BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan selanjutnya yang ditempuh oleh individu setelah lulus SMA. Individu yang melanjutkan pada jenjang perguruan tinggi akan menyandang status yang berbeda dari siswa menjadi mahasiswa. Perubahan status pun diikuti oleh perbedaan sistem pendidikan di perkuliahan dengan sekolah. Salah satunya ialah syarat kelulusan pada perkuliahan dengan membuat karya ilmiah dalam bentuk laporan yang disebut sebagai skripsi. Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang berupa tulisan wajib mahasiswa untuk mencapai jenjang akademis tertentu (Wasito, Bala, Wismanto, dkk, 1990: 101). Darmono & Hasan (2002: 10) menyatakan penyelesaian skripsi hanya memerlukan waktu 16 minggu atau satu semester. Namun pada kenyataannya, skripsi kerap menjadi beban bagi mahasiswa. Hingga saat ini, tak jarang ditemukan mahasiswa yang mengalami kesulitan pengerjaan skripsi dan membutuhkan waktu lebih dari yang ditentukan untuk menyelesaikan skripsi. Sebuah artikel yang berjudul “Ada Apa dengan Skripsi Mahasiswa?” mengungkapkan mudah bagi mahasiswa untuk menyelesaikan matakuliah sesuai semester, namun saat penyusunan skripsi akan memakan waktu lama hingga tak jarang ada label bagi “sesepuh” bagi mahasiswa yang telah lama di kampus (Kompasiana, 2011, para. 1). Mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi UKWMS terbagi atas dua matakuliah yang terpisah, dan ditempuh dalam dua semester yang berbeda. Mata kuliah proposal skripsi dan mata kuliah skripsi (Fakultas Psikologi 1 2 Program Studi Psikologi, 2011: 19). Mata kuliah proposal skripsi menugaskan mahasiswa untuk menyusun bab I - bab III dari keseluruhan penyusunan skripsi. Mata kuliah skripsi menugaskan mahasiswa untuk melakukan pengambilan data, dan penyusunan bab IV – bab V dari keseluruhan mata kuliah skripsi. Kenyataannya banyak ditemui mahasiswa yang menyelesaikan mata kuliah skripsi lebih dari 2 semester. Data yang diperoleh dari tata usaha (TU) Fakultas Psikologi Widya Mandala Surabaya menunjukkan pada tahun 2013, terdapat 6 orang mahasiswa angkatan 2009 mengulang proposal skripsi dan 5 orang mahasiswa mengulang skripsi. Angkatan 2010 terdapat 11 orang mahasiswa mengulang proposal skripsi dan 17 orang mahasiswa mengulang skripsi. Penundaan dalam istilah psikologi disebut sebagai prokrastinasi. Akan tetapi tidak semua penundaan yang dilakukan dapat dikategorikan sebagai prokrastinasi (Ferrari, 2010). Suatu penundaan dikatakan prokrastinasi jika dilakukan secara sengaja baik untuk memulai atau mengakhiri suatu tugas untuk menghindari kesulitan yang dihadapi sehingga berdampak mengalami keterlambatan (Steel, 2011: 3). Ferarri, Jhonson & McGown (1995: 48) mengemukakan bahwa prokrastinasi ditinjau dari bentuknya dibedakan menjadi 2 kategori, yakni; prokrastinasi akademik dan prokrastinasi non akademik. Prokrastinasi non akademik ialah penundaan yang dilakukan pada jenis pekerjaan diluar area akademik seperti tugas rumah tangga, tugas kantor, dan lain sebagiannya. Prokrastinasi akademik ialah penundaan atas tugas-tugas dalam area akademik seperti tugas perkuliahan dan tugas sekolah. Untuk itu, penundaan terhadap pengerjaan skripsi merupakan prokrastinasi akademik. 3 Hal ini dikarenakan skripsi merupakan salah satu bentuk laporan ilmiah, maka dapat dikatakan skripsi termasuk tugas akademik. Fenomena prokrastinasi akademik ini juga terlihat pada mahasiswa Fakultas Psikologi Univeristas Katolik Widya Mandala Surabaya melalui wawancara yang dilakukan pada tiga mahasiswa berikut. Pada informan X terlihat penundaan yang dilakukan secara sengaja untuk menghindari kesulitan dalam hal mencari teori, meskipun awalnya memiliki keinginan untuk menyelesaikannya dengan segera. Akan tetapi kenyataannya X melakukan penundaan yang menyebabkannya harus mengulang di semester depan. “sebenarnya pengen cepet selesai kayak uda buat rencana mau kerjanya kapan aja dan kalau bisa lulus semester ini, tapi teori yang aku pakai untuk skripsi ku tu susah buat di cari, buku-bukunya susah buat di dapet. Karena susah itu jadi malas dan ditunda dan ngulang semester depannya. Klo