Untuk Kalangan Sendiri

advertisement
KLIPPING DAKWAH
(Seri 1 )
Topik:
“JILBAB”
(Busana Muslimah yang Indah dan ber-Cahaya)
“….Kalau 10 orang lelaki bukan muhrim tengok sehelai rambut kakak ini, bermakna kakak mendapat 10 dosa ….”
( Azab Koma di Tanah Suci – Bab2/hal. 4.)
“Saya sempat su’udzon kepada Allah, kalau nanti berjilbab bagaimana dengan karir menyanyi? Pasti risi, banyak
hambatan. Ternyata, di luar dugaan. Setelah saya menutup aurat, semua pikiran jahat yang ada di benak saya
tidak pernah terbukti,”; “..dengan menutup aurat rezekinya bertambah dua kali lipat.” ( Tri Utami – Bab2/hal. 8.)
“ Bukan saya tak menyadari konsekuensi yang harus dihadapi. Meski memakai jilbab, tawaran sinetron tetap
mengalir. “; “ Apa boleh buat, demi prinsip, puluhan juta rupiah saya lepas. Tapi saya tidak menyesal. Saya yakin
Allah akan membukakan pintu rezeki yang lain buat saya. “; “ Bersyukur kepada Allah. Ternyata inilah jalan
keluar yang Engkau berikan, atas doa-doaku selama ini. Kau tutup pintu rezeki di sinetron yang memaksaku
membuka aurat, tapi Kau buka pintu rezeki lain. Pintu rezeki yang tidak hanya memberi manfaat secara lahir tapi
juga batin. Ada nilai ibadah yang saya emban. Alhamdulillah.“ ( Ida Leman – Bab2/hal. 11, 12.)
“ aku memang sangat bersyukur karena merasa mendapat banyak kemudahan setelah berani menyandang
atribut muslimah ini. “ ( Tya Sulestyawati– Bab2/hal. 16.)
“Saya hendak menjalankan ajaran agama secara total, dan karena itu saya mesti berjilbab.“ ( Hj. Luthfiah
Sungkar– Bab2/hal. 20.)
“ Selain dari dalam, penjagaan dari luar pun tidak sedikit. Itulah manfaatnya berjilbab,” (Mieke Wijaya– Bab2/hal.
26.)
“Setelah aku mulai memahami Islam, aku merasa sangat dekat dengan-Nya. Aku berusaha melaksanakan
semua perintah-Nya. Termasuk mengenakan jilbab “ ; “. Ah, kalau aku membenci jilbab, bisa-bisa aku akan
membenci Islam..” ( Tetraswari D.H.– Bab2/hal. 30.)
“Dia memakai kerudung yang, masya Allah, seakan-akan memancarkan cahayanya. Saya termenung dan
berpikir dalam hati, kalaulah dia yang menganut Islam selepas Kristen, terpanggil memakai kerudung, kenapa
saya yang terlahir sebagai Islam, tidak? “ (Wan Azizah Wan Ismail – Bab2/hal..36.)
____________________________________
Argon A. Suprijadi <[email protected]>
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
Pengantar
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb,
“Klipping Dakwah” Seri 1 dengan topik “JILBAB” ini disusun berdasarkan artikel-artikel, surat-surat
electronic (Email) yang penyusun peroleh dari rekan-rekan kaum muslim baik di Indonesia maupun
negara tatangga Malaysia, Singapore dan Brunei. serta dari situs-situs (Website) Media massa.
Klipping ini disusun semata-mata dengan tujuan untuk dapat saling mengingatkan diantara sesama
muslim, guna untuk meperoleh ridhoNya, berbagi pengalaman, dan dapat mengambil hikmah yang
terkandung dalam masing-masing pengalaman, agar kita selalu berada pada jalur yang benar sesuai
dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW dan Al-Qur’an. Tiada sedikitpun maksud saya dalam
menyusun klipping ini untuk dijadikan sebagai bahan per-debatan bagi pembacanya.
Terima kasih saya sampaikan kepada rekan-rekan yang telah memberikan bahan-bahan klipping ini
antara lain:
- Anggota Milis <[email protected]>
- Anggota Milis <[email protected]>
- "Ade Jachja. D" <[email protected]>
- "Nani Mintarsih" <[email protected]>
- “Indratmoko Poerwanto”< [email protected]>
- "Miftachul Arifin (BAT OP AEE)" <[email protected]>
- dan yang lainnya yang tak mungkin disebutkan satu-persatu.
“Klipping Dakwah” disusun berdasarkan bab-bab sebagai berikut:
Bab 1 : Risalah Jilbab,
Judul: “Kerudung Wanita atau Jilbab, Perintah Allah yang sudah dilupakan Ummat Islam”
(disusun oleh Drs. Muhammad S.A. untuk kalangan sendiri pada tahun 1991.).
Artikel ini saya peroleh melalui Fax dari rekan Ade Jachja D <[email protected]>, dan di-tik
ulang dengan melengkapi pada beberapa bagiannya, terutama pada tanda rujukan pada setiap
hadits yang tidak tercantum pada naskah aslinya, catatan kaki (footnote) dan sisipan huruf
arab. Rujukan / Riwayat hadits dikutip dari kitab “Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah
SAW, oleh Syekh Manshur Ali Nashif, Jilid 1, 2, 3, 4, 5.” Namun demikian tidak merubah /
mengurangi inti pokok yang hendak disampaikan dalam artikel ini.
Bab 2 : Pengalaman Religius,
Pada bab ini saya himpun beberapa email, isi sesuai aslinya, kutipan artikel dari surat kabar,
majalah, yang ada sangkut pautnya dengan artikel pada Bab 1. Dan beberapa kisah nyata
yang dapat kita ambil hikmahnya agar kita dapat terhindar dari petaka yang dialami orang lain.
Bab 3 : Tuntunan Hidup dan Lain Lain,
Pada bab ini saya himpun beberapa email, isi sesuai aslinya, yang ada sangkut paut-nya
dengan artikel pada Bab 1. Dan dapat dijadikan pedoman untuk merefleksikan dan
memposisikan diri kita. Sudah-kah para kaum wanita muslim berada pada posisi sebagai
seorang Muslimah ?
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
Pengantar
Kita menyadari bahwa tidak semua kaum muslim memiliki perangkat komputer yang dapat turut serta
ikut dalam diskusi yang dilakukan pada group [email protected], [email protected]
dll. Oleh sebab itu, Klipping Dakwah ini disusun terutama untuk mereka agar syiar Islam dapat
menyentuh sampai ke-penjuru negeri.
Penyusunan Klipping Dakwah ini TIDAK UNTUK DIPERJUAL BELIKAN, melainkan dapat dibagikan
secara CUMA-CUMA / GRATIS kepada sesama kaum muslim. Cara penyusunan ini tiada bedanya
dengan cara penyusunan klipping secara manual dengan menggunting dan menempelkan berbagai
artikel koran, majalah dsb. Namun dengan cara elektronic ini (“cut & Paste”) pendistribusiannya dapat
lebih cepat melalui sarana Email. Pada kesempatan ini juga saya menghimbau kepada rekan-rekan
yang sekiranya mempunyai kelebihan kertas, tinta printer, untuk dapat memperbanyak Klipping ini dan
membagikannya kepada segenap kaum muslim.
Insya Allah pada seri berikutnya, saya akan mencoba menghimpun artikel-artikel lainnya dengan topik
semisal ‘Shalat’, ‘Puasa” dan sebagainya. Bagi rekan-rekan yang telah memiliki artikel-artikel tersebut
ataupun pengalaman religius pribadi dan ingin disampaikan kepada segenap kaum muslim, dapat
mengirimkannya langsung ke saya melalui email atau fax.
Mohon maaf, bilamana dalam klipping ini terdapat kekeliruan yang tidak disengaja dan semoga Allah
swt memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.
Wabillahitaufiq Walhidayah, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Januari 2000 / Syawwal 1420H.
Penyusun Klipping,
Argon A. Suprijadi, Email: [email protected] , Fax: (021) 864-9769
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
Drs. Muhammad S.A.
KERUDUNG WANITA ATAU JILBAB
PERINTAH ALLAH
YANG SUDAH DILUPAKAN UMMAT ISLAM
---- “Gambar close-up wanita memakai jilbab’----tidak dapat kami sisipkan dalam kolom ini,
mengingat kualitas gambar yang diterima
melalui fax tidak bisa direproduksi.
Untuk Kalangan Sendiri – 1991 - JAKARTA, INDONESIA
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 1: Risalah Jilbab
KERUDUNG WANITA ATAU JILBAB
PERINTAH ALLAH
YANG SUDAH DILUPAKAN UMMAT ISLAM
Bismil-laahir-rahmaanir-rahim,
Ada satu peribahasa yang pendek, sederhana, tetapi dalam artinya, yang berbunyi sbb.:
“Tak kenal, maka tak sayang”,
Sesuai dengan bunyi peribahasa diatas, ada satu perintah Allah yang penting sekali yang hampir
tak dikenal atau dianggap enteng oleh umat Islam, yaitu keharusan kaum wanita memakai kerudung
kepala.
PERINTAH ALLAH SWT UNTUK MEMAKAI KERUDUNG / JILBAB
Keharusan kaum wanita memakai kerudung kepala tertera dalam surat An Nur ayat 31 yang cukup
panjang, yang penulis kutip satu baris saja, yang berbunyi sbb.:
“ Katakanlah kepada wanita yang beriman,……. Dan hendaklah mereka menutupkan kerudung
kepalanya sampai kedadanya”…..
Dan seperti yang tercantum dalam surat Al Ahzab ayat 59 yang artinya sbb.:
“ Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isteri engkau, anak-anak perempuan engkau dan isteri-isteri
orang-orang mu’min, supaya mereka menutup kepala dan badan mereka dengan jilbabnya supaya
mereka dapat dikenal orang, maka tentulah mereka tidak diganggu (disakiti) oleh laki-laki yang
jahat. Allah pengampun lagi pengasih”.
Perintah Allah diatas adalah jelas dan tegas yang wajib hukumnya bagi kaum wanita sebagaimana
dinyatakan Allah pada pembukaan surat An-Nur tersebut yang berbunyi sbb.:
“ Inilah satu surah yang Kami turunkan kepada Rasul dari Kami wajibkan menjalankan hukumhukum syariat yang tersebut didalamnya. Dan Kami turunkan pula didalamnya keteranganketerangan yang jelas, semoga kamu dapat mengingatnya”.
Dari bunyi ayat diatas, jelaslah wanita yang tidak memakai kerudung telah melakukan dosa yang besar
karena ingkar kepada hukum syariat Islam yang diwajibkan oleh Allah. Perintah Allah diatas ini
ditegaskan lagi oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadist beliau yang artinya sbb:
“Wahai Asma! Sesungguhnya seorang perempuan apabila sudah cukup umur, tidak boleh dilihat
seluruh anggota tubuhnya, kecuali ini dan ini. sambil Rasulullah menunjuk muka dan kedua tapak
tangannya”. (Riwayat: Abu Daud)
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
1
BAB 1: Risalah Jilbab
Sekarang kalau kita keliling diseluruh Indonesia, Malaysia, Singapore dan Brunei, sedikit sekali kaum
wanita Islam yang memakai kerudung kepala, umumnya hanya anak-anak gadis sekolah pesantren.
Jumlah kaum wanita yang memakai kerudung kepala bisa dihitung dengan jari, tidak ada artinya dari
jumlah penduduk Islam yang jumlah lebih jurang dari 180 juta.
Kalau begitu gambarannya, banyak sekali kaum wanita yang masuk neraka, cocok sekali dengan bunyi
hadits dibawah ini yang artinya sbb.:
“ Saya berdiri dimuka pintu sorga, tiba-tiba umumnya yang masuk kesorga orang-orang miskin,
sedang orang yang kaya-kaya masih tertahan, hanya saja bahagian mereka telah diperintah masuk
neraka, dan aku berdiri di muka pintu neraka maka kebanyakan yang masuk neraka wanita”..
(Riwayat: Usamah bin Zaid ra.)
Banyak kaum wanita yang masuk neraka, semata-mata karena didalam hidupnya tak mau memakai
kerudung kepala atau jilbab, didalam neraka akan mendapat siksaan yang berat sekali sebagaimana
diceritakan Nabi Muhammad SAW dalam hadits beliau yang artinya sbb:
“Wanita yang akan digantung dengan rambutnya, sampai mendidih otak dikepalanya didalam
neraka, ialah wanita yang memperlihatkan rambutnya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya”.
(Riwayat: ……………………)
Hadits diatas adalah bahagian akhir dari hadits Nabi Muhammad SAW yang cukup panjang, yang
menceritakan berbagai macam siksa neraka yang diperlihatkan Allah waktu beliau pergi mi’raj. Waktu
beliau menceritakan nasib kaum wanita yang berat siksanya didalam neraka karena tak mau memakai
kerudung kepala atau jilbab didalam hidup, beliau meneteskan air mata.
Begitulah Nabi Muhammad SAW menangisi nasib kaum wanita dari ummatnya nanti di akhirat, tetapi
sekarang kalau kaum wanita Islam disuruh memakai kerudung kepala, banyak alasannya, ada yang
mengatakan fanatik agama, sudah kuno tak cocok dengan zaman, panas, dan lain sebagainya.
Sikap kaum wanita di zaman sekarang sungguh bertolak belakang dengan sikap kaum wanita di zaman
dahulu waktu ayat kerudung kepala itu turun sebagaimana diceritakan Aisyah, isteri Nabi Muhammad
SAW berikut ini:
“Telah berkata Aisyah: Mudah-mudahan Allah memberi rahmat atas perempuan-perempuan
Muhajirat yang dahulu, Diwaktu Allah menurunkan ayat kerudung itu, mereka koyak kain-kain
berlukis mereka yang belum dijihat, lalu mereka jadikan kerudung”. (Riwayat: Abu Daud dan Bukhari)
Sikap wanita Islam di Medinah pada waktu turunnya ayat kerudung itu, betul-betul cocok dengan
pribadi seorang beriman, sebagai yang digambarkan Allah didalam Al-Qur’an, yaitu jika mereka
mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, mereka lalu berkata: “Kami mendengar dan kami patuh”.1)
Tetapi sekarang sikap kaum wanita Islam, jika dibacakan ayat mengenai keharusan memakai jilbab,
mereka berkata: “Kami mendengar, tetapi kami ingkar”2. Kalau begitu sikap kaum wanita Islam
terhadap ayat jilbab ini, betul tidak cocok dengan pengakuannya kepada Allah didalam shalat yang
berbunyi sbb.:
1
2
Sami’na wa atho’na gufranaka.
Seperti yang sering dikatakan para ahli-kitab “Sami’na wa’ashaina”, yang mengingkari ajakan Rasulullah SAW.
2
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 1: Risalah Jilbab
“La syarikallahu wabiza lika ummirtu wa anna minal muslimin”
yang artinya:
“Tiada syarikat bagi Engkau dan aku mengaku seorang muslimah”.
Seorang wanita yang mengaku dirinya seorang muslimah, yaitu tunduk patuh kepada seluruh perintah
Allah, harus berpakaian muslimah didalam hidupnya, yaitu terdiri dari jilbab dan pakaian yang menutup
seluruh anggota tubuhnya, berlengan panjang sampai pergelangan tangannya dan memakai rok yang
menutup sampai mata kakinya. Kalau mereka tidak berpakaian seperti diatas, mereka bukan disebut
wanita muslimah. Jadi pernyataannya didalam shalat yang berbunyi: “Aku mengaku seorang muslimah”
adalah dusta kepada Allah.
TERHAPUSNYA PAHALA KARENA TIDAK MEMAKAI JILBAB
Seseorang yang bersumpah palsu saja dimuka pengadilan adalah berat hukumannya, apalagi seorang
yang berjanji palsu dihadapan Allah, tentu berat hukuman didalam neraka, yaitu sampai di gantung
dengan rambutnya hingga mendidih otaknya.3 Kaum wanita menyangka bahwa tidak memakai jilbab
adalah dosa kecil yang tertutup dengan pahala yang banyak dari shalat, puasa, zakat dan haji yang
mereka lakukan. Ini adalah cara berpikir yang salah harus diluruskan. Kaum wanita yang tak memakai
jilbab, tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal ibadahnya
sebagai bunyi surat Al-Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya sbb:
“….. Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah
pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi”.
Sebagaimana telah diterangkan dimuka, memakai jilbab bagi kaum wanita adalah hukum syariat Islam
yang digariskan Allah dalam surat An-Nur ayat 59. Jadi kaum wanita yang tak memakainya, mereka
telah mengingkari hukum syariat Islam dan bagi mereka berlaku ketentuan Allah yang tak bisa ditawar
lagi, yaitu hapus pahala shalat, puasa, zakat dan haji mereka?.
Sikap Allah diatas ini sama dengan sikap manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagai terlambang
dari peribahasa seperti:“Rusak susu sebelanga, karena nila setitik,”. Contoh segelas susu adalah enak
diminum. Tetapi kalau dalam susu itu ada setetes kotoran manusia, kita tidak membuang kotoran
tersebut lalu meminum susu tersebut, tetapi kita membuang seluruh susu tersebut.
Begitulah sikap manusia jika ada barang yang kotor mencampuri barang yang bersih. Kalau manusia
tidak mau meminum susu yang bercampur sedikit kotoran, begitu juga Allah tidak mau menerima amal
ibadah manusia kalau satu saja perintah-Nya diingkari.
Di dalam surat Al A’raaf ayat 147, Allah menegaskan lagi sikapNya terhadap wanita yang tak mau
memakai jilbab, yang berbunyi sbb.:
“Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh
pahala amal kebaikan. Bukankah mereka tidak akan diberi balasan selain dari apa yang telah
mereka kerjakan?”
Kaum wanita yang tak memakai jilbab didalam hidupnya, mereka telah sesuai dengan bunyi ayat Allah
diatas ini, hapuslah pahala shalat, puasa, zakat, haji mereka.
3
Baca: “Pengalaman Religius: Azab Koma di Tanah Suci”, Bab 2 .
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
3
BAB 1: Risalah Jilbab
Sungguh-sungguh betul harus dikasihani wanita seperti ini dengan menyadarkan mereka supaya patuh
kepada Allah, yaitu keharusan memakai jilbab didalam hidup mereka. Kaum wanita yang tak mau
memakai jilbab, mengucapkan “Allahu Akbar” didalam shalat mereka, yang artinya “Allah Yang Maha
Besar”, Dialah yang Maha Kuasa dan pemimpin tertinggi yang harus dipatuhi seluruh perintahNya,
sedang dia adalah hamba Allah yang lemah dan hina dina yang tak berdaya sama sekali.
Tetapi diluar shalat dia tak mau memakai jilbab yang melambangkan ciri khas seorang wanita
muslimah. Kalau begitu ucapan “Allahu Akbar” didalam shalat mereka adalah kosong tidak berbekas
dihati mereka.
Jadi dapat dimengerti kenapa shalat mereka tidak ada nilainya disisi Allah, atau telah hapus pahalanya
sesuai dengan bunyi surat Al Maidah ayat 5 baris terakhir dan surat Al A’raaf ayat 147 di atas tadi.
Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab berada dalam neraka sebagaimana bunyi hadits Nabi
Muhammad SAW diatas, juda ditegaskan Allah sebagaimana firmanNya di dalam surat Al A’raaf ayat
36 yang artinya seperti:
“Adapun orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya”.
Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, adalah mendustakan ayat Allah surat An Nur ayat 31 dan
Al Ahzab ayat 59 dan menyombongkan diri terhadap perintah Allah tersebut, maka sesuai dengan
bunyi ayat tersebut diatas mereka kekal didalam neraka.
Ummat Islam selama ini menyangka tidak kekal didalam neraka, karena ada syafaat atau pertolongan
Nabi Muhammad SAW yang memohon kepada Allah agar ummat yang berdosa dikeluarkan dari
neraka. Mereka yang dikeluarkan Allah dari neraka, mereka yang dalam hidupnya ada perasaan takut
kepada Allah. Tetapi kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, tidak ada perasaan takutnya akan
siksa Allah, sebab itulah mereka kekal didalam neraka.
Seseorang yang sadar akan dosanya digambarkan Nabi Muhammad SAW seperti bunyi hadits yang
artinya seperti:
“Sesungguhnya seorang mukmin dosanya itu bagaikan bukit besar yang kuatir jatuh padanya,
sedang orang kafir memandang dosanya bagaikan lalat yang hinggap diatas hidungnya”. (Riwayat:
……………………)
Sekarang kaum wanita yang tak mau berjilbab, dapat menanya hati nurani mereka masing-masing.
Apakah terasa berdosa bagaikan gunung yang sewaktu-waktu jatuh menghimpitnya atau bagaikan lalat
yang hinggap dihidung mereka?.
Kalau kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, menganggap enteng dosa mereka bagaikan lalat
yang hinggap dihidungnya, maka tak akan bertobat didalam hidupnya. Atau dalam perkataan lain tidak
ada perasaan takutnya kepada Allah, sebab itu mereka kekal didalam neraka sebagaimana bunyi surat
Al-A’raaf ayat 36 di atas. Jadi mereka tak mendapat syafaat atau pertolongan Nabi Muhammad SAW
nanti di akhirat.
4
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 1: Risalah Jilbab
Banyak sekali kaum wanita yang tak berjilbab sungguhpun mereka mendirikan shalat, puasa, zakat dan
haji, tetapi telah hapus nilai pahalanya disisi Allah telah terjadi di zaman kita ini dan akan berketerusan
sampai hari kiamat, kecuali dakwah menghidupkan risalah jilbab ini dikerjakan bersama-sama oleh
seluruh ummat Islam, yaitu dengan mencetak ulang buku yang tipis ini dengan jumlah yang banyak dan
disebarkan secara cuma-cuma ketengah-tengah ummat Islam.
Sesungguhnya banyak kaum wanita yang hapus pahala shalatnya yang hidup di zaman ini dan di
zaman yang akan datang, semata-mata karena mereka tidak memakai jilbab didalam hidup mereka,
telah diisyaratkan Nabi Muhammad SAW dikala hidup beliau sebagaimana bunyi hadits dibawah ini
yang artinya sbb:
“Ada satu masa yang paling aku takuti, dimana ummatku banyak yang mendirikan shalat, tetapi
sebenarnya mereka bukan mendirikan shalat, dan neraka jahanamlah bagi mereka”. (Riwayat:
……………………)
Tafsir “…sebenarnya bukan mendirikan shalat…” dari hadits diatas, ialah nilai shalat mereka tidak ada
disisi Allah karena telah hapus pahalanya disebabkan kaum wanita mengingkari ayat jilbab. Begitulah
Nabi Muhammad SAW memberi peringatan kepada kita semua, bahwa banyak ummatnya dari kaum
wanita yang masuk neraka biarpun mereka mendirikan shalat, tetapi tidak memakai jilbab didalam
hidup, apakah kita yang mengaku mencintai sesama ummat Nabi Muhammad SAW akan diam
berpangku tangan membiarkan kaum wanita berada berketerusan dalam dosa ?.
Kalau begitu dimana letak kecintaan dan persaudaraan kita sesama ummat Islam yang diidam-idamkan
Nabi Muhammad SAW dikala hidup beliau banyak yang masuk sorga sebagaimana bunyi hadits beliau
yang artinya sbb.:
“Kegembiraanku didalam sorga, ialah melihat banyak ummatku yang masuk sorga”. (Riwayat:
……………………)
Kita mengaku sebagai ummat Nabi Muhammad SAW yang mencintai beliau, apakah tidak ada
keinginan hendak menghibur beliau nanti didalam sorga, yang dikala hidupnya bersusah payah
bermandikan keringat dan menyabung nyawanya menyampaikan risalah agama Islam ketengahtengah ummat manusia, dengan hiburan yang paling menggembirakan hati beliau, yaitu dengan
melihat ummatnya banyak yang masuk sorga.
Kalau kita merasa mencintai Nabi Muhammad SAW sadarkanlah kaum wanita Islam agar mau
memakai jilbab, yaitu dengan mencetak ulang buku yang tipis ini dalam jumlah banyak dan menyebar
luaskan ketengah-tengah ummat Islam yang belum sadar atau alpa dengan pentingnya risalah jilbab ini
dihidupkan bukan saja oleh anak gadis-gadis sekolah pesantren, tetapi juga oleh seluruh wanita Islam
yang mengaku ummat Nabi Muhammad SAW .
Nabi Muhammad SAW sangat mencintai ummatnya, sehingga waktu menjelang wafat, yang teringat
oleh beliau adalah ummatnya yang banyak dengan berkata: “Ummatku….. ummatku….. ummatku….”.
Nabi Muhammad SAW dikala menghadapi ajalnya, bukan teringat akan anak dan isteri-isterinya yang
miskin yang akan beliau tinggalkan, tetapi teringat akan ummatnya agar jangan jatuh masuk neraka,
yang salah satu penyebabnya ialah kaum wanita tak mau memakai jilbab.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
5
BAB 1: Risalah Jilbab
Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, tidak saja menjerumuskan dirinya sendiri masuk neraka,
tetapi juga menjerumuskan suaminya masuk neraka sebagaimana bunyi hadits Nabi Muhammad SAW
dibawah ini yang artinya seperti:
“Seorang suami yang membiarkan isterinya keluar rumah dengan terbuka auratnya, maka tiap
langkah dari isterinya, dia membangun rumah didalam neraka buat sua-minya”. (Riwayat:
……………………)
Kenapa pihak suami yang membiarkan isterinya keluar rumah tanpa memakai jilbab akan masuk
neraka? Karena kaum laki-laki adalah pemimpin di rumah tangga, dan tiap-tiap pemimpin akan diminta
pertanggung jawabannya.
Orang tua yang membiarkan anaknya yang perempuan keluar rumah tanpa memakai jilbab, nanti
dipengadilan Allah di akhirat mereka akan dituntut oleh anaknya sebagaimana diceritakan Nabi
Muhammad SAW dalam hadits berikut:
“Nanti dipengadilan Allah, seorang anak diputuskan Allah masuk neraka. Tetapi sebelum anak
tersebut dimasukkan kedalam neraka, si anak menuntut kepada Allah: Ya, Allah, aku tidak ridho
masuk neraka, kalau tidak bersama orang tuaku”, kemudian setelah Allah meminta pertanggung
jawaban orang tua si anak tadi, maka kedua orangtuanya dimasukkan ke dalam neraka bersama
anaknya”. (Riwayat: ……………………)
Demikianlah seorang wanita yang tak memakai jilbab, tidak saja menjuruskan dirinya masuk neraka,
tetapi juga suami dan kedua orangtuanya, karena kedua orang tuanya tidak mendidik anak gadisnya
memakai jilbab sejak dari kecil, sehingga jilbab itu terasa asing bagi mereka setelah mereka meningkat
dewasa.
