UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
“STUDI ESTERIFIKASI ANTARA SUKROSA DENGAN ASAM LEMAK
HASIL HIDROLISIS MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN LIPASE
Candida rugosa EC 3.1.1.3 TERIMMOBILISASI SILIKA GEL 60”
SKRIPSI
TRI DESTIYANTI
0806453043
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI KIMIA
DEPOK
2012
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
“STUDI ESTERIFIKASI ANTARA SUKROSA DENGAN ASAM LEMAK
HASIL HIDROLISIS MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN LIPASE
Candida rugosa EC 3.1.1.3 TERIMMOBILISASI SILIKA GEL 60”
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sains
TRI DESTIYANTI
0806453043
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI KIMIA
DEPOK
2012
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Tri Destiyanti
NPM
: 0806453043
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 4 Juli 2012
ii
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama
: Tri Destiyanti
NPM
: 0806453043
Program Studi
: Kimia S1 Reguler
Judul Skripsi
: Studi Esterifikasi antara Sukrosa dengan Asam Lemak
Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Menggunakan Lipase
Candida rugosa EC 3.1.1.3 Terimmobilisasi Silika Gel 60
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Prof. Dr. Sumi Hudiyono PWS
Pembimbing II : Dra. Sri Handayani, M.Biomed
Penguji : Dr. rer. nat Budiawan
Penguji : Dra. Siswati Setiasih, Apt., M.Si
Penguji : Prof. Dr. Soleh Kosela
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 4 Juli 2012
iii
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Studi Esterifikasi antara Sukrosa
dengan Asam Lemak Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Menggunakan Lipase
Candida rugosa EC 3.1.1.3 Terimmobilisasi Silika Gel 60” ini tepat pada
waktunya. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
akademis untuk meraih gelar Sarjana Sains di Program Studi S1 Kimia,
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
selama penelitian maupun dalam penyusunan tugas akhir serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sumi Hudiyono, PWS dan Ibu Dra. Sri Handayani
M.Biomed, selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing, memberi
pengarahan, bantuan moril dan materil dalam penyusunan tugas akhir ini.
Terima kasih atas segala bantuan serta diskusinya.
2. Bapak Dr. Ridla Bakri, selaku Ketua Departemen Kimia, Universitas
Indonesia.
3. Ibu Dr.Yuni Krisyuningsih Krisnandi S.Si., M.Sc., selaku Pembimbing
Akademis penulis selama empat tahun menimba ilmu di Departemen
Kimia FMIPA UI.
4. Kedua orangtua serta kedua kakakku tercinta atas saran, motivasi,
perhatian, kasih sayang, do’a yang tak pernah putus, dan dukungan baik
moril dan materil yang tak kan habis terbalas oleh penulis dan menjadi
semangat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Departemen Kimia FMIPA UI yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat.
iv
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
6. Mba Emma, Mba Tri, Mba Ina, Mba Cucu, selaku laboran Departemen
Kimia, yang telah membantu penulis dalam mendapatkan bahan-bahan
penelitian dan berdiskusi mengenai penelitian.
7. Kak Awe dan Kak Ika, yang telah bersedia memberikan petunjuk dan
bantuan serta diskusinya tentang penelitian.
8. Sari, Dilah, Dian, Bali, dan Qnoy sebagai teman seperjuangan dalam
melaksanakan penelitian ini. Terima kasih telah membantu berdiskusi dan
menanggung beban bersama dalam penelitian ini.
9. Dewi, Putri, Lita, Lala, Azizah, Aning, Silmi, Nisa dan Amel terima kasih
telah menjadi sahabat penulis di Departemen Kimia.
10. Teman-teman penelitian, Prilly, Decil, Adi, Esti, Putri, Daniel, Intan,
Rasti, Uni, Lidya, Hafiez, Kak Widi, Mas Boy, Rakhmat, Linyo, Kak Fani,
Dewi, Rina, Nia, Mika, Helen, Reza, Hadi, Andi, Asa, Michu, Khusnul,
One, Asef, Kak Habibah, Inna, Irna, dan teman-teman lainnya, terima
kasih atas bantuannya selama penelitian ini.
11. Kakak dan teman-teman Laboratorium Afiliasi Departemen Kimia FMIPA
UI, terima kasih atas segala bantuannya.
12. Seluruh karyawan Departemen Kimia FMIPA UI atas segala bantuannya,
terutama untuk Bapak Sutrisno, Pak Amin, Pak Kiri, Pak Wito, dll.
13. Teman-teman angkatan 2008 yang selama empat tahun terakhir ini telah
menjadi bagian hidup penulis.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.
Dalam penulisan tugas akhir ini, disadari masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, sangat diharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap
semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu di masa mendatang.
Penulis,
2012
v
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama
: Tri Destiyanti
NPM
: 0806453043
Program Studi
: S1 Kimia Reguler
Departemen
: Kimia
Fakultas
: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis Karya
: Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Studi Esterifikasi antara
Sukrosa dengan Asam Lemak Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Menggunakan
Lipase Candida rugosa EC 3.1.1.3 Terimmobilisasi Silika Gel 60
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 4 Juli 2012
Yang menyatakan,
(Tri Destiyanti)
vi
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
ABSTRAK
Nama
: Tri Destiyanti
Program Studi
: S1 Kimia Reguler
Judul
: Studi Esterifikasi antara Sukrosa dengan Asam Lemak
Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Menggunakan Lipase
Candida rugosa EC 3.1.1.3 Terimmobilisasi pada Silika
Gel 60
Sintesis ester asam lemak hidrolisat minyak kelapa secara enzimatik dapat
dilakukan dengan menggunakan lipase dalam kondisi sedikit air. Immobilisasi
merupakan teknik modifikasi enzim yang dilakukan dengan bantuan media agar
enzim dapat digunakan secara kontinyu dan berulang. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan studi reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak hasil
hidrolisis minyak kelapa menggunakan enzim lipase Candida rugosa yang
terimmobilisasi pada silika gel 60. Persentase loading terbesar adalah 69,84%
pada immobilisasi lipase yaitu pada 1000 mg silika gel 60 tanpa pencucian dan
efisiensi immobilisasi lipase terbesar adalh 32,33% yaitu pada 500 mg silika gel
60 dengan pencucian. Kondisi optimum esterifikasi diperoleh pada waktu
inkubasi 32 jam, temperatur reaksi 37 0C, rasio mol sukrosa dengan asam lemak
1:32, dan berat molecular sieve 0,1 g dengan % konversi sebesar 4,47 % .
Kata kunci : esterifikasi, sukrosa, emulsifier, lipase Candida rugosa,
immobilisasi, silika gel 60, asam lemak hidrolisat minyak kelapa,
molecular sieve.
xiv + 72 halaman : 27 gambar, 11 tabel, 16 lampiran
Daftar Pustaka
: 54 (1978-2012)
vii
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
ABSTRACT
Name
: Tri Destiyanti
Study Program
: Chemistry
Title
: Esterification Study of Sucrose Ester with Hydrolized
Coconut Oil Fatty Acid using Silica Gel 60 Immobilized
Lipase of Candida rugosa EC 3.1.1.3
Enzymatic synthetis of hydrolized coconut oil fatty acid ester could be
carried out in minimum amount of water with lipase as biocatalyst. Enzyme
immobilization is a recovery technique which using media so its can be used
continously. In this study, sucrose esters were synthesized by enzymatic
esterification between hydrolized coconut oil fatty acids and sucrose using silica
gel 60 immobilized lipase of Candida rugosa. The maximum loading percentage
of immobilization (69,84%) was achieved at 1000 mg of unwashed silica gel 60
and the maximum percentage efficiency of immobilization (32,33%) was
achieved at 500 mg of buffer-washed silica gel 60. The optimum conditions of
esterification were achieved at incubation time 32 h, temperature 30 0C, substrate
sucrose to fatty acid molar ratio 1:32, and weight of molecular sieve is 0,1 g with
conversion percentage of 4,47 %.
Keyword : esterification, sucrose, emulsifier, Candida rugosa, immobilized, silica
gel 60, coconut oil, and molecular sieve.
xiv + 72 pages : 27 pictures, 11 tables, 16 appendixes
References : 54 (1978-2012)
viii
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
ISI
HAL
HALAMAN JUDUL……………………………………………..
i
PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………
ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………
iii
KATA PENGANTAR……………………………………………
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH….
vi
ABSTRAK……………………………………………………….
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………..
ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………..
xii
DAFTAR TABEL………………………………………………..
xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………..
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………..
1
1.1 Latar Belakang………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….
2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………….
3
1.4 Hipotesis……………………………………………….
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………….
4
2.1 Tanaman Kelapa……………………………………….
4
2.2 Minyak Kelapa………………………………………….
4
2.3 Asam Lemak……………………………………………
6
2.4 Sukrosa…………………………………………………
6
2.5 Enzim…………………………………………………..
7
2.5.1 Klasifikasi Enzim…………………………….
8
2.5.2 Kerja Enzim………………………………......
9
2.6 Lipase………………………………………………….
11
2.7 Immobilisasi Enzim…………………………………….
13
2.8 Silika Gel……………………………………………….
15
2.9 Molecular Sieve…………………………………………
16
ix
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
2.10 Esterifikasi……………………………………………..
18
2.11 Ester Sukrosa…………………………………………..
19
2.12 Emulsifier………………………………………………
21
2.13 Instrumentasi FT-IR……………………………………
22
BAB 3 METODE PENELITIAN………………………………….
23
3.1 Alat dan Bahan……………………………………………
24
3.1.1 Alat……………………………………………..
24
3.1.2 Bahan…………………………………………..
24
3.2 Prosedur Percobaan……………………………………….
25
3.2.1 Hidrolisis Minyak Kelapa………………………
25
3.2.2 Penentuan Aktivitas Free Lipase………………
25
3.2.3 Immobilisasi Lipase dengan Silika Gel 60…….
26
3.2.4 Penentuan Kadar Protein dengan Metode Lowry
26
3.2.5 Esterifikasi Asam Lemak dengan Sukrosa…….
27
3.2.6 Sentrifugasi Hasil Reaksi………………………
28
3.2.7 Penentuan % Konversi ……………………………
28
3.2.8 Analisis Produk…………………………………
28
3.2.9 Uji Kualitatif Sederhana Emulsifier…………….
29
3.2.10 Penentuan Jenis Emulsi………………………..
29
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….
30
4.1 Hidrolisis Trigliserida……………………………………..
30
4.2 Penentuan Aktivitas Free Lipase……………………….....
32
4.3 Immobilisasi Lipase dengan Silika Gel 60……………….
33
4.4 Reaksi Esterifikasi antara Sukrosa dan Asam Lemak ……
37
4.5 Identifikasi dengan FT-IR…………………………………
40
4.6 Optimasi Esterifikasi……………………………………….
42
4.6.1 Optimasi Temperatur……………………………….. 42
4.6.2 Optimasi Rasio Substrat………………………..
43
4.6.3 Optimasi Waktu Inkubasi……………………….
45
4.6.7 Optimasi Molecular sieve………………………
46
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.……………………………
x
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
48
5.1 Kesimpulan……………………………………………..
48
5.2 Saran…………………………………………………….
48
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….
50
LAMPIRAN………………………………………………………..
55
xi
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar
hal
Gambar 2.1 Tanaman Kelapa……………………………………
4
Gambar 2.2 Daging Buah Kelapa (Kopra)….……………………
5
Gambar 2.3 Struktur Sukrosa …………………….…………….
7
Gambar 2.4 Penurunan Energi Aktivasi oleh Enzim ……………
9
Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Enzim ……………….………….
10
Gambar 2.6 Struktur 3 dimensi lipase ….………………………..
12
Gambar 2.7 Metode Immobilisasi Enzim ………………………..
15
Gambar 2.8 Molecular sieve …………………………………….
17
Gambar 2.9 Reaksi Esterifikasi Berkatalis Asam ….……………
18
Gambar 2.10 Hubungan Derajat Esterifikasi dengan Ester Sukrosa
20
Gambar 2.11 Struktur Poliester Sukrosa …….…………………
21
Gambar 2.12 Hubungan HLB dengan Emulsifier……………….
21
Gambar 3.1 Skema Kerja Penelitian……………………………..
23
Gambar 4.1 Reaksi Hidrolisis Trigliserida Berkatalis Basa………
31
Gambar 4.2 Asam Lemak Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa………
32
Gambar 4.3 Spektrum FT-IR Silika Gel 60………………………
34
Gambar 4.4 Kurva Kalibrasi Standar Immobilisasi Enzim……….
35
Gambar 4.5 Kurva % Loading Immobilisasi Lipase……………..
36
Gambar 4.6 Kurva % Efisiensi Immobilisasi Lipase…………….
37
Gambarr 4.7 Hasil Reaksi Esterifikasi Setelah Terminasi……….
39
Gambar 4.8 Hasil Uji Emulsifier Produk Esterifikasi…………..
40
Gambar 4.9 Spektrum FT-IR Asam Lemak Minyak Kelapa……..
41
Gambar 4.10 Spektrum FT-IR Sukrosa…………………………….
42
Gambar 4.11 Grafik Temperatur vs % Konversi Esterifikasi…….
43
Gambar 4.12 Grafik Rasio Substrat vs % Konversi Esterifikasi…..
44
Gambar 4.13 Grafik Waktu Inkubasi vs % Konversi Esterifikasi…
46
Gambar 4.14 Grafik Berat Molecular sieve vs % Konversi……….
47
xii
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa………………….
5
Tabel 2.2 Klasifikasi Enzim………………………………………………..
8
Tabel 4.1 Identifikasi Spektra FT-IR Silika Gel 60…………………
34
Tabel 4.2 Tabel Korelasi Konsentrasi Standar dengan Absorbansi……
35
Tabel 4.3 Tabel% Loading dan % Aktivitas Lipase Terimmobilisasi…
36
Tabel 4.4 Tabel Korelasi Spektrum FT-IR Asam Lemak Minyak Kelapa
41
Tabel 4.5 Tabel Korelasi Spektrum FT-IR Sukrosa………………….
42
Tabel 4.6 Pengaruh Temperatur terhadap % Konversi Ester Sukrosa…
43
Tabel 4.7 Pengaruh Rasio Sukrosa : Asam Lemak terhadap % Konversi
44
Tabel 4.8 Pengaruh Waktu Inkubasi terhadap % Konversi Ester Sukrosa
46
Tabel 4.9 PengaruhMolecular sieve terhadap % Konversi Esterifikasi…
47
xiii
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hal
Lampiran 1. Komposisi Asam Lemak Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa
55
Lampiran 2. Perhitungan BM Hidrolisat Minyak Kelapa ………..
56
Lampiran 3. Perhitungan Rasio Bahan ……………………………
57
Lampiran 4. Perhitungan Aktivitas Free Lipase ……….…………
58
Lampiran 5
Data % Loading dan Efisiensi Immobilisasi…………
59
Lampiran 6. Perhitungan % Loading dan Efisiensi Immobilisasi….
60
Lampiran 7. Data Titrasi Asam Lemak Sisa Variasi Temperatur…
61
Lampiran 8. Data Titrasi Asam Lemak Sisa Variasi Rasio Substrat
62
Lampiran 9. Data Titrasi Asam Lemak Sisa Variasi Waktu Inkubasi
63
Lampiran 10. Data Titrasi Asam Lemak Sisa Variasi Molecular sieve
