarkannya ke Badan Pelaksana CDM yang
selanjutnya akan meneruskan ke sekretariat Konvensi Perubahan Iklim/Protokol Kyoto untuk diinformasikan
kepada semua pihak.
Spesies dan produk penting hutan gambut
Proyek karbon hutan
!
Entitas Operasional
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
Perubahan iklim dan hutan
Persyaratan
Siklus Proyek
Peranan lahan dan hutan gambut
!
!
Sebagian
dipancarkan keluar
atmosfer dan
sebagian
memanaskan
atmosfer
Siklus proyek
Gambar 1.
Badan Pelaksana CDM
Pengembang Proyek
ATMOSFER
GAS RUMAH K
Lembaga-lembaga CDM
Proyek karbon akan dikembangkan oleh calon investor dan tuan rumah apabila
kondisi pasar dipandang baik oleh kedua belah pihak. Untuk itu pengembang atau
peserta proyek harus menyusun dokumen proyek, mengikuti siklus pengembangan
dan implementasi proyek, memahami kelembagaan yang akan terlibat, mengenali
pasar dan implikasi keuangannya.
Sebagian radiasi
gelombang pendek
yang dipantulkan
Tanya Jawab Sekitar Proyek Karbon Hutan
Waktu
!
Lahan gambut di Sungai Merang, Sumatera Selatan
!
Baseline
Additionality
Berbagai pilihan baseline dapat dipilih oleh pengembang untuk
dinyatakan dalam Dokumen Proyek, antara lain adalah:
Penyerapan atau perolehan karbon (additionality)
dihitung berdasarkan perbedaan antara cadangan
karbon tanpa proyek dengan perkembangan
cadangan setelah proyek diimplementasikan.
Gambar 1 memberikan ilustrasi tentang
perolehan karbon selama periode kredit:
!
Jika sebuah proyek memiliki baseline AB
dan proyek itu memiliki pertumbuhan AC,
maka perolehan karbon selama periode
kredit dari t1 sampai ke t2 adalah seluas
bidang ‘abcd’
!
Tetapi ada kemungkinan proyek tersebut
mengalami kebocoran dengan laju sebesar
AD, sehingga perolehan sebenarnya dalam
periode kredit yang sama adalah luas
bidang ‘abcd’ dikurangi ‘abef’.
! Baseline Umum, dipilih jika proyek tidak memiliki karakteristik
istimewa sehingga dapat memilih baseline umum yang telah
disediakan
! Baseline Spesifik, dipilih jika proyek memiliki karakteristik
istimewa, misalnya menggunakan spesies dan dengan perlakuan
tertentu
Dalam kaitannya dengan periode kredit terdapat dua pilihan
baseline:
! Baseline Tetap (fixed), dipakai untuk proyek dengan satu periode
kredit selama 10 tahun
! Baseline Terkoreksi (adjusted), digunakan untuk proyek dengan
tiga periode kredit, masing-masing selama tujuh tahun.
Bagi pihak tuan rumah, pengertian additionality
Dengan pertimbangan pertumbuhan hutan, pengembang mungkin kemudian berkembang menjadi semacam
memerlukan waktu yang panjang agar besarnya perolehan karbon “tambahan” yang ditimbulkan oleh proyek,
cukup signifikan. Untuk itu mereka dapat memilih:
terlepas apakah proyek tersebut menghasilkan
perolehan atau tidak:
! Baseline Statik, menyerupai baseline tetap, tetapi untuk beberapa !
Kegiatan CDM dapat memberikan
periode kredit
tambahan dana (financial additionality)
! Baseline Dinamik, menyerupai baseline terkoreksi, juga untuk
untuk memperbaiki pembiayaan proyek di
beberapa periode kredit
luar dana bantuan teknis (ODA)
Pengembangan proyek
T: Kenapa iklim berubah?
J: Iklim berubah karena terjadi perubahan
kesetimbangan radiasi yang diterima
bumi karena adanya peningkatan
konsentrasi gas rumahkaca (GRK) yang
memiliki kemampuan menyerap radiasi
gelombang panjang yang bersifat panas
T: Apakah keuntungan menjalankan proyek karbon?
J: Jika dirancang dengan baik, proyek karbon hutan
dapat memberikan keuntungan finansial (berupa
tambahan dana dari karbon yang diserap),
keuntungan sosial (berupa tambahan lapangan kerja)
dan keuntungan lingkungan (berupa perbaikan
ekosistem dan fungsi hutan)
T: Apa peranan hutan?
J: Hutan dapat menjadi sumber (source)
atau rosot (sink) GRK, terutama
karbondioksida (CO2)
T: Adakah resikonya?