Kalau begitu gambarannya, sungguh banyak ummat Nabi Muhammad SAW bahwa ummatnya banyak
yang masuk neraka, semata-mata karena banyaknya kaum wanita yang tak memakai jilbab, sebab itu
kita yang mengaku mencintai Allah dan RasulNya, apakah tidak terpanggil hati untuk mengembirakan
Allah dan RasulNya. Menggembirakan Allah, ialah dengan banyaknya hambanya yang bertobat, baik
kaum wanita kembali memakai jilbab dalam hidup.
Telah bersabda Rasulullah S.A.W. yang artinya sbb:
“Sesungguhnya Allah lebih gembira menerima taubat hambaNya, melebihi dari kegembiraan
seseorang yang menemukan kembali dengan tiba-tiba, untanya yang telah hilang daripadanya
ditengah hutan”. (Riwayat: ……………………)
Jika seluruh wanita Islam di Indonesia, Malaysia, Singapore dan Brunei mau memakai jilbab, bukan
main kegembiraan Allah melihat banyaknya hamba-hambaNya yang bertobat dan begitu juga Nabi
Muhammad SAW bukan main gembiranya melihat banyaknya ummatnya yang masuk sorga.
Tetapi Allah tidak akan merobah nasib ummat Islam nanti di akhirat, sebelum ummat Islam
sendiri turun tangan berusaha memperbaiki nasibnya, yaitu dengan menyadarkan kaum wanita
agar ikhlas memakai jilbab. Dan salah-satunya cara ialah dengan mencetak ulang buku yang tipis ini
dalam jumlah yang banyak dan menyebarkan secara cuma-cuma ketengah-tengah ummat Islam.
6
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 1: Risalah Jilbab
Ummat Islam banyak yang menganggap enteng pengadilan Allah dipadang Mahsyar dan siksa neraka.
Manusia pada hari kiamat dikumpulkan Allah sejak dari Nabi Adam sampai manusia terakhir yang tak
terhingga banyak. Semuanya berdiri telanjang bulat bermandikan keringat dibawah panas matahari
yang sangat panas. Lamanya berdiri menurut Nabi Muhammad SAW ialah 50.000 tahun. Bayangkan
berdiri ribuan tahun menahan lapar dan haus, bukan main melelahkan sebagaimana yang diceritakan
Nabi Muhammad SAW dalam hadits dibawah ini:
“Manusia pada hari kiamat ada yang bermandikan keringat dan bermohon kepada Allah SWT: Ya
Allah, beri aku istirahat barang sejenak biarpun dalam api neraka”. (Riwayat: ……………………)
Manusia di padang Mahsyar berada dalam ketakutan, ingat dosa yang banyak dan amal yang sedikit.
Sedangkan manusia yang beramal banyak masih berada dalam ketakutan sebagaimana bunyi hadits
yang artinya seperti:
“Andaikan dihari kiamat itu ada seorang mempunyai amal tujuh puluh nabi pasti ia akan merasa
remeh semua amalnya itu, bahkan ia masih merasa takut tidak akan selamat dari bahaya hari
kiamat”. (Riwayat: ……………………)
Jadi dapat dibayangkan rasa takut kaum wanita yang tak memakai jilbab nanti di hari kiamat, karena
sadar didalam hidupnya ia berada dalam lautan dosa disebabkan terbuka auratnya di muka umum.
Biarpun mereka mengerjakan shalat, puasa, zakat, berzikir dan haji, tetapi semua pahalanya telah
hapus disisi Allah SWT. Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab lupa akan wasiat Nabi Muhammad
SAW yang artinya seperti:
“Jangan kau melihat kecilnya dosa, tetapi perhatikan kepada siapakah kau berdosa itu”. (Riwayat:
……………………)
Kaum wanita yang hidup di zaman ini, menganggap kecil dosa tak memakai jilbab, tetapi mereka lupa
bahwa mereka berdosa kepada Allah SWT Tuhan Semesta Alam, Zat Yang Maha Kuasa yang
menciptakan dirinya.
Semua manusia lupa perasaan malu berdiri telanjang bulat dihari kiamat, sebagaimana bunyi hadits
yang artinya seperti:
“Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, bertelanjang, dan
tidak bersunat, keringatnya hingga mulut mereka, dan sebahagiannya sampai pada cuping
telinganya”.. (Riwayat: ……………………).
Isteri Nabi Muhammad SAW yang bernama Saudah bertanya mengenai hadits tersebut diatas yang
artinya seperti:
“Ya, Rasulullah, alangkah jeleknya diantara kita yang saling berlihat-lihatan antara yang satu
dengan yang lainnya”, lalu Nabi menjawab “Manusia pada waktu itu sangat sibuk dengan urusan
mereka, dan setiap diri pada hari itu memiliki urusan yang besar”.. (Riwayat: ……………………)
Bagaimana seramnya hari kiamat itu, dilukiskan Nabi Muhammad SAW dalam hadits berikut ini:
“ Andaikata seorang melakukan amal tujuhpuluh Nabi, niscaya ia merasa sedikit amalannya,
karena ngerinya keadaan hari kiamat, dan andaikata setimba dari bahan bakar neraka dituangkan
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
7
BAB 1: Risalah Jilbab
ditempat matahari terbit niscaya akan mendidihkan orang yang berada ditempat matahari
terbenam, dan andaikan neraka jahanam itu mengaung sekali saja, niscaya tidak ada Malaikat
yang muqorroh atau Nabi dan Rasul melainkan akan bertekuk lutut sambil berkata: Tuhanku,
kasihanilah diriku, sehingga Nabi Ibrahim lupa terhadap putranya Ishaq, dan hanya berdoa: Ya
Tuhan, aku KholilMu Ibrahim, maka jangan Kau lupakan aku". (Riwayat: ……………………)
Begitu menakutkan hari kiamat dan seramnya neraka jahanam sebagaimana bunyi hadits diatas, tetapi
kaum wanita yang tak mau memakai jilbab masih bisa ketawa, enak makan dan enak tidur. Kaum
wanita seperti ini betul-betul bangga dirinya disebut wanita modern, berdandan seperti wanita Barat4
yang tak mengenal Islam, tetapi nanti diakhirat berada dalam kemiskinan amal sebagai sabda Nabi
Muhammad SAW yang artinya seperti:
“Tiada kepapaan yang paling besar, kecuali perasaan bangga diri”. (Riwayat: ……………………)
Tafsir “kepapaan yang paling besar” dari hadits di atas, ialah kemiskinan amal nanti di akhirat
disebabkan perasaan bangga diri disebut wanita modern, sebab itu kaum wanita tersebut merasa hina
memakai jilbab, yang melambangkan seorang wanita itu disebut wanita muslimah.
Mengingat banyaknya penghuni neraka itu, dapat dibayangkan betapa besarnya api neraka tersebut.
Abu Hurairah, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW bercerita mengenai betapa besarnya api neraka
tersebut sebagai berikut yang artinya seperti:
“Kami bersama Rasulullah yang kemudian kami mendengar sesuatu yang jatuh, lalu Rasulullah
bertanya: Tahukah kamu suara apakah itu? Kami menjawab: Allah dan RasulNya yang lebih
mengetahui. Nabi Menjawab: Itu adalah sebuah batu yang jatuh kedalam neraka jahanam sejak
tujuh puluh tahun yang lalu dan kini telah berakhir memasuki dasarnya”. (Riwayat: ……………………)
Betapa panasnya api neraka tersebut dapat dibayangkan dari bunyi hadits berikut ini:
“Allah memerintahkan menyalakan neraka selama 1.000 tahun hingga menjadi merah, kemudian
menyalakan lagi 1.000 tahun hingga menjadi berwarna putih, kemudian dinyalakan lagi 1.000
tahun hingga berwarna hitam, yaitu hitam kegelapan”. (Riwayat: ……………………)
Siksa neraka yang paling ringan saja bukan main beratnya sebagaimana yang diceritakan Nabi
Muhammad SAW dalam hadits berikut:
“Sesungguhnya yang paling ringan siksaan penduduk neraka pada hari kiamat, yaitu orang
tersebut memakai dua sandal dari api neraka itu lalu mendidihkan otaknya dari panas kedua
sandalnya”. (Riwayat: ……………………)
Mengenai makanan dan minuman penduduk neraka diceritakan Allah SWT didalam surat Al-Waqiah
ayat berikut:
“(51) Kemudian wahai orang-orang yang sesat dan mendustakan, (52) Kamu pasti akan memakan
pohon zakum, (53) Pengisi perutmu, (54) Lalu kamu meminum air panas, (55) Sebagai unta yang
kehausan, (56) Itulah suguhan untuk mereka pada Hari Pembalasan.”
4
Berdandan seperti yang diperlihatkan oleh kaum wanita dari benua Amerika, Eropa, Australia dll,pada umumnya sebagaimana yang sering kita lihat
dalam tayangan film-film dan berbagai acara musik di televisi.
8
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 1: Risalah Jilbab
Mengenai pohon zakum yang menjadi makanan penduduk neraka, Nabi Muhammad SAW
menceritakan sbb:
“Jika sekiranya setetes dari makanan zakum itu diteteskan pada segenap lautan dunia, maka akan
rusaklah penduduk dunia ini bagi segenap kehidupan penduduknya, lalu bagai manakah bagi
orang yang makannya dari makanan zakum tersebut”. (Riwayat: ……………………)
Sungguh tak terbayang beratnya siksaan didalam neraka, memakan pohon zakum dan meminum air
mendidih sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Muhammad ayat 15:
“…. Apakah yang demikian itu sama dengan penderitaan orang yang kekal dalam neraka, yang
diberi minuman dengan air yang mendidih, lalu memotong usus mereka?”. (Riwayat: ……………………)
Penderitaan penduduk neraka diatas itu masih belum cukup, masih ada siksa yang lebih berat lagi,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Kahfi ayat 29:
“Sesungguhnya Kami menyediakan bagi mereka yang zalim berupa neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta air minum niscaya mereka akan diberi dengan air
seperti besi mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek”.
Kalau meminum air mendidih saja tak sanggup kita menahan sakitnya, apalagi meminum air seperti
besi mendidih.
Betul-betul Allah SWT maha siksaanNya sebagaimana yang sering diperingatkanNya di dalam Al
Qur’an, tetapi wanita Islam yang tak mememakai jilbab tak menyadarinya.
Siksa neraka diatas masih ditambah Allah SWT dengan siksaan yang berikut sebagaimana firmanNya
dalam surat An-Nisa ayat 56:
“Sesungguhnya mereka yang kafir dengan ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka
kedalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain,
agar mereka merasakan siksaan. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Dalam surat An-Naba ayat berikut, renungkanlah minuman nanah5 yang menjijikan bagi penduduk
neraka:
“(21) Sesungguhnya neraka jahanam itu, disediakan, (22) untuk tempat kembali bagi orang-orang
yang durhaka, (23) Disitu mereka tinggal berabad-abad lamanya, (24) Tidak pernah merasakan
kesejukan, tidak pula mendapat minuman, (25) Kecuali air mendidih dan nanah.”
Melihat ingus anak kecil yang berlepotan, kita sudah jijik, apalagi meminum nanah yang dipaksakan
oleh malaikat neraka yang kasar-kasar dan bengis-bengis.
Disamping siksa-siksa neraka diatas, masih ada siksa neraka yang tak kalah pedihnya, yaitu disengat
kalajengking yang sangat berbisa dan digigit ular-ular berbisa.
5
Baca: “Pengalaman Religius: Azab Koma di Tanah Suci”, Bab 2 .
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
9
BAB 1: Risalah Jilbab
Ummat Islam didalam hidupnya, mengucapkan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW diakhir
shalatnya dengan ucapan yang berbunyi “ Allahuma Shali ala Muhammad ”. Shalawat kita kepada Nabi
Muhammad SAW adalah suatu doa kepada Allah SWT untuk Muhammad SAW yang artinya “Ya Allah
berkahilah kehidupan Muhammad”. Kenapa kita sebagai ummat Nabi Muhammad SAW mendoakan
beliau dengan doa tersebut diatas, sedangkan beliau sudah jelas masuk sorga dan pemimpin ummat
manusia nanti disorga. Doa yang pendek tersebut diatas untuk Nabi Muhammad SAW, adalah lambang
kecintaan kita sebagai ummat Muhammad SAW kepada beliau, agar Allah SWT mengkaruniai beliau
yang salah satu diantaranya dilambangkan dengan meratanya kaum wanita Islam memakai Jilbab,
sehingga banyak ummat Islam masuk sorga, yang merupakan kegembiraan paling besar bagi Nabi
Muhammad SAW di sorga yang akan dibanggakannya kepada para nabi-nabi yang lain. Jadi begitulah
tujuan kita bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Tetapi jika kaum wanita Islam yang jumlah demikian banyaknya tidak memakai jilbab, jelaslah akan
banyak ummat Muhammad SAW nanti yang masuk neraka, tidak ada kegembiraan nabi Muhammad
SAW nanti di sorga, dan tidak ada yang akan dibanggakannya nanti kepada para nabi-nabi yang lain.
Kalau begitu apa konsekwensi shalawat kita kepada Nabi Muhammad SAW yang melambangkan
kecintaan kita kepada beliau, harus diikuti dengan perjuangan yang sungguh-sungguh dan tidak hentihentinya menyadarkan kaum wanita agar ikhlas memakai jilbab. Dan salah-satunya cara yang penulis
lihat ialah dengan menyebar luaskan buku tipis ini agar dibaca oleh seluruh ummat Islam. Tetapi jika
anda bersikap diam saja, berarti tidak ada kecintaan anda kepada Nabi Muhammad SAW, dan
shalawat anda adalah kosong, karena tidak ada perbuatan anda yang sesuai dengan bunyi shalawat
anda.
Nabi Muhammad SAW telah bersabda:
“Perumpamaan orang yang berdo’a tanpa amal, bagaikan orang yang memanah tanpa senar”.
(Riwayat: ……………………)
Sesuai dengan bunyi hadits Nabi Muhammad SAW diatas ini, ummat Islam yang berpangku tangan
membiarkan kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, berarti doanya yang terlambang dalam
shalawatnya untuk Nabi Muhammad SAW, bagaikan orang yang memanah tanpa senar, tidak ada
bukti kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW
Patut anda ketahui, menghidupkan sunnah Rasul yang sudah hilang adalah tinggi nilainya
Allah SWT sebagaimana bunyi hadits dibawah ini yang artinya sbb.:
disisi
“Mereka yang menghidupkan sunnah-sunnahku yang sudah hilang ditengah-tengah kekacauan
ummatku, pahalanya sama dengan pahala seratus orang mati syahid”. (Riwayat: ……………………)
Kalau menghidupkan sunnah Rasul yang sudah hilang demikian tinggi nilai pahalanya, apalagi
menghidupkan perintah Allah SWT, yaitu keharusan wanita memakai jilbab yang sudah dilupakan atau
dianggap sepele oleh kaum wanita, tentu pahalanya tidak kurang dari pahala seratus orang yang mati
syahid.
Apakah anda tidak menginginkan pahala seratus orang mati syahid, biarpun perang agama yang dilalui
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya telah lewat dan tak mungkin terjadi lagi?
10
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 1: Risalah Jilbab
Patut anda ketahui, orang mati syahid diberi Allah SWT kesempatan memasukan 70 orang dari
anggota keluarganya ke dalam sorga. Jadi kalau anda mendapat pahala 100 orang mati syahid, anda
dapat memasukan 7.000 orang dari anggota keluarga anda masuk sorga, mulai dari nenek moyang
anda sampai anak cucu keturunan anda. Inilah satu kegembiraan penduduk sorga yang paling besar
nanti, jika dapat berkumpul dengan kaum keluarga.
Jadi ini kesempatan yang paling berharga yang diberikan kepada ummat Muhammad SAW yang hidup
dibelakangnya.
Sebab itu sekali lagi penulis menghimbau ummat Islam agar mau mengeluarkan hartanya untuk
mencetak ulang buku tipis yang sederhana ini didalam jumlah yang banyak dan menyebar luaskan
ketengah-tengah ummat Islam. Kalau perlu bagi mereka yang kaya, juga menyediakan busana
muslimahnya bagi mereka yang kurang mampu agar shalawat anda betul-betul cocok dengan
kemampuan anda, lambang kecintaan anda kepada Nabi Muhammad SAW.
Ummat Islam di abad ini memimpikan kenaikan Islam yang mereka idam-idamkan selama ini. Kenaikan
Islam, bukan ditandai oleh banyak mesjid yang besar-besar dan indah yang kita bangun, bukan pula
ditandai oleh banyaknya orang Islam yang pintar-pintar dan kaya-kaya. Kenaikan Islam ditandai oleh
banyaknya ummat Muhammad SAW yang bertaqwa kepada Allah SWT, salah satu dilambangkan
dengan meratanya kaum wanitanya memakai jilbab, lambang mereka wanita muslimah.
Nabi Muhammad SAW tidak bangga dengan banyaknya mesjid yang besar-besar dan indah-indah
yang kita bangun, sebagaimana bunyi hadits yang artinya sbb.:
“Dibelakang hari banyak ummatku yang membangun mesjid, tetapi demi keindahan dan
kebanggaan saja” (Riwayat: ……………………)
dari bunyi hadits Nabi Muhammad SAW diatas, beliau akan lebih bangga kalau ummatnya dari
golongan kaum wanita seluruh memakai jilbab dari pada melihat bangunan mesjid yang besa-besar
dan indah-indah.
Menghidupkan risalah jilbab ini adalah termasuk jihad fisabilillah, suatu perjuangan yang berat dalam
menyadarkan wanita Islam agar kenal identitasnya sebagai wanita muslimah, lebih berat dari
membangun mesjid yang besar-besar dan indah-indah. Sebab itu kenapa nilai amalnya sangat tinggi
disisi Allah SWT .
Ummat Islam mengucapkan : “assalamualaikum warahmatullah wa barakatu” di pembukaan pidatonya
di muka umum dan diakhir shalatnya. Ucapan diatas adalah suatu doa untuk sesama ummat
Muhammad SAW yang artinya “Semoga keselamatan bagi anda dengan rahmat Allah” . Dengan doa
seperti diatas, kita mengharapkan agar mereka selamat dunia dan juga selamat nanti diakhirat.
Tetapi jika kita membiarkan saja kaum wanita Islam tak memakai jilbab, berarti banyak ummat
Muhammad SAW yang tak selamat nanti di akhirat, dan ucapan salam kita tadi akan diminta
pertanggung jawaban oleh Allah SWT, sebagaimana firmanNya di dalam Al Qur’an yang artinya sbb.:
“Sesungguhnya penglihatan, pendengaran, hati dan pikiran itu akan diminta pertanggung jawaban”.
Tanyalah diri anda sendiri, berapa banyak anda telah mengucapkan ‘asslamu’alaikum’ pada waktu
anda berpidato, waktu ketemu sesama muslim dan diakhir shalat anda, tetapi sebaliknya kaum
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
11
BAB 1: Risalah Jilbab
keluarga anda yang perempuan, kenalan anda yang perempuan yang tak akan selamat nanti diakhirat
karena tak memakai jilbab, anda biarkan saja dibawah penglihatan anda.
Kalau begitu ucapan salam anda kosong, bagaikan orang yang memanah tanpa senar.
HIKMAH MEMAKAI JILBAB
Sekarang ini kalau ada kaum wanita yang memakai kerudung banyak yang salah. Mereka memakai
selendang yang hanya menutup sebagian saja rambutnya, atau memakai topi dimana telinganya dan
leher masih kelihatan. Jelas ini salah dan berdosa karena merobah-robah ketentuan Allah SWT
bagaimana seorang wanita harus memakai kerudung kepala.
Gambar di Caver adalah lukisan seorang wanita bagaimana seharusnya memakai kerudung atau
jilbab. Sungguh-sungguh betul agung dan mulia wanita seperti lukisan di atas dalam pandangan Allah
SWT, para malaikat dan orang beriman dan nyata bedanya dengan wanita yang bukan muslimah.
Kaum wanita yang memakai kerudung seperti photo diatas dan berbusana muslimat yang lengannya
sampai pergelangan tangan dan memakai rok sampai mata kaki, mereka dapat mengerjakan shalat
tanpa memakai mukenah.
Dengan memakai jilbab dan busana muslimat, kaum wanita dapat mengerjakan shalat di mana saja,
lebih-lebih bagi mereka yang dalam perjalanan, seperti naik kereta api atau kapal udara. Banyak kaum
wanita tidak mengerjakan shalat waktu keluar rumah karena tak membawa mukenah, dan ini besar
risikonya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dibawah ini:
“Siapa yang meninggalkan shalat satu kali saja dengan sengaja, maka namanya ditulis dipintu
neraka” (Riwayat: ……………………)
Hikmah yang lain dari wanita memakai jilbab, yaitu bagi mereka yang sudah bersuami. Suami istri
yang habis bersenggama wajib melakukan mandi junub, kalau tidak maka shalatnya tidak diterima
Allah SWT. Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, malu melakukan mandi junub, karena tiap kali
rambutnya basah. Tetapi dengan memakai jilbab, wanita yang sudah mandi junub, rambutnya yang
basah tidak akan dilihat orang. Mandi junub ini adalah perintah Allah SWT dan sunnah Rasul yang
boleh dikatakan tak dikenal lagi oleh ummat Islam, karena para ulama tak pernah mendakwahkan,
begitu juga orang tua tak pernah menasehati anak mereka yang akan kawin agar melakukan mandi
junub sehabis bersenggama.
Sungguh banyak ummat Islam yang shalatnya tak diterima Allah SWT, semata-mata karena tidak
melakukan mandi junub tersebut. Mandi junub ini harus dilakukan oleh anak laki-laki yang sudah
pernah kedatangan mimpi dan mengeluarkan mani didalam tidurnya. Mandi junub yang dikerjakan
oleh Nabi Muhammad SAW sbb.:
“Sebelum mandi berwudhuk dahulu, Baru kemudian mandi junub dengan membasahi seluruh
badan mulai dari rambut dengan berniat terlebih dahulu, “ Aku sengaja mandi junub mandi junub
ikhlas karena Allah”. Setelah selesai mandi junub, beliau berwudhuk lagi untuk mengerjakan
shalat.”
Jadi dengan menyebarluaskan buku ini anda tidak saja menghidupkan risalah jilbab, tetapi juga
menghidupkan kewajiban mandi junub, salah satu sunnah Rasul yang sudah hilang.
12
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 1: Risalah Jilbab
Bagi kaum wanita yang sadar mau memakai jilbab, janganlah memakai jilbab karena mengharap
masuk sorga atau takut masuk neraka, tetapi dengan niat semata-mata mencari ridha Illahi.
PENUTUP
Dengan taksiran kaum wanita Islam Indonesia, Malaysia, Singapore dan Brunei ada 90 juta orang,
maka diperlukan 90 juta exemplar buku ini yang harus dicetak. Jika ongkos cetak satu buku Rp. 150,-,6
maka diperlukan dana sebesar Rp. 13.5 milyar untuk proyek dakwah risalah jilbab ini. Jumlah ini cukup
besar, kecuali jika orang-orang kaya turun tangan demi pengabdian kepada Allah SWT.
Seandainya Sultan Brunei bersedia turun tangan membiayai penyebaran buku ini dengan dana sekitar
Rp. 5.8 milyar atau US$ 3 juta tidak ada artinya bagi beliau dibandingkan dengan rizki yang banyak
yang dikaruniakan Allah SWT dari hasil eksport minyaknya.
Bagi yang kurang mampu, bergotong royonglah mencetak buku ini biarpun dalam jumlah yang sedikit,
tetapi dikerjakan terus menerus sebagaimana bunyi hadits berikut yang artinya:
“Amal yang paling disukai Allah ialah amal yang dikerjakan terus-menerus, biarpun sedikit”.
(Riwayat: ……………………)
Kepada yang sudah membaca buku ini, edarkanlah buku ini kepada kaum keluarga dan kenalan anda,
dengan diiringi doa yang artinya sbb.:
“Ya Allah, bukakanlah hati kaum wanita Islam agar mau memakai jilbab dan bukakan juga hati
orang kaya Islam agar mau mencetak buku yang berjudul : “Jilbab dan Siksa beraka yang
disepelekan Ummat Islam” agar tersebar luas ditengah-tengah ummat Islam dalam rangka
menyelamatkan ummat Muhammad SAW dari kejatuhan kedalam neraka. Jika tidak Engkau tolong
kami, maka banyak sekali kaum wanita Islam yang tak akan sabar memakai jilbab sebagaimana
yang Engkau perintahkan sampai hari kiamat”.
Akhirnya penulis akhiri tulisan ini, dengan memohon ampun kepada Allah SWT sekiranya ada yang
salah dalam tulisan. Amien..!.
Drs. Muhammad S.A.
________________
6
Perkiraan kalkulasi harga pada tahun 1991.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
13
BAB 2 Pengalaman Religius
1. AZAB KOMA DI TANAH SUCI
Subject: [daarut-tauhiid] Azab Koma di Tanah Suci
Date: Thu, 06 Jan 2000 03:24:05 +0100
From: Indratmoko Poerwanto <[email protected]>
Reply-To: [email protected]
Organization: none
To: [email protected]
Assalamu'alaikum wr.wb.
Sehubungan dengan diskusi mengenai jilbab, saya teringat pernah mendapatkan sebuah tulisan/kisah
dari seorang netter berkenaan dengan hal itu. Mudah-mudahan kita semua bisa mengambil manfaat
dan pelajaran darinya. Wassalamu'alaikum wr.wb.
--------------------------------------------------------------Azab Koma di Tanah Suci
Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah dan membantu ayah saya menguruskan jemaah haji
dan umrah, saya telah melalui pelbagai pengalaman menarik dan pelik. Bagaimanapun, dalam banyakbanyak peristiwa itu, ada satu kejadian yang pasti tidak akan saya lupakan sampai bila-bila. Ianya
berlaku kepada seorang wanita yang berusia di pertengahan 30-an. Kejadian itu berlaku pada
pertengahan 1980-an semasa saya menguruskan satu rombongan haji. Ketika itu umur saya 20 tahun
dan masih menuntut di Universiti al-Azhar, Kaherah. Kebetulan ketika itu saya balik ke Mekah sekejap
untuk menghabiskan cuti semester. Saya menetap di Mekah mulai 1981 selepas menamatkan
pengajian di sekolah agama Gunung Semanggol, Perak.
