Bab 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Umum Perusahaan Perusahaan Logo Perusahaan Alamat Website Telepon Fax : PT SARINAH PERSERO : : Jalan M.H Thamrin II, Jakarta 10350 : www.sarinah.co.id : 021 – 31923008 : 021 – 3140250 2.1.1 Sejarah Organisasi Sarinah, nama seorang wanita yang mengasuh dan membesarkan Sukarno. Sarinah pula yang mengajarkan Sukarno menjadi manusia yang mengerti arti penting rakyat. Pendek kata, nama Sarinah begitu lekat di benak Sukarno, sehingga ia terinspirasi mengabadikannya menjadi sebuah nama department store pertama di Republik Indonesia. Proyek Sarinah, masuk dalam agenda pembangunan 10 Juli 1959 dan 6 Maret 1962. Selain Sarinah, proyek lain yang digarap perode itu adalah asembling radio transistor, TV dan bemo, penambangan marmer di Kediri, tekstil, alat pertanian, dan lain-lain. Kepada R. Soeharto, dokter pribadi yang ketika itu menjabat Menteri Muda Perindustrian Rakyat dan ditugaskan mewujudkan pembangunan Sarinah Dept. Store, Bung Karno memberi penjelasan panjang. Jangan terlalu menghiraukan kecaman itu. Sarinah harus merupakan pusat sales promotion barang-barang produksi dalam negeri, terutama hasil pertanian dan industri rakyat. Pembangunan department store itu perlu 3 dikaitkan dengan pendidikan tenaga terampil dan ahli konstruksi gedung bertingkat tinggi. Mengenai bidang manajemennya sejalan dengan apa yang kita lakukan mengenai pembangunan Hotel Indonesia. Bangunannya dirancang dengan arsitek Abel Sorensen dari Denmark, dibangun oleh kontraktor Jepang, dan pembiayaannya dari pampasan perang Jepang. Soekarno juga menambahkan, bahwa kita sebagai bangsa Indonesia harus bisa memandang jauh ke depan, beliau mengatakan bahwa semua gedung di tepi jalan Thamrin dan Jenderal Sudirman harus bertingkat minimal lima tingkat, dan yang harus mengerjakan itu semua adalah arsitek dan insinyur Indonesia, bukan dari tenaga asing. Sarinah Dept Store, oleh Bung Karno ditargetkan pembangunannya selama 5 tahun, dan harus sudah bisa diresmikan 17 Agustus 1966. Berkat bantuan aktif dr Sumarno, Gubernur Jakarta waktu itu, pembangunan berjalan lancar, dan sudah bisa diresmikan 15 Agustus 1966, maju dua hari dari target. Berbicara sisi ekonomi pada era pemerintahan Sukarno, yang muncul adalah khilafiyah multi tafsir. Pandangan ekonomi kapitalis liberal, tentu akan berbeda dengan pandangan ekonomi nasionalis-kerakyatan. Karenanya, biar saja itu menjadi sejarah. Satu hal yang pasti, Sukarno bukanlah seorang kepala negara dan kepala pemerintahan yang tidak mengurusi ekonomi negerinya. Pembangunan Sarinah, adalah gagasan yang sangat maju pada zamannya. Sukarno yang mengetahui potensi besar negaranya, menghendaki adanya show case yang modern. Dengan begitu, potensi bangsa dan negara Indonesia dapat dilihat di Sarinah Dept. Store. Bukan sembarang potensi, melainkan potensi sebuah bangsa yang digali dari semangat nasionalisme yang tinggi, bukan karena modal asing, tenaga asing, dan manajemen asing. 4 2.1.2 Visi dan Misi PT SARINAH PERSERO : Visi Perusahaan: Memberikan pengalaman keanekaragaman budaya Indonesia kepada dunia internasional dan masyarakat Indonesia. Misi Perusahaan: Mengembangkan Departemen Store Butik yang fokus pada produksi budaya Indonesia yang berkualitas tinggi. Mengembangkan one stop activity / super blok dengan sentuhan budaya Indonesia Mengembangkan kemampuan ekspor produk-produk Indonesia yang berkualitas tinggi ke mancanegara - Mengembangkan rantai distribusi produk-produk Indonesia Menjadi mitra pemerintah untuk mengendalikan, melakukan impor produkproduk yang bermanfaat untuk kepentingan Negara