J: Resiko proyek karbon hutan terdiri dari resiko teknis
(misalnya gangguan berupa kebakaran, pencurian dan
hama/penyakit), resiko politis (berupa perubahan
kebijakan pemerintah dan kondisi politik lainnya)
T: Bagaimana hutan menjadi sumber CO2?
Petani di Kalampangan, J: Hutan dapat menjadi sumber CO2
Kalimantan Tengah
ketika dikonversi, sebagian karbon yang
disimpan di dalam hutan berupa
biomassa dilepas kembali ke atmosfer ketika mengalami pembakaran,
pelapukan, dan sebagainya
T: Bagaimana hutan menjadi rosot CO2?
J: Hutan juga dapat menjadi rosot CO2 ketika mengikat karbon dari atmosfer
untuk pertumbuhannya sehingga konsentrasi CO2 di atmosfer berkurang
Proyek karbon hutan
T: Bagaimana rosot karbon bisa menjadi proyek?
J: Penanaman hutan melalui proyek reforestasi dan aforestasi dapat
dikategorikan sebagai upaya untuk meningkatkan rosot karbon yang dapat
memperoleh dana tambahan sesuai dengan jumlah karbon yang diserap
menjadi biomassa dibandingkan dengan jika tidak ada proyek
T: Dapatkah upaya mempertahankan karbon di dalam hutan dikategorikan sebagai
proyek karbon hutan?
J: Menurut teori, konservasi hutan atau menghindari deforestasi akan
mengurangi emisi, tetapi menurut perjanjian internasional kegiatan tersebut
tidak dapat dikategorikan sebagai proyek karbon hutan di bawah CDM
T: Bagaimana proyek karbon
dikembangkan?
J: Proyek karbon dapat
dikembangkan oleh
proponen dari dalam negeri
baik dari kalangan
masyarakat, LSM, swasta
maupun pemerintah, tetapi
dapat juga
dikembangkan bersama
investor atau calon investor
dari luar negeri
T: Caranya?
J: Pihak proponen mengajukan
dokumen proyek kepada
otoritas nasional yang
ditunjuk pemerintah untuk
mendapatkan pengesahan
T: Apakah hambatan utama menjalankan proyek karbon?
J: Hambatan utama proyek karbon hutan adalah
apabila kebijakan kehutanan secara keseluruhan tidak
mendukung proyek ini
T: Kenapa karbon bisa "bocor"?
J: Karbon yang telah tersimpan di dalam proyek dalam
wujud pertumbuhan hutan dapat "bocor" atau lepas
kembali jika karena adanya proyek tersebut terjadi
pencurian atau kehilangan cadangan karbon hutan di
tempat lain. Dengan kata lain kebocoran bisa dan
biasanya terjadi di tempat lain
T: Siapa pembelinya?
J: Pembeli karbon adalah
negara maju yang memiliki
komitmen untuk
menurunkan emisi sesuai
dengan ketentuan Protokol
Kyoto
T: Bagaimana kalau hutan ditebang sebelum proyek
selesai?
J: Hutan dapat ditebang sebelum periode kredit
selesai, tetapi penebangan tersebut dapat
menyebabkan pemotongan (diskon) terhadap
perolehan karbon yang besarnya setara dengan
volume karbon yang diambil dari bagian yang
ditebang. Jika hutan proyek ditebang seluruhnya,
maka proyek tersebut tidak mendapatkan
keuntungan apapun
T: Berapa harganya?
J: Harga karbon ditentukan
berdasarkan mekanisme
pasar yang saat ini bervariasi
antara $ 1-30 per ton CO2
(atau 0,3-8,0 US$ per ton C).
Harga ini relatif lebih rendah
dibanding harga karbon dari
sektor lain
T: Bagaimana baseline sebaiknya
ditentukan?
J: Untuk kondisi tropis dan keterbatasan
sumberdaya manusia, baseline
sebaiknya ditentukan pada nilai yang
tetap (fixed)
T: Periode kredit yang mana sebaiknya
yang kita pilih?
J: Mengingat keterbatasan SDM dan
kemungkinan perubahan kebijakan,
sebaiknya kita memilih sekali periode
selama 10 tahun
T: Bagaimana perijinannya?
J: Perijinan akan diproses otoritas
nasional bersama entitas operasional
yang diakreditasi oleh khirnya
didaftarkan sebagai proyek karbon
Badan Pelaksana CDM dan akhirnya
didaftarkan sebagai proyek karbon
T: Siapa yang membiayai proyek?
J: Proyek karbon hutan dapat dibiayai
oleh berbagai sumber, termasuk
sumber nasional atau lokal, sedang
perolehan karbon atau pengurangan
emisi yang disertifikasi (CER) akan
diperoleh dari investor
T: Apa saja yang harus dibayar proyek?