64
Lampiran 11. Perhitungan Konversi dan Perkiraan Derajat Substitusi
65
Lampiran 12. Data Spesifikasi Lipase Candida rugosa ……………
66
Lampiran 13. Data Analisis Minyak Kelapa……………………..…
68
Lampiran 14. Spektrum FT-IR Asam Lemak Minyak Kelapa ….…
69
Lampiran 15. Spektrum FT-IR Sukrosa ………………………
70
Lampiran 16. Spektrum FT-IR Silika Gel 60………………………
71
xiv
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Emulsifier merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan
yang sangat potensial dan banyak diaplikasikan secara luas dalam bidang industri,
seperti industri pangan, farmasi, detergen, kosmetik, dll. Seiring dengan
meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan lingkungan yang baik, permintaan
akan emulsifier yang ramah lingkungan dan mudah terdegradasi semakin
meningkat. Salah satu emulsifier yang memenuhi kriteria tersebut adalah ester
asam lemak sukrosa dengan derajat substitusi rendah. (Rakmi, 2000).
Ester asam lemak sukrosa dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi antara
sukrosa dengan asam lemak yang dapat dihidrolisis dari minyak kelapa. Reaksi
esterifikasi ini dilakukan secara enzimatis karena lebih mudah dilakukan, ramah
lingkungan, dan meminimalisasi produk samping yang terbentuk, dibandingkan
dengan sintesis secara kimiawi (Sakidja,1998).
Lipase merupakan jenis enzim hidrolase yang dapat menghidrolisis ikatan
gliserida pada trigliserida pada minyak atau lemak. Namun, pada kondisi tertentu,
lipase juga dapat mengkatalisis reaksi kebalikan dari hidrolisis, yaitu reaksi
esterifikasi (Banu OZTURK, 2001). Pada penelitian-penelitian sebelumnya, telah
berhasil disintesis ester asam lemak sukrosa secara enzimatis menggunakan
lipase.(Barkah dan Noviangsih, 2011).
Immobilisasi enzim merupakan teknik efisiensi enzim yang dilakukan
dengan bantuan media yang dapat mencegah terlarutnya enzim, sehingga dapat
mempertahankan aktivitas katalitik enzim tersebut. Dengan immobilisasi, enzim
dapat digunakan secara kontinyu dan berulang-ulang. (Praswati, et al., 2007).
Reaksi esterifikasi adalah reaksi reversible yang menghasilkan air sebagai
produk samping. Dalam keadaan banyak air, reaksi akan bergeser ke arah
hidrolisis. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi air tersebut. Salah satu cara
untuk meminimalisasi air adalah dengan menggunakan molecular sieve sebagai
penarik air.
Universitas Indonesia
4
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
2
Pada penelitian ini, dilakukan sintesis ester asam lemak sukrosa
menggunakan lipase yang diimmobilisasi menggunakan media silika gel 60.
Asam lemak diperoleh dari hidrolisis minyak kelapa. Lipase yang telah
diimmobilisasi ditentukan % loading dan efisiensi immobilisasinya. Dalam
penelitian ini, dilakukan juga penentuan aktiviats dari free lipase sebagai
pembanding. Lipase terimmobilisasi dengan efisiensi optimum kemudian
digunakan untuk reaksi esterifikasi. Produk hasil esterifikasi dikarakterisasi
dengan instrumentasi FT-IR dan dilakukan uji kualitatif emulsifier sederhana.
Untuk menghasilkan produk ester asam lemak sukrosa dengan persentase
konversi yang tinggi, perlu dilakukan studi optimasi kondisi reaksi esterifikasi,
yang meliputi optimasi waktu reaksi, temperatur reaksi, perbandingan konsentrasi
antara sukrosa dengan asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa, dan
penggunaan molecular sieve untuk penarik air, karena esterifikasi berada pada
kondisi sedikit air.
1.2 Perumusan Masalah
Lipase yang berasal dari Candida rugosa dapat digunakan sebagai katalis
dalam reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak minyak kelapa.
Kebutuhan enzim lipase yang semakin meningkat akan mengakibatkan
penggunaan lipase yang tidak terbatas, sehingga dibutuhkan teknik immobilisasi
enzim untuk mengefisiensikan penggunaan lipase tersebut. Pada penelitian ini
dilakukan studi mengenai aktivitas katalitik lipase Candida rugosa yang telah
diimmobilisasi dalam matriks silika gel 60 pada reaksi esterifikasi tersebut dan
melihat bagaimana pengaruh immobilisasi terhadap peningkatan katalitik lipase.
Untuk memperoleh % konversi esterifikasi yang cukup tinggi, digunakan
molecular sieve sebagai penarik air dan dilihat pengaruhnya dalam peningkatan
reaksi esterifikasi. Selain itu, ditentukan juga kondisi optimum untuk reaksi
esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa.
Produk esterifikasi yang terbentuk, dikarakterisasi dan diuji emulsifier sederhana
sehingga dapat ditentukan apakah produk esterifikasi tersebut dapat bertindak
sebagai emulsifier atau tidak.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
3
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah lipase terimmobilisasi dapat digunakan sebagai katalis
dalam reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak hasil hidrolisis
minyak kelapa.
2. Melihat pengaruh immobilisasi terhadap peningkatan katalitik enzim
lipase dan pengaruh penggunaan molecular sieve dalam peningkatan
reaksi esterifikasi.
3. Mencari kondisi optimum dari reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan
asam lemak minyak kelapa dengan bantuan enzim lipase terimmobilisasi
sebagai katalis.
1.4 Hipotesis
1. Lipase Candida rugosa dapat digunakan sebagai katalis dalam reaksi
esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak hasil hidrolisis minyak
kelapa.
2. Immobilisasi enzim dengan silika gel 60 dapat mempertahankan aktivitas
katalitik enzim.
3. Waktu reaksi, temperatur, molecular sieve serta perbandingan konsentrasi
sukrosa dengan asam lemak dapat berpengaruh terhadap sintesis ester
asam lemak sukrosa.
4. Ester sukrosa dengan derajat substitusi rendah dapat berperan sebagai
emulsifier.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman serbaguna atau
tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Pohon kelapa sering disebut
pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar,
batang, daun, dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan
manusia sehari-hari (http://lc.bppt.go.id/iptek/index.php). Gambar 2.1
menunjukkan bentuk fisik dari tanaman kelapa.
Taksonomi dari tumbuhan kelapa adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Sub Kelas
: Arecidae
Ordo
: Arecales
Famili
: Arecaceae
Genus
: Cocos
Spesies
: Cocos nucifera L
Gambar 2.1 Tanaman Kelapa
(www.plantamor.com)
2.2 Minyak Kelapa
Minyak kelapa adalah minyak nabati yang berasal dari daging buah kelapa
tua, baik dalam bentuk segar maupun daging kering (kopra). Minyak ini
merupakan senyawa netral dan larut dalam pelarut minyak yang umumnya tidak
larut dalam air. Minyak kelapa adalah ester dari gliserol dengan berbagai asam
monokarboksilat berantai lurus, yang dikenal dengan nama asam lemak, yang
terbagi dalam asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh (Gazuini, 1993).
Gambar 2.2 menunjukkan bentuk fisik kopra, penghasil buah kelapa.
Universitas Indonesia
23
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
5
Gambar 2.2 Daging Buah Kelapa (Kopra), Penghasil Minyak Kelapa
[Sumber : www.coconutmic.com/id/produksi/buahkelapa]
Minyak kelapa merupakan sumber utama asam laurat, karena memiliki
kandungan asam laurat lebih dari 50 %. Tabel 2.1 memperlihatkan komposisi
asam lemak dari minyak kelapa.
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa
[Sumber: Ketaren, 1986]
Pada Tabel 2.1 terlihat bahwa minyak kelapa memiliki asam lemak jenuh
sekitar 92% , hanya sekitar 8% yang berupa asam lemak tak jenuh yaitu oleat dan
linoleat.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
6
2.3 Asam Lemak
Asam lemak ialah asam yang diperoleh dari penyabunan minyak dan
lemak, yang merupakan asam organik berantai panjang yang memiliki atom
karbon dari 4 sampai 24. Senyawa ini memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor
hidrokarbon non polar yang panjang, yang menyebabkan kebanyakan lipid tidak
larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Hart, Craine, Hart, 2003).
Asam lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel atau
jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada berbagai
kelas lipida yang berbeda. Namun, asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan ini
oleh hidrolisis secara kimiawi ataupun enzimatik. (Albert L. Lehninger, 2005).
Hampir semua asam lemak di alam memiliki jumlah atom karbon genap
dan yang paling dominan adalah 16-18 atom karbon. Asam lemak yang umum
dijumpai bersifat tidak larut dalam air, tetapi dapat terdispersi menjadi misel di
dalam NaOH atau KOH encer yang mengubah asam lemak menjadi sabun.
(Albert L. Lehninger, 2005).
Sifat fisika asam lemak bergantung pada komposisi asam lemak
pembentuknya. Titik didih asam lemak bertambah dengan kenaikan berat molekul
asam lemak. Asam lemak tidak jenuh dengan jumlah atom C yang sama dengan
asam lemak jenuh memiliki titik didih yang lebih rendah (Lurgi, 1989). Titik beku
asam lemak bertambah dengan pertambahan berat molekul dan berkurang dengan
pertambahan ketidakjenuhan asam lemak. Titik beku dapat dikorelasikan dengan
tingkat ketidakjenuhan suatu asam lemak dan digunakan secara luas untuk
mengidentifikasikan kemurnian asam lemak (Unichema International, 1998).
2.4 Sukrosa
Salah satu disakarida komersial yang paling penting ialah sukrosa
(C11H22O11), yang biasa dikenal sebagai gula pasir, karena lebih dari 100 juta ton
diproduksi setiap tahun di dunia. Sukrosa terjadi dalam semua tumbuhan
fotosintetik, yang berfungsi sebagai sumber energi. Senyawa ini diperoleh secara
komersial dari batang tebu dan bit gula, yang kadarnya 14-20% dari cairan
tumbuhan tersebut (Harold Hart, Lesie E. Craine, dan David J. Hart, 2003).
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
7
Sukrosa merupakan disakarida yang disintesis dari monosakarida Dglukosa dan D-fruktosa melalui ikatan glikosidik. Ikatan ini menghubungkan atom
C-1 anomerik dari α-D-glukosa dan C-2 anomerik dari β-D-fruktosa, melalui
suatu jembatan oksigen yang menghasilkan suatu ikatan α-(1-2). Dalam struktur
sukrosa - baik glukosa maupun fruktosa yang menyusunnya - tidak memiliki
gugus hemiasetal, sehingga sukrosa di dalam air tidak berada pada keadaan
kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehid atau keton. (Albert L. Lehninger,
2005). Gambar 2.3 menunjukkan struktur formula dari sukrosa.
Sukrosa
α-D-glukopiranosa-β-D-fruktofuranosa
Glu(α1↔β2)Fru
Gambar 2.3 Struktur Sukrosa
[Sumber: Lehninger, 2005 (dengan pengolahan kembali)]
2.5 Enzim
Enzim merupakan suatu biomolekul yang memiliki kemampuan untuk
mengkatalisis suatu reaksi kimia tanpa habis bereaksi. Dalam beberapa sumber,
enzim diartikan sebagai katalis biologis yang diperlukan oleh semua sel hidup
untuk melaksanakan reaksi biokimia, di dalam maupun di luar sel, dan juga
berperan mendukung hampir semua reaksi kimia untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Enzim umumnya berupa protein, kecuali ribozym, yang
bekerja dengan cara mengikat reaktan (substrat) kemudian mengubahnya menjadi
produk, lalu melepaskan produk tersebut dengan membebaskan kembali
enzimnya. Substrat tersebut diikat pada sisi pengikatan yang spesifik dari molekul
enzim, melalui interaksi dengan residu asam amino yang menyusun enzim
tersebut (Albert L. Lehninger, 2005).
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
8
Banyak enzim memerlukan molekul kecil non-protein sebagai kofaktor /
koenzim untuk aktivitas katalitiknya. Koenzim adalah suatu senyawa organik
yang terikat lemah (non-kovalen), umumnya berupa vitamin yang termodifikasi
(misalnya thiamin pirofosfat, piridoksal fosfat, NADH), sedangkan kofaktor
adalah ion anorganik yang jumlahnya satu atau lebih seperti Fe2+, Mg2+, Mn2+,
atau Zn2+. Pada beberapa enzim, koenzim atau ion logam terikat kuat / terikat
secara permanen yang disebut gugus prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna
dan aktif mengkatalisis bersama dengan koenzim / gugus logamnya disebut
holoenzim. Koenzim dan ion logam bersifat stabil sewaktu pemanasan, sedangkan
bagian protein enzim yang disebut apoenzim terdenaturasi oleh pemanasan.
(Albert L. Lehninger, 2005).
APOENZIM
protein (inaktif)
+
KOENZIM
non-protein
→ HOLOENZIM
enzim aktif
2.5.1 Klasifikasi Enzim
Pada umumnya, enzim diberi nama dengan menambahkan akhiran –ase
kepada nama substratnya, tetapi banyak enzim yang telah dinamakan dengan tidak
menerangkan substratnya, seperti pepsin dan tripsin. (Albert L. Lehninger, 2005).
Tabel 2.2 berikut ini menunjukkan klasifikasi enzim secara internasional :
Kelas Enzim
Tabel 2.2. Klasifikasi Enzim
Tipe Reaksi
Oksidoreduktase
Mengkatalisis reaksi redoks (transfer elektron atau proton)
Transferase
Transfer atom atau gugus dari suatu substrat ke lainnya
Hidrolase
Reaksi hidrolisis
Liase
Pelepasan gugus dari suatu substrat selain dengan cara
hidrolisis, sering meninggalkan ikatan rangkap
Isomerase
Reaksi isomerasi
Ligase
Pembentukan ikatan baru yang disertai dengan pemutusan
ATP atau nukleosida trifosfat lainnya
[Sumber: Albert. L. Lehninger, Principle of Biochemistry, 2005]
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
9
2.5.2 Kerja Enzim
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk
menghasilkan senyawa intermediet melalui suatu reaksi kimia organik. Enzim
meningkatkan kecepatan reaksi kimia dengan menurunkan energi aktivasi. Energi
aktivasi adalah jumlah energi dalam kalori yang diperlukan untuk membawa
semua molekul pada 1 mol senyawa pada suhu tertentu menuju tingkat transisi
pada puncak batas energi.
E+S ↔
ES
↔
ES*
↔
P+E
dengan E : enzim, S: substrat, ES: kompleks enzim substrat, ES*: senyawa antara
pada keadaan transisi, P: produk (Albert L. Lehninger, 2005). Gambar 2.4
merupakan ilustrasi yang menggambarkan fenomena tersebut.
E
n
e
r
g
i
Tanpa Katalis
Dengan Katalis
Kecepatan Reaksi
Gambar 2.4 Penurunan Energi Aktivasi oleh Enzim
[Sumber: Harper’s Ilustrated Biochemistry, 2003 (dengan pengolahan kembali)]
Kerja suatu enzim bersifat spesifik terhadap reaksi yang dikatalisisnya.
Pada umumnya, terdapat empat tipe spesifisitas enzim, yaitu:

