BAB I - USU-IR - Universitas Sumatera Utara

advertisement
HUBUNGAN ANTARA MIKROALBUMINURIA YANG DINILAI
DENGAN RASIO ALBUMIN KREATININ URIN DENGAN
HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI PADA PENDERITA
HIPERTENSI ESENSIAL
PENELITIAN POTONG LINTANG DI DEPARTEMEN
ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN USU
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
APRIL 2009 – MEI 2009
TESIS
OLEH
ERIC NELSON
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2009
i
Eric Nelson : Hubungan Antara Mikroalbuminuria Yang Dinilai Dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin Dengan Hipertrofi
Ventrikel Kiri Pada Penderita Hipertensi Esensial, 2009
USU Repository © 2008
DIAJUKAN DAN DIPERTAHANKAN DIDEPAN SIDANG
LENGKAP DEWAN PENILAI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAN
DITERIMA SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENDAPATKAN
KEAHLIAN DALAM BIDANG PENYAKIT DALAM
Pembimbing Tesis I
Pembimbing Tesis II
( Dr. Refli Hasan SpPD, SpJP (K), FIHA )
(Dr.Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH)
Disahkan oleh
Ketua Departemen
Ketua Program Studi PPDS
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran USU
Kedokteran USU
(Dr. Salli R. Nasution, SpPD-KGH.)
(Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH)
ii
Eric Nelson : Hubungan Antara Mikroalbuminuria Yang Dinilai Dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin Dengan Hipertrofi
Ventrikel Kiri Pada Penderita Hipertensi Esensial, 2009
USU Repository © 2008
DEWAN PENILAI
1. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP(K)
2. Dr. Sri Maryuni Sutadi, SpPD-KGEH
3. Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH
4. Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH
5. Dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD
6. Dr. Ermanta Ngirim Keliat, SpPD-KP
iii
Eric Nelson : Hubungan Antara Mikroalbuminuria Yang Dinilai Dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin Dengan Hipertrofi
Ventrikel Kiri Pada Penderita Hipertensi Esensial, 2009
USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan berkat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis/
karya
ilmiah
Mikroalbuminuria
akhir
ini
dengan
judul:
“
Hubungan
Antara
yang Dinilai dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin
dengan Hipertrofi Ventrikel Kiri pada Penderita Hipertensi Esensial “ yang
merupakan persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Dokter Spesialis
dibidang Ilmu Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Medan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan baik
isi maupun bahasanya, namun demikian penulis berharap tulisan dapat
menambah wacana tentang mikroalbuminuria dan hipertrofi ventrikel kiri pada
penderita hipertensi esensial
Dengan selesainya karya tulis ini maka penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih dan hormat serta penghargaan yang setinggi – tingginya kepada :
1. Dr Salli Rossefi Nasution, SpPD-KGH, selaku Kepala Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan yang telah
memberikan
bimbingan
dan
kemudahan
buat
penulis
dalam
menyelesaikan tulisan ini.
2. Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Penyakit Dalam sekaligus pembimbing tesis saya yang disela-sela
kesibukannya masih bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
serta dengan sabar membimbing dan telah begitu banyak memberikan
bantuan,
kemudahan
dalam
melaksanakan
penelitian
ini
sampai
selesainya karya tulis ini dan Dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD sebagai
iv
Eric Nelson : Hubungan Antara Mikroalbuminuria Yang Dinilai Dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin Dengan Hipertrofi
Ventrikel Kiri Pada Penderita Hipertensi Esensial, 2009
USU Repository © 2008
Sekretaris Program Studi Ilmu Penyakit Dalam atas segala perhatian dan
bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.
3. Dr. Refli Hasan, SpPD-SpJP(K), FIHA sebagai Sekretaris Departemen
Ilmu Penyakit Dalam dan Kepala Divisi Kardiologi FK USU/ RSUP H.
Adam Malik Medan, khusus untuk karya tulis ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya selaku pembimbing utama tesis
saya, yang penulis rasakan benar-benar dengan tulus membantu dan
membimbing penulis menyelesaikan penelitian dan karya tulis ini, hanya
doa yang dapat penulis berikan kiranya berkat berlimpah dari Yang Maha
Kuasa selalu beserta beliau dan keluarga
4. Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, selaku ketua TKPPDS ketika penulis
diterima sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu
penyakit Dalam yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk diterima sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu
Penyakit Dalam
5. Prof. Dr. Lukman Hakim Zain SpPD-KGEH sebagai Kepala Departeman
Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam malik Medan ketika penulis
diterima sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu
Penyakit Dalam yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan
dalam menyelesaikan pendidikan.
6. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD-KKV, SpJP (K) selaku Ketua Komite
Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan persetujuan untuk pelaksanaan
penelitian ini.
7. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUD Dr
Pirngadi/ RSUP H. Adam Malik Medan : Prof Dr Harun Rasyid Lubis,
SpPD-KGH, Prof Dr T Renardi Haroen SpPD-KKV, MPH, Prof Dr Bachtiar
Fanani Lubis, SpPD-KHOM, Prof Dr Habibah Hanum, SpPD-KPsi, Prof Dr
Sutomo Kasiman SpPD-KKV, Prof Dr Azhar Tanjung, SpPD-KP-KAISpMK, Prof Dr Kariman Sudin, SpPD-KPTI (alm), Prof Dr Pengarapen
v
Eric Nelson : Hubungan Antara Mikroalbuminuria Yang Dinilai Dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin Dengan Hipertrofi
Ventrikel Kiri Pada Penderita Hipertensi Esensial, 2009
USU Repository © 2008
Tarigan, SpPD-KGEH, Prof Dr OK Moehadsjah, SpPD-KR, Prof Dr
Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH, Prof Dr M Yusuf Nasution, SpPDKGH, Prof Dr Azmi S Kar, SpPD-KHOM, Prof Dr Gontar A Siregar, SpPDKGEH, Prof Dr Harris Hasan SpPD-SpJP(K), Dr Rusli Pelly, SpPD-KP
(alm), Dr Nur Aisyah SpPD-KEMD, Dr A Adin St Bagindo SpPD-KKV, Dr
Lufti Latief, SpPD-KKV, Dr Syafii Piliang, SpPD-KEMD, Dr T Bachtiar
Panjaitan, SpPD, Dr H OK Alfien Syukran SpPD-KEMD (alm), Dr Betthin
Marpaung, SpPD-KGEH, Dr Sri M Sutadi SpPD-KGEH, Dr Mabel
Sihombing, SpPD-KGEH, Dr Salli R Nasution SpPD-KGH, Dr Rustam
Efendi YS, SpPD, Dr Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Dr Abiran
Nababan, SpPD-KGEH, Dr Chairul Bahri, SpPD (alm), Dr Alwinsyah
Abidin, SpPD, Dr Juwita Sembiring, SpPD-KGEH, Dr Dharma Lindarto
SpPD-KEMD, Dr Umar Zein SpPD-KPTI-DTM&H-MHA, Dr Yosia Ginting,
SpPD-KPTI, Dr Refli Hasan SpPD-SpJP, Dr EN Keliat SpPD-KP, Dr
Blondina Marpaung SpPD-KR, Dr Leonardo B Dairi SpPD-KGEH yang
merupakan guru-guru saya yang telah banyak memberikan arahan dan
petunjuk kepada saya selama mengikuti pendidikan.
8. Dr Armon Rahimi, SpPD, Dr Heriyanto Yoesoef SpPD, Dr R Tunggul Ch
Sukendar (alm), SpPD-KGH, Dr Daud Ginting SpPD, Dr Tambar
Kembaren SpPD, Dr Saut Marpaung SpPD, Dr Mardianto, SpPD, Dr
Zuhrial SpPD, Dr Dasril Efendi SpPD, Dr Ilhamd SpPD, Dr Calvin
Damanik SpPD, Dr Zainal Safri SpPD, Dr Rahmat Isnanta, SpPD, Dr
Santi Safril, SpPD, Dr Dairion Gatot SpPD, Dr Jerahim Tarigan SpPD, Dr
Endang Sembiring SpPD, Dr Abraham SpPD, Dr Soegiarto Gani SpPD,
Dr Savita Handayani SpPD, Dr Franciscus Ginting SpPD sebagai dokter
kepala ruangan/ senior yang telah amat banyak membimbing saya selama
mengikuti pendidikan ini.
9. Direktur RSUD. Dr. Pirngadi dan RSUP. H. Adam Malik Medan, Direktur RS
PTP Tembakau Deli Medan yang telah memberi kemudahan dan keizinan
vi
Eric Nelson : Hubungan Antara Mikroalbuminuria Yang Dinilai Dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin Dengan Hipertrofi
Ventrikel Kiri Pada Penderita Hipertensi Esensial, 2009
USU Repository © 2008
dalam menggunakan fasilitas / sarana Rumah Sakit dalam menjalani
pendidikan.
10.Direktur RSU PTP III Pamela, Tebing Tinggi, Dr. Indra Lubis MHA dan
konsultan Bagian Penyakit Dalam Dr. Nazrin Bey Sitompul SpPD yang
telah memberi kesempatan kepada penulis selama ditugaskan sebagai
konsultan di bagian Penyakit Dalam di RSU Sri Pamela PTP Nusantara
III Tebing Tinggi dalam rangka pendidikan ini.
11.Para Sejawat PPDS Interna, perawat serta paramedis lainnya dan seluruh
karyawan /karyawati dilingkungan SMF / Departemen Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Dr. Pirngadi Medan / RSUP H. Adam Malik Medan / RS PTP III
Pamela atas kerjasama yang baik selama ini.
12.Para penderita rawat inap dan rawat jalan di SMF/Departemen Ilmu
Penyakit Dalam RSUD. Dr. Pirngadi dan RSUP. H. Adam Malik Medan,
karena tanpa mereka mustahil penulis dapat menyelesaikan pendidikan
ini.
13. Drs Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes yang telah memberikan bantuan yang
tulus kepada penulis khususnya dalam metodologi penelitian ini.
14.Senior saya Dr. Santi Syafril SpPD, Dr. Savita Handayani SpPD, Dr.
Yensuari SpPD, Dr. Erwin Sopacua SpPD, Dr. Rebekka Napitupulu SpPD,
Dr. Ligat pribadi SpPD, Dr. Alwi Thamrin SpPD, Dr. Dumawan Harris
SpPD dan senior lain yang banyak membimbing saya, juga kepada teman
teman : Dr. Dede Moeswir SpPD, Dr. Lina A. Siregar SpPD, Dr. Kurniakin,
Dr. Faizal Drissa, Dr. Iva Y, Dr. Jannus SpPD, Dr. Shahrul Rahman SpPD,
Dr. Suvianto, Dr. Iman tarigan, Dr. Radar tarigan, Dr. Budianto, Dr. Ivo FP,
Dr. Lisa Yuliyanti, Dr. Senior Tawarta, Dr. Andre marpaung dan rekan
sesama PPDS lainnya.
15. Kepada yang mulia ayahanda Drs.P Manurung dan Ibunda T. ButarButar yang sangat ananda sayangi dan kasihi, tiada kata-kata yang paling
tepat untuk mengungkapkan perasaan hati, rasa terima kasih atas segala
jasa-jasa ayahanda dan ibunda yang tiada mungkin terucapkan dan
vii
Eric Nelson : Hubungan Antara Mikroalbuminuria Yang Dinilai Dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin Dengan Hipertrofi
Ventrikel Kiri Pada Penderita Hipertensi Esensial, 2009
USU Repository © 2008
terbalaskan. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada ayah mertua P.Damanik (alm) dan ibu mertua H. br
Purba yang juga memberi dorongan serta semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan pendidikan ini
16. Kepada istriku tercinta Dr. Krisni M Damanik, tiada kata yang paling
tepat selain terima kasih yang tak terhingga yang selama ini tiada bosanbosannya memberi bantuan, dorongan dan semangat serta doanya
selama menjalani pendidikan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam
sehingga terselesaikannya tugas akhir ini demikian juga kepada anak –
anakku tersayang : Fidel Jesse Jordan Manurung, Ingrid Rachel
Manurung, Evelyn Olivia Manurung, mudah-mudahan Tuhan memberi
balasan yang berlipat ganda.
17.Kepada
saudara-saudaraku
kakak
/abang:
Ir.
Harry
Freddy
Manurung/Desi Butar- Butar, Ito/ Lae : Dra. Linda Flora Manurung/ Drs
EP Simamora Se Ak, Ito/ Lae : Frisca Monica Manurung AMD/ Michael
Christy, Adik : David Ricardo Manurung SS dan Ito/ lae Drg.Irene Rismauli
Manurung / Dr Matin Turnip serta keluarga besarku yang telah banyak
membantu, memberi semangat dan dorongan selama pendidikan, terima
kasihku yang tak terhingga untuk segalanya.
18.Sebenarnya masih banyak lagi kata ucapan terima kasih yang ingin
penulis sampaikan buat berbagai pihak yang tidaklah mungkin disebutkan
satu persatu, dan pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang tulus secara menyeluruh. Bapa di sorgalah yang
membalaskan kebaikan dan ketulusan dari semua pihak yang telah
membantu penulis sehingga penelitian dan tulisan ini dapat penulis
selesaikan.
Akhimya izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala
bantuan, dorongan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama
viii
Eric Nelson : Hubungan Antara Mikroalbuminuria Yang Dinilai Dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin Dengan Hipertrofi
Ventrikel Kiri Pada Penderita Hipertensi Esensial, 2009
USU Repository © 2008
mengikuti pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan
yang maha pengasih, maha pemurah dan maha penyayang.
Medan, Juni 2009.
Penulis,
Dr. Eric Nelson
ix
Eric Nelson : Hubungan Antara Mikroalbuminuria Yang Dinilai Dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin Dengan Hipertrofi
Ventrikel Kiri Pada Penderita Hipertensi Esensial, 2009
USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar ……………………………………………………………....
i
Daftar Isi ………………………………………………………………….....
vi
Daftar Tabel dan Gambar …………………………………….………..........
viii
Daftar Singkatan ........................................................................................
ix
Abstrak .....................................................................................................
xi
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………….
1
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi Dan Penyakit Ginjal ........................................
2.1.1. Peranan Hipertensi Pada Progresivitas Penyakit Ginjal ...
4
5
2.1.2. Peranan Sistem Renin Angiotensin Aldosteron pada
Hipertensi ............................... ......................................................
2.1.3. Efek Renoprotektif Dari Obat Anti Hipertensi.......................
6
7
2.2. Mikroalbuminuria Pada Hipertensi............................................. 10
2.2.1 Mikroalbuminuria Sebagai Petanda Kerusakan Vaskular...... 11
2.3. Deteksi Dini Albuminuria Pada Penderita Hipertensi ............ ..
12
2.3.1. Deteksi Mikroalbuminuria Dengan Rasio Albumin Kreatinin
Urin...................................................................................
13
2.4. Hipertensi Dan Penyakit Jantung ........................................
15
2.1.1. Pengaruh Hipertensi Pada Progresivitas Penyakit
Jantung ............................................................................
2.3. Deteksi Hipertrofi ventrikel Kiri dengan Ekokardiografi ...........
15
22
BAB III : PENELITIAN SENDIRI
3.1. Latar Belakang .......................................................................... 23
3.2. Perumusan Masalah ................................................................. 25
3.3. Hipotesa .................................................................................... 25
3.4. Tujuan Penelitian ....................................................................... 25
3.5. Manfaat Penelitian ..................................................................... 25
3.6. Kerangka Konsepsional ............................................................ 26
10
3.7. Bahan dan Cara
3.7.1. Disain Penelitian .........................................................
26
3.7.2. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................... 26
3.7.3. Populasi Terjangkau .............................................................. 26
3.7.4. Kriteria Yang Diikutkan Dalam Penelitian............................... 26
3.7.5. Kriteria Yang Dikeluarkan Dari Penelitian................................ 26
3.7.6. Besar Sampel.......................................................................... 27
3.7.7. Prosedur Penelitian ................................................................. 27
3.7.8. Analisa Data ........................................................................... 28
3.7.9. Defenisi Operasional .............................................................. 28
3.7.10. Kerangka Operasional ......................................................... 30
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Karakteristik Subjek Peneltian ............................................... 31
4.1.2. Perbandingan Nilai Left Ventriculer Mass Index.. ................ 33
4.1.3. Hubungan antara mikroalbuminuria dengan
hipertrofi ventrikel kiri .......................................................... 34
4.1.4. Gambaran berbagai variabel terhadap albuminuria
dan adanya hipertrofi ventrikel kiri ....................................