Keluarga saya memang semuanya di Mekah, cuma saya seorang saja tinggal dengan nenek saya di
Perak. Walaupun masih muda, saya ditugaskan oleh bapa saya, haji Nasron untuk menguruskan
jemaah haji dan umrah memandangkan saya adalah anak sulung dalam keluarga.
Berbalik kepada cerita tadi, ketibaan wanita tersebut dan rombongan haji di lapangan terbang Jeddah
kami sambut dengan sebuah bas. Semuanya nampak riang sebab itulah kali pertama mereka
mengerjakan haji. Sebaik sampai, saya membawa mereka menaiki bas dan dari situ, kami menuju ke
Madinah. Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hinggalah kami sampai di Madinah. Tiba di
Madinah, semua orang turun dari bas berkenaan. Turunlah mereka seorang demi seorang sehingga
tiba kepada giliran wanita terbabit. Tapi tanpa apa-apa sebab, sebaik sahaja kakinya mencecahkan
bumi Madinah, tiba-tiba wanita itu tumbang tidak sedarkan diri.
Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah
wanita berkenaan.
"Kakak ni sakit," kata saya pada jemaah-jemaah yang lain.
Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas. Semua jemaah nampak panik
dengan apa yang sedang berlaku. "Badan dia panas dan menggigil. Kakak ni tak sedarkan diri,cepat
tolong saya. . . kita bawa dia ke hospital," kata saya.
Tanpa membuang masa, kami mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke hospital Madinah
yang terletak tidak jauh dari situ. Sementara itu, jemaah yang lain dihantar ke tempat penginapan
masing-masing. Sampai di hospital Madinah, wanita itu masih belum sedarkan diri. Berbagai-bagai
usaha dilakukan oleh doktor untuk memulihkannya, namun semuanya gagal.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
1
BAB 2 Pengalaman Religius
Sehinggalah ke petang, wanita itu masih lagi koma. Sementara itu, tugas mengendalikan jemaah perlu
saya teruskan. Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut terlantar di hospital berkenaan. Namun
dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya menghubungi hospital Madinah untuk mengetahui
perkembangan wanita tersebut. Bagaimanapun, saya diberitahu dia masih tidak sedarkan diri.
Selepas dua hari, wanita itu masih juga tidak sedarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah
pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu. Memandangkan usaha untuk
memulihkannya semuanya gagal, maka wanita itu dihantar ke hospital Abdul Aziz Jeddah untuk
mendapatkan rawatan lanjut sebab pada masa itu hospital di jeddah lebih lengkap kemudahannya
berbanding hospital madinah.
Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil. Jadual haji mesti diteruskan. Kami bertolak
pula ke Mekah untuk mengerjakan ibadat haji. Selesai haji, sekali lagi saya pergi ke Jeddah.
Malangnya, bila sampai di hospital King Abdul Aziz, saya diberitahu oleh doktor bahawa wanita
tersebut masih koma. Bagaimanapun, kata doktor, keadaannya stabil. Melihat keadaannya itu, saya
ambil keputusan untuk menunggunya di hospital.
Selepas dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka mata-nya. Dari sudut matanya yang terbuka
sedikit itu, dia memandang ke arah saya. Tapi sebaik saja terpandang wajah saya, wanita tersebut
terus memeluk saya dengan erat sambil menangis teresak-esak. Sudah tentu saya terkejut sebab saya
ni bukan muhrimnya. Tambahan pula kenapa saja dia tiba-tiba menangis?
Saya bertanya kepada wanita tersebut, "Kenapa kakak menangis?
"mazlan . . . kakak taubat dah lan. Kakak menyesal, kakak takkan buat lagi benda-benda yang tak baik.
Kakak bertaubat, betul-betul taubat".
"Kenapa pulak ni kak tiba-tiba saja nak bertaubat?", tanya saya masih terpinga-pinga. Wanita itu terus
menangis teresak-esak tanpa menjawab pertanyaan saya itu. Seketika kemudian dia bersuara,
menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil
iktibar oleh kita semua.
Katanya, "mazlan, kakak ni sudah berumah tangga, kahwin dengan lelaki orang putih. Tapi kakak silap.
Kakak ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja. Ibadat satu apa pun kakak tak buat.
Kakak tak sembahyang, tak puasa, semua amalan ibadat kakak dan suami kakak tak buat. Rumah
kakak penuh dengan botol arak. Suami kakak tu kakak sepak terajang, kakak pukul-pukul saja",
katanya tersedu-sedan.
"Habis yang kakak pergi haji ini?"
"Yalah. . . kakak tengok orang lain pergi haji, kakak pun teringin juga nak pergi."
"Jadi apa sebab yang kakak menangis sampai macam ni sekali. Ada sesuatu ke yang kakak alami
semasa sakit?", tanya saya lagi.
Dengan suara tersekat-sekat, wanita itu menceritakan, "mazlan. . .Allah itu Maha Besar, Maha Agung,
Maha Kaya. Semasa koma itu, kakak telah di azab dengan seksaan yang benar-benar pedih atas
segala kesilapan yang telah kakak buat selama ini".
"Betul ke kak?" tanya saya, terkejut.
"Betul mazlan. Semasa koma itu kakak telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah beri
kepada kakak. Balasan azab lan, bukan balasan syurga. Kakak rasa seperti di azab di neraka.
"Kakak ni seumur hidup tak pernah pakai tudung. Sebagai balasan, rambut kakak di tarik dengan bara
api. Sakitnya tak boleh nak kakak ceritakan macam mana pedihnya. Menjerit-jerit kakak minta ampun
minta maaf kepada Allah. "Bukan itu saja, buah dada kakak pula diikat dan disepit dengan penyepit
2
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
yang dibuat drp bara api, kemudian ditarik kesana-sini. . . putus, jatuh ke dalam api neraka. Buah dada
kakak rentung terbakar, panasnya bukan main. Kakak menjerit, menangis kesakitan.
Kakak masukkan tangan ke dalam api itu dan kakak ambil buah dada tu balik".
Tanpa mempedulikan pesakit lain dan jururawat memerhatikannya wanita itu terus bercerita.
Menurutnya lagi, setiap hari dia diseksa, tanpa henti, 24 jam sehari. Dia tidak diberi peluang langsung
untuk berehat atau dilepaskan daripada hukuman. Sepanjang masa koma itu dilaluinya dengan azab
yang amat pedih. Dengan suara tersekat-sekat, dengan air mata yang makin banyak bercucuran,
wanita itu meneruskan ceritanya,
"Hari-hari kakak diseksa. Bila rambut kakak ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti nak
tercabut kulit kepala. Panasnya pula menyebabkan otak kakak terasa seperti menggelegak. Azab itu
cukup pedih. . . pedih yang amat sangat. . . tak boleh nak diceritakan".
Sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis teresak-esak. Nyata dia betul-betul menyesal
dengan kesilapannya dahulu. Saya pula terpegun, kaget dan menggigil mendengar ceritanya. Begitu
sekali balasan Allah kepada umatnya yang ingkar.
"Mazlan. . . kakak ni nama saja Islam, tapi kakak minum arak, kakak main judi dan segala macam dosa
besar. Kerana kakak suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, semasa tidak sedarkan diri
itu kakak telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam. Tak ada isi pada buah itu melainkan
duri-duri saja. Tapi kakak perlu makan buah-buah itu sebab kakak betul-betul lapar.
"Bila ditelan saja buah-buah itu, duri-durinya menikam kerongkong kakak dan bila sampai ke perut, ia
menikam pula perut kakak. Sedangkan jari yang tercucuk jarum pun terasa sakitnya, inikan pula duriduri besar menyucuk kerongkong dan perut kita. "Habis saja buah-buah itu kakak makan, kakak diberi
pula makan bara-bara api. Bila kakak masukkan saja bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan kakak
rasa seperti terbakar hangus. Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak
akan sama dengan kepanasannya. "Selepas habis bara api, kakak minta minuman, tapi. . . kakak
dihidangkan pula dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya cukup busuk.
Tapi kakak terpaksa minum sebab kakak sangat dahaga. Semua terpaksa kakak lalui. . . azabnya tak
pernah rasa, tak pernah kakak alami sepanjang kakak hidup di dunia ini".
Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun. Terasa sungguh kebesaran Allah.
"Masa diazab itu, kakak merayu mohon kepada Allah supaya berilah kakak nyawa sekali lagi, berilah
kakak peluang untuk hidup sekali lagi. Tak berhenti-henti kakak memohon.
Kakak kata kakak akan buktikan bahawa kakak tak akan ulangi lagi kesilapan dahulu.
Kakak berjanji tak akan ingkar perintah Allah akan jadi umat yg soleh. Kakak berjanji kalau kakak
dihidupkan semula, kakak akan tampung segala kekurangan dan kesilapan kakak dahulu, kakak akan
mengaji, akan sembahyang, akan puasa yang selama ini kakak tinggalkan".
Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa.
Kita manusia ini tak akan terlepas daripada balasan-Nya.
Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita terima, kalau buruk amalan kita, maka
azablah kita di akhirat kelak.
Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah.
"Ini bukan mimpi mazlan. Kalau mimpi azabnya takkan sampai pedih macam tu sekali.
Kakak bertaubat mazlan, kakak tak akan ulangi lagi kesilapan kakak dahulu.
Kakak bertaubat. . . kakak taubat nasuha", katanya sambil menangis-nangis.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
3
BAB 2 Pengalaman Religius
Sejak itu wanita berkenaan benar-benar berubah. Bila saya membawanya ke Mekah, dia menjadi
jemaah yang paling warak. Amal ibadahnya tak henti-henti.
Contohnya, kalau wanita itu pergi ke masjid pada waktu maghrib, dia cuma akan balik ke bilik-nya
semula selepas sembahyang subuh.
"Kakak. . . yang kakak sembahyang teruk-teruk ni kenapa. Kakak kena jaga juga kesihatan diri kakak.
Lepas sembahyang isyak tu kakak baliklah, makan nasi, berehat. . . ", tegur saya. "Tak apalah mazlan.
Kakak ada bawa buah kurma. Bolehlah kakak makan semasa kakak lapar.
"Menurut wanita itu, sepanjang berada di dalam masjidil haram, dia mengqadakan semula
sembahyang yang ditinggalkannya dahulu. Selain itu dia berdoa, mohon kepada Allah supaya
mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan keadaan wanita itu, takut kerana ibadah dan
tekanan perasaan yang keterlaluan dia akan jatuh sakit pula. Jadi saya menasihatkan supaya tidak
beribadat keterlaluan hingga mengabaikan kesihatannya.
"Tak boleh mazlan. Kakak takut. . . kakak dah merasai pedihnya azab Tuhan.
Mazlan tak rasa, mazlan tak tau. Kalau mazlan dah merasai azab itu, mazlan juga akan jadi macam
kakak. Kakak betul-betul bertaubat".
Wanita itu juga berpesan kepada saya, katanya, "mazlan, kalau ada perempuan Islam yang tak pakai
tudung, mazlan ingatkanlah pada mereka, pakailah tudung. Cukuplah kakak seorang saja yang
merasai seksaan itu, kakak tak mau wanita lain pula jadi macam kakak. "Semasa diazab, kakak tengok
undang-undang yang Allah beri ialah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja diperlihatkan
kepada orang lelaki yang bukan muhrimnya, maka dia diberikan satu dosa. Kalau 10 orang lelaki
bukan muhrim tengok sehelai rambut kakak ini, bermakna kakak mendapat 10 dosa.
"Tapi mazlan, rambut kakak ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. . . kalau seorang tengok rambut kakak,
ini bermakna beribu-ribu dosa yang kakak dapat.
Kalau 10 orang tengok, macam mana? Kalau 100 orang tengok? itu sehari, kalau hari-hari kita tak
pakai tudung macam kakak ni? Allah. . .
"Kakak berazam, balik saja dari haji ini, kakak akan minta tolong dari ustadz supaya ajar suami kakak
sembahyang, puasa, mengaji, buat ibadat.
Kakak nak ajak suami pergi haji. Seperti mana kakak, suami kakak tu islam pada nama saja.
Tapi itu semua kesilapan kakak. Kakak sudah bawa dia masuk Islam, tapi kakak tak bimbing dia.
Bukan itu saja, kakak pula yang jadi seperti orang bukan islam".
Sejak balik dari haji itu, saya tak dengar lagi apa-apa cerita tentang wanita tersebut. Bagaimanapun,
saya percaya dia sudah menjadi wanita yang benar-benar solehah. Adakah dia berbohong kepada
saya tentang ceritanya diazab semasa koma?
Tidak. Saya percaya dia bercakap benar. Jika dia berbohong, kenapa dia berubah dan bertaubat
nasuha? Satu lagi, cubalah bandingkan azab yang diterimanya itu dengan azab yang digambarkan
oleh Allah dan Nabi dalam al-Quran dan Hadis.
Adakah ia bercanggah? Benar, apa yang berlaku itu memang kita tidak dapat membuktikannya secara
saintifik, tapi bukankah soal dosa dan pahala, syurga dan neraka itu perkara ghaib? Janganlah bila kita
sudah meninggal dunia, bila kita sudah diazab barulah kita mahu percaya bahwa "Oh. . . memang
betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Aku menyesal". itu dah terlambat.
------- End of Forwarded Message------------
4
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
2. AMAL BAIK DAN AMAL BURUK
Subject: [daarut-tauhiid] Sebuah Alkisah.....
Date: Mon, 17 Jan 2000 19:59:54 +0700
From: "Nani Mintarsih" <[email protected]>
Reply-To: [email protected]
To: <[email protected]>, <[email protected]>,
<[email protected]>
ASS. WR. WB
Sebuah Alkisah.........
Begini.......
Sebagai bilal pengurusan jenazah, banyak pengalaman yang telah saya tempuhi. Ada di antaranya
yang cukup menyedihkan. Tidak kurang juga yang benar-benar memberi keinsafan. Salah satu
daripada pengalaman-pengalaman itu membabitkan masalah kain kapan tidak muat padahal mayat
yang hendak di kapankan bersaiz kecil. Ini bertentangan dengan satu lagi mayat yang saya uruskan, di
mana kain kapannya mencukupi walapun orangnya berbadan tinggi dan gemuk.
Sepanjang pengelaman saya dalam pengurusan jenazah sejak lebih 30 tahun lalu, saya mengunakan
kain kapan sebanyak 24 ela untuk mengapankan mayat. Jumlah itu selalunya mencukupi tidak kira
sama ada mayat bersaiz besar atau kecil, gemuk atau kurus. Tetapi sewaktu menguruskan satu
jenazah di negeri Selangor beberapa tahun lalu, kain kapan sebanyak 24 ela yang saya sediakan itu
tidak mencukupi padahal mayatnya kecil sahaja.
Mayat itu berkeadaan biasa, berbadan kurus dengan ketinggian lebih kurang lima kaki. Saya di
beritahu arwah meninggal dunia kerana sakit jantung. Orangnya sudah tua, umurnya sekitar 60-an.
Seperti biasa sebelum memandikan mayat, saya memotong dahulu kain kapannya sebanyak tiga
keping.
Panjangnya mengikut ketinggian arwah kemudian ditambah satu hasta di hujung kepala dan satu hasta
di hujung kaki. Selepas semuanya siap disusun, saya mula memandikan arwah dengan bantuan adik
saya, Rafeah.
Tiada keanehan ketara berlaku semasa arwah di mandikan, cuma mukanya agak kuning dan
najisnya, Maha Suci Allah amat banyak. Makin dikorek makin banyak yang keluar. "Eh, ada lagi
najis", kata adik saya Rafeah kehairanan. Selalunya tidak sampai setengah jam, najis sudah habis
keluar tetapi yang ini, lebih 45minit baru habis. Setelah lebih dua jam berlalu, baru selesai tugas kami
memandikan mayat itu. Selalunya satu setengah jam sudah mencukupi.
Bila semuanya sudah bersih, arwah dipindahkan untuk dikapan. Sebaik sahaja arwah diletakkan ke
atas kain kapan, saya terperanjat besar bila mendapati kain putih yang saya sediakan tadi tidak muat.
Entah macam mana kain kapan di hujung kepala dan di hujung kakinya cuma tinggal satu jari sahaja.
"Eh, kenapa tak cukup. Takkan salah potong", saya berkata pada adik saya.
Wajahnya turut berkerut kehairanan bila mendapati kain kapan yang kami sediakan itu tidak muat.
Kami berdua sama-sama bingung dan bertanya-tanya di mana silapnya. Nak katakan saya tersalah
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
5
BAB 2 Pengalaman Religius
ukur semasa memotong tadi, mustahil. Rafeah sendiri menyaksikan dan membantu saya memotong
kain itu.
Sudah bertahun-tahun kami berdua melakukan perkerjaan ini, tidak mungkin kami tersalah potong.
Nak katakan pembekal kain bersalah ukur, juga tidak mungkin.
Sebelum memotong, kami mengukur terlebih dahulu kain kapan itu dan mendapatinya cukup 24 ela.
Setiap kali berlaku kematian, orang yang sama itulah yang membekalkan kain kapan kepada saya.
Tidak mungkin dia tersalah ukur. Saya mula berkecimpung dalam pengurusan jenazah sejak berusia
17 tahun lagi. Waktu itu saya mengikut nenek saya menguruskan jenazah di kawasan Klang sebelum
di lantik sebagai bilal pengurusan jenazah wanita oleh Jabatan Agama Islam Selangor pada tahun
1973.
sepanjang tempoh pembabitan saya dalam bidang itu, inilah kali pertama saya berdepan dengan
masalah saya berdepan dengan masalah kain kapan tidak muat.
Mungkin inilah yang dikatakan habuan dan bahagian masing-masing. Entah apa amalan arwah
semasa hayatnya hanya Tuhan sahaja yang mengetahui. Semoga Tuhan meng-ampunkan segala
dosanya dan mencucuri rahmat di atas rohnya.
Untuk menambah kain putih yang lain, dah tak ada. Kain yang saya bawa itu semuanya sudah di
pakai, tiada lagi saki-bakinya. Mahu tak mahu mayat arwah dikapankan juga menggunakan apa yang
ada. Maha Suci Allah, saya sekali lagi teperanjat beser bila mendapati kain kapan itu tidak mencukupi
untuk membungkus mayat arwah.
Bahagian tengahnya ternganga seperti membungkus nasi lemak. Selalunya kain kapan yang saya
sediakan boleh menutup hingga ke bahagian tepi. Puas saya tarik untuk cuba menutup bahagian yang
ternganga tetapi gagal. Untuk mengatasi masalah itu, saya terpaksa menggunakan kapas untuk
menutup bahagian yang ternganga sebelum mengikatnya kemas-kemas.
Sebaik sahaja selesai kerja-kerja mengapan, arwah disembahyangkan kemudian dibawa ke tanah
perkuburan. Dan dengan itu selesailah kewajiban saya. Namun cerita-cerita daripada salah seorang
yang membantu kerja-kerja pengebumian jenazah membuatkan diri saya menjadi bertambah bingung.
Menurutnya, semasa jenazah hendak dikebumikan, satu keanehan berlaku yang benar-benar memberi
keinsafan kepada sesiapa sahaja yang hadir. Ketika jenazah diturunkan, liang lahad yang disediakan
didapati tidak cukup panjang hingga menyebabkan bahagian kaki jenazah membengkok. Akibatnya,
jenazah terpaksa ditarik naik dan liang lahad digali semula. Bila kubur siap di gali, jenazah diturunkan
untuk kali kedua. Allah Maha Besar, liang lahad masih sempit walaupun telah digali melebihi enam
kaki. Setiap yang hadir bertambah hairan. Apakah amalannya hingga di seksa begitu rupa?
Jenazah dinaikkan semula dan liang lahad ditebuk lagi untuk kali ketiga. Bila selesai kerja-kerja
menggali, jenazah diturunkan. Alhamdulillah, cubaan kali ketiga berjaya dan jenazah akhirnya selamat
dikebumikan. Masing-masing menghembus nafas lega.
Apa yang berlaku pada jenazah itu memanglah menyedihkan. Saya sendiri tertanya-tanya bagaimana
kain kapan yang saya bawa itu tidak muat dengannya. Untuk memastikan kedudukan sebenarnya,
saya pergi ke kedai yang membekalkan kain kapan kepada saya untuk bertanya berapa banyak kain
putih yang dibekalkan kepada saya. Jika betul 24 ela,kenapa kain itu tidak cukup sedangkan mayat
yang dikapankan bersaiz kecil.
6
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
Jawapan yang diberikan oleh pekedai itu menyedarkan saya tentang kebesaran Allah. Menurutnya,
kain putih yang dibekalkan kepada saya sama seperti kebiasaannya, ia itu 24 ela. Jika kain itu tidak
mencukupi itu bukanlah salah sesiapa sebaliknya merupakan ketentuan Allah. Maha Suci Allah Allah,
memang benar apa yang dinyatakan oleh pekedai itu. Apa yang berlaku ke atas jenazah itu
merupakan balasan daripada Allah. Mungkin ada di antara amalan-amalannya yang bertentangan
dengan ajaran Tuhan. Entah apa yang dilakukan oleh allahyarham semasa hayatnya, wallahualam,
hanya Tuhan sahaja yang mengetahuinnya.
Tetapi daripada cerita-cerita yang saya dengar, arwah dikatakan menpunyai tabiat buruk
- suka mengumpat dan mengatakan orang. - Tidak cukup dengan itu, arwah juga dikatakan suka
mengambil tahu urusan orang serta gemar membawa mulut dari rumah ke rumah.7 Bukanlah niat
saya untuk membongkarkan keburukan arwah tetapi sekadar memberi nasihat. Semoga apa yang
berlaku menjadi pengajaran dan memberi pedoman dan iktibar mereka yang masih hidup.
Hindarkan perkara-perkara keji demi kesejahteraan kita sendiri. Pengalaman yang cukup
menginsafkan itu jauh berbeza dengan apa yang saya lalui semasa menguruskan satu lagi jenazah
kira-kira sebulan kemudian.
Orangnya saya kenal, berbadan gemuk dan berusia sekitar 50-an.Punca kematiannya ialah darah
tinggi. Sewaktu menatap jenazahnya untuk kali petama, saya mendapati mukanya tenang dan jernih.
Walaupun bertubuh besar, tetapi Maha Suci Allah, badannya lembut dan ringan. Saya dan adik saya
Rafeah tidak mengalami sebarang masalah untuk mengalih-alihkan badannya. Najisnya tak ada
langsung. Puas kami menekan dan mengorek, tetapi tiada sebarang kesan najis.
"Bersih betul mayat ini", saya berbisik kepada Rafeah. Tiada langsung kesan kotoran pada tubuhnya,
seolah-olah dirinya telah di bersihkan sebelum menghembus nafas terakhir. Seronok betul kami
menguruskannya. Mayat itu selesai di mandikan dalam tempoh tidak sampai sejam.
Sewaktu hendak mengapan jenazah, kami berdua pada mulanya di selubungi kebimbangan takut-takut
peristiwa kain kapan tidak muat berulang lagi. Maklumlah, sedangkan jenazah kecil pun tak muat inikan
pula jenezah yang besar. Tetapi syukur alhamdulillah, kain kapan yang kami bawa sebanyak 24 ela itu
cukup untuk menutupi eluruh bahagian. Selesai kerja-kerja mengapan jenazah disembayangkan.
Kerana terlalu ramai yang hadir, jenazah disembahyangkan dua kali. Kali pertama di rumah dan kali
kedua di masjid. Jenazah akhirnya dibawa ke tanah perkuburan dan selamat dikebumikan. Perjalanan
lancar tanpa sebarang halangan. Saya sendiri berasa seronok menguruskannya. Sesungguhnya Allah
Maha Berkuasa dan Maha Mengetahui. Arwah memang dikenali di kalangan penduduk-penduduk
kampungnya sebagai seorang yang kuat beribadat. Sifatnya yang suka bersedekah dan
menolong orang ternyata mendapat balasan yang setimpal.
Keadaannya jauh berbeza dengan jenazah kurus yang tidak muat kain kapannya. Bukan menghina
atau mencaci tetapi itulah hakikatnya. Perbezaan itu jelas menunjukkan betapa pentingnya kita hidup
berlandaskan agama. Buatlah apa yang disuruh dan tegah apa yang di larang, Insya-Allah selamat
didunia dan akhirat.
Gimana serem khan
Wassalamualaikum
7
Selalu ingin tahu urusan pribadi dan rumah-tangga orang lain (umumnya aib-nya), yang kemudian memper-gunjing-kannya dengan
tetangga atas inisiatif orang tersebut atau meng-gosip !.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
7
BAB 2 Pengalaman Religius
3. BERKAH BUSANA MUSLIMAH
TRI UTAMI,
Penyanyi bertubuh mungil Tri Utami mengaku sempat su’udzon kepada Allah. Akibat negative thinking
itu dia melakukan taubat, dan istigfar berulang-ulang. Ihwal prasangka buruk itu terjadi ketika Iie –
panggilan akrab Tri Utami – akan ‘hijrah’ dari busana ‘biasa’ menuju busana Muslimah yang serba
tertutup.
“Saya sempat su’udzon kepada Allah, kalau nanti berjilbab bagaimana dengan karir menyanyi?
Pasti risi, banyak hambatan. Ternyata, di luar dugaan. Setelah saya menutup aurat, semua
pikiran jahat yang ada di benak saya tidak pernah terbukti,” ungkap Iie.
Bahkan, lanjutnya ketika ditemui Republika dalam acara “Konser Amal Panggilan Nurani untuk Duka
Halmahera dan Ambon”8 beberapa waktu lalu, dengan menutup aurat rezekinya bertambah dua kali
lipat. Melihat kenyataan itu barulah adik kandung dari penata musik Purwatjaraka ini sadar. Ternyata
pikiran manusia itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kehendak-Nya. “Makanya, kita jangan sok tahu,
melawan kekuasaan Allah,” ujar Iie dengan mata berbinar.
Memang, nyaris setahun ini, Tri Utami yang juga vokalis dari Krakatau Band tampil beda. Sebelumnya,
penyanyi bersuara tinggi ini selalu tampil lincah, berjins ketat, lengkap dengan jaket kulitnya. Tapi kini,
penyanyi yang berangkat ke Tanah Suci tahun 1998 ini telah menutup auratnya. Kendati menutup rapat
auratnya, namun menurutnya hal itu sama sekali tidak mengganggu aktivitasnya, berikut ketika sedang
beraksi di atas panggung. “Segalanya it’s oke.”
