BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional
Pada dasarnya perdagangan internasional merupakan kegiatan yang
menyangkut penawaran (ekspor) dan permintaan (impor) antar negara. Pada saat
melakukan ekspor, negara menerima devisa untuk pembayaran. Devisa inilah
yang nantinya digunakan untuk membiayai impor. Ekspor suatu negara
merupakan impor bagi negara lain, begitu juga sebaliknya (Budiono, 1999).
Sedangkan Menurut Tambunan (2000) perdagangan internasional dapat
didefinisikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara, yang antara lain
mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional dapat dibagi menjadi 2
kategori yakni, perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa. Perdagangan
jasa antara lain terdiri dari biaya transportasi, perjalanan (travel), asuransi,
pembayaran bunga remmitance seperti gaji tenaga kerja Indonesia (TKI) diluar
negeri dan pemakaian jasa konsultan asing di Indonesia.
Perubahan nilai impor di Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi dan
kondisi sosial politik, pertahanan dan keamanan, cadangan devisa, inflasi, kurs
valuta asing serta tingkat pendapatan dalam negeri yang diperoleh dari sektorsektor yang mampu memberikan pemasukan selain perdagangan internasional.
Besarnya nilai impor Indonesia antara lain ditentukan oleh kemampuan Indonesia
21
dalam mengolah dan memanfaatkan sumber yang ada dan juga tingginya
permintaan impor dalam negeri.
Perdagangan berdasar ilmu ekonomi berarti suatu proses tukar menukar
yang didasarkan atas sukarela dari masing-masing pihak (Budiono, 1999).
Perdagangan
dapat
selalu
menguntungkan
masing-masing
pihak
yang
berkepentingan atau setidak-tidaknya salah satu pihak tidak ada yang dirugikan.
Perdagangan itu sendiri muncul karena adanya dorongan atau adanya motif untuk
melakukan perdagangan dari masing-masing pihak.
Selain dari keuntungan dan motif tertentu dalam aktivitas perdagangan
internasional. Terdapat pula manfaat dari setiap negara yang melakukan
perdagangan dengan negara lain. manfaat tersebut antara lain:
1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi setiap negara.
faktor-faktor tersebut diantaranya : kondisi geografi, iklim, tingkat
penguasaan iptek dan lain-lain. dengan adanya perdagangan internasional,
setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. walaupun suatu negara dapat
memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh
negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor
barang
tersebut
dari
luar
negeri.
dengan
mengadakan
spesialisasi
perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keunggulan sebagai berikut :
22
1) Faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan dengan
lebih efisien.
2) Setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat
diproduksi dalam negeri.
3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan.
Terkadang para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat
produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi
kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka.
dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan
mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut
keluar negeri.
4. Transfer teknologi modern.
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih
moder (Sukirno, 2004).
2.1.2
Teori-Teori Perdagangan Internasional
Teori ini dapat menunjukkan arah serta komposisi perdagangan antar
negara serta bagaimana efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara.
Teori ini juga menunjukkan adanya keuntungan yang didapat dari adanya
perdagangan internasional. Ada beberapa teori yang menerangkan mengenai
perdagangan internasional (Nopirin,2011), yaitu:
23
1)
Teori Klasik
Teori klasik ini terbagi menjadi dua, yaitu teori keunggulan mutlak dan
teorikeunggulan komparatif. Teori keunggulan mutlak atau absolute advantage
inidikemukakan oleh Adam Smith, yaitu “ Setiap negara akan memperoleh
manfaatperdagangan internasional karena melakukan spesialisasi produksi
danmengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak
sertamengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak ”
(Hady, 2001). Teori ini berdasarkan atas beberapa asumsi pokok sebagai berikut :
1) Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja
2) Kualitas produksi yang diproduksi kedua negara sama
3) Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang
4) Biaya transport diabaikan
Namun ada kelemahan dalam teori Adam Smith yaitu, perdagangan hanya
terjadi dan menguntungkan kedua negara bila masing-masing negara memiliki
keunggulan absolute yang berbeda, bila hanya satu negara yang mempunyai lebih
dari satu keunggulan absolut, maka tidak akan terjadi perdagangan internasional
yang menguntungkan.
Kelemahan teori ini ditutupi oleh teori David Ricardo dengan teori
keunggulan komparatif atau comparative advantage, baik secara cost comparative
maupun production comparative. Teori David Ricardo didasarkan pada nilai
tenaga kerja yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan
oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya.