35
4.1.5. Korelasi nilai rasio albumin kreatinin urine terhadap
umur, indeks massa tubuh, tekanan darah, hemoglobin,
kadar gula darah, ureum, kreatinin dan lama menderita
hipertensi ..........................................................................
37
4.1.6. Korelasi nilai rasio albumin kreatinin urine terhadap umur,
Indeks massa tubuh, tekanan darah, hemoglobin, kadar
gula darah, ureum, kreatinin dan lama menderita
hipertensi ……………………………………………………
38
4.2. Pembahasan ............................................................................
38
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 41
5.2. Saran ......................................................................................... 41
11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 42
LAMPIRAN
Lampiran 1. Master Tabel ................................................................. 47
Lampiran 2. Persetujuan Komite Etik ..............................................
48
Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Subyek Penelitian... .....
49
Lampiran 4. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan ...................
50
Lampiran 5. Form Data Peserta Penelitian ....................................... 51
Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup ..................................................
53
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Data Karakteristik Sampel Studi Masing-Masing Kelompok.. 31
Tabel 2
: Perbandingan nilai Left Ventriculer Mass Index antara
Kelompok hipertensi tanpa mikroalbuminuria
dan hipertensi dengan mikroalbuminuria
Tabel 3
.........................
: Hubungan antara mikroalbuminuria dengan Hipertrofi
Ventrikel Kiri pada penderita hipertensi .................. ..........
Tabel 4
: Data beberapa variabel terhadap albuminuria
Tabel 5
: Korelasi Nilai Rasio Albumin Kreatinin Urin
...............
Dengan Variabel Yang Diperiksa ……………………………
Tabel 6
33
34
35
37
: Korelasi nilai Left Ventriculer Mass Index Dengan
Variabel Yang Diperiksa …………………………................ 38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Hipertensi Sistemik Sebagai Faktor Sentral Kontribusi
Terhadap Progresivitas Penyakit Ginjal Kronik...................
5
Gambar 2 : Jalur Bersama Pada Progresi Penyakit Ginjal.....................
5
Gambar 3 : Efek Dari Peningkatan Permeabilitas Glomerular Terhadap
12
Protein Pada Cedera Ginjal Progresif...............................
Gambar 4 : Manifestasi kelainan jantung pada hipertensi ..................
12
16
Gambar 5 : Proses adaptasi – patologik HVK pada hipertensi................. 17
Gambar 6 : Proses translasi stimulus hipertrofi ke dalam kardiomiosit .... 18
Gambar 7 : Perbedaan sarkomer antara hipertrofi konsentrik
( pressure Overload ) dan eksentrik ( volume overload )....
18
Gambar 8: Berbagai faktor risiko yang berperan terhadap
terjadinya ............................................................................. 20
DAFTAR SINGKATAN
ACEI
: Angiotensin Converting Enzyme
ARB
: Angiotensin Receptor Blocker
AI
: Angiotensin I
AII
: Angiotensin II
ABPM
: Ambulatory Blood Pressure Monitor
BB
: Beta Blocker
CAGE
: Chymostatin Sensitive Angiotensin II Generating
Enzyme
CCB
: Calcium Channel Blocker
CTGF
: Connective Tissue Growth Factor
ECM
: Extra Cellular Matrix
EDRF
: Endothelial derivied Relasing Factor
EKG
: Elektrokardiografi
ELISA
: Enzyme Linked Immunosorbent Assay
Hb
: Hemoglobin
HVK
: Hipertrofi ventrikel kiri
IL-6
: Interleukin-6
IMT
: Indeks Massa Tubuh
JNC VII
: Joint National Committee VII
KGD
: Kadar Gula Darah
KGD 2 Jam PP
: Kadar Gula Darah 2 Jam Post Prandial
13
LFG
: Laju Filtrasi Glomerulus
LVH
: Left Ventricle Hypertrophy
MAP
: Mean Arterial Pressure
MI
: Myocard Ischemic
NKF-K/DOQI
: National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome
Quality Initiative
NO
: Nitric Oxide
NPV
: Negative Predictive Value
PAI-1
: Plasminogen Activator Inhibitor
PDGF
: Platelet Derived Growth Factor
PERNEFRI
: Perhimpunan Nefrologi Indonesia
PGK
: Penyakit Ginjal Kronik
PJI
: Penyakit Jantung Iskemik
RAA
: Renin Angiotensin Aldosteron
RAKU
: Rasio Albumin Kreatinin Urin
RIA
: Radio Immuno Assay
TD
: Tekanan Darah
TGF ß
: Tissue Growth Factor ß
t-PA
: tissue Plasminogen Activator
TNF-α
: Tumor Necrosis Factor Alpha
USRDS
: United State Renal Data System
Ualb
: Urinary Albumin
Ucreat
: Urinary Creatinin
UAER
: Urinary Albumin Excretion Rate
VCAM
: Vascular Cellular Adhesion Molecule
14
Abstract
RELATIONSHIP BETWEEN MICROALBUMINURIA WHICH MEASURED WITH
RATIO ALBUMIN CREATININE URINE WITH LEFT VENTRICULAR
HYPERTROPHY IN PATIENTS WITH ESSENTIAL HYPERTENSION
Eric NM, Refli Hasan * , Zulhelmi Bustami **
*Division of Cardiology and Vascular Medicine
** Division of Nephrology and Hypertension
Departement of Internal Medicine
Faculty of Medicine University of Sumatera Utara, H Adam Malik Hospital Medan
Background
Hypertension is one important risk factor in cardiovascular disease, and associated with
left ventricle hypertrophy and endothelial dysfunction that characterized by
microalbuminuria. Microalbuminuria associated to glomerulous endothelial damage and
due as a predictor of cardiovascular disease
Aim of the study
To evaluate relationship between microalbuminuria which measured with ratio albumin
creatinine urine with left ventricular hypertrophy in a series of patients with essential
hypertension.
Methods
A series of 40 patients with essential hypertension who admitted to H. Adam Malik
Hospital Medan were recorded and then performed Albumin to Creatinine Ratio
examination and Echocardiographic examination to evaluated the Left Ventricle
Hypertrophy (LVH) event. This was a cross sectional study. To compare LVH event
between patient with and without microalbuminuria we use the Chi square analysis and
find out the relationship among the Left Ventruculer Mass Indeks we use the Spearman
correlation analysis. The test were significant if p< 0,05.
Results
Twenty two patients were normoalbuminuria and 18 patients were microalbuminuria.
This study shown increasing presentation left ventricle hypertrophy in essential
hypertension petients with microalbuminuria (94,4%) was higher compared with only
18,2% in essential hypertension patient with normoalbuminuria (p=0,001). This study
has shown correlation between systolic blood pressure ( r = 0,327 , p= 0,039), diastolic
blood pressure ( r = 0,471, p= 0,02) with microalbuminuria and strong correlation
between duration of hypertension ( r = 0,794, p= 0,001) with microalbuminuria.
Conclusion
This cross sectional study has shown clearly that Left ventricular Hypertrophy, systolic and
diastolic blood pressure, duration of hypertension have moderate to strong correlation with
microalbuminuria in patient with essential hypertension.
Keywords : Microalbuminuria, Ratio albumin creatinine urine, Left ventricle hypertrophy,
Essential hypertension,
15
Abstrak
HUBUNGAN ANTARA MIKROALBUMINURIA YANG DINILAI DENGAN RASIO
ALBUMIN KREATININ URIN DENGAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI PADA
PENDERITA
HIPERTENSI ESENSIAL
Eric Nelson, Refli Hasan *, Zuilhelmi Bustami **
* Divisi Kadiologi, ** Divisi Nefrologi dan Hipertensi
Departemen Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara – RSUP H Adam Malik , Medan
Latar Belakang:
Hipertensi (HT) merupakan faktor resiko penting penyakit kardiovaskular dan
berhubungan dengan hipertrofi ventrikel kiri dan disfungsi endotel yang ditandai dengan
mikroabuminuria. Kejadian mikroalbuminuria pada penderita hipertensi berhubungan
kerusakan endotel glomerulus dan merupakan prediktor penyakit kardiovaskular.
Tujuan:
Menilai hubungan antara mikroalbuminuria yang diukur dengan rasio albumin kreatinin
urin dengan hipertrofi ventrikel kiri (HVK) pada penderita hipertensi esensial.
Metode :
Sebanyak 40 penderita HT esensial yang berobat jalan di poliklinik kardiologi dan
poliklinik nefrologi dan hipertensi RS H. Adam Malik Medan dilakukan pencatatan data
dasar dan pemeriksaan rasio albumin dan kretinin urin dan selanjutnya dilakukan
pemerikasan ekokardiografi untuk menilai kejadian HVK. Penelitian ini merupakan
penelitian potong lintang. Untuk membandingkan kejadian HVK pada penderita
hipertensi dengan atau tanpa mikroalbuminuria digunakan analisa Chi Square dan
untuk melihat melihat hubungan antara berbagai variabel dengan Left Ventruculer Mass
Indeks digunakan analisa korelasi Spearman. Dikatakan signifikan bila p<0,05.
Hasil :
Sebanyak 22 pasien normoalbuminuria dan 18 pasien mengalami mikroalbuminuria.
Terdapat peningkatan prosentasi HVK pada pendeita HT dengan mikroalbuminuria
(94,4 %) bila dibandingkan penderita HT dengan normoalbuminuria ( 18,2 %) p = 0,001.
Terdapat korelasi antara Tekanan Darah Sistolik ( r = 0,327 , p= 0,039), Tekanan darah
Diastolik ( r = 0,471, p= 0,02) dengan mikroalbuminuria dan korelasi kuat antara lama
menderita hipertensi ( r = 0,794, p= 0,001) dengan mikroalbuminuria.
Kesimpulan :
Kejadian mikroalbuminuria berhubungan dengan HVK, tekanan darah sistolik dan
diastolik, serta lama menderita hipertensi pada penderita hipertensi esensial
Kata kunci : Mikroalbuminuria, Rasio Albumin Kreatinin Urin Hipertrofi ventrikel kiri,
Hipertensi esensial
16
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan di dunia, selain karena prevalensinya yang meningkat juga karena
masih banyaknya penderita hipertensi yang belum mendapatkan pengobatan
yang memadai maupun bila sudah mendapatkan pengobatan masih banyak juga
penderita yang tekanan darahnya tidak terkontrol mencapai target 140/90
mmHg. Adanya penyakit penyerta serta komplikasi yang akan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas juga merupakan masalah seputar hipertensi.1,2
Data dari the National Health and Nutrition Examination Survey (
NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999 – 2000, insidensi hipertensi
pada orang dewasa sebesar 29 – 31 % yang berarti terdapat 56 – 65 juta
penderita hipertensi di Amerika Serikat dan terjadi peningkatan 15 juta dari data
NHANES III tahun 1988 – 1991. Di Indonesia sendiri prevalensi penderita
hipertensi masih belum diketahui dengan pasti, dari
beberapa penelitian
besarnya sangat bervariasi dari 0,6 % di lembah Baliem sampai 19,4 % di
Silungkang. Survei Kesehatan Rumah Tangga yang dilakukan Departemen
Kesehatan pada tahun 2004 didapatkan prevalensi penderita hipertensi di Pulau
Jawa sebesar 41,9%.
1,3
Dalam perjalanannya hipertensi akan menyebabkan kerusakan organ
target. Kerusakan organ target yang paling sering dijumpai pada penderita
hipertensi adalah jantung ( hipertrofi ventrikel kiri, infark miokardium, gagal
jantung), otak ( stroke, transient ischemic attack), penyakit ginjal kronis, penyakit
arteri perifer, retinopati. Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung
dan pembuluh darah akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada
penderita hipertensi. Tingginya morbiditas dan mortalitas pada penderita
hipertensi terutama disebabkan timbulnya penyakit kardiovaskular. 1
17
Mikroalbuminuria
yaitu
sedikit
peningkatan
albumin
urin
akan
menggambarkan kerusakan endotel di glomerulus dan juga pembuluh darah
sistemik, dimana disfungsi endotel nantinya akan berperan pada proses
atherosklerosis. Selain sebagai petanda kerusakan ginjal, mikroalbuminuria juga
merupakan prediktor penyakit kardiovaskular pada penderita hipertensi maupun
diabetes. Ko eksistensi hipertrofi ventrikel kiri (HVK ) dan disfungsi endotel akan
menggandakan resiko kejadian vaskuler pada penderita hipertensi.1,4,5,6
Pada penderita hipertensi, perbesaran ventrikel kiri merupakan proses
adaptasi struktur jantung untuk mempertahankan kestabilan fungsi kontraktilnya
tetapi dengan penambahan beban yang berlangsung terus HVK akan
merupakan proses patologis. 2,7
Hubungan kedua petanda kerusakan jantung dan glomerular ginjal sering
di evaluasi pada populasi pasien hipertensi dengan kerusakan organ target.
Dalam beberapa penelitian disebutkan pada pasien hipertensi dengan hipertrofi
ventrikel kiri berhubungan dengan peningkatan prevalensi mikroalbuminuria
dibandingkan pada pasien hipertensi tanpa hipertrofi ventrikel kiri sedangkan
pada penelitian lain lain tidak ditemukan hubungan antara mikroalbuminuria
dengan hipertrofi ventrikel kiri 8,9,10
Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure (JNC) VII tahun 2003 menganjurkan pengobatan yang lebih
agresif pada penderita hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri atau proteinuria.
Pemeriksaan rasio albumin kreatinin pada urin (RAKU) sebagai bagian penting
dari skrining penderita hipertensi, minimal sekali dalam setahun.11
Pemeriksaan rasio albumin kreatinin urin
merupakan tes yang lebih
mudah bagi pasien dan mungkin lebih sedikit kecenderungan untuk salah
sehubungan dengan metode koleksi yang tidak tepat dan variasi dalam ekskresi
albuminuria 24 jam dibandingkan dengan spesimen urin random dan
penggunaan rasio dapat mengoreksi variasi pada konsentrasi albumin urin
sehubungan dengan hidrasi. 12,13
Elektrokardiografi memiliki sensitivitas yang rendah ( 35 % ) tetapi
memiliki spesifisitas yang tinggi ( 90 %) bila dibandingkan ekokardiografi sebagai
18
baku emas dalam menegakkan hipertrofi ventrikel kiri. Dengan menggunakan
ekokardiografi dapat dilihat dilatasi
ventrikel kiri, massa ventrikel kiri, jenis
hipertensi ventrikel kiri ( konsentrik, eksentrik, remodelling) dan akan mencapai
sensitivitas 95 – 100 % pada penderita hipertrofi ventrikel kiri ringan sampai
berat. 14,15
19
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. HIPERTENSI DAN PENYAKIT GINJAL
Hipertensi yang berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan ginjal
baik pada glomerulus maupun tubulointersisium, hipertensi akan menyebabkan
gangguan kemampuan autoregulasi untuk mempertahankan mikrosirkulasi ginjal
tetap dalam keadaan normal. Gangguan autoregulasi ini menyebabkan tekanan
darah sistemik ditransmisikan kedalam glomerulus dan akan menyebabkan
peningkatan tekanan intraglomerular. Peningkatan tekanan intraglomerular akan
menyebabkan hipertensi intraglomerular dengan akibat kerusakan sel endotel,
mesangial dan epitel glomerulus. Hipertensi glomerular juga menyebabkan
peningkatan filtrasi glomerulus sehingga terjadi peningkatan permeabilitas
kapiler glomerulus sehingga protein dapat lolos dan ditemukan didalam urin dan
hal ini berperan terhadap kejadian nefrosklerosis.