Spesifik absolut : satu enzim hanya mengkatalisis satu substrat (reaksi).

Spesifik ikatan : enzim hanya mengkatalisis satu tipe reaksi tertentu
dengan substrat yang memiliki ikatan tertentu.

Spesifik gugus fungsi : enzim hanya mengkatalisis substrat dengan gugus
fungsi tertentu (asam amino, fosfat, metil).
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
10

Spesifik stereokimia : enzim hanya mengkatalisis substrat dengan
stereokimia tertentu.
Ada dua hipotesis tentang cara kerja enzim, yaitu model lock and key dan
model induced fit. Mekanisme lock and key dikemukakan oleh seorang ilmuwan
berkebangsaan Jerman bernama Emil Fischer. Pada model lock and key, substrat
atau bagian substrat harus mempunyai bentuk yang sangat tepat dengan sisi
katalitik enzim. Substrat ditarik oleh sisi katalitik enzim yang cocok untuk
substrat tersebut, sehingga terbentuk kompleks enzim substrat. Pada model
induced fit, lokasi aktif beberapa enzim mempunyai konfigurasi yang tidak kaku.
Enzim berubah bentuk menyesuaikan diri dengan bentuk substrat setelah terjadi
pengikatan. Jadi, tautan yang cocok pada keduanya dapat diinduksi ketika
terbentuk kompleks enzim-substrat. Gambar 2.5 menunjukkan mekanisme kerja
enzim dengan model lock and key dan induced fit:
1. Model Lock and Key
2. Model Induced Fit
Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Enzim (1) Model Lock and Key, (2) Model
Induced Fit
[Sumber: kimia.upi.edu (dengan pengolahan kembali)]
Dalam melakukan aktivitasnya sebagai katalis, enzim harus berada pada
kondisi yang sesuai, sehingga kerja enzim menjadi optimal. Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi aktivitas katalisis enzim, di antaranya:
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
11

Konsentrasi substrat : pada konsentrasi enzim yang konstan sampai batas
tertentu, jika konsentrasi substrat relatif rendah, maka laju reaksi
meningkat secara linier dengan bertambahnya konsentrasi substrat.

pH : setiap enzim memiliki pH optimum dan pada pH tersebut laju reaksi
katalisis maksimum. Pada perubahan pH yang lebih rendah dari nilai pH
optimum, aktivitas katalitik enzim cenderung menurun, karena terjadi
perubahan ionisasi dari gugus fungsi pada pusat aktif enzim, sedangkan
pada perubahan pH yang besar, akan terjadi denaturasi protein enzim.

Suhu / temperatur : meningkatnya temperatur akan meningkatkan laju
reaksi, karena kenaikan temperatur akan meningkatkan energi kinetik
molekul-molekul. Di atas temperatur optimumnya, enzim akan
terdenaturasi sehingga menurunkan aktivitas katalitiknya.

Konsentrasi enzim : konsentrasi enzim berbanding lurus dengan laju
reaksi. Semakin tinggi konsentrasi enzim maka laju reaksi juga akan
meningkat.

Aktivator dan inhibitor : aktivator adalah senyawa yang dapat
meningkatkan aktivitas enzim, misalnya Zn2+ merupakan aktivator enzim
karbonik anhidrase, sedangkan inhibitor adalah senyawa yang dapat
menghambat aktivitas enzim. (Albert L.Lehninger, 2005).
2.6 Lipase
Lipase (triasilgliserol ester hidrolase, EC. 3.1.1.3) adalah enzim yang
memilki kemampuan mensintesis minyak atau lemak. Lipase juga mengkatalisis
hidrolisis triasilgliserol pada interfase minyak dalam air dan akan membentuk
ikatan ester pada lingkungan dengan kondisi sedikit air. Reaksi yang mungkin
terjadi pada kondisi lingkungan tersebut adalah esterifikasi, transesterifikasi,
polimerisasi, laktonisasi (Divakar dan Manohar, 2007).
Reaksi yang dikatalisis oleh lipase berlangsung pada sisi aktif enzim.
Sisi aktif lipase terdiri atas trio residu asam amino yaitu serin, histidin, dan
aspartat. Dalam struktur enzim, sisi aktif ini tersembunyi di balik suatu tutup,
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
12
yaitu polipeptida yang sering disebut lid enzim. Secara fisiologis lid enzim
tersebut berfungsi untuk mencegah kerusakan proteolitik asam-asam amino sisi
aktif, yang akan berdampak negatif terhadap aktivitas enzim. Lid bersifat fleksibel
dan pada waktu membuka menyebabkan substrat dapat mencapai sisi aktif enzim.
Lid mengandung residu triptofan (Trp) yang bersifat nonpolar.
Pada saat enzim inaktif, sisi aktif lipase masih berada dalam keadaan
tertutup karena lid berinteraksi dengan residu hidrofobik di sekitar inti katalitik.
Keberadaan lingkungan hidrofobik (nonpolar) di sekitar enzim akan memberikan
kesempatan bagi lid untuk membuka, karena adanya interaksi antara area
nonpolar lid dengan lingkungan hidrofobik. Perubahan struktur yang
menyebabkan terbukanya sisi aktif ini, menyebabkan substrat mudah untuk
berafinitas dengan sisi aktif lipase, sehingga terjadi proses katalisis. (Brady et al,
1990). Gambar 2.6 menunjukkan struktur tiga dimensi dari lipase.
Gambar 2.6 Struktur tiga dimensi Lipase
[Sumber: Bei Gao,et.al., 2010]
Lipase dapat diperoleh dari hewan, mikroorganisme, dan tumbuhan.
Lipase yang berasal dari mikroorganisme lebih umum digunakan, baik untuk
kebutuhan laboratorium maupun industri. Keuntungan memproduksi lipase dari
mikroorganisme adalah produksi enzim dapat ditingkatkan dalam skala besar
dalam ruangan yang relatif terbatas. Salah satu mikroorganisme yang mampu
menghasilkan lipase dengan aktivitas yang cukup tinggi adalah khamir Candida
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
13
rugosa, karena khamir ini memiliki kemampuan hidup di berbagai lingkungan
yang terdapat kandungan makanan atau nutrisi yang kompleks (Banu OZTURK,
2001). Oleh sebab itu, pada penelitian ini digunakan lipase yang berasal dari
Candida rugosa.
Keunggulan reaksi enzimatis dibandingkan reaksi kimia biasa adalah
spesifisitasnya. Spesifisitas enzim adalah kemampuan suatu enzim untuk
mendiskriminasi substrat-substratnya berdasarkan perbedaan afinitas substrat
dalam mencapai sisi aktif enzim, membentuk kompleks enzim-substrat, dan
akhirnya membentuk produk. Spesifisitas suatu enzim merupakan ciri khas yang
berkaitan dengan struktur tiga dimensi yang dimiliki oleh enzim tersebut.
Spesifisitas lipase terhadap substrat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Spesifisitas jenis lipid, yaitu kemampuan lipase untuk bereaksi dengan
jenis lipid tertentu. Misalnya, lipase asal pankreas memiliki tingkat
hidrolisis terhadap triasilgliserol lebih tinggi dibandingkan diasilgliserol
dan monoasilgliserol.

Spesifisitas posisi, yaitu kemampuan lipase untuk menghidrolisis ikatan
ester pada triasilgliserol pada posisi primer (sn-1 dan sn-3) atau posisi
sekunder (sn-2). Produk yang dihasilkan tidak hanya asam lemak bebas
dan gliserol, melainkan juga monogliserida dan digliserida.

Spesifisitas asam lemak, yaitu berdasarkan pada panjang rantai dan / atau
derajat ketidakjenuhan asam lemak.

Spesifisitas alkohol, yaitu berhubungan dengan reaksi sintesis ester karena
setiap lipase memiliki perbedaan dalam aktivitas esterifikasinya terhadap
jenis alkohol. (Banu OZTURK, 2001).
2.7 Immobilisasi Enzim
Sebagian enzim berada tidak dalam keadaan bebasnya, terutama dalam
struktur membran sel, atau yang biasa disebut in vivo. Immobilisasi enzim artinya
membuat enzim mendekati keadaan in vivo, sehingga enzim tersebut memiliki
efisiensi dan stabilitas yang baik, dapat dipakai berulang kali, ekonomis (untuk
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
14
industri), dan secara teknologi dapat dikontrol dengan baik. Terdapat empat
metode immobilisasi enzim, yaitu inklusi dalam matriks (gel, polimer, mikro
kapsul, dan serat), adsorpsi dengan media interaksi sekunder pada suport organik
dan mineral, melalui ikatan kovalen, dan enkapsulasi (P.W.Carr dan L.D Bowers,
1980).
Prinsip immobilisasi inklusi adalah mengikat atau menjebak enzim dalam
suatu matriks secara fisik. Kelebihan metode ini adalah reaksi
polimerisasi/gelifikasi sudah banyak dikenal, resiko denaturasi kecil, dan dapat
digunakan untuk semua enzim. Kekurangan dari metode ini adalah adanya
lokalisasi enzim dalam polimer, problem sterik untuk difusi, dan terkadang sifat
mekanik gel kurang baik terutama untuk reaktor tetap.
Prinsip dari imobilisasi adsorpsi adalah retensi enzim pada permukaan fase
solid melalui interaksi sekunder antara gugus fungsi enzim dengan suport.
Interaksi yang terjadi dapat berupa ikatan hidrogen, Van der Waals, ikatan ionik,
transfer muatan, pertukaran ligan, dan chemosorption. Kelebihan metode ini
adalah proses adsorpsi cukup sederhana yaitu hanya dengan melakukan kontak
antara enzim dengan suport. Jika aktivitas enzim menurun dapat dilakukan
regenerasi dengan cara desorpsi dan diganti dengan enzim aktif. Kelemahan
metode ini adalah resiko desorpsi yang cukup tinggi, afinitas enzim terhadap
suport sangat bergantung pada gugus fungsi di permukaan enzim, problem sterik,
dan kapasitas adsorpsi juga sangat bergantung pada luas permukaan suport yang
tersedia (P.W.Carr dan L.D Bowers, 1980).
Immobilisasi kovalen memiliki kelebihan utama yaitu kemungkinan
desorpsi pada immobilisasi dapat dihindari dengan cara pembentukan ikatan
kovalen. Ada dua metode pada immobilisasi ini yaitu dengan suport dan tanpa
suport. Kelebihan lain dari metode immobilisasi ini adalah kuat ikatannya
terhadap pencucian, variasi pH, dan kuat ion, metode aktivasi dan rendemen yang
baik, strukturnya rigid, serta resisten terhadap denaturasi. Kekurangan dari
metode imobilisasi ini adalah reaksi lebih kompleks, suport organik kurang
memberikan sifat mekanik yang baik dan sensitif terhadap mikroorganisme,
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
15
suport mineral mempunyai sifat mekanik lebih baik tetapi dengan kapasitas
penggabungan yang lebih rendah. (P.W. Carr dan L.D. Bowers, 1980).
Teknik mikroenkapsulasi adalah suatu teknik yang menggunakan enzim
atau sel mikroba yang dilingkupi oleh membran polimer semipermeabel yang
bulat dengan diameter 1-100 μm. Walaupun molekul enzim atau sel mikroba
dilingkupi oleh membran, substrat maupun produk dapat berdifusi secara bebas
melalui membran. Bahan yang digunakan adalah liposom-polimer (Cao, 2005).
Ilustrasi dari keempat metode immobilisasi enzim ditunjukkan pada Gambar 2.7.
a. Metode Adsorpsi
b. Metode Ikatan
Kovalen
c. Metode
Entrapment
d. Metode
Enkapsulasi
Gambar 2.7 Metode Immobilisasi Enzim (a) Adsorpsi, (b) Ikatan Kovalen,
(c) Entrapment, (d) Enkapsulasi Enzim
[Sumber: Josh Haacker’s Illustrated, 2007 dalam Ichiro Chibata (1978)
(dengan pengolahan kembali)]
2.8 Silika Gel
Silika gel merupakan bentuk silika (SiO2) yang memiliki pori dan
amorphous. Material ini tersusun dari kumpulan jaringan pori mikroskopis yang
saling berhubungan, dengan luas permukaan 700-800 m2/g. Silika gel memiliki
pori yang besar dengan diameter antara 5-3000 Å. Struktur inilah yang
memberikan kemampuan silika gel dapat bertindak sebagai media pengabsorb
(desiccant). Molekul air melekat pada permukaan gel karena gel ini memiliki
tekanan uap yang lebih rendah daripada udara sekelilingnya. Saat kesetimbangan
tekanan tercapai, tak ada lagi adsorpsi yang muncul. Dengan demikian, lebih
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
16
tinggi kelembaban udara lingkungan, akan lebih banyak jumlah air yang
teradsorpsi. (Steven Weintaurb, 2002).
Silika gel memiliki banyak sifat, di antaranya :
 Dapat mengadsorpsi uap air 1-3 kali beratnya sendiri.
 Dapat diregenerasi dan digunakan kembali jika diperlukan, yaitu dengan
memanaskan silika gel akan menghilangkan uap air yang teradsorpsi dan dapat
dipakai kembali.
 Merupakan materi yang sangat inert, tidak dapat bereaksi secara normal dengan
materi lain, dengan pengecualian unsur alkali yang kuat serta asam
hidroflourik.
 Merupakan materi yang tidak beracun dan tidak terbakar. (Praswati PDK
Wulan, 2007).
Silika biasanya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dengan berbagai
ukuran bergantung aplikasi yang dibutuhkan. Sebagai contoh dalam industri ban,
karet, gelas, semen, beton, keramik, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik, cat, film,
pasta gigi, dan lain-lain. Untuk proses penghalusan atau memperkecil ukuran dari
silika umumnya digunakan metode milling. Silika dengan ukuran yang halus
inilah yang biasanya banyak digunakan dalam industri. Pada penelitian ini
digunakan silika gel 60 sebagai media immobilisasi enzim, dengan ukuran pori
0,040-0,063 mm (230-400 mesh).
2.9 Molecular Sieve
Molecular sieve adalah unit material yang memiliki pori-pori kecil atau
halus dengan ukuran yang telah distandarisasi dan diseragamkan. Pori-pori
tersebut dapat dengan selektif melanjutkan atau menangkap molekul-molekul
yang lewat berdasarkan besar-kecilnya ukuran molekul. Atas cara kerjanya
tersebut material ini sering disebut sebagai desiccant. Kemampuan molecular
sieve dalam menangkap molekul H2O cukup tinggi, yaitu sampai 20-25% dari
berat molecular sieve. Molecular sieve dapat diregenerasi dengan metoda
pemanasan dan purging. Jenis molecular sieve yang banyak digunakan untuk
menangkap H2O adalah silika gel. Jenis-jenis lain yang banyak digunakan di
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
17
industri adalah zeolite, alumina, lime, dan karbon aktif. (Migas Indonesia, 2007).
Gambar 2.8 menggambarkan bentuk fisik dari molecular sieve.
Gambar 2.8 Molecular sieve
[Sumber: Caledon, 1993]
Berdasarkan kemampuan adsorbsinya, molecular sieve dapat dibagi
menjadi 5 tipe, yaitu:

Tipe 3A , yaitu yang memiliki pori sebesar 3 Å dan merupakan adsorben
untuk NH3, H2O, dan cairan yang bersifat polar.