Mengembangkan kompetisi SDM sehingga memiliki kinerja unggul dan daya saing global melalui pembinaan manajemen dan pemasaran Mengembangkan manajemen yang berstandar Internasional dengan berorientasi pada Teknologi Informasi 5 Membantu pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi sebagai mitra strategis 2.2 Data Khusus Untuk menunjang data yang akan saya butuhkan sebagai landasan dan fondasi dari brand Sarinah yang saya kembangkan, saya melakukan survey dengan pendekatan kuantitatif. Saya telah melakukan survey kepada 100 orang dan meminta mereka untuk mengisi kuisioner, sebanyak 96% dari merekan merupakan masyarakat Jakarta dengan umur 15-25 tahun dan hampir semua dari mereka merupakan pelajar dan mahasiswa. Dari survey tersebut, sebanyak 55,1% dari mereka belum berpenghasilan, dan juga sebanyak 53,5% mengaku dalam sebulan mereka tidak terlalu sering pergi ke mal-mal atau department store, hanya sekitar dua atau tiga kali. Sebanyak 82,8% pernah tahu dan mendengar tentang Sarinah. Namun hanya 52,5% dari mereka yang tepat mengatakan bahwa Sarinah adalah Department Store. Sebanyak 72,7% hanya pernah ke Sarinah sebanyak 1-3 kali. Dari kuisioner saya tersebut, saya juga menanyakan kepada mereka, seperti apakah pandangan mereka terhadap Sarinah, dan banyak sekali jawaban yang terkumpul karena pertanyaannya bersifat komentar/essay, banyak sekali dari mereka yang mengatakan bahwa Sarinah terkesan jadul jika dilihat dari mal-mal besar yang sudah ada sekarang, ada yang mengatakan bahwa Sarinah hanya untuk ibu-ibu dan juga expatriate kalangan atas untuk berbelanja dikarenakan harganya yang mahal, ada yang mengatakan bahwa Sarinah sebenarnya tidak jelek, namun hanya kalah bersaing dengan mal baru, dan banyak yang cukup mengetahui bahwa Sarinah adalah tempat di mana kita bisa berbelanja barang-barang hasil kebudayaan Indonesia, namun ada yang mengatakan bahwa Sarinah tidak dikelola dengan baik dan bangunannya kuno. Saya juga menanyakan kepada mereka, seperti apa pendapat mereka tentang visual identity dari Sarinah, hampir sebagian besar berkomentar kepada logo Sarinah sekarang, banyak yang mengatakan bahwa logo mereka ‘jadul’ dan sama sekali tidak menarik, tidak catchy, bahkan tidak sedikit juga yang mengatakan tidak pernah tahu atau lihat seperti apa logo Sarinah. Selain data kuantitatif tersebut, saya juga telah melakukan survey tempat dengan mendatangi Sarinah Plaza secara langsung. Memang benar bahwa penempatan logo Sarinah sangatlah tidak terlihat dari luar, untuk dari jalan M.H Thamrin, hanya logo tim Manchester United, karena terdapat MU café, yang terlihat, logo Sarinah sendiri berada di atas gedung dan sama sekali tidak menarik mata pengunjung yang lalu lalang, sedangkan dari sisi lain gedung, hanya logo Chilis café & bar yang terlihat, tidak ada logo Sarinah. Untuk pengunjungnya sendiri, dari hasil pengamatan saya, kebanyakan dari mereka merupakan pegawai kantor yang kantornya bertempat di sekitar Sarinah, banyak sekali expatriate yang datang ke tempat tersebut, dan memang benar jarang sekali masyarakat yang berumur 15-25 tahun yang datang ke Sarinah. Dari semua data tersebut, saya menyimpulkan bahwa, memang mustahil mensulap Sarinah untuk dapat langsung bersaing dengan mal-mal besar yang lebih modern untuk menjaring sebagian besar masyarakat Jakarta sekarang, dibutuhkan positioning yang 6 lebih kuat untuk lebih menstabilkan posisi Sarinah di mata masyarakat. Untuk target market, lebih cocok untuk umur 30-70tahun dengan status ekonomi menengah ke atas. 2.3 Data Produk Nama Alamat Website Telepon Fax Tipe perusahaan Lini Bisnis : PT SARINAH