J: Proyek yang memperoleh CER harus
membayar biaya transaksi
(pengembangan dan pemantauan
proyek) dan pajak atas proyek untuk
dana adaptasi sebesar 2% dari CER
serta biaya-biaya administrasi baik di
tingkat global maupun nasional
Cadangan tetap dan kebocoran
Cadangan karbon ton/ha
PERUBAHAN IKLIM DAN PERANAN LAHAN GAMBUT
Kelembagaan
!
Selain itu, proyek CDM juga memperbaiki lingkungan setempat
(environmental additionality) lebih dari sekedar menurunkan emisi,
misalnya perbaikan sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih, dan
sebagainya
Proyek CDM juga membawa dan meningkatkan kemampuan
menggunakan teknologi baru (technological additionality) lebih dari
teknologi yang sudah ada
Jika proyek yang diimplementasikan memperbaiki peraturan yang
berlaku (regulatory additionality), maka proyek tersebut akan lebih
terjamin secara hukum.
Pemantauan
Mengingat CDM memiliki tujuan
ganda, maka kegiatan pemantauan
juga diarahkan untuk mengukur
kedua hal tersebut.
Perolehan karbon
!
!
!
!
Gambar 1. Perolehan
(additionality) proyek
karbon hutan selama
periode kredit (t1 hingga t2)
setelah mempertimbangkan
baseline (AB), pertumbuhan
(AC) dan kebocoran (AD),
yaitu luas bidang 'abcd'
dikurangi 'abef'.
Tujuan pembangunan berkelanjutan
!
Pembangunan berkelanjutan dalam perspektif tuan rumah,
memiliki 3 komponen:
!
Sosial
Ekonomi : * tercipta lapangan kerja
* terjadi peningkatan pendapatan
Daftar Pustaka:
Jill Heyde
Yus Rusila Noor
Baumert, K. A., Kete, N and Figueres, C. 2001. Designing the Clean Development
Mechanism to Meet the Needs of a Broad Range of Interest. World Resources
Institute Climate Notes.
Project Manager CCFPI
Wildlife Habitat Canada
200 7 Hinton Ave. N
Ottawa, ON, K1Y 4P1, Canada
Tel: +1 613 722-2090; Fax: +1 613 722-3318
E-mail: [email protected]
Project Coordinator CCFPI
Wetlands International - Indonesia Programme
Jl. Ahmad Yani No. 53- Bogor 16161
PO Box 254/BPP-Bogor 1600, INDONESIA
Tel: 0251 312189; Fax: +62 251 325755
E-mail: [email protected]
!
Pencapaian tujuan ini memerlukan kriteria dan indikator yang disusun oleh otoritas
nasional melalui konsultasi publik yang disesuaikan dengan ruang lingkup proyek
Jika kriteria-kriteria yang telah disepakati tidak dipenuhi atau indikator tercapainya
tujuan pembangunan berkelanjutan tidak diwujudkan, maka pihak tuan rumah (atas
saran otoritas nasional) dapat menyatakan bahwa proyek tidak mencapai
sasarannya.
!
!
Periode kredit
! Membantu negara
berkembang dalam mencapai
tujuan pembangunan
berkelanjutan
! Membantu negara maju
mencapai target penurunan
emisi karbon
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan hubungi:
!
Lingkungan: * perbaikan sanitasi lingkungan
* terpeliharanya keanekaragaman hayati
Tujuan Proyek CDM
Pemantauan perolehan
karbon dilakukan dengan
metode seperti yang
dinyatakan dalam PIN
Pemantauan dapat dilaksanakan dengan interval yang tegantung
kecepatan pertumbuhan hutan
Semakin sering dilaksanakan maka akan semakin akurat, tetapi juga
makin mahal. Jika periode kredit hanya satu kali dalam 10 tahun,
mungkin pemantauan awal (tahun ke-1), pertengahan (tahun ke-5) dan
akhir (tahun ke-10) sudah memadai
Pelaksana pemantauan adalah pihak pengembang sehingga biayanya
dapat ditekan dan keuntungan finansialnya ditingkatkan
: * tidak ada konflik yang ditimbulkan proyek
* mengentaskan kemiskinan
Selama ini dikenal dua macam periode
kredit yang harus dipilih oleh pengembang:
!
!
Satu periode selama 10 tahun
Tiga periode masing-masing 7 tahun
!
!
Periode kredit merupakan
jangka waktu
berlangsungnya proyek
Selama periode itulah
perolehan karbon yang
diakumulasi dalam bentuk
biomassa atau
pertumbuhan hutan
diperhitungkan
Resiko proyek
!