Penyanyi asal Bandung ini mengaku hijrah ke busana Muslimah berkat hidayah Allah. Selain itu,
tambahnya, juga atas dorongan dan semangat dari sang suami, Andi Analta Baso Amir. Ketika tampil
dalam acara Konser Amal, itu Iie hadir bersama suaminya. “Kalau mau tahu suami saya, itu yang pakai
sorban,” ujar Iie dengan nada bangga seraya menunjuk suaminya.
Dikalangan artis, penampilan suaminya ini sangat berbeda dengan yang lain. Ia selalu mengenakan
busana gamis (baju panjang), lengkap dengan sorban di kepalanya. Dengan penampilannya ini, Iie
mengaku tidak risi. Malah pasangan duet Utha Likumahua ini mengaku sangat bangga dan hormat
kepada suaminya. “Alhamdulillah, saya menjadi begini berkat suami. Suami saya ini selalu memberikan
bimbingan agama kepada saya. “ tuturnya berterus terang.
Mengenai masalah agama, artis yang telah menelurkan lima album ini mengaku selalu meminta
bantuan sang suami. Tapi bukan berarti dia pilih-pilih dalam mengikuti kegiatan keagamaan. “Saya
tidak ikut pengajian khusus. Dimanapun ada pengajian, saya suka datang.” ujarnya.
Saat ini artis yang belum juga dikarunia momongan itu, kini sedang mempersiapkan diri berangkat ke
Prancis. Di Negeri Menara Eifel itu, ia bersama Krakatau Band akan mengikuti konser band-band dari
seluruh dunia. * (vie).---( Suplemen Harian Umum Republika “Dialog Jumat”, Jumat 21 Januari 2000, Halaman 1 )
8
Konser digelar di Auditiorium Adhyana Wisma Antara, Jakarta, Senin, 17 Januari 2000.
8
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
4. KETIKA HIDUP SUDAH LENGKAP
IDA LEMAN,
Ida Leman tak menyangka bakal lebih dikenal sebagai perancang busana muslimah. Padahal, dulu dia
sudah malang melintang di dunia film dan model yang glamor. Bahkan pernah buka-bukaan segala.
Tapi, perjalanan kehidupan telah mengantarkannya untuk kembali ke fitrah. "Apa bekal saya ke
akhirat?" katanya seperti dia tuturkan kepada wartawan Panji Almaidha Sitompul.
"Sudah jelek, jelek pula kelakuannya." Begitu ayah sering mengumpat saya. Dulu, saya orangnya
pendek, hitam, pokoknya paling jelek di keluarga. Dan paling bandel. Saya memang tipe pemberontak,
melawan adat istiadat yang sudah berurat berakar. Bagaimana anak seorang ustadz, dari keluarga
yang teguh beragama, sejak remajanya terobsesi menjadi bintang film. Ayah pun, ketika akhirnya saya
betul-betul menjadi bintang film, terpaksa saja mengizinkan. Cuma dia memberi persyaratan yang
ketat: tidak boleh buka-bukaan.
Apa saya menurut? Tidak. Bahkan, di samping jadi bintang film, saya juga jadi fotomodel. Pernah ayah
marah besar ketika mengetahui pose saya yang menantang di kalender. Maka, vonis pun dijatuhkan:
saya sama sekali tidak boleh main film. Padahal saya sangat menikmati betul kerja di dunia seni.
Emosi saya pun langsung tak terkendali. Ultimatum ayah ini membuat hidup saya bagai terhenti. Dan,
sebagai ungkapan rasa kesal, pintu kamar saya banting dan segala peralatan yang ada di kamar saya
lemparkan.
Ayah juga sangat keras mendidik. Anak-anak gadisnya dilarang keluar rumah. Untuk pergi ke tetangga
saja harus mencuri-curi. Apalagi untuk pacaran. Toh saya menjalin hubungan dengan Masdiarman,
anak bako (om). Karena saya tak boleh keluar rumah, maka dialah yang sering bertandang ke rumah
saya.
Mengetahui saya ada ‘apa-apa’ dengannya, ayah langsung menyatakan tidak setuju. Usut punya usut,
ternyata itu karena perbedaan strata. Ayah masih keturunan tengku, keluarga bangsawan, sedangkan
keluarga Masdiarman tidak. Tapi saya tak peduli. Terus saja saya berpacaran. Akhirnya, ketika saya
duduk di bangku SKKA (Sekolah Kesejahteraan Keluarga) Medan, saya dijodohkan dengannya. Hal ini
sudah menjadi kebiasaan di kampung saya.
Oh ya, selepas SMP, saya masuk SKKA St. Anna di Medan. Waktu itu keluarga kami tinggal di kota ini.
Memang sekolah Kristen. Bukan apa-apa, saya terpaksa bersekolah di situ karena saya terlambat
mendaftar. Sebelumnya saya berniat masuk sekolah perawat di Bukittinggi. Tapi karena terlalu lama
mendaftar walhasil saya tidak diterima.
Ketidaksukaan ayah kepada saya ia tunjukkan dengan memindahkan saya ke Batusangkar. Enam
bulan saya di sana. Di Padang badan saya kurus kering. Saya tak tahan jauh-jauh dari pacar. Berat
badan yang semula 50 kilogram susut menjadi 47 kilogram.
Setelah itu saya ikut adik ke Jakarta. Kebetulan adik yang baru menikah ini pindah rumah ke Jakarta.
Karena saya pintar mendesain rumah, saya diminta ikut serta. Makin jauhlah jarak saya dengan
Masdiarman. Hubungan kami dilanjutkan dengan surat-suratan. Semuanya lancar-lancar saja. Ia rajin
membalas surat-surat saya. Surat kami rada lucu. Tidak pakai pos. Tapi dititipkan pada sopir truk yang
membawa rokok Medan - Jakarta.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
9
BAB 2 Pengalaman Religius
Tiba-tiba saja saya menerima berita bak petir di siang bolong. Tiada angin tiada hujan, Masdiarman
memutuskan hubungan. Selidik punya selidik, ternyata ia tersinggung oleh ucapan ayah. Ini gara-gara
nasihat ayah agar ia tidak bekerja terlalu keras karena menderita sakit kuning. "Kamu sakit kuning, Ida
sakit kuning, akan jadi apa anak kalian nanti," kata ayah. Mendengar itu Masdiarman ngambek. Dia
kirim surat untuk memutuskan hubungan. Sebenarnya dia cuma mau mengancam. Tapi, giliran ayah
yang tersinggung. Ayah meminta saya memutuskan hubungan. Saya tidak mau. Saya nangis sejadijadinya di dalam kamar.
Keluarga saya lalu pindah ke Jakarta setelah bisnis rokok ayah gulung tikar. Saat itulah saya mendapat
kabar, Masdiarman dipaksa kawin dengan famili kami yang lain yang lebih kaya. Saya sadar, ternyata
keluarga Masdiarman materialistis. Begitu tahu ayah bangkrut, mereka bukannya menolong, malah
menjauh. Saya jadi benci dengannya.
Jadi bintang film. Tidak lama setelah kami di Jakarta, saya mencoba berbagai kursus, antara lain
kursus kecantikan. Saya memang suka merias wajah. Saya bahkan sempat menjadi penjual sabun,
tapi hanya lima hari. Ayah melarang karena saya harus menjajakannya dari rumah ke rumah.
Suatu hari pada 1974 saya membaca tawaran beasiswa belajar akting selama enam bulan. Iklan itu
dibikin Inter Studio, yang dikenal sebagai pencetak bintang-bintang top. Waktu masih sekolah dasar,
saya memang pernah ikut sandiwara sekolah. Ayah pun bekas pemain tonil. Sedikit banyak darah seni
mengalir dalam diri saya. Tahu orangtua tidak setuju, saya mendaftar diam-diam. Mana ada dalam
kamus orang Minang yang taat beragama mengizinkan anak gadisnya jadi bintang film.
Syukurlah saya termasuk di antara 16 orang yang lulus. Begitu lulus, barulah ayah tahu. Kaget dia.
Tapi melihat kesungguhan saya, hingga sampai lulus seleksi yang begitu ketat, ayah mengizinkan
dengan persyaratan yang cukup ketat pula. Tidak boleh buka-bukaan, tidak boleh adegan aneh-aneh.
Saya pun mulai tampil di layar lebar walau sebatas peran-peran kecil.
Tawaran main film terus berdatangan. Saya nikmati betul dunia akting. Akting saya dipuji. Apalagi
kemudian saya menikah dengan Irwinsyah yang sutradara. Saya menikah pada 1982, umur saya 27
tahun waktu itu.
Hingga sebelum saya berhaji dan pakai jilbab, sudah sekitar 50 film yang telah saya bintangi. Selain di
layar lebar, saya juga merambah ke sinetron yang waktu itu sedang booming. Hari-hari saya disibukkan
dengan akting. Sampai anak kami berjumlah tiga orang dan Mario akhirnya mengikuti jejak
orangtuanya jadi bintang film, kesibukan saya masih seputar syuting dan syuting. Sering kami
memboyong anak-anak ke lokasi syuting biar mereka tahu pekerjaan orangtuanya.
Haji dan jilbab.
Pada 1988 saya menunaikan ibadah haji. Mungkin mukjizat, sesampainya di Tanah Air, kok saya
enggan melepas busana muslimah. Predikat hajah di depan nama saya seakan-akan memberi
warning, peringatan. "Kamu bukan Ida sebulan lalu yang bebas menunjukkan aurat." Dorongandorongan itulah yang makin memantapkan saya terus mengenakan busana muslim walau pada
awalnya terasa gerah.
Saya juga heran kenapa saya bertekad mempertahankan busana yang diwajibkan Islam ini.
Padahal banyak rekan-rekan artis yang telah menunaikan ibadah haji. Namun selepas itu
dengan gampang mereka kembali ke "dunianya", tetap dengan busana sebelum berhaji. Malah
10
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
banyak yang tetap suka buka-bukaan. Seakan-akan berhaji itu hanya sekadar membayar utang.
Kalau sudah selesai, ya sudah.
Sebenarnya memakai jilbab bukan hal aneh bagi saya. Waktu kecil saya sekolah madrasah. Ayah
punya sekolah, namanya Al-Ulum di Jalan Ismailiah Medan. Walaupun saya memberontak, sebenarnya
hingga dewasa nasihat ayah, yang selalu dia berikan kepada kami dulu menjelang tidur, masih
terbawa-bawa.
Saya juga berpikir, semua sudah saya dapat. Jadi bintang film sudah, terkenal sudah--persis seperti
yang saya cita-citakan sejak kecil. Sudah punya suami dan anak. Lengkap sudah hidup saya. Maka,
bukankah sebaiknya saya memakai jilbab sesuai dengan ajaran agama? Toh kita tidak hidup
selamanya. Masih ada alam lain setelah mati. Apakah saya sudah punya modal untuk itu?
Apalagi dunia saya, dunia selebritis, akrab dengan keglamoran, yang notabene dekat dengan setan.
Apakah saya akan terus terbawa arus glamor, pesta, dan hura-hura? Apa hanya itu tujuan hidup saya?
Hati berontak. Tidak, bukan itu yang saya mau. Orangtua saya juga tidak pernah mengajarkan saya
untuk menjauhi Sang Khalik, Sang Pencipta.
Bukan saya tak menyadari konsekuensi yang harus dihadapi. Meski memakai jilbab, tawaran
sinetron tetap mengalir. Cuma, ya itu, sutradara menghendaki saya menanggalkan jilbab. Permintaan
sutradara tak serta merta saya tolak. Selain mencoba menawar, saya yakinkan sutradara agar saya
tetap dibolehkan memakai penutup kepala tanpa mengurangi arti sosok yang saya perankan.
Saya juga minta petunjuk Allah melalui salat istikharah. Saya minta Allah memilihkan jalan terbaik yang
harus saya pilih. Kalau memang tawaran sinetron itu menimbulkan murka-Mu, jauhkan. Tapi kalau
bermanfaat untuk umat, dekatkanlah. Ternyata Dia memang tidak meridhai saya untuk menerima
tawaran sinetron. Setiap tawar-menawar selalu saja berlangsung sulit.
Umpamanya ketika saya ditawari memerankan Mbak Pur dalam suatu iklan. Mbak Pur, itu lo
perempuan Jawa yang saya perankan dalam sinetron Losmen. Pengiklan meminta saya mengenakan
busana Jawa lengkap dengan sanggul, persis dalam Losmen. Tentu saya menolak. Lalu saya tawarkan
bagaimana kalau saya hanya menggunakan tutup kepala berwarna hitam. Mereka tetap tidak setuju.
Apa boleh buat, demi prinsip, puluhan juta rupiah saya lepas. Tapi saya tidak menyesal. Saya
yakin Allah akan membukakan pintu rezeki yang lain buat saya.
Yang begitu itu berlangsung selama dua tahun. Saya benar-benar melepas aktivitas keartisan, baik
sebagai pemain film maupun foto model. Setiap hari kerja saya mengurus anak-anak dan rumah
tangga. Mulai dari mengantar Mario syuting, menjemputnya kembali, menemani anak-anak jalan-jalan,
dan menyediakan makanan serta menyambut suami dan anak-anak pulang. Pekerjaan yang
sebelumnya hampir tak pernah saya lakukan. Tapi saya enjoy, saya menikmati. Nikmat sekali. Saya
jadi berpikir, ternyata salah penilaian berprofesi ibu rumah tangga itu pekerjaan yang membosankan.
Perancang. Tentu, sesekali, ada pula kerinduan untuk kembali ke dunia artis yang sudah mendarah
daging. Meski menikmati suasana baru menjadi ibu rumah tangga tulen, toh rasanya ada bagian yang
hilang dari diri saya. Dan itu menimbulkan kegalauan.
Suatu hari datang teman ibu bernama Tati Abdillah, mantan sekjen Parfi. Ia mengajak saya ikut
pameran. Tentu saja saya bingung apa yang mau saya pamerkan. Ia menyarankan pakaian pribadi
saya yang dipamerkan. Mungkin ia merasa busana muslimah yang saya kenakan cukup modis. Lantas
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
11
BAB 2 Pengalaman Religius
saya berpikir, kenapa saya tidak mencoba merancang sendiri busana-busananya. Sekalian
mengamalkan ilmu yang pernah saya dapatkan ketika di SKKA.
Mulailah saya membeli bahan pakaian. Untuk modal awal saya pinjam uang dari Mario, anak saya.
Kebetulan waktu itu ia tengah teken kontrak film Sesaat dalam Pelukan. Honornya sekitar Rp1 juta,
saya pinjam setengahnya. Saya pun sibuk merancang puluhan desain pakaian muslim. Untuk
mendesain sket pakaian, saya tahan sampai berjam-jam. Tapi kalau disuruh menjahit, nanti dulu. Saya
tidak betah.
Akhirnya jadilah pakaian-pakaian itu. Untuk menambah ramai stan, saya berkonsinyasi dengan Ibu
Norma, pemilik toko di Tanah Abang. Wah, stan milik saya jadi makin semarak.
Seminggu pameran, stan saya ramai dikunjungi dan banyak yang membeli. Saya benar-benar tidak
menyangka. Di sana pikiran saya mulai terbuka. Pengunjung yang datang tidak hanya memuji desain
saya, banyak juga yang mengeritik. Ada yang mengatakan baju muslim kampungan, tidak trendi. Ada
juga yang bilang, baju muslimah hanya untuk mereka yang sudah menyandang predikat haji. Saya
katakan kepada mereka, busana muslimah bukan busana haji, tetapi diwajibkan dalam Islam.
Ada ibu-ibu yang mengeluh wajahnya bulat, jadi makin jelek kalau pakai jilbab. Saya terangkan bahwa
jilbab bisa disesuaikan dengan bentuk wajah.
Di antara lalu lalang pengunjung, saya menengadah ke atas. Bersyukur kepada Allah. Ternyata
inilah jalan keluar yang Engkau berikan, atas doa-doaku selama ini. Kau tutup pintu rezeki di
sinetron yang memaksaku membuka aurat, tapi Kaubuka pintu rezeki lain. Pintu rezeki yang
tidak hanya memberi manfaat secara lahir tapi juga batin. Ada nilai ibadah yang saya emban.
Alhamdulillah.
Cobaan lagi. Saat saya mulai menikmati "dunia" saya yang baru, datang cobaan yang tidak saya
sangka-sangka. Suami dan ayah dari anak-anak saya dipanggil menghadap-Nya. Saya betul-betul
syok. Begitu tiba-tiba semua ini ya Allah. Kenapa cobaan datang silih berganti. Terus terang waktu itu
saya bagai kehilangan akal. Bahkan seperti orang yang tidak beragama. Dunia serasa berhenti. Semua
terasa gelap. Saya merasa tak mampu menghadapi dan menjalani hidup sendirian. Apalagi anak-anak
masih kecil.
Lama saya larut dalam kesedihan. Untunglah Allah cepat mengingatkan. Pikiran waras saya segera
berjalan. Apa kalau saya menangis setiap hari Mas Irwin bisa hidup lagi? Kenapa saya tidak pelihara
dan jaga amanah yang ia tinggalkan, yaitu tiga anaknya? Bukankah doa-doa saya dan anak-anak lebih
berguna untuknya ketimbang berember-ember air mata?
Waktu itu tidak pernah terlintas di pikiran saya untuk menikah lagi. Terus terang sampai sekarang pun
saya masih sering terbayang Mas Irwin. Tapi itu wajar, bagaimanapun ia pernah lama menjadi bagian
hidup saya dan anak-anak.
Bisnis dan ibadah.
Kini sembilan tahun telah berlalu sejak kepergian Mas Irwin. Saya sudah menikah kembali. Sejak dua
tahun lalu saya resmi dilamar Mas Agung Wibowo. Saya kenal Mas Agung ketika mengadakan
pameran busana di Batam. Ia memang bertugas di Batam. Waktu itu anak-anak saya boyong. Selepas
pagelaran busana, saya ajak anak-anak berlibur ke Singapura. Mas Agung ikut bersama kami. Setelah
itu saya kembali ke Jakarta dan Mas Agung tetap di Batam.
12
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
Saya kaget juga ketika Mas Agung datang ke Jakarta, menetap di sana dan melamar saya. Mula-mula
saya ragu. Tapi kemudian saya berpikir, mungkin ini yang namanya jodoh. Selain itu saya juga minta
petunjuk dari Allah dengan salat istikharah. Kalau memang ia jodoh saya, dekatkan ya Allah, tapi kalau
tidak, jauhkan ia dari saya. Ternyata ia memang, insya Allah, jodoh saya. Sampai proses pernikahan
tidak pernah ada aral. Anak-anak juga menyukainya. Malah mereka menganjurkan.
Sekarang Butik Ida Leman Collection sudah mempunyai 10 cabang di Indonesia. Alhamdulillah usaha
kecil-kecilan ini bisa membantu ekonomi keluarga. Saya juga sering diundang kedutaan di luar negeri
untuk pagelaran busana muslimah. Sudah banyak negara yang saya singgahi.
Namanya pagelaran busana muslimah, jelas mengandung unsur dakwah. Saya juga menyadarinya.
Sebelum pagelaran saya sempatkan berpidato. Isinya mengajak wanita muslimah untuk berbusana
terhormat yang menutupi aurat. Lengkap dengan hadis-hadisnya. Makin banyak waktu yang diberikan
panitia, makin semangat saya berceramah.
Selain dengan pagelaran, upaya sosialisasi busana muslimah juga lewat televisi. Antara lain melalui
pakaian yang dipakai penyanyi. Dengan mempertontonkannya di televisi, mudah-mudahan orang
menirunya. Tidak apa-apa rancangan saya dicontek. Mencontoh yang benar kan malah berpahala.
Data Pribadi:
Nama : Hidayati Ahmad Leman (Ida Leman)
Lahir : Padang, 16 November 1955
Ayah : Haji Ahmad Leman, Ibu : Hajah Sofinah
Suami : Agung Wibowo
Anak:
1.Mario Pratama (16)
2.Stephanie (12)
3.Maureen Pratiwi (10)
4.Nicole Anggid Wibowo (1,7)
Pendidikan:
SD di Padang, SMP dan SKKA di Medan. Kursus akting di Inter Studio Jakarta (1974)
Film yang dibintangi:
1.November 1828 , 2.Sakura dalam Pelukan, 3.Aduhai Manisnya, 4.Sejuta Serat
Sutera, 5.Kupu-kupu Putih, 6.Jangan Ambil Nyawaku, 7.Kerikil-kerikil Tajam,
8.Kristal-kristal Cinta, 9.Bukan Istri Pilihan, 10.Amalia SH, 11.Penginapan
Bu Broto, dll.
Sinetron :
1.Maharani , 2.Losmen, 3.Rumah Kehidupan (1999)
( Sumber: Panjimas Online - http://www.panjimas.co.id )
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
13
BAB 2 Pengalaman Religius
5. SALAWAT DAN HARMONI KEHIDUPAN
TYA SULESTYAWATI,
Berprestasi di usia muda. Dialah pemimpin sekaligus konduktor T&T Orchestra yang dalam beberapa
penampilan terakhir mendapat sambutan meriah. Tya Sulestyawati, 19 tahun, tidak berani jauh-jauh
dari ajaran agama. "Bagaikan partitur yang harus dipedomani," tuturnya. Tanpa partitur, orkestra
kehidupan akan kacau balau.
"Apa? Kamu mau pakai jilbab? Papa nggak salah dengar, nih?" ujar Papa, tak bisa menutupi
kekagetannya. Niat memakai jilbab memang aku utarakan tiba-tiba, pas ketika Papa sedang sibuksibuknya mengedit sebuah jingle hasil aransemenku.
"Iya. Boleh, kan Pa?"
"Ya boleh. Tapi kamu serius?"
Pagi keesokan harinya, diam-diam, aku pergi ke butiknya Tante Ida Royani dan membeli satu stel
pakaian muslimah. Kebetulan sorenya akan ada acara ratiban yang memang rutin diadakan di
lingkungan keluarga dan teman-teman Papa. Aku pakai, eh rasanya pas, gitu. Sementara Mama tak
henti-hentinya menggoda dengan berdecak-decak. Aku cuek saja.
Terus, keesokannya lagi, ketika ada acara lain di rumah. Aku keluar dengan busana biasa, oblong
pendek, nggak pakai jilbab, jins ketat. Yaa, gaya abege begitu deh. Eh, kok aku jadi risih. Kayaknya
aku tidak memakai apa-apa. Padahal begitulah penampilanku sehari-hari. Aku tidak kuat, aku masuk
ke kamar dan sejak itu aku tidak berani melepas jilbab lagi bila bertemu selain keluarga. Jodoh, kali, ya.
Sejuknya Air Salawat.
Keinginan untuk memakai jilbab sih sebenarnya sudah ada jauh-jauh hari sebelumnya. Bermula ketika
secara tiba-tiba Papa menodongku untuk mengaransir salawat badar. Aku ingat banget, karena itu
diutarakan Papa di meja makan. Awal Februari 1998. Seperti biasa, kami ngobrol tentang berbagai hal.
Terutama tentang krisis moneter yang mulai membuat panik masyarakat. "Kayaknya kita mesti bikin
sesuatu yang bisa sedikit menenangkan hati. Apa, ya?" kata Papa.
Papa coba mencari rujukan dari ajaran-ajaran agama berupa zikir atau doa. Setelah menu-naikan
ibadah haji setahun sebelumnya, Papa memang semakin banyak meluangkan waktu untuk menggali
khazanah Islam yang berhubungan dengan latihan kejiwaan. "Ya, sudah. Bikin salawat saja," kata
Papa kemudian. Dan, yang mengejutkanku, "Tya yang bikin aransemennya. Dalam seminggu ini harus
klar."
Waduh, jelas aku langsung bingung saat itu. Sejak kecil aku memang sekolah di sekolah Islam, tapi
aku kan tidak menguasai betul makna atau tujuan salawat. Dengar-dengar, sih, biasa. Terutama pada
bulan Ramadan. Dengan feeling musikku aku bahkan sering mengeritik pembawaan salawat di televisi.
Wah, kayaknya nggak enak, deh, kalau salawatnya di-popin begitu. Mestinya begini, begini, begini.
Tapi untuk membuat aransemennya, kan kita mesti menyelami makna liriknya.
Akhirnya aku tanya ke sana ke mari. Kepada tanteku, guru ngajiku, juga teman-teman yang aku
anggap tahu. Pokoknya, satu minggu itu, tidak ada urusan lain kecuali salawat. Dan alhamdulillah,
dengan bantuan papa, Tante Neno Warisman, Ustaz Muchyar (qari’ inter-nasional yang menjadi guru
14
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
ngaji Tya, Red.), dan teman-teman, aransemen itu jadi juga dalam waktu yang begitu pendek. Aku
puas, dan pada hari terakhir proses aransir, tak terhitung berapa kali Salawat Badar itu aku lantunkan.
Tidak sekadar untuk memperlancar atau memeriksa apakah masih ada kekurangannya, tapi sepertinya
memang ada kenikmatan tersendiri ketika melantunkan puja-puji dan doa untuk Rasulullah itu.
Shalaatullah, salaamullah, ‘ala taha rasulillah
shalaatullah, salaamullah, ‘ala yasin habibillah
tawassalna bi bismillah,
wa bil hadi rasulillah
wakuli mujahidillillah
biahlil badri ya Allah.
Perfect! Malam itu, usai proses mixing, sebelum pulang meninggalkan studio, aku sempatkan dulu
mampir ke musala untuk salat isya. Masya Allah, ketika telapak tanganku menyambut air yang
mengucur dari keran untuk berwudu, tiba-tiba, sejuknya air terasa merambat dan menyelimuti sekujur
tubuhku. Dadaku bergemuruh, ada rasa haru, bangga, damai, bahagia, dekat dengan Rasulullah, dan
entah perasaan apa lagi. Sulit aku gambarkan dengan kata-kata. Tapi aku bisa mendengar, ada bisikan
dalam hatiku, "Ya Allah, begitu sayangnya Engkau kepadaku sehingga pekerjaan berat itu bisa aku
selesaikan."