Tipe 4A, yaitu yang memiliki pori sebesar 4 Å dan merupakan adsorben
untuk H2O, CO2, SO2, H2S, C2H4, C2H6, C3H6, etanol, cairan yang bersifat
nonpolar dan gas.

Tipe 5A, yaitu yang memiliki pori sebesar 5 Å dan merupakan adsorben
untuk senyawa hidrokarbon (sampai n-C4H10), alkohol (sampai C4H9OH),
dan mercaptan (sampai C4H9SH).

Tipe 10x, yaitu yang memiliki pori sebesar 8 Å dan merupakan adsorben
untuk senyawa hidrokarbon bercabang dan aromatik.

Tipe 13x, yaitu yang memiliki pori sebesar 10 Å dan merupakan adsorben
untuk di-n-butilamin, tetap tidak untuk tri-n-butilamin.
Dalam beberapa penelitian, molecular sieve bekerja layaknya adsorben
yang dapat menarik air, sehingga mencegah terjadinya reaksi hidrolisis dan dapat
mendorong kesetimbangan bergeser ke arah esterifikasi. Oleh karena itu,
molecular sieve digunakan untuk penyaringan hasil reaksi esterifikasi. (Verma,
dkk, 2011).
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
18
2.10 Esterifikasi
Ester adalah turunan asam karboksilat, dengan gugus hidroksi (-OH) dari
asam karboksilat digantikan oleh gugus alkoksi (-OR). Kebanyakan ester
merupakan zat yang berbau enak, menyebabkan cita rasa dan harum dari banyak
buah-buahan dan bunga, seperti pentil asetat yang berbau pisang. Campuran ester
digunakan dalam parfum dan cita rasa buatan (Hart, Craine, Hart, 2003).
Reaksi pembentukan suatu ester disebut sebagai reaksi esterifikasi. Reaksi
ini berlangsung antara asam karboksilat dengan alkohol. Bila dilakukan tanpa
katalis, maka reaksi ini akan berjalan dengan lambat. Reaksi esterifikasi biasanya
menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4. Reaksi esterifikasi yang
berkataliskan asam merupakan reaksi yang reversibel, sehingga untuk
memperoleh hasil yang tinggi, kesetimbangan harus bergeser ke arah produk.
(Devidek, 1990). Menurut prinsip Le Chatelier, penambahan salah satu reaktan
secara berlebihan pada sistem kesetimbangan menyebabkan pergeseran reaksi
yang mengarah ke pembentukan produk. Selain dengan katalis asam, reaksi
esterifikasi juga dapat berlangsung dengan bantuan enzim sebagai katalis. Gambar
2.9 berikut menunjukkan gambaran reaksi esterifikasi dengan katalis asam:
Gambar 2.9 Reaksi esterifikasi dengan katalis asam
[Sumber: Harold Hart, Lesie Craine, dan David J. Hart, 2003]
Reaksi esterifikasi secara enzimatis lebih banyak digunakan karena
sintesis secara enzimatis membutuhkan kondisi reaksi yang lunak (pada suhu dan
tekanan rendah), ramah lingkungan, memiliki efisiensi katalisis yang tinggi, serta
memilki regioselektifitas yang tinggi sehingga meminimalisasi terbentuknya
produk samping (Sakidja, 1998).
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
19
Salah satu korelasi terbaik antara aktivitas enzim lipase dalam reaksi
esterifikasi adalah hidrofobisitas pelarut (Laane et al., 1987). Parameter
hidrofobisitas pelarut dapat ditentukan dengan menggunakan nilai log P. Fungsi
log P adalah untuk mengetahui kecenderungan proporsional antara aktivitas
katalitik yang tinggi dengan hidrofobisitas yang tinggi pula. (Reslow, et al. 1987
dan Singh 2007).
Pada umumnya, aktivitas katalisis suatu biokatalisis dibagi atas:
(i) tinggi pada pelarut dengan nilai log P >4 (misalnya dekanol, heksadekana,
heptana, oktana)
(ii) sedang pada pelarut dengan nilai log P antara 2 dan 4 ( misalnya heptanol,
toluen, oktanol, heksana)
(iii) rendah pada pelarut dengan nilai log P dibawah 2 (misalnya alkohol-alkohol
rantai pendek serta pelarut organik larut air) (Laane et.al, 1987).
Pada penelitian ini, hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pelarut
adalah tingkat perbedaan kepolaran dengan sukrosa. Sukrosa merupakan senyawa
yang bersifat polar, sehingga semakin besar nilai log P dari pelarut, maka
perbedaan kepolaran antara sukrosa dengan pelarut akan semakin tinggi, sehingga
kemungkinan terjadinya kontak antara sukrosa dengan asam lemak minyak kelapa
akan semakin kecil. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
mengenai reaksi esterifikasi enzimatis menggunakan enzim lipase, diketahui
bahwa pelarut organik yang memberikan persentase konversi tertinggi adalah nheksana. n-Heksana merupakan pelarut organik yang memiliki nilai log P = 3,5
(Syamsul, et al, 2010). Oleh karena itulah pada reaksi esterifikasi kali ini
digunakan pelarut n-heksana.
2.11. Ester Asam Lemak Sukrosa
Ester asam lemak sukrosa merupakan ester non-ionikyang memiliki gugus
yang bersifat lipofilik dan hidrofilik. Ester ini bersifat tidak dapat dicerna (nondigestible), tidak dapat diserap, dan merupakan bahan yang sifat fisik dan
kimianya menyerupai minyak atau lemak konvensional (Akoh dan Swanson,
1994).
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
20
Sifat ester sukrosa bergantung pada derajat esterifikasi dari sukrosa.
Semakin tinggi derajat esterifikasinya, ester sukrosa semakin mendekati sifat
lipofilik. Semakin pendek dan tidak jenuh kostituen asam lemak, ester sukrosa
akan semakin bersifat hidrofilik. Derajat esterifikasi dan kostituen asam lemak
akan menghasilkan sifat fungsional dan sifat fisiko-kimia yang berbeda dari ester
sukrosa (Harringan dan Breene, 1989). Hubungan antara derajat esterifikasi
dengan ester sukrosa asam lemak ditunjukkan pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Hubungan Derajat Esterifikasi dengan Sifat Ester Sukrosa
[Sumber: Harringan dan Breene, 1989]
Ester asam lemak sukrosa memiliki banyak kegunaan bergantung pada
derajat substitusinya. Ester sukrosa dengan derajat substitusi 1-3 dapat digunakan
sebagai emulsifier non-ionik karena memilki karakteristik emulsifying,
solubilizing, dan foaming yang baik. Selain itu, ester sukrosa memiliki sifat
biodegradable yang baik dan ramah lingkungan, tidak toksik, tidak menyebabkan
iritasi kulit, tidak berbau dan tidak berasa, karena berasal dari bahan alami, yaitu
sukrosa dan asam lemak. Ester sukrosa dapat diaplikasikan secara luas dalam
bidang industri makanan, detergen, kosmetik, dll. (Rakmi, 2000). Gambar 2.11
menunjukkan struktur poliester sukrosa:
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
21
Olestra
Poliester Sukrosa dengan 6-8 Asam Lemak
Gambar 2.11 Struktur Polieser Sukrosa atau Olestra
[Sumber: extoxnet.orst.edu]
Ester sukrosa asam lemak digunakan sebagai emulsifier dalam sistem
minyak dalam air (o/w) dan air dalam minyak (w/o). Salah satu faktor yang
mempengaruhi jenis emulsi tersebut adalah derajat substitusi dari ester sukrosa
yang digunakan. Karakteristik dari surfaktan / emulsifier dapat diklasifikasikan
berdasarkan nilai Hydrophilic-Lipophilic Balance (HLB). Pada ester asam lemak
sukrosa, klasifikasi HLB didasarkan pada gugus asil (bercabang atau tidak),
derajat esterifikasi (mono, di-, tri-, dan seterusnya), serta pada derajat polimerisasi
karbohidrat (monosakarida atau disakarida) (Whitehurst, 2004). Pada Gambar
2.12 ditunjukkan hubungan HLB dengan emulsifiers.
HLB dan Emulsifier dalam Minyak / Air
minyak
air
Hidrofilik
Kesetimbangan
Lipofilik
HLB tinggi
HLB tepat
HLB rendah
Gambar 2.12 Hubungan HLB dan Emulsifiers
[Sumber: Whitehurst, 2004 (dengan pengolahan kembali)]
2.12 Emulsifier
Emulsifier atau zat pengemulsi didefinisikan sebagai senyawa yang
mempunyai aktivitas permukaan (surface-active agents) sehingga dapat
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
22
menurunkan tegangan permukaan (surface tension) antara udara-cairan dan
cairan-cairan yang terdapat dalam suatu sistem. Kemampuannya menurunkan
tegangan permukaan menjadi hal menarik karena emulsifier memiliki keunikan
struktur kimia yang mampu menyatukan dua senyawa berbeda polaritasnya.
Daya kerja emulsifier mampu menurunkan tegangan permukaan yang
dicirikan oleh bagian lipofilik (non-polar) dan hidrofilik (polar) yang terdapat
pada struktur kimianya. Ukuran relatif bagian hidrofilik dan lipofilik zat
pengemulsi menjadi faktor utama yang menentukan perilakunya dalam
pengemulsian. Bila emulsifier tersebut lebih terikat pada air atau lebih larut dalam
air (polar) maka dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air
sehingga terjadilah emulsi minyak dalam air (o/w), contohnya susu. Bila
emulsifier lebih larut dalam minyak (nonpolar) terjadilah emulsi air dalam minyak
(w/o), contoh margarin dan mentega. (P.W. Atkins, 1999).
2.13 Instrumentasi FT-IR
Spektroskopi infra merah adalah salah satu teknik spektroskopi yang
banyak digunakan untuk analisis suatu senyawa. Tujuan utama dari spektroskopi
ini adalah menentukan gugus fungsi yang ada pada suatu senyawa, karena setiap
gugus fungsi memiliki karakteristik infra merah yang berbeda-beda. Absorbsi
radiasi infra merah sesuai dengan tingkat energi vibrasi dan rotasi pada ikatan
kovalen yang mengalami perubahan momen dipol dalam suatu molekul. Hal ini
berarti hampir seluruh molekul yang berikatan kovalen dapat mengabsorbsi
radiasi infra merah. Hanya molekul-molekul diatomik tertentu misalnya H2, N2,
dan O2 yang tidak dapat mengabsorbsi infra merah, karena vibrasi dan rotasinya
tidak menghasilkan perubahan momen dipol.
Daerah spektrum elektronik infra merah terletak antara 13.000 sampai 10
cm-1, atau antara 0,78 sampai 1000 μm. Bila suatu molekul menyerap sinar IR
maka di dalam molekul akan terjadi perubahan tingkat energi vibrasi/rotasi, tetapi
hanya transisi vibrasi/rotasi yang dapat menyebabkan perubahan momen dipol
yang aktif mengabsorbsi sinar IR (Sunardi, 2005).
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
BAB 3
METODE PENELITIAN
Secara umum, penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan, yaitu hidrolisis
minyak kelapa untuk mendapatkan asam lemak, immobilisasi enzim lipase dengan
silika gel 60, sintesis ester asam lemak sukrosa, analisis produk dengan
instrumentasi FT-IR, dan uji sederhana produk hasil reaksi sebagai emulsifier.
Optimasi reaksi esterifikasi dilakukan pada beberapa variabel yaitu optimasi
waktu reaksi, suhu, perbandingan mmol antara sukrosa dengan asam lemak, dan
berat molecular sieve. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia,
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia.
Lipase
Asam Lemak Hasil
Hidrolisis
Silika Gel
Sukrosa
Optimasi esterifikasi
immobilisasi
-waktu inkubasi
-temperatur
Enzim
Terimmobilisasi
- rasio substrat
-molecular sieve
Produk Ester
Analisis:
Gambar 3.1 Skematik Prosedur Kerja
-
FTIR
-
Derajat substitusi
-
Uji Emulsifier
Universitas Indonesia
23
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
24
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat yang digunakan
Pada penelitian ini, alat-alat yang digunakan meliputi alat-alat gelas yang
digunakan di Laboratorium Biokimia seperti beaker glass, labu ukur, batang
pengaduk, botol timbang, corong biasa, corong pisah, gelas ukur, pipet tetes, pipet
ukur, pipet gondok, erlenmeyer, buret, labu bulat leher tiga, termometer,
piknometer, tabung reaksi, dan tabung centrifuge. Selain itu juga digunakan
spatula, bulb, neraca analitis, pH meter, hot plate stirrer, oven, horizontal
incubator shaker, dan instrumentasi yang digunakan adalah FT-IR.
3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan
 Enzim
Enzim yang digunakan pada penelitian ini adalah lipase yang berasal dari
Candida rugosa yang diperoleh dari Sigma-Aldrich dengan spesifikasi
sebagai berikut:
Bentuk fisik
: padat
Warna
: kuning muda
Aktivitas spesifik : 2,45 U/mg (1 U sesuai dengan banyaknya
enzim yang menyebabkan penglepasan 1 Umol asam oleat dari
triolein sebagai substrat per menit pada suhu 40oC dan pH 7).