24
Menurut teori cost comparative advantage, suatu negara akan memperoleh
manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang di mana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien
serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau
tidak efisien. Sedangkan teori production comparative advantage (Labour
Productivity) adalah suatu negara akan memperoleh manfaat perdagangan jika
berspesialisasi pada produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut
dapat berproduksi lebih produktif dan mengimpor barang dimana negara tersebut
berproduksi kurang/tidak produktif. Dasar pemikiran David Ricardo adalah
perdagangan antar dua negara terjadi apabila masing-masing negara memiliki
biaya relatif kecil untuk jenis barang yang bereda (Tambunan, 2001)
2)
Teori Modern (Heckscher-Ohlin)
Teori Faktor Proporsi (The Proportional Factors Theory) Teori ini
disampaikan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin, teori ini sering disebut teori
Heckscher-Ohlin, yang berbunyi bahwa perbedaan opportunity cost suatu produk
antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan
jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki tiap negara. Negara-negara
yang mempunyai faktor produksi yang relative lebih banyak atau murah akan
melakukan spesialisasi dan mengekspor barang yang dihasilkannya, sedangkan
negara yang mempunyai faktor produksi yang relative lebih sedikit atau mahal
akan mengimpor barang tertentu.
Dalam analisinya, teori Heckscher-Ohlin menggunakan dua kurva. Kurva
pertama adalah Isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi
25
yang sama dan Isoquant yaitu kurva yang menggambar total kuantitas produk
yang sama. Dalam teori ekonomi mikro, kurva Isocost dan Isoquant ini akan
bersinggungan pada suatu titik optimal. Jadi, dengan biaya tertentu akan diperoleh
produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah
produk tertentu. Kesimpulan teori H-O adalah :
1) Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi faktor produksi di masing-masing negara.
2) Keunggulan komparatif dari suatu jenis produk yang dimiliki masingmasing
negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang
dimilikinya
3) Masing-masing negara akan melakukan spesialisasi produksi dan melakukan
ekspor karena memiliki faktor produksi yang relatif banyak atau murah.
4) Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika
faktor produksi di negaranya relatif lebih sedikit atau mahal.
Heckscher-ohlin juga menyatakan bahwa setiap negara akan mengekspor
barang yang faktor produksi dan persediannya melimpah dan murah secara
intensif serta menyimpan barang yang produksinya menggunakan sektor produksi
yang persediannya tergolong langka dan mahal secara intensif (Hady, 2001).
3)
Teori Permintaan dan Penawaran
Menurut Nopirin ( 2011 ) pada prinsipnya perdagangan antar negara itu
timbul karena adanya perbedaan di dalam permintaan ataupun penawaran.
Perbedaan dalam penawaran disbebabkan karena adanya perbedaan dalam jumlah
kualitas dan kuantitas faktor-faktor produksi negara yang satu dengan negara yang
26
lain, derajat teknologi, faktor eksternalitas dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi produksi dan penawaran. Perbedaan permintaan dapat disebabkan
oleh perbedaan pendapatan, selera masyarakat, perkiraan, jumlah konsumen dan
harga barang lain. Anggapan yang digunakan dalam menganalisa teori ini adalah
persaingan sempurna, faktor produksi tetap, tidak ada ongkos angkut, kesempatan
kerja penuh, tidak ada perubahan teknologi, produksi dengan ongkos menaik serta
tidak ada pemindahan kapital.
2.1.3
Konsep Impor
Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar
negeri ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku
(Hutabarat, 1996). Besarnya impor dalam suatu negara dipengaruhi oleh
kesanggupan barang-barang yang diproduksi oleh negara-negara untuk bersaing
dengan barang dan jasa produksi domestik. Bila barang dan jasa produksi luar
negeri lebih baik mutunya atau harganya lebih murah, maka akan adanya
kecendrungan untuk mengimpor (Herlambang,2001).
Dalam perekonomian terbuka selain sektor rumah tangga, sektor
perusahaan dan pemerintah juga ada sektor luar negeri karena penduduk di negara
bersangkutan telah melakukan perdagangan dengan negara lain. Barang yang di
impor harus dalam keadaan baru kecuali mendapat izin dari Depperindag atau
lembaga pemerintah non departemen. Memasukkan barang ke daerah pabean
Indonesia wajib mempergunakan Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai (PIUD)
atau Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan membayar bea masuk atau
dikenakan cukai impor sesuai ketentuan yang berlaku.