PERSERO : Jalan M.H Thamrin II, Jakarta 10350 : www.sarinah.co.id : 021 – 31923008 : 021 – 3140250 : Persero : Perdagangan Eceran (Retail) Distribusi Importir minuman alkohol Persewaan 2.4 Karakteristik Produk 7 Sarinah secara umum memiliki berbagai tempat retail dan tersebar ke berbagai bagian Indonesia, seperti Jakarta, Jogjakarta, Batam, Bali, dan lain lain. Namun pusatnya berada di jalan M.H Thamrin, dan dikenal sebagai Gedung Sarinah Plaza. Sarinah merupakan department store pertama yang ada di Indonesia dan dibangun serta dicanangkan pertama kali oleh Ir. Soekarno. Gedung Sarinah Plaza secara total memiliki 15lantai yang difungsikan untuk disewakan kepada berbagai macam toko dan retail lain, seperti Hero, KFC, dan lainnya. Sebagai salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Sarinah kurang bisa bersaing dengan mal besar lainnya yang sudah dibangun dan dijalankan, sebagian besar dari mereka pengelolanya adalah pihak swasta. 2.5 Target 2.5.1 Secara Geografis Masyarakat perkotaan, khususnya kota Jakarta. 2.5.2 Secara Demografis Umur : 25-80 Gender : Laki-laki dan Perempuan Penghasilan : +/- > 2juta per bulan Kelas Sosial : A-B 2.5.3 Secara Psikografis Gender : Laki-laki dan Perempuan Gaya Hidup : trend follower, quick, modern, tidy, shopaholic 2.6 Kompetitor 2.6.1 Sogo Sogo didirikan pada tahun 1830 di Osaka, Jepang oleh Ihei Sogo sebagai seorang pengecer kimono yang telah terpakai. Pada Juli 2000, perusahaan menghadapi kesulitan finansial, yang disebabkan oleh karena kebijakan investasi real estate yang sembrono dari mantan pimpinan, Hiroo Mizushima, dan keruntuhan haraga real estate sejak pertengahan 1980-an. Kelompok itu runtuh di bawah tumpukan hutang sebesar 17 miliar Dolar Amerika Serikat. Hutang tersebut terutama kepada Bank Industri Jepang.[1] Sogo kemudian dibawa ke Pengadilan Negeri Osaka di bawa Rehabilitasi Hukum Sipil pada 12 Juli 2000. Hal ini menyebabkan mereka harus melepaskan diri dari lini usaha yang tidak menghasilkan keuntungan, dan juga aset – aset berharga, seperti beberapa toko di Jepang, termasuk yang berada di luar negeri, yakni Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong, dan Taipei. Di luar negeri, toko Sogo mampu selamat di bawah waralaba independen, di mana perusahaan Jepang juga telah berhasil meningkatkan modal mereka. 8 Di Jepang, Sogo saat ini merupakan anak perusahaan dari Millennium Retailing. 2.6.2 Seibu Seibu pertama kali membuka cabangnya di Indonesia pada tahun 1996 dan bertepatan di blok M. Namun karena kesulitan menemukan pangsa pasar, Seibu tersebut kemudian tutup. Kemudian pada tahun 2007, tepatnya pada bulan Mei, Seibu kembali membuka cabangnya, kali ini bertempat di Grand Indonesia Shopping Town. Dengan mengambil 6 tingkat dari Grand Indonesia di bagian West Mall, Seibu disegmentasikan untuk masyarakat Indonesia kelas atas, serta memprovide brand brand baru. Seibu di Indonesia dioperasikan oleh PT. Mitra Adiperkasa Tbk. yang juga mengelola Sogo. 2.6.3 Alun-Alun Indonesia Alun-Alun Indonesia adalah modern retail yang tercipta bukan hanya untuk kesenangan dalam berbelanja namun juga untuk mensupport development dari produk-produk hasil kebudayaan Indonesia yang sangat beragam. Tidak hanya berbentuk tekstil atau kerajinan tangan, Alun-Alun juga menyajikan makanan dan minuman khas Indonesia. Misi dari Alun-Alun Indonesia sendiri adalah membuat “Panggung Indonesia” dan membuat Indonesia semakin maju dan memiliki kebanggaan. Alun-Alun juga menjadi tempat untuk bersenang-senang sambil belajar kebudayaan Indonesia. 2.7 Keunggulan Sarinah memiliki berbagai keunggulan, seperti : 9