Minyak Kelapa, yang diperoleh dari salah satu supermarket yang ada di
Kota Depok.

Silika gel 60, yang diperoleh dari Merck, dengan spesifikasi:
Bentuk fisik : butiran halus
Warna
: putih
Ukuran pori : 0,040-0,063 mm, 230-400 mesh

Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah sukrosa, KOH,
etanol 95%, HCL 3N, aseton, n-heksana, Na2SO4 anhidrat, aquadest,
buffer tris-HCl (0,05 M pH 7), NaOH 0,5 N, serta indikator fenolftalein,
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
25
pereaksi Lowry yang diperoleh dari Laboratorium Biokimia Departemen
Kimia FMIPA UI dan CV Dwinika.

Molecular sieve (3 Å x 1,5 mm).
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Hidrolisis asam lemak dari minyak kelapa
Sebanyak 20 g minyak kelapa dimasukkan ke dalam labu bulat leher tiga,
kemudian ke dalam minyak ditambahkan 100 mL KOH 1 M dalam alkohol 95%.
Campuran ini kemudian dipanaskan dengan sistem refluks selama 1 jam pada
suhu 62,20C, disertai pengadukan dengan magnetic stirrer. Setelah dipanaskan, ke
dalam campuran ditambahkan 50 mL aquadest, kemudian ditambahkan 35 mL
HCl 3 N. Setelah itu, dilakukan pemisahan antara fase organik yang merupakan
asam lemak dengan fase air. Fase organik diekstraksi dengan 50 mL n-heksana
sebanyak dua kali ekstraksi untuk menghilangkan fase air yang masih tercampur
dengan asam lemak. Selanjutnya, ke dalam fase organik ditambahkan 1 g Na2SO4
anhidrat. Setelah itu, larutan tersebut didekantasi untuk memisahkan padatan
Na2SO4. Selanjutnya, pelarut n-heksana diuapkan menggunakan rotary
evaporator sampai filtrat yang dihasilkan pekat.
3.2.2 Penentuan Aktivitas Free Lipase
Dalam labu erlenmeyer dicampurkan 0,425 mL sampel minyak kelapa,
7,65 mL buffer tris-HCl (0,1 M pH 7), dan 0,5 g gum Arabic, kemudian campuran
diaduk sampai rata. Dalam labu erlenmeyer lainnya disiapkan 0,015 g enzim
dalam 1,5 mL buffer tris HCl pH 7. Setelah itu kedua campuran dicampur,
kemudian diinkubasi dalam horizontal incubator shaker 150 rpm pada suhu 300C
selama 1 jam. Untuk tahap terminasi, campuran yang telah diinkubasi
ditambahkan 10 mL larutan aseton : alkohol (1:1 v/v), kemudian diberikan 2-3
tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan NaOH 0,5 N. Dilakukan hal yang
sama untuk blanko (dengan larutan enzim yang sudah dinon-aktifkan dengan
pemanasan). Aktivitas free lipase dihitung dengan persamaan:
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
26
(
− )×
× 1000
×
Keterangan: A = volume titrasi sampel
B = volume titrasi blanko
w = massa sampel minyak kelapa
t = waktu inkubasi
Dilakukan hal yang sama untuk sampel enzim yang telah terimmobilisasi, untuk
menentukan aktivitas enzim terimmobilisasi.
3.2.3 Immobilisasi enzim dengan matriks Silika Gel 60
Sebelum lipase diimmobilisasi, matriks dicuci terlebih dahulu dengan air
distilasi sebanyak tiga kali, kemudian diikuti dengan buffer tris-HCl (0,1 M, pH
7,0). Setelah itu, sekitar 40 mg lipase murni disuspensikan dalam 5 mL buffer
tris-HCl (0,1 M, pH 7,0) dan ditambahkan ke dalam matriks silika gel 60,
kemudian suspensi diinkubasi disertai pengadukan selama 3 jam pada suhu 370C
dalam erlenmeyer. Selanjutnya, lipase terimmobilisasi dicuci kembali
menggunakan tris buffer HCl (0,1 M, pH 7,0) sebanyak lima kali pencucian.
Lipase yang telah diimmobilisasi disuspensikan dalam tris buffer pada suhu 40C
sampai digunakan untuk prosedur selanjutnya.
Pada penelitian ini diakukan variasi berat silika gel 60 terhadap lipase,
yaitu sebanyak 100, 250, 500, 750, dan 1000 mg silika dengan melakukan
pencucian terhadap lipase terimmobil dan yang tanpa pencucian.
3.2.4 Penentuan kadar protein enzim dengan metode Lowry
Untuk penenetuan kadar protein enzim dan loading efficiency dari enzim
yang terimmobilisasi digunakan metode Lowry. Disiapkan reagen pereaksi
Lowry, yaitu:
Reagen A : 2 g Na2CO3 dalam 100 mL NaOH 0,1 N
Reagen B1 : 0,1 g CuSO4 dalam 10 mL aquadest
Reagen B2 : 0,27 g natrium potassium tartrat dalam 10 mL aquadest
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
27
Untuk membuat pereaksi Lowry sebanyak 98 mL reagen A dicampurkan dengan
1 mL reagen B1 dan 1 ml reagen B2 dalam labu ukur 100 mL.
Larutan standar yang digunakan adalah BSA 400 ppm. Volume larutan
BSA divariasikan dari 0,1 hingga 0,5 mL. Kemudian masing-masing larutan
standar ditambahkan dengan 5 mL pereaksi Lowry dan buffer tris HCl pH 7
hingga volumenya mencapai 6 mL. Campuran diaduk hingga homogen dan
diinkubasi selama 10 menit. Ke dalam campuran ditambahkan 0,5 mL reagen
Follin-Ciocalteu, diaduk hingga homogen dan diinkubasi pada suhu ruang selama
30 menit. Absorbansi standar BSA diukur dengan berbagai konsentrasi pada
panjang gelombang 700 nm, dan dilakukan hal yang sama pada sampel filtrat
lipase yang telah terimmobilisasi.
Perhitungan loading efficiency enzim yang terimmobilisasi dapat
ditentukan dengan persamaan:
−
× 100 %
Keterangan: Ci = konsentrasi awal
Vi = volume awal
Cf = konsentrasi akhir
Vf = volume akhir
Untuk menentukan aktivitas spesifik dari enzim terimmobilisasi dapat ditentukan
dengan persamaan :
Aktivitas spesifik (U/mg) =
3.2.5 Esterifikasi asam lemak dengan karbohidrat menggunakan enzim
terimmobilisasi
Sukrosa 0,1 M , asam lemak, serta n-heksana sebagai pelarut dicampurkan
ke dalam erlenmeyer 100 mL. Perbandingan volume sukrosa dan asam lemak
hasil hidrolisis minyak kelapa yang ditambahkan adalah 1:3 mL yang sebanding
dengan 1:120 mmol. n-Heksana yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 1:1
terhadap volume substrat. Kemudian dilakukan inkubasi selama ± 10 menit dalam
horizontal incubator shaker pada suhu reaksi yang dikehendaki. Setelah itu,
dilakukan penambahan enzim lipase yang telah diimmobilisasi, dengan jumlah
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
28
enzim yang ditambahkan adalah 5% dari berat total substrat. Setelah itu dilakukan
inkubasi kembali pada horizontal incubator shaker dengan kecepatan 200 rpm
pada suhu dan waktu reaksi yang dibutuhkan.
Percobaan dilakukan secara triplo dengan menyertakan blanko sebagai
faktor koreksi. Untuk mengetahui pengaruh waktu reaksi, temperatur, serta rasio
asam lemak hasil hidrolisis : sukrosa terhadap reaksi esterifikasi, dilakukan
optimasi untuk variabel waktu reaksi yaitu pada 4, 8, 16, 32, dan 64 jam, serta
temperatur reaksi pada 30, 35, 37, 40, serta 450C. Perbandingan konsentrasi
antara asam lemak hasil hidrolisis dengan sukrosa dilakukan dengan mengubah
jumlah asam lemak yang ditambahkan sedangkan sukrosa dibuat tetap. Variasi
perbandingan mmol sukrosa dengan asam lemak adalah 1:16, 1:32, 1:64, dan
1:80. Molecular sieve (3 Å x 1,5 mm) ditambahkan dengan variasi konsentrasi
yaitu 100, 300, 500 dan 700 mg per volume reaksi.
3.2.6 Sentrifugasi Hasil Reaksi Esterifikasi
Proses sentrifugasi dilakukan untuk merusak emulsi yang dihasilkan dari
reaksi esterifikasi. Proses ini dilakukan dengan kecepatan 3400 rpm selama 15
menit. Setelah dilakukan proses sentrifugasi hasil reaksi akan terpisah menjadi
tiga fase. Fase organik yang berupa asam lemak yang terlarut dalam n-heksana
lalu dipisahkan.
3.2.7 Penentuan % Konversi
Untuk penentuan % konversi dilakukan proses titrasi. Titrasi dilakukan
pada fase organik yang merupakan asam lemak sisa yang terlarut dalam nheksana. Sebanyak 1 mL aliquot kemudian dititrasi dengan NaOH 0,5 N dengan
menggunakan fenolftalein sebagai indikator titik akhir titrasi. Titrasi dilakukan
sebanyak dua kali, baik terhadap blanko maupun sampel.
3.2.8 Analisis Produk
Analisis produk dilakukan dengan menggunakan instrumentasi FT-IR.
Identifikasi dengan FT-IR dilakukan terhadap produk, sukrosa, dan asam lemak
hasil hidrolisis. Sebelum dilakukan pengukuran FT-IR, produk hasil reaksi
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
29
terlebih dahulu dikeringkan di oven pada suhu 600 C. Produk dan sukrosa yang
berbentuk padat kemudian dibuat pelet dengan mencampurkannya dengan kalium
bromida lalu dilakukan pengukuran FT-IR.
3.2.9 Uji Sederhana Kemampuan Ester Sukrosa Hasil Sintesis sebagai
Emulsifier
Uji ini dilakukan dengan mencampurkan sejumlah air dengan minyak, lalu
dilakukan penambahan ester sukrosa hasil sintesis sambil terus dikocok dan
melihat perubahan yang terjadi. Apabila terbentuk emulsi, dilakukan pengamatan
terhadap kestabilan emulsi selama 24 jam.
3.2.10 Penentuan Jenis Emulsi dengan Menggunakan Mikroskop
Uji ini dilakukan untuk mengetahui jenis emulsi yang terbentuk pada
tahapan 3.2.9 di atas. Uji dilakukan dengan meneteskan satu tetes emulsi pada
kaca preparat, lalu dilakukan penambahan eosin sebagai zat pewarna. Setelah itu,
dilakukan pengamatan dengan mikroskop untuk mengetahui apakah emulsi yang
terbentuk emulsi minyak dalam air (o/w) atau air dalam minyak (w/o).
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hidrolisis Trigliserida
Reaksi hidrolisis bertujuan untuk menghidrolisis minyak / lemak sehingga
dihasilkan asam lemak bebas yang selanjutnya digunakan untuk reaksi
esterifikasi. Reaksi hidrolisis dapat dilakukan dengan menggunakan katalis asam
maupun basa. Namun reaksi hidrolisis dengan katalis basa lebih banyak
digunakan dibandingkan dengan katalis asam. Hal ini disebabkan reaksi dengan
katalis basa bersifat irreversible, sehingga dapat menghasilkan rendemen asam
lemak yang lebih baik daripada dengan katalis asam.
Pada penelitian ini, sebanyak 20 g minyak kelapa dihidrolisis
menggunakan katalis basa, yaitu KOH dalam etanol 95%. Penggunaan KOH
sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis minyak lebih baik daripada NaOH. Sifat
kalium lebih reaktif dan mudah membentuk garam asam lemak jika dibandingkan
dengan natrium. Garam yang terbentuk pada reaksi hidrolisis dengan
menggunakan KOH bersifat lebih larut dalam air bila dibandingkan dengan
natrium. (Hasnisa, 2008).
Etanol berfungsi sebagai medium perantara dan membantu mempercepat
proses hidrolisis trigliserida. Penggunaan etanol membuat KOH dan minyak dapat
melakukan kontak sehingga reaksi dapat berjalan. Hal ini disebabkan etanol
merupakan pelarut yang bersifat kurang polar dibandingkan dengan air, namun
kepolaran etanol berada di antara KOH dan minyak sehingga etanol dapat
menurunkan perbedaan kepolaran antara KOH yang bersifat polar dan minyak
kelapa yang bersifat nonpolar. Dengan kepolaran etanol yang berada di antara
KOH dan minyak kelapa, baik minyak dan KOH dapat larut dalam etanol,
sehingga kemungkinan terjadinya interaksi lebih besar dibandingkan dengan air
sebagai pelarut KOH. Reaksi hidrolisis trigliserida ditunjukkan pada Gambar 4.1.
30
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
31
Gambar 4.1 Reaksi Hidrolisis Trigliserida dengan Katalis Basa
[Sumber: Hasnisa dan Jumat Salimon, 2008]
Pada tahap selanjutnya, campuran yang telah direfluks ditambahkan
dengan aquadest dan HCl yang berfungsi untuk memisahkan senyawa-senyawa
lipid yang tidak tersabunkan. Hal ini disebabkan reaksi yang berlangsung terjadi
dalam suasana basa, sehingga hasil yang diperoleh adalah lipid yang tidak
tersabunkan berupa garam kalium asam lemak. Asam lemak bebas akan diperoleh
bila larutan diasamkan, karena itu dilakukan penambahan HCl untuk membentuk
membentuk senyawa asam lemaknya. Untuk memisahkan asam lemak yang
terbentuk, dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut n-heksana. Pada tahap
ekstraksi akan diperoleh dua lapisan, yaitu lapisan atas berupa senyawa asam
lemak yang berada pada fasa n-heksana, dan lapisan bawah berupa senyawa yang
larut dalam fasa air yang terdiri dari garam KCl dan etanol. Kemudian lapisan atas
yang berupa asam lemak dipisahkan dan ditambahkan dengan Na2SO4 untuk
menarik air dan asam lemak diuapkan dengan rotary evaporator untuk
menghilangkan sisa n-heksana yang mungkin masih terdapat dalam asam lemak
tersebut.
Pada reaksi hidrolisis trigliserida dari minyak kelapa diperoleh asam
lemak yang berwarna bening kekuningan dan berwujud cair pada suhu ruang. Hal
ini disebabkan komposisi dari minyak kelapa sebagian besar tersusun dari asam
lemak rantai sedang. Hidrolisis 20 g minyak kelapa ini menghasilkan 18,56 g
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
32
asam lemak, sehingga % perolehan hidrolisis adalah 92,8%. Asam lemak hasil