16
Peningkatan filtrasi protein akan menyebabkan peningkatan konsentrasi
protein dalam lumen tubulus, protein tersebut akan mengalami reabsorpsi oleh
sel tubulus proksimal dan apabila terjadi secara berlebihan akan menyebabkan
akumulasi protein di dalam retikulum endolisosom dan endoplasmik. Proses ini
akan menyebabkan pelepasan zat vasoaktif dan substansi inflamasi yang
selanjutnya akan merangsang proses fibrogenesis tubulointersisium. Sehingga
hipertensi yang telah berlangsung lama akan menyebabkan sklerosis glomerulus
dan fibrosis intersisialis, nefrosklerosis yang diakibatkan oleh hipertensi dapat
menyebabkan
progresif.
penurunan
fungsi
ginjal
16
20
yang
akan
berkembang
secara
Gambar 1. Hipertensi sistemik sebagai faktor sentral kontribusi terhadap
progresivitas penyakit ginjal kronik17
2.1.1 Peranan hipertensi pada progresivitas penyakit ginjal
Hipertensi dapat merupakan penyebab terjadinya kerusakan ginjal dan
dapat pula timbul sebagai akibat progresivitas penyakit ginjal. Tekanan darah
sistemik
yang
ditransmisikan
kedalam
glomerulus
akan
menyebabkan
peningkatan tekanan intraglomerular yang kemudian akan berkembang menjadi
nefrosklerosis. 18
CEDERA GINJAL
HIPERTENSI
↓ Massa nefron
Hipertensi kapiler glomerular
↑ Permeabilitas glomerular terhadap makromolekul
↑ Filtrasi plasma albumin (albuminuria)
↑ Reabsorpsi protein tubular
Inflamasi tubulo intersisial
FIBROSIS GINJAL
Gambar 2. Jalur bersama pada progresi penyakit ginjal 18
21
Hipertensi primer dapat menyebabkan vasokonstriksi arteriol ginjal dan
sklerosis pembuluh darah intrarenal, yang menyebabkan kerusakan glomerulus
dan penurunan fungsi ginjal yang progresif. Kerusakan glomerulus ini
menyebabkan peninggian tekanan intraglomerular pada glomerulus yang masih
berfungsi sehingga mengakibatkan hiperfiltrasi glomerular. Peninggian tekanan
intraglomerular dan hiperfiltrasi ini akan menyebabkan glomerulosklerosis. 19,20
2.1.2 Peranan Sistem Renin Angiotensin Aldosteron pada Hipertensi
Hipertensi erat dikaitkan dengan sistem renin angiotensin aldosteron
(sistem RAA), sistem RAA merupakan sistem hormonal yang mengatur tekanan
darah, keseimbangan air dan elektrolit. Angiotensin II sebagai hasil akhir aktivasi
sistem RAA mempunyai efek vasokonstriktor kuat dan kemampuan patogenetik
lain misalnya menyebabkan proliferasi sel, aktivasi proses inflamasi, dan
terjadinya proses koagulasi. Dengan demikian kerusakan ginjal yang terjadi
akibat hipertensi dipengaruhi oleh derajat tingginya tekanan darah dan pengaruh
buruk AII.21
Aktivasi sistem RAA diawali dengan stimulasi aparat juksta glomerulosa
ginjal yang akan menghasilkan renin. Pada awal proses, renin disintesis dalam
bentuk preprorenin (prezymogen) yang kemudian mengalami serangkaian
pemecahan dan glikosilasi menjadi prorenin dan akhirnya renin. Faktor yang ikut
menentukan sekresi renin antara lain regangan arteriol aferen, stimulasi reseptor
adrenergik beta, dan konsentrasi sodium. Renin akan mengkatalisasi perubahan
angiotensinogen yang diproduksi oleh hati menjadi AI suatu dekapeptidase
inaktif. Enzim konversi angiotensin (ACE) membantu hidrolisis AI menjadi AII
yang merupakan vasokonstriktor kuat. Enzim konversi angiotensin juga berperan
pada pemecahan substansi P dan bradikinin.22
Selain jalur ACE terdapat alternatif lain pembentukan AII dari AI melalui
enzim chymase, cathepsin G dan CAGE (chymostatin sensitive angiotensin II
generating enzyme). Angiotensin II dapat pula terbentuk langsung dari
angiotensinogen dengan bantuan aktivator plasminogen jaringan (tissue
plasminogen activator, tPA), cathepsin G dan tonin.22,23 Efek biologik AII terjadi
22
akibat stimulasi reseptor yang terletak pada membran sel ginjal, kelenjar adrenal,
jantung, pembuluh darah dan otak. Stimulasi AII pada reseptor tipe I akan
menyebabkan vasokonstriksi, pelepasan aldosteron dan vasopresin, reabsorpsi
sodium oleh tubulus ginjal dan penurunan aliran darah ginjal. Pengaruh stimulasi
AII pada reseptor AT2 masih terus dalam penelitian dan diduga dapat
menyebabkan vasodilatasi, menghambat proliferasi sel, dan meningkatkan
apoptosis.23
Selain sebagai vasokonstriktor kuat AII mempunyai efek proliferasi
terhadap otot polos pembuluh darah. Dengan demikian perubahan struktur dan
fungsi pembuluh darah ginjal juga dipengaruhi oleh peran AII. Ikatan AII dengan
reseptor AT1 selain menyebabkan vasokonstriksi dan proliferasi sel, juga
menstimulasi proses inflamasi dan fibrosis yang ditandai dengan akumulasi sel
inflamasi dan penambahan matriks ekstraselular. 21,24
Angiotensin II mempunyai kontribusi pada proses inflamasi ginjal melalui
ikatan antara AII dengan reseptor ATI. Stimulasi tersebut akan meningkatkan
ekspresi gen proinflamasi seperti VCAM-1 (vascular cell adhesion molecule-1),
ICAM-1 ( intercellular adhesion molecule-1), IL-6 (interleukin-6) dan MCP-1
(monocyte chemoattractant protein-1), melalui aktivasi sistem signal intraselular
misalnya NF-kß (nuclear factor kappa beta), MAPK (mitogen activated protein
kinase), atau protein Rho. Angiotensin II menyebabkan adhesi sel inflamasi pada
sel endotel dan sel mesangial glomerulus. Peningkatan ekspresi molekul adhesi
dan sitokin yang mempunyai efek kemotaktik akan menstimulasi proses
inflamasi.25
2.1.3 Efek Renoprotektif dari Obat Anti Hipertensi
Pada pasien hipertensi sedikitnya ada dua sasaran yang mungkin
digunakan untuk memperlambat progresi penyakit ginjal. Pertama, akibat efek
vasokonstriktor intra renal AII pada arteriol efferen, ACEI bekerja dengan
menurunkan hipertensi glomerulus melalui efek vasodilatasi arteriol efferen
sehingga
menurunkan
tekanan
intraglomerulus.
Penurunan
tekanan
intraglomerular dapat mengurangi terjadinya albuminuria sehingga efek buruk
yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi intraglomerular dan albuminuri dapat
23
dicegah. Kedua, AII mungkin bekerja sebagai growth factor bagi glomerulus,
sehingga dengan penggunaan ACEI mungkin dapat menurunkan hipertrofi
glomerulus. 18
Pengobatan hipertensi yang terpusat pada penurunan tekanan darah saja
masih belum cukup karena hipertensi melibatkan pembuluh darah yang mana
dinding pembuluh darah tersebut telah berubah sifatnya sehingga dinding
pembuluh darah tersebut juga harus diintervensi agar menjadi sehat kembali.
Obat anti hipertensi yang dipilih haruslah mempunyai sifat nilai lebih yang
disebut beyond the blood pressure lowering effect yaitu bersifat protektif
terhadap organ terkait diluar sifat antihipertensinya, terutama dalam hal
memelihara dinding vaskuler pembuluh darah dari target organ, obat-obat anti
hipertensi tersebut harus mampu memperbaiki fungsi endotel. Pada saat ini
obat-obat anti hipertensi yang berpotensi untuk memperbaiki fungsi endotel
diluar sifat antihipertensinya ialah ACEI, ARB dan CCB, sedangkan diuretika dan
BB hanya mampu menurunkan tekanan darah saja tanpa memperbaiki dinding
endotel.26
Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) terbukti mempunyai efek
renoproteksi melalui berbagai mekanisme. ACEI efektif menurunkan tekanan
darah dengan cara menghambat pembentukan AII dari AI sehingga efek
vasokonstriksi yang ditimbulkan oleh AII dapat dicegah. Apabila target tekanan
darah dapat dicapai maka pengaruh tekanan terhadap dinding pembuluh darah
dapat dihindari, dengan demikian salah satu faktor penyebab kerusakan
pembuluh darah ginjal dapat dihindari.27,28
Disisi lain ACEI mempunyai kemampuan memperbaiki disfungsi endotel
seperti
telah dibuktikan pada berbagai penelitian klinis. Penggunaan ACEI
terbukti dapat memperbaiki gangguan relaksasi yang tergantung endotel dari
pembuluh darah ginjal pasien hipertensi. Ekskresi Nitric Oxide (NO) dalam urin
yang merupakan parameter pelepasan NO ginjal meningkat pada kelompok yang
mendapat ACEI, ini membuktikan bahwa ACEI mampu memperbaiki disfungsi
endotel pembuluh darah ginjal.29,30
24
Obat anti hipertensi golongan ARB bekerja dengan cara menghambat
ikatan antara AII dengan reseptor AT 1. Dengan dihambatnya ikatan AII dan
reseptor AT I diharapkan efek buruk AII dapat dicegah. Sebagai obat
antihipertensi
ARB
terbukti
efektif
dalam
menurunkan
tekanan
darah.
Penggunaan ARB menyebabkan akumulasi AII dalam plasma sehingga dapat
berikatan secara bebas dengan reseptor AT 2. Diduga ikatan antara AII dengan
reseptor AT
2
akan menghasilkan efek proteksi, baik sebagai anti proliferasi
maupun antioksidan. 31
Kalsium
antagonis
(CCB)
golongan
dihidropiridin
lebih
dominan
mengakibatkan dilatasi afferen atau preglomerulus sehingga penurunan
resistensi di aferen akan menyebabkan lebih banyak tekanan sistemik yang
diteruskan kedalam glomerulus, dengan demikian mungkin tidak menimbulkan
penurunan pada tekanan intraglomerulus, bahkan tekanan intraglomerulus
semakin
meningkat.
Kalsium
antagonis
golongan
dihidropiridin
dapat
menurunkan hipertrofi glomerulus, walaupun ternyata juga dapat meningkatkan
stres pada dinding kapiler glomerulus. 26
Efek CCB golongan non dihidropiridin terhadap hemodinamik ginjal dan
aliran darah ginjal berupa dilatasi aferen dan eferen, terhadap fungsi glomerulus
dapat naik turun sesuai dengan perubahan tekanan darah sistemik, terhadap
ekskresi albumin urin golongan non dihidropiridin lebih mampu mengurangi
albumin dari pada golongan dihidropiridin, terhadap fungsi tubulus CCB bersifat
natriuresis yang kuat diluar sifat antihipertensi melalui hambatan pertukaran NaCa ditubulus proksimal, sehingga dapat menimbulkan retensi Na dan air pada
penghentian kalsium antagonis yang mendadak. 27
Diuretika dan penyekat beta (BB) hanya mampu menurunkan tekanan
darah saja, tanpa memperbaiki dinding endotel. Obat ini kurang berpengaruh
pada hipertensi intraglomerulus oleh karena tidak memiliki efek pada dilatasi
arteriol eferen sehingga dianggap kurang memberi proteksi terhadap kerusakan
glomerulus. Secara umum BB tidak memiliki efek klinis penting terhadap
hemodinamik ginjal dan LFG. Obat ini dapat menurunkan LFG jika TD sistemik
jatuh dibawah ambang autoregulasi.26,32
25
2.2. MIKROALBUMINURIA PADA HIPERTENSI
Parving dkk melaporkan pertama sekali dijumpainya peningkatan ekskresi
albumin urin pada hipertensi esensial tahun 1974. Prevalensi mikroalbuminuria
pada penderita hipertensi bervariasi dari satu studi ke studi lainnya antara 5 % 46 % hal ini terjadi karena adanya perbedaan teknik pemeriksaan (radio
immunoassay,
enzyme-linked
immunosorbent
assay,
nephelometry),
penggunaan kriteria seleksi pasien, usia, etnis dan perbedaan definisi dari
mikroalbuminuria. 33,34,35
Pontremoli dkk mendapatkan nilai mikroalbuminuria yang lebih rendah
sesuai dengan derajat hipertensi yang semakin ringan. Bustami Z pada
penelitian yang dilakukan terhadap penderita Hipertensi di Medan mendapatkan
peningkatan
yang bermakna mikroalbuminuria ( yang dinilai dengan rasio
albumin kreatinin urin ) pada penderita hipertensi dibanding dengan orang
normal sebagai kontrol ( 39,54 ± 61,90 mg / gr vs 6,90 ± 7,43 mg / gr). Bila
dibandingkan berdasakan klasifikasi hipertensi ternyata nilai rasio albumin
kreatinin urin lebih tinggi secara bermakna pada penderita hipertensi derajat 2
dibanding hipertensi derajat 1 (86,95 ± 78,14 mg / gr vs 22,43 ± 32,86 mg / gr)
Mekanisme patogenetik yang mendasari terjadinya mikroalbuminuria belum jelas
diketahui, beratnya beban tekanan darah dan peningkatan permeabilitas sistemik
terhadap albumin mungkin berhubungan dengan disfungsi endotelial awal,
kelihatannya memainkan peranan penting walaupun diduga beberapa data
berperan dengan sejumlah faktor tambahan seperti abnormalitas lipid, faktor
protrombotik, peningkatan sistem renin angiotensin dan inflamasi sistemik.
Abnormalitas hemodinamik fungsional yang disertai perubahan struktur ginjal
juga dapat menyebabkan mikroalbuminuria pada hipertensi esensial.33,36
Pasien dengan hipertensi esensial memiliki manifestasi ekskresi albumin
urin yang lebih besar dibanding orang normal. Pasien hipertensi dengan
mikroalbuminuria menunjukkan tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan
pasien
hipertensi
dengan
normoalbuminuria.
Bianchi
dkk
menyarankan
pemeriksaan mikroalbuminuria sebagai petanda yang berguna untuk mendeteksi
progresivitas kerusakan ginjal pada pasien dengan hipertensi esensial.37
26
Reboldi dkk menyebutkan adanya hubungan antara mikroalbuminuria
dengan hipertensi esensial, namun masih belum jelas apakah hubungan antara
mikroalbuminuria dan faktor lainnya termasuk usia, jenis kelamin, merokok, etnis,
resistensi insulin, dislipidemia dan obesitas merupakan faktor independen atau
berhubungan dengan faktor pengganggu, terutama sekali tekanan darah dan
mikroalbuminuria
menjadi
faktor
resiko
langsung
terhadap
progresifitas
kerusakan ginjal. Reboldi dkk merekomendasikan determinasi mikroalbuminuria
pada skrining awal subjek dengan hipertensi esensial, evaluasi periodik
mikroalbuminuria perlu dilakukan karena mudah, cost-effective dan merupakan
petanda prediktif yang sangat bernilai pada penderita hipertensi esensial.38
Redon dkk menyebutkan bahwa reduksi mikroalbuminuria berhubungan
dengan kontrol tekanan darah dan akan menurunkan resiko terjadinya PGK.
Pada subjek hipertensi yang awalnya normoalbuminuri dan tidak mendapat
terapi anti hipertensi yang diikuti selama 3 tahun, didapati hasil setiap kenaikan
ekskresi
albumin
urin
1
mg/24jam
menyebabkan
peningkatan
resiko
mikroalbuminuria sebesar 6%.39
2.2.1 Mikroalbuminuria sebagai petanda kerusakan vaskular
Tekanan kapiler glomerular yang tinggi menggangu permeabilitas
glomerular terhadap protein yang mana kemudian difiltrasi dalam jumlah
berlebihan dan mencapai lumen tubulus proksimal. Pada saat lalu jumlah protein
yang ditemukan diurin diambil sebagai indikator abnormalitas yang mendasari
pada permeabilitas glomerular yang dianggap sebagai petanda keparahan lesi
ginjal. Pada saat ini hasil dari banyak studi mengindikasikan bahwa protein
berfiltrasi melalui kapiler glomerular yang mungkin memiliki toksisitas ginjal
intrinsik, yang bersama dengan faktor resiko independen lainnya seperti
hipertensi dapat memainkan peranan penting dalam progresivitas kerusakan
ginjal. 40
27
Gambar 3. Efek dari peningkatan permeabilitas glomerular terhadap protein
pada cedera ginjal progresif. 40
2.3 Deteksi dini albuminuria pada penderita hipertensi
Proteinuria merupakan suatu petanda adanya kerusakan ginjal, pada
banyak penelitian terbukti bahwa proteinuria mempunyai peran sebagai petanda
resiko mortalitas kardiovaskular dan prediktor progresivitas penyakit ginjal dan
jumlah protein yang dikeluarkan melalui urin berkorelasi dengan besarnya
penurunan laju filtrasi glomerulus.33 Penurunan fungsi ginjal semakin besar
28
sesuai dengan semakin banyaknya proteinuria. Proteinuria tidak hanya sekedar
merupakan petanda adanya proses kerusakan di ginjal, akan tetapi juga faktor
resiko dari PGK, penurunan laju filtrasi glomerulus atau progresivitas penyakit.