Dalam salat, semua perasaan itu tumpah menjadi air mata ke permukaan sajadah. Aku nggak tahu,
semua itu persisnya karena apa. Tapi yang jelas, sejak saat itu, aku merasa selalu ingin memenuhi
semua ajaran agama yang aku tahu. Untuk berbuat yang tidak-tidak, abring-abringan seperti biasa,
rasanya tidak tega. Salat, yang sebelumnya masih ada bolong-bolongnya, tidak lagi, deh. Rugi rasanya
untuk ditinggalkan. Perayaan hari ulang tahunku yang ke-19 beberapa pekan setelah itu, aku
rencanakan tidak pakai pesta-pestaan. Aku berniat mengundang anak yatim, makan-makan
dengan mereka, ngobrol, dan membagi-bagikan sembako. Saat itu pulalah terbetik juga
keinginan untuk memakai jilbab. Pakai jilbab, tidak, ya? Kayaknya boleh juga.
Dibawa ke Neurolog. Untuk semua itu, terus terang, aku memang harus berterima kasih kepada Papa.
Setelah memanjatkan puji syukur kehadirat Allah s.w.t., tentunya. Karena dukungan Papa-lah yang
membuat aku bisa seperti ini. Pada usia tiga tahun, aku sudah didaftarkan ke Yayasan Musik
Indonesia. Sederhana saja alasannya: Papa memergokiku sedang memencet-mencet tuts organ
sementara para pembantu berderet di sampingku, berperan sebagai penyanyi. "Mbak, Mas, sini.
Nyanyi, ya, nyanyi, ya, Tya yang main organ."
Papa pula yang bisa memahami ketika di SMA prestasiku jeblok karena terlalu sibuk di paduan suara.
Sebagai dirigen paduan suara SMA 34, aku sebenarnya hebat, mampu mem-bawa grupku meraih
juara satu dalam sebuah festival. Tapi, beberapa hari setelah menerima piala kejuaraan itu, aku
menerima rapor yang merahnya ada sembilan. Yang hijau cuma Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Agama, dan Kesenian. Papa dan Mama terang saja kaget dan sempat marah-marah. "Nih, kamu
ranking satu dari belakang!" teriak Mama. Aku diam saja. Besoknya, aku dibawa ke seorang neurolog.
Di sebelahku duduk pasien lain, penyandang cacat mental. Aduuuh, aku kan tidak apa-apa.
Pelajaranku jeblok gara-gara aku terlalu konsentrasi ke paduan suara. Kala itu, kalau sudah kena
musik, aku memang langsung lupa dengan yang lain. Untunglah Papa mengerti dan justru mendorong
aku dan adik-adikku, Gion dan Sati, untuk membentuk grup musik T&T Explotion yang kini menjadi
T&T Orchestra.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
15
BAB 2 Pengalaman Religius
Dan, yang paling penting, karena bimbingan Papa pulalah maka rasa keberagamaanku terus tumbuh.
Aku tidak hanya dipilihkan TK, SD, dan SMP Islam Al-Azhar, tapi juga di rumah setiap minggu ada
pengajian yang harus aku ikuti. Dan, ini yang paling berkesan, kebiasaan Papa bercerita tentang
agama betul-betul sangat membantu pemahamanku tentang agama. Kayaknya Papa memang
keranjingan cerita, di meja makan, di mobil, di ruang kerja, bahkan sampai di restoran. Anehnya, ceritacerita Papa tidak pernah membosankan, kadang-kadang sampai menuangkan kecap ke dalam gelas
minuman segala, untuk menggambarkan ba-gaimana kotoran mengendap di dalam diri kita bila tak
mengindahkan ajaran agama.
Sebelum aku menginjak SMA, cerita Papa masih berkisar tentang halal-haram, surga-neraka, dan
kisah-kisah nabi yang ringan-ringan. Tapi, setelah itu, cerita Papa mulai tentang yang abstrak-abstrak
menyangkut hakikat beragama. Sejak muda Papa memang rajin mengikuti pertemuan sebuah
kelompok latihan olah jiwa yang membantu dia dalam memahami ajaran-ajaran agama. Mungkin untuk
orang seusiaku hal itu masih terlalu berat, tapi karena Papa tidak bosan-bosannya bercerita, ditambah
dengan caranya yang enak, pelan-pelan aku nyambung juga.
Ya Syariat, Ya Hakikat.
Dalam pemahamanku, kehidupan keagamaan kita memang harus meliputi syariat dan hakikat. Aku
harus berupaya keras menjalankan semua syariat agama seperti salat, puasa, zakat, berbuat baik,
patuh kepada kedua orangtua, dan sebagainya. Tapi di samping itu, yang tidak kalah penting, aku juga
harus memahami hakikat dari segala syariat yang aku jalankan itu. Pada tataran syariah, kita salat kan
untuk mendapatkan pahala. Tapi, kadang-kadang, kita salat tapi tidak bisa merasakan pahalanya.
Pahala itu apa, sih? Nah, bila kita sudah bisa sedikit memahami bahkan bisa merasakan nikmatnya
pahala salat, ketika nggak salat pun kita sebenarnya bisa merasakan itu dengan hanya mengingatnya.
Konon musik itu haram. Tapi aku bilang, tidak, sepanjang kita tahu aplikasinya. Kalau aplikasinya untuk
abring-abringan, mengajak yang munkar, ya haram lah. Tapi kalau apli-kasinya untuk syiar, persatuan
bangsa, membuat kita merasa dekat dengan Allah, dengan Rasulu-Nya, mengajak beribadah, ya pasti
berpahala, dong.
Masih ada yang mengira musik islami itu hanya yang memakai rebana atau gambus. Tentu bukan itu
ukurannya. Yang harus kita lihat adalah liriknya. Musik etnik Arab memang punya minor harmonik dan
tangga nada yang khas. Itu memang bagus kita pakai pada lagu-lagu religius. Tapi manfaatnya hanya
untuk menciptakan nuansa atau konotasi etnik Arab yang memang mayoritas muslim. Cuma, ya tanpa
nuansa Arab pun sebuah lagu tetap bisa dinilai religius bila hakikat lagunya memang bagus.
Menjaga Harmoni.
Setelah pakai jilbab lantas kehidupan keagamaan kita sudah sempurna? Ya tentu tidak, dong. Cuma,
aku memang sangat bersyukur karena merasa mendapat banyak kemudahan setelah berani
menyandang atribut muslimah ini.
Kalau membayangkan awal aku terjun ke dunia musik ini, terus terang, tanpa kasih sayang-Nya,
rasanya tidak mungkin aku bisa berbuat banyak. Sebelumnya, sebagai pemimpin biro iklan yang juga
untuk media audio visual, Papa sudah punya jingle maker yang hebat. Tapi karena satu dan lain hal,
Papa melepas dia ke tempat lain dan harus mencari jingle maker baru. Entah mendapat dorongan dari
mana, saat itu Papa bilang, "Eh sini. Kamu bikin jingle, ya. Pokoknya sore ini harus jadi. Studio sudah
di-booking satu ship." Aku tidak bisa menolak. Waduh, bagaimana, ini. Tapi, dengan bismillah, aku
kerahkan semua pengetahuan yang aku miliki dari sekolah musik selama ini, aku keluarkan semua
pengalaman yang pernah aku timba dari musisi-musisi senior, alhamdulillah, "todongan" Papa bisa aku
16
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
laksanakan dan sukses. Hasil kerjaku cukup bisa diterima secara luas. Mega Shalawat, contohnya.
Setelah itu, ya jadilah studio sebagai tempat nongkrong-ku. Bukan hanya jingle maker, aku juga membuat aransemen, dan tampil sebagai konduktor. Kalau Allah tidak sayang, bisa, nggak tuh?
Karena itu, aku dan teman-teman membuat komitmen, kami tidak akan menerima order yang kira-kira
menyerempet bahaya. Membuat jingle iklan bir, misalnya. Bahkan di T&T Orchestra kita sudah berjanji
tidak akan memainkan lagu-lagu pop Barat. Alasannya, tidak banyak lagu pop Barat yang punya misi
dan visi. Lagu Indonesia lebih jelas bisa kita pilih untuk mengadakan penampilan yang penuh makna.
Aku yakin komitmen kami itu tidak membatasi ruang gerak kami. Ruang gerak yang nggak aneh-aneh
masih luas, kok, untuk kita berkiprah.
Hidup, seperti juga sebuah orkestra, harus dijaga harmoninya. Sementara ajaran agama, ya itulah
partitur yang harus kita pedomani.
-Muzakkir Husain, Dodi SukmajadiBiodata Tya Sulestyawati Subyakto
Lahir Jakarta, 2 Maret 1979
Pendidikan TK, SD, SMP Al-Azhar Kemang, 1983-1993
SMA 34 Jakarta, 1996
Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Katolik Atmajaya, tidak selesai
Pendidikan musik: Yayasan Musik Indonesia, 1983-1986
Yayasan Pendidikan Musik, Jakarta, 1986-1990
Konon musik haram.
Tapi tidak, bagi Tya. Tergantung aplikasinya.
Kalau mengajak kemunkaran, pasti haram.
Kalau imbauannya itu untuk mendekatkan kita dengan Allah dan Rasul-Nya,
tentu berpahala.
----------------------------------------( Sumber: Panjimas Online - http://www.panjimas.co.id )
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
17
BAB 2 Pengalaman Religius
6. UJIAN YANG MEMBAWA HIKMAH
Hj. LUTHFIAH SUNGKAR,
Sebenarnya dia bukan tipe mubaligah yang “toleran”. Dia malah terkesan “keras” dan ketat. Namun
karena disampaikan dengan tegas tapi lembut, meneduhkan, penuh keibuan, rupanya apa yang dia
sampaikan cukup menyentuh, cukup mengena. Maka dia pun menjadi mubaligah yang digandrungi
kaum ibu dan remaja--bahkan bapak-bapak di banyak pengajian yang dia adakan. Seperti yang terjadi
pada acara “Penyejuk Iman Islam” di Indosiar Jumat lalu, begitu line dibuka untuk penanya, telepon
segera berdering. Dan belum lagi dia selesai menjawab, telepon berdering lagi. Sering penanya sampai
terguguk, menangis, saat men-ceritakan masalahnya. Sebuah dakwah yang sangat interaktif. Kepada
Hamid Ahmad dan Iqbal Setyarso dari Panji dia menuturkan pengalaman religiusnya yang sangat
menarik--pengalaman yang telah mengantarnya menjadi mubaligah seperti sekarang ini. Silakan ikuti.
Suatu kali handphone saya berdering. Dari seorang jamaah saya rupanya. “Saya tak melayani
konsultasi via handphone. Tolong, telepon lagi ke nomor telepon rumah, ya. Saya sedang dalam
perjalanan.” , “Tidak bisa, Bu. Saya sudah mau bunuh diri,” kata suara dari seberang, gusar. Suara
seorang remaja putri. Buru-buru saya berkata, “Baiklah, baiklah. Anda tarik nafas dalam-dalam,
ucapkanlah laa ilaaha illallaah. Tenangkan diri Anda. Apa sih, masalahnya?”
Penelepon itu mengatakan dia mengalami dilema. Dengan pacarnya, dia sudah hidup seperti layaknya
suami istri. Sejak pacaran, ia sudah tiga kali melakukan aborsi. Setiap ketemu, si pacar selalu minta
tidur bersama. Kalau menolak, dia takut pacarnya akan memutuskan hubungan. “Kalau sudah
ditinggal, siapa yang mau menikah dengan saya yang sudah tak perawan lagi. Kalau saya layani dia,
sampai berapa kali saya harus mengaborsi kandungan saya sementara orangtua saya tak mau tahu.”
Rupanya, orangtuanya melarang ia menikah sebelum selesai kuliah. Dia merasa, masa depannya
sudah demikian hancurnya. Ia bingung, apa yang harus diperbuatnya.
Saya ingatkan, dia belum hancur sama sekali, asal mau taubatan nasuha, tobat sebenar-benarnya
tobat. Singkirkan masa lalu dengan kembali ke jalan Allah. Tinggalkan pacarnya, yang jelas-jelas bukan
tipe lelaki yang bisa diharapkan sebagai suami. Kenakanlah busana muslimah, hiduplah seterusnya di
jalan Allah, insya Allah, akan dipertemukan dengan jodoh yang didambakannya.
Itu baru secuil kisah yang pernah saya alami selama menjadi mubaligah.
Membela Perempuan.
Apa yang terjadi pada diri penelepon yang nyaris bunuh diri itu, sebetulnya banyak dialami remaja kita.
Termasuk di SMP (sekolah menengah umum). Saya berprinsip, sebaiknya, kalau anak sudah balig,
sudah ingin pacaran, segerakan saja menikah. Orangtua jangan menghalang-halangi, karena semakin
dilarang, berati kita akan mendapatkan kenyataan yang lebih buruk.
Anda tahu, kini banyak remaja putri, yang sudah tak perawan lagi, merasa masa depannya suram,
mereka jadi “ayam-ayam kampus”. Semua, karena orangtua tak mau tahu, anak dibiarkan pacaran.
Kalau putri kita dibiarkan pergi berdua saja dengan pacarnya, busananya ketat, apalagi pusarnya
kelihatan, apa yang bisa dilakukannya? Hasrat sudah ada, kawin dilarang, mereka akan main api tanpa
sepengetahuan orangtua. Kalau mereka putus, selalu, yang perempuan yang menanggung bebannya.
Bagaimana tidak? Si cowok biarpun dia biasa berzina, saat menikah tetap mengharapkan perempuan
perawan. Ini tidak adil.
18
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
Saya memang terdorong mengungkapkan ayat-ayat yang membela kaum perempuan. Mengenai hakhak kaum perempuan, sebagai istri terutama. Semua bukan argumentasi pemikiran kita tetapi Al-Quran
yang mengatakan demikian. Ayat-ayat yang jarang disebut orang bahwa perempuan sabar
menghadapi suami yang berbuat neko-neko itu besar pahalanya. Ada ayat-ayat yang demikian
meninggikan perempuan, membuat kaum perempuan tersanjung, merasakan manisnya menjadi orang
beriman.
Jumat 10 September 1999, pukul 08.00. Telepon Indosiar, yang sedang menayangkan acara “Penyejuk
Iman Islam” berdering. Seorang ibu, bernama Ike, mengadu bahwa anaknya yang baru masuk
perguruan tinggi kena godaan teman wanita yang lebih tua. Selisih empat tahun. “Susah sekali
diomongin, bagaimana caranya supaya anak saya tetap tekun kuliahnya. Bagaimana caranya?”
tanyanya.
Luthfiah menjawab, “Ini ujian. Setiap orang akan diuji. Ibu ini diuji Allah. Ketika datang ujian, ibu sudah
sok tahu duluan, jangan-jangan anak saya sesudah pacaran meninggalkan kuliah. Lihat dulu
masalahnya, bagaimana hubungan mereka, nggak usah lihat umurnya. Lihat akidahnya. Kalau sudah
sekufu, seakidah, ya, kasih, dong. Kalau sudah demikian, nggak usah repot-repot, kembalikan kepada
Allah. Bukankah Allah yang memberikan jodoh, sudah diatur Allah, baca surat Ar-Ruum: 21.”
Suamiku, Ujianku.
Kalau orang suka dengan dakwah saya, mungkin karena isi ceramah saya umumnya pernah saya
alami. Kalau saya mengajak tahajud, saya sudah menjalani salat tahajud dengan penuh tawadhu’.
Kalau saya mengajak pendengar bersabar, saya sudah menjalani hidup bersabar sebagai istri selama
pernikahan pertama saya. Sungguh, akan berbeda, kalau penceramah hanya menyampaikan isi, tetapi
ia tak mengerjakannya apa yang diceramahkannya secara sungguh-sungguh.
Saya lahir di Solo. Ibu saya keturunan Sunda, ayah orang Arab bermarga Sungkar. Saya dididik dalam
keluarga yang strijk dalam agama. Sejak kecil saya sudah belajar agama. Saya sejak kecil punya citacita bisa tampil di muka umum. Tetapi itu tidak mungkin karena saya perempuan. Pasti akan dilarang.
Adik kandung saya saja, Mark Sungkar, yang ngebet mau menjadi penyanyi, membuat nenek saya
menangis. Terlebih saat dia belajar seni suara di Jerman, nenek jadi semakin rajin salat sunah dan
berdoa agar adik saya mengubah keputusannya. Di mata keluarga, menjadi penyanyi itu kurang patut.
Pada 1965 saya dinikahkan. Kami sama-sama orang Arab, tapi memiliki visi dan gaya hidup yang
sungguh bertolak belakang. Saya, seorang gadis desa yang lugu dengan nilai-nilai agama yang ketat,
mendapat suami yang terbiasa dengan gaya hidup glamor, di tengah kalangan jet set, dan nilai-nilai
yang longgar pula. Sementara saya dididik menjadi istri santun, taat kepada suami, tak pernah nangga
(kelayapan ke rumah tetangga).
Setelah menikah, saya diboyong ke Jakarta. Orangtua saya berharap, dengan keteguhan agama saya,
saya bisa mengubah suami saya. Saya berupaya mengingatkan suami, kadang sampai ikut ke mana ia
pergi, sekadar menemani. Saya berusaha mengikuti. Terkadang sampai ikut ke bar. Tetapi, harapan ia
bisa mengubah gaya hidupnya tak pernah menjadi kenyataan. Semakin hari kelakuannya semakin
menjadi-jadi.
Kalau mengikuti nilai yang dibangun dalam keluarga saya, sungguh tak mudah bertukar suami.
Bayangkan saja, saya anak Jawa dengan didikan Arab di Solo zaman itu, mungkin saja terlalu santun
untuk bisa bilang “tidak”. Apalagi menuntut perceraian. Bagi keluarga kami, perceraian itu aib. Dan
kalaupun sudah telanjur terjadi, sedapat mungkin diupayakan rujuk kembali. Sampai pada suatu ketika,
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
19
BAB 2 Pengalaman Religius
setelah kami membangun rumah mewah di Petamburan (Jakarta Pusat), saya dilanda kejenuhan luar
biasa. Sungguh, saya jadi tak merasakan gregetnya hidup. Masa, sih, hidup saya hanya begini-begini
saja, ikut suami yang tak jelas apa visinya? Dari situ lantas timbul tekad, saya akan mengubah total
penampilan. Saya hendak menjalankan ajaran agama secara total, dan karena itu saya mesti
berjilbab. Itu terjadi sekitar 18 tahun lalu.
Namun berjilbab di waktu itu bisa dicibiri orang kalau belum berhaji. Kalau kita berjilbab, padahal belum
berhaji, orang akan mencibir, “Eh kapan pulang hajinya?” Lain dengan sekarang. Maka, saya pun
bertekad, saya mesti berangkat haji agar bisa bebas mengenakan busana muslimah. Kebetulan, suami
saya juga hendak berangkat haji. Ini berkat desakan temannya agar dia berhaji setelah membangun
rumah di Petamburan.
Saya bilang pada suami, saya mau ikut ke Mekah, pakai tabungan saya sendiri. Sepulang dari Mekah,
ternyata kelakuan suami saya tak berubah. Saat kami sudah pindah ke Kemang (Jakarta Selatan) pun,
ternyata kelakuannya tak berubah. Malah, kalau dulu ia berusaha menutupi, makin hari ia makin
terangan-terangan dengan perbuatannya. Malah cenderung demonstratif, dan dia merasa hebat. Anakanak kami yang makin dewasa makin risih melihat kelakuan ayah mereka.
Akhirnya saya hanya bisa bersabar. Saya cukup melapor kepada Allah, sembari berusaha tetap lurus.
Saya kemudian memutuskan ingin mempelajari dakwah. Saya lampiaskan kekecewaan saya
menghadapi perangai suami, dengan masuk jurusan dakwah di Universitas Islam As-Syafi’iyah, sampai
selesai.
Keasyikan saya dengan aktivitas keagamaan sempat membuat orang heran, suami saya begitu, tapi
saya malah aktif dengan kegiatan keislaman. Saya terus aktif menuntut ilmu dan ikut pengajian.
Suami masih dengan gaya hidupnya. Rasanya, sudah kelewat sering saya mengajak suami
menyatukan visi. Tapi dia sulit berubah. Sampai puncaknya, dia jenuh dengan ajakan-ajakan saya.
Suatu ketika terlontarlah pernyataan dari mulutnya.
“Kalau begitu, kita cerai saja.”
“Baiklah kalau begitu.” Tampaknya, ia memang menghendaki perceraian itu. Nyatanya, dugaan
saya tak sepenuhnya benar. Ini pertama kalinya saya menyaksikannya marah besar. Sampai nyaris
menyakiti fisik saya. Dia marah karena anak-anak sudah menyiapkan surat pernyataan bersegel yang
tinggal ditekennya. Ia marah sekali, anak-anak memudahkan perceraian itu.
Hal yang dianggap aib dalam keluarga saya, perceraian, akhirnya tak bisa kami hindari. Meskipun
demikian, keluarga saya membujuk saya untuk sabar, dan rujuk kembali. Diminta keluarga, dan demi
menjaga nama baik keluarga, saya kembali rujuk. Harapan saya, dia bertobat dan hidup sebagaimana
tuntunan agama. Saya jalani rumah tangga kami dengan kesabaran. Saya memaafkannya karena
sadar benar betapa Allah memberi balasan besar bagi istri yang sabar menghadapi ujian seperti ini.
Karena suasana makin tak nyaman di rumah, saya ke Australia mempelajari public speaking di sebuah
college di Sidney selama tiga tahun, sembari mengajar di masjid-masjid di Australia. Anak-anak saya
bawa semua. Mereka saya masukkan ke public school. Suami saya yang tetap asyik dengan gaya
hidupnya masih mondar-mandir Jakarta-Australia, menjenguk anak-anak.
Kami di Australia hanya empat tahun, sampai anak saya duduk di kelas tujuh. Sebab, saat itulah
sekolah mewajibkan mereka minum pil KB (antihamil). Segera saja mereka saya bawa pulang ke
20
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
Indonesia. Pada usia itulah anak-anak di Australia sudah menjalani seks bebas, dan itu tak bisa
dilarang. Maka untuk mencegah mereka hamil terlalu muda, diberikanlah pil KB.
Di Tanah Air, saya mulai merasa Allah menggiring saya pada cita-cita masa kanak-kanak saya: tampil
di muka umum. Awalnya, saya menyalurkan keinginan dakwah itu dengan membuat pengajian
keluarga. Kemudian, saya mengisi kegiatan ibu-ibu PKK di sekitar tempat tinggal saya di Petamburan,
Jakarta. Mengajari mereka bahasa Inggris, biarlah dengan gratisan saja asal ada penyaluran.
Selain itu saya juga aktif dalam kegiatan pengajian di masjid, sebagai pendengar. Sampai suatu ketika,
saya mendengar, ada yang enggan datang ke pengajian, karena nggak punya duit. Soalnya, setiap
pengajian di masjid, selalu diedarkan kotak tromol yang mesti diisi duit sekadarnya. Hati saya
tersentak.
Lantas saya sendiri juga mencoba mengukur diri saya, ah rasanya saya juga bisa mengajar. Baiklah,
sekarang ibu-ibu mengaji saja di rumah saya, tidak pakai bawa duit, malah kalau yang dhuafa saya
siapkan uang transpor. Sejak itulah, rumah saya setiap Ahad pagi dihadiri ibu-ibu yang mendengarkan
ceramah saya. Saking banyaknya jamaah, saya sampai membuka tenda agar yang meluber di luar
tidak kepanasan.
Rupanya begitulah Allah menggiring hamba-Nya. Cita-cita saya di waktu kecil akhirnya
dikabulkan, meski melalui jalan berliku.
Menghadapi suami seperti itu, kesabaran ternyata ada batasnya juga. Sungguh, meski sudah saya
kuat-kuatkan, memang sulit sekali membuatnya berubah. Kami menjalani nikah-rujuk itu sampai tiga
kali, dengan begitu, jatuhlah talak bain. Artinya, tak mungkin kami menikah lagi terkecuali ada muhallil,
yakni saya menikah dengan seseorang, kemudian bercerai dulu baru boleh menikah lagi dengan dia.
Tapi itu rasanya mustahil. Sebab, dengan suami saya sekarang, kami sudah merasa sama-sama
cocok.
Telepon di Indosiar berdering lagi. Seorang ibu, Prapti di Jakarta, mengeluh suaminya sering
berselingkuh. “Saya sudah minta cerai, tapi nggak dikasih. Kalau dianya sih bilang, ya udah, kita cerai.
Ini sampai ketiga kali, tapi masih belum juga dipenuhi. Dia malah sering pergi. Bagaimana, ini, Bu
Hajjah?”
Luthfiah menjawab, “Laki-laki diberi kelebihan, dan dia wajib mengayomi wanita, maka dia tidak bisa
sembarangan mengatakan talak. Laki-laki diberi amanat Allah, dia pegang talak. Ini tak bisa sembarang
dia bilang, ‘Saya ceraikan, saya ceraikan.’ Nggak bisa. Kalau Ibu mau kembali lagi, nikah lagi aja. Bikin
akad baru lagi, diberikan kesempatan talak satu dan talak dua itu, supaya kita menyesal serta tak
mengulangi kesalahan lagi. Kalau tidak ada penyesalan, hancur dong.”
Sekufu. Sejak menjanda, saya semakin rajin salat tahajud. Kalau Allah akan memberikan jodoh
kembali, saya hanya mengharapkan lelaki yang bisa menyayangi anak-anak saya dan ibunda saya.
Selain itu, ia bisa sama-sama bersujud kepada Allah, yang dari lisannya hanya keluar kalam Allah, bisa
bersama-sama berjalan di jalan Allah khususnya dalam dakwah.
Alhamdulillah, doa saya dikabulkan. Tujuh tahun lalu, saya menikah dengan dokter Mulya Tarmizi. Dari
soal nasib, kami punya persamaan, bahwa masing-masing merasa tidak satu visi dengan pasangannya
dalam memandang dan menjalani hidup. Insya Allah, kami kini sama-sama cocok, bisa bersatu dalam
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
21
BAB 2 Pengalaman Religius
dakwah, mengisi hidup dengan amalan dan makin merasakan nikmatnya menjadi orang beriman. Baik
saya maupun suami saya, sama-sama punya waktu khusus untuk berdakwah.
Saya dengan suami kedua ini dipertemukan Allah saat sama-sama diminta berceramah mengenai
masalah AIDS di sebuah stasiun televisi swasta. Saya bicara dari perspektif Islam, dia dari perspektif
kedokteran. Bagaimana kami sepakat menikah, ini lantaran anak-anak sayalah yang
merekomendasikannya. Menurut pandangan anak-anak saya, kami berdua sudah se-kufu. Mereka
jugalah yang mendorong pernikahan ini. Soalnya, sebagai janda, tentu sebaiknya anak-anaknyalah
yang mengupayakan jodoh, biar mereka tahu benar siapa ayah-nya.