hidrolisis minyak kelapa ditunjukkan pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Asam Lemak hasil Hidrolisis Minyak Kelapa
Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, kandungan asam lemak tertinggi
dalam minyak kelapa yang digunakan adalah asam lemak dengan rantai karbon
sedang, yaitu asam laurat dengan rantai karbon 12, sehingga asam lemak
berwujud cair pada suhu ruang (Balai Besar Industi Agro, 2010).
3.2 Penentuan Aktivitas Free Lipase
Aktivitas dari lipase bebas diperoleh melalui reaksi hidrolisis, karena
reaksi ini paling mudah diamati dan dilakukan. Pengamatan ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan lipase bebas dalam menghidrolisis trigliserida dalam
minyak kelapa. Pengukuran aktivitas free lipase dilakukan dengan metode
titrimetri dengan fenolftalein sebagai indikator warna. Semakin banyak volume
NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi, semakin banyak asam lemak bebas yang
dihasilkan, yang berarti aktivitas enzim semakin tinggi.
Satu unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dapat
menghasilkan 1 μmol produk per detik pada kondisi percobaan, sedangkan
aktivitas spesifik enzim adalah jumlah enzim yang dapat menghasilkan 1 μmol
produk per detik per mg protein enzim. Melalui metode titrimetri ini, didapatkan
aktivitas enzim lipase bebas sebesar 35,26 U/ml dan aktivitas spesifiknya sebesar
2,32 U/mg.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
33
3.3 Immobilisasi Enzim dengan Silika Gel 60
Lipase akan mengkatalis reaksi pada interface dan untuk menghasilkan
kecepatan reaksi yang tinggi dibutuhkan area interface yang lebih hidrofilik. Hal
ini dapat dicapai dengan menggunakan surfaktan atau dengan mengimmobilisasi
enzim lipase pada partikel pendukung macroporous. Immobilisasi lipase biasanya
dipilih untuk proses esterifikasi (Rozendaal, 1997). Immobilisasi lipase akan
memperbaiki stabilitas, pemisahan produk, dan pemisahan enzim dari reaksi
untuk digunakan kembali (Nawani et al., 2006).
Immobilisasi enzim dilakukan dengan cara mengadsorpsikan enzim ke
dalam partikel macroporous dengan interaksi ionik atau hidrofobik. Immobilisasi
lipase dengan silika gel 60 merupakan immobilisasi secara adsorpsi fisik, yaitu
lipase diikat pada matriks silika gel 60 yang tidak larut air. Silika gel merupakan
partikel adsorben alamiah, yang akan menyerap air pada batas tertentu. (Praswati
PDK Wulan, 2007). Lipase yang terlarut pada molekul air akan ikut teradsorpsi
seiring teradsorpsinya molekul air pada silika gel 60. Dalam hal ini, gaya ikatan
yang mempengaruhi ikatan lipase dengan support silika gel 60 adalah gaya ikatan
antara molekul air dengan lipase, yaitu ikatan ionik dan gaya Van der Waals. Pada
penelitian ini dilakukan variasi berat silika gel 60 yang digunakan untuk
immobilisasi enzim lipase. Silika gel 60 yang digunakan dikarakterisasi
menggunakan instrumentasi FT-IR yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 dan Tabel
4.1.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
34
Si-OH
Si-O
O-H
Gambar 4.3 Spektrum FT-IR Silika Gel 60
Tabel 4.1 Identifikasi Spektrum FT-IR Silika Gel 60
Bilangan Gelombang (cm-1)
Jenis Gugus Fungsi
3236-3550
O-H
2301-2378
Si-OH
1616-1635
Si-O
Berdasarkan data spektrum yang diperoleh terdapat pita serapan yang
cukup tajam pada bilangan gelombang 2344 cm-1 yang menunjukkan serapan
untuk gugus fungsi Si-OH dan pada 1627 cm-1 yang menunjukkan serapan untuk
Si-O. Kedua serapan ini menunjukkan gugus fungsi yang terdapat pada silika gel
60.
Untuk menentukan banyaknya enzim yang terperangkap dalam matriks
silika gel 60 ditentukan % loading dari enzim terimmobilisasi menggunakan
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
35
metode Lowry dan ditentukan aktivitasnya melalui reaksi hidrolisis dengan
metode yang sama dengan penentuan aktivitas free lipase. Larutan standar yang
digunakan adalah larutan Bovine Serum Albumin (BSA) (Praswati PDK Wulan,
2007). Pada Tabel 4.2 ditunjukkan pengukuran absorbansi standar dan pada
Gambar 4.4 ditunjukkan kurva kalibrasi standar tersebut.
Tabel 4.2 Tabel Korelasi Konsentrasi Standar dengan Absorbansi
konsentrasi
standard (ppm)
6,67
13,33
20
26,67
33,33
Absorbansi
standard
0,129
0,246
0,337
0,48
0,574
Absorbansi standard
0.7
y = 0.016x + 0.016
R² = 0.996
0.6
0.5
0.4
Series1
0.3
0.2
Linear (Series1)
0.1
Linear (Series1)
0
0
10
20
30
40
Konsentrasi standard (ppm)
Gambar 4.4 Kurva Kalibrasi Standar Immobilisasi Lipase
Dari persamaan kurva standar diperoleh konsentrasi masing-masing
sampel enzim terimmobilisasi, sehingga dapat ditentukan % loading (% enzim
yang terperangkap di dalam matriks) dan % aktivitas dari lipase terimmobil
tersebut. Gambaran % loading dan efisiensi immobilisasi ditunjukkan pada Tabel
4.3 dan Gambar 4.5 serta 4.6.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
36
Tabel 4.3 Penentuan % Loading dan % Aktivitas Enzim Lipase Terimmobilisasi
Silika Gel 60
sampel silika
(mg)
100
250
500
750
1000
% Loading
Dengan
pencucian
15,84
23,4
20,64
59,95
40,7
% Efisiensi immobilisasi
Tanpa
pencucian
27,37
28,34
45,63
61,28
69,84
Dengan
pencucian
14,65
18,9
32,33
4,22
8,49
Tanpa
pencucian
24,56
10,56
3,32
6,38
4,18
80
70
% Loading
60
50
40
dengan pencucian
30
tanpa pencucian
20
10
0
0
200
400
600
800
1000
1200
berat silika gel 60 (mg)
Gambar 4.5 Kurva % Loading Lipase Terimmobilisasi Silika Gel 60
Dari kurva % loading immobilisasi lipase, terlihat % loading optimum
terjadi pada berat silika gel 1000 mg tanpa pencucian dengan % loading 69,84 %.
Namun, semakin banyak enzim yang teperangkap di dalam matriks silika gel 60,
akan semakin kecil aktivitas dari enzim immobil tersebut. Semakin banyak enzim
yang terperangkap akan menutupi sisi aktif dari lipase tersebut. Trend grafik
untuk lipase terimmobilisasi tanpa pencucian cenderung lebih linier daripada
lipase terimmobilisasi dengan pencucian. Hal ini disebabkan pencucian yang tidak
merata dan volume buffer tris HCl yang digunakan untuk pencucian jumlahnya
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
37
berbeda untuk tiap sampel lipase immobil, sehingga diperoleh trend grafik yang
fluktuatif.
Efisiensi Immobilisasi
35
30
25
20
15
dengan pencucian
10
tanpa pencucian
5
0
0
500
1000
1500
berat silika gel 60 (mg)
Gambar 4.6 Kurva Efisiensi Immobilisasi Lipase dengan Silika Gel 60
Berdasarkan kurva efisiensi immobilisasi, terlihat bahwa aktivitas
maksimum terjadi pada lipase terimmobilisasi silika gel 60 dengan pencucian,
yaitu pada berat silika 500 mg dengan % efisiensi immobilisasi sebesar 32,33 %,
sedangkan untuk lipase terimmobilisasi tanpa pencucian efisiensinya cenderung
menurun. Hal ini disebabkan, pada lipase terimmobilisasi tanpa pencucian masih
terdapat lipase bebas. Pencucian enzim lipase terimmobil bertujuan untuk
menghilangkan lipase yang tidak berikatan dengan matriks silika gel 60 tersebut,
sehingga lipase terimmobilisasi akan mudah berikatan dengan substrat dan
cenderung menaikkan efisiensinya.
3.4 Esterifikasi Sukrosa dengan Asam Lemak Hasil Hidrolisis Minyak
Kelapa
Enzim lipase merupakan enzim yang secara spesifik mengkatalisis reaksi
hidrolisis, tetapi pada kondisi sedikit air lipase dapat mengkatalisis reaksi
esterifikasi. Dalam reaksi esterifikasi, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi aktivitas katalitik enzim, yaitu perbandingan substrat asam lemak
minyak kelapa dan sukrosa, suhu reaksi, pH, pelarut yang digunakan dan waktu
inkubasi. Pada penelitian ini dilakukan beberapa variasi optimasi untuk reaksi
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
38
esterifikasi yaitu variasi waktu inkubasi, suhu reaksi, rasio substrat, dan berat
molecular sieve.
Walaupun dalam reaksi esterifikasi, kondisi yang dibutuhkan adalah
sedikit air, sehingga digunakan pelarut organik, tetapi air tetap dibutuhkan untuk
aktivitas katalitik enzim. Air berperan dalam seluruh interaksi non kovalen seperti
ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, dan interaksi elektrostatik yang dapat
mempertahankan konformasi katalitik alami suatu enzim (Zaks dan Russel, 1988).
Jumlah air minimum yang dibutuhkan suatu enzim untuk dapat mempertahankan
aktivitas katalitiknya disebut air esensial. Air yang dibutuhkan hanya sejumlah
kecil saja, asalkan jumlah air tersebut dapat membantu enzim melakukan
perannya sebagai katalis (Klibanov, 1986).
Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas katalitik enzim adalah pH.
Enzim akan bekerja optimum pada pH optimum. Setiap enzim memiliki karakter
yang berbeda sehingga kondisi optimum pH akan spesifik untuk tiap enzim.
Kondisi pH yang jauh dari kondisii spesifik akan menyebabkan inaktivasi enzim
karena enzim mengalami kerusakan struktur protein (Albert L. Lehninger, 2005).
Dalam penelitian ini, enzim dilarutkan dalam buffer tris-HCl pH 7 sehingga reaksi
esterifikasi dilakukan dengan pH 7. Hal ini didasarkan pada penelitian
sebelumnya, lipase yang terimmobilisasi dalam matriks silika gel bekerja optimal
pada pH 7. (Praswati PDK Wulan, 2007).
Pada penelitian ini, esterifikasi juga dilakukan dengan menggunakan
molecular sieve sebagai penarik air untuk menghindari terjadinya reaksi hidrolisis
dan dapat mendorong reaksi kesetimbangan cenderung ke arah reaksi esterifikasi.
Kemampuan molecular sieve dalam menangkap molekul air cukup tinggi, yaitu
sampai 20-25% dari berat molecular sieve itu sendiri. (Migas Indonesia, 2007).
Reaksi esterifikasi dilakukan dengan mencampurkan sukrosa dan asam
lemak, lipase terimmobilisasi, dan pelarut n-heksana. Lipase terimmobilisasi yang
ditambahkan adalah sebanyak 150 mg. Pencampuran ini akan menghasilkan dua
lapisan yang tidak saling bercampur pada awal reaksi karena adanya perbedaan
kepolaran antara sukrosa dengan asam lemak dan n-heksana. Untuk blanko,
dilakukan hal yang sama dengan sampel, penambahan enzim lipase tidak
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
39
dilakukan tetapi blanko diisi dengan 150 mg silika gel 60 murni. Agar tetap terjadi
kontak antara sukrosa dengan asam lemak dilakukan proses inkubasi campuran
reaksi pada horizontal incubator shaker. Setelah proses inkubasi, terlihat
perbedaan yang signifikan antara erlenmeyer yang berisi blanko dengan
erlenmeyer berisi sampel. Pada dasar erlenmeyer berisi sampel terlihat adanya
sedikit gumpalan seperti gel yang berwarana putih keruh, sedangkan pada
erlenmeyer blanko tidak terjadi perubahan dibandingkan dengan sebelum proses
inkubasi. Hal ini menandakan produk esterifikasi telah terbentuk walaupun
jumlahnya sedikit.
Reaksi esterifikasi diterminasi dengan melakukan pemanasan pada suhu
tinggi untuk menginaktifkan enzim lipase. Pada suhu tinggi enzim dapat
terdenaturasi karena adanya pembukaan parsial struktur sekunder, tersier, dan/atau
kuartener molekul enzim , dan juga adanya perubahan struktur primer enzim
karena kerusakan asam-asam amino tertentu pada suhu tinggi. (Ahern dan
Klibanov, 1987). Gambar 4.7 menunjukkan hasil reaksi esterifikasi setelah
terminasi.
Gambar 4.7 Hasil Esterifikasi Setelah Terminasi
Setelah proses terminasi, dilakukan titrasi balik untuk fasa organik. Titrasi
ini dilakukan dengan NaOH sebagai titran dan fenolftalein sebagai indikator
warna. Pada proses titrasi, terjadi reaksi saponifikasi antara asam lemak dengan
NaOH membentuk garam Na-asam lemak.
RCOOH + NaOH
RCOO-Na+ + H2O
Dari titrasi ini, dapat ditentukan banyaknya asam lemak yang bereaksi sehingga
dapat diperoleh % konversi dari ester sukrosa.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
40
Pada penelitian ini, produk hasil esterifikasi yang terbentuk jumlahnya
sangat sedikit sehingga sulit diisolasi dan dikarakterisasi menggunakan
instrumentasi FT-IR. Selanjutnya, dilakukan uji emulsifier sederhana dari produk
hasil reaksi esterifikasi, dengan mencampurkan minyak, air, dan produk
esterifikasi dalam erlenmeyer atau tabung reaksi. Gambar 4.8 menunjukkan hasil
uji emulsifier dari produk esterifikasi.
Gambar 4.8 Hasil Uji Emulsifier Sederhana Produk Esterifikasi
Dari hasil uji emulsifier sederhana, terlihat produk esterifikasi mampu
menyatukan minyak dan air pada awalnya. Namun, setelah didiamkan beberapa
jam, minyak dan air terlihat memisah. Hal ini disebabkan produk esterifikasi yang
masih terlalu sedikit.
3.5 Identifikasi dengan FT-IR
Analisis produk dilakukan dengan menggunakan instrumentasi FT-IR.