27
Menurut indikator ekonomi Badan Pusat Statistik Indonesia, impor
menurut jenis dan golongannya dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu, barangbarang konsumsi, bahan baku dan penolong dan barang modal. Sedangkan
menurut komoditinya impor dapat dibedakan menajdi 2 (dua) kategori yaitu migas
( minyak dan gas ) dan non-migas. Aktivitas impor yang dilakukan oleh suatu
negara akan menimbulkan aliran pengeluaran untuk membeli barang yang di
impor dari negara-negara lain yang merupakan kebocoran pada aliran pendapatan.
Impor akan menurunkan pendapatan nasional pada keseimbangan dan
merumitkan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi negara (Sukirno, 2000).
Perubahan nilai impor di Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi dan
kondisi sosial politik, pertahanan dan keamanan. Besarnya nilai impor Indonesia
antara lain ditentukan oleh kemampuan Indonesia dalam mengolah dan
memanfaatkan sumber yang ada dan juga tingginya permintaan impor dalam
negeri
2.1.4
Teori Cadangan Devisa
Devisa sering juga disebut alat pembayaran luar negeri, dalam bahasa
Inggris dipakai istilah foreign exchange. Devisa atau valuta asing atau foreign
currency mempunyai arti sebagai alat pembayaran, alat penukar, alat pengukur
nilai dan penyimpan/penimbun kekayaan yang diakui dalam skala internasional
(Amalia,2007). Menurut Amir (2001), ada dua aspek penggunaan devisa yaitu :
1) Pengadaan barang impor baik barang modal, bahan baku, maupun barang
konsumsi perlu dibayar dengan devisa termasuk juga jasa-jasa dari
28
perusahaan asing seperti jasa angkutan, jasa perbankan, jasa asuransi, jasa
perekayasaan consulting dan engineering harus di bayar pua dengan devisa.
2) Pembayaran hutang luar negeri maupun biaya kantor wakil kedutaan
konsulat, termasuk biaya mahasiswa di luar negeri juga memerlukan devisa.
Cadangan devisa adalah stok dan mata uang asing yang dimiliki yang
sewaktu-waktu
digunakan
untuk
transaksi
pembayaran
internasional
(Nilawati,2000). Posisi cadangan devisa suatu negara akan dianggap aman jika
mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidaknya tiga bulan. Jika
cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan impor
maka hal tersebut dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing suatu negara
dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan, bukan saja
negara tersebut akan kesulitan mengimpor barang-barang yang dibutuhkannya
dari luar negeri, tetapi juga memerosotkan kredibilitas mata uangnya.
Menurut IMF cadangan devisa adalah “aktiva luar negeri” yang tersedia
setiap waktu dan dikuasai oleh otoritas moneter (Bank Indonesia). Mengikuti
kriteria IMF ini, cadangan devisa moneter yang di umumkan pemerintah (Bank
Indonesia) secara periodik sejak awal 1998 adalah aktiva luar negeri (bruto).
Dengan kata lain, aktiva luar negeri dianggap sebagai cadangan devisa
(Zetha,2000). Sebelum IMF membuat kriteria tersebut Bank Indonesia
membedakan anatara cadangan devisa bruto dan cadangan bersih atau lebih
dikenal dngan cadangan devisa resmi.
Menurut (Hady,2001) cadangan devisa Negara biasanya dikelompokan
atas:
29
1) Cadangan devisa resmi (official forex reserve), yaitu cadangan devisa milik
Negara yang dikelola, dikuasai, diurus dan di tata usahakan oleh Bank
Indonesia
2) Cadangan devisa nasional (country forex reserve), yaitu seluruh devisa yang
dimiliki oleh perorangan, badan atau lembaga, terutama perbankan yang
secara moneter merupakan kekayaan nasional (termasuk milik Bank Umum
Nasional).
Sumber penerimaan devisa secara garis besar dapat dikelompokan menjadi
lima yaitu:
1) Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti ekspor karet, kertas,
minyak mentah, kopi, timah, aspal, ikan, udang, anyaman rotan, produk
kerajinan dan lain sebagainya. Begitu pula hasil sector jasa seperti uang
tambang (freight), angkutan, komisi aja perbankan, premi asuransi, hasil
perhotelan dan indistri pariwisata lainnya.
2) Pinjaman yang diperoleh dari Negara asing, badan-badan internasional, serta
pinjaman dari IGGI, kredit dari Word Bank dan Asia Development Bank dan
supplier kredit dari perusahaan swasta asing.