Biodata Singkat:
Nama : Luthfiah Sungkar
Lahir : Solo, 12 Juni 1947
Menikah : Pertama, 1965, dikaruniai lima anak, enam cucu
Kedua, 1992, dengan dr. Mulia Tarmizi, belum dikarunia anak
Pendidikan :
Kursus bahasa Inggris, komputer, sarjana jurusan Dakwah
Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta; diploma Public Speaking di sebuah college di Sidney,
Australia
Aktivitas Tetap :
Pengajar Islamic English pada Universitas Islam Jakarta; pengasuh acara live “Penyejuk Iman
” di sebuah stasiun televisi swasta; setiap Minggu pagi bertablig di rumah
-------------------------------( Sumber: Panjimas Online - http://www.panjimas.co.id )
( PENGALAMAN RELIGIUS / PANJI NO.23 TAHUN III 22 SEPTEMBER 1999 )
22
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
7. ALLAH SELALU MEMBERI YANG TERBAIK
MIEKE WIJAYA,
Ada satu problem yang selalu mengikuti langkah manusia: kesenjangan antara yang diinginkan dengan
yang terjadi. Bagi Mieke Wijaya, artis lawas yang berulang tahun ke 59 pada bulan ini, memahami
kesenjangan itu sebagai cobaan. Bagaimanakah potensi negatif dari setiap cobaan bisa diubah
menjadi positif? Berikut pengalaman istri aktor almarhum Dicky Iskandar Zulkarnaen ini sebagaimana
dituturkan kepada Minggarini dan Arimurti, reporter magang dari Jurusan Komunikasi, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Hidup, ya cobaan.
Karena setiap kejadian memang tak selalu sesuai dengan harapan kita. Atau sebaliknya, tak semua
yang kita inginkan, bahkan telah kita upayakan, bisa menjadi kenyataan. Pada akhirnya, semua
tergantung kepada sikap kita menghadapi setiap cobaan itu. Ketika mobil yang kita kendarai
terserempet bajaj, misalnya, apakah membuat kita memaki-maki atau justru beristigfar dan
menyelesaikannya dengan baik-baik? Bisakah cobaan-cobaan "sepele" seperti itu menjadikan kita
lebih tabah dan mawas diri? Barangkali memang ada kesalahan-kesalahan kecil yang telah kita
perbuat, lalu kita melalaikannya, maka Allah menegur kita melalui cobaan itu.
Hasil mawas diri itu lantas coba kita simpulkan dalam setiap salat, yang minimal lima kali sehari,
dengan doa, "Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in." Hanya kepada-Mu- lah kami menyembah, dan hanya
kepada-Mu-lah kami mohon pertolongan. Dengan demikian, insya Allah, cobaan-cobaan itu justru akan
menjadi tangga bagi kita untuk meningkatkan kualitas jiwa, kualitas iman, dan tentu pada akhirnya
kualitas hidup. Jika tidak, mungkin kita akan merasakan kesengsaraan yang panjang dalam hidup.
Setiap cobaan, sekecil apa pun, selalu saja menjadi batu sandung yang mengakibatkan luka dan
semakin membuat kita rapuh. Sengsara sekali, kan?
Diantar Doa Duha. Saya belajar melihat sisi positif sebuah musibah dari peristiwa sakit hingga
wafatnya suami saya, Dicky Zulkarnaen, pada 1995. Almarhum terserang stroke setahun sebelumnya,
dan sejak saat itu dia sudah tidak bisa bicara atau mengucapkan kata-kata lagi. Kami sudah melakukan
semua upaya untuk menyembuhkan dia. Februari 1994, dia menjalani operasi jantung di rumah sakit
Mount Elizabeth, Singapura. Kembali ke Tanah Air, ternyata sakitnya tidak sembuh juga. Maka pada
Maret 1994, dia harus dirawat lagi di RSUP Pertamina, Jakarta, dan selanjutnya berobat jalan.
Kondisi suami saya sejak itu tidak pernah pulih. Bahkan pada Agustus 1994, secara medis, dia
dinyatakan telah mati. Dia memang sudah tidak mampu memberi respon apa-apa. Wilayah putih pada
biji matanya juga sudah melebar. Tapi saya tidak menyerah. Saya berusaha keras untuk tetap
mempertahankan dia, dengan segala cara, dengan segala doa. "Saya tidak bisa membayangkan hidup
tanpa dia, Ya Allah. Jangan ambil dia. Masa-masa yang telah kami lewati terlalu indah untuk segera
berakhir." Saya hampir-hampir tak punya kegiatan lain kecuali menemani dia di sisi pembaringan. Saya
yakin, Allah pasti melihat dan mendengar setiap usaha dan doa yang kami lakukan.
Dan ternyata dia memang bertahan terus. Saya yakin, itu karena doa-doa yang saya pintakan setiap
saat. Meski kondisinya tetap sama; dikatakan telah meninggal, tidak, karena dia masih bernyawa;
dikatakan hidup juga tidak karena dia tidak bisa merespon apa-apa. Saya terus berdoa, terus
bermunajat, agar dia tetap diizinkan berada di tengah-tengah kami.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
23
BAB 2 Pengalaman Religius
Hingga suatu hari, saya merasa ada sesuatu yang keliru. Ya, sehari menjelang kematiannya, ketika
pagi harinya saya tatap lagi wajahnya yang baru saja saya cukur, saya tiba-tiba dihinggapi perasaan
bersalah: kok saya terus ngotot mempertahankan dia? Sudah setahun lebih dia terbaring, dengan
kondisi seperti itu, karena doa-doa saya. Dia belum bisa pergi karena saya belum merelakannya,
belum mengikhlaskannya. Dia bertahan dalam kondisi antara hidup dan mati, hanya untuk memenuhi
keinginan saya. "Ya, Allah, hamba-Mu mohon ampun. Selama ini saya seakan berupaya melawan
kehendak-Mu." Dalam setiap upaya penyembuhan yang saya lakukan selama ini, tak sedikitpun
terbetik dalam hati kemungkinan dia memang sudah saatnya menghadap Sang Pencipta.
"Astagfirullah, ampuni hamba-Mu, ya Allah. Kini, apa pun yang Engkau inginkan, pasti itulah yang
terbaik. Saya ikhlas. Ambillah dia bila itu yang terbaik; sembuhkan dia bila itu lebih baik."
Keesokan harinya, pagi Jum’at 10 Maret 1995, saya masih sempat menerima telpon Nia (artis Nia
Zulkarnaen, putri pasangan Mieke dan Dicky, Red.), mengabarkan hasil pemeriksaan laboratorium
ayahnya. "Hasilnya bagus, Ma!" ujar Nia gembira. Berita itu lantas saya sampaikan kepada almarhum.
Beberapa saat kemudian, kakak Nia masuk untuk melaksanakan salat Duha dekat ayahnya.
Sementara dia salat, saya ambil buku Kumpulan Doa Salat Duha, dan saya baca sambil memeluk
almarhum. Pada saat itulah, tanpa saya sadari, almarhum menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Saya baru mengetahuinya setelah selesai berdoa. Dia telah pergi, betul-betul pergi. Pergi dengan
tenang dan damai. Pergi ketika saya betul-betul telah siap melepaskannya dan mengikhlaskannya.
Pergi ketika saya sedang berdoa dan menyerahkan keputusan kepada-Nya, "Ambillah dia, ya Allah,
bila itu yang terbaik. Sembuhkan dia bila itu lebih baik." Innalillahi wa innailahi rajiun. Semua kita
memang miliknya semata, dan pada akhirnya semua kita akan kembali kepada-Nya jua. Bagi kami
yang ditinggalkan, jelas sangat tidak mudah. Tapi kami ikhlas karena pasti itulah yang terbaik.
Sempat Jauh. Mengenang itu semua, lagi-lagi saya merasa bersyukur telah dibekali nilai-nilai agama
sejak dini. Sejak usia lima tahun kami sudah disuruh berpuasa, diajari salat, dipanggilkan guru ngaji.
Menginjak usia remaja saya bahkan sempat belajar melagukan Al-Quran di bawah bimbingan seorang
qari’ah terkenal. Saya yakin, nilai-nilai keagamaan itulah yang selalu muncul, membantu saya ketika
mengambil sikap, pada setiap masa-masa sulit seperti peristiwa di atas.
Memang, ketika sibuk-sibuknya di dunia film, saya sempat merasa jauh dari kenikmatan ibadah. Salat
sering tertinggal, ngaji pun jadi jarang. Tapi, alhamdulillah, semua tidak hilang sama sekali. Sejalan
dengan bertambahnya usia, kesadaran saya pun tumbuh kembali. Terlebih ketika mulai tergolong tidak
muda lagi, dan anak-anak mulai tumbuh menjadi remaja. Secara rutin kami memanggil ustadz ke
rumah, untuk belajar mengaji, memperlancar ibadah, dan memperluas wawasan keagamaan. Dan
setelah menunaikan ibadah haji pada 1993, saya merasa tak ingin lagi melakukan apa pun yang kirakira dilarang agama. Insya Allah.
Alhamdulillah, cucu-cucu saya sejak usia tujuh tahun sudah bisa berpuasa secara penuh. Mereka juga
sudah hapal doa-doa salat dan doa sehari-hari. Menyenangkan sekali. Setiap saya salat, mereka pasti
berebut ikut. Juga setiap saya akan ke acara-acara keagamaan. Menurut saya, dampaknya bagus.
Mereka akan merasa dekat dengan nilai-nilai agama dan tanpa dipaksa-paksa akan menjaga prilaku
sesuai dengan norma-norma. Mudah-mudahan.
Mama Harus Pakai Jilbab.
Dulu, sebagai artis, saya tidak pernah membayangkan mengenakan jilbab seperti ini setiap hari. Bukan
cuma karena sempat jauh dari agama, tapi juga dalam pemahaman saya, pakaian muslimah itu tidak
wajib hukumnya. Boleh pakai, boleh tidak. Malah saya pikir, memakai jilbab justru menimbulkan kesan
24
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
pamer, "Nih, gue udah haji, nih. Makanya gue pake jilbab." Karenanya, ketika akan berangkat
menunaikan ibadah haji, saya sempat bilang sama anak-anak, "Ah, kayaknya, nanti kalau Mama
pulang, nggak akan pakai jilbab, deh. Kecuali pada momen-momen tertentu saja."
Eh, rupanya kata-kata saya itu dicatat malaikat. Suatu ketika di masjid Nabawi, sambil menunggu
waktu salat Isya sehabis salat Magrib, saya sedang duduk membaca Quran, datanglah seorang wanita
Maroko, mengaku berprofesi sebagai guru, mengajak saya ngobrol tentang Islam di Indonesia.
"Apakah wanita-wanita Indonesia memakai jilbab?"
"Sebagian, ya. Dan kecendrungannya semakin lama semakin bertambah. Dibanding ketika saya
remaja, sekarang jumlah pemakai jilbab jauh sangat banyak sekali."
"Oh, senang mendengarnya. Lantas, Anda sendiri bagaimana?"
"Saya? Ah, saya tidak."
Wanita itu tersenyum, menunjuk Al-Quran di tangan saya, lantas meminta, "Maukah Anda
membacakan surah An-Nisa ayat 31 untuk saya?"
Kenapa tidak, pikir saya. Saya lantas membaca ayat yang dimaksud, sekaligus dengan terjemahannya.
Pada intinya, ayat tersebut menyatakan bahwa setiap muslimah wajib menutup auratnya dengan
pakaian panjang, tanpa melihat apakah dia sudah haji atau belum. Pada saat itulah saya tersadar, "Oh
ternyata memang wajib, toh?" Saya membayangkan, anak-anak pasti surprise melihat mamanya tak
lagi mau melepaskan jilbab sepulang dari haji. "Ya, sejak saat ini, Mama harus selalu pakai jilbab."
Aduh, Ada Kewajiban, nih!.
Bagi sementara orang, ibadah itu menyulitkan. Tapi dalam pengalaman saya, tidak. Jilbab ini,
misalnya, tetap tidak menghalangi saya untuk terus menggeluti dunia akting. Ketika harus memerankan
tokoh antagonis, misalnya, ya saya memilih melepaskan jilbab ketika shooting. Tidak apa-apa, untuk
menjaga citra jilbab itu sendiri.
Begitu pula dengan salat, puasa, dan ibadah sehari-hari lainnya. Bila kita memang sudah bertekad
akan menjalankannya, Allah pasti memberi kemudahan, sesibuk apa pun kita. Dan untungnya, saya ini
termasuk orang yang tidak bisa tenang bila waktu salat telah tiba sementara saya belum
menunaikannya. Saya pasti gelisah, tidak peduli ketika itu saya sedang berada di dalam kendaraan, di
pasar, di ruang dokter, dan sebagainya. Saya pasti akan segera mencari tempat untuk menunaikan
salat.
Saya juga sering mengingatkan teman-teman sesama artis, jangan karena ada shooting lalu kita
meninggalkan salat. "Bilang saja, ‘aduh, ada kewajiban superpenting, nih!" Kalau betul-betul kepepet,
dalam perjalanan jauh, misalnya, Allah Maha bijaksana, salat bisa dijamak. Bahkan, kalau kita sedang
sakit pun, salat bisa dilaksanakan sambil tidur. Jadi, sebenarnya tidak ada alasan untuk meninggalkan
ibadah.
Jaga Terus. Barangkali, karena selalu menjaga ibadah itulah, alhamdulillah, selama ini saya juga
dijaga Allah dari hal-hal yang tidak pantas. Jangankan berbuat, untuk berpikir atau berniat saja
saya pasti gemetar. Entah, kok rasanya ada sensor di dalam dada ini yang setiap saat memberi
peringatan.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
25
BAB 2 Pengalaman Religius
Selain dari dalam, penjagaan dari luar pun tidak sedikit. Itulah manfaatnya berjilbab, aktif dalam
kegiatan agama di lingkungan rumah, di masyarakat, dan di lembaga-lembaga sosial. Saya senang
menghabiskan waktu di yayasan-yayasan Islam seperti Al-Islamiyah Foundation, BAZIS DKI, Bidang
Kesejahteraan dan Kerohanian Parfi, Yayasan Al-Ikhsan, yang secara rutin mengadakan acara
penyantunan terhadap fakir miskin. Lingkungan seperti itu juga sangat efektif menjaga saya untuk tetap
berada di jalan yang diridai Allah. Mau meleset sedikit, "Eit! Ibu kan sudah menjadi tempat kami
bertanya. Beri contoh yang baik, dong!"***
Muzakkir Husain
Biodata Nama Mieke Wijaya
Lahir Bandung ,17 Maret 1940
Pendidikan terakhir: Akademi Teater Perfini "Usmar Ismail"
Organisasi:
Ketua Bidang Kesejahteraan dan Kerohanian Parfi
Penasehat Yayasan Al-Ikhsan, Jakarta
Pengurus BAZIS DKI Jakarta
Koordinator Seni Budaya Al-Islamiyah Foundation, Jakarta
Koordinator Bidang Seni Budaya, DPP PPP
Prestasi:
Berkali-kali terpilih sebagai Aktris Terbaik dan Pemeran Pembantu Terbaik pada Festival Film Indonesia
sejak 1955. Terakhir berhasil meraih Asian Television Awards untuk Pemeran Pembantu Terbaik dalam
sinetron "Jakarta-Perth", di Singapura, 1996.
------------------------------( Sumber: Panjimas Online - http://www.panjimas.co.id )
26
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
8. KELUARGA, LAUTAN HIKMAHKU
TETRASWARI DIAHINGATI HANDRIANTO,
Ini sebagian lembaran hidup seorang muslimah Jawa. Ibu muda yang masa kanak-kanak dan
remajanya berada di lingkungan sekuler, menemukan pencerahan menjelang menikah sampai
berkeluarga. Ada banyak hikmah ia temukan dalam usianya yang masih relatif muda. Untuk Panji,
Tetraswari Diahingati Handrianto menuangkan sendiri pengalaman religiusnya.
"What is God to you?" tanya Ellen McCally, saudara angkatku yang berasal dari Amerika. Ia tinggal di
rumah kami selama setahun dalam rangka pertukaran pelajar. Untuk sejenak aku terpaku. Mungkin
karena tidak sabar menunggu, dia menjawab sendiri menurut versinya tentang Tuhan, yang kemudian
aku benarkan.
Aneh, mengapa aku tidak mampu menjawab? Yang pasti bukan karena keterbatasan kemampuan
bahasa Inggrisku, melainkan mungkin karena keterbatasanku mengenai konsep Tuhan dalam Islam,
agama yang kuanut. Sebenarnya, banyak pertanyaan yang seharusnya sudah kupikirkan pada usia itu
(18 tahun). Bagi seorang muslimah, usia 13 adalah batas ketika dia harus mulai berpikir kritis tentang
siapa dia, dari mana dia, dan untuk apa dia hidup. Tapi mengapa aku tidak demikian? Penyesalan ini
terus mengikutiku sampai kini. Sampai aku mampu menjawab semua pertanyaan itu.
Sinis terhadap Islam.
Sewaktu kecil aku tinggal dalam suasana kampung di Bogor. Di belakang rumah kami, hanya selisih
tiga petak rumah, ada madrasah. Setiap sore selalu terdengar suara anak-anak sebayaku mengaji AlQuran dengan hafalan. Tapi setiap mendengar suara-suara itu, hanya ketakutan yang kurasakan.
Masih ingat ketika setiap malam Jumat di TVRI ada acara pembacaan ayat suci Al-Quran aku buruburu minta ibu atau kakakku mematikan televisi. Aku merasa takut. Waktu masuk kelas 4 SD, aku
berkawan dengan mereka yang hampir semuanya sudah mampu membaca Al-Quran walaupun
perlahan-lahan. Aku malu dan mulai ikut kegiatan di madrasah belakang rumah.
Sialnya, madrasah itu bahasa pengantarnya bahasa Sunda. Aku sama sekali tidak mengerti penjelasan
ustadz, ditambah lagi, semua murid madrasah sudah mampu membaca dan banyak hafal ayat. Aku
malu dan lengkap sudah keenggananku mengaji. Terlebih keluargaku keluarga Jawa yang sangat
"jawa". Bayangkan saja, tatkala aku kanak-kanak, katakanlah sampai usia 12 tahun, bapak sering
meninggalkan aku karena dia tengah belajar di luar negeri. Aku dapat mengetahui kondisi bapak dari
sikap ibu sehari-hari. Kalau ibu terlihat gelisah, kerap menangis, pasti ujian bapak tidak bagus nilainya.
Atau, bapak sedang mengalami kesulitan belajar. Kalau sedang dalam kondisi demikian, ibu jadi sering
salat. Aku tidak tahu persis apakah doa-doa dalam salat yang ibu ucapkan dalam bahasa Arab atau
bahasa Jawa. Yang jelas, di depannya aku pernah melihat ada dupa, kembang, buah pisang, dan jajan
pasar. Aku masih terlalu kecil untuk bisa bertanya untuk apa semua itu. Yang aku ingat, aku selalu
exited menanti ibu selesai salat untuk kemudian melahap semua makanan yang ada.
Pada zaman itu, kami memang belum dekat dengan kehidupan bernuansa Islami walaupun kami
mengaku muslim. Paling tidak itulah jawabanku setiap teman Amerikaku bertanya, What's your
religion? Pernah memang orangtuaku mengundang guru mengaji khusus untuk kami berempat (aku
mempunyai tiga kakak laki-laki), tapi entah kenapa kami justru selalu ngerjain guru kami itu. Guru
mengaji itu anak buah bapak di kantor. Kebetulan pemahaman Islamnya baik sehingga
dipercayakanlah dia mengajari kami berempat. Dasar kami memang bandel, saat dia sedang mengajar,
kami suka cekikikan sendiri atau kalau dia mau menulis kapurnya kami sembunyikan. Terus kami puraKlipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
27
BAB 2 Pengalaman Religius
pura ikut mencari. Pokoknya, guru bisa tidak nyaman mengajari kami. Akhirnya dia berhenti mengajari
kami.
Pandanganku yang amat minor tentang Islam hadir justru saat aku duduk di bangku SMA. Pada zaman
itu mulai merebak penggunaan kerudung oleh remaja-remaja muslimah. Aku memandangnya secara
sinis. Kampunganlah, ekstremislah atau bisa menimbulkan penyakit kulit bila badan tak terkena sinar
matahari. Ketika ada kasus pelarangan jilbab di SMA negeri yang kemudian masuk ke pengadilan
sehingga ramai, aku menjadi tak habis pikir. Kalau mau pakai jilbab ya sekolah saja di sekolah Islam
atau madrasah. Mengapa harus pusing. Kalau ingin sekolah negeri ya jilbabnya dibuka. Itu yang
terlintas di benakku. Bahkan saat pecah peristiwa Tanjung Priok, dari berita di koran aku merasa
bahwa mereka adalah Islam militan yang memang harus diredam pergerakannya. Tak lupa aku bangga
dengan TNI yang tegas menegakkan hukum di bumi pertiwi ini.
Itulah masa kanak-kanak dan remaja yang aku anggap sebagai pikiran yang sangat situasional, masih
mudah terombang-ambing oleh informasi yang sudah terdistorsi, terutama mengenai Islam. Apalagi
pemerintah Orde Baru waktu itu masih menganggap kekuatan Islam sebagai ekstrem kanan, sama
bahayanya dengan ekstrem kiri alias komunis.
Akan halnya dengan kedua orangtuaku, ada satu hal yang kusyukuri. Sejak beberapa tahun
belakangan, bapak dan ibu rajin salat. Beliau pun sudah berhaji dua tahun lalu. Satu kemajuan besar
dalam keluargaku. Keluarga di mana aku menjadikannya sebagai lahan berbakti. Bagaimanapun,
kepada orangtua anak tak pernah bisa membalas budi, terutama kepada ibu. Kepada dia, aku berutang
nyawa karena dia yang melahirkanku. Mana mungkin aku membalasnya? Berbakti saja, sebenarnya
tak cukup karena saat melahirkan aku, ibu bertaruh nyawa.
Aku paham bagaimana sulitnya menjadi orangtua karena kini aku seorang ibu dari seorang putri.
Semoga kami sekeluarga menjadi orang saleh yang selalu bergerak di jalan Allah. Terlebih, kedua
orangtuaku makin sepuh. Tak terbayang, andai mereka karena perbedaan memandang sesuatu hal
antara kami yang dianggap fundamentalis dengan orangtuaku, lantas hadir ranjau-ranjau menuju
husnul khatimah. Jangan. Ya Allah, jauhkan kami, orangtua kami, dari aral menuju-Mu.
Tertolong Sikap Bapak.
Tatkala aku sekolah di Bandung, aku punya kawan pria yang amat dekat. Dia Katolik. Dia pernah
bilang, “Kenapa sih Islam itu pakai azan segala. Mengganggu orang tidur.” Saat itu, dengan
pemahaman Islam yang dangkal, aku tak bisa memberi jawaban. Aku orangnya pasif. Bahkan dia
pernah mengajakku keluar dari Islam. Caranya lembut. Kebetulan waktu itu menjelang ujian semester.
Biasa, di kalangan umat Katolik kalau mau ujian, mereka berdoa di gereja, ada novena di gereja. Dia
bilang,”Semua orang datang di gereja. Cuma ada satu orang yang sangat kuharapkan bisa hadir di
sana, ternyata tidak datang. Orang itu, kamu.”
Mendengar itu, dalam hati aku tertawa. Ah, aku tahu kamu mau mengajak aku masuk Ka-tolik. Meski
aku orangnya rame, waktu itu suka cekakakan, untuk soal pindah agama rasanya tak bakalan, deh.
Soalnya, bapak sudah mewanti-wanti aku, ketika dia tahu aku dekat dengan kawan yang Katolik ini.
Waktu bapak tahu aku dekat dengan dia, bapak bilang, ”Kamu jangan cari masalah.” Memang, sejak
pertama aku di Bandung dan belum merasa fit in, kawan dekat yang laki-laki, ya cuma dia ini. Bapak
mengingatkanku, dengan nada keras lagi. Aku memang bersyukur benar. Dalam soal agama, bapak
keras terhadapku dalam arti dia tak ingin anaknya keluar dari Islam.
Saat kawan Katolik-ku menyoal azan yang menurut dia mengganggu itu, aku belum bisa menjawabnya.
Kalau sekarang aku ditanya hal yang sama, aku akan katakan, azan itu panggilan salat. Semua orang
28
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
harus mendengarnya, harus diingatkan. Makanya dikeraskan dengan maksud membangunkan. Orang
nonmuslim seharusnya mengerti itu. Maklum, kita di sini negeri sekuler sejak awal. Mereka sulit
memahami azan.
Hubunganku dengannya tak berlanjut. Memasuki usia kepala dua aku mulai menghadapi problem
serius. Dengan bantuan ibu semua masalah itu bisa selesai dengan baik. Sebagai anak bungsu aku
cenderung manja. Sangat bergantung pada ibu. Sampai-sampai terpikir, aku tak mungkin sanggup
hidup bila ibu menghadap-Nya. Hubunganku dengan ibu begitu erat, seperti seorang ibu dan bayinya.
Padahal aku juga sadar, aku sudah beranjak dewasa.
Suatu ketika, entah sengaja atau tidak, aku pernah mendengar bahwa sebagai manusia, kita hanya
boleh bergantung kepada Yang Mahakuasa dan bila kita bergantung kepada sesama, Allah mampu
mengubah menjadi sebaliknya. Itulah yang terjadi kemudian. Kami seperti musuh dalam selimut garagara ibu tak setuju dengan calon mantu yang kuajukan.
Sebagai anak manja yang tinggal di luar kota kelahiran, mendapatkan teman pria yang melindungi
membuat aku sangat senang. Hubungan kami sangat dekat dan ibu waktu itu sangat merestui
mengingat beliaulah yang punya ide untuk “menjadikan” kami. Begitu hubungan kami sudah menjurus
ke arah perkawinan, Allah berkehendak lain. Makin dekat hubungan kami, makin menjauh hubungan
pacarku dan keluarganya dengan keluargaku. Puncaknya, orangtuaku menolak lelaki itu. Aku berontak.
Selama ini orangtuaku selalu bilang ya terhadap apa yang kuminta. Aku kehilangan arah. Orang yang
selama ini kupercaya tiba-tiba menjadi musuhku. Berkali-kali aku harus menemui seorang psikolog dan
seorang temanku yang kebetulan dokter mengatakan bahwa aku menderita psikosomatis.