Pengukuran dengan menggunakan FT-IR dilakukan pada sukrosa dan asam
lemak minyak kelapa. Spektrum asam lemak minyak kelapa ditunjukkan pada
Gambar 4.9 dan Tabel 4.4.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
41
Gambar 4.9 Spektrum FT-IR Asam Lemak Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa
Tabel 4.4 Tabel Korelasi Spektrum FT-IR Asam Lemak Minyak Kelapa
Bilangan Gelombang (cm-1)
Gugus Fungsi
3000-2850
C-H
1725-1700
C=O (Asam Karboksilat)
1463,97
-CH2
1450-1375
-CH3
Berdasarkan data spektrum yang diperoleh terdapat pita serapan yang
tajam pada bilangan gelombang 2924 dan 2854 cm-1 yang menunjukkan serapan
untuk golongan rantai karbon dari asam lemak. Berdasarkan hasil analisis,
kandungan asam lemak tertinggi dalam minyak kelapa yang digunakan adalah
asam lemak dengan rantai karbon sedang, yaitu asam laurat yang memiliki 12
rantai karbon. Oleh karena itu serapan untuk ikatan C-H dalam -CH2 dan –CH
memiliki serapan yang tinggi. Pita serapan pada bilangan gelombang 1700-1725
cm-1 menunjukkan serapan untuk C=O karbonil untuk asam karboksilat. Pada
spektrum IR asam lemak minyak kelapa, serapan C=O muncul pada bilangan
gelombang 1710 cm-1.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
42
Gambar 4.10 Spektrum FT-IR Sukrosa
Tabel 4.5 Tabel Korelasi Spektrum FT-IR Sukrosa
Bilangan Gelombang (cm-1)
Gugus Fungsi
3650-3200
O-H
3000-2850
C-H
Pada Gambar 4.10 dan Tabel 4.5 dapat dilihat spektrum sukrosa. Serapan
lebar pada bilangan gelombang 3383 dan 3334 cm-1 menunjukkan serapan O-H
alkohol yang terdapat pada sukrosa. Sukrosa merupakan disakarida yang terdiri
dari unit glukosa dan fruktosa serta memiliki 8 gugus hidroksil. Pita serapan pada
bilangan gelombang 2935 cm-1 menunjukkan serapan untuk ikatan C-H dalam –
CH2 dan –CH.
3.6 Optimasi Esterifikasi
3.6.1 Optimasi Temperatur
Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas katalitik enzim adalah
temperatur reaksi. Optimasi temperatur dilakukan dengan kondisi rasio 1:16, berat
molecular sieve 0,1 g, dan waktu inkubasi 8 jam. Pengaruh temperatur reaksi
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
43
terhadap % konversi sintesis ester sukrosa ditunjukkan pada Gambar 4.11 dan
Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Pengaruh Temperatur terhadap % Konversi Ester Sukrosa
%Konversi
T (oC)
30
35
37
40
45
% Konversi
2,125
2,94
4,125
2,96
0,94
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
%konversi
0
10
20
30
40
50
Temperatur (0C)
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Temperatur Reaksi vs % Konversi Ester Sukrosa
Pada variasi temperatur reaksi, diperoleh temperatur optimum untuk reaksi
esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak minyak kelapa adalah 37oC.
Kecepatan reaksi esterifikasi enzimatis meningkat seiring dengan meningkatnya
temperatur reaksi. Namun, di atas temperatur optimum enzim akan menjadi
inaktif karena adanya perubahan struktur tersier enzim karena kerusakan asamasam amino tertentu (Ahern dan Klibanov, 1987).
3.6.2 Optimasi Rasio Substrat
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan yang sesuai dengan
konsep Le Chatelier. Agar reaksi esterifikasi berjalan optimal, maka
kesetimbangan diupayakan bergeser ke arah sisi pembentukan ester dengan
menggunakan reaktan berlebih atau dengan membuang salah satu produk (Yoo,
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
44
et.al., 2006). Reaktan berlebih yang dipilih dalam reaksi esterifikasi ini adalah
asam lemak minyak kelapa, dengan perbandingan volume asam lemak minyak
kelapa dan sukrosa 3:1. Hal ini disebabkan dalam kondisi terdapat pelarut organik
dan kandungan air yang sedikit, lipase cenderung bekerja dalam reaksi esterifikasi
daripada reaksi hidrolisis (Joseph, et. al., 2008). Dengan konsentrasi asam lemak
yang berlebih, maka kandungan air dalam campuran dapat diminimalisasi
dibandingkan dengan menggunakan sukrosa yang berlebih. Optimasi rasio
substrat dilakukan pada kondisi temperatur reaksi 37oC, berat molecular sieve 0,1
g, dan waktu inkubasi 8 jam. Pengaruh penambahan asam lemak terhadap persen
konversi ester asam lemak sukrosa ditunjukkan dalam Gambar 4.12 dan Tabel 4.8
berikut:
Tabel 4.8 Pengaruh Rasio Sukrosa : Asam Lemak terhadap % Konversi
Rasio Sukrosa : Asam Lemak
(mmol)
1:16
% Konversi
2,5
1:32
3,34
1:64
2,5
1:80
1,83
4
3.5
% Konversi
3
2.5
2
1.5
% konversi
1
0.5
0
0
20
40
60
80
100
Rasio Substrat
Gambar 4.12 Grafik Hubungan Rasio Substrat vs % Konversi Ester Sukrosa
Pada variasi rasio sukrosa : asam lemak (mmol), diperoleh rasio substrat
optimum pada rasio 1:32 dengan % konversi 3,34 %. Pertambahan konsentrasi
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
45
substrat akan meningkatkan aktivitas enzim hingga tercapai konsentrasi optimum
(Lehninger, 2005). Namun, setelah titik optimum tercapai, akan terjadi penurunan
% konversi. Hal ini disebabkan substrat yang berlebih akan bertindak sebagai
inhibitor yang mengakibatkan penurunan aktivitas dari enzim tersebut. (Reed,
Michael C., 2010).
3.6.3 Optimasi Waktu Inkubasi
Optimasi waktu reaksi dilakukan untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan ester sukrosa dengan % konversi yang lebih
tinggi. Reaksi dilakukan dengan variasi waktu 4, 8, 16, 32, dan 64 jam, pada
kondisi rasio substrat 1:32, temperatur 37 oC, dan berat molecular sieve 0,1 g.
Pengaruh waktu inkubasi terhadap % konversi ester sukrosa ditunjukkan pada
Tabel 4.9 dan Gambar 4.13 berikut:
Tabel 4.9 Pengaruh Waktu Inkubasi terhadap % Konversi Ester Sukrosa
waktu (jam)
4
8
16
32
64
% konversi
2,5
3,125
9,59
12,1
3,34
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
46
14
% konversi
12
10
8
6
% konversi
4
2
0
0
20
40
60
80
Waktu (jam)
Gambar 4.13 Grafik Hubungan Waktu Inkubasi vs % Konversi Ester Sukrosa
Pada variasi waktu inkubasi, diperoleh waktu optimum untuk sintesis ester
asam lemak sukrosa adalah 32 jam dengan % konversi 12,1 %. Setelah waktu
optimum tercapai, akan terjadi penurunan % konversi yang disebabkan
meningkatnya volume air yang dihasilkan dari produk samping hasil esterifikasi
seiring dengan semakin panjangnya waktu inkubasi. Peningkatan volume air dapat
menyebabkan enzim cenderung mengarahkan ke reaksi hidrolisis (Villenueve,
et.al., 2003).
3.6.4 Optimasi Molecular sieve
Molecular sieve digunakan untuk menarik air sehingga mencegah
terjadinya reaksi hidrolisis. Dengan demikian diharapkan reaksi kesetimbangan
bergeser kea rah produk esterifikasi sehingga dapat meningkatkan % konversi dari
reaksi esterifikasi tersebut. Pada penelitian ini dilakukan variasi berat molecular
sieve, yaitu 0,1, 0,3, 0,5, dan 0,7 g, dengan kondisi rasio substrat 1:32, temperatur
37oC, dan waktu inkubasi 32 jam. Pengaruh berat molecular sieve ditunjukkan
pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.14 berikut:
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
47
Tabel 4.10 Pengaruh Berat Molecular sieve terhadap % Konversi Ester Sukrosa
berat ms (g)
0,1
0,3
0,5
0,7
% konversi
4,47
1,4
2,8
2,6
5
% konversi
4
3
2
% konversi
1
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
berat molecular sieve (g)
Gambar 4.13 Grafik Hubungan Berat Molecular Sieve vs % Konversi Ester
Asam Lemak Sukrosa
Berdasarkan grafik di atas diperoleh berat optimum molecular sieve adalah
0, 1 g. Hal ini berarti keadaan setimbang telah tercapai pada saat berat molecular
sieve 0,1 g, sehingga kesetimbangan reaksi bergeser ke arah produk ester. Namun,
pada saat melebihi berat optimum, molecular sieve cenderung menghalangi
pergerakan substrat untuk berinteraksi dengan enzim, sehingga % konversi
esterifikasi menurun seiring dengan kenaikan berat molecular sieve tersebut.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Lipase Candida rugosa yang terimmobilisasi dalam matriks silika gel 60 dapat
digunakan sebagai katalis dalam reaksi esterifikasi antara sukrosa dan asam
lemak hasil hidrolisis minyak kelapa.
2. Dari hasil hidrolisis asam lemak minyak kelapa diperoleh persentase perolehan
sebesar 92.8 %.
3. Persentase loading terbesar pada immobilisasi lipase yaitu pada 1000 mg silika
gel 60 tanpa pencucian sebesar 69,84%.
4. Efisiensi immobilisasi lipase terbesar yaitu pada 500 mg silika gel 60 dengan
pencucian sebesar 32,33% .
5. Kondisi optimum untuk reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak
minyak kelapa menggunakan lipase terimmobilisasi silika gel 60 yaitu pada
suhu 37 oC, rasio substrat 1:32, waktu inkubasi 32 jam, dan berat molecular
sieve 0,1 g dengan % konversi sebesar 4,47%.
6. Ester sukrosa dengan derajat substitusi rendah dapat bertindak sebagai
emulsifier.
5.2 Saran
1. Uji efisiensi atau uji keberulangan terhadap enzim lipase terimmobilisasi.
2. Mencari metode pemurnian yang lebih baik untuk senyawa ester hasil sintesis
dan cara yang tepat untuk uji adanya gugus ester yang dapat dilakukan secara
sederhana.
3. Optimasi konsentrasi enzim yang dibutuhkan untuk reaksi esterifikasi enzimatis
antara sukrosa dengan asam lemak minyak kelapa.
4. Mencari metode uji emulsifier dari produk ester sukrosa yang lebih baik tetapi
mudah untuk dilakukan.
48
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
49
5. Melakukan optimasi berbagai variasi dari immobilisasi lipase dengan silika gel
60, sehingga dapat diperoleh lipase terimmobilisasi dengan aktivitas yang
lebih tinggi.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Akoh, C.C., dan Swanson B.G. (1998). Carbohydrate Polyester as Fat
Substitutes. Marcel Deccer, Inc, New York.
Atkins, P.W. (1999). Physical Chemistry 6th Edition. University Lecturer and
Fellow of Lincoln College, Oxford.
Barkah, Awaliatul. (2011). Studi Reaksi Esterifikasi antara Asam Lemak Hasil
Hidrolisis Minyak Kelapa dengan Sukrosa Menggunakan Lipase Candida
rugosa E.C.3.1.1.3. Skripsi, Departemen Kimia Universitas Indonesia.
Depok.
Bei Gao, et.al. (2010). Improving the catalytic activity of lipase LipK107 from
Proteus sp. by site-directed mutagenesis in the lid domain based on
computer simulation. J. of Molecular Catalysis. Vol. 68, 286-291.
Brady, et.al. (1990). A Serine Protease Triad Forms The Catalytic Center of A
Triacylglycerol Lipase. J. of Enzyme Technology. Vol.343, 767-770.
Cao, Linqiu. (2005). Immobilized Enzymes: Science or Art? J. of Chemical
Biology. Vol. 9, 217-226.
Dandekar, P.P. and V.B. Patravale. (2009). Enzymatic Synthesis of Fructose
Esters from Mango Kernel Fat. Indian J. of Chem. Tech. Vol. 16, 317-32
Divakar S. dan B. Manohar. (2007). Use of Lipases in the Industrial Production of
Ester. Di dalam: J Polaina dan A P MacCabe (Eds). Industrial Enzymes:
283-300. Springer. Netherlands.
Elif Yilmaz, K. Can, M. Sezgin, and M. Yilmaz. (2011). Immobilization of
Candida rugosa Lipase on Glass Beads for Enantioselective Hydrolysis of
Racemic Naproxen Methyl Ester. Bioresource Technology, Vol. 102, no.
2, pp 499 – 506.
Elisabeth, Trisia H N. (2002). Mempelajari Stabilitas Enzim Lipase Ekstraselular
dari Kapang Rhizopus Orizae TR32 dalam Pelarut Heksana, Toluen, dan
Benzen. Institut Pertanian Bogor.
Ferrer, et al. (2005). Synthesis of sugar esters in solvent mixtures by lipases from
Thermomyces lanuginosus and Candida antarctica B, and their
50
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
51
antimicrobial properties. Departamento de Biocatálisis, Instituto de
Catálisis y Petroleoquímica, Spain.
Garcia, T., A. Coteron, M. Martinez and J. Aracil. (1999). Kinetic model for the
esterification of oleic acid and cetyl alcohol using an immobilized lipase
as catalyst. J. Chem. Eng. Sci., 55: 1411-1423.
Gazuini. (1993). Peran Minyak Kelapa dalam Berbagai Industri. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Harold Hart, Leslie E. Craine, dan David J. Hart. (2003). Organic Chemistry, A
Short Course, 7th Edition. Houghton Mifflin Company, USA.
Harringan, K. A. dan W.M. Breene. (1989). Fat Substitutes: Sucrose Ester and
Simplesse. Cereal Food World. Vol. 34 : 216-267.
Hashim, Hasnisa binti dan Jumat Salimon. (2008). Kajian Pengoptimuman
Tindak Balas Hidrolisis Minyak Kacang Soya. Pusat Pengajian Sains
Kimia dan Teknologi Makanan, Fakulti Sains dan Teknologi, Universiti
Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor, Malaysia.