Proteinuria dapat dipakai untuk mengukur hasil pengobatan dan dapat dipakai
sebagai target penatalaksanaanya. 16
Urin normal mengandung sejumlah kecil protein, dalam NKF-K/DOQI
guidelines terminologi proteinuria menunjukkan peningkatan ekskresi albumin
urin, protein spesifik lainnya atau total protein, terminologi albuminuria
menunjukkan secara khusus peningkatan ekskresi albumin urin, terminologi
mikroalbuminuria menunjukkan ekskresi albumin urin yang diatas batas normal
namun dibawah dari kadar yang dapat dideteksi oleh tes untuk ekskresi total
protein urin. 41
Pada orang dewasa dengan peningkatan resiko terjadi PGK, NKF-K/DOQI
menganjurkan untuk memeriksa albuminuria dengan spot urin, baik dengan
dipstik khusus untuk albumin atau rasio albumin/kreatinin. Penggunaan rasio
dapat mengoreksi variasi pada konsentrasi protein urin sehubungan dengan
hidrasi dan lebih baik dibandingkan proteinuri 24 jam.42
2.3.1 Deteksi mikroalbuminuria dengan rasio albumin kreatinin urin
Mikroalbuminuria merupakan petanda awal dari progresivitas penyakit
ginjal. Deteksi mikroalbuminuria merupakan alat skrining penting untuk
mengidentifikasi pasien yang memiliki resiko tinggi terhadap progresivitas
penyakit ginjal dan siapa yang membutuhkan terapi yang lebih intensif dibanding
subjek dengan nilai ekskresi albumin normal. 13,43
Pengukuran mikroalbumin urin 24 jam merupakan pemeriksaan baku
emas namun sering sulit dilakukan karena pengumpulan urin dalam waktu 24
jam tidak menyenangkan, sering terjadi kesalahan dalam pengumpulannya,
hasilnya sering dipengaruhi jumlah asupan cairan, keadaan diuresis dan
konsentrasi urin yang dihasilkan sehingga pada saat ini banyak studi mengenai
pemeriksaan mikroalbuminuria menggunakan rasio albumin kreatinin urin
dengan menggunakan urin sewaktu. Urin pertama pagi hari lebih disukai karena
29
berkorelasi baik dengan ekskresi protein 24 jam namun urin sewaktu juga dapat
digunakan.44,45
Saat ini, NKF-K/DOQI merekomendasikan penggunaan rasio albumin
kreatinin urin dengan spot urin yang didapat dalam kondisi standar (first voided,
morning, mid stream specimen) untuk mendeteksi mikroalbuminuria namun jika
spesimen ini tidak tersedia spesimen urin sewaktu (random) masih dapat
digunakan. Rasio albumin kreatinin urin adalah tes yang lebih sesuai untuk
pasien dan mungkin lebih sedikit kecenderungan salah sehubungan dengan
metode koleksi yang tidak tepat dan variasi dalam ekskresi protein 24 jam
dibandingkan dengan spesimen urin random. NKF-K/DOQI mendefinisikan
mikroalbuminuria sebagai hasil rasio albumin kreatinin urin antara 30 sampai 300
µg/mg pada pria dan wanita. 13,43
Jensen dkk menyebutkan mikroalbuminuria dapat diidentifikasi dengan
mengukur kadar konsentrasi albumin urin atau rasio konsentrasi albumin
kreatinin urin, sebagai pengganti pengukuran rutin dari nilai ekskresi albumin
pada pengumpulan urin sewaktu. Hubungan antara Ualb dan UAER adalah 0,72
(P<0,001) dan hubungan korelasi antara Ualb/Ucreat dan UAER adalah 0,81
(P<0,001). Dalam deteksi mikroalbuminuria, sensitivitas dan spesifisitas adalah
58% dan 97% untuk Ualb dan 73% dan 97% untuk Ualb/Ucreat. Jensen dkk
menyimpulkan pengukuran dari konsentrasi rasio albumin kreatinin urin adalah
spesifik dan sensitif sebagai alternatif untuk mengukur nilai ekskresi albumin urin
pada
pengumpulan
urin
sewaktu,
ketika
digunakan
untuk
skrining
mikroalbuminuria. 46
Secara tradisional tes dipstick digunakan untuk mendeteksi protein
didalam urin, tes ini semi kuantitatif dan tidak sensitif untuk mendeteksi
konsentrasi albumin dalam kisaran < 300mg/hari. Saat ini, bermacam metode
berbasiskan antibodi digunakan untuk mengukur kadar albumin urin yang
rendah, termasuk RIA, nephelometry, immunoturbidimetry dan ELISA dengan
metode ini lebih banyak pasien ditemukan memiliki ekskresi albumin dalam
kisaran mikroalbuminuri. Berdasarkan studi pada pasien hipertensi pemeriksaan
30
mikroalbuminuria berbasiskan antibodi memiliki sensitivitas 88%, spesifisitas
80%, PPV 69%, NPV 92%. 47,48
2.4. HIPERTENSI DAN PENYAKIT JANTUNG
Penyelidikan epidemiologis membuktikan bahwa tingginya tekanan darah
berhubungan secara linear dengan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.
Komplikasi
kardiovaskular
merupakan
penyebab
utama
morbiditas
dan
mortalitas pasien hipertensi. World Health Organization (WHO) membagi
komplikasi organ sasaran menjadi tiga stadium. Stadium pertama belum
didapatkan kelainan organ sasaran, stadium kedua didapatkan pada jantung
adanya hipertrofi ventrikel kiri dan stadium ketiga bila didapatkan penyakit
jantung iskemik (PJI) atau gagal jantung. 49
Hipertrofi ventrikel kiri dapat ditentukan dengan pemeriksaan fisis, EKG,
radiologik dan ekokardiografi. Dengan ekokardiografi HVK dapat ditetapkan
secara lebih awal dan tepat. Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah
pengendalian
tekanan
darah
untuk
memperbaiki
kualitas
hidup
dan
memperpanjang usia. Hal ini dicapai dengan mencegah terjadinya HVK,
disfungsi diastolik,
gangguan perfusi koroner dan regresi HVK yang sudah
terjadi 49.
2.4.1 Pengaruh hipertensi pada progresivitas penyakit jantung
Komplikasi jantung pada pasien hipertensi dapat disebabkan secara
langsung oleh derajat tingginya tekanan darah dan proses aterosklerosis yang
dipercepat. Manifestasi kelainan dapat berupa penyakit jantung hipertensi yang
ditandai dengan HVK dan PJI. Kedua kelainan ini mempunyai hubungan yang
erat seperti terlihat pada gambar 4. HVK sendiri merupakan faktor risiko yang
kuat terhadap berbagai komplikasi penyakit kardiovaskuler yang meliputi angina
pektoris, infark miokard, stroke, gagal jantung kongestif, dan kematian mendadak
(sudden death) dimana gagal jantung dan sudden death dapat disebabkan oleh
kedua kelainan tersebut. 49,50
31
Gambar 4. Manifestasi kelainan jantung pada hipertensi 49
Diantara HVK dan iskemia miokardium terdapat hubungan yang erat. HVK
dapat menyebabkan iskemia miokardium karena : 49
a. Peninggian tekanan dinding ventrikel kiri
b. Penambahan massa miokardium
c. Pengurangan cadangan koroner
d. Peninggian tahanan pembuluh darah koroner.
Riwayat alamiah pasien hipertensi menunjukkan bahwa pada mereka
yang tidak mendapat pengobatan, penyebab utama kematian adalah gagal
jantung, sedang pada pasien yang mendapat pengobatan kematian terutama
disebabkan oleh infark miokard. Hal ini disebabkan karena gagal jantung yang
terutama disebabkan faktor miokardium dapat dikendalikan sedangkan pengaruh
pengobatan untuk pencegahan penyakit jantung iskemik tidak konsisten. 49
Hipertensi merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan peningkatan
tahanan perifer. Hal ini menyebabkan penambahan beban jantung (afterload)
sehingga terjadi HVK sebagai proses kompensasi/adaptasi. HVK merupakan
suatu keadaan yang menggambarkan penebalan dinding dan penambahan
32
massa ventrikel kiri. Selain pertumbuham miosit dijumpai juga penambahan
struktur kolagen berupa fibrosis pada jaringan interstisial dan perivaskular
fibrosis reaktif koroner intramiokardial. 49,51
Pada penderita hipertensi, perbesaran ventrikel kiri merupakan proses
adaptasi struktur jantung untuk mempertahankan kestabilan fungsi kontraktilnya
karena kenaikan beban jantung akibat kenaikan tekanan darah sistemis (beban
tekanan maupun beban volume ) atau hasil dari pengaruh faktor – faktor
neurohumoral seperti peningkatan sirkulasi katekolamin, peningkatan konduksi
saraf simpatetik jantung, aktivasi sistem renin angiotensin – aldosteron,
meningkatnya kadar hormon tiroksin
dan hormon pertumbuhan. HVK yang
terjadi pada penderita hipertensi mula-mula merupakan proses adaptasi
terhadap meningkatnya beban jantung. Tetapi dengan penambahan beban yang
berlangsung terus HVK akan merupakan proses patologis. Hal ini bila telah
dilampaui suatu masa kritis ventrikel kiri seperi pada gambar 5. 7,49,50
Gambar 5. Proses adaptasi – patologik HVK pada hipertensi 49
HVK meupakan remodelling struktur jantung untuk menormalisasikan
regangan dinding dimana hipertrofi miokard akan menurunkan regangan dinding
agar fungsi jantung tetap normal. Dalam proses terjadinya hipertrofi ventrikel kiri
terdapat serangkaian perubahan struktural yang disebabkan peningkatan
dimensi kardiomiosit, proliferasi interstitial conjunctive tissue, dan pengurangan
sirkulasi koroner. Peningkatan stress dinding dan regangan merupakan
rangsangan bagi kardiomiosit. Bila kardiomiosit mendapatkan stimulus hipertrofi
selanjutnya akan ditranslasikan ke dalam sel yang nantinya akan mengatur
33
proses transkripsi ekspresi gen yang menginduksi terjadinya hipertrofi ventrikel
kiri, seperti terlihat pada gambar 6. 7,50
Gambar 6. Proses translasi stimulus hipertrofi ke dalam kardiomiosit 7
Perkembangan kardiomiosit menjadi hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi
karena penambahan sarkomer secara paralel pada pressure overload yang
nantinya akan menyebabkan hipertrofi konsentrik atau
secara serial pada
volume overload yang nantinya akan menyebabkan hipertrofi eksentrik seperti
yang terlihat pada gambar 7. 7,50
Gambar 7. Perbedaan sarkomer antara hipertrofi konsentrik ( pressure
Overload ) dan eksentrik ( volume overload ) 7
34
Disamping massa dan penebalan dinding jantung yang meningkat juga
terdapat kenaikan kolagen dan disfungsi endotel pembuluh darah koroner yang
akan memperberat fungsi ventrikel kiri. Derajat perbesaran ventrikel kiri ternyata
berkorelasi dengan resiko penyakit kardiovaskular dan remodelling yang
menyertainya merupakan faktor tambahan yang akan memperberat kondisi
kardiovaskular penderita.2
Faktor lain yang berperanan terhadap hipertrofi ventrikel kiri antara lain
faktor neurohumoral seperti angiotensin II, aldosteron, katekolamin, insulin.
Angiotensin akan menginduksi hipertrofi dan hiperplasi miosit dan sel – sel otot
polos. Berlebihnya produksi angiotensin akan meregulasi
ekspresi sitokin
fibrogenik transforming growth factor β1 (TGF β1). Induksi gen oleh TGF β1akan
menyebabkan fibrosis intertisial dan perivaskular. Aldosteron akan mengurangi
aktivitas kolagenase yang nantinya akan menyebabkan deposisi kolagen
intertisial.
Hipertrofi ventrikel kiri juga dapat berhubungan dengan resistensi
insulin dan kadar insulin yang tinggi. Insulin akan menginduksi hipertrofi jantung
melalui peningkatan ekspresi mRNA pada reseptor AT2 dan juga aktivasi sistem
saraf simpatik. 7,52
Peninggian tekanan darah pada penderita hipertensi merupakan rangsang
utama terjadinya HVK, tetapi berbagai penelitian yang dilakukan tidak
mendapatkan korelasi yang baik antara tekanan darah dengan HVK. Pada
pengukuran tekanan darah dengan pemantauan tekanan darah secara
ambulatoir didapatkan korelasi yang lebih baik antara tekanan darah dengan
HVK. Pengukuran tekanan darah secara kasual tidak mencerminkan pressure
overload yang sesungguhnya. 50,53
Dengan melihat hubungan antara tekanan darah dengan massa ventrikel
kiri tersebut diatas diperkirakan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi
terjadinya HVK meskipun faktor tekanan darah merupakan faktor utama. Frohlich
mengemukakan teori mosaik pada pembentukan HVK seperti terlihat pada
gambar 8 51
35
Gambar 8. Berbagai faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya
HV K 51
HVK dianggap sebagai proses kompensasi yang dapat meninggikan
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular karena pada HVK dapat menyebabkan
disritmia kordis, iskemia miokardium dan gagal jantung. Disritmia kordis sering
terjadi karena adanya fibrosis dan peninggian iritabilitas miokardium. Jaringan
fibrosis mungkin mempermudah terjadinya proses re- entry yang menimbulkan
disritmia kordis. VES didapatkan 40 – 50 kali lebih sering pada pasien dengan
HVK dibandingkan pasien tanpa HVK atau normotensi. Kematian mendadak
yang terjadi pada pasien HVK diduga disebabkan disritmia kordis. 49
HVK didapatkan berasosiasi bermakna dengan terjadinya PJI. Asosiasi ini
tetap dengan penyesuaian umur, obesitas, hipertensi, merokok, dan HDL.
Stenosis koroner yang bermakna didapatkan pada kira – kira 40 % pasien
hipertensi dengan HVK asimtomatik. Dengan demikian peran HVK pada silent
ischemia perlu dipikirkan. Pada HVK sering didapatkan iskemia miokardium
secara klinis maupun EKG meskipun tidak dijumpai penyumbatan koroner. Hal
ini disebabkan pengurangan cadangan koroner atau kelainan mikrosirkulasi.
Pengurangan cadangan koroner disebabkan perubahan struktur dan fungsional
pembuluh darah koroner. Perubahan struktural berupa pengurangan densitas
kapiler dan pengecilan lumen pembuluh darah kecil intramiokardial. Perubahan
fungsional terjadi karena peninggian tonus vaskular yang mungkin disebabkan
36
gangguan EDRF (Endothelial Derivied Relasing Factor) dan gangguan
autoregulasi. 49
Disfungsi diastolik merupakan gangguan awal kelainan jantung pada
hipertensi. Hal ini disebabkan pengurangan compliance ventrikel kiri. Penurunan
kekuatan kontraksi pasien hipertensi dengan HVK dapat disebabkan peninggian
regangan
dinding
ventrikel
karena
hipertrofi
yang
tidak
adekuat
atau
pengurangan kekuatan kontraksi miokardium sendiri yag penyebabnya belum
jelas. Setelah proses adaptasi HVK, penambahan beban akan menyebabkan
terjadinya HVK patologi yang menyebabkan disfungsi ventrikel kiri subklinis
sampai gagal jantung yang berat. 51,53
Secara teoritis penurunan tekanan darah dengan mengurangi afterload
akan mengurangi regangan dinding ventrikel kiri dan menyebabkan pengurangan
masa VK. Obat yang menghambat sistem saraf adrenergik dan sistem RAA
dapat menyebabkan regresi. Obat penghambat ACE merupakan vasodilator
tetapi obat ini tidak merangsang refleks simpatis dan obat ini juga menghambat
sintesis protein pada jaringan interstisial jantung. Antagonis Ca yang mengurangi
intake Ca akan mengurangi respon hipertrofi ventrikel dan memperbaiki
siklus relaksasi kontraksi. Hal ini membuktikan bahwa disamping tekanan darah
terdapat faktor- faktor lain yang mempengaruhi terjadinya HVK 49,51
Pengobatan farmakologis untuk regresi HVK melibatkan banyak penelitian
dengan berbagai macam obat anti hipertensi. Hasil meta analisis dari 109
penelitian obat anti hipertensi pada regresi VK secara ekokardiografis
menunjukkan pengurangan tekanan arterial rata – rata 14,9 % dengan
pengurangan massa ventrikel kiri setinggi 11,9 % dalam waktu 10,1 bulan follow
up. Pada penelitian ini didapatkan ACE inhibitor , beta bloker, antagonis kalsium
dan diuretik mengurangi massa VK dan ternyata ACEI menunjukkan pengobatan
yan paling efektif. ACEI menunjukkan pengurangan tebal septum interventrikuler,
dinding posterior ventrikel kiri lebih baik daripada beta bloker dan antagonis
kalsium. Diuretik menyebabkan pengurangan tebal dinding jantung paling kecil
tetapi mengurangi diameter internal ventrikel kiri. 49
37
2.5 DETEKSI HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI DENGAN EKOKARDIOGRAFI.
Pemeriksaan
ekokardiografi
dapat
mendeteksi
HVK
secara
dini.