!
!
Resiko dapat berupa gangguan alam atau manusia, termasuk kondisi politik dan
perubahan kebijakan pemerintah
Proyek yang dirancang baik harus menguraikan jenis-jenis resiko yang mungkin
dihadapi
Perlu adanya indikasi bagaimana resiko tersebut diatasi sehingga dampaknya
terhadap pencapaian tujuan proyek dapat diperkecil
!
!
!
!
!
!
Dalam jangka yang sangat panjang akan sulit mengatakan
bahwa sebuah proyek karbon hutan telah menyerap
sejumlah karbon sehingga menjadi cadangan yang tetap
(permanence) dan tidak akan dilepaskan lagi ke atmosfer
Secara biologis, adanya cadangan tetap (permanence) tidak
dimungkinkan karena pertumbuhan pohon dan hutan akan
mencapai klimaksnya dan secara alami akan mengalami
degradasi sehingga mencapai anti klimaks lagi dalam siklus
suksesi yang sering dijumpai secara alamiah
Apalagi jika diperhitungkan kemungkinan kebocoran yang
terjadi justru karena proyek diimplementasikan
Kebocoran yang dimaksud di sini adalah terjadinya
penambahan atau pengurangan karbon di dalam areal
proyek yang ditimbulkan oleh kegiatan lain di luar areal
proyek
Untuk mengatasi masalah ini batas proyek dapat diperluas
sehingga mencakup areal yang mungkin terkena dampak
proyek
Kebocoran bisa negatif atau positif
Kebocoran memiliki konotasi negatif, artinya dalam suatu
proyek yang mengalami kebocoran, perolehan karbon
menjadi lebih kecil dari yang seharusnya diperoleh
Namun, mungkin juga terjadi adanya kebocoran yang
positif, artinya proyek tersebut justru mendorong
terjadinya penambahan karbon di luar rencana
Isu cadangan tetap (permanence) muncul dalam kegiatan
penyerapan karbon atmosfer ke dalam rosot (sink)
biologis yang memiliki banyak resiko untuk dilepas
kembali
Dari sini kemudian muncul berbagai teknik pendugaan
cadangan tetap, seperti metode perolehan tahunan (tonyear) dan perolehan sementara (temporary) yang
memungkinkan dilakukannya klaim atas perolehan yang
dilakukan kegiatan proyek
CER adalah sertifikat penurunan emisi yang
dihasilkan oleh proyek CDM. CER
diterbitkan oleh Badan Pelaksana CDM atas
rekomendasi entitas operasional yang telah
melakukan verifikasi atas proyek yang
dipantau pengembang.
Tim Produksi:
Maltby dan Immirizi. 1993. Carbon dynamics in peatlands and other wetlands soils: regional and global
perspective. Chemosphere 27:999-1023.
Murdiyarso, D. 2003. CDM: Mekanisme Pembangunan Bersih.
Penerbit KOMPAS.
Brady, M. A. 1997. Organic matter dynamics of coastal peat deposit in Sumatra,
Indonesia. PhD thesis. The University of British Columbia.
Munasinghe, M. 1999. Development equity and sustainibility (DES) in the context of climate change.
In M. Munasinghe and R. Swart (Eds.) Climate Change and Its Linkage with Development Equity and
Sustainibility. IPCC.
Brown, S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forests, a
primer. FAO Forestry Paper 134. FAO, Rome.
Murdiyarso, D., Widodo, M, and Suyanto, D. 2002. Fire risks in forest carbon projects in Indonesia.
Science in China (Series C). Vol 45 Supp : 65 74.
Neuzil, S.G. 1997. Onset and rate of peat and carbon
accumulation in four domed ombrogenous peat deposits in
Indonesia. In Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatlands.
(eds. Rieley, J.O., and S. E. Page). Samara Publishing Ltd. pp.
55-72.
Depledge, J. 2000. A Guide to the Climate Change Process. UNFCCC. Bonn.
IPCC. 2001. Climate Change 2001. The Scientific Basis. Cambridge University
Press.
Murdiyarso, D. 2003. Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim. Penerbit
KOMPAS.
Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto, Implikasinya bagi Negara Berkembang. Penerbit KOMPAS.
Page, S.E, Siegert, F, Rieley, J.O, Boehm, H.D.v, Jaya, A. 2002.
The amount of carbon released from peat and forest fire in
Indonesia during 1997. Nature 420 : 61 65.
Penyusun
Daniel Murdiyarso
I N. N. Suryadiputra
Desain/Layout
Vidya Fitrian
Foto
Yus Rusila Noor
Indra Arinal
Alue Dohong
Jill Heyde
Faizal Parish
Download