untuk ke perpustakaan lain untuk mulai nyari buku sih belum, soalnya akunya juga males buat ke sana. Mungkin karena terlalu banyak jalan-jalan bareng teman ya.. jadinya juga males buat nyari teorinya. Tapi akhirnya waktu uda mau kumpul aku jadi tambah gopoh ngerjainnya kadang kek stres gitu. Pas uda gak sempat ya akhirnya aku ngulang.” (X, angkatan 2009) Hasil wawancara yang diperoleh melalui informan Y menyatakan penundaan yang dilakukan terhadap pengerjaan skripsi dilakukan karena malas (secara sengaja) dikarenakan mengalami kesulitan dalam menemukan variabel dan teori sehingga menyebabkan Y meninggalkan tugas mengerjakan skripsi dan mengulang semester berikutnya. “karena aku sendirinya emang males sih buat ngerjainnya,apalagi nyari variabel dan teorinya susah makanya jadi susah buat ngerjainnya. Jadinya tak tinggal aja dulu dan aku ngulang buat semester depannya. Capek juga nyarinya apalagi sambil ngambil matakuliah lainnya. Belom lagi ngerjain tugas kuliah lain.” (Y, angkatan 2010) 4 Melalui wawancara yang dilakukan pada informan X dan Y, terlihat bahwa penundaan yang dilakukan tidak memberi dampak positif melainkan menunjukkan adanya dampak negatif seperti mengulang pengerjaan skripsi pada semester berikutnya. Prokrastinasi merupakan perilaku maladaptif yang dilakukan individu untuk mencari zona nyaman (Ferrari, 2010: 17). Prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa tidak menjadi lebih baik dari sisi psikologis maupun kehidupan nyata. Sisi psikologis, pada informan X terlihat penundaan yang dilakukan awalnya untuk mencari zona nyaman yaitu untuk menghindari kesulitan yang dialami saat proses penulisan skripsi, namun pada kenyataannya ketika deadline pengumpulan informan X merasa stress dan putus asa sehingga memutuskan untuk menyerah dan mengulang pengerjaan skripsi pada semester selanjutanya. Fenomena inipun membuktikan teori yang diungkapkan oleh Steel (2011: 3) bahwa prokrastinasi dapat menyebabkan keterlambatan seperti pada informan X yang mengulang pengerjaan skripsi di semester berikutnya mengalami keterlambatan pengumpulan dan keterlambatan kelulusan. Berdasarkan pembahasan diatas, disimpulkan prokrastinasi bukanlah cara yang tepat bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam pengerjaan skripsi karena akan membawa sejumlah dampak buruk yang merugikan diri sendiri. Hal inipun menjadi salah satu alasan untuk dilakukannya penelitian ini agar mahasiswa dapat memahami dampak buruk terhadap perilaku prokrastinasi. Burka & Yuen (2008: 2) menyatakan terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku prokrastinasi, antara lain: pertama, faktor internal berupa kecemasan, stress, ketakutan dan kondisi fisik (kelelahan). Kedua, faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan berupa 5 dukungan atau tekanan yang diperoleh dari hubungan dengan orang lain, atau tempat tinggal individu tersebut. Lebih lanjut, hasil penelitian Handayani & Suharnan (2012: 118) berjudul Konsep diri, Stress dan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa mengungkapkan bahwa faktor internal (kecemasan, stress, ketakutan dan lainnya) dalam melakukan prokrastinasi juga dapat dipengaruhi oleh dukungan sosial. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima maka individu dapat terhindar dari stress, dan kecemasan. Burka & Yuen (2008: 254-255) menyarankan salah satu faktor eksternal penting yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi ialah dukungan sosial. Pernyataan yang sama juga diungkap oleh peneliti yang bernama Steel (2011) juga menyarankan adanya penerimaan dukungan sosial seperti pada anak remaja yang dapat diperoleh melalui peer groups untuk menghindari terjadinya prokrastinasi. Berdasarkan pernyataan kedua ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan dukungan sosial yang diterima dapat mempengaruhi individu agar terhindar dari prokrastinasi. Dukungan sosial merupakan bentuk komunikasi verbal dan nonverbal antara dua orang atau lebih yang mampu memberi perasaan nyaman pada individu dan perasaan bahwa ia mampu mengendalikan keadaan yang ada (Mattson & Hall, 