3) Hadiah atau grant dan bantuan dari PBB seperti UNDP, UNESCO, dan
pemerintahan asing.
4) Laba dari penanaman modal luar negeri, seperti laba yang ditransfer atau
perusahaan milik pemerintah dan warga Negara Indonesia yang berdomisili di
luar negeri, termasuk transfer dari warga Negara Indonesia yang bekerja di
luar Negeri
30
5) Hasil dari kegiatan pariwisata internasional seperti uang uang tambang,
angkutan, sewa hotel, penjualan souvenir dan novelties, uang pandu wisata
dan lain sebagainya.
Ketergantungan impor dan transfer neto yang tinggi membahayakan
neraca pembayaran yakni defisit transaksi berjalan dan defisit modal yang terus
menerus meningkat. Akibatnya cadangan devisa menjadi semu, artinya banyak
mengandung dan bahkan didominasi oleh komponen utang luar negeri. Cadangan
devisa tidak lagi diperoleh dari surplus ekspor, tetapi dari pinjaman luar negeri.
Sebagian besar pinjaman luar negeri digunakan untuk menutup defisit transaksi
berjalan dan membayar angsuran pokok utang luar negeri (Tambunan,2000).
Dalam usaha mengurangi ketergantungan pada impor, diperlukan suatu strategi
yang efektif guna menaikkan tingkat kemandirian semua sektor ekonomi pada
umumnya dan sektor industri manufaktur pada khususnya. Penerimaan yang
diterima pemerintah dalam bentuk valuta asing yang kemudian ditukarkan dengan
rupiah, maka dalam proses pertukaran ini, akan meningkatkan cadangan aktiva
Bank Indonesia dan jumlah uang beredar bertambah dengan jumlah uang yang
sama. Jadi antara cadangan devisa dan jumlah uang beredar hubungannya cukup
erat, dimana jumlah cadangan devisa yang ditukarkan menambah jumlah uang
beredar dalam jumlah yang sama (Nilawati, 2000).
2.1.5
Hubungan Cadangan Devisa dengan Impor
Cadangan devisa memiliki hubungan yang positif terhadap jumlah impor,
dimana ketersediaan cadangan devisa yang tinggi memungkinkan suatu negara
untuk mampu membiayai jumlah impor yang lebih tinggi dibanding ketika
31
cadangan devisa tersebut dalam kondisi yang rendah. Dalam kondisi cadangan
devisa yang rendah dan impor harus tetap dilakukan karena kondisi suatu negara
yang tidak mampu memproduksi suatu barang dengan efisien di dalam negeri,
suatu negara mampu membiayai transaski berjalan karena aktifitas impor tersebut
dengan pinjaman luar negeri yang menjadi tambahan devisa dan tetap menekan
impor serendah mungkin.
Riris (2011) menyatakan bahwa cadangan devisa suatu negara
berpengaruh positif terhadap peningkatan impor. Ketika cadangan devisa dan
kebutuhan suatu negara mengalami peningkatan tanpa diiringi dengan
peningkatan produktifitas dalam negeri maka akan terjadi impor. Posisi cadangan
devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila mencukupi kebutuhan
impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan, jika cadangan devisa yang
dimiliki suatu negara tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan impor, maka
kondisi tersebut dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing yang dimiliki
suatu negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang
bersangkutan. Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barangbarang yang dibutuhkannya dari luar negeri, tetapi juga bisa memerosotkan
kredibilitas mata uangnya. Pernyataan yang sama juga terdapat pada penelitian
yang dilakukan oleh Ranjini dan Ekayanake (2010), dalam penelitian yang
membahas mengenai permintaan impor dengan analisis empiris, mereka
menyimpulkan bahwa kegiatan impor sangat tergantung terhadap ketersediaan
jumlah cadangan devisa.
32
2.1.6
Teori Produk Domestik Bruto (PDB)
Menurut Mankiw, Produk Domestik Bruto (gross domestic product/ GDP)
adalah nilai dari semua barang dan jasa yang di produksi di suatu negara selama
kurun waktu tertentu. Perhitungan pendapatan Nasional ini mempunyai ukuran
makro utama tentang kondisi suatu negara. Pada umumnya perbandingan kondisi
antar negara dapat dilihat dari pendapatan Nasionalnya sebagai gambaran, bank
dunia menentukan apakah suatu Negara berada dalam kelompok Negara maju
atau berkembang melalui pengelompokan besarnya PDB, dan PDB suatu Negara
sama dengan total pengeluaran atas barang dan jasa dalam perekonomian
(Herlambang, 2001).