Ekokardiografi dapat mendeteksi kelainan anatomik dan fungsional jantung
pasien hipertensi asimtomatik yang belum didapatkan kelainan pada EKG dan
radiologis. Dengan ekokardiografi didapatkan prevalensi HVK 5 – 10 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan elektrokardiografi. 49
Elektrokardiografi memiliki sensitivitas yang rendah ( 35 % ) tetapi
memiliki spesifisitas yang tinggi ( 90 %) bila dibandingkan ekokardiografi sebagai
baku emas dalam menegakkan hipertrofi ventrikel kiri. Dengan menggunakan
ekokardiografi dapat dilihat dilatasi
ventrikel kiri, masa ventrikel kiri, jenis
hipertensi ventrikel kiri ( konsentrik, eksentrik, remodelling) dan akan mencapai
sensitivitas 95 – 100 % pada penderita hipertrofi ventrikel kiri ringan sampai
berat. 14,15
Tingleff
dkk dalam penelitiannya mendapatkan prevalensi hipertrofi
ventrikel kiri sebesar 25% pada pria dan 26 % pada wanita dengan hipertensi. 55
Dari berbagai penelitian didapatkan prevalensi hipertrofi ventrikel kiri dengan
menggunakan ekokardiografi bervariasi sebesar 20 – 30 % pada menderita
hipertensi. 54,55
38
BAB III
PENELITIAN SENDIRI
3.1. Latar belakang
Hipertensi merupakan faktor resiko penting penyakit kardiovaskular
dan berhubungan dengan hipertrofi ventrikel kiri dan disfungsi endotel.
Hipertrofi ventrikel kiri dan disfungsi endotel, keduanya menunjukkan suatu
prediktor terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.
Hipertrofi ventrikel kiri merupakan kerusakan organ target jantung pada
penderta hipertensi. Penderita dengan hipertrofi ventrikel kiri berhubungan
dengan peningkatan insidensi stroke, gagal jantung, sudden death. 55-58
Mikroalbuminuria
yaitu
sedikit
peningkatan
albuminurin
akan
menggambarkan kerusakan endotel di glomerulus dan juga pembuluh darah
sistemik, dimana disfungsi endotel nantinya akan berperan pada proses
atherosklerosis. Selain sebagai petanda kerusakan ginjal, mikroalbuminuria
juga merupakan prediktor penyakit kardiovaskular pada penderita hipertensi
maupun diabetes. Ko eksistensi hipertrofi ventrikel kiri dan disfungsi endotel
akan menggandakan resiko kejadian vaskuler pada penderita hipertensi.3-6
Joint National Commitee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure (JNC) VII tahun 2003 menganjurkan pengobatan yang
lebih agresif pada penderita hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri atau
proteinuria. Evaluasi yang dianjurkan pada penderita hipertensi antara lain
urinalisis
rutin,
elektrokardiogram
(
EKG)
12
sadapan
disamping
pemeriksaaan mikroalbuminuria dan ekokardiografi. Pemeriksaan rasio
albumin kreatinin pada urin (RAKU) sebagai bagian penting dari skrining
penderita hipertensi, minimal sekali dalam setahun.11
Hubungan kedua petanda kerusakan jantung dan glomerular ginjal
sering di evaluasi pada populasi pasien hipertensi dengan kerusakan organ
target. Dalam beberapa penelitian disebutkan pada pasien hipertensi dengan
hipertrofi
ventrikel
kiri
berhubungan
39
dengan
peningkatan
prevalensi
mikroalbuminuria dibandingkan pada pasien hipertensi tanpa hipertrofi
ventrikel kiri. Redon dkk mendapatkan peningkatan massa ventrikel kiri dan
mikroalbuminuria pada lelaki dengan hipertensi ringan tetapi tidak pada
wanita .9 Pontremoli R dkk mendapatkan bahwa masa ventrikel kiri lebih
tinggi pada penderita hipertensi dengan mikroalbuminuria dibanding dengan
penderita hipertensi tanpa mikroalbuminuria dan partisipan normotensi
dengan kontrol ( LVMI 167 ± 7 g/m2 vs 139 ± 9 g/m2 vs 118 ± 5 g/m2 ) 59
Bulatov dkk mendapatkan hubungan antara RAKU dengan HVK yang
dinilai elektrokardiografi ( r= 0,37, p < 0,01) dan dengan pulse pressure 24
jam ( r= 0,53, p < 0,05) baik setelah disesuaikan terhadap usia, jenis kelamin
indeks masa tubuh.
60
Lieb dkk dalam The MONICA/KORA Ausberg
Echocardiographic Substudy menyebutkan peningkatan hipertrofi ventrikel kiri
paralel dengan mikroalbuminuria( ≥ 8,76 mg/g pada lelaki dan ≥ 9,49 ≥ pada
wanita, p = 0,0035).61 Pedrinelli dkk mendapatkan hubungan yang signifikan
antara ekskresi albumin urin dengan massa ventrikel kiri ( r= 0,77, p <
0,0001).
62
Peningkatan ekskresi albumin berhubungan dengan hipertrofi
ventrikel kiri tidak bergantung pada usia, tekanan darah, diabetes, ras,
kreatinin serum atau merokok yang diduga paralel dengan kerusakan jantung
dan albuminuria.4 Palatini P dkk mendapatkan massa ventrikel kiri tidak
berhubungan dengan ekskresi albumin
urin pada penderita
hipertensi
derajat 1 ( p>0,5).10
Pemeriksaan baku emas untuk mengukur ekskresi albumin urin adalah
dengan mengumpulkan urin 24 jam, namun pemeriksaan ini menyulitkan
pada penderita hipertensi karena sulitnya mengumpulkan urin selama 24 jam.
Metode yang lebih sederhana untuk mendeteksi mikroalbuminuria adalah
dengan metode pemeriksaan rasio albumin kreatinin urin yang menggunakan
spesimen urin random. Pemeriksaan rasio albumin kreatinin urin merupakan
tes yang lebih mudah bagi pasien dan mungkin lebih sedikit kecenderungan
untuk salah sehubungan dengan metode koleksi yang tidak tepat dan variasi
dalam ekskresi albuminuria 24 jam dibandingkan dengan spesimen urin
40
random dan penggunaan rasio dapat mengoreksi variasi pada konsentrasi
albumin urin sehubungan dengan hidrasi. 12,13
Pemeriksaan ekokardiografi merupakan pemeriksaan yang cukup baik
mendeteksi hipertrofi ventrikel kiri, sayangnya pemeriksaan ini relatif mahal
dan juga membutuhkan keahlian khusus.58 Pada saat ini di Indonesia belum
ada penelitian yang menghubungkan hipertrofi ventrikel kiri dengan
mikroalbuminuria
3.2. Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara mikroalbuminuria yang di ukur dengan rasio
albumin kreatinin urin dengan hipertrofi ventrikel kiri pada penderita
hipertensi esensial ?
3.3. Hipotesa
Ada hubungan antara mikroalbuminuria yang diukur dengan rasio albumin
kreatinin urin dengan hipertrofi venterikel kiri pada penderita hipertensi
esensial.
3.4. Tujuan Penelitian
Menilai hubungan antara mikroalbuminuria yang diukur dengan rasio
albumin kreatinin urin dengan hipertrofi ventrikel kiri pada penderita
hipertensi esensial.
3.5. Manfaat Penelitian
Dengan mendapatkan hubungan antara mikroalbuminuria yang diukur
dengan rasio albumin kreatinin urin dengan hipertrofi ventrikel kiri pada
penderita hipertensi nantinya
mikroalbuminuria akan dapat digunakan
sebagai petanda telah terjadi hipertrofi ventrikel kiri.
41
3.6. Kerangka Konsepsional
HIPERTROFI
VENTRIKEL KIRI (+)
HIPERTENSI
ALBUMINURIA :
- Mikroalbuminuria
- Normoalbuminuria
HIPERTROFI
VENTRIKEL KIRI (-)
3.7. BAHAN DAN CARA
3.7.1. Disain Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara studi potong lintang yang bersifat
deskriptif analitik
3.7.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan April s/d Mei
2009 di Poliklinik
Kardiologi, Poloklinik Ginjal dan Hipertensi serta Poliklinik Pria dan
Wanita Bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan
3.7.3. Populasi Terjangkau
Penderita hipertensi yang berobat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan.
3.7.4. Kriteria yang diikutkan dalam penelitian
1. Usia > 25 tahun
2. Penderita hipertensi esensial
3. Bersedia ikut dalam penelitian (informed concern)
3.7.5 Kriteria yang dikeluarkan dari penelitian
1. Penderita hipertensi dengan diabetes melitus
2. Penderita hipertensi dengan stroke
3. Penderita hipertensi dengan infeksi saluran kemih
4. Penderita hipertensi dengan hipertensi krisis
5. Penderita hipertensi dengan gagal ginjal kronik
6. Penderita hipertensi dengan gagal jantung
8. Penderita hipertrofi ventrikel kiri karena penyakit lain seperti kelainan
jantung kongenital pada dewasa, penyakit kelainan katup jantung
42
3.7.6 Besar Sampel
Perkiraan besar sampel dengan memakai rumus :
63
n = (Zα √Po x Qo + Zβ√ Pa x Qa)2
(Pa-Po)2
dimana Zα = nilai baku normal dari tabel Z berdasarkan α = 0,05 →
Zα = 1,96
Zβ = nilai baku β yang ditentukan, untuk β= 0,10 → Zβ = 1,282
Po = prevalensi hipertrofi ventrikel kiri didapati pada tahun 1987
= 0,48 55
Pa = prevalensi hipertrofi ventrikel kiri pada tahun 1996 = 0,2 55
Qo = 1- Po
Qa = 1- Pa
n = (1,96 √0,48 x 0,52 + 1,282 √ 0,2 x 0,8)2
(0,48-0,2)2
= ( 1,96 x 0,499 + 1,282 x 0,4)2
(0,28)2
= ( 0.978+ 0,512)2
(0,28)2
= ( 1,49)2
0.0748
n = 30
Jadi jumlah minimal sample sebesar 30 orang.
3.7.7 Prosedur Penelitian
Penelitian ini mendapat persetujuan oleh komite etik penelitian
bidang kesehatan FK USU dan terhadap semua pasien yang termasuk
dalam penelitian diminta persetujuan (informed consent ). Setiap pasien
yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pengukuran tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan laboratorium
rutin.
43
Pemeriksaan tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer air
raksa (NOVA) dengan posisi duduk sedikitnya setelah 5 menit istirahat
dengan kaki terletak diatas lantai dan pemasangan cuff setinggi jantung
pada lengan kanan. Kopi, latihan fisik dan merokok harus dihindarkan
sedikitnya 30 menit sebelum pengukuran tekanan darah, pengukuran
dilakukan sebanyak 2-3 kali dengan interval 5 menit. Tekanan darah
sistolik ditetapkan sesuai dengan bunyi korotkoff I dan tekanan darah
diastolik sesuai dengan bunyi korotkoff V.
Pemeriksaan mikroalbuminuria dengan mengukur rasio albumin
kreatinin urin, pengambilan sampel urin dilakukan pada pagi hari
sebanyak 10 ml kemudian dianalisa kadar albumin urin diukur dengan
metode immunoturbidometry dan kadar kreatinin urin diukur dengan
metode kinetik pada integra analyser (Roche, Basel, Switzerland).
Untuk mengevaluasi hipertrofi ventrikel kiri dilakukan pemeriksaan
foto toraks, dikatakan mengalami perbesaran jantung apabila cardio
thorax ratio (CTR) > 50 %, selain itu juga dinilai dengan pemeriksaan
elektrokardiografi, tetapi pada penelitian ini HVK ditetapkan dengan
pemeriksan ekokardiografi dengan menggunakan alat Echocardiography
General Electric Logic 400. Penegakan hipertrofi ventrikel kiri oleh
seorang kardiologis sesuai dengan rekomendasi American Society of
Echocardiography (ASE), dimana Masa ventrikel kiri (LV mass) = 0,8 x [
1,04 x (LVID+LPWT+ IVS )3 - LVID 3 ] gram.
64
Indeks Masa Ventrikel kiri
= LV mass: body surface area. Ditetapkan hipertrofi bila indeks masa
ventrikel kiri pada laki-laki ≥ 115 g/m2 dan pada wanita > 95 g/m2
65
3.7.8 Analisa Data
Penentuan normalisasi dari distribusi data ditentukan dengan
Kolmogorov – Smirnov. Untuk melihat hubungan antara mikroalbuminuria
dengan hipertrofi ventrikel kiri digunakan uji Chi Square. Untuk melihat
hubungan karakteristik penderita yang meliputi umur, jenis kelamin,
indeks massa tubuh, tekanan darah, kadar gula darah, ureum, kreatinin
44
dan
hemoglobin
dengan
mikroalbuminuria
digunakan
uji
t
tidak
berpasangan. Untuk menilai hubungan mikroalbuminuria dan juga
hipertrofi ventrikel kiri dengan berbagai variabel lain yang diteliti
digunakan analisa korelasi Spearman, dikatakan bermakna bila p <0,05.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak program
SPSS versi 11,5.66
3.7.9 Defenisi Operasional
1. Hipertensi
: tekanan darah sistolik > 140 mmHg atau
diastolik > 90 mmHg pada 2 hari yang
berbeda atau sedang mendapatkan obat anti
hipertensi.
2. Mikroalbuminuria
: rasio albumin kreatinin urin sewaktu
30 – 299 µg/ mg kreatinin 67
3. Hipertrofi ventrikel kiri
: indeks masa ventrikel kiri pada laki-laki ≥ 115
g/m2 dan pada wanita > 95 g/m2 sesuai
rekomendasi American Society of
Echocardiography
45
65
3.7.10 Kerangka Operasional
Subjek : Pesien hipertensi
Dicatat :
ƒ Umur
ƒ Jenis kelamin
ƒ TB, BB
ƒ Tekanan darah
ƒ Riwayat merokok
ƒ Riwayat keluarga
hipertensi
ƒ Riwayat keluarga DM
ƒ Pemeriksaan fisik
ƒ Laboratorium rutin
Kriteria Eksklusi
Kriteria Inklusi
RAKU
Ekokardiografi
Hipertrofi Ventrikel Kiri (+)
Hipertrofi Ventrikel Kiri (-)
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENELITIAN
4.1.1. Karakteristik subjek
Penelitian dilakukan mulai bulan April sampai Mei 2009 di poliklinik
kardiologi dan poliklinik nefrologi dan hipertensi dan poliklinik pria dan wanita
RSUP H. Adam Malik Medan. Ada 40 subjek yang memenuhi kriteria diikutkan
dalam penelitian, dari 40 subjek kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok
terdiri dari 22 pasien hipertensi tanpa mikroalbuminuria dan 18 pasien hipertensi
dengan mikroalbuminuria. Karakteristik data masing-masing kelompok dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data karakteristik sampel studi masing – masing kelompok
hipertensi
HIPERTENSI
TANPA
MIKROALBUMINURIA
HIPERTENSI
DENGAN
MIKROALBUMINURIA
16 (72,7%)
9 (50%)
Wanita
6 (27,3%)
9 (50%)
Umur (Tahun)
55,41 ± 9,18
58.56 ± 7,94
-8,708
2,415
0,259
IMT (Kg/m2)
26,18 ± 4.03
24.73± 4.16
-1.181
4,08
0,272
TD Sistolik (mmHg)
155.91 ± 7.34
163.33 ± 13.29
-14.33
-7,15
0,03 *
TD Diastolik (mmHg)
87.73 ± 6.12
94.44 ± 5,11
-10,379
-3,055
0,01 *
KGD Puasa (mg/dl)
91,68 ± 6,86
94,11 ± 7,14
-6,926
2,068
0,281
KGD 2 jam PP (mg/dl)
122,5 ± 19,43
119,00 ± 17,29
-8,09
15,409
0,555
Ureum (mg/dl)
22,95 ± 9,13
27,39 ± 9,13
-10,308
1,44
0,135
Kreatinin (mg/dl)
0,76 ± 0,22
0,91 ± 0,27
-0,306
0,006
0,06
Hb (gr/dl)
14,07± 0,91
13,98 ± 1,12
-0,559
0,74
0,78
Lama HT (tahun)
2,68 ± 1,36
9,94 ± 4,33
VARIABEL
Jenis Kelamin
Pria
95% CI
LOWER
p
UPPER
0,140
0,001*
Keterangan : IMT = Indeks massa tubuh; TD = Tekanan darah; Hb = Hemoglobin; KGDP =
Kadar gula darah puasa; KGD 2 Jam PP = Kadar gula darah Post prandial
Lama HT = lama menderita HT(signifikan p<0,05)
47
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa tidak dijumpai perbedaan proporsi
berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita antara kelompok hipertensi tanpa
mikroalbuminuria dan kelompok hipertensi dengan mikroalbuminuria dengan
menggunakan uji Chi square, p=0,140
Rentang umur subjek yang ikut dalam penelitian adalah 39 -73 tahun
dengan usia rerata pada kelompok hipertensi tanpa mikroalbuminuria 55,41 ±
9,18 tahun dan pada kelompok hipertensi dengan mikroalbuminuria 58.56 ± 7,94
tahun, dengan uji t tidak berpasangan tidak dijumpai perbedaan umur yang
bermakna pada masing-masing kelompok dengan p=0,259
Rerata
indeks
massa
tubuh
antara
kelompok
hipertensi
tanpa
mikroalbuminuria 26,18 ± 4.03 kg/m2 dengan kelompok hipertensi dengan
mikroalbuminuria 24.73± 4.16 kg/m2 , tidak berbeda bermakna secara statistik
dengan uji t tidak berpasangan dengan p=0,272.