http://lc.bppt.go.id/iptek/index.php. Kamis, 26 Januari 2012.
http://kimia.upi.edu/kerjaenzim/index.php. Jum’at, 8 Juni 2012.
http://www.coconutmic.com/id/produksi/buahkelapa. Jum’at, 8 Juni 2012.
http://extoxnet.ersc.edu/poliester/olestra. Jum’at, 8 Juni 2012.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=365. Kamis, 26 Januari 2012.
In Sang Yoo, Sang Joon Park, and Hyon Hee Yoon. 2007. Enzymatic Synthesis of
Sugar Fatty Acid Esters. J. Ind. Eng. Chem., Vol. 13, No. 1, 1-6
Joseph, et.al. (2008). Cold Active Microbial Lipases: Some Hot Issues and Recent
Development. J. of Biotechnological Advance. Vol. 26, 457-470.
Josh Haacker’s Illustrated. (2007). Di dalam Ichiro Chibata. (1978). Immobilized
Enzymes. Kodansha Ltd. Halsted Press.
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Klibanov, A. M. (1986). Enzymes that work in organic solvents. Chemtech. 16:
354-144
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
52
Laane, C, Tramper, J, dan Lilly, M. D. (Eds). (1987). Biocatalysis in organic
media. Elsevier, Amsterdam.
Lehninger, Albert L. (2005). Principles of Biochemistry. The John Hopkins
University. Worth Publisher, Inc.
Lurgi GmbH. (1989). Boiling Diagram of Fatty Acid. Lurgi, Frankfurt, Germany.
Macrae, A.R. (1983). Extracellular microbial lipases. Di dalam W.M. Fogatty.
Microbial enzyme and biotechnology. Appl. Scie. Publ. London.
Murray, k. Robert, et al. (2003). Harper’s illustrated biochemistry, twenty-sixth
edition. United States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Nancy Estherlita Kitu. (2000). Sintesis Mono- dan Diasil Gliserol dari Destilat
Asam Lemak Minyak Kelapa Melalui Reaksi Esterifikasi dengan Katalis
Lipase Rhizomucor miehei. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Nawani, Neerupma et.al. (2006). Immobilization and stability studies of a lipase
from thermophilic Bacillus sp: The effect of process parameters on
immobilization of enzyme. Vol. 9 No. 5.
Novianingsih, Ika. (2011). Studi Reaksi Sintesis Ester Sukrosa secara Enzimatis
Menggunakan Lipase Candida rugosa EC 3.1.1.3 antara Sukrosa dengan
Asam Lemak Hasil Hidrolisis Minyak Sawit. Skripsi, Departemen Kimia
Universitas Indonesia. Depok.
ÖZTÜRK, Banu. (2001). Immobilization of Lipase from Candida rugosa on
Hydrophobic and Hydrophilic Supports. İzmir Institute of Technology,
Turkey.
PDK Wulan, Praswati et.al. (2007). Reaksi Hidrolisis Minyak Zaitun
Menggunakan Lipase Rhizopus oryzae yang di Imobilisasi Melalui Metode
Adsorpsi. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia, Depok.
Pusat Data dan Informasi Migas Indonesia. (2007). Outlook Komunitas Migas
Indonesia.
Carr, P.W. and L.D. Bowers. (1980). Immobilized Enzymes in Analytical and
Clinical Chemistry, Fundamentals and Applications. Willey, New York.
Rahman, Rakmi Abdul dan Tjahjono Herawan. (2000). Properties of
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
53
Biosurfactant Enzimatically Prepared from Fructose and Palm Fatty Acid.
Journal of Oil Palm Research Vol. 1.2 No. 1, June 2000, p. 117.122.
Reed, Michael C., Anna L., H. Frederik N. (2010). The biological significance of
substrate inhibition: A mechanism with diverse functions. Department of
Mathematics and Department of Biology, Duke University, Durham, USA.
Reslow, M, Adlercreutz, P., dan Mattiasson, B. (1987). Organic solvents for
bioorganic synthesis. 1. Optimation of parameters for chymotrypsin
catalyzed process. Appl. Microbiol. Biotechnol. 26: 1-8.
Rozendaal. (1997). Inesterification of Oil and Fat. Di dalam: Gunstone, et.al
(eds). Lipid Technologies and Applications. Marcel Dekker, Inc. New
York-Bassel- Hong Kong.
Sakidja. 1998. Sintesis Poliester Asam Lemak Sukrosa dari Minyak Kelapa
Sebagai Bahan Pengganti Lemak Untuk Makanan Rendah Kalori.
Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Singh, M. (2007). Transesterification of primary and secondary alcohols using
Pseudomonas aeruginosa lipase. India. National Institute of
Pharmaceutical Education and Research.
Sugiharni, Nanik. (2010). Isolasi lipase ekstrak kasar dari pseudomonas
fluorescens sebagai biokatalisator dalam studi pendahuluan reaksi
esterifikasi antara asam lemak minyak kelapa dengan sukrosa. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Sunardi. (2005). Diktat Analisa Instrumentasi. Departemen Kimia FMIPA
Universitas Indonesia. Depok.
Syamsul M.W, K. (2010). Green synthesis of lauryl palmitate via lipase-catalyzed
reaction. Faculty of Science and Technology, Universiti Sains Islam
Malaysia (USIM), Malaysia.
Unichema International. (1998). Fatty Acid Data Book 2nd Edition. Unichema,
Republic of German.
Verma, Madan Lal, Wamik Azmi, Shamsher Singh Kanwar. (2011). Enzymatic
Synthesis of Isopropyl Acetate by Immobilized Bacillus cereus Lipase in
Organic Medium. Enzyme Research, Vol 2011.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
54
Villeneuve P., Muderhwa J.M., Graille J., Haas M.J. (2000). “Customizing lipases
for biocatalysis: a survey of chemical, physical and molecular biological
approaches. Journal of molecular catalysis B: enzymatic, 9, issues 4-6,
113-148.
Weintaurb, Steven. (2002). Demystifying Silica Gel. In Objects Specialty Groups
Postprints. Washington, DC: American Institute of Conservation. Vol. 9,
1-24.
Whitehurst, Robert J. (2004). Emulsifier in Food Technology. Blackwell
Publishing.
Yamamoto, T. and K. Kimani. 1986. Production of Sucrose Fatty Acid Polyester.
US Patent, No. 4,611,055.
Zaks, A. dan Russell, A. J. 1988. Enzymes in organic solvents: properties and
applications. J. Biotechnol. 8: 259-270.60.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Lampiran 1:
Tabel Komposisi Asam Lemak Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa
[Sumber : Laboratorium Analisis Balai Besar Industri Agro (BBIA)]
55
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
56
Lampiran 2:
Perhitungan Berat Molekul Hidrolisat Asam Lemak Minyak Kelapa
[Sumber : Nancy Estherlita Kitu, Sintesis Mono- dan Diasil Gliserol dari Destilat
Asam Lemak Minyak Kelapa Melalui Reaksi Esterifikasi dengan Katalis Lipase
Rhizomucor miehei, 2000, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor]
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
57
Lampiran 3 :
Perhitungan Penentuan Rasio Bahan
1. Menentukan ρ Asam Lemak
untuk menentukan ρ asam lemak digunakan pikno berukuran 10 ml
massa asam lemak = 8.3788 g
maka ρ asam lemak =
,
= 0,83788
≈ 0,838
2. Pembuatan Buffer tris HCl 0.1 M
=
×
= 0,1
=
× 0,1
×
= 0,01
= 0,01
× 121,14
= 1,2114
× 3,423
= 0,3423
3. Menentukan Massa Sukrosa
1 ml sukrosa 0,1M = 0,1 mmol
=
×
= 0,1 × 10
4. Menentukan Massa dan Mol Asam Lemak
=
×
= 0,838
=
=
2,514
207,896
×3
= 2,514
= 0,012
5. Menentukan Volume Pelarut ( n – heksana)
Volume sukrosa + volume asam lemak
= 1 mL + 3 mL
= 4 mL
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
58
Lampiran 4 :
Perhitungan Aktivitas Free Lipase
Tabel Hasil Titrasi dengan NaOH 0,05 N
Berat Enzim (mg)
Sampel
Volum NaOH (mL)
blanko
6,04
I
22,50
II
23,10
15,20 mg
Volume rata-rata sampel = 22,80 mL
Berat minyak kelapa = 0,389 g
Waktu = 60 menit
Aktivitas Free Lipase:
=
(
− )×
× 1000
×
=
(22,80 − 6,04) × 0,05 × 1000
0,389 × 60
= 35,26 U/mL
Aktivitas spesifik Free Lipase:
=
35,26 U/mL
= 2,32 U/mg
15,20 mg
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
59
Lampiran 5:
Data % Loading dan Efisiensi Immobilisasi Lipase
Tabel Kurva Absorbasnsi Standar
Absorbansi blanko = 0,117
Konsentrasi
standar (ppm)
6,67
13,33
20
26,67
33,33
Absorbansi
standard
0,246
0,363
0,454
0,597
0,691
Absorbansi
standard-blanko
0,129
0,246
0,337
0,48
0,574
Tabel % Loading dan Efisiensi Immobilisasi Lipase
sampel silika
(mg)
kontrol
100 (dicuci)
250 (dicuci)
500 (dicuci)
750 (dicuci)
1000 (dicuci)
100 (tanpa cuci)
250 (tanpa cuci)
500 (tanpa cuci)
750 (tanpa cuci)
1000 (tanpa cuci)
Absorbansi
0,74
0,48
0,32
0,35
0,38
0,28
0,43
0,31
0,27
0,37
0,32
konsentrasi
(ppm)
36,01
10,38
11,03
12,87
14,42
8,54
8,72
10,32
7,83
13,94
10,86
volume
(mL)
10
25
25
25
10
25
25
25
25
10
10
% loading
aktivitas
(U/mg)
% immobil
27,93
23,4
10,64
59,95
40,7
39,45
28,34
45,63
61,28
69,84
0,19
0,44
0,75
0,10
0,20
0,39
0,24
0,08
0,15
0,10
8,19
18,9
32,33
4,22
8,49
16,81
10,56
3,319
6,38
4,18
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
60
Lampiran 6:
Perhitungan % Loading dan Efisiensi Immobilisasi
1. Perhitungan % Loading
% loading dihitung dengan menggunakan persamaan:
–
× 100 %
Contoh: pada berat silika 100 mg dengan pencucian diperoleh
konsentrasi lipase 10,38 ppm dengan volume 25 mL. Konsentrasi
kontrol sebesar 36,005 ppm dengan volume 10 mL.
%
=
× 100% =
(
,
) (
×
(
,
×
,
×
)
)
× 100%
= 27,93%
2. Perhitungan Efisiensi Immobilisasi
Efisiensi Immobilisasi dihitung dengan membandingkan aktivitas
spesifik lipase terimmobilisasi dengan aktivitas spesifik free lipase.
Contoh : pada berat silika 100 mg dengan pencucian
Aktivitas spesifik = 0,19 U/mg
Akttivitas Free Lipase = 2,32 U/mg
Efisiensi Immobilisasi =
,
/
,
/
× 100% = 8,19%
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
61
Lampiran 7 :
Data Titrasi Asam Lemak Sisa Variasi Suhu Reaksi
Tabel Hasil Titrasi Asam Lemak Sisa dengan NaOH 0,051 N
Suhu (oC)
30 oC
35oC
37oC
o
40 C
45oC
Sampel
Volum NaOH (mL)
Blanko
12,4
I
11,8
II
11,7
III
11,8
Blanko
12,45
I
11,7
II
11,6
III
11,3
Blanko
15,4
I
14
II
14,1
III
14
Blanko
16,7
I
15,6
II
15,9
III
15,8
Blanko
18,8
I
18,4
II
18,6
III
18,5
% Konversi
2,125
2,94
4,375
2,96
0,94
Dengan kondisi:
Waktu inkubasi 8 jam, rasio substrat 1:16, dan berat molecular sieve 0,1 g.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
62
Lampiran 8 :
Data Titrasi Asam Lemak Sisa Variasi Rasio Substrat
Tabel Hasil Titrasi Asam Lemak Sisa dengan NaOH 0,103 N
Rasio Substrat
1:16
1:32
1:64
1:80
Sampel
Volum NaOH (mL)
Blanko
14,5
I
14,1
II
13,9
III
14,3
Blanko
26,8
I
25,8
II
25,3
III
26,1
Blanko
36,6
I
34,8
II
35,2
III
35
Blanko
57,4
I
55,8
II
56,2
III
55,7
% Konversi
2,5
3,34
2,5
1,83
Dengan kondisi:
Temperatur 37oC, waktu inkubasi 8 jam, dan berat molecular sieve 0,1 g.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
63
Lampiran 9:
Data Titrasi Asam Lemak Sisa Variasi Waktu Inkubasi
Tabel Hasil Titrasi Asam Lemak Sisa dengan NaOH 0,05 N
Waktu Inkubasi
4 jam
8 jam
16 jam
32 jam
64 jam
Sampel
Volum NaOH (mL)
Blanko
22,2
I
21,8
II
21,6
III
20,7
Blanko
11,3
I
10,9
II
10,7
III
10,8
Blanko
21,2
I
18
II
18,9
III
17,5
Blanko
23,2
I
19,8
II
19
III
19,1
Blanko
18,3
I
17,1
II
17,6
III
17
% Konversi
2,5
3,125
9,59
12,1
3,34
Dengan kondisi :
Temperatur 37oC, rasio substrat 1:32, berat molecular sieve 0,1 g.
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
64
Lampiran 10:
Data Titrasi Asam Lemak Sisa Variasi Berat Molecular Sieve
Tabel Hasil Titrasi Asam Lemak Sisa dengan NaOH 0,094 N
Berat Molecular
Sieve (g)
0,1
0,3
0,5
0,7
Sampel
Volum NaOH (mL)
Blanko
24,4
I
22,4
II
22,8
III
23,7
Blanko
22,6
I
22,2
II
22,1
Blanko
22,4
I
21,5
II
21,5
Blanko
18,8
I
18,1
II
17,8
% Konversi
4,47
1,4
2,8
2,6
Dengan kondisi :
Waktu inkubasi 32 jam, temperatur 37oC, rasio substrat 1:32
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
65
Lampiran 11 :
Perhitungan Konversi dan Perkiraan Derajat Esterifikasi (DS) Ester Asam
Lemak Sukrosa dari Minyak Kelapa
1. Perhitungan % Konversi
Mmol asam lemak yang bereaksi :
=
(
−
%
)×
×
=
× 100%
2. Perhitungan Kasar Perkiraan Derajat Substitusi (DS) Ester Sukrosa yang
Terbentuk:
Pada kondisi optimum, diperoleh % konversi sebesar 4,47 %, maka mmol
asam lemak yang bereaksi adalah 0,0447 mmol.
=
=
,
,
= 0,447 ≈ 0,45
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
66
Lampiran 12:
Data Spesifikasi Lipase Candida rugosa
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
67
Lampiran 13 :
Data Analisis Komposisi Minyak Kelapa
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
68
Lanjutan Lampiran 13 :
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
69
Lampiran 14 : Spektrum FT-IR Asam Lemak Minyak Kelapa
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
70
Lampiran 15: Spektrum FT-IR Sukrosa
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
71
Lampiran 16 : Spektrum FT-IR Silika Gel 60
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
72
Universitas Indonesia
Studi eksterifikasi..., Tri Destiyanti, FMIPA UI, 2012
Download