Sukirno (2002) mendefinisikan PDB sebagai nilai barang dan jasa dalam
suatu negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warga negara
tersebut dan warga negara asing. Secara umum PDBdapat diartikan sebagai nilai
akhir barang-barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara selama kurun
waktu tertentu biasanya satu tahun.
Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur menurut Produk
Domestik Bruto atas dasar harga berlaku dan harga konstan, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Merupakan semua bagian barang dari PDB yang dinilai atas dasar harga tetap
pada tahun dasar (Sukirno, 2000), sehingga pertumbuhan perekonomian dapat
diukur dari pertambahan sebenarnya dalam barang dan jasa yang di produksi.
33
Menurut Sri Mulyono (1991). Pendapatan Nasional pada harga konstan dapat
diperoleh dari :
..................(1)
2) Produk Domestik Bruto Atas Harga Berlaku
Merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu
negara dalam satu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada
saat tersebut. Cara ini adalah cara yang selalu digunakan dalam menghitung
pendapatan nasional dari kurun waktu ke kurun waktu selanjutnya.
2.1.7 Hubungan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan Impor
Jika harga barang dan jasa di pasar internasinal lebih murah dan memiliki
kualitas yang lebih baik daripada barang dalam negeri maka negara tersebut akan
cenderung mengimpor barang tersebut. Namun impor dapat terjadi dikarenakan
pendapatan dalam negeri meningkat sehingga kemampuan penduduk untuk
membeli barang-barang imporpun meningkat (Sukirno, 2004).
Makin tinggi tingkat pendapatan nasional, serta makin rendah kemampuan
dalam menghasilkan barang-barang tersebu, maka makin tinggi impor dan makin
banyak terdapat “kebocoran” dalam pendapatan nasional. Jadi, terdapat hubungan
langsung antara impor dengan pendapatan nasional yang nilainya ditentukan oleh
“kecendrungan mengimpor” (marginal propencity to import atau MPM atau m).
Menurut Deliarnov (2005) secara sederhana yang dimaksud dengan
kecendrungan mengimpor adalah perbandingan antara pertambahan impor dengan
pertambahan dalam pendapatan Nasional. Hubungan antara pendapatan nasional
(yang didekati dengan PDB) dengan impor secara matematik sebagai berikut:
34
M=M0+mY.............................................................................(2)
Dimana:
m = ∆m
∆Y
Keterangan:
M = jumlah impor
M0 = jumlah impor yang nilainya tidak ditentukan Y
m
= marginal propencity to import
Y
= pendapatan nasional
∆m = pertambahan impor
∆Y = pertmbahan dalam pendapatan nasional
Gambar 2.1 Hubungan antara Pendapatan Nasional dengan Impor
M
M = M0 + mY
∆Y
∆m
M0
0
Y
Sumber: Deliarnov (1995)
Gambar diatas menunjukan hubungan yang erat anatara pendapatan
nasional dengan impor. makin besar pendapatan nasional, makin besar pula impor
yang ditentukan oleh marginal propencity to import yang positif.
35
2.1.8
Teori Kurs Valuta Asing
Dalam pertukaran antara dua mata uang yang berbeda terdapat
perbandingan nilai atau harga yang sering disebut dengan kurs (exchange rate)
(Nopirin, 2011). Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang
domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing (Sukirno, 2004).
Kurs dapat dibedakan menjadi dua (Mankiw, 2007) yaitu kurs nominal dan
kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan
kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil
menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu
negara untuk barang-barang dari negara lain. Perubahan dalam permintaan dan
penawaran suatu valuta asing, yang selanjutnya menyebabkan perubahan kurs
valuta, diebabkan oleh banyak faktor, diantaranya (Sukirno, 2004) :
1) Perubahan dalam cita rasa masyarakat
2) Perubahan harga barang ekspor dan impor
3) Kenaikan harga umum (inflasi)
4) Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian
terbuka, karena ditentukan oleh adanya kseimbangan antara permintaan dan
penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca
transaksi berjalan maupun bagi variabelvariabel makro ekonomi lainnya. Kurs
dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara.
Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut
36
memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil (Salvator, 1997).
Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan
pedagangan Internasional. Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor
bahan baku industri mengalami dampak dan ketidakstabilan kurs ini, yang dapat
dilihat dari rnelonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga
barangbarang milik Indonesia mengalami peningkatan. Dengan melemahnya
rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis
ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri.
Pada dasarnya jenis sistem nilai tukar yang utama meliputi, pertama, nilai
tukar mengambang (floating exchange rate) yang terdiri dari : mengambang
bebas (clean floating rates) ditentukan oleh mekanisme pasar tanpa campur
tangan pemerintah dan mengambang terkendali (dirty floating rates), ada campur
tangan pemerintah. Kedua, sistem nilai tukar tertambat (pegged exchange rates)
yaitu menambatkan nilai mata uangnya dengan mata uang lain atau sekelompok
mata uang. Ketiga, sistem tertambat merangkak (crawling pegs) yaitu melakukan
sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk
bergerak menuju suatu nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keempat,
sekeranjang mata uang (basket of currencies), menetapkan nilai mata uangnya
berdasarkan sekeranjang mata uang. Kelima, nilai tukar tetap (fixed exchange
rates) yaitu negara mengumumkan suatu nilai tukar tertentu atas mata uangnya
dan menjaga nilai tukar ini dengan menyetujui untuk membeli atau menjual valas
dalam jumlah tak terbatas pada nilai tukar tersebut. Fluktuasi yang dialami oleh
nilai tukar rupiah akan berpengaruh pada aktifitas ekspor dan impor dan
37
sebaliknya perubahan pada aktifitas tersebut juga bisa mempengaruhi nilai tukar
rupiah. Maka, melalui sektor luar negeri tersebut akan dimulai proses
kontaminasi perekonomian domestik oleh perekonomian luar negeri.
Perubahan nilai tukar dibedakan menjadi apresiasi dan depresiasi.
Apresiasi adalah suatu peningkatan nilai tukar mata uang yang dihitung oleh
jumlah mata uang yang dihitung oleh asing yang dibelinya. Sedangkan depresiasi
adalah suatu penurunan nilai mata uang asing yang dihitung oleh jumlah mata
uang asing yang dapat dibelinya. Jika nilai tukar berubah sehingga 1 yen dapat
membeli lebih banyak mata uang , perubahan ini disebut apresiasi yen. Jika nilai
tukar berubah sedemikian rupa sehingga 1 yen hanya bisa membeli lebih sedikit
mata uang mengalami apresiasi, dikatakan bahwa mata uang itu menguat karena
dapat membeli labih banyak uang asing. Demikian pula ketika suatu mata uang
mengalami depresiasi dikatakan bahwa mata uang tersebut melemah (Mankiw,
2003).
2.1.9
Hubungan Kurs Valuta Asing (USD) dengan Impor
Novella (2012) menyatakan bahwa kebijakan nilai tukar tidak hanya
mencakup masalah stabilitas makro, tetapi juga sangat besar pengaruhnya
terhadap insentif ekspor dan impor. Apresiasi nilai tukar akan mengurangi daya
saing barang-barang ekspor, dan meningkatkan penetrasi impor. Sedangkan jika
rupiah mengalami depresiasi akan menyebabkan harga barang domestik lebih
kompetitif dibandingkan produk luar negeri (Darwanto, 2007).
Yoga (2013)dalam penelitiannya mengenai impor kedelai menyatakan
bahwa terdapat pengaruh negatif yang nyata antara variabel kurs dollar Amerika
38
terhadap impor kedelai di Indonesia. Dalam penelitiannya Odeh, dkk (2003)
menyatakan terjadinya apresiasi kurs dollar Amerika akan menyebabkan
konsumen di dalam negeri memiliki kemampuan membeli lebih sedikit, sehingga
penawaran produsen di luar negeri untuk melakukan impor berkurang. Apabila
nilai kurs dollar Amerika mengalami depresiasi, maka volume impor akan
meningkat. Penelitian lain yang menyatakan hal yang sama adalah Yuliadi (2008)
dalam penelitiannya mengenai impor Indonesia, kurs dollar Amerika dalam
penelitian tersebut berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor. Meskipun
demikian, Rao (2007) dalam penelitianya mengenai volatilitas nilai tukar dan
implikasinya terhadap perdagangan internasional di Arab Saudi. Mengemukakan
bahwa tingkat nilai tukar tidak memiliki pengaruh terhadap harga, volume ekspor
dan impor khususnya dalam jangka pendek karena waktu lag Antara pemesanan,
pesanan dan pengiriman akhir mereka. Dalam jangka panjang tergantung oleh
strategi perusahaan itu sendiri dalam menembus pasar tertentu.