2011: 181-182). Sama halnya dengan Gottlieb (dalam Smet, 1994: 135) yang menyatakan bahwa dukungan sosial memiliki manfaat emosional yang memberi efek perilaku yang positif pada si penerima. Dengan adanya dukungan sosial dapat membuat individu merasa aman karena menerima bantuan, penghargaan dan kepedulian dari orang sekitarnya (Sarafino, 1990, dalam Smet, 1994: 136). Berdasarkan definisi 6 beberapa ahli, maka peneliti menyimpulkan dukungan sosial merupakan merupakan bentuk komunikasi verbal dan non verbal dalam bentuk informasi, penghargaan, materi atau emosional yang diperoleh melalui teman sebaya sehingga memberi pengaruh positif seperti rasa nyaman bagi penerima. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 2 (dua) mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala juga membuktikan adanya dukungan sosial yang diperoleh dari teman dapat membantu menghindari prokrastinasi. Berikut hasil wawancara pada 2 (dua) mahasiswa. Informan A mengungkapkan bahwa adanya dukungan dari teman berupa bantuan langsung seperti mencarikan buku acuan yang diperlukan dan semangat yang diberikan dari teman lainnya membuatnya merasa semangat dan yakin dapat mengerjakan skripsi hingga selesai tepat pada waktunya. “iya, pernah sih terpikir buat berhenti ngerjain skripsinya garagara susah buat dapet subjek, sama teori. Tapi untung ada teman lain yang kasih semangat kayak bilang kamu pasti bisa masa orang lain bisa kamu gak bisa, kamu kan pinter pasti bisa. Jadi agak tenang terus jadi yakin kalau bisa. Terus ada juga teman yang bantuin nyariin buku terus dipinjemin ke aku. Jadinya ngerasa terbantu buat ngerjainnya kayak ngerasa yakin bisa selesain akhirnya tak kerjain sampe selesai tepat waktu.” (A, angkatan 2009) Hasil wawancara yang dilakukan pada informan B menceritakan bahwa kesulitan menemukan subjek atau teori ketika proses pengerjaan skripsi membuatnya berpikir untuk mundur dan berhenti mengerjakan skripsi, namun hal tersebut tidak dilakukannya karena ada bantuan dari teman yang memberikan informasi, mencarikan referensi buku dan 7 semangat yang membuat B memiliki semangat untuk mengerjakan skripsi dan tidak berhenti mengerjakannya. “kadang pas lagi kesusahan nyari buku buat teori atau subjek atau pas gak punya ide buat ngetik laporan, pas gitu ya ada kepikiran buat mundur terus malas buat ngerjainnya.Gak sempat dilakukan sih soalnya banyak teman bantu kek ngasi informasi web buku di google. Malah kadang aku di anterin temenku buat ke perpustakaan bareng atau buat ketemu dosen. Liat temenku bantuin gitu aku sendiri juga ngerasa kalau aku pasti bisa jadi semangat buat ngerjainnya.” (B, angkatan 2010) Steel (2011) menyarankan adanya penerimaan dukungan sosial bagi anak remaja melalui peer groups untuk menghindari terjadinya prokrastinasi. Hal ini seiring dengan teori Santrock (1998: 211) menyatakan bahwa salah satu aspek penting dalam kehidupan mahasiswa adalah dukungan sosial dari teman sebaya. Hal ini dipengaruhi oleh tahap perkembangan mahasiswa yang berada pada tahap remaja akhir yang sedang mengalami peralihan menjadi dewasa (Gunarsa & Gunarsa 2008: 128). Pada tahap tersebut, mahasiswa memiliki orientasi untuk membangun hubungan sosial terhadap lingkungan sekitar seperti teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis. Dengan begitu, dukungan dari teman sebaya menjadi hal penting yang dapat membantu mahasiswa terhadap perilaku prokrastinasi dikarenakan tahap perkembangan pada mahasiswa dan salah satu faktor ekternal prokrastinasi ialah dukungan sosial. Banyak penelitian sebelumnya yang meneliti tentang prokrastinasi akademik mahasiswa namun memiliki perbedaan dengan penelitian ini. Penelitian sebelumnya meneliti hubungan prokrastinasi akademik dengan variabel lain ataupun meneliti dukungan sosial dari pihak lain (bukan dari mahasiswa/teman sebaya). 