Tekanan darah sistolik pada kelompok hipertensi tanpa mikroalbuminuria
dengan rerata 155.91 ± 7.34 mmHg lebih rendah dibanding kelompok hipertensi
dengan mikroalbuminuria dengan rerata 163.33 ± 13.29 dan secara statistik
dengan uji t tidak berpasangan perbedaan ini bermakna secara signifikan
dengan nilai p=0,03. Tekanan darah diastolik pada kelompok hipertensi tanpa
mikroalbuminuria dengan rerata 87.73 ± 6.12 mmHg lebih rendah dibanding
kelompok hipertensi dengan mikroalbuminuria dengan rerata 94.44 ± 5,11
mmHg, dan secara statistik dengan uji t tidak berpasangan perbedaan ini
bermakna dengan nilai p=0,01
Kadar
gula
darah
puasa
pada
kelompok
hipertensi
tanpa
mikroalbuminuria dengan rerata 91,68 ± 6,86 mg/dl lebih rendah dibanding
kelompok hipertensi dengan mikroalbuminuria dengan rerata 94,11 ± 7,14 mg/dl,
namun secara statistik dengan uji t tidak berpasangan perbedaan ini tidak
bermakna dengan nilai p=0,281. Kadar gula darah 2 jam post prandial pada
kelompok hipertensi tanpa mikroalbuminuria dengan rerata 122,5 ± 19,43 mg/dl
lebih tinggi dibanding kelompok hipertensi dengan mikroalbuminuria dengan
rerata 119,00 ± 17,29 mg/dl, tetapi secara statistik dengan uji t tidak
berpasangan tidak berbeda bermakna dengan nilai p=0,555
48
Kadar ureum pada kelompok hipertensi tanpa mikroalbuminuria dengan
rerata 22,95 ± 9,13 mg/dl lebih rendah dibanding kelompok hipertensi dengan
mikroalbuminuria dengan rerata 27,39 ± 9,13 mg/dl, tetapi secara statistik
dengan uji t tidak berpasangan tidak berbeda bermakna dengan nilai p=0,135.
Kadar kreatinin pada kelompok hipertensi tanpa mikroalbuminuria dengan rerata
0,76 ± 0,22 mg/dl hampir sama dibanding kelompok hipertensi dengan
mikroalbuminuria dengan rerata 0,91 ± 0,27 mg/dl, dan secara statistik dengan
uji t tidak berpasangan tidak berbeda bermakna dengan nilai p=0,06
Kadar hemoglobin pada kelompok hipertensi tanpa mikroalbuminuria
dengan rerata 14,07± 0,91 g/dl hampir sama dibanding dengan kelompok
hipertensi dengan mikroalbuminuria dengan rerata 13,98 ± 1,12 g/dl, dan secara
statistik dengan uji t tidak berpasangan tidak berbeda bermakna dengan nilai
p=0,78
4.1.2. Perbandingan nilai Left Ventriculer Mass Index (LVMI)
Tabel 2. Perbandingan nilai Left Ventriculer Mass Index antara kelompok
hipertensi tanpa mikroalbuminuria dan hipertensi dengan
mikroalbuminuria
95% CI
Hipertensi
Tanpa
mikroalbuminuria
Dengan
mikroalbuminuria
LVMI
2
N
MEAN ± SD g/m
22
93,67 ± 28,47
18
LOWER
- 51,28
p
UPPER
- 16,67
0,001
127,64 ± 24.82
Keterangan : signifikan p<0,05 LVMI = Left Ventriculer Mass Index
Pada kelompok hipertensi tanpa mikroalbuminuria rerata nilai Left
Ventriculer Mass Index
93,67 ± 28,47 g/m2
lebih rendah
dibandingkan
kelompok hipertensi dengan mikroalbuminuria dengan rerata 127,64 ± 24.82
g/m2 dan dengan uji t tidak berpasangan perbedaan ini bermakna dengan nilai
p=0,001.
49
4.1.3. Hubungan antara mikroalbuminuria dengan hipertrofi ventrikel kiri
Tabel 3. Hubungan antara mikroalbuminuria dengan Hipertrofi Ventrikel Kiri
pada penderita hipertensi
HVK (+)
HVK (-)
Hipertensi
n
%
n
%
Dengan
17
94,4
1
5,6
Jumlah
%
18
100
Mikroalbuminuria
Tanpa
p
0.001
4
18,2
18
81,8
22
100
Mikroalbuminuria
Keterangan : signifikan p<0,05 HVK = hipertrofi ventrikel kiri
Pada kelompok hipertensi yang disertai mikroalbuminuria terdapat 94,4 %
yang mengalami hipertrofi ventrikel kiri, sedangkan pada penderita hipertensi
tanpa mikroalbumiuria hanya sebanyak 18,2 % yang disertai hipertrofi ventrikel
kiri. Sebaliknya pada penderita hipertensi tanpa mikroalbuminuria sebanyak
81,8 % yang tidak mengalami hipertrofi ventrikel kiri sedangkan pada kelompok
hipertensi dengan mikroalbuminuria hanya 5 % yang tidak mengalami hipertrofi
ventrikel kiri. Hasil ini bermakna pada analisa dengan uji Chi square (r =0,76 p =
0.001)
50
4.1.4. Gambaran berbagai variabel terhadap albuminuria dan adanya
hipertrofi ventrikel kiri
Tabel 4. Gambaran beberapa variabel terhadap albuminuria
VARIABEL
HIPERTENSI
TANPA
MIKROALBUMNURIA
( N = 22)
N
Riwayat Keluarga
Hipertensi
Ya
Tidak
Foto Toraks
Normal
Kardiomegali
Lama Menderita
Hipertensi
1 - 2 tahun
3 - 4 tahun
≥ 5 tahun
EKG
Nornal
LVH
MI
LVH + MI
Jenis Obat Anti
Hipertensi
1.D
2.BB
3.ACEI
4.ARB
5. ACEI + ARB
6 .ACEI + CCB
7. ACEI + BB
8.ACEI + D
9.ARB + D
10.ARB + CCB
11.BB + D
12.ARB+BB
%
HIPERTENSI
DENGAN
MIKROALBUMNURIA
( N= 18)
N
p
%
10
12
45,5
54,5
6
12
33,3
66,7
0,436
19
3
86,4
18,8
5
13
27,8
72,2
0,001
13
6
3
59,1
27,3
13,6
0
0
18
0
0
100
0.001
18
2
2
-
81,8
9,1
9,1
0
6
8
1
3
33,3
44,4
5,6
16,7
1
1
1
1
1
8
2
4
1
1
0
1
4,5
4,5
4,5
4,5
4,5
36,4
9,1
18,2
4,5
4,5
0
4,5
5
5
0
0
0
0
0
0
1
0
7
0
27,8
27,8
0
0
0
0
0
0
5,6
0
38,9
0
Keterangan : EKG = elektrokardiografi, LVH = left ventricle hypertrophy, MI = myocard ischemic,
ACEI = penghambat enzim konversi angiotensin, ARB = penyekat reseptor angiotensin II (ARB),
D = diuretik, CCB = kalsium antagonis, BB = penyekat beta
51
Pada
pasien
penelitian
juga
dilakukan
analisa
statistik
untuk
membandingkan timbulnya mikroalbuminuria dari berbagai variabel lainnya
seperti riwayat keluarga hipertensi, foto toraks, lama menderita hipertensi.
elektrokardiografi, dan jenis obat anti hipertensi
Riwayat keluarga menderita hipertensi lebih sering dijumpai pada
penderita hipertensi tanpa mikroalbuminuria namun hasil ini tidak bermakna
dengan uji Chi square (45,5 % vs 33,3 % p = 0,436 )
Pada foto toraks gambaran kardiomegali lebih sering dijumpai pada
hipertensi
dengan
mokroalbuminuria
dibanding
hipertensi
tanpa
mikroalbuminuria dan hasil ini bermakna dengan uji Chi square ( 72,2 % vs 18,8
%, p = 0,001 )
Penderita hipertensi dengan mikroalbuminuria ternyata lebih lama
menderita hipertensi bila dibanding penderita hipertensi tanpa yang bermakna
secara statistik dengan uji t tiidak berpasangan ( tabel 1; 9,94 ± 4,33 tahun vs
2,68 ± 1,36 tahun, p = 0,001). Lama menderita hipertensi 1- 2 tahun lebih sering
dijumpai pada penderita hipertensi tanpa mikroalbuminuria dibanding hipertensi
dengan mikroalbuminuria ( 59,1 % vs 0 % , p = 0,001) sedangkan lama
menderita hipertensi ≥5 tahun lebih sering dijumpai pada penderita hipertensi
dengan mokroalbuminuria dibanding tanpa mikroalbuminuria ( 100 % vs 1`3,6
%, p = 0,001) hasil ini bermakna dengan uji Chi square.
Gambaran EKG normal lebih tinggi dijumpai pada penderita hipertensi
tanpa mikroalbuminuria dibanding hipertensi dengan mikroalbuminuria (81,8 %
vs 33,3 %). Gambaran EKG LVH lebih sering dijumpai pada penderita hipertensi
dengan mikroalbuminuria ( 44,4 % vs 9,1 % ).
Penggunaaan obat anti hipertensi golongan ACE inhibitor + Ca Channel
Blocker lebih sering dijumpai pada penderita hipertensi tanpa mikroalbuminuria
dibanding hipertensi dengan mokroalbuminuria (36,4 % vs 0 %) . Sedangkan
penggunanan obat anti hipertensi Diuretik + Beta Blocker lebih sering dijumpai
pada penderita hipertensi dengan mikroalbuminuria dibanding penderita
hipertensi tanpa mikroalbuminuria ( 38,9 % vs 0 % )
52
4.1.5. Korelasi nilai rasio albumin kreatinin urine terhadap umur, indeks
massa tubuh, tekanan darah, hemoglobin, kadar gula darah, ureum,
kreatinin dan lama menderita hipertensi
Tabel 5.Korelasi nilai Rasio Albumin Kreatinin Urin dengan variabel yang
diperiksa
VARIABEL
r
p
NS/S
Umur (tahun)
0,222
0,169
NS
Indeks massa tubuh (kg/m2)
-0,187
0,249
NS
Tekanan darah sistolik (mmHg)
0,327
0,039
S
Tekanan darah diastolik (mmHg)
0,471
0,02
S
Kadar gula darah puasa (mg/dl)
0,080
0,622
NS
Kadar gula darah 2 jam post prandial (mg/dl)
-0,122
0,453
NS
Ureum (mg/dl)
0,05
0,974
NS
Kreatinin (mg/dl)
0,157
0,334
NS
Lama menderita hipertensi (tahun)
0,794
0,001
S
Hemoglobin (mg/dl)
-0,56
0,730
NS
Keterangan : Spearman Correlation Test (two tailed); p signifikan bila ≤ 0,05
NS/S : non signifikan / signifikan
Dengan mengunakan uji korelasi Spearman dari tabel 5 terlihat bahwa
pada penelitian ini umur, indeks massa tubuh, kadar gula darah puasa dan 2 jam
post prandial, kadar ureum, kadar kreatinin, kadar hemoglobin tidak mempunyai
korelasi dengan nilai rasio albumin kreatinin urin dengan nilai p>0,05, sedangkan
tekanan darah sistolik terlihat mempunyai korelasi yang sedang nilai rasio
albumin kreatinin urin (r=0,327; p=0,039 ). Tekanan darah diastolik terlihat
mempunyai korelasi yang sedang dengan nilai rasio albumin kreatinin urin
(r=0,471; p=0,02). Lama menderita hipertensi mempunyai korelasi yang kuat
dengan nilai rasio albumin kreatinin urin (r=0,794; p=0,001)
53
4.1.6. Korelasi Left Ventriculer Mass Index terhadap umur, indeks massa
tubuh, tekanan darah, hemoglobin, kadar gula darah, ureum,
kreatinin dan lama menderita hipertensi
Tabel 6. Korelasi nilai Left Ventriculer Mass Index dengan variabel yang
diperiksa
VARIABEL
r
p
NS/S
Umur (tahun)
-0,094
0,648
NS
Indeks massa tubuh (kg/m2)
0,281
0,217
NS
Tekanan darah sistolik (mmHg)
0,138
0,550
NS
Tekanan darah diastolik (mmHg)
-0,079
0,733
NS
Kadar gula darah puasa (mg/dl)
-0,317
0,162
NS
Kadar gula darah 2 jam post prandial (mg/dl)
-0,198
0,389
NS
Ureum (mg/dl)
0,476
0,029
S
Kreatinin (mg/dl)
-0,221
0,336
NS
Lama menderita hipertensi (tahun)
0,148
0,523
NS
Hemoglobin (mg/dl)
-0,112
0,629
NS
Keterangan : Spearman Correlation Test (two tailed); p signifikan bila ≤ 0,05
NS/S : non signifikan / signifikan
Dengan mengunakan uji korelasi Spearman dari tabel 6 terlihat bahwa
pada penelitian ini
hanya kadar ureum yang memiliki mempunyai korelasi
sedang dengan nilai Left Ventriculer Mass Index (r=0,476; p=0,029 ) sedangkan
variabel yang lain tidak memiliki korelasi yang bermakna.
4.2. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna pada nilai Left
Ventriculer Mass Index antara kelompok hipertensi tanpa mikroalbuminuria
(93,67 ± 28,47 g/m2 ) dan kelompok hipertensi dengan mikroalbuminuria (127,64
± 24.82 g/m2
). HVK lebih sering dijumpai kelompok hipertensi dengan
mikroalbuminuria dibanding dengan hipertensi tanpa mikroalbuminuria ( 94,4 %
vs 18,2 % p = 0,001). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Pontremoli R dkk yang mendapatkan bahwa massa ventrikel kiri
lebih tinggi pada penderita hipertensi dengan mikroalbuminuria dibanding
dengan penderita hipertensi tanpa mikroalbuminuria dan partisipan normotensi
54
dengan kontrol. Demikian juga Lieb dkk dalam The MONICA/KORA Ausberg
Echocardiographic Substudy menyebutkan peningkatan hipertrofi ventrikel kiri
paralel dengan mikroalbuminuria.
Pada penelitian ini antara kelompok hipertensi tanpa mikroalbuminuria
dan hipertensi dengan mikroalbuminuria hampir tidak ada perbedaan dalam hal
karakteristik demografi, indeks massa tubuh, kadar hemoglobin, kadar gula
darah puasa dan 2 jam post prandial, kadar ureum dan kreatinin menunjukkan
albuminuria tidak terkait dengan faktor faktor tersebut. Tetapi dijumpai
perbedaan bermakna tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dengan
timbulnya mikroalbuminuria. Hal ini sesuai sengan penelitian Pontremoli dkk
mendapatkan nilai mikroalbuminuria yang lebih rendah sesuai dengan derajat
hipertensi yang semakin ringan. Juga sesuai dengan penelitian Bustami Z di
Medan tahun 2005 dimana rasio albumin kreatinin lebih tinggi bermakna pada
penderita hipertensi dibandingkan orang normal sebagai kontrol. Rasio albumin
kreatinin urin ini juga lebih tinggi pada penderita hipertensi derajat 2 bila
dibandingkan hipertensi drajat 1. 36
Dengan menggunakan analisa statistik Spearman Correlation, pada
penelitian ini terlihat bahwa nilai rasio albumin kreatinin urin berkorelasi positif
kuat dengan lama menderita hipertensi ( r = 0,794 p = 0,001). Juga didapati
berkorelasi positif sedang terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik
(r=0,327;p=0,039,
r=0,471;p=0,029).