Aku tak tahu persis kronologinya, yang kuingat, aku pernah sampai menginginkan kematian dengan
cara yang buruk. Aku pernah menyilet nadiku meski tak sampai pendarahan hebat. Karena memang
saat itu aku juga masih takut mati. Silet yang tajam sempat menghunjam tapi tak sampai memutus
nadiku. Alhamdulillah, aku tak jadi gelap mata meneruskan perbuatan bodoh itu. Kalau ingat hal itu,
aku malu kepada Allah.
Rindu Salat.
Walaupun selama itu aku sering tidak mengingat Allah, aku merasakan bahwa Dia mengetahui
kesulitanku, Dia menyayangiku. Sampai suatu ketika, Allah mengirimkan se-orang lain yang dapat aku
ajak bicara dan percaya. Dia mengirimkan seorang saudara jauh, yang tidak pernah aku kenal
sebelumnya, yang entah kenapa, begitu memperhatikan keluarga kami. Dari saudara inilah aku
dikenalkan kepada seorang pembimbing (ustadzah).
Ustadzah itu memang bukan guru mengaji biasa. Ia menerangkan Islam melalui pemikiran yang aku
belum sampai untuk ke sana. Namun ada satu hal yang selalu aku ingat darinya. Ia suatu ketika
mengatakan, segala sesuatu yang menyangkut urusan hidup sesuai dengan ajaran Islam. Dengan kata
lain tolok ukur perbuatan kita adalah hukum Islam. Karena pasti akan diridhai Allah dan menghasilkan
akhir yang baik. Bila suatu pekerjaan dimulai dengan baik akan memberikan hasil yang baik pula.
Demikian juga dalam menentukan jodoh, apabila sejak awal menimbulkan keburukan, tentunya tidak
akan menghasilkan akhir yang baik.
Kata-katanya membuatku lega. Sampai sekarang aku selalu mengingatnya. Maka setiap aku akan
memulai sesuatu aku selalu berpikir dahulu, apakah ini baik? Apakah sesuai dengan ajaran Islam?
Apakah Allah akan ridha dengan perbuatan ini? Apakah ini semata-mata karena Allah dan tak karena
yang lain? Setelah hati ini pasti dan pengetahuan aku mengatakan ya, aku lakukan pekerjaan itu.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
29
BAB 2 Pengalaman Religius
Setelah aku mulai memahami Islam, aku merasa sangat dekat dengan-Nya. Aku berusaha
melaksanakan semua perintah-Nya. Termasuk mengenakan jilbab. Cerita tentang jilbabku juga
malu benar kalau kuingat. Setelah beberapa kali aku mengaji, ustadzahku kerap bertanya, kapan aku
berjilbab? Aku cuma menjawab sekenanya dan tak tergerak untuk berjilbab. Mengaji pun karena
dasarnya diarahkan saudara jauhku, terasa selalu ada “pesan sponsor” sehingga belum sepenuhnya
aku mencemplungkan diri dalam ikhtiar mendekati Allah.
Sampai suatu ketika kudengar mantan pacarku ternyata menikah. Gadis yang dinikahinya ternyata
berjilbab. Entah pikiran dari mana aku jadi benci benar dengan jilbab. Kebencian yang kualami sempat
kurenungkan sehabis salat. Bahkan terbawa sepanjang perjalanan Jakarta-Bogor ke tempatku bekerja.
Ah, kalau aku membenci jilbab, bisa-bisa aku akan membenci Islam. Bisa-bisa aku akan mudah
membenci sesuatu yang terkait dengan masa laluku. Aku akan makin jauh dari Islam. Maka kulawan
kebencian itu. Bagaimana sih kalau aku juga berjilbab. Biarlah, apa yang semula kubenci, kuhadapi
dalam keseharianku.
Dalam perlawanan batin inilah aku tampil berjilbab. Aku juga mulai “nakal” dengan makin rajin
mengajukan pertanyaan yang mungkin saja naif kepada ustadzah. Bukan kepuasan batin karena
pencecaranku itu yang kudapat, tapi suasana baru. Bahwa aku menemukan keindahan Islam.
Keluasan ajaran-Nya melalui argumentasi ustadzah.
Aku mulai bisa berjalan tegak kendati orangtuaku menganggap kegiatan mengajiku sebagai pelarian.
Saudara yang menghubungkan aku dengan pembimbing dan teman-teman aktivis Islam banyak
memberi dukungan. Ia selalu bercerita tentang teman-temannya beserta kegiatan keislaman di
lingkungan pergaulannya. Penuturannya sangat menarik sehingga aku bergabung dengan mereka.
Pengajian yang kuikuti di pesantren Al Azhar Bogor, membuatku makin mantap berjilbab. Jilbabku
bukan lagi perlawanan atas kebencian, tetapi benar-benar kesiapan batin sehingga aku
sepenuhnya mengenakan busana muslimah ini sesuai perintah-Nya.
Efek lain dari pengajian itu, setiap hari aku amat merindukan waktu salat. Ingin cepat salat fardu dan
salat duha atau terjun di samudera keheningan bertahajud. Pada kesempatan itulah aku begitu bebas
mengadu, bebas bercerita, dan sering aku mengucapkan ya Allah, I love you, aku mencintai-Mu.
Teman-teman kuliahku yang sering meneleponku ke kantor sering mendapatkan aku tidak di tempat
karena sedang salat. Maka proteslah mereka, "Kamu kok salat melulu sih!" Aku hanya dapat
tersenyum menanggapinya.
Karunia dan Peringatan-Nya.
Mahabesar Allah yang selalu mendengar jerit tangis umatnya. Tidak sedikit pengalaman yang
membuat bertambah kecintaanku pada Allah. Terutama ketika Dia mendengar jeritan permohonan aku.
Aku pun merasa kecintaanku ini timbul karena kecintaan Allah padaku. Saat itu aku memang sudah
bekerja di Jakarta dengan menduduki posisi yang boleh dibilang strategis dan putus hubungan dengan
calon yang tidak direstui ibu. Seperti biasa, aku merasa takut (aku selalu ketakutan pada situasi baru).
Waktu itu aku berpikir, alangkah indahnya hidup kalau aku bisa mendapatkan seorang suami yang
saleh di kota metropolitan yang banyak polusi akhlak ini. Aku begitu takut mendapatkan laki-laki yang
salah karena bagaimanapun, aku adalah seorang yang sangat menginginkan keluarga sakinah. Sejak
remaja pun aku sudah membayangkan memiliki keluarga damai, sejahtera, bahagia. Aku percaya,
kebahagiaan dunia terindah dan membawa nilai amal adalah kebahagiaan bersama keluarga.
30
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
Waktu itu, setiap selesai salat, aku selalu berdoa lama sekali. Aku berdoa dengan menggunakan katakataku sendiri, memohon, Allah menghadirkan jodoh muslim nan saleh. Tak berapa lama, saudara jauh
yang pernah membantu aku dulu, kini membantu lagi dengan memperkenalkan aku pada seorang
muslim yang aku anggap saleh. Setahun kemudian ia menjadi suamiku.
Aku percaya keluarga adalah lautan yang di dalamnya kita dapat menjaring ibadah. Oleh sebab itu,
keluarga menjadi prioritas utama dibanding hal-hal lain di dunia ini. Dengan alasan ini juga aku
memutuskan untuk keluar dari kantor tempat aku bekerja selama tiga tahun terakhir. Padahal boleh
dibilang di kantor itu aku berpendapatan lebih dari cukup. Terlebih kedudukan aku cukup tinggi dan
mempunyai prospek yang cerah. Tapi dengan jabatan di bidang akuntansi dan keuangan itu, aku kerap
harus pulang larut. Suamiku selalu mengatakan bahwa rezeki kita dari Allah adalah tetap, dalam arti,
kalaupun pendapatan kita berkurang, pengeluaran kita pun bisa berkurang. Dengan percaya pada
pernyataan ini dan semata-mata untuk membina keluarga sakinah mawadah wa rahmah yang diridhai
Allah, aku keluar dari kantor walaupun gaji suami (yang lebih rendah dari gajiku) secara akal, jauh dari
cukup.
Sekali lagi Allah menggunakan kekuasaan-Nya dalam menentukan nasib dan keluargaku. Sewaktu
kuliah di Bandung dulu, aku pernah mengajar paro waktu pada sebuah lembaga bahasa. Agar tidak
terlalu menganggur, suamiku mengizinkan aku untuk bekerja paro waktu lagi. Alhamdulillah tanpa
mengalami kesulitan, tiga bulan setelah keluar dari kantor yang dulu, aku mulai mengajar pada
lembaga bahasa yang sama di Jakarta ini. Ternyata Allah memberikan lautan yang lebih luas lagi
untukku menjaring ibadah. Bukankah dengan mengajarkan ilmu yang bermanfaat pada orang lain,
terlebih jika ikhlas dan sadar semata-mata karena Allah, kita juga beribadah? Dan yang tak kalah
penting, aku dapat membantu suami dalam menjamin roda kehidupan keluarga terus berputar.
Sembilan bulan lamanya aku dikaruniai-Nya hadiah berbulan madu. Aku amat bersyukur, Allah
demikian mengerti bahwa aku memerlukan waktu untuk mengenal suami dan menyatukan visi
mengenai keluarga dengannya. Karena waktu yang cukup itu, aku merasa benar-benar siap waktu
membawa Arini dalam perutku selama sembilan bulan kemudian. Sampai-sampai aku sering memberi
nasihat pada kakak dan adik ipar yang juga hamil. Begitu banyak buku mengenai persalinan yang aku
baca. Dalam hati aku mengatakan, aku siap.
Mungkin pada waktu itu aku agak sombong, seolah-olah aku sudah tahu semua. Alhamdulillah Allah
menyadarkan aku kembali dengan memberikan persalinan yang sulit. Aku harus diinduksi selama 24
jam dan harus tetap tidur telentang selama itu pula. Juga postpartum syndrom yang kualami selama
seminggu, disusul dengan Arini yang harus masuk rumah sakit untuk disinar karena kuning dan terakhir
aku mengalami demam tinggi begitu Arini keluar dari rumah sakit sehingga kami harus dipisahkan.
Pada saat-saat itu aku berpikir apakah ini ujian atau peringatan. Tapi apa pun itu, aku bersyukur,
karena aku diajari untuk bersabar dan berintrospeksi diri, langsung dari Allah.
Islam Rasional.
Ilmu agamaku tidaklah tinggi, tapi Allah menghadiahkan padaku tidak hanya seorang suami yang
saleh, dia juga seorang guru yang sabar dan cukup luas ilmu agamanya. Dari dialah aku mendapat
jawaban atas pertanyaan siapa aku, dari mana aku, dan untuk apa aku hidup. Dari dia pula aku
mendapat penjelasan mengenai tak adanya Tuhan selain Allah, mengapa mempercayai Muhammad,
mengapa mempercayai Al-Quran. Semua penjelasannya masuk akal, bahkan tanpa mengetahui isi AlQuran sebelumnya.
Aku begitu mantap. Aku tidak beragama Islam karena bapakku muslim, tak juga karena nenek
moyangku muslim, bahkan aku tidak tahu apakah mereka membaca dua kalimah syahadat atau tidak.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
31
BAB 2 Pengalaman Religius
Tidak juga karena aku telah mengalami cobaan atau peringatan nan berat. Tapi aku menjadi muslim
karena akal membawaku percaya bahwa ada kuasa yang mahatinggi, yang tak mungkin dimiliki oleh
Tuhan lain selain Allah. Aku menjadi pengikut Muhammad karena secara akalku percaya beliaulah
utusan Allah, manusia yang Al-Amin. Tak mungkin berbohong.
Tak ada doa yang lebih sering kuucapkan selain memohon Allah meridhai keluarga menjadi keluarga
sakinah mawadah wa rahmah. Alhamdulillah sampai saat ini kami diberikan kebahagiaan dan
kesejahteraan. Memang kadang-kadang kami dihadapi kesulitan keuangan juga cobaan dalam
kesehatan. Tapi Allah selalu saja mengangkat kesulitan kami.
Pernah suatu saat suami harus pergi untuk menghadiri pernikahan seorang famili di luar kota. Padahal
saat itu dana kami benar-benar sedang minim dan bulan masih jauh dari tanggal baru. Aku ditinggal
untuk beberapa hari dengan seorang bayi dua bulan dan uang hanya Rp30.000, tak ada juga tabungan
sepeser pun. Aku ingat waktu itu bahwa aku punya "tabungan" pada tetangga. Dia pernah berutang
padaku. Karena perlu dana untuk membayar telepon dan koran, maka dengan terpaksa aku menagih
uang itu. Tapi bukannya aku mendapat pengembalian, aku malah mendapat keluhan bahwa anaknya
yang seumur anakku sedang sakit, dan dia tidak punya uang untuk membawa anaknya ke Puskesmas.
Karena iba, aku menjadi bingung. Di satu pihak aku butuh uang untuk keluarga, di pihak lain seorang
tetangga mengeluh pada aku. Apa yang harus aku perbuat? Aku kemudian ingat sikap Rasul. Beliau
selalu membantu orang yang membutuhkan bantuan dan berkorban untuk mereka serta mengajak
keluarganya untuk bersabar. Dengan pikiran itulah disertai ucapan semua ini semata-mata karena
Allah, aku serahkan separo dari uang yang aku miliki kepada tetanggaku itu.
Tanpa diduga suamiku bisa pulang lebih awal dari rencana semula. Wajahnya berseri-seri. “Ada rezeki
buat Arini,” ujarnya. Ternyata pada pertemuan keluarga itu suamiku banyak mendapatkan hadiah uang
dari kerabatnya, disertai ucapan selamat atas kelahiran Arini. Alhamdulillah, aku langsung teringat
apakah ini juga kado dari Allah atas kesabaranku kemarin? Ini membuatku makin percaya, Allah
melihat segala sesuatu. Baik hal-hal kecil maupun besar yang terjadi pada diri dan keluargaku. Aku
makin mencintai-Nya.
Bio Data
Nama
: Tetraswari Diahingati, S.E.
Tanggal Lahir : 9 Mei 1969
Menikah
: 31 Desember 1995
Suami
: Ir. Budi Handrianto
Anak
: Arini Izzataddini
Pendidikan:
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Katolik Parahyangan, Bandung (1993)
SMA Negri 2 Bogor, (1987)
SMP Negri 2 Bogor (1984)
Gertrude Fellows School, Ames, Iowa USA (1978-1981)
SDN Pengadilan 2 Bogor (1978)
Organisasi:
Lingkar Studi Muslimah (LSM), Bogor (anggota)
Forum Kajian dan Amal Islam (Fokalis), Jakarta (sekretaris)
Pengalaman Kerja: Periset Paro Waktu Matari Adv. Inc., Bandung (1988-1991)
Instruktur Paro Waktu LBIB Yayasan LIA, Bandung (1991-1993)
Chief Accountant PT Petrolog Multi Usaha Mandiri, Jakarta (1993-1996)
English Instructor pada Lembaga Bahasa LIA, Pengadegan Jakarta (1996-sekarang).
( Sumber: Panjimas Online - http://www.panjimas.co.id )
( PENGALAMAN RELIGIUS / PANJI NO. 17 TAHUN III. 11 AGUSTUS 1999 )
32
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
9. KEBERANIAN DARI ALLAH
WAN AZIZAH WAN ISMAIL,
Tidak ringan cobaan yang dia hadapi. Tapi dia merasa Allah menyertainya.
Ketika pamor suaminya, Anwar Ibrahim, semakin bersinar setelah terpilih menjadi wakil perdana
menteri pada 1993, Wan Azizah Wan Ismail, 46 tahun, seakan menjadi role model bagi wanita
Malaysia. Istilah "kerudung Datin Azizah" sempat mencuat, membedakan gaya berkerudung yang
sudah ada dengan gaya Azizah yang mirip mahasiswi. Beberapa pengamat melihat, justru penampilan
Azizah-lah yang turut mendongkrak citra Anwar sebagai pemimpin masa depan tanah Melayu-Islam.
Pakar oftalmologi ini memang mempesona: tertib berbahasa, luwes membawa diri, rendah hati, ramah,
dan murah senyum.
Namun segalanya seakan berubah. Setelah pemecatan Anwar, diikuti dengan pemenjaraan terhadap
suaminya itu, pada 20 September lalu, Azizah tampil beda. Ibu dari enam anak ini--Nurul Izzah (17),
Nurun Nuha (14), Nurul Ihsan (13), Nurul Ilham (11), Nurul Iman (8), dan Nurul Hana (6)--kini menjadi
wanita pemberani, tegas, dan lantang. Dia tampil mengambil alih kepemimpinan gerakan reformasi
yang ditinggalkan suaminya, jago menyampaikan pidato, tak canggung mengeritik pemerintah, meski
tetap selalu tersenyum. Namanya lalu disandingkan dengan beberapa wanita Asia lain yang terpaksa
terjun ke kancah politik karena tuntutan keadaan, seperti Corazon Aquino dari Filipina, Benazir Bhutto
dari Pakistan, dan Sonia Gandhi dari India. Tapi, semudah itukah perubahan tersebut?
Selayaknyalah tidak. Sebab, di balik penampilannya yang tegar itu, Azizah menghadapi tidak sedikit
tekanan. Dakwaan korupsi dan homoseksual terhadap suaminya merupakan beban yang paling berat.
Ditambah sikap represif pemerintah yang membatasi ruang gerak Azizah sekeluarga. Kediamannya
kini dijaga setidaknya delapan polisi setiap saat, siang dan malam, tak seorang pun selain keluarga
yang boleh berkunjung. Teleponnya disadap, e-mail-nya diputus, dan, yang lebih pedih lagi, dia dan
anak-anak tidak diperkenankan menjenguk Anwar di penjara. Sejak penahanan hingga hari ini, baru
sekali dia sekeluarga boleh bertemu Anwar, yaitu setelah persidangan hari kedua, dua pekan lalu.
Selebihnya, mereka hanya bisa melihat Anwar dari kejauhan, ketika disidangkan. Kini, Nurul Hana,
anaknya terkecil, sedang demam panas merindukan ayahnya.
Yang tak kalah menyakitkan, sebagian besar media massa Malaysia mengikuti sikap Mahathir. Anwar
seakan telah divonis bersalah meski pengadilan baru memulai persidangan. Aib keluarga Anwar
dibahas panjang hampir setiap hari. Termasuk cerita tentang perkawinan Anwar-Azizah yang diisukan
tidak direstui sehingga menempuh cara kawin lari. Azizah bahkan disebut mencontoh sikap Hillary
Clinton yang membela habis-habisan suaminya yang diterpa isu skandal seks. Padahal, ia melihat
semua itu semata sebagai panggilan agama.
Bisakah Azizah bertahan? Berikut penuturan Wan Azizah kepada Muzakkir Husain dari Panji, dalam
kesempatan wawancara di kediamannya, Jalan Setiamurni I/8 Bukit Damansara, Kuala Lumpur.
Sebenarnya Bang Anwar sudah ditekan untuk mundur jauh sebelum dia dilucuti dari tugas sebagai
timbalan (deputi) perdana menteri, 2 September lalu. Semula dia tetap bertahan. Tapi lama kelamaan
dia kesal juga dan berkata kepada saya, "Saya nak mundur." Saya kata, jangan! Karena, jika
melakukannya, berarti kita mengaku kalah.
Rupanya pihak kerajaan sudah tak tahan akan dia karena suka mengeritik perilaku korup, menentang
kronisme, kolusi, dan nepotisme. Dia terlalu populer sehingga harus dicegah jangan sampai ikut pilihan
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
33
BAB 2 Pengalaman Religius
raya tahun depan. Tentu dia akan semakin keras menghapus KKN bila memegang tali teraju kerajaan
nantinya.
Sejak saat itu pula saya sudah mendapat firasat akan ada sesuatu yang berat akan menimpa kami.
Benar saja, Mahathir memakai tangan besinya, melucuti Bang Anwar bahkan menahannya di bawah
akta keselamatan negara (Internal Security Act-ISA, yang membolehkan penangkapan seseorang
tanpa kesalahan yang jelas dan tanpa pengadilan, Red.). Hari-hari berat pun bermulalah. Hari-hari
yang tak mungkin saya lalui tanpa pertolongan Allah.
Martabat Keluarga.
Kami tidak berniat menentang kerajaan, hanya maukan keadilan. Ini sebab utama mengapa adanya
reformasi. Bukan untuk bergaduh. Pihak kerajaan tidak memberi pilihan buat kami selain melawan.
Saya tentu melawan. Saya percaya, karena saya di pihak yang benar, maka Tuhan akan bersama
saya.
Martabat keluarga saya telah diinjak-injak. Dakwaan ke atas suami saya tidak rasional. Saya adalah
orang yang paling dekat dengan dia sejak kami menikah pada 1980. Saya tahu apa yang dia lakukan.
Saya tahu dia tidak melakukan rasuah (korupsi) apalagi perilaku seksual di luar tabi’i (homoseksual).
Saya meneladani cara hidup dia. Dia taat sembahyang, selalu pulang ke rumah, tak pernah lupa
menelepon atau mengirim faks bila berada di tempat jauh. Dia itu family man. Bila ada masa, dia akan
ajarkan anak-anaknya pengetahuan agama. Dia imami sembahyang kami, dia pun rutin khutbah ke
mana-mana. Adakah dia sempat berpikir nak berbuat durjana seperti yang dituduhkan? Itu semua
fitnah, karut, hanyalah konspirasi politik untuk hilangkan suami saya, supaya beliau tidak bertanding
dalam pemilihan dan meneruskan karier politiknya.
Pedihnya, pers tempatan (dalam negeri) dikawal pula oleh kerajaan. Hampir semua akhbar turut
mengaibkan suami saya, keluarga saya. Kalaupun betul suami saya tak bermoral, umpamanya, biarlah
undang-undang yang menentukan. Jangan kami terlalu diaibkan sekali dengan pemberitaan yang tak
adil setiap hari. Sepertinya tidak ada lagi sisi hidup kami yang tidak dikomentari dengan negatif. Bukan
hanya komentar-komentar para politikus yang mencari muka lagi yang mereka muat berpanjangpanjang, tapi sampai-sampai ada yang menulis bahwa perkawinan kami tak direstui orangtua, kami
kawin lari, dan sebagainya.
Ada lagi yang menyamakan saya dengan Hillary Clinton, sebab tuduhan seksual kepada Bang Anwar.
Kalau Hillary masih terus mempertahankan suaminya yang nyata mengakui skandalnya dengan
Monica Lewinsky, mengapa saya tidak boleh membela suami saya, sedangkan dia sudah berpuluh kali
menyatakan tidak melakukan perbuatan terkutuk itu. Dan saya menjadi saksi kebenaran perkataannya.
Melawan Kezaliman.
Setelah Bang Anwar ditangkap, kami pun rasanya telah dimasukkan ke dalam penjara. Rumah dikawal
siang malam, nak terima tamu tak boleh, nak email pun tak boleh, dapat menelepon tapi itu pun
direkod. Terlebih lagi, ketemu Bang Anwar pun tak boleh. Jelas kami semua bimbang di rumah ini.
Apalagi kami mendengar kabar, kemungkinan besar Bang Anwar akan disuntik HIV untuk membuktikan
dia bersalah. Astaghfirullahal ‘azhim.
Hingga tanggal 29 September lalu, pertama kali Bang Anwar dibawa ke mahkamah, itulah pertama kali
saya dan anak-anak boleh melihat dia sejak ditahan. Dan, ya Allah, ya Tuhankuu.… Ketika saya
melihatnya pertama kali, saya shock. Sebelum ditahan, dia sehat wal afiat. Sekarang saya dapati
mukanya lebam-lebam dan tubuhnya secara keseluruhan tidak stabil. Terus terang, keadaan ini amat
merisaukan saya. Naluri saya mengatakan, dia telah disiksa.
34
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
Menurut Bang Anwar, pada malam penahanan, matanya ditutup dan tangannya digari ke belakang.
Setibanya di penjara Bukit Aman, beliau dipukuli di bagian muka, bagian kepala, dan tengkuk. Hidung
dan bibirnya berdarah. Bang Anwar mengalami kecederaan kuat sehingga pingsan satu hari.
Saya yakin, dia lebih terok (sengsara) lagi dari yang dia ungkapkan. Dia menghindari anak-anaknya
sedih. Saya perhatikan, setiap mau berdiri, dia goyah, dan menahankan sakit pada perut. Kesan lebam
yang belum hilang setelah sepuluh hari menunjukkan adanya tumbukan yang kuat.
Inilah yang semakin membulatkan tekad saya, dan saya juga yakin, tekad rakyat Malaysia. Bahwa
kezaliman telah berlaku. Seakan tampak dengan nyata, orang yang digari tangannya ke belakang,
ditutup matanya, dan dipukuli. Itu hanya bagian dari kezaliman yang lebih luas dan dalam masa yang
lebih panjang dari rezim Mahathir. Tekad untuk meneruskan reformasi yang sudah dimulai oleh Bang
Anwar muncul dan tidak akan terbendung lagi.
Saya teringat kata-kata Bang Anwar bahwa itu bagian dari panggilan agama, yaitu perintah
menegakkan keadilan di muka bumi. Adalah wajib meluruskan yang bengkok, mengoreksi yang salah.
Kita memang diperintahkan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Dalam Islam, menuduh
seorang muslim berzina tanpa dapat menunjukkan saksi empat orang, samalah dia dengan fitnah.
Yang melakukan itu bisa dicambuk 80 kali sebagai hukuman memfitnah. Saya yakin, itulah yang
tengah berlaku, dan setting politik yang melatar-belakanginya itulah yang harus direformasi. Rasa takut
dalam diri saya seakan hilang. Saya ikhlas menerima risiko yang terberat sekalipun. Saya yakin saya
benar, maka Allah akan menemani saya. Insya Allah. Allah akan menolong orang yang menuntut yang
hak.
Kepedihan dan tekanan merupakan cobaan dari Allah untuk menguji bagaimana kita menangani
sebuah masalah. Apakah tetap dengan ketakwaan, dengan iman dan amal, atau putus asa dan kufur.
Hikmah Besar.
Masih banyak karunia Allah yang boleh saya syukuri. Anak-anak, alhamdulillah, di luar batas yang
mereka mampu pikul, tetap bisa tegar. Terkadang saya bimbang apakah mereka akan terus kuat, tidak
boleh jumpa bapa atau sekadar menelepon, tapi lagi-lagi Allah memberikan kekuatan. Saya yakin, Dia
tidak memberi beban melebihi yang bisa kami pikul.