8 Penelitian sebelumnya menghubungkan prokrastinasi akademik dengan self-control, task aversiveness maupun dukungan sosial dari keluarga. Berikut pemaparan penelitian – penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan di Universitas Surabaya oleh Ursia, Siaputra & Sutanto (2013: 17) yang berjudul “Prokrastinasi Akademik dan Self-Control pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Unversitas Surabaya”, membahas 3 variabel, yakni TMT (implusiveness, expectancy, value), self-control, dan prokrastinasi akademik. Hasil yang diperoleh ialah TMT (expectancy, value) berbanding lurus dengan self-control dan berbanding terbalik dengan prokrastinasi akademik, TMT (impulsiveness) berbanding terbalik dengan self-control dan berbanding lurus dengan prokrastinasi akademik. Premadyasari (2012) juga melakukan penelitian mengenai prokrastinasi di Universitas Surabaya dengan judul “Prokrastinasi dan Task Aversiveness Tugas Makalah pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya”. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif task aversiveness dengan prokrastinasi. Korelasi ini diperoleh dengan menggunakan alat ukur TMT (expectancy, value). Aspek kognisi task aversiveness berhubungan dengan expectancy dan aspek emosi task aversiveness berhubungan dengan value. Nurhayati & Kuswardani (2008: 32) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa”. Penelitian ini membahas hubungan dukungan sosial yang diterima melalui keluarga terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. Hasil penelitian menemukan hubungan negatif yang signifikan antara 9 dukungan sosial dengan prokrastinasi akademik. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima maka semakin rendah prokrastinasi akademik yang dilakukan. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang diterima maka semakin tinggi prokrastinasi akademik yang dilakukan. Penelitian ini dengan judul “Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya” dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Widya Mandala Surabaya. Ketertarikan peneliti mengenai hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan prokrastinasi akademik, didasarkan pada teori Santrock (1998: 211) yang menyatakan salah satu aspek terpenting dalam tahap perkembangan mahasiswa ialah dukungan sosial teman sebaya. 1.2. Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan ingin melihat hubungan antara dukungan sosial dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, dengan batasan masalah yang meliputi: a. Subjek penelitian ialah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang sedang mengambil matakuliah proposal skripsi atau skripsi lebih dari 1 semester. b. Penelitian yang dilakukan ialah penelitian kuantitatif dengan mengggunakan uji hubungan 10 1.3. Rumusan Masalah Penelitian ini ingin melihat “apakah ada hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya?” 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara ilmiah hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan referensi bagi ilmu psikologi pendidikan khususnya prokrastinasi akademik dan dukungan sosial. 1.5.2. Manfaat praktis a. Bagi Subjek Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi mahasiswa yang sedang mengambil skripsi agar dapat mengetahui gambaran mengenai hubungan antara prokrastinasi akademik dan dukungan sosial teman sebaya sehingga mahasiswa dapat memanfaatkan dukungan sosial yang ada untuk terhindar dari prokrastinasi akademik. 11 b. Bagi mahasiswa Fakultas Psikologi Diharapkan dengan memahami pentingnya pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap prokrastinasi pengerjaan skripsi, mahasiswa dapat saling memberi dukungan pada mahasiswa lainnya yang mengalami kesulitan selama proses pengerjaan proposal skripsi atau skripsi. c. Bagi Orangtua Dengan penelitian ini diharapkan orangtua dapat memahami dampak dari prokrastinasi terhadap pengerjaan skripsi dan memahami dukungan yang diperlukan mahasiswa dalam pengerjaan skripsi. d. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Diharapkan dengan adanya penelitian, mahasiswa Fakultas Psikologi dapat memahami dampak prokrastinasi dan pentingnya dukungan sosial teman sebaya sehingga angka mahasiswa yang melakukan prokrastinasi dapat diminimalisir. e. Bagi Penelitian Selanjutnya Dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan prokrastinasi akademik.