Hal
ini
sesuai
dengan
penelitian
sebelumnya oleh Bulatov dkk di Norwegia yang mendapatkan korelasi positif
antara nilai rasio albumin kreatinin urin dengan tekanan darah sistolik (r=0,387,
p<0,0005) dan tekanan darah diastolik (r=0,307, p=<0,0005),34 namun pada
penelitian ini nilai rasio albumin kreatinin urin tidak menunjukkan korelasi
terhadap umur, indeks massa tubuh, kadar hemoglobin, kadar gula darah, kadar
ureum, kadar kreatinin, dan lama menderita hipertensi dan hal ini tidak sesuai
dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Jalal dkk yang menunjukkan adanya
korelasi, kemungkinan hal ini disebabkan oleh jumlah sampel yang kecil dan
penelitian ini tidak didisain untuk mencari korelasi tersebut.
55
Juga dengan menggunakan analisa statistik Spearman Correlation, pada
penelitian ini terlihat bahwa nilai Left Ventriculer Mass Index berkorelasi positif
sedang dengan kadar ureum ( r = 0,476 p = 0,029). Hal ini tidak sesuai yang
dikemukakan Mansoor GA
54
yang menunjukkan adanya korelasi antara Left
Ventriculer Mass dengan tekanan darah, umur, indeks massa tubuh dan
keadaan uremia, kemungkinan hal ini disebabkan oleh jumlah sampel yang kecil
dan penelitian ini tidak didisain untuk mencari korelasi tersebut.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Terdapat perbedaan nilai Left Ventriculer Mass Index (LVMI) antara
kelompok hipertensi dengan mikroalbuminuria dibanding kelompok
hipertensi tanpa mikroalbuminuria dimana nilai LVMI lebih tinggi pada
kelompok hipertensi dengan mikroalbuminuria daripada kelompok
tanpa mikroalbuminuria
2. Terdapat hubungan antara mikroalbuminuria dengan HVK
3. Terdapat korelasi positif antara nilai rasio albumin kreatinin urin
dengan tekanan darah sistolik dan diastolik dan lama menderita
hipertensi.
5.2. SARAN
1. Pada pasien hipertensi perlu dilakukan pemeriksaan rasio albumin
kreatinin urin untuk memperkirakan terjadinya HVK.
2. Perlunya penatalaksanaan yang lebih intensif dengan menggunakan
beberapa jenis obat anti hipertensi, terutama pada pasien hipertensi
dengan albumin kreatinin urin yang tinggi apalagi disertai gambaran
elektrokardiografi LVH dan MI, untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler.
3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan metode kohort dengan sampel
yang lebih besar untuk memastikan apakah nilai rasio albumin
kreatinin urin dapat dipakai sebagai prediktor terjadinya HVK
57
DAFTAR PUSTAKA
1. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I dkk,editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Edisi IV, 2006; 610- 4.
2. Irawan B. Peran Penting Perindopril Dalam Mengurangi Resiko Penyakit
Kardiovaskuler. Dalam Syam AF, editor. Kumpulan Naskah Pertemuan
Ilmuah Nasional V PB PAPDI 2007:12-22.
3. Prodjosudjadi W. Masa Depan Hipertensi dan PGK di Indonesia. Dalam
Lubis HR dkk,editor. Hipertensi dan Ginjal dalam Rangka Purna Bakti
Prof.dr Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH. USU Press 2008; 123-31.
4. Wachtell K, et al. Microalbuminuria in Hypertensive Patients with
Electrocardiographic Left Ventricular Hypertrophy: the LIFE study. J
Hypertens 2002; 20:405-12.
5. Sciacqua A, Borrello F, Vatrano M, Grembiale RD, Perticone F. Effect of
Interaction Between Left Ventricular Dysfunction and Endothelial Function
in Hypertension. Current Hypertension Reports 2006; 8:212–18.
6. Hoseini VN, Taziki O. Relationship Between Microalbuminuria and
Severity of Coronary Artery Disease in Non-Diabetic Patients. Iranian
Cardiovascular Research Journal 2008; 1(4):234-7.
7. Garcia JAD, Incerpand EK. Factors and Mechanisms Involved in Left
Ventricular Hypertrophy and the Anti-Hypertrophic Role of Nitric Oxide.
Arq Bras Cardiol 2008; 90(6): 409-16.
8. Salles GF. Relation of Ventricular Hypertrophy with Systemic Inflamation
and Endothelial Damage in Resistant Hypertension. Hypertension
2007;50:723-8.
9. Redon J et al. Microalbuminuria is Correlated with Left Ventricular
Hypertrophy in Male Hypertensive Patients. J Hypertens 1991;(suppl
6):S148-9.
10. Palatini P, FGraniero GR, Mormino P, Mattarei M, Sanzuol. Prevalence
and Clinical Correlates of Microalbuminuria in Stage 1 Hypertension. Am J
Hypertens 1996; 9: 334-41.
11. Chobanian AV, bakris GL, Cushman WC, Green LA. Seventh Report of
The Joint National Committe On Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure. Hypertension 2003;42:1206-52.
12. Derhaschnig U, Kittler H, Woisetschlager, Bur A, Herkner H, Hirschl MM.
Microalbumin Measurement Alone or Calculation of the Albumin /
Creatinine Ratio for the Screening of Hypertension Patients. Nephrol Dial
Transplant 2002 ;17: 81-5.
13. Mattix HJ, Hsu CY, Shaykevich S, Curhan G. Use of the
Albumin/Creatinine Ratio to Detect Microalbuminuria: Implications of Sex
and Race. J Am Soc Nephrol 2002;13: 1034–9
14. Panggabean M. Patogenesis dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung
Hipertensi. Dalam Alwi I, Setiati S, Kasjmir YI dkk, editor. Naskah Lengkap
Pertemuan Ilmiah Ilmu Penyakit Dalam 2002; 130-4.
58
15. Hameed W. Electrocardiographic Diagnosis of Left Ventricular
Hypertrophy : Comparison With Echocardiography. Pak J Physiol
2005;1(2): 1-4.
16. Suhardjono. Proteinuria Pada Penyakit Ginjal Kronik: Mekanisme Dan
Pengelolaanya. Dalam: Tessy A, Susalit E, Sukandar E, Dharmeizar,
Lubis HR, Effendi I, editor. Peranan Stress Oksidatif dan Pengendalian
Faktor Resiko Pada Progresi Penyakit Ginjal Kronik Serta Hipertensi.
Jakarta. PERNEFRI, 2006, 1-7.
17. Dworkin LD, Shemin DG. The Role of Hypertension in Progression of
Chronic Renal Disease. J Hum Hypertens 2004;18:61-3.
18. Yogiantoro M. Efek Renoprotektif dari ACE Inhibitor Pada Nefropati Non
Diabetik. Dalam: Adi S, Tjokroprawiro, Sutjahjo A, Nasronudin dkk, editor.
Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XXII Ilmu Penyakit
Dalam 2007. Surabaya. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 2007,15-32
19. Susalit E. Hipertensi dan Progresivitas Penyakit Ginjal. Dalam
Prodjosudjadi W, Suhardjono, editor. The 2nd Jakarta Nephrology and
Hypertension Course, JNHC 2002, Hypertension and The Kidney:
Therapeutic Rationale. Jakarta. PERNEFRI, 2002,74-9
20. Blumenfeld JD, Laragh JH. Essential Hypertension. In: Brenner’s &
Rectors. The Kidney, Seventh Edition. Philadelphia. Saunders, 2004;
2023-65.
21. Dzau VJ. Tissue Angiotensin and Pathobiology of Vascular Disease: A
Unifying Hypothesis. Hypertension 2001;37:1047-52.
22. Kang PM, Landau AJ, Eberhardt RT, Frishman WH. Angiotensin II
Receptor Antagonists: A New Approach to Blockade of the Renin
Angiotensin System. Am Heart J 1994;127:1388-401.
23. Unger T. The Role of the Renin Angiotensin System in the Development
of Cardiovascular Disease. Am J Cardiol 2002;89(suppl):3A-10A.
24. Wolf G. Molecular Basis of Renal Disease. Molecular Mechanisms of
Angiotensin II in the Kidney: Emerging Role in the Progression of Renal
Disease: Beyond Hemodynamics. NDT 1998;13:1131-42.
25. Ortega MR, Ruperez M, Esteban V. Angiotensin II: a Key Factor in the
Inflammatory and Fibrotic Response in Kidney Disease. NDT 2006;21:1620.
26. Yogiantoro M. Peranan Disfungsi Endotel pada Progresivitas Penyakit
Ginjal. Dalam: Adi S, Soegiarto G, Sutjahjo A dkk, editor. Naskah
Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XVII Ilmu Penyakit Dalam
2002. Surabaya. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 2002,175-95.
27. Prodjosudjadi W. RAAS Blokade and Renal Protection: ACE-Inhibitors,
ARB’s or Both?. Dalam: Prodjosudjadi W, Sukandar E, Gondodiputro RS,
editor. Course on Medical Emergency Treatment. Pusat Informasi Ilmiah
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
RS. Dr. Hasan Sadikin, 2006, 1-7.
59
28. Pranawa. Rationale for Double Renin Angiotensin System Blockade.
Dalam: Adi S, Tjokroprawiro A, Sutjahjo A,editor. Naskah Lengkap
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XXI Ilmu Penyakit Dalam 2006.
Surabaya. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, 2006,248-52.
29. Hornig B, Arakawa N, Haussman D, Drexler H. Differential Effects of
Quinaprilat and Enalaprilat on Endothelial Function of Conduit Arteries in
Patients with Chronic Heart Failure. Circulation 1998;98:2842-48.
30. Prasad A, Husain S, Mincemoyer R, Panza JA, Cannon RO, Quyyumi AA.
Coronary Endothelial Dysfunction in Human Improves with Angiotensin
Converting Enzyme Inhibition. Circulation 1996;94(suppl):1-61.
31. Bravo R, Somoza B, Ruiz-Gayo M, Ruilope LM, Fernandez-Alfonso MS.
Differential Effect of Chronic Antihypertensive Treatment on Vascular
Smooth Muscle Cell Phenotype in Spontaneously Hypertensive Rats.
Hypertension 2001;37:4-10.
32. Palmer BF. Renal Dysfunction Complicating the Treatment of
Hypertension. N Engl J Med 2002; 347:16:1256-61.
33. Pontremoli R, Leoncini G, Raven M, Viazzi F, Venorotti S, Ratte H, et al.
Microalbuminuria, Cardiovascular, and Renal in Risk in Primary
Hypertension. J Am Soc Nephrol 2002;13:5169-72.
34. Boulatov VA, Stenehjem A. Association Between Albumin Creatinine Ratio
and 24 Hours Ambulatory Blood pressure in Essential Hypertension. Am J
Hypertens 2001; 14:338-44.
35. Jalal S, Sofi Fa, Alai MS, Sidiqqi MA, Bhat MA, Khan KA et al. Prevalence
of Microalbumionuria in Essential Hypertension : A Study of Patients with
Mild to Moderate Hypertension. Indian J Nephrol 2001; 11: 6-11.
36. Bustami Z. Albumin Creatinine Ratio in Hypertension. Naskah Lengkap
Kongres Nasional XIII Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia, Palembang 2006; 68-9.
37. Bianchi S, Bigazzi R, Campese VM. Microalbuminuria in Essential
Hypertension:
Significance,
Pathophysiology
and
Therapeutic
Implications. Am J Kidney Dis 1999; 34(6): 973-95.
38. Reboldi G, Gentile G, Angeli F, Verdecchia P. Microalbuminuria and
Hypertension. Minerva Med 2005; 96(4):261-75.
39. Redon J, Williams B. Microalbuminuria in Essential Hypertension:
Redifining The Treshold. Journal of Hypertension 2002; 20: 353-5
40. Remuzzi G, Ruggenenti P, Perico N. Chronic Renal Disease:
Renoprotective Benefits of Renin Angiotensin System Inhibitor. Ann Intern
Med 2002;136(8):604-15.
41. De Zeeuw D. Albuminuria, Just A Marker for Cardiovascular Disease, or
IsIt More?. J Am Soc Nephrol 2005; 1883-5.
42. Brenner BM, Cooper ME, de Zeeow D, Keane WF, Mitch WE, Parving HH
et al. Effect of Losartan on Renal and Cardiovaskular Outcomes in
Patients with Type 2 Diabetes and Nephropathy. N Engl J Med 2001,
345:861-9.
60
43. Keane WF, Eknoyan G. Proteinuria, Albuminuria, Risk, Assessment,
Detection, Elimination (PARADE): A Position Paper of The National
Kidney Foundation. Am J Kidney Dis 1999;33(5):1004-10.
44. Derhaschnig U, Kittler H, Woisetschlager C, Bur A, Herkner H, Hirschl
MM. Microalbumin Measurement Alone or Calculation of The
Albumin/Creatinin Ratio for the Screening of Hypertension Patients?. NDT
2002;17:81-5.
45. Pedrinnelli R. Microalbuminuria in Essential Hypertension a Marker of
Systemic Vascular Damage?. NDT 1997;12:379-81.
46. Jensen JS, Clausen P, Borch JK, Jensen G, Feldt RB. Detecting
Microalbuminuria by Urinary Albumin/Creatinin Concentration Ratio. NDT
1997;12:(Supl2):6-9.
47. Comper WD, Jerums G, Osicka TM. Differences in Urinary Albumin
Detected by Four Immunoassays and High-Performance Liquid
Chromatography. Clin Biochem 2004;37:105-11.
48. Brinkman JW, Bakker SJL, Gansevoort RT, Hillege HL, Kema IP, Gans
RO, et al. Which Method for Quantifying Urinary Albumin Excretion Gives
What Outcome? A Comparison of Immunonephelometry with HPLC.
Kidney Int 2004;92 S69-75.
49. Sutikno, Abdoelrochim P. Penyakit Jantung Hipertensif. Dalam Noer S,
Waspadji S, Rachman AM dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam,Edisi IIII, 1996; 1129-33.
50. Sanjaya W, Soerianata. Peranan Faktor- faktor Hemodinamik dan Non
Hemodinamik dalam Mekanisme Patogenik Hipertrofi Ventrikel Kiri.
Cermin Dunia Kedokteran 2005;143:15-8.
51. Frohlich ED, Ventura HO. The Heart in Hypertension. In An Atlas of
Investigation and management Hypertension. Oxford Clinical Publishing
2009; 73-87.
52. Rosei EA, Muiesan ML. Pathophysiology and Treatment of Hypertensive
Left Ventricular Hypertrophy. Dialogues in Cardiovascular Medicine 2005;
10 ( 1 ): 3-18.
53. Mansoor Ga.White WB. Left Ventricular Hypertrophy and Diastolic
Dysfunction. In : Weber MA (Ed). Hypertension Medicine, Humana Press
New Jersey 2001; 99-107.
54. Tingleff J et al. Prevalence of Left Ventricular Hypertrophy in a
Hypertensive Population. European Heart Journal 1996; 17: 143-9.
55. Wagan MA, Ali MA, Ansari MA. Hypertensive Left Ventricular Hypertrophy:
Effect of Captopril. The Professional 2001; 8(4): 1-3.
56. Schillaci G, Verdecchia P, Porcellati C, Cuccurullo O, Cosco C, Perticone
F. Continuous Relation Between Left Ventricular Mass and Cardiovascular
Risk in Essential Hypertension. Hypertension 2000;35:580-6 .
57. Carr AA, Prisant LM, Watkins LO. Detection of Hypertensive Left
Ventricular Hypertrophy. Hypertension 1985;7:948-54.
58. Haider AW, Larson MG, Benjamin EJ, Levy D. Increased Left Ventricular
Mass and Hypertrophy are Associated With Increased Risk for Sudden
Death JACC1998; 32( 5): 1454-9.
61
59. Pontremoli R et al. Microalbuminuria is an Early Marker of Target Organ
Damage in Essential Hypertension. Am J Hypertens 1998;11: 430-8.