Terutama anak sulung saya, Nurul Izzah. Dia tiba-tiba menjadi wanita perkasa yang tampil mengawal
muruah (harga atau kehormatan diri) keluarga. Pada saat-saat lemah, saya sering mendapat inspirasi
lagi dari dia. Ketegarannya sehari-hari dan ketabahannya setiap kali berdoa membangkitkan ketegaran
dan ketabahan pada diriku sendiri. Mestilah Allah yang menurunkan karunia itu melalui Izzah.
Musibah ini telah membuat kami semua semakin mendekatkan diri kepada Allah. Kami memperbanyak
istighfar, memohon keridhaan Allah s.w.t., bila kemungkinan melakukan sesuatu yang telanjur pada
masa dulu. Justru dengan musibah ini saya merasa Allah menyayangi kami, dengan memberi kami
petunjuk dan sekaligus menarik kami kembali sekiranya telah terlewat atau terlebih.
Hikmah yang lain lagi, walaupun musibah ini memang sangat berat dipikul, tetapi ianya telah membawa
kesadaran kepada rakyat. Rakyat jelata semuanya tercelik matanya bahwa negara kami memerlukan
perubahan, reformasi, untuk mendapatkan suasana yang sebaik mungkin. Mereka bersedia untuk
berjuang bersama, menghilangkan penekanan dari peringkat atasan yang telah mengungkung
kebebasan hukum, pada pihak kehakiman, pihak polis, pihak pers. Berjuang menghapuskan praktekpraktek korupsi, kolusi, kronisme, dan nepotisme. Sehingga Malaysia akan lebih berjaya lagi. Insya
Allah.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
35
BAB 2 Pengalaman Religius
Satu lagi hikmahnya, saya tahu, Bang Anwar baru sekarang dilihat bukan sama-sama sekongkol
dengan Mahathir, bukan sekongkol dengan pihak-pihak yang ingin mengungkung rakyatnya. Ya,
memang dia pernah di dalam kerajaan yang sekarang. Tapi kerajaan itu pulalah yang dulu
menahannya pada tahun 1970-an, dan kerajaan itu juga yang dia masuki dengan keinginan mengubah
dari dalam. Tapi nyata sekali dia tidak berdaya. Jadi, dia dipecat dan dihina begitu sekali membuka
mata kita bahwa dia telah mencoba, dan karena kecobaannya itu, penentangannya itu membawa
akibat. Ya, semua ini mesti mempunyai hikmah.
Ngidam Kelapa Muda.
Saya sudah terlibat dengan perjuangan Bang Anwar sejak dulu lagi. Saya istri pejuang. Jadi bila
perkara ini berlaku, ia bukan perkara baru dalam hidup saya. Dulu pun kami begini juga.
Istri seorang pejuang perlu kuat. Perlu tabah. Itulah yang telah saya tanam sejak dahulu. Saya masih
ingat masa saya mengandungkan Nurul Izzah dahulu. Saya mengidam kelapa muda yang pohonnya
ada di depan rumah. Saya minta Abang Anwar ambilkan. Tapi karena kesibukannya yang tak kenal
waktu, walaupun itu satu kerja mudah, permintaan saya itu tidak pernah dia tunaikan. Sampai sekarang
saya masih ingat peristiwa itu.
Yang saya tangkap, bukanlah dia mengabaikan saya karena perjuangannya. Tapi dia memberi
peringatan kepada saya agar tidak menjadi perempuan yang lemah. Sebaliknya saya perlu tahu
tanggung jawab suami saya di luar lebih besar. Perkara kecil tidak perlu diperbesarkan. Kalau boleh
diuruskan sendiri, jangan terlalu bergantung pada suami. Peringatan inilah yang sedikit sebanyak
membentuk siapa diri saya hari ini.
Jilbab Gadis Belanda.
Ketika saya belia, tidak ada apa-apa yang istimewa. Saya belajar di sekolah rendah misionaris Kristen.
Sekolah itu boleh menerima pelajar muslim di bawah pengawasan pemerintah. Ketika murid-murid
nonmuslim belajar bahasa Melayu, kami yang muslim masuk kelas agama. Kebanyakan sekolahsekolah pada masa itu menyediakan kelas agama sesuai anak didiknya.
Selain di sekolah, pendidikan keagamaan saya juga berlangsung di rumah, di bawah asuhan keluarga
bapa. Usia sebelas bulan saya dititipkan di rumah bibi di Kedah karena bapa saya, hospital assistant di
sebuah rumah sakit di Singapura, mendapat tugas belajar ke Inggris. Suasana keagamaan di seputar
rumah cukup baik untuk membentuk religiusitas saya.
Tapi pengetahuan keagamaan saya rasanya jauh lebih mendalam ketika saya belajar di Irlandia.
Mungkin karena dorongan naluri, ingin mendapat komunitas yang sesuai dengan negara asal, di sana
saya banyak mengikuti pengajian keislaman yang diadakan oleh persatuan-persatuan muslim yang
ada. Saya merasakan betul masa-masa itu sebagai periode menggali pengetahuan, umum dan agama.
Suatu hari pada 1973, saya berkenalan dengan seorang gadis Belanda yang sangat cantik. Dia juga
mahasiswi tugas belajar di Irlandia. Dia memakai kerudung yang, masya Allah, seakan-akan
memancarkan cahayanya. Saya termenung dan berpikir dalam hati, kalaulah dia yang menganut
Islam selepas Kristen, terpanggil memakai kerudung, kenapa saya yang terlahir sebagai Islam,
tidak? Saya juga teringat dari sejarah Malaysia, kerudung sebenarnya termasuk pakaian asli orangorang Melayu. Saya tergerak ingin mengenakan kerudung, dan alhamdulillah sejak saat itu tidak
pernah tanggal lagi.
Sejak awal saya tidak merasa janggal memakai kerudung. Memang sempat lingkungan saya memberi
reaksi lucu: saya dianggap biarawati Cina. Saya jelaskan kepada mereka konsep jilbab dari aspek
agama dan kultur. Pada akhirnya mereka menerima saja saya berpakaian begini.
36
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
Bertemu di Hospital. Kembali dari Irlandia, saya masuk bekerja di hospital besar Kuala Lumpur. Di
sanalah saya bertemu Bang Anwar, pada 1979. Aneh, juga, sebab saya sebenarnya sedang bertugas
merawat seorang pasien yang ternyata abang iparnya. Dia datang membezuk, dan pada masa itulah
kami berkenalan. Kami menikah pada 1980.
Sejak berkenalan saya sudah melihat keutamaan pribadi Bang Anwar. Dia ramah tapi sopan. Bahkan
setelah melamar pun, dia tidak ingin mengajak saya jalan bersama karena menjaga muruah. Inilah
yang membuat saya sedih, dia dituduh yang tidak-tidak, bahkan kisah perkawinan kami ditulis tidaktidak.
Mengenang itu semua, saya terdorong akan kembali menekuni pekerjaan di hospital. Selama ini pun
saya tidak meninggalkan bidang kedokteran ini sama sekali dengan menjadi sukarelawan di Hospital
Universiti. Tapi saya amat berharap, selepas ini semua, saya boleh melakukannya lagi sepenuh waktu.
Apalagi saya baru saja mendapat ijazah post graduate di bidang ini. Di tengah hiruk pikuk reformasi ini,
setelah saya bertemu Bang Anwar kemarin, pihak universiti datang ke rumah untuk menyampaikan
ijazah kepada saya. Hal ini baru pertama kali berlaku, presiden universiti datang ke rumah mahasiswa
untuk memberikan ijazah. Dia datang sekaligus untuk menyampaikan simpati dan mendoakan
reformasi terus berjalan. Alhamdulillah.
Nama Datin Seri Wan Azizah Wan Ismail
Lahir Singapura, 3 Desember 1952
Pendidikan :
Kedokteran Mata di College of Surgeons, Dublin, Irlandia
Pengalaman:
Dokter bagian Mata Hospital Besar Kuala Lumpur
Sukarelawan Hospital Universiti, Kuala Lumpur
Kepedihan dan tekanan merupakan cobaan dari Allah
untuk menguji bagaimana kita menangani sebuah masalah.
Apakah tetap dengan ketakwaan, dengan iman dan amal,
atau putus asa dan kufur.
-----------------------------
( Sumber: Panjimas Online - http://www.panjimas.co.id )
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
37
BAB 2 Pengalaman Religius
10. BERMESRAAN DENGAN JILBAB
Pertanyaan:
“Busana muslim makin populer saat ini. Tidak lagi hanya di masjid atau di pesantren-pesantren, tapi di
pusat-pusat perbelanjaan pun dengan mudah kita saksikan orang-orang yang berbusana muslim.
Namun, saya agak terusik ketika sering menemukan di antara mereka ada yang bermesra-mesraan
layaknya sedang pacaran atau mungkin sepasang suami-istri. Bagaimana masalah ini dilihat dari etika
Islam?” Su’aidah Arfah (Jambi).
Jawaban Prof. Ali Mustafa Yaqub, M.A. (Guru Besar Institut Ilmu Al-Quran, Jakarta)
Bersikap mesra terhadap istri atau sebaliknya adalah hal yang dianjurkan agar bahtera rumah tangga
tetap harmonis. Tetapi, meskipun "bermesraan" itu hukumnya halal bagi pasangan suami-istri, bukan
berarti boleh dilakukan di sembarang tempat. Jika hal itu dilakukan di tempat umum sehingga dengan
mudah dilihat orang lain, maka apa yang tadinya dihukumi halal pun menjadi haram.
Jangankan memperlihatkan perbuatan mesra atau intim, menceritakannya saja (kepada orang lain)
tidak boleh. Dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Muslim, disebutkan: "Kalau ada seorang
istri atau suami menceritakan kepada orang lain tentang apa yang dilakukannya dengan suami atau
istri pada malam hari, dia itu tidak akan mendapatkan bau surga." Artinya, baunya saja tidak dapat,
apalagi untuk masuk surga.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, disebutkan:
"Setiap umat-Ku akan diampuni dosanya kecuali orang-orang yang memamerkan atau
memperlihatkan maksiatnya."
Kalau dilihat dari kedua hadis tersebut, perbuatan suami-istri yang melakukan perbuatan intim dan
dilihat atau ditonton orang lain, haram hukumnya. Perbuatan seperti itu termasuk dalam kategori dosa
yang berat sehingga Allah sendiri tidak mau mengampuninya, kecuali kalau betul-betul bertobat.
Nah, karena bermesraan di depan umum itu termasuk perbuatan munkar, maka bagi mereka yang
melihat atau mengetahuinya, wajib untuk mencegah atau mengingatkan. Memang tidak mudah
mencegahnya, terlebih saat ini kehidupan masyarakat kita makin permisif dan individualis. Apa yang
sebelumnya dianggap tabu, kini dianggap sebagai hal yang biasa. Orang pun malas mengingatkan
karena hal tersebut dianggap bukan menjadi tanggung jawabnya, itu urusan orang lain. Sedangkan si
pelaku, menganggap tindakan bermesraan itu wajar dan halal karena dilakukannya dengan istri atau
suaminya.
Tugas kita sebagai sesama muslim adalah saling mengingatkan. Namun, tentu harus dilakukan dengan
cara yang baik agar selain pesan yang kita berikan bisa diterima, mereka juga tidak tersinggung atau
merasa dipermalukan.
Rasulullah sebagai junjungan dan panutan kita, telah memberikan teladan yang baik tentang etika
suami-istri. Beliau, misalnya, tidak pernah bepergian dengan membawa keempat istrinya sekaligus.
Untuk itu, pernah suatu kali Nabi memilih--istrinya yang akan diajak pergi--dengan cara mengundinya.
38
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 2 Pengalaman Religius
Nabi juga tidak pernah tidur satu ranjang dengan lebih dari satu istri. Dengan demikian jelaslah,
hubungan mesra Nabi dengan istrinya tidak terlihat atau ditonton oleh istrinya yang lain.
Orang yang dengan sengaja mempertontonkan kemesraan atau keintimannya di depan orang lain
adalah orang yang sudah tidak punya rasa malu. Akibatnya, martabat orang tersebut bisa jatuh lebih
rendah dari binatang. Lihat saja, dalam bermesraan atau berhubungan intim, binatang juga sembunyisembnyi melakukannya.
Apakah dengan tidak bersikap mesra terhadap istri atau tidak melayani sikap manja istri di depan
umum berarti si suami tidak setia? Tentu saja tidak. Kesetiaan dan rasa sayang terhadap pasangannya
tidak bisa diukur dari "berani-tidaknya" bermesraan di depan umum. Yang lebih penting dari seorang
suami adalah sikapnya yang dewasa dan tindakannya yang bertanggung jawab.
Salah satu bentuk tanggung jawab suami adalah memenuhi kebutuhan rohani istri dan menyadarkan
istri bahwa bermesraan di depan umum adalah haram hukumnya. Tetapi, selagi tidak mengandung
unsur yang haram, sudah selayaknya sang suami memberikan perhatian lebih pada istrinya, baik
dengan cara bermesraan atau dengan memenuhi kebutuhan jasmaninya.
Secara umum, sang suami punya tanggung jawab moral terahadap istri dan anak-anaknya agar
terhindar dari murka Allah. Dalam Surah at-Tahrim Ayat 6 dikatakan:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..."
Tanggung jawab sang suami itu tidak hanya mengajak istri untuk tidak berbuat maksiat seperti yang
telah disebutkan, tetapi juga menjaga anak-istri dengan tidak memberikan makanan yang haram, tidak
boleh menyekolahkan yang menyebabkan si anak menjadi musyrik. Suami atau ayah dari anakanaknya juga bertanggung jawab dalam memberikan pengarahan dan pengajaran.
( Sumber: Panjimas Online - http://www.panjimas.co.id )
------------------------------------
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
39
BAB 2 Pengalaman Religius
11.
---( masih dalam proses ‘research & editing’ )----( Sumber: …………………………………………. )
( ……………………………..)
40
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 3: Pedoman Hidup dan lain-lain
CIRI-CIRI WANITA SOLEHAH
Subject: [daarut-tauhiid] CIRI-CIRI WANITA SOLEHAH
Date: Mon, 3 Jan 2000 14:14:19 +0800
From: "Miftachul Arifin (BAT OP AEE)" <[email protected]>
Reply-To: [email protected]
To: "'DT'" <[email protected]>
CIRI-CIRI WANITA SOLEHAH
Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar
solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t. . Mereka
hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami
Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:
1- Taat kepada Allah dan RasulNya
Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?
i)
Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
ii)
Wajib menutup aurat
iii)
Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
iv)
Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya
mahramnya.
v)
Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
vi)
Berbuat baik kepada ibu & bapa
vii)
Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
viii)
Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
ix)
Bersikap baik terhadap tetangga
2. Taat kepada suami
i)
ii)
iii)
iv)
v)
vi)
vii)
viii)
ix)
x)
Memelihara kewajipan terhadap suami
Senantiasa menyenangkan suami
Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.
Tidak cemberut di hadapan suami.
Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
Tidak keluar tanpa izin suami.
Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.
Senantiasa memelihara diri, kebersihan fisik dan kecantikannya serta kebersihan
rumahtangga.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
1
BAB 3: Pedoman Hidup dan lain-lain
FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA
Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah faktor luar
atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hak-hak
palsu wanita.
Faktor-faktor tersebut ialah:
1- Lupa mengingat Allah
Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak
heran jika banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah.
Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri
mereka, di mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya. Firman
Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: artinya:
" Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya
dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya."
Sabda Rasulullah s.a.w.: artinya:
"Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa
yang telah aku sampaikan." (Riwayat Tarmizi)
Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis
ilmu.
2- Mudah tertipu dengan keindahan dunia
Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya.
Bukan itu saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki
agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda. Tidak sedikit yang sanggup durhaka
kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit. Firman Allah s.w.t. di
dalam surah al-An'am: artinya:
" Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya
negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah kamu
berfikir."
3- Mudah terpedaya dengan syahwat
4- Lemah iman
5- Bersikap suka menunjuk-nunjuk.
Ad-dunya mata' , khoirul mata' al mar'atus sholichah
Dunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang baik adalah Wanita sholichah.
Best Regards
Miftachul Arifin
Equipment Engineer
PT. INFINEON TECHNOLOGIES
* (62-770) 612103 Ext. 104
 [email protected]
2
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 3: Pedoman Hidup dan lain-lain
12 BARISAN DI AKHIRAT
Subject: [daarut-tauhiid] 12 Barisan di akhirat
Date: Mon, 3 Jan 2000 14:08:44 +0800
From: "Miftachul Arifin (BAT OP AEE)" <[email protected]>
Reply-To: [email protected]
To: "'DT'" <[email protected]>
Suatu ketika, Muaz b Jabal ra menghadap Rasulullah saw dan bertanya:"Wahai Rasulullah, tolong
uraikan kepadaku mengenai firman Allah SWT:
"Pada saat sangkakala ditiup, maka kamu sekalian datang berbaris-baris" Surah an-Naba':18
Mendengar pertanyaan itu, baginda menangis dan basah pakaian dengan air mata. Lalu menjawab:
'wahai Muaz, engkau telah bertanya kepadaku, perkara yang amat besar, bahwa umatku akan digiring,
dikumpulkan berbaris-baris Maka dinyatakan apakah 12 barisan tersebut.....
BARISAN PERTAMA
Digiring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka ini dijelaskan melalui
satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: "Mereka itu adalah orang-orang yang sewaktu
hidupnya menyakiti hati tetangganya, maka demikianlah balasannya dan tempat kembali
mereka adalah neraka..."
BARISAN KEDUA
Digiring dari kubur berbentuk babi hutan. Datanglah suara dari sisi Yang Maha Pengasih:
"Mereka itu adalah orang yang sewaktu hidupnya meringan-ringankan sholat, maka inilah
balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."
BARISAN KETIGA
Mereka berbentuk keledai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan kala jengking.
"Mereka itu adalah orang yang enggan membayar zakat, maka inilah balasannya dan tempat
kembali mereka adalah neraka..."
BARISAN KEEMPAT
Digiring dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancuran keluar dari mulut mereka.
"Mereka itu adalah orang yang berdusta di dalam jual beli,
BARISAN KELIMA
Digiring dari kubur dengan bau busuk dari bangkai. Ketika itu Allah SWT menurunkan angin
sehingga bau busuk itu mengganggu ketenteraman di Padang Mahsyar. "Mereka itu adalah
orang yang menyembunyikan perlakuan durhaka takut diketahui oleh manusia tetapi tidak pula
merasa takut kepada Allah SWT, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah
neraka..."
BARISAN KEENAM
Digiring dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan. "Mereka adalah orang
yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah
neraka..."
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
3
BAB 3: Pedoman Hidup dan lain-lain
BARISAN KETUJUH
Digiring dari kubur tanpa mempunyai lidah tetapi dari mulut mereka mengalir keluar nanah dan
darah. "Mereka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran, maka
inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."
BARISAN KEDELAPAN
Digiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas. "Mereka
adalah orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah
neraka..."
BARISAN KESEMBILAN
Digiring dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru sementara dalam diri
mereka penuh dengan api gemuruh. "Mereka itu adalah orang yang makan harta anak yatim
dengan cara yang tidak sebenarnya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka
adalah neraka..."
BARISAN KESEPULUH
Digiring dari kubur mereka dalam keadaan tubuh mereka penuh dengan penyakit sopak dan
kusta. "Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya, maka inilah balasannya dan
tempat kembali mereka adalah neraka..."
BARISAN KESEBELAS
Digiring dari kubur mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi mereka memanjang
seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur
memanjang sampai ke perut mereka dan keluar beraneka kotoran. "Mereka adalah orang yang
minum arak, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."
BARISAN KEDUA BELAS
Mereka digiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar laksana bulan purnama. Mereka
melalui titian sirat seperti kilat. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih
memaklumkan: "Mereka adalah orang yang beramal saleh dan banyak berbuat baik. Mereka
menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu,ketika meninggal dunia
keadaan mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah
syurga, mendapat ampunan, kasih sayang dan keredhaan Allah Yang Maha Pengasih..."
Semoga kita semua di saf yang Ke-12 yang mendapat rahmat dari Allah SWT....Amin...
Best Regards
Miftachul Arifin
Equipment Engineer
PT. INFINEON TECHNOLOGIES
* (62-770) 612103 Ext. 104
* [email protected]
------------------------------------------------------------------------
4
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 3: Pedoman Hidup dan lain-lain
Riwayat Hadits yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim
45 - Hadits riwayat Abdullah bin Umar ra.: Dari Rasulullah saw.
beliau bersabda: “Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istighfar
(memohon ampun). Karena, aku melihat kalian lebih banyak menjadi penghuni neraka.” Seorang
wanita yang cukup pintar di antara mereka bertanya: “ Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang
lebih banyak menjadi penghuni neraka?“. Rasulullah saw. menjawab: “Kalian banyak mengutuk dan
mengingkari kebaikan suami. Aku tidak melihat kekurangan akal dan agama yang lebih
menguasai pemilik akal daripada kalian.”. Wanita itu bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apakah
kekurangan akal dan agama itu?”. Rasulullah saw. menjawab: “Yang dimaksud dengan kurang
pada akal adalah karena dua orang saksi wanita sama dengan seorang saksi pria. Ini adalah
kekurangan akal. Wanita menghabisi waktu malamnya tanpa mengerjakan shalat dan tidak
puasa di bulan Ramadlan (karena haidh), ini adalah kekurangan pada agama.”
1063 - Hadits riwayat Ibnu Umar ra. Dari Nabi saw. Bahwa beliau bersabda:
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap apa
yang dipimpin. Seorang raja adalah pemimpin bagi rakyatnya, dan dia akan dimintai
pertanggungjawabannya terhadap yang dipimpinnya. Seorang lelaki adalah pemimpin keluarganya, dan
ia akan dimintai pertang-gungjawabannya terhadap mereka. Seorang wanita adalah pemimpin bagi
rumah suami dan bagi anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap
yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin bagi harta tuannya, dan dia juga akan dimintai
pertanggungjawabannya terhadap apa yang dipimpinannya. Dan ingat, setiap kamu adalah pemimpin.
Setiap kamu akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang kamu pimpin. “
1194 - Hadits riwayat Ali bin Abu Thalib ra. ia berkata:
Dihadiahkan kepada Rasulullah saw. pakaian bergaris. Rasulullah saw. mengirimkannya kepadaku,
maka akupun memakainya. Tetapi, aku melihat kemarahan di wajah beliau. Beliau bersabda:
“Sungguh, aku mengirimkan pakaian itu kepadamu bukannya untuk engkau pakai. Tetapi, aku
mengirimkannya, agar engkau memotong-motongnya menjadi kerudung buat para wanita. “
1493 - Hadits riwayat Ibnu Abbas ra.: Dari Atha` bin Abu Rabah ia berkata:
Ibnu Abbas ra. pernah berkata kepadaku: “Maukah engkau aku perlihatkan seorang wanita
penghuni surga?” Aku menjawab: “Mau”. Ia berkata: “(yaitu) Wanita berkulit hitam itulah. Ia
pernah datang kepada Nabi saw. dan berkata: Sesungguhnya aku terserang penyakit ayan dan
(ketika kambuh kadang) auratku terbuka, aku ingin sembuh, maka do`akanlah buatku kepada
Allah demi kesembuhanku.” Nabi saw. bersabda: “Kalau kamu mau bersabar, maka bagimu
adalah surga. Dan kalau kamu mau sembuh, aku akan do`akan kepada Allah semoga Dia
menyembuhkan penyakitmu”. Wanita itu berkata: “Baiklah aku akan bersabar, tapi aku ingin tidak
terbuka auratku, maka do`alah buatku kepada Allah agar auratku tidak terbuka”. Lalu Rasulullah
berdo`a untuknya .
1565 - Hadits riwayat Usamah bin Zaid ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Aku berdiri di depan pintu surga. Tiba-tiba saya melihat kebanyakan orang yang memasuki
surga ialah orang-orang miskin. Aku juga melihat para penguasa sedang ditahan, kecuali calon
para penghuni neraka yang memang langsung disuruh untuk pergi ke neraka. Aku lalu berdiri di
depan pintu neraka. Ternyata kebanyakan yang di neraka adalah kaum wanita”.
1566 - Hadits riwayat Imran bin Hushain ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya minoritas para penghuni surga adalah kaum wanita. “
115 - Hadits riwayat An Nu'man bin Basyir ra. ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
5
BAB 3: Pedoman Hidup dan lain-lain
“Ahli neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat, adalah seseorang yang pada
lekukan telapak kakinya diberi dua bara yang menyebabkan otaknya mendidih.”
6
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 3: Pedoman Hidup dan lain-lain
Kutipan terjemahan ayat-ayat Al-Qur’an
AN NUUR (24:1)
(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di
dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.
AN NUUR (24:31)
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan
memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang
(biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada mereka, dan
janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudarasaudara mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
AL AHZAB (33:59)
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
AL MAA-IDAH (5:5)
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberikan AlKitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanitawanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu, bila kamu
telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan
tidak (pula) menjadikan gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerina
hukum-hukum Islam). Maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang
merugi.
AL A'RAAF (7:36)
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.
AL A'RAAF (7:147)
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat,
sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka
kerjakan.
AL WAAQIAH
(56:51) Kemudian sesungguhnya kamu hai orang yang sesat lagi mendustakan,
(56:52) benar-benar akan memakan pohon zaqqum,
(56:53) dan akan memenuhi perutmu dengannya.
(56:54) Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas
(56:55) Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.
(56:56) Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan".
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
7
BAB 3: Pedoman Hidup dan lain-lain
MUHAMMAD (47:15)
(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang di
dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu
yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya
dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka di dalamnya memperoleh segala macam
buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam, dan diberi
minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.
AN-NABA'
(78:21)
(78:22)
(78:23)
(78:24)
(78:25)
Sesungguhnya neraka jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai,
lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas,
mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya,
mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,
selain air yang mendidih dan nanah.
AL KAHFI (18:29)
Dan katakanlah:"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami
telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih
yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek..
AN NISAA' (4:31)
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya,
niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kamu masukkan kamu ke
tempat yang mulia(surga).
AN NISAA' (4:56)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan
mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit
yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
8
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
BAB 3: Pedoman Hidup dan lain-lain
---( masih dalam proses ‘research & editing’ )----( Sumber: …………………………………………. )
( ……………………………..)
Insya Allah akan dilanjutkan dalam seri berikutnya.
Klipping Dakwah Seri 1, topik: “JILBAB”
9
Download