2.1.10 Teori Inflasi
Menurut Boediono (2000) inflasi adalah kecenderungan dari kenaikan
harga-harga secara umum dan terus-menerus. Hal ini tidak berarti bahwa harga
berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. mungkin dapat
terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. yang penting terdapat kenaikan
harga umum barang secara terus menerus selama suatu kurun waktu tertentu.
kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup
besar) bukanlah merupakan inflasi.
39
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum
dan terus-menerus, akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua
barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau
menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Sukirno,
2002). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang
sama. Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga
yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa. bahkan mungkin dapat
terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. yang penting kenaikan harga umum
barang secara terus-menerus selama suatu kurun waktu tertentu. kenaikan harga
barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup
besar, bukanlah merupakan inflasi, (Nopirin, 2011).
Tingkat inflasi adalah persentase perubahan di dalam tingkat harga.
Kenaikan harga ini dapat diukur dengan indeks harga yang sering digunakan
untuk mengukur inflasi. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk
mengukur inflasi antara lain:
1) Indeks Harga Konsumen
Adalah suatu indeks harga yang mengukur biaya sekelompok barang-barang
dan jasa-jasa di pasar yang di beli untuk menunjang kebutuhan sehari-hari
2) Indeks Harga Produsen
Adalah suatu indeks harga bahan-bahan baku (raw materials), produk antara
(intermediete produk) dan peralatan modal dan mesin yang dibeli oleh sektor
bisnis perusahan
3) GNP Deflator
40
Adalah suatu indeks yang merupakan perbandingan antara rasio antara GNP
nominal dan GNP riil dikalikan dengan 100. GNP riil adalah nilai barangbarang dan jasa-jasa yang dihasilkan didalam perekonomian yang diperoleh
ketika output dinilai dengan harga tahun dasar (base year) atau disebut GNP
tahun dasar. Sedangkan GNP nominal adalah GNP yang dihitung berdasarkan
harga pasar yang berlaku. Indeks ini merupakan indeks harga yang secara luas
digunakan sebagai basis untuk mengukur inflasi.
Berdasarkan intensitasnya, Boediono (2001) menggolongkan inflasi menjadi 4,
yaitu sebagai berikut.
1) Inflasi ringan (di bawah 10 persen setahun)
2) Inflasi sedang (antara 10-30 persen setahun)
3) Inflasi berat (antara 30-100 persen setahun)
4) Hiperinflasi (di atas 100 persen setahun)
Berdasarkan asal inflasi, Boediono (2001) menggolongkan inflasi menjadi 2 yaitu:
1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) misalnya timbul
karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru,
karena panen yang gagal, dan lain lain.
2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) adalah inflasi yang
terjadi karena kenaikan harga-harga di negara-negara langganan berdagang.
2.1.
Hubungan Inflasi dengan Impor
Sukirno (2002) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap
impor, adanya inflasi diyakini dapat mempercepat perkembangan impor daripada
ekspor. Ulke (2011) dalam penelitian mengenai hubungan inflasi dengan impor di
41
Turki membuktikan bahwa inflasi memiliki hubungan yang searah terhadap
volume impor suatu negara. Selain itu, Oktavia (2006) menyatakan hal yang
sama, yaitu laju inflasi menyebabkan secara keseluruhan barang produksi dalam
negeri menjadi lebih mahal, sehingga mendorong masyarakar membeli lebih
banyak barang produksi luar negeri atas substitusi impor.
2.2
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kajian-kajian
teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Diduga bahwa Cadangan devisa, Produk Domestik Bruto (PDB), kurs
Dollar Amerika, dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap impor non-migas Indonesia pada kurun waktu tahun 1985-2012.
2.
Diduga bahwa Cadangan devisa secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap impor non-migas Indonesia pada kurun waktu tahun
1985-2012.
3.
Diduga bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap impor non-migas Indonesia pada kurun
waktu tahun 1985-2012.
4.
Diduga bahwa Kurs Dollar Amerika secara parsial berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap impor non-migas Indonesia pada kurun waktu
tahun 1985-2012.
5.
Diduga bahwa Inflasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap impor non-migas Indonesia pada kurun waktu tahun 1985-2012
42
43
Download