60. Bulatov VA, Stenehjem AE, Valeri I, Podzolkov, Ingrid O. Continuous
Relationship between Left Ventricle Mass, Albumine/Creatinine Ratio and
24 Hours Blood Pressure in Newly Diagnosed Essential Hypertension.
AJH 2001;14(4);350-6.
61. Lieb et al. Association of Low-grade Urinary Ulbumin Excretion with Left
Ventricular Hypertrophy in the General Population. Nephrol Dial
Transplant 2006; 21: 2780–8.
62. Pedrinelli R, Microalbuminuria Is a Marker of Left Ventricular Hypertrophy
but Not Hyperinsulinemia in Nondiabetic Atherosclerotic Patients.
Arterioscler. Thromb. Vasc. Biol. 1993;13:900-6.
63. Madiyono B. Perkiraan Besar Sampel. Dalam : Sastroasmoro S,Ismael S
(Ed). Dasar – Dasar metode Penelitian Klinis. Edisi II, Jakarta 2002; 25986.
64. Lorell BH, Carabello BA. Left Ventricular Hypertrophy : Pathogenesis,
Detection, and Prognosis. Circulation 2000;102;470-79.
65. Lang ML et al. Recommendation of Chamber Quantification : A Report
from American Society of Echocardiography’s Guidelines and Standart
Committee and the Chamber Quantification Writing Group, Developed in
Conjunction with the European Association of Echocardiography, a
Branch of the European Society of Cardiology. J Am Soc Echocardiogr
2005; 18: 1440-63.
66. Dahlan MS. Hipotesis Koperatif. Dalam: Dahlan MS. Statistika Untuk
Kedokteran dan Kesehatan. PT Arkans 2004, hal 161-77.
67. Garg JP, Bakris GL. Microalbuminuria: Marker of Vascular Dysfunction
,Risk Factor for Cardiovascular Disease. Vascular Medicine 2002;7: 3543.
62
LMPIRAN 1
PERSETUJUAN KOMITE ETIK
63
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN
Selamat pagi/siang bapak/Ibu,
saya dr. Eric Nelson, saat ini sedang menjalani pendidikan spesialis penyaki
dalam di FK USU dan saat ini saya sedang melalukan penelitian dengan judul ”
Hubungan antara Mikroalbuminuria yang dinilai dengan Rasio Albumin Kreatinin Urin
dengan Hipertrofi Ventrikel Kiri
pada Penderita Hipertensi Esensial “. Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara mikroalbuminuria (protein
dalam jumlah kecil yang terdapat di dalam air seni) yang diukur dengan rasio albumin
kreatinin urin ( perbandingan antara albumin dengan kreatinin dalam air seni) dengan
hipertrofi ventrikel kiri ( perbesaran bilik jantung kiri)
yang terjadi pada penderita
hipertensi esensial (tidak diketahui penyebab pastinya).
Manfaatnya adalah bila
terdapat hubungan mikroalbuminuria yang diukur dengan rasio albumin kreatinin urin
dengan hipertrofi ventrikel kiri, maka mikroalbuminuria yang terjadi pada penderita
hipertensi akan dapat digunakan sebagai petanda telah terjadinya hipertrofi ventrikel kiri,
sehingga penderita hipertensi harus mendapatkan penatalaksanan yang lebih agresif.
Bapak/Ibu akan diminta untuk dilakukan pemeriksaan rasio albumin kreatinin urin
dengan menggunakan sampel buang air kecil pertama pada pagi hari sebanyak 10 ml
yang kemudian akan dianalisa dengan alat integra analyzer. Juga akan dilakukan
ekokardiografi ( pencitraan jantung)
dengan menggunakan alat Echocardiography
General Electric Logic 400.penelitian ini tidak berbahaya karena hanya pemeriksaan air
seni. Keikutsertaan bapak/ibu bersifat sukarela dan biaya pemeriksaan akan ditanggung
oleh peneliti sendiri tanpa dibebankan kepada bapak/ibu.
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu yang sudah ikut berpartisipasi
dalam penelitian saya, bila keterangan yang saya berikan masih belum jelas atau ada
hal-hal yang ingin ditanyakan, Bapak/Ibu dapat langsung bertanya kepada saya.
Nama
Alamat
Telepon
: dr. Eric Nelson
: Jln Starban Gg. Mesjid No 30. Polonia Medan
: 061-4563272 (Rumah), 061-76387287 (Flexi)
Peneliti
(dr Eric Nelson)
64
LAMPIRAN 3
Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
(Informed Consent)
SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Alamat
:
:
:
:
:
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap , maka dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan
bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Bila saya ingin mendapatkan
penjelasan lebih lanjut saya akan bisa mendapatkannya dari dokter peneliti
Medan,
2009
Dokter Peneliti
Peserta Penelitian
Dr. Eric Nelson
(....................................)
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU,
RSUP H Adam Malik Medan
Telp.76387287/08126573906
65
LAMPIRAN 4
Form Data Peserta Penelitian
No
Tanggal
MR
:………………….
:………………….
:.............................
STATUS PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA MIKROALBUMINURIA YANG
DINILAI DENGAN RASIO ALBUMIN KREATININ URIN DENGAN
HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI PADA PENDERITA HIPERTENSI ESENSIAL
DIVISI KARDIOLOGI DAN DIVISI GINJAL & HIPERTENSI
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FK USU/ RSUP H ADAM MALIK
MEDAN
I.
II.
ANAMNESE PRIBADI
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Alamat
5. No tlp
6. Pekerjaan
7. Pendidikan
8. Agama
9. Suku
:
:
:
:
:
:
:
:
:
thn
L/P
ANAMNESE PENYAKIT
Lama menderita hipertensi
:
tahun
Riwayat keluarga hipertensi
:+ / -
Jenis OAH yang digunakan dan dosis
:
Diuretik
ACEI
ARB
CCB
β - blocker
Riwayat hipertensi krisis
Riwayat diabetes melitus
Riwayat keluarga diabetes melitus
Riwayat gagal jantung
Riwayat penyakit ginjal kronik
:+/:+/:+/:+/:+/66
:
:
:
:
:
Riwayat merokok
Riwayat penyakit jantung pada masa kanak- kanak
Konsumsi kopi
Latihan fisik 1 hari sebelum pemeriksaan
:+/:+/:+/:+/-
III. PEMERIKSAAN JASMANI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
IV.
Keadaan Umum
:
Keadaan Penyakit
:
Keadaan gizi
: TB:.....cm, BB :..... kg, IMT.........,
Tanda Vital
:
TD :
/
mmHg, Nadi :
x/mnt, RR :
x/mnt, T :
Kepala
:
Leher
:
Thorak depan
:
Thorak belakang
:
Jantung
:
Abdomen
:
Hepar/Lien/Ginjal
:
Ekstremitas
:
o
C
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium.
Darah Rutin
: Hb :
, Leukosit :
Profil Urin
: Warna........,BJ........., pH........., Nitrit.........,
Glukosa......... Protein........., Keton.........,
Bilirubin........., Urobilin......... Darah.........,
Mikroskopik : Eritrosit........., Leukosit.........,
Sel Epitel......... Kristal.........., Casts.........
Kultur Urin
:
KGD Puasa / 2 Jam Post Prandial :
Faal Ginjal
: Ureum :
2. Foto toraks
:
3. EKG
:
Creatinin :
V.
Rasio Albumin Kreatinin Urin
:
VI.
Ekokardiografi
:
67
Uric Acid :
......................... μg/mg kreatinin
LAMPIRAN 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama
: Dr.Eric Nelson
Tempat/tanggal lahir
: Medan, 20 April 1972
Agama
: Kristen Protestan
Alamat Kantor
: Fakultas Kedokteran USU,
Jl Dr .Mansur No 5 Medan
Departemen Penyakit Dalam RS H Adam
Malik, Jl Bunga Lau No 17, Medan
No. Telepon / Fax
: (Telp) : (061) 8211045; 8210555; 8363009
Alamat rumah
: Jl.Starban Gg. Mesjid 30 Polonia Medan
No. Telepon
: (061) 4563272
Handphone
: (061)76387287
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Sriwijaya Medan
Ijazah
1985
2. SMP Negeri 1 Medan
Ijazah
1988
3. SMA Negeri 1 Medan
Ijazah
1991
4. Fakultas Kedokteran USU
Ijazah
1997
5. PPDS Ilmu Penyakit Dalam
Januari 2004 - sekarang
III. PENGALAMAN KERJA
1. Kepala Puskesmas Batang Pane II, Kecamatan
Padang Bolak Tapanuli Selatan
1998 - 2001
2. Kepala Puskesmas Hutaimbaru , Kecamatan
Hutaimbaru Tapanuli Selatan
2001- 2004
3. Staf Puskesmas Hutaimbaru , Kecamatan
Hutaimbaru Padang Lawas Utara
68
2004 - Sekarang
IV. KEANGGOTAAN PROFESI
1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)
V. KARYA ILMIAH DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM
1. Eric Nelson , Zulhelmi Bustami. Chronic Renal Failure Caused by Lupus
Nephritis Accompanied by Lupus Carditis. Laporan kasus. The 9th National
Congress of InaSN & Annual Meeting of Nephrology 2005. Bali, 24
th
– 27
th
November 2005.
2. Eric Nelson , Darmadi , Mardianto, Dharma Lindarto, OK Alfien Syukran.
Correlation of ProInsulin with Insulin Resistance in the Offspring of Type 2
Diabetic. The 13th National Congress of the Indonesian Society of Internal
Medicine (KOPAPDI XIII). Palembang, July 6th – 9th 2006.
VI. PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Peserta Simposium The 2nd New Trend in Cardiovascular Management.
“The Integration of Cardiovascular Management”. Medan, 5-6 Desember
2003.
Peserta DHF Course. Medan, 3 Maret 2004.
Panitia dan Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan V 2004. Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK USU. Medan, 4-6 Maret 2004.
Peserta Simposium Putting Patients First : A New Paradigm in Treatment of
Erectile Dysfunction. Medan, 14 Maret 2004.
Peserta Simposium Pathophysiology and Clinical Management of Pain.
Medan, 18 Maret 2004.
Peserta Simposium Psikosomatik dan Gangguan Jantung. Medan, 17 April
2004.
Peserta KONAS VI, KONKER VI PERSADIA. Medan, 20-23 April 2003.
Peserta Seminar TB 2004 dalam rangka memperingati hari TB sedunia
2004. Medan, 24-25 April 2004.
69
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Peserta Launching Symposium New Dimension in Management of
Hypertension and Metabolic Syndrome. Medan, 15 Mei 2004.
Peserta Simposium Rational Approach in Management of Hypertension.
Medan, 19 Juni 2004.
Peserta Simposium Mild Cognitive Impairment Practical Guideline and
Treatment Strategies. Medan, 26 Juni 2004.
Peserta Simposium NSAID Gastropathy. Medan, 03 Juli 2004.
Peserta Simposium LANTUS. Upaya mencapai kontrol glikemik optimal
pada pasien DM tipe 2. Medan, 10 Juli 2004.
Peserta Simposium Infection Update 2004. “Strategi Pengenalan Infeksi
Menuju Indonesia Sehat 2010”. Medan, 24 Juli 2004.
Peserta Simposium Management of Diabetic Dyslipidemia. Medan, 28
Agustus 2004.
Panita dan Peserta Gastroentero-Hepatologi Update 2004. Medan, 17-18
September 2004.
Peserta Simposium Pertemuan Ilmiah Tahunan ke VI Ilmu Penyakit Dalam.
“Awareness of Emerging and Reemerging Infectious Diseases”. Medan, 3-5
Maret 2005.
Peserta Simposium Agent For Liver Disease For Improvement Of Liver
Function. Medan, 16 Juni 2005.
Peserta Symposium Infection Update II 2005 Mengenal dan Menata
Penyakit Infeksi Secara Rasional. Medan, 13 Agustus 2005.
Peserta dan pembicara pada The 9th National Congress Of InaSN & Annual
Meeting Of Nephrology 2005. Denpasar, 24 November 2005.
Peserta Simposium Antitrombotik. Medan 18 Maret 2006
Peserta First Symposium with the Theme: On Critical Care & emergency
Medicine. Medan, 20-22 May 2005
Peserta Simposium The 3rd New Trend Cardiovascular Management.
Medan, 6 Juni 2005.
Panitia dan Peserta Forum ilmiah Pertama Endokrin dan Diabetes Regional
Sumatera 2005. Medan, 30-31 Juli 2005.
Panitia dan Peserta Workshop USG. Gastroentero-Hepatologi Update III.
Medan, 5 Agustus 2005.
Panitia dan Peserta Gastroentero-Hepatologi Update III 2005. Medan,
Peserta Simposium Current Obstacles and the Road ahead For Pain
Management. Medan, 25 Maret 2006.
Peserta Symposium The New Broad Approach in Treating Depression and
Neuropathic Pain. Medan, 15 April 2006.
Peserta 11th National Congress of Indonesian Heart Association and 15th
Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Assosiation with theme Better
Understanding in the Management of Cardiovascular Diseases. Medan,
April 19-22, 2006.
Peserta dan Pembicara 13th National Congress of the Indonesian Society of
Internal Medicine (KOPAPDI XIII). Palembang, July 6th – 9th, 2006.
Peserta Simposium Thyroid Up Date dalam Rangka Ulang Tahun FK USU
ke -54. Medan, 26 Agustus 2006.
70
32. Panitia dan Peserta Simposium Gastroentero-Hepatologi Update IV. Medan
8-9 September 2006.
33. Peserta Symposium Integrated Clinical Management of Patients at High
Risk of Vascular Events. Medan, 25 November 2006.
34. Peserta Simposium The Scientific Evidence to Date: Reduction of Events in
Cardiovascular Diseases. Medan 9 Desember 2006.
35. Peserta DHF Course II. Medan, 24 Pebruari 2007.
36. Peserta Workshop Shock and DVT. Medan, 7 Maret 2007.
37. Peserta Pertemuan ilmiah Tahunan VIII 2007 Departemen ilmu Penyakit
Dalam FK USU. Medan, 8-10 maret 2007.
38. Panitia dan Peserta Workshop ECG in Daily Practice. Medan, 14 April 2007.
39. Peserta Road Show PAPDI 2007 dengan symposium which Anti
Hypertension’s giving SMART Solution for Asian? . Medan, 14 April 2007.
40. Peserta Simposium era Baru Pengunaan Probiotic. Medan, 28 April 2007.
41. Peserta Simposium Trombosis-hemostasis Regional Pertama dengan tema:
Meningkatkan Peran Trombosis-Hemostasis Dalam Multi Disiplin Ilmu
Kedokteran. Perhimpunan Trombosis Hemostasis Indonesia. Medan, 1-2
Mei 2007
42. Peserta Simposium Diabetes, The Vitamin & Mineral Antioxidans
Connection. Medan, 26 Mei 2007.
43. Peserta Simposium Current Issues in the Management of Gastritis and
Gastropathy. Medan 9 Juni 2007.
44. Peserta The 4th New Trend in Cardiovascular Management. Medan, June,
15-16th 2007.
45. Peserta PAPDI Road Show 2008 Eli Lilly Training For Excellence. Medan,
26 Januari 2008
46. Peserta Workshop Update in Insulin Treatment. Medan, 12 April 2008
47. Peserta Workshop Hemostasis & Thrombosis Dan Penatalaksanaan
Demam Dengue. Medan, 14 April 2008.
48. Peserta Workshop How to Choose an Appropriate OAD. Medan, 15 April
2008.
49. Peserta dan Panitia Pertemuan Ilmiah Tahunan IX 2008 Departemen
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara New Era
In Therapeutic Options. Medan, 17-19 April 2008.
50. Peserta Pelatihan Ultrasonografi Tahap Pertama, Perhimpunan Ultrasonik
Kedokteran Indonesia. Jakarta, 7-11 Juli 2008.
51. Peserta Symposium of Venous Thromboembolism. Medan, 26 Juli 2008.
52. Peserta Festschrift Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH. Medan 10
November 2008
53. Peserta Thoracic and Cardiovascular Surgery Symposium. Medan 28-29
November 2008
54 Peserta Roadshow Nutrisi Klinik PB PAPDI. Medan 21-22 Februari 2009
55. Peserta Simposium Landmark Trial in The Management of Hypertension &
Diabetes. Medan 7 Maret 2009
56. Peserta Symposium Enercore. Medan 17 Maret 2009
57. Peserta Symposium Managing Chronic Non-Malignant Pain. Medan 21
71
Maret 2009
58. Peserta Workshop Update from Clinical to Application in Internal Medicine.
Medan 20-22 April 2009
59. Peserta Simposium PIT X. Medan 23-25 April 2009
72
Download